Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEPERAWATAN GERONTIK

“Konsep Dasar Keperawatan Lansia : Pendekatan Pada Lansia”

DISUSUN OLEH :

1. ADINDA NAJWA NABILA 21334001


2. AFIFAH NOVIZA 21334002
3. BUNGA RIYANDA 21334029

DOSEN PENGAMPU:

Hasmita, S.KM, M.Biomed

PRODI D-II KEPERAWATAN

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji kami panjatkan atas berkah rahmat dan karunia yang di
berikan Allah kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
”Konsep Dasar Keperawatan Lansia : Pendekatan Pada Lansia” tepat pada waktu yang telah
ditentukan.

Makalah ini di susun dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Gerontik pada Fakultas Psikologi dan Kesehatan Universitas Negeri Padang
yang di berikan oleh Ibu Hasmita, S.KM, M.Biomed.

Sekali lagi kami mengucapkan banyak-banyak terima kasih atas terselesainya


makalah ini, Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesan sempurna. Untuk itu
mohon kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah ini di waktu
mendatang.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.

Pariaman, 09 September 2023


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
A. Latar Belakang..............................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................5
C. Tujuan............................................................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................5
1. Tempat Pelayanan Bagi Lansia...................................................................................5
2. Pelayanan Sosial di Keluarga.......................................................................................8
3. Foster Care Service.....................................................................................................11
4. Pusat Santunan Keluarga...........................................................................................12
5. Panti Sosial Lanjut......................................................................................................13
BAB III....................................................................................................................................15
PENUTUP...............................................................................................................................15
A. Kesimpulan..................................................................................................................15
B. Saran.............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usia lanjut biasa disebut dengan lansia adalah fase dimana para manusia
mengalami pertambahan umur dan merupanakn tahap erakhir dari perkembangan
hidup secara individu, manusia juga dapat dikategorikan sebagai lansia yaitu Ketika
masa umur manusia sudah mencapai 60 tahun. Dalam usia ini dapat mengalami
kemunduran fisik, mental dan social sehingga kegiatan sehari-hari bisa saja
terhambat. Oleh karena itu kualitas hidup lansia perlu mendapat perhatian khusus
supaya kualitas hidup lansia dapat berjalan dengan sesuai kemampuannya.

Menurut World Health Organization (WHO) lansia adalah orang yang


memasuki tahapan akhir dari masa kehidupan. Kelompok yang dikategorikan lansia
ini akan terjadi suatu proses yang disebut aging process atau prosess penuaan. Lanjut
usia menurut UU Nomor 13 tahun 1998 adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
tahun ke atas. Penduduk lanjut usia terus mengalami peningkatan seiring kemajuan di
bidang kesehatan yang ditandai dengan meningkatnya angka harapan hidup dan
menurunnya angka kematian. Perkembangan demografi ini dapat membawa dampak
di bidang kesehatan, ekonomi dan social. Untuk itu diperlukan data terkait kelanjutan
usiaan sebagai bahan penetaan dan strategi kebijakan sehingga pertumbuhan jumlah
penduuk lansia menjadi potensi yang turut membangun bangsa. (Adnan 2022)

Dalam UU No. 13 tahun 1998 dan Permensos No. 19 tahun 2012, penduduk
lansia dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu Lanjut Usia Terlantar dan Lanjut Usia
Potensial. Lanjut Usia Telantar adalah seseorang yang berusia 60 (enam puluh) tahun
atau lebih dan karena faktor-faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya; sementara itu Lanjut Usia Potensial adalah penduduk lansia yang masih
mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang
dan/atau jasa. Penduduk lansia terlantar dianggap sebagai penyandang masalah
kesejahteraan sosial (PMKS), karena mereka memiliki kehidupan yang tidak layak
secara kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial diantaranya kemiskinan dan
ketelantaran. Mereka tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya seperti sandang, pangan,
dan papan; dan terlantar secara psikis, dan sosial. (Afriansyah and Santoso 2020).

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), dalam waktu hampir lima dekade,
persentase lansia Indonesia meningkat sekitar dua kali lipat (1971- 2017), yakni
menjadi 8,97 persen (23,4 juta) di mana lansia perempuan sekitar satu persen lebih
banyak dibandingkan lansia laki-laki (9,47 persen banding 8,48 persen). Selain itu,
lansia Indonesia didominasi oleh kelompok umur 60-69 tahun (lansia muda) yang
persentasenya mencapai 5,65 persen dari penduduk Indonesia, sisanya diisi oleh
kelompok umur 70-79 tahun (lansia madya) dan 80+ (lansia tua). Pada tahun ini
sudah ada lima provinsi yang memiliki struktur penduduk tua di mana penduduk
lansianya sudah mencapai 10 persen, yaitu : DI Yogyakarta (13,90 persen), Jawa
Tengah (12,46 persen), Jawa Timur (12,16 persen), Bali (10,79 persen) dan Sulawesi
Barat (10,37 persen). Pada tahun 2025, jumlah penduduk lansia diproyeksikan akan
berjumlah 33,7 juta atau sekitar 11,8%; dan pada tahun 2035 akan mencapai 48,2 juta
atau sekitar 15,8%. (Afriansyah and Santoso 2020).

B. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui lebih lanjut dari Konsep Dasar Keperawtan Lansia maka
penulis akan melakukan kajian lebih lanjut agar pembaca dapat memahami maksud
dari konsep dasar tersebut.

C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui Konsep Dasar Keperawatan Lansia untuk penerapan pada panti
jompo.
b. Tujuan Khusus
 Untuk mengetahui dan menerapkan Konsep Dasar Keperawatan Lansia
di panti jompo.
 Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan perawatan pada
penerapan Konsep Keperawatan Lansia di panti jompo.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Tempat Pelayanan Bagi Lansia


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005,826): arti dari kata panti
werdha adalah rumah tempat mengurus dan merawat orang jompo. Sedangkan
menurut Kepala PSTW Yogyakarta Unit Budhi Luhur, Sutiknar pada seminar
peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui brain development di Jakarta,
Selasa (6/12), panti sosial tresna werdha adalah panti sosial yang mempunyai tugas
memberikan bimbingan dan pelayanan bagi lansia terlantar agar dapat hidup secara
baik dan terawat dalam kehidupan masyarakat baik yang berada di dalam panti
maupun yang berada di luar panti. (Tata Laksana Usia Lanjut di Panti Jompo,
2011:3). (Afriansyah and Santoso 2020).

Fungsi dan Tujuan Panti Werdha


Secara umum, Panti Sosial Tresna Werdha atau Panti werdha mempunyai fungsi
sebagai berikut (Herwijayanti, 1997) :
a. Sebagai tempat untuk menampung manusia lanjut usia yang menyediakan
fasilitas dan aktifitas khusus untuk manula yang dijaga dan dirawat oleh suster
atau pekerja sosial (Murti, 2013).
b. Pusat pelayanan kesejahteraan lanjut usia dalam memenuhi kebutuhan pokok
lansia dengan sistem penyantunan di dalam panti;
c. Menyediakan suatu wadah berupa kompleks bangunan dan memberikan
kesempatan pula bagi lansia melakukan aktivitas-aktivitas sosial-rekreas serta
membuat lansia dapat menjalani proses penuaannya dengan sehat dan mandiri.

Sesuai dengan permasalahan lansia, pada umumnya penyelenggaraan Panti


Werdha mempunyai tujuan antara lain (Departemen Sosial RI, 1997) :
a. Untuk menampung manusia lanjut usia dalam kondisi sehat dan mandiri yang
tidak memiliki tempat tinggal dan keluarga atau yang memiliki keluarga
namun dititipkan karena ketidakmampuan keluarga untuk merawat manula
(Murti, 2013).
b. Agar terpenuhi kebutuhan hidup lansia;
c. Agar dihari tuanya dalam keadaan tentram lahir dan batin.
d. Dapat menjalani proses penuaannya dengan sehat dan mandiri. (Afriansyah
and Santoso 2020).

Pelayanan yang Diberikan Panti Werdha


Merujuk pada Peraturan Menteri Sosial No. 19 tahun 2012 tentang Pedoman
Pelayanan Sosial Lanjut Usia, pada pasal 7 tercantum bahwa pelayanan dalam panti
dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup, kesejahteraan, dan
terpenuhinya kebutuhan dasar lanjut usia. Adapun jenis pelayanan yang diberikan
dalam panti, meliputi:
a. Tempat tinggal yang layak bagi lansia adalah yang bersih, sehat, aman,
nyaman, dan memiliki akses yang mudah pada fasilitas yang dibutuhkan
lansia, sehingga dengan kondisi kemampuan fisiknya yang makin menurun
masih memungkinkan dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan mudah,
aman, dan tidak sangat tergantung pada orang lain. Umumnya lanjut usia
dihadapkan pada masalah hunian sebagai berikut: lokasi kamar yang
berjauhan dengan lokasi kamar mandi, keadaan kamar mandi yang kurang
mendukung, penggunaan tangga, permukaan lantai yang tidak rata, dan alur
sirkulasi hunian terhadap fasilitas lingkungan kurang menunjang. Tempat
tinggal yang layak bagi lansia adalah yang lapang atau barrier free. Hal ini
sangat bermanfaat bagi lansia, terutama dalam pergerakan atau aksesibilitas
dalam rumah, bahkan ketika mereka harus menggunakan kursi roda. Kurniadi
(2012) merinci karakterik rumah yang ramah lansia, secara garis besar,
terbebas dari tangga dan lantai yang tidak rata atau licin, pencahayaan yang
baik, kamar mandi dekat dengan kamar dan memungkinkan kursi roda dapat
masuk, dan aman karena mereka kurang mampu melindungi dirinya terhadap
bahaya. Di negara-negara maju, pelayanan kelompok lanjut usia dilakukan
dalam ruangan khusus, bahkan rumah sakit khusus dan perkampungan khusus.
Adanya fasilitas tersebut ditujukan untuk memberi lingkungan kehidupan yang
nyaman dan sesuai bagi kelompok lanjut usia (Wijayanti, 2008).
b. Para lansia seyogyanya mendapatkan makanan yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Oleh karena itu, makanan untuk lansia sebaiknya dikontrol atas
rekomendasi ahli gizi. Ahli gizi perlu berkerjasama dengan dokter untuk
mengetahui kondisi kesehatan lansia atau jenis penyakit yang diderita, untuk
menentukan apa yang boleh atau tidak boleh dimakan. Dengan demikian,
makanan untuk masing-masing lansia kemungkinan berbeda dengan cara
mengolah yang berbeda pula. Pakaian yang digunakan sebaiknya bersih, layak
dan nyaman dipakai. Untuk pemeliharaan kesehatan seyogyanya terdapat
fasilitas kesehatan berupa poliklinik yang buka 24 jam dan memberikan
pelayanan kegawatdaruratan yang mudah diakses. Apabila perlu dirujuk,
tersedia fasilitas ambulans yang siap setiap saat. Biasanya diperlukan pula
fasilitas fisioterapi.
c. Pemanfaatan waktu luang merupakan suatu upaya untuk memberikan peluang
dan kesempatan bagi lansia untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai
kegiatan atau aktivitas yang positif, bermakna, dan produktif bagi dirinya
maupun orang lain. Kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan harus sesuai
dengan minat, bakat, dan potensi yang mereka miliki (Annubawati, 2014).
Tidak hanya sekedar mengisi waktu luang tetapi sesuatu yang menyenangkan,
akan lebih baik jika produktif; sehingga dapat berfungsi sebagai terapi
masalah psikososial dan emosional yang mungkin dialami oleh lansia.
Demikian juga dengan kegiatan rekreasi, seyogyanya tidak hanya
menyenangkan tetapi merupakan kesempatan untuk berinteraksi dengan
lingkungan di luar panti sehingga mereka merasa tidak terisolasi tetapi masih
terhubung dengan lingkungan di sekitarnya.
d. Bimbingan mental dan agama lebih ditujukan untuk mengatasi masalah
emosional dan psikologis. Berdasarkan informasi dari Tim Kajian Bentuk
Pelayanan Lanjut Usia di Daerah Istimewa Yogyakarta, banyak lansia yang
tinggal di panti werdha yang kesepian, sedih, menarik diri dari pergaulan dan
kegiatan, pasif, murung, mengalami emosi negatif, bermusuhan dengan
sesama penghuni panti, dan sebagainya. Untuk membantu mengatasi masalah
tersebut kegiatan bimbingan mental dan keagamaan melalui kegiatan
konseling dapat membantu mereka. Sementara itu, bimbingan sosial lebih
ditujukan untuk mengatasi masalah relasi sosial dengan keluarga atau
lingkungan sosialnya. Terkait dengan pelaksanaan bimbingan sosial di panti
wedha, Tim Kajian Bentuk Pelayanan Lansia di DIY (2014) menemukan
bahwa di panti werdha ada kecenderungan pelayanan bimbingan sosial ini
relatif sama dengan bimbingan psikologis; belum diarahkan untuk
memfasilitasi interaksi atau komunikasi antar penghuni panti sosial maupun
dengan warga masyarakat lainnya. Masalah relasi sosial seringkali menjadi
penyebab atau saling pengaruh mempengaruhi dengan masalah emosional dan
psikologis, sehingga memperbaiki relasi sosial dengan keluarga atau
lingkungan sosial lainnya akan membantu memecahkan masalah emosional
dan psikologis juga.
e. Pelayanan bagi lansia dalam panti diberikan sampai dengan lansia meninggal.
Pelayanan yang diberikan merupakan perawatan jangka panjang (Long-Term
Care). Oleh karena itu, pelayanan pengurusan pemakaman pun turut menjadi
tanggung jawab panti, sesuai dengan agama yang dianutnya masing-masing.
(Afriansyah and Santoso 2020).

2. Pelayanan Sosial di Keluarga


Peran ialah suatu perilaku yang diharapkan oleh orang lain dari seseorang yang
menduduki status tertentu. Keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama
dan bertempat tinggal bersama yang masing-masing anggota merasakan adanya
pertautan batin, sehingga terjadi saling mempengaruhi dan saling memperhatikan.
Keluarga dapat didefinisikan sebagai suatu kelompok dari orang-orang yang
disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah, atau adopsi. Merupakan susunan
rumah tangga sendiri. Berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain yang
menimbulkan peranan-peranan sosial bagi suami-isteri, ayah dan ibu, putra dan putri,
saudara laki-laki dan perempuan, dan merupakan pemelihara kebudayaan Bersama
Keluarga memiliki kedudukan yang sangat dominan di pedesaan mengingat sebagian
lansia berada dan menyatu dengan keluarga. Dengan demikian kebutuhan-kebutuhan
lansia yang sifatnya objektif maupun subjektif terikat pada sejauh mana peran
keluarga dijalankan sehubungan dengan pelayanan berbasiskan keluarga. Keluarga
merupakan support system utama bagi lansia dalam menjalani hari tuanya. Dalam
merawat lansia setiap anggota keluarga memiliki peranan yang sangat penting. Ada
beberapa hal yang dapat dilakukan oleh anggota keluarga dalam melakukan perannya
terhadap lansia, yaitu:
 Melakukan pembicaraan terarah
 Mempertahankan kehangatan keluarga
 Membantu melakukan persiapan makanan bagi lansia
 Membantu memenuhi sumber-sumber keuangan
 Memberikan kasih sayang
 Menghormati dan menghargai
 Bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku lansia
 Menyediakan waktu dan perhatian
 Jangan menganggapnya sebagai beban
 Memberikan kesempatan untuk tinggal bersama
 Mintalah nasihatnya dalam peristiwa-peristiwa penting
 Mengajaknya dalam acara-acara keluarga
 Memberi dorongan untuk tetap mengikuti kegiatan-kegiatan di luar rumah
termasuk pengembangan hobi
 Membantu mengatur keuangan
 Mengupayakan sarana transportasi untuk kegiatan mereka termasuk rekreasi
 Memeriksakan kesehatan secara teratur
 Memberi dorongan untuk tetap hidup bersih dan sehat
 Mencegah terjadinya kecelakaan, baik di dalam maupun di luar rumah
 Pemeliharaan kesehatan usia lanjut adalah tanggung jawab bersama
 Memberi perhatian yang baik terhadap orang tua yang sudah lanjut, maka
anak-anak kita kelak akan bersikap yang sama.

Menurut Ancok yang dikutip Siti Partini Suardiman, salah satu faktor penting
yang menentukan keberhasilan usia lanjut dalam menjalani sisa kehidupannya adalah
sikap orang di sekitarnya. Keluarga merupakan lembaga masyarakat yang paling
dekat serta sumber kesejahteraan sosial bagi usia lanjut. Keluarga sebagai lembaga
sosialisasi pertama dan utama di dalam masyarakat merupakan wadah penanganan
permasalahan
yang paling layak bagi lanjut usia karena:
a. Dukungan emosional dari lingkungan keluarga sangat menentukan
keberhasilan dalam menangani permasalahan. Dengan tambahan dukungan
ekonomis finansial maka permasalahan akan lebih mudah diatasi.
b. Lanjut usia tetap dapat mengalihkan pengalaman kepada seluruh anggota
keluarga, khususnya generasi muda.
c. Interaksi antar generasi lebih mudah terwujud sehingga dalam jangka panjang
akan sangat menguntungkan bagi upaya pemanfaatan lanjut usia dalam
pembangunan.
d. Keluarga merupakan titik awal tumbuh kembangnya pola pikir, pola sikap,
dan pola tindak yang tepat terhadap lanjut usia.
e. Mengurangi beban sumber-sumber pemerintah dalam upaya menangani
permasalahan lanjut usia.

Peran keluarga yang baik sangat dibutuhkan dalam pemenuhan kebutuhan dan
aktivitas pada lansia. Lansia membutuhkan perhatian dan dukungan keluarga untuk
beradaptasi terhadap perubahan dan kemunduran yang terjadi akibat proses penuaan
yang dialaminya, karena keluarga merupakan support system utama bagi lansia.
Lansia akan merasa puas dalam hidupnya apabila ia dapat menerima diri dan
lingkungannya secara positif Agama islam juga membahas tentang kewajiban anak
terhadap orangtuanya. Allah menganjurkan kepada umat manusia agar selalu berbakti
kepada orangtua. Berbakti dan berbuat baik kepada orangtua, mengasih-sayangi,
mendoakan, taat dan patuh kepadanya, menunaikan kewajiban terhadapnya, dan
melakukan hal-hal yang membuat kedua orangtua ridha, serta meninggalkan sesuatu
yang membuatnya murka adalah kewajiban yang harus dilaksanakan setiap anak.
Semua itu disebut dengan istilah: birrul-walidain. Imam Thabrani meriwayatkan
sebuah hadis bersumber dari Abdullah bin Umar, bahwa Rasulullah pernah berpesan:
“berbaktilah kepada orangtuamu, niscaya anak-anakmu akan berbakti kepadamu.
Peliharalah kehormatan istri orang lain, niscaya istrimu juga akan terpelihara dari
perbuatan tercela”. Bila dalam rumah tanggga terbina hubungan yang harmonis antar
anggota keluarga, saling memenuhi hak masing-masing serta saling menghormati,
maka sudah barang tentu anak-anak pun pada masa mendatang akan selalu
menjunjung tinggi perintah orangtua, memelihara dan menjaga ketika
sudah lanjut usia.

3. Foster Care Service


Model Foster Care Service adalah model pelayanan sosial lansia melalui
keluarga pengganti. Hal ini disebabkan keluarga lansia tidak dapat memberi
pelayanan yang dibutuhkan terhadap lansia sehingga menjadi terlantar. Artinya,
model ini adalah merupakan pelayanan sosial yang diberikan kepada lansia, di luar
keluarga sendiri dan di luar lembaga. Menghadapi lansia terlantar, yang tidak dapat
dilayani oleh keluarganya sendiri memerlukan kiat-kiat tersendiri. Terutama
bagaimana kita mengetahui kebutuhan dan mengatasi masalah yang dihadapi lansia
dan keluarganya.

Seperti pada umumnya, perawatan pada lansia terlantar juga dapat dilakukan
melalui pendekatan fisik, pendekatan psikis, dan pendekatan social. Pendekatan fisik
berhubungan dengan sehat dan sakit, seiring dengan kondisi usia lansia. Pendekatan
psikis bertujuan untuk memberikan dukungan mental kepada lansia kearah pemuasan
pribadi, sehingga mereka terpuaskan dan merasa bahagia di masa lanjut usianya.

Pendekatan sosial, adalah terbinanya hubungan komunikasi, baik antara


sesama lansia maupun orang-orang yang secara lansung memberikan pelayanan -
kesejahteraan sosial - termasuk pelayanan oleh perawat yang diberikan khusus kepada
lansia. Yang perlu diperhatikan pelayanan keperawatan bagi lansia terlantar dalam
model Foster Care Service adalah : terpenuhinya pelayanan konsultasi, pelayanan
mediasi, dan pelayanan advokasi. Hal tersebut bertujuan untuk peningkatan taraf
kesejahteraan serta terwujudnya kemandirian sosial ekonomi lansia terlantar tersebut.

Pelayanan kegiatan rutin seperti : pemenuhan nutrisi 3x/hari, kegiatan senam


lansia (pernafasan, jantung, gerak latih otak, dan lain-lain), kegiatan bimbingan
rohani/keagamaan sesuai dengan agamanya, aktivitas kerajinan tangan (menjahit,
menyulam, dan merenda), aktivitas menyalurkan hobi (menyanyi, bermain angklung,
karaoke, dan berkebun). Di samping kegiatan rutin perlu juga dilakukan
pendampingan kegiatan dalam waktu luang, seperti : permainan (catur, pingpong),
baca puisi atau pantun, menonton film, membaca koran, atau berinternet (facebook,
blogger, dll).

Dalam model Foster care service ini, yaitu pelayanan kepada lansia terlantar –
termasuk pelayanan kesehatan dan perawatan- pada dasarnya bertujuan untuk
kesejahteraan. Pada dasarnya pelayanan keperawatan yang diberikan kepada mereka,
baik dalam keadaan sehat maupun sakit, adalah bagaimana membantu memberi
semangat hidup dalam rangka mempertahankan hidup mereka di usia senja nya.
Dalam hal ini, jelas tanggung jawab seorang perawat (yang khusus menangani
lansia) sangatlah besar dalam memotivasi lansia terlantar untuk menjalani hari-hari
tuanya, disamping ikut membantu melayani kebutuhannya. Sifat sabar dan telaten
dalam memberikan pelayanan kepada lansia terlantar, adalah kunci keberhasilan yang
tidak bisa dianggap sepele.

4. Pusat Santunan Keluarga


Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA 61) yang dahulu bernama Home Care
adalah Lembaga Non Panti yang diresmikan oleh Bapak Walikota Jakarta Timur yang
pada awal pendiriannya telah berhasil menyantuni Lansia sebanyak 30 orang.

Tujuan dari Pusat Santunan Keluarga:


a. Berbagi rasa kebahagiaan dan kasih saying kepada para Lanjut Usia agar
budaya menghormati kepada sesame khususnya orang tua sebagai tempat
untuk mengadu, meminta nasihat, doa restu, dan sebagainya dapat
dipertahankan.
b. Memberikan motivasi kepada Para Lanjut Usia bahwa mereka tidak mesti
harus tinggal diam dirumah, tetapi masih bisa berkarya dan memiliki daya
guna untuk mengisi hari-hari tuanya dengan memanfaatkan bakat yang mereka
miliki hingga mendatangkan manfaat bagi orang lain.
c. Dengan memberikan pembinaan mental spiritual, akan menambah keimanan
mereka sebagai bekal dimasa akhir sisa hidup meraka.
d. Pemberian makan kepada Lansia diharapkan untuk meningkatkan gizi dan
pola makan yang baik sesuai dengan kondisi dan usia para Lansia agar
kesehatan mereka tetap terjaga sehingga tidak mudah sakit.
e. Pembinaa kesehatan dan pemeriksaan kesehatan secara rutin yang diharapkan
dapat meningkatkan dan memantau kondisi kesehatan para Lanjut Usia.
f. Dengan pembinaan seperti diatas, diharapkan para Lansia merasa diperhatikan
dan dimanusiakan sebagai orang yang berdaya guna.
5. Panti Sosial Lanjut
Pemberian pelayanan disesuaikan dengan peraturan menteri sosial RI No 19
tahun 2012. Yang mana pemberian pelayan terdiri dari (1) berupa tempat tinggal yang
layak, (2) pemberian makan, pakaian dan pemeliharaan kesehatan, (3) pengisian
waktu luang dan rekreasi, (4) bimbingan keagamaan, (5) pengurusan pemakaman.

Bentuk pelayanan pertama, berupa pemberian tempat tinggal. Tempat tinggal


yang diberikan kepada lansia berupa hunian layak pakai, hunian tersebut dikenal
dengan nama wisma. Wisma yang terdapat di panti sosial berjejer rapi. Wisma
dilengkapi dengan fasilitas penunjang hidup seperti tempat tidur, lemari, kasur, meja,
kursi, TV serta alat-alat kebersihan. Satu buah wisma dapat di huni oleh 10 orang
lansia.

Lansia sehat akan di kumpulkan begitu pula lansia yang mengidap penyakit
akan di letakkan dalam sebuah wisma bernama wisma Isolasi. Lansia berjenis kelamin
perempuan sehat akan di letakkan dalam wisma bernama Sahadewa, Nakula, Arjuna,
Yudistira. Sedangkan wisma yang di khususkan untuk laki-laki sehat di letakkan di
Wisma Bima. Wisma-wisma ini di lengkapi dengan 1 orang penanggung jawab.
Terdapat Wisma Antareja, Gatot Kaca, dan Abimaniyu yang mana wisma tersebut di
peruntukkan bagi lansia yang memiliki aktifitas lebih banyak. Sehingga di perlukan 2
orang penanggung jawab pada setiap wisma.

Pelayanan kedua berupa Pemberian makan, pakaian dan pemeliharaan


kesehatan. Pemberian makan di lakukan 3 kali dalam satu hari. Makanan yang di
berikan di sesuaikan dengan kesehatan lansia dan menu yang sudah di siapkan oleh
panti. Makanan tersebut hanya berisikan garam dan tidak berisi penyedap. Pemberian
makan akan di lakukan oleh juru masak, juru masak akan mendatangi tiap wisma
untuk membagikan makanan. Lansia hanya perlu menunggu di dalam wisma saja.
Selain makan 3 kali sehari, lansia di jompo juga di berikan kopi. Hal ini dilakukan
karena kebanyakan lansia memiliki kebiasaan meminum kopi. Kopi pun akan di
hantarka oleh juru masak ke tiap-tiap wisma. Setelah selesai makan, lansia
berkewajiban untuk mencuci alat-alat makan yang mereka gunakan.
Lansia di panti sosial diberikan pakaian seragam dan beberapa pakaian
sumbangan. Pakaian yang di berikan berupa pakaian olah raga, kaos dalam, dan
pakaian persembahyangan. Pemberian pakaian sumbangan kepada lansia di lakukan
dengan cara mengumpulkan pakaian tersebut terlebih dahulus ampai sejumlah lansia,
kemudian baju tersebut akan di bagikan kepada lansia hal ini dilakukan agar tidak
terdapat kecemburuan sosial antar lansia.

Pelayanan yang selanjutnya di berikan adalah pemeliharaan kesehatan.


Pemeliharaan kesehatan dilakukan dengan menyediakan ruang kesehatan. Ruang
kesehatan merupakan tempat pemeriksaan lansia. Terdapat petugas yang menjaga
untuk memberikan pelayanan kepada lansia. Apabila terdapat lansia yang mengalami
keluhan kesehatan ringan, maka ia akan dibawa ke ruang kesehatan. Penyakit ringan
yang kerap kali menjadi keluhan lansia antara lain batuk, pilek, sesak, rematik, maag
dan demam. Lansia yang mengalami penyakit parah dan tidak mampu diatasi di ruang
kesehatan karena keterbatasan alat, maka akan dilarikan ke Puskesmas Banjar. Jika
pihak Puskesmas tidak mampu untuk menanganinya barulah dilarikan ke Rumah
Sakit Umum. Hal ini dikarenakan Dinas Sosial Kabupaten Buleleng telah bekerja
sama dengan Rumah Sakit Umum.

Bentuk Pelayanan ketiga berupa pengisian waktu luang dan rekreasi. Lansia
akan di berikan senam setiap hari jumat pagi untuk mengisi waktu luang lansia. Selain
itu, lansia di minta untuk melakukan pembersihan di lingkungan panti sosial dan
membuat kerajinan bagi lansia yang ingin membuat. Kerajinan tersebut di buat untuk
mengisi waktu luang, yang mana modal awal akan di berikan oleh panti sosial yang
kemudian akan di kelola oleh lansia. Keuntungan yang di dapat dari kerajinan tersebut
akanmenjadi milik lansia. Kerajinan yang kerap di buat oleh lansia antara lain tamas
(merupakan sarana persembahyangan bagi umat Hindu), rajutan, sapu lidi dan masih
banyak lagi. Kegiatan pembersihan di lakukan agar lansia tetap menjaga kebersihan
panti sosial dan membiarkan mereka tetap bergerak. (Septiarini, Sendratari, and
Maryati 2019)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Lanjut usia adalah seseorang dengan usia 65 tahun atau lebih yang terkadang
menimbulkan masalah social, tetapi bukanlah suatu penyakit melaikan suatu
proses natural tubuh meliputi terjadinya perubahan deoksirebonocleic acid
(DNA), ketidaknormalan kromosom dan penurunan fungsi organ dalam tubuh.

Kelurga adalah sekumpulan orang yang hidup Bersama dan bertempat tinggal
bersama yang masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin
sehingga terjadi saling mempengaruhi dan saling memperhatikan. Keluarga
merupakan support system utama bagi lansia dalam menjalani hari tuanya, adalah
merawat lansua setiap anggita keluarga memiliki peranan yang sangat penting.

B. Saran
a. Bagi Institusi Keperawatan,
Diharapkan pada instusi keperawatan dan khususnya dan institusi
kesehatan pada umumnya mampu mengehatui “Konsep Dasar Perawatan
Lansia”
b. Bagi Mahasiswa Keperawtan,
Diharapkan mampu mengetahui dan menerapkan Konsep Dasar
Keperawatan Lansia saat melakukan praktik kerja lapangan, di pati jompo.
DAFTAR PUSTAKA

Adnan, Fernando Hisam. 2022. ‫ הארץ‬Pelayana Sosial Terhadap Lansia Yang Memiliki
Keluarga Pada Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Panti Werdha Hana Tanggerang
Selatan, Banten. 1st ed. Tanggerang Selatan, Banten: Universitas Islam Negeri.

Afriansyah, Ari, and Meilanny Budiarti Santoso. 2020. “Pelayanan Panti Werdha Terhadap
Adaptasi Lansia.” Responsive 2(3): 139.

Septiarini, I Gusti Ayu Virgin, Luh Putu Sendratari, and Tuty Maryati. 2019. “Peran Dan
Fungsi Panti Sosial Tresna Werdha Jara Mara Pati Buleleng, Bali Dalam Pemberian
Layanan Kepada Lansia.” Jurnal Pendidikan Sosiologi 1(3): 101–11.

Anda mungkin juga menyukai