KEPERAWATAN GERONTIK
DISUSUN OLEH :
DOSEN PENGAMPU:
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji kami panjatkan atas berkah rahmat dan karunia yang di
berikan Allah kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
”Konsep Dasar Keperawatan Lansia : Pendekatan Pada Lansia” tepat pada waktu yang telah
ditentukan.
Makalah ini di susun dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Gerontik pada Fakultas Psikologi dan Kesehatan Universitas Negeri Padang
yang di berikan oleh Ibu Hasmita, S.KM, M.Biomed.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usia lanjut biasa disebut dengan lansia adalah fase dimana para manusia
mengalami pertambahan umur dan merupanakn tahap erakhir dari perkembangan
hidup secara individu, manusia juga dapat dikategorikan sebagai lansia yaitu Ketika
masa umur manusia sudah mencapai 60 tahun. Dalam usia ini dapat mengalami
kemunduran fisik, mental dan social sehingga kegiatan sehari-hari bisa saja
terhambat. Oleh karena itu kualitas hidup lansia perlu mendapat perhatian khusus
supaya kualitas hidup lansia dapat berjalan dengan sesuai kemampuannya.
Dalam UU No. 13 tahun 1998 dan Permensos No. 19 tahun 2012, penduduk
lansia dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu Lanjut Usia Terlantar dan Lanjut Usia
Potensial. Lanjut Usia Telantar adalah seseorang yang berusia 60 (enam puluh) tahun
atau lebih dan karena faktor-faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya; sementara itu Lanjut Usia Potensial adalah penduduk lansia yang masih
mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang
dan/atau jasa. Penduduk lansia terlantar dianggap sebagai penyandang masalah
kesejahteraan sosial (PMKS), karena mereka memiliki kehidupan yang tidak layak
secara kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial diantaranya kemiskinan dan
ketelantaran. Mereka tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya seperti sandang, pangan,
dan papan; dan terlantar secara psikis, dan sosial. (Afriansyah and Santoso 2020).
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), dalam waktu hampir lima dekade,
persentase lansia Indonesia meningkat sekitar dua kali lipat (1971- 2017), yakni
menjadi 8,97 persen (23,4 juta) di mana lansia perempuan sekitar satu persen lebih
banyak dibandingkan lansia laki-laki (9,47 persen banding 8,48 persen). Selain itu,
lansia Indonesia didominasi oleh kelompok umur 60-69 tahun (lansia muda) yang
persentasenya mencapai 5,65 persen dari penduduk Indonesia, sisanya diisi oleh
kelompok umur 70-79 tahun (lansia madya) dan 80+ (lansia tua). Pada tahun ini
sudah ada lima provinsi yang memiliki struktur penduduk tua di mana penduduk
lansianya sudah mencapai 10 persen, yaitu : DI Yogyakarta (13,90 persen), Jawa
Tengah (12,46 persen), Jawa Timur (12,16 persen), Bali (10,79 persen) dan Sulawesi
Barat (10,37 persen). Pada tahun 2025, jumlah penduduk lansia diproyeksikan akan
berjumlah 33,7 juta atau sekitar 11,8%; dan pada tahun 2035 akan mencapai 48,2 juta
atau sekitar 15,8%. (Afriansyah and Santoso 2020).
B. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui lebih lanjut dari Konsep Dasar Keperawtan Lansia maka
penulis akan melakukan kajian lebih lanjut agar pembaca dapat memahami maksud
dari konsep dasar tersebut.
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui Konsep Dasar Keperawatan Lansia untuk penerapan pada panti
jompo.
b. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui dan menerapkan Konsep Dasar Keperawatan Lansia
di panti jompo.
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan perawatan pada
penerapan Konsep Keperawatan Lansia di panti jompo.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Ancok yang dikutip Siti Partini Suardiman, salah satu faktor penting
yang menentukan keberhasilan usia lanjut dalam menjalani sisa kehidupannya adalah
sikap orang di sekitarnya. Keluarga merupakan lembaga masyarakat yang paling
dekat serta sumber kesejahteraan sosial bagi usia lanjut. Keluarga sebagai lembaga
sosialisasi pertama dan utama di dalam masyarakat merupakan wadah penanganan
permasalahan
yang paling layak bagi lanjut usia karena:
a. Dukungan emosional dari lingkungan keluarga sangat menentukan
keberhasilan dalam menangani permasalahan. Dengan tambahan dukungan
ekonomis finansial maka permasalahan akan lebih mudah diatasi.
b. Lanjut usia tetap dapat mengalihkan pengalaman kepada seluruh anggota
keluarga, khususnya generasi muda.
c. Interaksi antar generasi lebih mudah terwujud sehingga dalam jangka panjang
akan sangat menguntungkan bagi upaya pemanfaatan lanjut usia dalam
pembangunan.
d. Keluarga merupakan titik awal tumbuh kembangnya pola pikir, pola sikap,
dan pola tindak yang tepat terhadap lanjut usia.
e. Mengurangi beban sumber-sumber pemerintah dalam upaya menangani
permasalahan lanjut usia.
Peran keluarga yang baik sangat dibutuhkan dalam pemenuhan kebutuhan dan
aktivitas pada lansia. Lansia membutuhkan perhatian dan dukungan keluarga untuk
beradaptasi terhadap perubahan dan kemunduran yang terjadi akibat proses penuaan
yang dialaminya, karena keluarga merupakan support system utama bagi lansia.
Lansia akan merasa puas dalam hidupnya apabila ia dapat menerima diri dan
lingkungannya secara positif Agama islam juga membahas tentang kewajiban anak
terhadap orangtuanya. Allah menganjurkan kepada umat manusia agar selalu berbakti
kepada orangtua. Berbakti dan berbuat baik kepada orangtua, mengasih-sayangi,
mendoakan, taat dan patuh kepadanya, menunaikan kewajiban terhadapnya, dan
melakukan hal-hal yang membuat kedua orangtua ridha, serta meninggalkan sesuatu
yang membuatnya murka adalah kewajiban yang harus dilaksanakan setiap anak.
Semua itu disebut dengan istilah: birrul-walidain. Imam Thabrani meriwayatkan
sebuah hadis bersumber dari Abdullah bin Umar, bahwa Rasulullah pernah berpesan:
“berbaktilah kepada orangtuamu, niscaya anak-anakmu akan berbakti kepadamu.
Peliharalah kehormatan istri orang lain, niscaya istrimu juga akan terpelihara dari
perbuatan tercela”. Bila dalam rumah tanggga terbina hubungan yang harmonis antar
anggota keluarga, saling memenuhi hak masing-masing serta saling menghormati,
maka sudah barang tentu anak-anak pun pada masa mendatang akan selalu
menjunjung tinggi perintah orangtua, memelihara dan menjaga ketika
sudah lanjut usia.
Seperti pada umumnya, perawatan pada lansia terlantar juga dapat dilakukan
melalui pendekatan fisik, pendekatan psikis, dan pendekatan social. Pendekatan fisik
berhubungan dengan sehat dan sakit, seiring dengan kondisi usia lansia. Pendekatan
psikis bertujuan untuk memberikan dukungan mental kepada lansia kearah pemuasan
pribadi, sehingga mereka terpuaskan dan merasa bahagia di masa lanjut usianya.
Dalam model Foster care service ini, yaitu pelayanan kepada lansia terlantar –
termasuk pelayanan kesehatan dan perawatan- pada dasarnya bertujuan untuk
kesejahteraan. Pada dasarnya pelayanan keperawatan yang diberikan kepada mereka,
baik dalam keadaan sehat maupun sakit, adalah bagaimana membantu memberi
semangat hidup dalam rangka mempertahankan hidup mereka di usia senja nya.
Dalam hal ini, jelas tanggung jawab seorang perawat (yang khusus menangani
lansia) sangatlah besar dalam memotivasi lansia terlantar untuk menjalani hari-hari
tuanya, disamping ikut membantu melayani kebutuhannya. Sifat sabar dan telaten
dalam memberikan pelayanan kepada lansia terlantar, adalah kunci keberhasilan yang
tidak bisa dianggap sepele.
Lansia sehat akan di kumpulkan begitu pula lansia yang mengidap penyakit
akan di letakkan dalam sebuah wisma bernama wisma Isolasi. Lansia berjenis kelamin
perempuan sehat akan di letakkan dalam wisma bernama Sahadewa, Nakula, Arjuna,
Yudistira. Sedangkan wisma yang di khususkan untuk laki-laki sehat di letakkan di
Wisma Bima. Wisma-wisma ini di lengkapi dengan 1 orang penanggung jawab.
Terdapat Wisma Antareja, Gatot Kaca, dan Abimaniyu yang mana wisma tersebut di
peruntukkan bagi lansia yang memiliki aktifitas lebih banyak. Sehingga di perlukan 2
orang penanggung jawab pada setiap wisma.
Bentuk Pelayanan ketiga berupa pengisian waktu luang dan rekreasi. Lansia
akan di berikan senam setiap hari jumat pagi untuk mengisi waktu luang lansia. Selain
itu, lansia di minta untuk melakukan pembersihan di lingkungan panti sosial dan
membuat kerajinan bagi lansia yang ingin membuat. Kerajinan tersebut di buat untuk
mengisi waktu luang, yang mana modal awal akan di berikan oleh panti sosial yang
kemudian akan di kelola oleh lansia. Keuntungan yang di dapat dari kerajinan tersebut
akanmenjadi milik lansia. Kerajinan yang kerap di buat oleh lansia antara lain tamas
(merupakan sarana persembahyangan bagi umat Hindu), rajutan, sapu lidi dan masih
banyak lagi. Kegiatan pembersihan di lakukan agar lansia tetap menjaga kebersihan
panti sosial dan membiarkan mereka tetap bergerak. (Septiarini, Sendratari, and
Maryati 2019)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lanjut usia adalah seseorang dengan usia 65 tahun atau lebih yang terkadang
menimbulkan masalah social, tetapi bukanlah suatu penyakit melaikan suatu
proses natural tubuh meliputi terjadinya perubahan deoksirebonocleic acid
(DNA), ketidaknormalan kromosom dan penurunan fungsi organ dalam tubuh.
Kelurga adalah sekumpulan orang yang hidup Bersama dan bertempat tinggal
bersama yang masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin
sehingga terjadi saling mempengaruhi dan saling memperhatikan. Keluarga
merupakan support system utama bagi lansia dalam menjalani hari tuanya, adalah
merawat lansua setiap anggita keluarga memiliki peranan yang sangat penting.
B. Saran
a. Bagi Institusi Keperawatan,
Diharapkan pada instusi keperawatan dan khususnya dan institusi
kesehatan pada umumnya mampu mengehatui “Konsep Dasar Perawatan
Lansia”
b. Bagi Mahasiswa Keperawtan,
Diharapkan mampu mengetahui dan menerapkan Konsep Dasar
Keperawatan Lansia saat melakukan praktik kerja lapangan, di pati jompo.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, Fernando Hisam. 2022. הארץPelayana Sosial Terhadap Lansia Yang Memiliki
Keluarga Pada Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Panti Werdha Hana Tanggerang
Selatan, Banten. 1st ed. Tanggerang Selatan, Banten: Universitas Islam Negeri.
Afriansyah, Ari, and Meilanny Budiarti Santoso. 2020. “Pelayanan Panti Werdha Terhadap
Adaptasi Lansia.” Responsive 2(3): 139.
Septiarini, I Gusti Ayu Virgin, Luh Putu Sendratari, and Tuty Maryati. 2019. “Peran Dan
Fungsi Panti Sosial Tresna Werdha Jara Mara Pati Buleleng, Bali Dalam Pemberian
Layanan Kepada Lansia.” Jurnal Pendidikan Sosiologi 1(3): 101–11.