Anda di halaman 1dari 116

i

SKRIPSI

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN


KECERDASAN EMOSIONAL PADA ANAK
10 – 13 TAHUN DI SDN GONDANGLEGI
KULON 02

OLEH :

CARONA PAULA LEMBUNAI PAS


NIM. 2018.01.003

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WILLIAM BOOTH
SURABAYA
2022
SKRIPSI

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN


KECERDASAN EMOSIONAL PADA ANAK
10 – 13 TAHUN DI SDN GONDANGLEGI
KULON 02

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Keperawatan Pada Prodi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
William Booth Surabaya

OLEH :
CARONA PAULA LEMBUNAI PAS
NIM. 2018.01.003

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WILLIAM BOOTH
SURABAYA
2022

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi Oleh : Carona Paula Lembunai Pas

Judul :Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan


Kecerdasan Emosional Pada Anak
10 – 13 Tahun Di SDN Gondanglegi
Kulon 02

Telah disetujui untuk diujikan di hadapan Dewan Penguji seminar skripsi


pada tanggal 14 Juni 2022.

Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Pandeirot M.Nancye, M.Kep.,Sp.Kep.J Siska Christianingsih,S.Kep.,Ns.,M.Kep

Mengetahui :

Ketua STIKes William Booth Surabaya

Lina Mahayati, S.Kep.,Ns. M.Kep.Sp.Kep.An

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi Ini Telah Di Uji Dan Disetujui Oleh Tim Penguji Sidang Di Prodi S1
Keperawatan STIKES William Booth Surabaya

Tanggal : 14 Jumi 2022

TIM PENGUJI

Tanda tangan

Ketua : Taufan Citra Darmawan S.Kep.Ns.,M.Kep. .………….

Anggota : 1. Budi Artini, S.Kep.,Ns.M.,Kep. …………..

2. Pandeirot M.Nancye, M.Kep.,Sp.Kep.J ………….

3. Siska Christianingsih,S.Kep.,Ns.,M.Kep ……….....

Mengetahui,

Ketua STIKes William Booth Surabaya

Lina Mahayati, S.Kep.,Ns. M.Kep.Sp.Kep.An

iv
PERNYATAAN ORISINALITAS

Nama : Carona Paula Lembunai Pas


Nim : 2018.01.003
Prodi : S1 Keperawatan

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan

saya dan berdasarkan hasil penelusuran berbagai karya ilmiah, gagasan dan

masalah ilmiah yang diteliti dan diulas di dalam naskah Skripsi ini adalah asli dari

pemikiran saya. Tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain

untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat

karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali

yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber

kutipan dan daftar pustaka. Apabila ternyata di dalam naskah Skripsi ini dapat

dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia Skripsi dibatalkan, serta

diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20

Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).

Surabaya, 09 Juni 2022

Yang membuat Pernyataan

Carona Paula Lembunai Pas


2018.01.003

Pembimbing I, Pembimbing II,

Pandeirot M. Nancye, M.Kep,.Sp.Kep.J Siska Christianingsih,S.Kep.,Ns.,M.Kep

v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

ULANGAN 31:8

“Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan didepanmu, Dia sendiri akan

menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan

meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati”

Kupersembahkan karya ini kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan umur panjang dan

kesehatan hingga saya bisa menempuh kuliah sampai sejauh ini.

2. Diri sendiri yang telah mampu menyeselesaikan dan bertahan sejauh ini

dengan penuh suka cita dan selalu bersemangat.

3. Alm Aloysius Pas, selaku ayah tersayang dan seorang laki-laki pertama

yang telah mendukung saya baik secara moral maupun material, serta

memberikan doa sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan sampai

sejauh ini.

4. Alm Insih Lubertin, selaku ibu tersayang dan seorang wanita tangguh, kuat

dan selalu mendukung saya baik secara moral maupun material, serta

memberikan doa sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan sampai

sejauh ini.

5. Oktaviano Aditya Pas & Leonardo Rangga Jaya Pas, selaku saudara

tersayang yang selalu menghibur dan mendukung saya baik secara moral

maupun material, serta memberikan doa sehingga saya dapat

menyelesaikan pendidikan sejauh ini.

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena berkat

rahmat dan anugrah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kecerdasan Emosional Pada

Anak" sesuai waktu yang ditentukan. Skripsi ini penulis susun sebagai salah satu

persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan.

Untuk itu dalam kesempatan ini penulis tidak lups mengucapkan terima kasih

kepada yang terhormat:

1. Lina Mahayati, S.Kep.,Ns. M.Kep., Sp.Kep.An, Selaku ketua STIKes

William Booth Surabaya.

2. Retty Nirmala S, S.Kep.,Ns.,M.Kep, Selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan.

3. Pandeirot M.Nancye, M.Kep., Sp.Kep.J, Selaku pembimbing dalam

penelitian ini yang telah memberi pengarahan, revisi kepada penulis.

4. Siska Christianingsih, S.Kep.,Ns., M.Kep, Selaku pembimbing II ini yang

telah memberi pengarahan, revisi kepada penulis.

5. Subandi, Sp.d., M.Si, Selaku Kepala Sekolah SDN Gondanglegi Kulon 02

yang telah memeberi ijin untuk tempat penelitian.

6. Rekan mahasiswa S1 Keperawatan STIKES William Booth Surabaya

angkatan VII serta seluruh pihak yang telah membantu kelancaran penelitian

ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

7. Responden yang telah bersedia membantu dan berpartisipan dalam

kelancaran penelitian ini

vi
Penulisan berusaha untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan Sebaik-

baiknya. Namun demikian penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan.

oleh karena itu demi kesempurnaan, penulis mengharapkan adanya kritik dan

saran dari semua pihak, untuk menyempurnakannnya.

Surabaya, 09 Juni 2022

Caronna Paula L.P

vii
DAFTAR ISI
Cover Dalam........................................................................................................i
Lembar Persetujuan........................................................................................... ii
Lembar Pengesahan............................................................................................iii
Surat Pernyataan Orisinilitas..............................................................................v
Kata Pengantar....................................................................................................iv
Daftar Isi.............................................................................................................. v
Daftar Gambar.................................................................................................... vi
Daftar Tabel.........................................................................................................vii
Daftar Simbol.......................................................................................................viii
Daftar Lampiran.................................................................................................ix

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 5
1.3 Pertanyaan masalah .........................................................................................6
1.4 Tujuan Penelitian..............................................................................................6
1.5 Manfaat Penelitian............................................................................................6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep pola asuh orang tua.............................................................................8
2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua..............................................................8
2.1.2 Jenis – Jenis Pola Asuh Orang Tua............................................................9
2.1.3 Dimensi Pola Asuh Orang Tua................................................................13
2.1.4 Faktor – Factor Yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua..................14
2.1.5 Kelebihan Dan Kekurangan Pola Asuh Orang Tua.................................15
2.1.6 Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kecerdasan Emosi Siswa.....16
2.2 Konep kecerdasan emosional...........................................................................18
2.2.1 Penegrtian Kecerdasan Emosional............................................................18
2.2.2 Aspek – Aspek Kecerdasan Emosional ...................................................20
2.2.3 Aspek Pembentukan Kecerdasan Emosi...................................................21
2.2.4 Komponen Mempengaruhi Kecerdasan Emosional.................................23
2.2.5 Ciri- Ciri Kecerdasan Emosi Tinggi Dan Rendah ...................................26
2.2.6 Upaya Pengendalian Emosinal.................................................................27
2.2.7 Pengukuran Kecerdasan Emosional .........................................................28
2.3 Konsep Anak....................................................................................................29
2.3.1 Pengertian Anak.........................................................................................29
2.3.2 Kebutuhan Dasar Anak..............................................................................29
2.3.3 Tingkat Perkembangan Anak.....................................................................31
2.3.4 Tugas Perkembangan Anak.......................................................................32
2.3.5 Perkembangan Emosi Anak SD.................................................................32

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN


3.1 Kerangka konsep..............................................................................................34
3.2 Hipotesis...........................................................................................................38

BAB 4 METODE PENELITIAN


4.1 Desain/rancangan penelitian............................................................................39

viii
4.2 Kerangka kerja (farame work).........................................................................39
4.3 Identifikasi variabel..........................................................................................41
4.3.1 Variabel Bebas (Independent)...................................................................41
4.3.2 Variabel Terikat (Dependent)....................................................................41
4.4 Desain operasional...........................................................................................41
4.5 Sampling desain...............................................................................................44
4.5.1 Populasi .....................................................................................................44
4.5.2 Sampel.......................................................................................................44
4.6 Tempat dan Waktu Peneletian..........................................................................47
4.7 Pengumpulan Analisa Data Penelitian.............................................................47
4.7.1 Intrumen Penelitian ...................................................................................47
4.7.2 Prosedur Pengambilan Dan Pengumpulan Data........................................47
4.7.3 Pengolahan Data.......................................................................................48
4.7.4 Analisa Data...............................................................................................48
4.8 Etik Dan penelitian..........................................................................................49

BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Gambaran umum lokasi penelitian...................................................................50
5.2 Hasil penelitian.................................................................................................51
5.2.1 Data Umum................................................................................................51
5.2.2 Data Khusus...............................................................................................52
5.3 Pembahasan hasil penelitian.............................................................................57
5.3.1 Pola Asuh Orang Tua.................................................................................57
5.3.2 Kecerdasan Emosional...............................................................................59
5.3.3 Hubungan pola asuh orang tua dengan kecerdasan emosional..................61

BAB 6 PENUTUP
6.1 Kesimpulan.......................................................................................................66
6.2 Saran ................................................................................................................66
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................68
LAMPIRAN..........................................................................................................70

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Pola Asuh Orang Tua Dengan Kecerdasan
Emosional…………………………………………………35
Gambar 4.2 Kerangka Konsep Pola Asuh Orang Tua Dengan Kecerdasan
Emsoional..…………………………………………………..40

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Aspek Pembentukan Emosi .........................................................................22

Tabel 4.4 Definisi Operasional.....................................................................................43

Tabel 5.1 Karakteristik frekuensi responden berdasarkan usia anak, usia ayah, usia
ibu di SDN Gondanglegi Kulon 02 April Tahun 2022................................51

Tabel 5.2 Karakteristik frekuensi responden berdasarkan jenis kelaim di SDN


Gondanglegi Kulon 02 April Tahun 2022...................................................52

Tabel 5.3 Karakteristik frekuensi responden berdasarkan Pekerjaan Orang Tua di


SDN Gondanglegi Kulon 02 April Tahun 2022........................................53

Tabel 5.4 Karakteristik frekuensi responden berdasarkan Pendidikan Orang Tua di


SDN Gondanglegi Kulon 02 April Tahun 2022..........................................54

Tabel 5.5 Karakteristik frekuensi responden berdasarkan Pola Asuh Orang Tua di
SDN Gondanglegi Kulon 02 April Tahun 2022..........................................55

Tabel 5.6 Karakteristik frekuensi responden berdasarkan Kecerdasan Emosional


di SDN Gondanglegi Kulon 02 April Tahun 2022......................................55

Tabel 5.7 Tabulasi Silang Pola Asuh Orang Tua Dengan Kecerdasan Emosional
Anak...........................................................................................................56

xi
DAFTAR SINGKATAN

SDN : Sekolah Dasar Negeri


HDR : Harga Diri Rendah
WHO : Word Health Organizeation
Rikesdas : Riset Kesehatan Dasar

xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian..............................................................................71
Lampiran 2 Surat Balasan Penelitian......................................................................72
Lampiran 3 Surat Lulus Uji Etik.............................................................................73
Lampiran 4 Informed Consent................................................................................74
Lampiran 5 Surat Permintaan Menjadi Responden................................................75
Lampiran 6 Lembar Kuesioner Pola Asuh Orang Tua...........................................76
Lampiran 7 Lembar Kursioner Kecerdasan Emosional Anak................................79
Lampiran 8 Dokumentasi........................................................................................83
Lampiran 9 Uji Statistik.........................................................................................84
Lampiran 10 Analisa Data......................................................................................86
Lampiran 11 Beritaa Acara Proposal......................................................................93
Lampiran 12 Berita Acara Skirpsi..........................................................................95
Lampiran 13 Lembar Konsultasi............................................................................96

xiv
ABSTRAK

Belakangan ini, banyak anak pada lingkungan sekolah memiliki perilaku


membully anak yang lain, tidak mau bersosialisasi, mudah putus asa, dan tidak
menghargai sesama. Perilaku tersebut merupakan ciri-ciri yang tidak memiliki
kecerdasan emosi. Kecerdasan emosional adalah emosi yang dimiliki dirinya
sendiri dalam memecahkan masalah atau mengatasi situasi apapun sebagai
kemampuan untuk mengekspresikan mengatur dan memanfaatkan, hal ini perlu
ditanamkan pada anak agar tidak mempengaruhi anak saat dewasa dengan
munculnya sikap yang negatif . Salah satu faktor kecerdasan emosional yaitu pola
asuh orang tua. Pola asuh adalah suatu interaksi antara anak dengan orang tua
yang memiliki 2 dimensi yaitu hubungan emosional dan mengontrol perilaku
anaknya.Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan pola asuh orang
tua dengan kecerdasan emosional pada anak 10 – 13 tahun di SDN Gondanglegi
Kulon 02. Metode penelitian ini menggunakan korelasional dengan jumlah
populasi sebanyak 52 siswa. Sampel diperoleh dengan tehnik proportional
stratified simple random sebanyak 46 siswa. Hasil penelitian menunjukan bahwa
mayoritas responden pada pola asuh yaitu demokratis yang memiliki 22 siswa
(48%), sebagian besar responden mengalami kecerdasan emosional sedang
sebanyak 39 siswa (85%) dan ada hubungan pola asuh orang tua dengan
kecerdasan emsoional anak dengan hasil Uji Statistik Spearman didapatkan nilai
p-value 0.036. Diharapkan orang tua yang memiliki anak dengan kecerdasan
emosi rendah dapat menyediakan waktu untuk berdiskusi, berkomunikasi bersama
dalam membantu perkembangan emosional, kualitas pendidikan dan kepribadian
anak, perhatian dalam melihat perubahan yang terjadi pada anak sebagai proses
pembentukan kecerdasan emosional.

Kata kunci : Pola Tua Orang Tua, Kecerdasan Emosional.

xv
ABSTRACT

Lately, many children in the school environment have the behavior of bullying
other children, do not want to socialize, easily give up hope, and do not respect
others. These behaviors are traits that do not have emotional intelligence.
Emotional intelligence is an emotion that is owned by itself in solving problems or
overcoming any situation as the ability to express, regulate and utilize, this needs
to be instilled in children so as not to affect children as adults with the emergence
of negative attitudes. One of the factors of emotional intelligence is parenting
style. Parenting is an interaction between children and their parents which has 2
dimensions, namely emotional relationships and controlling their children's
behavior. This study uses correlation with a population of 52 students. The sample
was obtained by using proportional stratified simple random technique as many
as 46 students. The results showed that the majority of respondents in democratic
parenting had 22 students (48%), most of the respondents experienced moderate
emotional intelligence as many as 39 students (85%) and there was a relationship
between parenting patterns and children's emotional intelligence with the results
of the Spearman Statistical Test. obtained a p-value of 0.036. It is expected that
parents who have children with low emotional intelligence can provide time to
discuss, communicate together in helping emotional development, quality of
education and personality of children, attention in seeing changes that occur in
children as a process of forming emotional intelligence.

Keyword : Parental Patterens, Emotional Intelligence.

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era generasi sekarang banyak anak yang mengalami kecerdasan

emosi yang rendah seperti tidak percaya diri, tidak dapat mengendalikan perasaan,

mood serta kurang peka terhadap perasaan diri sendiri dan orang lain. Kecerdasan

emosional adalah emosi yang dimiliki dirinya sendiri dalam memecahkan masalah

atau mengaatasi situasi apapun sebagai kemampuan untuk mengekspresikan,

mengatur, dan memanfaatkan, salah satu factor kecerdasan emosi rendah

dikarenakan pola asuh orang tua, yang memiliki kesibukan dalam bekerja

seringkali terikat dengan jam kerja yang padat sehingga orang tua mempunyai

sedikit waktu untuk mendidik dan memperhatikan anak hal ini mengakibat

komunikasi antara orang tua dengan anak berkurang, kurangnya perhatian dari

orang tua membuat anak dalam kecerdasan emosi menjadi rendah terutama pada

lingkungan sekolah seperti tidak mau menurut apa kata guru, tidak percaya diri

saat maju kedepan, menghiraukan atau mengabaikan nasihat guru, sering

membolos, malas belajar atau mengerjakan tugas sehingga nilai merosot,

melanggar peraturan sekolah dan dikelas, ada beberapa anak yang membuly anak

yang lain, tidak mau bersosialisasi, tidak dapat bekerja dalam kelompok, merasa

dirinya berkuasa/ disayang oleh guru, suka mencari perhatian pada guru, suka

menyendiri, nakal, tertutup atau pendiam, penakut, cenggeng, mudah putu asa

atau menyerah, sering berselisih antar teman, memukul teman menggunakan

1
2

kemoceng dan sapu, kurang bersemangat, sering cemas, depresi, nakal, mudah

putus asa, tidak memiliki rasa empati, manja, tidak percaya diri dan agresif.,

bahkan masih ada siswa yang belum bisa membaca dan menulis. Fasilitas yang

sering diberi orang tua biasanya seperti gadget/ playstasion (PS) membuat

kecerdasan emosional seperti empati dan membina hubungan dengan orang lain

membuat anak menjadi tidak memiliki rasa empati, dan lebih suka menyendiri.

Pembentukan kecerdasan emosional pada anak ditentukkan oleh dua faktor,

yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi

kecerdasan emosional anak adalah jasmani dan psikologi anak, sedangkan faktor

eksternal berupa stimulus dan lingkungan, termasuk didalamnya adalah pola asuh

orangtua. Jika tidak diatasi dapat mempengaruhi anak saat dewasa dengan

munculnya sifat anak bertanggung jawab atas dirinya atau orang lain, egois,

ketergantungan dengan orang lain dan memiliki sikap: suka membolos saat

sekolah/ bekerja, tidak on time (bekerja/sekolah), suka minum alcohol, tawuran,

tidak dapat bekerja sama dalam tim/ kelompok.

Penelitian di kota besar di Indonesia, dimana (51,7%) pola asuh orangtua

baik dan selebihnya (41,7%) pola asuh orangtua tidak baik. Hal ini disebabkan

oleh peran orangtua yang selalu memanjakan anak menyebabkan anak kurang

matang secara sosial, kurang mandiri dan kurang percaya diri. Prevalensi

penduduk di Indonesia penduduk yang menerapkan pola asuh autoritatif

(53,85%), pola asuh otoriter (23,66%), dan pola asuh permisif (22,49%)

(Fakhruddin, 2011). Kecerdasan emosi pada anak akan berkembang seperti

perasaan damai, kasih saang pada keluarga, saling menghargai, tidak mudaah

putus asa, hal ini dapat memebantu anak dalam mengatasiatau menghadapi suatu
3

masalah social pada diri. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa

5-25% anakanak mengalami gangguan perkembangan emosionl dengan populasi

anak sebesar 23,979,000. Anak yang mengalami gangguan berupa kecemasaan

sekitar 9%, mudah emosi 11- 15%, dan gangguan perilaku 9-15% (WHO, 2017).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahu (2018), Prevelensi

perkembangan anak pada usia 4-6 tahun di Indonesia mencapai 88,3% dengan

prevelensi perkembangan social-emosional mencapai 69,9%, perkembangan fisik

mencapai 97,8%, dan perkembangan literasi mencapai 64,6%. Dari data tersebut

perkembangan emosional yang dialami anak pada usia 4-6 tahun cukup tinggi,

yakni berada di urutan ke dua setelah perkembangan fisik anak kemudian setelah

itu baru diikuti dengan perkembangan literasi.

Pola asuh orang tua tidak maksimal diakibatkan oleh tuntunan pekerjaan

diluar rumah dari pagi hingga sore bahkan sampai malam yang menyebabkan

kecerdasan emosional yang rendah karena tidak maksimalnya dalam mengawasi

dan membimbing anak. Hasil wawancara dengan ibu DA dari salah satu anak

bernama ZMA terkait pola asuh nya terungkap bahwa dalam pemberian

pengasuhan dengan jenis pola asuh orang tua yaitu permisif sehingga anak

bernama ZMA memiliki kecerdasan emosional yakni kurangnya rasa percaya

diri, cenderung mudah putus asa, kurang memiliki rasa tanggung jawab pada

dirinya terutama dalam belajar, kurangnya rasa peduli terhadap lingkungan

sekitar menjadikan anak. Berdasarkan hasil pengamatan pada siswa kelas V di

SD Inpres Minasa Upa 1 umumnya siswa- siswinya berusia 10 tahun keatas,

ditemukan fakta bahwa ada beberapa siswa yang bertengkar dengan teman

sekelasnya, siswa yang mudah marah karena tersinggung, siswa yang suka
4

mengejek teman lainnya, siswa yang sering menangis karena ejekan temannya,

dan suka mengganggu teman sekelasnya. Penelitian yang berjudul hubungan

antara pola asuh orang tua dengan kecerdasan emosi (EQ) pada remaja SMPN 1

Dau Malang oleh Ristiyadi, Yudiernawati, Maemunah (2017) didapatkan hasil

adanya hubungan antara pola asuh orang tua dengan kecerdasan emosi (EQ).

Pemberian pola asuh yang sangat baik adalah pola asuh orang tua

demokratis karena orang tua menghargai kebebasan anak untuk berpendapat

namun tetap dalam bimbingan dan ada batasan dari orang tua. Orang tua sebagai

pelatih emosi perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan membangun

komunikasi yang efektif dalam melatih anak untuk memiliki ketrampilan

manusiawi melalui empati dan pengertian. Keluarga dikatakan sebagai pendidik

pertama, jadi orang tua harus lebih memahami mengenai pendidikan mengenai

pola asuh orang tua yang diterapkan keluarga terhadap kecerdasan emosional

anak. Berdasarkan uraian diatas penulis mengadakan penelitian untuk mengetahui

Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kecerdasan Emosional Pada Anak 10 –

13 Tahun Dan VI Di SDN Gondanglegi Kulon 02. Dalam pemberian pengasuhan

dengan jenis pola asuh orang tua yaitu permisif sehingga anak bernama ZMA

memiliki kecerdasan emosional yakni kurangnya rasa percaya diri, cenderung

mudah putus asa, kurang memiliki rasa tanggung jawab pada dirinya terutama

dalam belajar, kurangnya rasa Peduli terhadap lingkungan sekitar menjadikan

anak. Berdasarkan hasil pengamatan pada siswa kelas V di SD Inpres Minasa

Upa 1 umumnya siswa- siswinya berusia 10 tahun keatas, ditemukan fakta bahwa

ada beberapa siswa yang bertengkar dengan teman sekelasnya, siswa yang mudah

marah karena tersinggung, siswa yang suka mengejek teman lainnya, siswa yang
5

sering menangis karena ejekan temannya, dan suka mengganggu teman

sekelasnya. Penelitian yang berjudul hubungan antara pola asuh orang tua dengan

kecerdasan emosi (EQ) pada remaja SMPN 1 Dau Malang oleh Ristiyadi,

Yudiernawati, Maemunah (2017) didapatkan hasil adanya hubungan antara pola

asuh orang tua dengan kecerdasan emosi (EQ).

Pemberian pola asuh yang sangat baik adalah pola asuh orang tua

demokratis karena orang tua menghargai kebebasan anak untuk berpendapat

namun tetap dalam bimbingan dan ada batasan dari orang tua. Orang tua harus

menjadi role model dalam keluarga dalam memenuhi kebutuhan fisik, emosional

dan stimulasi anak seperti ang dilakukannya perhatian, pendekatan, reproduksi

motorik, penguatan dan respect. Orang tua sebagai pelatih emosi perlu

dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan membangun komunikasi yang efektif dalam

melatih anak untuk memiliki ketrampilan manusiawi melalui empati dan

pengertian. Keluarga dikatakan sebagai pendidik pertama jadi orang tua harus

lebih memahami mengenai pendidikan mengenai pola asuh orang tua yang

diterapkan keluarga terhadap kecerdasan emosional anak. Berdasarkan uraian

diatas penulismengadakan penelitian untuk mengetahui Hubungan Pola Asuh

Orang Tua Terhadap Kecerasan Emosional Pada Anak.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah hubungan pola asuh orang tua dengan kecemasan emosional pada

anak usia 10 – 13 tahun ?


6

1.3 Pertanyaan masalah

1.3.1 Bagaimana pola asuh orang tua anak usia 10 – 13 tahun ?

1.3.2 Bagamana kecrdasan emosinal anak usia 10 – 13 tahun ?

1.3.3 Bagaimana hubungan pola asuh orang tua dengan kecemasan emosional

pada anak usia 10 – 13 tahun ?

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasi Bagaimana hubungan pola asuh orang tua dengan

kecemasan emosional pada anak

1.4.2 Tujuan Khusus

1.4.2.1 Mengidentifikasi pola asuh orang tua pada anak

1.4.3 Mengidentifikasi kecerdasan emosional pada anak

1.4.4 Mengidentifikasi hubungan pola asuh orang tua dengan kecemasan

emosional pada anak.

1.5 Manfaat

1.5.1 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini sebagai pengalaman, pemberian informasi, menambah,

sera meningkatkan pengetahuan untuk memahami tentang pentinnya pengaruh

pola asuh terhadap kecerdasan emosi pada anak.

1.5.2 Bagi Tempat Penelitian

Mengetahui kecerdasan emosi dapat di pengaruhi oleh pola asuh orang tua,

sehingga pada lingkungan anak dapat memberikan dalam peranan yang tepat pada
7

bersosialisasi dan aspek kecerdasan emosi pada anak.

1.5.3 Bagi Institusi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai informasi mengenai factor yang mempengaruhi

pola asuh orang tuaang berdampak dengan kecerdasan emosional pada kehidupan

lingkungan.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pola Asuh Orang Tua

2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh adalah cara yang digunakan seseorang dalam strategi untuk

mendorong anaknya mencapai tujuan yang diingkan oleh orang tuanya, dimana

tujuan tersebut adalah pengetahuan, nilai moral, dn standart perilaku yang harus

dimiliki setiap anak bila dewasa nanti (Mussen,2016). Menurut Hetherington dan

Parke (Lestari, 2014) pola asuh orang tua adalah suatu interaksi antara orang tua

dengan dua dimensi perilaku orang tua. Dimensi pertama yaitu hubungan

emosional antara orang tua dengan anak meliputi factor kasih sayang, kepuasan,

emosional, perasaan, aman, dan kehangatan ang didapat oleh anak. Dimensi kedua

yaitu bermacam cara orang tua untuk mengontrol perilaku anaknya. Disini ang

dimaksud control adalah disiplin. Pola asuh adalah suatu bentuk aksi atau

dukungan dan interaksi yang dilakukan orang tua untuk mendukung

perkembanagn anak yang dipengaruhi oleh budaya dan perkembangana social

dimana anak dibesarkan (Berk, 1997). Pola asuh adalah proses pengasuhan yang

meliputi: (1) interaksi anak dan masyarakat lingkungannya, (2) penyesuaian

kebutuhan hidup dan temperamen anak dengan orang tuanya, (3) pemenuhan

tanggung jawab untuk membesarkan dan memenuhi kebutuhan anak, (4) proses

mendukung dan menolak keberadaan anak dan orang tua, dan (5) proses

mengurangi risiko dan perlindungan terhadap individu dan lingkungan sosialnya.

Dapat disampaikan dari berbagai macam definisi diatas berkesimpulan bahwa

8
pola asuh orang tua merupakan suatu bentuk pengasuhan yang dilakukan setiap

orang tua kepada anak dengan cara bagaimana orang tua mendidik,

memperlakukan, membimbing, membina, dan mendisilpinkan anak untuk hidup

dimasyarakat dengan memebentuk perilaku anak sesuai dengan nilai dan norma

yang baik sesuai dengan kehidupan dimasyarakat. Pola asuh orang tua sendiri

sangat berpengaruh dalam peran perkembangan, kualitas pendidikan serta

kepribadian anak, dikarenakan pola asuh sangat penting diterapkan setiap orang

tua perlu mendapat perhatian.

2.1.2 Jenis – Jenis Pola Asuh

Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua untuk mendidik anak adalah

kesepakatan orangtua bersama (ayah dan ibu), bila terjadi perbedaan sikap dan

pendapat diantara keduanya dalam pemeberian pendidikan anak, hal ini membuat

kondisi keluarga tidak stabil.

2.1.2.1 Authoritative (Demokratis)

Pola asuh demokratis merupakan suatu pola asuh yang memeperlihatkan dan

menghargai kebebasan anak untuk berpendapat dan mampu melakukan hal yang

diinginkan anak, namun tidak mutlak dan dilakukan dengan bimbingan yang

penuh antara orang tua, serta masih perlu dibatasi dengan aturan yang diterapkan

orang tua (Gunarsa, 2018). Pola asuh ini diterapkan secara kaku yang dimaksud

yaitu orang tua tidak menerapkan salah satu pola asuh tersebut. Kemungkinan

orang tua menngunakan secara fleksibel, luwess, dan sesuai dengan situasi dan

kondisi yang saat itu terjadi. Pola asuh yang dimaksud adalah pola asuh

situasional atau campuran yaitu pola asuh tertentu tetapi semua tipe tersebut

diterapkan secara. Ciri dari pengasuhan yaitu :

9
1. Bersikap hangat namun tegas

2. Mengatur standar agar dapat melaksanakannya dan memberi harapan yang

konsisten terhadap kebutuhan dan kemampuan anak

3. Memberi kesempatan anak untuk berkembang otonomi dan mampu

mengarahkan diri, namun anak harus memiliki tanggung jawab terhadap

tingkah lakunya.

4. Menghadapi anak secara rasional, orientasi pada masalah-masalah memberi

dorongan dalam diskusi keluarga dan menjelaskan disiplin yang mereka

berikan.

Indicator pola asuh demokratis dikemukakan sebagai berikut :

a. Orang tua memberikan tuntutan kepada anak sekaligus responsif terhadap

kemauan dan kehendak anak.

b. Orang tua bersikap asertif yaitu membiarkan anak untuk memilih apa

yang menurutnya baik mendorong anak untuk bertanggung jawab atas

pilihannya tetapi menetapkan standar dan batasan yang jelas serta selalu

mengawasinya.

c. Terjalinnya komunikasi yang intensif dan hangat bersama anak.

d. Komunikasi yang terbuka dan memungkinkan adanya diskusi antara

orang tua dengan anak.

e. Orang tua bersikap responsif terhadap kebutuhan anak.

f. Orang tua menghargai emosi dan membantu anak untuk

mengekspresikan emosinya secara tepat.

g. Orang tua membantu anak untuk membanggakan keyakinan dirinya

10
11

2.1.2.2 Authoritarian (otoriter)

Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter memperlihatkan kehangatan

tetapi keras, menjunjung tinggi kemnadirian tetapi menuntut tanggung jawab

sikap anak. Pola asuh authoritarian (otoriter), orang tua menjungjung tinggi

kepatuhan, kenyamanan, dan disiplin yang berlebih. Pola asuh otoriter ini bersifat

menghukum atas kesalahan (tanya jawab verbal dan penjelasan tidak diterapkan)

dan membatasi anaak dengan berkomunikasi tertutup menjadikan anak tidak

diberi kesempatan untuk komunikasi verbal, hal ini bisa dikatakan pola asuh

otoriter orang tua lebih dominan bahkan dikatakan mutlak. Ciri pengasuhan

authoritarian menurut Baumrind (Casmini, 2007) yaitu: a) memberi nilai tinggi

pada kepatuhan dan dipenuhi permintaannya, b) cenderung lebih suka

menghukum, bersifat absolut dan penuh disiplin, c) orang tua meminta anaknya

harus menerima segala sesuatu tanpa pertanyaan, d) aturan dan standar yang tetap

diberikan oleh orang tua dan e) mereka tidak mendorong tingkah laku anaksecara

bebas dan membatasi anak. Indicator pola asuh otoriter meliputi:

1. Mendesak anak untuk mengikuti petunjuk dan usaha orang tua

2. Adanya batasan yang tegas dan tidak memberikan peluang yang

besar bagi anak untuk mengemukakan pendapatnya.

3. Orang tua bersikap sewenang-wenang dalam membuat keputusan

memaksakan peran berkehendak kepada anak tanpa mempertimbangkan

kemampuan anak.

4. Orang tua bersifat membatasi, menghukum dan hanya sedikit melakukan

koomunikasi baik secara verbal dan nonverbal.

5. Orang tua kurang menghargai pemikiran dan perasaan anak


12

2.1.2.3 Permissive

Pola asuh permisif, orang tua bersikap peduli dan cenderung memberi

kesempatan anak untuk melakukan hal yang diingkan secara bebas tanpa adanya

peraturan yang mengekang namun harus diikuti keluarga (Dariyo,2011).

Baumrind (1995) bahwa orang tua dalam tipe ini mencakup tingginya level

penerimaan dan pengabulan permintaan serta rendah dalam kedisiplinan dan

control perilaku.

Menurut Surbakti akibat penerapan pola asuh permissive adalah anak akan

bertindak sekehendak hati, tidak mampu mengendalikan diri, tingkat kesadaran

mereka rendah, menganut pola hidup bebas, nyaris tanpa aturan, selalu

memaksakan kehendak, tidak mampu membedakan baik dan buruk, kemampuan

berkompetensi rendah, tidak mampu menghargai prestasi dan kerja keras, mudah

putus asa, daya juang rendah, tidak produktif, dan kemampuan mengambil

keputusan rendah. Tipe pola asuh permissive juga membawa dampak lebih buruk

dalam hal prestasi belajar pola asuh otoriter. Indicator pola asuh permissive

sebagai berikut :

1. Kasih sayang yang berlebihan sehingga orang tua mengikuti segala keinginan

dan kemauan anak tanpa ada batasan (membebaskan anak).

2. Tidak memberikan pengawasan dan pengarahan pada tingkah laku anak

3. Tuntutan dan kontrol yang rendah dari orang tua kepada anak.

4. Orang tua sangat toleran kepada anak.

5. Tidak menuntut anak untuk berperilaku matang, Mandiri dan bertanggung

jawab.

2.1.3 Dimensi Pola Asuh Orang Tua


13

Diana Beurmrind (Surbakti, 2010) mengemukakan empat dimensi

perilaku orang tua terhadap anak – anaknya. Dari dimensi ini dapat dilihat

kecenderungan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua pada anak. Empat

dimensi perilkau tersebut adalah :

2.1.3.1 Aspek Tuntutan (Demandingness)

Dimensi ini menggambarkan bagaimana standar yang ditetapkan oleh orang

tua kepada anak. Apakah orang tua menuntut anak terlalu tinggi atau orang tua

tidak menetapkan bagaimana anaknya harus berperilaku.

1. Aspek Control (Control)

Hal ini merupakan tindakan orang tua dimana dapat merubah ekspresi anak

yang dependent, agresif, dan senang bermain atau membuat anak mengikuti

standar orang tua yang telah ditetapkan.

2. Aspek Respon (Responsiveness)

Dimensi ini mengukur bagaimana orang tua merespon anaknya. Orang tua

menggunakan penalaran untuk mencapai sesuatu dari anak dan berusaha

memecahkan masalah anak dengan musyawarah. Dengan tindakan orang tua

menunjukan kasih sayang dengan tindakan dan sikapnya untuk kesejahteraan

fisik dan mental emosional anak serta orang tua dapat menunjukan

kebanggaan, kebahagiaan atas keberhasilan anak.

3. Aspek Penerimaan (Accepting)

Dimensi ini mengukur kesadaran orang tua untuk mendengarkan atau

menampung pendapat, keinginan dan keluhan anak. Kesadaran orang tua

dalam memberikan hukuman pada anak apabila diperlukan. Jika dimensi

menuntut mengontrol menerima dan merespon yang kadarnya tinggi


14

dipadukan maka akan terbentuk pola asuh authoritative. Jika dimensi

menuntut dan mengontrol kadarnya tinggi sementara penerimaan dan respon

kadarnya rendah maka akan terbentuk pola asuh authoritarian. Jika dimensi

menuntut dan mengontrol kadarnya rendah maka akan terbentuk pola asuh

permisif indulgent atau memanjakan. Dan bila dimensi menuntut dan

mengontrol menerima dan merespon yang rendah maka akan terbentuk pola

asuh permisif indifferent atau pola asuh tidak peduli.

2.1.4 Faktor – Factor Yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua

Ada beberapa hal yang mempengaruhi jenis pola asuh yang digunakan orang

tua dalam mengasuh anak menurut Hurlock (2012 dalam Husaini, 2013), yaitu:

2.1.4.1 Pola asuh yang diterima orang tua waktu masih anak-anak

Orang tua memiliki kecenderungan yang besar menerapkan pola asuh yang

sama yang pernah mereka terima dari orang tua mereka sebelumnya.

2.1.4.2 Pendidikan orang tua

Pendidikan membantu orang tua untuk lebih memahami kebutuhan anak, dimana

orang tua yang berpendidikan baik cenderung menerapkan pola asuh yang lebih

demokratis ataupun permisif dibandingkan dengan orang tua yang berpendidikan

terbatas.

2.1.4.3 Kelas social

Orang tua dari kelas sosial menengah cenderung lebih permisif

dibandingkan dari orang tua kelas sosial bawah

2.1.4.4 Konsep tentang peran orang tua

Orang tua dengan konsep tradiosional cenderung memilih pola asuh yang

ketat dibandingkan orang tua dengan non tradisional.


15

2.1.4.5 Kepribadian orang tua

Orang tua yang berkepribadian tertutup dan konservatif cenderung akan

memperlakukan anaknya dengan ketat dan otoriter.

2.1.4.6 Usia anak dan orang tua

Orang tua lebih memberikan dukungan dan dapat menerima sikap

ketergantungan anak usia pra sekolah daripada remaja. Usia orang tua Usia orang

tua yang muda cenderung demokratis dikarenkanakan usia muda cenderung dapat

menerima hal yang baru dan mampu mengakses tehnologi informasi sehingga

penerapan pola asuh yang baik dan update mudah diterapkan.

2.1.4.7 Pekerjaan

2.1.4.8 Jenis kelamin

Orang tua pada umumnya akan lebih protektif pada anak perempuannya

dibandingkan dengan anak laki lakinya.

2.1.5 Kelebihan Dan Kekurangan Pola Asuh Orang Tua

2.1.5.1 Pola Asuh Otoriter

Maka akibat negatif yang timbul pada pola asuh ini akan cenderung lebih

dominan. Tidak hanya akibat negatif yang ditimbulkan, tetapi juga terdapat akibat

positif atau kelebihan dari pola asuh otoriter yaitu anak yang dididik akan menjadi

disiplin yakni menaati peraturan. Meskipun, anak cenderung disiplin hanya di

hadapan orang tua.

2.1.5.2 Pola Asuh Demokratis

Pola asuh yang bersifat demokratis memiliki kelebihan yaitu menjadikan

anak sebagai seorang individu yang mempercayai orang lain, bertanggungjawab

terhadap tindakannya, tidak munafik, dan jujur. Kekurangan dari pola asuh
16

otoritatif ini yaitu menjadikan anak cenderung mendorong kewibawaan otoritas

orang tua, bahwa segala sesuatu harus dipertimbangkan antara anak dan orang tua.

2.1.5.3 Pola Asuh Permisif

Orang tua memberikan kebebasan yang sebebas-bebasnya kepada anak.

Sehingga kelebihan pola asuh ini adalah memberikan kebebasan yang tinggi pada

anak dan jika kebebasan tersebut dapat digunakan secara bertanggung jawab,

maka akan menjadikan anak sebagai individu yang mandiri, kreatif, inisiatif, dan

mampu mewujudkan aktualisasinya.

Di samping kelebihan tersebut, akibat negatif juga ditimbulkan dari

penerapan pola asuh ini yaitu dapat menjadikan anak kurang disiplin dengan

aturan-aturan sosial yang berlaku. Setiap pola asuh yang diterapkan orang tua

memiliki dampak positif dan negatif terhadap perilaku dan kondisi emosi seorang

anak.Agar anak berkembang dengan baik, maka setiap orang tua perlu memilih

jenis pola asuh yang sesuai dengan karakteristik anak.

2.1.6 Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kecerdasan Emosi Siswa

2.1.6.1 Gaya Pengasuhan Otoritarian

Gaya Pengasuhan Otoritarian atau dikenal dengan pola asuh otoriter dapat

menjadikan anak seringkali tidak bahagia, ketakutan, minder ketika

membandingkan diri dengan orang lain, tidak mampu memulai aktivitas dan

memilki kemampuan berkomunikasi yang lemah, berperilaku agresif. Dari sikap

di atas mencerminkan sikap kecerdasan emosi yang kurang baik.

2.1.6.2 Gaya Pengasuhan Otoritatif

Gaya pengasuhan ini membuat anak lebih ceria, bisa mengandalkan diri

dan mandiri, dan berorientasi pada prestasi, mereka cenderung untuk


17

mempertahankan hubungan yang ramah terhadap teman sebaya, bekerja sama

dengan orang dewasa, dan bisa mengatasi stress dengan baik. Sikap yang timbul

inilah yang dapat masuk pada golongan anak ang memiliki kecerdasan emosi

positif.

2.1.6.3 Gaya Pengasuhan Yang Mengabaikan

Gaya pengasuhan mengabaikan menjadikan anak merasa bahwa aspek lain

kehidupan orang tua lebih penting dibandingkan dengan kehidupan mereka,

cenderung tidak memiliki kemampuan social, pengendalian diri yang buruk dan

tidak mandiri, cemderung memilki HDR , tidak dewasa merasa terasingkan di

keluarga. Saat menginjak remaja mereka mungkin menunjukan sikap yang suka

membolos dan nakal.

2.1.7 Aspek Pembentukan Pola Asuh Orang Tua

2.1.7.1 Peraturan adalah suatu perilkau seseorang yang memiliki nilai pendidikan

yang baik dan buruk dimana harus dimengerti, diingat, diterima anak sesuai

peraturan itu sendiri, bertujuan untuk:

1. Membekali anak dalam berperilaku yang disetujui dalam situasi tertentu.

Berfungsi juga untuk mendidik dan bersikap lebih bermoral. Hukuman, hukuman

memiliki 3 peran dalam perkembangan moral anak. Pertama, hukuman mencegah

terjadinya pengulangan tindakan ang tidak diinginkan. Kedua, hukuman sebagai

pendidik karena anak dapat belajar tindakan mereka benar atau salah, jika salah

akan mendapat hukuman. Ketiga, hukuman sebagai motivasi untuk menhindari

perilkau ang diterima oleh masyarakat.

2. Penghargaan, bentuk penghargaan bisa dengan kata pujian, senyuman dan

ciuman tidak harus berupa benda atau materi. Fungsi penghargaan antara lain
18

mendidik, memotivasi untuk perilaku yang baik dan disetujui secara social.

3. Konsistensi, berarti kestabilan yang berfungsi mempunyai nilai didik yang

besar sehingga dapat memacu proses belajar,memotivasi akan mempertinggi

penghargaan pada peraturan dan orang tua yang berkuasa. Maka dari itu orang tua

harus konsisten dalam menerapkan semua aspek disiplin agar menilai yang kita

miliki tidak hilang.

2.2 Konsep Kecerdasan Emosional

2.2.1 Pengertian Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emsoional adalah emosi yang dimiliki dirinya sendiri dalam

memecahkan masalah atau mengaatasi situasi apapun sebagai kemampuan untuk

mengekspresikan, mengatur, dan memanfaatkan (Maer & Salovey,1997:Salovey

& Mayer 1990:Zhoc Et Al.,2018).

Menurut Goleman (2016 ) kecerdasan emosional aitu kemampuan yang

dimiliki sesorang sehinga orang tersebut dapat mengenali emosi diri, dapat

mengelola emosi, dapat memotivasi diri sendiri, dapat mengenali emosi orang

lain, dan dapat membina hubungan. Serta menngunakan perasaannya dalam

berfikir dan bertingkah laku. Emosi adalah dorongan untuk bertindak, rencana

seketika untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara berangsur-angsur

oleh evolusi. Kecenderungan untuk bertindak ini dibentuk oleh pengalaman

kehidupan serta budaya. Emosi juga berarti seluruh perasaan yang kita alami

seperti sedih, gembira, kecewa, semangat, marah, dan cinta. Sebutan yang

diberikan kepada perasaan tertentu mempengaruhi bagaimana seorang berpikir

mengenai perasaan itu, dan bagaimana ia bertindak.


19

Perkembangan emosi atau dikenal dengan kecerdasan emosional sering

diabaikan oleh orang tua. Kecerdasan emosi ditandai dengan empati, kemampuan

mengguangkap perasaan, kemampuan mengendalikan amarah, kemandiarian,

kemampuan menyesuaikan diri, disukai orang lain, kemampuan memecahkan

masalah anatar pribadi, ketekunana, kesetiakawanan, keramahan, dan sikap

hormat. Dengan begitu orang tua sebagai pelatih emosi perlu dimanfaatkan sebaik

baiknya dengan membangun komunikasi yang efektif dalam melatih anak untuk

ketrampilan manuiawi melalui empati dan pengertian. Menurut Goleman (2016)

kecerdasan emosi adalah kemampauan untuk mengendalikan diri, memilki daya

tahan ketika menghadapi suatau masalah, mampu menegdalikan implus,

memotivasi diri, mampu mengatur suasana hati, kemampuan berempati dan

membina hubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosi diukur dengan

berpedoman aspek kecerdasan emsoi sesuai dengan teori Goleman (2016) yaitu :

(1) mengenali emosi (2) mengelola emosi (3) memotivasi diri sendiri (4)

mengenali emosi orang lain (5) membina hubungan. Kecerdasan emosional

sanggup memperhitungkan atau menyadari situasi tempat kita berada, membaca

emosi orang lain dan emosi diris sendiri, serta untuk bertindak dengan tepat.

2.2.2 Aspek – Aspek Kecerdasan Emosional

2.2.2.1 Kesadaran emosi (emotionak literacy)

Kesadaran emosi memiliki tujuan untuk membangun rasa percaa diri

individu dengan cara mengenal emosi ang sedang dialami dan kejujuran terhadap

emosi ang dirasakan. Kesadaran emosi akan mempengaruhi penaluran energy

emosi ke arah yang konstruktif jika seseorang dapat mengelola emosi yang telah

dikenalnya.
20

2.2.2.2 Kebugaran emosi (emotional fitness)

Kebugaran emosi bertujuan untuk mempertegas antusiasme dan

ketangguhan untuk menghadapi tantangan dan perubahan. Kebugaran emosi

memiliki kemampuan dalam mempercayai orang lain, mengelola konflik serta

mengatasi kekecewaan dengan cara yang membangun.

2.2.2.3 Kedalaman emosi (emotional depth)

Kedalaman emosi yaitu mencakup komitmen untuk menyelaraskan hidup

dan kerja dengan potensi serta bakat unik ang dimiliki setiap individu. Dengan

begitu kedalaman emosi seseorang dapat melakukan kerja dengan senang hati.

2.2.2.4 Alkimia emosi (emotional alchemy)

Kemampuan kreatifitas untuk mengalir bersama masalah – masalah dan

tekanan tanpa larut didalamnya. Hal ini merupakan ketrampilan bersaing dengan

lebih peka terhadap masalah akan kemungkinan solusi ang masih tersembunyi dan

peluang yang masih terbuka untuk memperbaiki hidup.

2.2.3 Aspek – Aspek Kecerdasan Emosional

Goleman memfokuskan pandangan pada lima area utama dalam

kecerdasan emsoional :

2.2.3.1 Kesadaran diri.

Memahami respons atau perasaan ang dialami karena hal tersebut memberi

kita potensi dalam mengontrol emosi kita.

2.2.3.2 Control emosi.

Strategi kita ketika bereaksi atau berespon sesuatu dengalan sewajarnya

dalam kondisi apapun atau sedang dalam keadaan tertekan.

2.2.3.3 Motivasi diri.


21

Ketika seseorang memiliki tujuan maka kita akan mengkontrol meosi akan

membantu kita dalam mencapainya. (sebagai contoh, dengan memfokuskan

perasaan secara produktif dan mengontrol implus kita)

2.2.3.4 Empati.

Suatu kemamapuan untuk mengenali tanda emosi pada orang lain atau

emosi diri senidri ketika kita sedang membina hubungan ang baik dengan mereka.

Empati dapat membatu kita dalam mengatsi konflik.

2.2.3.5 Mengtasi hubungan dengan orang lain.

Pemahaman, pengertian atau pengetahuan sesorang baik terhadap emosi

dapat meembantu kita untuk mengatasi kondisi emosi orang lain (Meggit, 2013).
22

Table 2.1 Aspek Pembentukan Emosi

VARIABEL SUB INDIKATOR


VARIABEL
Kecerdasan Mengenali emosi 1. Menyadari emosi

emosional diri 2. Mampu menilai diri


3. Memiliki kepercayaan diri
4. Memahami penyebab perasaan timbul
Mengelola emosi 1. Mampu mengendalikan diri
2. Memiliki sikap waspada
3. Memiliki sikap adaptif
4. Menyukai inovasi
Memotivasi diri 1. Memiliki dorongan untuk berprestasi
2. Memiliki sikap optimis
Empati 1. Mampu menerima sudut pandang orang lain
2. Memeiliki kepekaan terhadap perasaan orang lain
3. Mampu mendengarkan orang lain
Membina 1. Memiliki kemampuan berkomunikasi

hubungan 2. Memiliki karakterisktik pemimpin


3. Mampu mengelola kelompok atau tim

Kecerdasan emosional adalah kemampuan sesorang untuk menerima,

menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirina dan orang lain di sekitarnya.

Dalam hal ini emosi mengacu pada persaan pada perasaan terhadap informasi

akan suatu hubungan. Kecerdasan emosi berfokus pada kemampuan seseorang

untuk mengenali, memahami, mengatasi, dan mengekspresikan emosi dengan

baik dan layak yang dimana kecerdasan emosional meliputi: a). perasaan b).

pemikiran c). Perilaku.


23

Kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat, dan

ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan

menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan

emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga

agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk membaca

perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa, untuk memelihara hubungan

dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk

memimpin diri dan lingkungan sekitarnya. Ketrampilan ini dapat diajarkan

kepada anak-anak. Orang-orang yang dikuasai dorongan hati yang kurang

memiliki kendali diri, menderita kekuranganmampuan pengendalian moral.

Dalam kecerdasan emosional seseorang dapat menempatkan emosinya pada

porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati. Selain itu

kecerdasan emosi juga berhubungan dengan kemampuan kita untuk memahami,

dan mengelola emosi kita sendiri ang berupa ketakutan, kemarahan, agresi dan

kejengkelan.

2.2.4 Komponen Mempengaruhi Kecerdasan Emosional

Goleman (2011) menjelaskan bahwa ada beberapa factor yang

mempengaruhi kecerdasan emosi sesorang yaitu:

2.2.4.1 Lingkungan keluarga

Kehidupan keluarga merupakan sekolah pertama dalam memepelajari

emosi. Peristiwa emosional ang terjadi pada masa anak alan melekat dan

menetap secara permanen hingga dewasa kehidupan emosional ang dipupuk

dalam keluarga sangat berguna bagi anak dikemudian hari.

2.2.4.2 Lingkungan non keluarga


24

Yang dimaksud adalah lingkungan masyarakat dan pendidikan.

Kecerdasan emosi akan berkembang seiring dengan perkembangan fisik dan

mental anak. Biasanya terjadi dalam suatu kegiatan bermain peran sebagai

sesorang dilusr dirina dengsn emosi ang menyertai keadaan orang lain.

Menurut Le Dove (Goleman 2013) bahwa factor yang memepengaruhi

kecerdasan emosi antara lain

2.2.4.3 Fisik

Bagian yang paling menentukan atau paling berpengaruh terhadap

kecerdasan emosi seseorang adalah anatomi saraf emosinya. Bagian otak yang

digunakan untuk berfikir yaitu konteks (kadang kadang disebut juga neo

konteks). Sebagai bagian yang berada dibagian otak yang mengurusi emosi yaitu

system limbic, tetapi sesungguhnya antara kedua bagian inilah yang menentukan

kecerdasan emosi seseorang

1. Konteks.

Bagian ini berupa bagian berlipat-lipat kira kira 3 milimeter yang

membungkus hemisfer serebral dalam otak. Konteks berperan penting dalam

memahami sesuatu secara mendalam, menganalisis mengapa mengalami

perasaan tertentu dan selanjutnya berbuat sesuatu untuk mengatasinya. Konteks

khusus lobus prefrontal, dapat bertindak sebagai saklar peredam yang memberi

arti terhadap situasi emosi sebelum berbuat sesuatu.

2. Sistem Limbic

Bagian ini sering disebut sebagai emosi otak yang letaknya jauh didalam

hemisfer otak besar dan terutama bertanggung jawab atas pengaturan emosi dan

implus. Sistem limbic meliputi hippocampus, tempat berlangsungnya proses


25

pembelajaran emosi dan tempat disimpannya emosi. Selain itu ada amygdala

yang dipandang sebagai pusat pengendalian emosi pada otak.

2.2.4.4 Psikis

Kecerdasan emosi dapat dipengaruhi oleh kepribadian individu, juga

dapat dipupuk dan diperkuat dalam diri individu. Dapat disimpulkan terdapat

adanya dua factor yang mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang yaitu secara

fisik terletak dibagaian otak aitu konteks dan sistem limbic serta psikis meliputi

lingkungan keluarga dan lingkungan non keluarga. Factor kondisi yang

mempengaruhi emosi seseorang (Hurlock, 2010) :

1. Kondisi kesehatan, kondisi fisik yang baik dapat mendorong emosi serta

dapat menyenangkan emosi yang tidak menyenagkan lebih menonjol.

2. Suasana rumah, ketik suasana rumah terisi kebahagiaaan, sedikit kemarahan,

kecemburuan dan dendam, maka anak akan lebih atau menjadikan anak bahagia

3. Kondisi kesehatan, kondisi fisik yang baik dapat mendorong emosi serta

dapat menyenangkan emosi yang tidak menyenagkan lebih menonjol.

4. Suasana rumah, ketik suasana rumah terisi kebahagiaaan, sedikit kemarahan,

kecemburuan dan dendam, maka anak akan lebih atau menjadikan anak

bahagia.

5. Cara mendidik anak, saat orang tua mendidik anak secara otoriter,

menggunakan hukuman untuk memperkuat kepatuhan secara ketat, akan

mendorong emosi yang tidak menyenangkan menjadi dominan. Cara

mendidik anak yang bersifat demokratis dan permisif akan menjadikan

suasana yang santai dan akan menunjang emosi yang menyenangkan

6. Hubungan dengan anggota keluarga lain, ketika hubungan anatar anggita


26

keluarga baik rasa emosi tidak akan muncul tidak akan menimbulkan

kemarahan dan kecemburuan sehingga emosi negatif cenderung menguasai

kehidupan anak dirumah

7. Hubungan dengan teman sebaya, jika anak diterima oleh kelompok sebaya

nya akan memiliki emosi yang dominan karena dirasa sangat menyenangkan.

8. Perlindungan yang berlebih lebihan, orang tua yang memiliki overprotektif

terhadapa anak akan menimbulkan rasa takut pada anak yang menjadi

dominan

9. Bimbingan, bimbingan dengan menitikberatkan pada penanaman pengertian

bahwa mengalami frustasi diperlakukan seklai wkatu dapat mencegah

kemarahan dan kebencian menjadi emosi ang dominan.

10. Aspirasi orang tua, aspirasi yang tinggi dan tidak realistis bagi anak akan

menjadikan anak merasa canggung, malu, dan merasa bersalah terhadap

suatu kritik. Bila terjadi secara berulangkali anak akan memiliki emosi yang

tidak menyenangkan.

2.2.5 Ciri- Ciri Kecerdasan Emosi Tinggi Dan Rendah

2.2.5.1 Kecerdasan Emosional Tinggi

Seseorang yang mampu mengetahui dan mengontrol emosinya sendiri.

Perasaan marah yang dapat dikendalikan memiliki kesabaran tidak agresif, dapat

menyelesaikan konflik social dengan cara damai, berkomunikasi dengan baik,

mudah menjalin pertemanan dengan orang lain, memiliki konsep yang positif,

dapat mengendalikan mood atau negative, empati, menadari perasaan sendiri dan

orang lain, memiliki daya tahan untuk tercapinya tujuan hidup, dan memikirkan

akibat sebelum bertindak.


27

2.2.5.2 Kecerdasan Emosi Rendah

Seseorang yang tidak mampu mengatasi emosi. Tindakan yang tidak

memikirkan akibatnya selalu mengikuti perasaannya, pemarah, bertindak agresif

dan tidak sabar, memiliki tujuan hidup dan cita-cita yang tidak jelas, mudah

putus asa, kurang peka terhadap perasaan diri sendiri dan orang lain, tidak dapat

mengendalikan perasaan dan mood yang negatif, manja, tidak percaya diri, tidak

bertanggung jawab, mudah terpengaruh oleh perasaan negatif, memiliki konsep

diri yang negatif, tidak mampu menjalin persahabatan yang baik dengan orang

lain, tidak mampu berkomunikasi dengan baik, dan menyelesaikan konflik sosial

dengan kekerasan.

2.2.6 Upaya Pengendalian Emosi

Goleman (2013) mengemukakan bahwa mendapatkan pengendalian emosi

secara sehat maka ada berbagai hal yang perlu dilatih pada anak :

2.2.6.1 Mengajarkan anak untuk mengenali perasaannya sendiri dan membiarkan

mereka mengungkapkan perasaannya dengan baik

2.2.6.2 Melatih anak mengekspresikan perasaanya dengan baik.

Melatih anak mengenali perasaan orang lain dan dampak dari perasaan orang

lain jika pelampiasan perasaannya dalam bentuk emosional yang terarah.

2.2.6.3 Melatih anak untuk bersabar dengan tidak selalu mengikuti dorongan

emosi. Dengan demikian diperlukan orang tua dan guru untuk memiliki sikap

mendukung karena orang tua dan guru merupakan model pertama yang baik bagi

anak atau siswa. Kecerdasan emosi dapat mendukung kesuksesan seseorang

namun perlu dilakukan upaya untuk mengendalikan kecerdasan emosi seseorang.

2.2.7 Pengukuran Kecerdasan Emosional


28

Pengukuran kecedasan emosional memilki dua cara menurut (Ciarrochiet al,

2002), yaitu :

2.2.7.2 Performance test

Test yang memiliki respon yang dinilai secara objektif dan memiliki

kriteria skor yang tetap. Pengukuran dengan performance test menilai

kecerdasan emosional secara actual, pengukuran dengan performance test

umumnya lebih banyak memakan waktu dibandingkan dengan self-report, pada

performance test memerlukan sejumlah observasi penting sebelum tingkatan

kecerdasan emosional dinyatakan. Performance test sedikit berhubungan dengan

pengukuran kepribadian akan tetapi akan tetapi lebih banyak berkorelasi dengan

pengukuran kecerdasan tradisional.

2.2.7.3 Self Report

Test seseorang yang diminta untuk merespon dengancara menilai sendiri

(menilai persepsi) atau suatu pernyataan yang menggambarkan tingkat

kecerdasan emsionalnya . Dalam self-report memungkinkan seseorang untuk

meringkas tingkat kecerdasan emosional yang dimilikinya dalam suatu

pernyataan yang singkat. Pengukuran dengan self-report membutuhkan

seseorang untuk menilai tingkat kecerdasan emosional dirinya sendiri.

Kelemahannya, seseorang kemungkinan tidak memiliki pemahaman yang

akurat mengenai kecerdasan emosinya, seseorang dapat memilih jawaban yang

paling baik atau buruk yang berbeda dengan kondisi aktualnya. Pengukuran

dengan self-report cenderung berkorelasi dengan trait kepribadian yang sudah

ada.
29

2.3 Konsep Anak

2.3.1 Pengertian Anak

Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang

masih dalam kandungan terdapat dalam Undang-undang No.23 Tahun 2002

tentang Perlindungan Anak. Pasal tersebut menjelaskan bahwa, anak adalah siapa

saja yang belum berusia 18 tahun dan termasuk anak yang masih didalam

kandungan, yang berarti segala kepentingan akan pengupayaan perlindungan

terhadap anak sudah dimulai sejak anak tersebut berada didalam kandungan

hingga berusia 18 tahun (Damayanti,2008)

2.3.2 Kebutuhan Dasar Anak

Kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang anak secara umum digolongkan

menjadi kebutuhan fisik-biomedis (asuh) yang meliputi, pangan atau gizi,

perawatan kesehatan dasar, tempat tinggal yang layak, sanitasi, sandang,

kesegaran jasmani atau rekreasi. Kebutuhan emosi atau kasih saying (Asih), pada

tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu

atau pengganti ibu dengan anak merupakansyarat yang mutlakuntuk menjamin

tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental maupun psikososial. Kebutuhan

akan stimulasi mental (Asah), stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam

proses belajar (pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental ini

mengembangkan perkembangan mental psikososial diantaranya kecerdasan,

keterampilan, kemandirian, kreaktivitas, agama, kepribadian dan sebagainya.

2.3.3 Tingkat Perkembangan Anak


30

Menurut Damaiyanti (2008), karakteristik anak sesuai tingkat

perkembangan : 2.3.3.1 Usia bayi (0-1 tahun)

Pada masa ini bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya

dengan kata-kata. Oleh karena itu, komunikasi dengan bayi lebih banyak

menggunakan jenis komunikasi non verbal. Pada saat lapar, haus, basah dan

perasaan tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa mengekspresikan perasaannya

dengan menangis. Walaupun demikian, sebenarnya bayi dapat berespon terhadap

tingkah laku orang dewasa yang berkomunikasi dengannya secara non verbal,

misalnya memberikan sentuhan, dekapan, dan menggendong dan berbicara lemah

lembut.

Ada beberapa respon non verbal yang biasa ditunjukkan bayi misalnya

menggerakkan badan, tangan dan kaki. Hal ini terutama terjadi pada bayi kurang

dari enam bulan sebagai cara menarik perhatian orang. Oleh karena itu, perhatian

saat berkomunikasi dengannya. Jangan langsung menggendong atau

memangkunya karena bayi akan merasa takut. Lakukan komunikasi terlebih

dahulu dengan ibunya. Tunjukkan bahwa kita ingin membina hubungan yang baik

dengan ibunya.

2.3.3.2 Usia pra sekolah (2-5 tahun)

Karakteristik anak pada masa ini terutama pada anak dibawah 3 tahun

adalah sangat egosentris. Selain itu anak juga mempunyai perasaan takut oada

ketidaktahuan sehingga anak perlu diberi tahu tentang apa yang akan akan terjadi

padanya. Misalnya, pada saat akan diukur suhu, anak akan merasa melihat alat

yang akan ditempelkan ke tubuhnya. Oleh karena itu jelaskan bagaimana akan

merasakannya. Beri kesempatan padanya untuk memegang thermometer sampai ia


31

yakin bahwa alat tersebut tidak berbahaya untuknya.

Dari hal bahasa, anak belum mampu berbicara fasih. Hal ini disebabkan

karena anak belum mampu berkata-kata 900-1200 kata. Oleh karena itu saat

menjelaskan, gunakan kata-kata yang sederhana, singkat dan gunakan istilah yang

dikenalnya. Berkomunikasi dengan anak melalui objek transisional seperti

boneka. Berbicara dengan orangtua bila anak malu-malu. Beri kesempatan pada

yang lebih besar untuk berbicara tanpa keberadaan orangtua. Satu hal yang akan

mendorong anak untuk meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi adalah

dengan memberikan pujian atas apa yang telah dicapainya.

2.3.3.3 Usia sekolah (6-12 tahun)

Anak pada usia ini sudah sangat peka terhadap stimulus yang dirasakan

yang mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu, apabila berkomunikasi dan

berinteraksi sosial dengan anak diusia ini harus menggunakan bahasa yang mudah

dimengerti anak dan berikan contoh yang jelas sesuai dengan kemampuan

kognitifnya. Anak usia sekolah sudah lebih mampu berkomunikasi dengan orang

dewasa. Perbendaharaan katanya sudah banyak, sekitar 3000 kata dikuasi dan

anak sudah mampu berpikir secara konkret.

2.3.3.4 Usia remaja (13-18)

Fase remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari akhir masa anak-

anak menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola piker dan tingkah laku anak

merupakan peralihan dari anak-anak menuju orang dewasa. Anak harus diberi

kesempatan untuk belajar memecahkan masalah secara positif. Apabila anak

merasa cemas atau stress, jelaskan bahwa ia dapat mengajak bicara teman sebaya

atau orang dewasa yang ia percaya


32

2.3.4 Tugas Perkembangan Anak

Tugas perkembangan menurut teori Havighurst (1961) adalah tugas yang

harus dilakukan dan dikuasai individu pada tiap tahap perkembangannya. Tugas

perkembangan bayi 0-2 adalah berjalan, berbicara,makan makanan padat,

kestabilan jasmani. Tugas perkembangan anak usia 3-5 tahun adalah mendapat

kesempatan bermain, berkesperimen dan berekplorasi, meniru, mengenal jenis

kelamin, membentuk pengertian sederhana mengenai kenyataan social dan alam,

belajar mengadakan hubungan emosional, belajar membedakan salah dan benar

serta mengembangkan kata hati juga proses sosialisasi. Tugas perkembangan usia

6-12 tahun adalah belajar menguasai keterampilan fisik dan motorik, membentuk

sikap yang sehat mengenai diri sendiri, belajar bergaul dengan teman sebaya,

memainkan peranan sesuai dengan jenis kelamin, mengembangkan konsep yang

diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan keterampilan yang

fundamental, mengembangkan pembentukan kata hati, moral dan sekala nilai,

mengembangkan sikap yang sehat terhadap kelompok sosial dan lembaga. Tugas

perkembangan anak usia 13-18 tahun adalah menerima keadaan fisiknya dan

menerima peranannya sebagai perempuan dan laki-laki, menyadari hubungan-

hubungan baru dengan teman sebaya dan kedua jenis kelamin, menemukan diri

sendiri berkat refleksi dan kritik terhadap diri sendiri, serta mengembangkan nilai-

nilai hidup.

2.3.5 Perkembangan Emosi Anak Usia SD

Emosi anak berbeda dengan orang dewasa. Rita Eka Izzati, dkk. (2008)

mengemukakan ciri-ciri emosi masa kanak-kanak yaitu:

2.3.5.1 Emosi anak berlangsung relatif lebih singkat (sebentar) Emosi hanya
33

berlangsung beberapa menit dan sifatnya tiba-tiba. Hal ini disebabkan karena

emosi anak menampakkan dirinya pada kegiatan yang nampak sehingga

menampilkan emosi yang pendek.

2.3.5.2 Emosi anak kuat atau hebat Hal ini terlihat bila anak takut maka

perasaannya akan takut, marah atau sedang bersenda gurau. Semua emosi yang

timbul akan berlebihan dan terkadang sulit untuk dikendalikan.

2.3.5.3 Emosi anak mudah berubah Emosi anak berubah dengan cepat. Misalnya

anak yang baru menangis dapat langsung berubah menjadi tertawa, dari marah

menjadi tersenyum atau sebagainya

2.3.5.4 Emosi anak nampak berulang-ulang Hal ini timbul karena anak dalam

proses perkembangan ke arah kedewasaan. Maka, seringkali anak harus

mengadakan penyesuaian terhadap situasi di luar dengan berulang-ulang.

2.3.5.5 Respon emosi anak berbeda-beda Respon emosi yang dialami oleh setiap

anak berbeda-beda, hal ini dikarenakan perbedaan pengalaman belajar dari

lingkungan yang membentuk tingkah lakunya.

2.3.5.6 Emosi anak dapat diketahui atau dideteksi dari gejala tingkah lakunya

Anak-anak terkadang tidak memperlihatkan reaksi emosi yang nampak dan

langsung. Namun, emosi itu dapat diketahui dari tingkah lakunya. Misalnya,

melamun, gelisah, menangis dan sebagainya.

2.3.5.7 Emosi anak mengalami perubahan dalam kekuatannya Emosi anak masih

belum stabil. Terkadang, anak mengalami emosi yang sangat kuat kemudian

berkurang atau mula-mula lemah kemudian meningkat.

2.3.5.8 Perubahan dalam ungkapan emosi anak memperlihatkan keinginan yang

kuat terhadap apa yang mereka inginkan. Ia tidak mempertimbangkan bahwa


34

keinginan itu merugikan bagi dirinya dan orang lain atau tidak. Bila keinginannya

tidak terpenuhi ia akan marah. Sebaliknya, jika terpenuhi ia akan tersenyum.


BAB 3

KERANGKA KONSEP

Pada bab ini akan diuraikan mengenai kerangka konseptual dan hipotesa.

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konseptual merupakan kerangka atau bagan yang menggambarkan

hubungan antar konsep yang akan dikembangkan. Kerangka konseptual penelitian

adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainya

dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep ini gunanya untuk

menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar tentang suatu topik yang

akan dibahas.
36

1. Factor yang
mempengaru hi
kecerdasan
Kecerdasan emosional
Factor yang mempengaruhi Pola asuh orang tua emosional
a. Otak
1. Demokratis 1. Mengenali
pola asuh 2. Factor eksternal
2. Otoriter emosi
3. permisif 2. Mengelola a. Kondisi
1. Pola asuh orang tua
emosi kesehatan
yang diterima ortu sat
3. Memotivasi b. Suasana
masih kanak kanak
diri rumah
2. Pendidikan orang tua 4. Empati c. Cara mendidi
3. Kelas social 5. Membina k anak (pola
4. Konsep tentang hubungan
peran orang tua asuh)
5. Kepribadian orang tua d. Hubungan
6. Usia anak dan orang tua dengan
7. Pekerjaan anggota
8. Jenis kelamin keluarga lain
e. Hubungan
dengan teman
sebaya
Kecerdasan Kecerdas an
f. Perlindungan
emosioan emosioan
g. Bimbingan
tinggi rendah
Keterangan :

: Diteliti : Diteliti

: Tidak Diteliti : Tidak Diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Kecerdasan Emosional Anak
37

Dalam kerangka konseptual di atas dapat di uraikan sebagai berikut :

Pola asuh adalah cara yang digunakan seseoarang dalam strategi untuk

mendorong anakna mencapai tujuan ang diingkan oleh orangtuanya, dimana

tujuan tersebut adalah pengetahuan, nilai moral, dn standart perilaku yang harus

dimilki detiap anak bila dewasa nanti (Mussen,2016). Gaya pola asuh diantara

lain Otoriter yaitu memperlihatkan kehangtan tetapi keras, menjunjung tinggi

kemandirian tetapi menuntut sikap tanggung jawab anak, Demokratis yaitu

memeperlihatkan dan menghargai kebebasan anak untuk berpendapat dan

mampu melakukan hal ang diinginkan anak , namun tidak mutlak dan dilakukan

dengan bimbingan yang penuh antara orang tua serta masih perlu dibatasi dengan

aturan yang diterapkan orang tua, Permissive yaitu orang tua bersikap tidak

peduli dan cenderung memberi kesempatan anak untuk melakukan hal yang

diingkan secara bebas tanpa adanya peraturan yang mengekang namun harus

diikuti keluarga. Dalam mengelola emosi indicator yang harus dikenali dan

dinilai adalah mampu mengendalikan diri, memiliki sikap waspada, memiliki

sikap adaptif menyukai inovasi. Dalam memotivasi diri indicator yang harus

dikenali dan dinilai adalah memiliki dorongan untuk berprestasi, memiliki sikap

optimis. Dalam empati indicator yang harus dikenali dan dinilai adalah mampu

menerima sudut pandang orang lain, memeiliki kepekaan terhadap perasaan

orang lain, mampu mendengarkan orang lain. Dalam membina hubungan

indicator yang harus dikenali dan dinilai adalah memiliki kemampuan

berkomunikasi, memiliki karakterisktik pemimpin, mampu mengelola kelompok

atau tim. Kecerdasan emosi ditandai dengan empati, kemampuan

mengguangkapkan perasaan, kemampuan mengendalikan amarah, kemandiarian,


38

kemampuan menyesuaikan diri, disukai orang lain, kemampuan memecahkan

masalah anatar pribadi, ketekunana, kesetiakawanan, keramahan, dan sikap

hormat.

3.2 Hipotesa

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

pertanyaan. (Sugiyono, 2018).

HI : Ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan kecerdasan emosional

pada anak usia 10 – 13 tahun di SDN Gondanglegi Kulon 02.


BAB 4

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini peneliti menguraikan tentang rencana penelitian, populasi

dan sampel, tempat penelitian, waktu penelitian, alat pengumpulan data,

prosedur penelitian, etika penelitian serta analisis data.

4.1 Desain/Rancangan Penelitian

Desain penelitian adalah suatu rencana untuk menjawab pertanyaan peneliti

dan mengantisipasi kesulitan dalam proses penelitian, hal ini dikarenakan suatu

strategi untuk mendapatkan data untuk mendapatkan pengujian hipotes dan

menjawab pertanaan peneliti (Sugiono, 2018).

Pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif kolerasi untuk

mengetahui hubungan suatu variabel dengan variabel lainnya. Pendekatan yang

dilakukan penelitian ini adalah cross sectional karena subjek diamati hanya

sesaat atau satu kali. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan pola

asuh orang tua terhadap kecerdasan emosional pada anak.

4.2 Kerangka Kerja (Frame Work)

Kerangka kerja merupakan model konseptual tentang teori berhubungan

dengan berbagai factor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting

(Sugiyono, 2019).

39
40

Populasi (N) = 52 Siswa


Siswa kelas 5 dan 6 SDN Gondanglegi Kulon 02

Sampel (n) = 46 Siswa


Sebagian siswa kelas 5 dan 6 SDN Gondanglegi Kulon 02

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini


proportional stratified simple random

Desain penelitian: korelasional

Pendekatan: cross secsional

Pengumpulan data dengan pemberian kursioner tentang pola asuh


orang tua dan kecerdasan emosional anak kelas 5 dan 6 SDN
Gondanglegi Kulon 02

Analisa data: mengidentifikasi hubungan pola asuh orang tua pada


kecerdasan emosional anak kelas 5 dan 6 SDN Gondanglegi Kulon 02

Uji Spearman

Hasil dan pembahsan

Bagan 4.2 Kerangka Kerja Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kecerdasan
Emosional Anak usia 10-13 tahun di SDN Gondanglegi Kulon 02
41

4.3 Identifikasi Variable

4.3.1 Variabel Bebas (Independent)

Variabel ini sering disebut sebagai variabel Stimulus, Prediktor,

antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas.

Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)

(Sugiyono, 2019). Variabel bebas pada penelitian ini adalah pola asuh

orang tua pada siswa.

4.3.2 Variabel Terikat (Dependent)

Menurut Sugiyono (2019) variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel

terikat pada penelitian ini adalah kecerdasan emosional siswa.

4.4 Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah suatu definisi yang di berikan pada suatu

variable dengan memberi arti yang membenarkan suatu operasional yang di

perlukan untuk mengukur variable (Achmad Iman, 2017).


43

4.4 DefinisiVariabel
Operasional Definisi Indikator Alat Ukur Skala Skor
No Operasional
1. Variabel suatu bentuk 1. Pola Asuh Demokratis Kursioner Ordinal Terdapat 2 Pernyataan yaitu favourable (positif)
bebas : pola pengasuhan ang - Mendorong anak untuk bertanggung pola asuh dan unfavourable (negative) kategori yaitu:
asuh orang tua dilakukan setiap jawab atas pilihannya tetapi orang tua favourable
orang tua kepada menetapkan standar dan batasan - Sangat setuju diberi skor “4”
anak dengan cara yang jelas serta selalu mengawasinya - Setuju diberi skor “3”
bagaimana orang tua 2. Pola Asuh Otoriter - Tidak setuju diberi skor “2”
mendidik, - Orang tua bersifat - Sangat tidak setuju diberi skor “1”
memperlakukan, membatasi, menghukum dan hanya unfavourable
membimbing, sedikit melakukan - Sangat setuju diberi skor “1”
membina, dan komunikasi verbal
mendisilpinkan anak
- Setuju diberi skor “2”
- Mendesak anak untuk mengikuti - Tidak setuju diberi skor “3”
untuk hidup
petunjuk dan usaha orang tua - Sangat tidak setuju diberi skor “4
dimasyarakat dengan
memebentuk perilaku
3. Pola Asuh Permisif  Gaya pola asuh permissive : 1- 33
anak sesuai dengan - Orang tua sangat toleran kepada  Gaya pola asuh otoriter: 34- 67
nilai dan norma yang anak (membebaskan)
 Gaya pola asuh demokratis : 68 - 100
baik sesuai dengan - Tidak memberi pengawasan dan
kehidupan pengarahan pada tingkah laku anak.
dimasyarakat
2. Variable Kemampuan lebih 1) Faktor persepsi terhadap Kursioner Ordinal - Sangat setuju diberi skor “5”
terikat: lebih yang dimiliki emosi (the perception factor) kecerdasan - setuju diberi skor “4”
kecerdasan seseorang dalam 2) Factor managemen emosi diri emosioal - Netral diberi skor “3”
emosional memotivasi diri, (the managing self, relevant anak dari - Tidak setuju diberi skor “2”
ketahanan dalam
emotions factor) Schutte Self - Sangat tidak setuju diberi skor “1”
menghadapi
kegagalan,
3) faktor memahami emosi Report  Kecerdasan emosional tinggi skor:
mengendalikan orang orang lain (the Emotional 110 - 165
emosi, menunda managing others emotion Intelligience  Kecerdasan emosional sedang skor :
kepuasan serta factor) (SSEI) 54 - 109
mengatur keadaan 4) Factor penggunaan emosi  Kecerdasan emosional rendah skor :
jiwa. (the utilization faktor) 53 – 1
44
44

4.5 Sampling Desain

4.5.1 Populasi

Populasi penelitian menurut Sugiyono (2019) adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas; subjek/objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah semua kelas V dan VI SDN

Gondanglegi Kulon 02 yang terdiri kelas V : 25 siswa dan kelas VI: 27 siswa

sehingga jumlah populasi penelitian ini adalah 52 anak.

4.5.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajarai

semua yang ada pada populasi, misalnya karna keterbatasan dana, tenaga dan

waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.

(Sugiyono, 2019). Sampel dalam penelitian ini adalah kelas V: 23 dan kelas V :

23 yang menjadi total keseluruhan 46 anak.

4.5.2.1 Besar Sampel

Besar sampel adalah banyaknya anggota yang akan di jadikan sampel.

Perhitungan sampel menggunakan rumus :

Keterangan :

n : Jumlah Sampel

N : Jumlah Populasi

d: Tingkat signifikan (0,005%).


45

n= N

1 + N (d)²

n= 52

1 + 52 x (0.05)

n = 52

1 + (52 x 0.0025)

n= 52

1 + 0.13

n= 52

1.13

n= 46 responden

Rumus Sugiyono (Sampel Berstrata)

Keterangan :

N1 = jumlah populasi menurut stratum

N = jumlah populasi seluruhnya

n1 = jumlah sampel menurut stratum

n = jumlah sampel seluruhnya

Diketahui

n = 46 responden

N1 = 23 kelas VI

N1 = 23 kelas V

N = 46 siswa kelas V

dan VI rumus: n1= N1 . n

N
46

Jadi sampel menurut stratum adalah :

Kelas 5 = N1 . n = 23 . 46 = 23 anak

N 46

Kelas 6 = N1 . n = 23 . 46 = 23 anak

N 46

Total keseluruhan 46 anak.

4.5.3 Kritereia penelitian

4.5.3.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Kriteria inklusi penelitian ini

yaitu:

1. Siswa yang bersedia menjadi responden

2. Siswa ang memiliki kemmapuan membaca dan menulis

3. Siswa yang tinggal bersama orang tua

4. Siswa yang berada dikelas V dan VI SDN Gondanglegi Kulon 02

4.5.3.2 Kriteria Eksklusi

a. Siswa tidak kooperatif

b. Siswa yang tidak hadir pada saat penelitian

4.5.4 Tehnik Sampling

Teknik sampling adalah cara pengambilan sampel agar memproduksi

sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan objek peneliti

(Notoatmodjo, 2018). Teknik sampling pada penelitian ini menggunakan

propotional stratified random sampling yaitu tehnik pengampilan sampel pada

populasi yang heterogen dan berstrata dengan mengambil sampel tiap sub
47

populasi yang jumlah anggotanya secara rata atau sama.

4.6 Tempat Dan Waktu Penelitian

4.6.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN Gondanglegi Kulon 02 MALANG

4.6.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2022

4.7 Pengumpulan Dan Analisa Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek (Notoatmodjo, 2018). Analisa data

adalah proses atau analisa yang di lakukan secara sistematis terhadap data yang

telah di kumpulkan dengan tujuan agar menjawab pertanyaan-pertanyaan

penelitian yang mengungkapkan fenomena (Nursalam, 2018).

4.7.1 Instrument Penelitian

Instrument adalah seperangkat aturan yang di perlukan untuk

mengidentifikasi data dari suatu pemgukuran bersama (Sugiyono,2019).

Instrumen penelitian menggunakan lembar kusioner. Instrument kuisionere

terdiri dari 58 pertanyaan (25 kursioner pola asuh orang tua, 33 kursioner

kecerdasan emosional anak) dan sudah dilakukan uji validitas dan reabilitas.

4.7.2 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

Peneliti melakukan pengambilan dan pengumpulan data dengan prosedur

sebagai berikut:

Peneliti pertama kali mengurus surat izin dan persetujuan dari bagian institusi
48

pendidikan Program Studi S1 Keperawatan di STIKes William Booth Surabaya,

Peneliti mengajukan surat pemohonan perizinan pengumpulan data ke kepala

sekolah Kota Malang setelah itu peneliti meminta izin kepada wali kelas V dan VI

SDN Gondanglegi Kulon 02.

Peneliti datang ke SDN Gondanglegi Kulon 02 untuk mendata populasi

siswa kelas 5 dan 6 untuk melakukan penelitian dan mendata populasi yang sesuai

sehingga didapatkan kriteria responden untuk penelitian. Setelah datang ke

sekolah menemui bapak Bandi selaku kepala sekolah dan membawa surat ijin

studi pendahuluan di dapat data jumlah 52 siswa. Setelah melakukan pengambilan

beberapa data ≤ 1 minggu ke depan akan di lakukan penelitian di SDN

Gondanglegi Kulon 02 dengan pembagian kuesioner pola asuh orang tua dan

kecerdasan emosional dan yang mengisi pola asuh orang tua atau kecerdasan

emosional anak adalah siswa sendiri (1 grup yaitu anak) dikarenakan adanya

orang tua yang tidak bisa membaca dan tidak memiliki waktu dan hanya

dilakukan 1 waktu saja.

4.7.3 Analisa Data

Data yang terkumpul dalam penelitian ini dilakukan pengkodean setiap

kuisioner dan dikoreksi ulang untuk mengetahui kelengkapan kemudian dinilai.

Setelah data lengkap dilakukan penghitungan. Penyajian data dan analisis data

melalui data yang terkumpul dari lapangan bisa disajikan dalam bentuk tabel,

grafik, maupun diagram. Tujuan akhir yang ingin dicapai dalam melakukan

penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif adalah menguji teori,

membangun fakta, menunjukkan hubungan dan pengaruh serta perbandingan

antar variabel, memberikan deskripsi statistik, menaksir dan meramalkan


49

hasilnya. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah SPSS yang

menggunakan uji statistik uji sperman. Uji sperman digunakan untuk mengetahui

hubungan antara dua atau lebih variabel berskala interval dan ordinal tentang

hubungan tentang hubungan pola asuh orang tua terhadap kecerdasan emosional

anak kelas V dan VI SDN Gondanglegi Kulon 02.

4.8 Etik Dalam Penelitian

4.8.1 The Principle of Benefience

Dalam penelitian responden mempunyai hak untuk bebas dari hal-hal yang

dapat membahayakan fisik, psikologi, sosial, dan ekonomi (Freedom from harm),

dan peneliti berusaha untuk meminimalkan resiko atau dampak merugikan.

4.8.2 Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, prosedur, risiko, dan

manfaat penelitian. Peneliti menghormati hak responden untuk ikut serta (The

right to self- determination) atau menolak menjadi responden dalam penelitian

(The right to full disclosure). Selama pengisian kuisoner tidak ada responden

yang merasa keberatan sampai pengisian selesai The Prinxiple of Justice

4.8.3 Informed Consent

Lembar persetujuan dibagikan kepada orang tua responden sebelum

mengisi format data dan sebelumnya peneliti memberikan penjelasan maksud

dan tujuan penelitian, serta dampak. Bila subyek menolak maka peneliti tidak

memaksa dan tetap menghormati hak- hak subyek.

4.8.3 Kerahasiaan (Confidentially)

Informasi yang telah diberikan oleh responden dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti, data yang disajikan dilaporkan peneliti hanya pada kelompok data

tertentu.
BAB 5

HASIL PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang

hubungan antara pola asuh orang tua dengan kecerdasan emosional anak SDN

Gondanglegi Kulon 02.

Data umum menampilkan gambaran lokasi penelitian data demografi

responden dalam bentuk tabel yang meliputi usia responden dan jenis kelamin.

Data khusus menampilkan hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel

untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua terhadap kecerdasan emosional

anak maka dilakukan uji statistik yaitu uji sperman, pada bagian berikutnya akan

disajikan pembahasan dari hasil penelitian yang menyatakan hubungan antara pola

asuh orang tua terhadap kecerdasan emosional anak

5.1 Karakteristik Tempat Penelitian

Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai hubungan pola

orang tua terhadap kecerdasan emosional anak. SDN Gondanglegi Kulon 2 kota

Malang berada dibawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. SDN

Gondanglegi Kulon 02 beralamat Jalan Hayam Wuruk nomor 63 RT 2 RW 1

Desa Gondanglegi Kulon kecamatan Gondanglegi kabupaten Malang Provinsi

Jawa Timur dengan luas tanah 10602 meter yang dipimpin oleh Subandi S.Pd,

M.Si. Terdapat pelayanan kesehatan dari sekolah yaitu UKS yang mengelola ialah

guru sendiri, selain itu ada juga pelayanan kesehatan yaitu RSI Gondanglegi

jaraknya ± 1 km dari sekolah dan jarak puskesmas ke sekolah ± 2 km. SDN


51

Gondanglegi Kulon 02 mempunyai ekstrakurikuler yaitu Pramuka dan dan

ekstrakulikuler drumband, dengan sarana dan prasarana 9 ruangan dengan kondisi

baik diantaranya adalah 6 ruang kelas, 1 kantor guru, 1 perpustakaan dan 1

gudang serta memiliki toilet yang memiliki sanitasi lingkungan yang cukup baik,

kantin, tempat parkir dan halaman atau taman, berakses internet. Terdapat 12 guru

dengan jumlah seluruh siswa laki-laki 121 dan siswa perempuan 98. Penelitian

dilaksanakan pada tanggal 12 April 2022 dengan jumlah responden 23 orang dari

kelas 5 dan 6.

5.2 Hasil Penelitian

5.2.1 Data Umum

Data umum dalam bab ini menggambarkan karakteristik responden

berdasarkan hasil data demografi yang telah diisi oleh responden.

5.2.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel 5.1 Karakteristik frekuensi responden berdasarkan usia anak, usia ayah, usia
ibu di SDN Gondanglegi Kulon 02 April Tahun 2022.

Usia Frekuensi Presentase


Usia anak f %
10 tahun 5 11%
11 tahun 16 35 %
12 tahun 18 39 %
13 tahun 7 15%
Usia ayah f %
30 - 35 27 59 %
36 – 40 11 24 %
41 – 50 5 11 %
>50 3 6%
Usia ibu f %
30 – 35 39 85 %
36 – 40 5 11 %
41 – 50 2 4%
>50 0 0
52

Berdasarkan tabel 5.1 Tampak sebagian besar yaitu 18 orang (39%)


(Data Primer 2022)
responden berusia 12 tahun. Sedangkan sebanyak 16 orang (35%) responden

berusia 11 tahun, sebanyak 7 orang (15%) responden berusia 13 tahun dan

sebanyak 5 orang (11% ) reponden berusia 10 tahun. Tampak sebagian besar usia

orang tua (ayah) yaitu 27 orang (59%) responden berusia 30 - 35 tahun,

Sedangkan sebanyak 11 orang (24%) responden bersuia 36 - 40 tahun, sebanyak

5 orang (11%) responden berusia 41-50 tahun dan sebanyak 3 orang (6% )

reponden berusia >50 tahun. Tampak sebagian besar usia orang tua (ibu ) yaitu 39

orang (85%) responden berusia 30 – 35 tahun, Sedangkan sebanyak 5 orang

(11%) responden bersuia 36- 40 tahun, sebanyak 2 orang (0%) responden berusia

41 – 50.

5.2.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis kelamin

Tabel 5.2 Karakteristik frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin SDN

Gondanglegi Kulon 02 April Tahun 2022.

Jenis kelamin Jumlah Presentase (%)


Laki laki 26 56 %
Perempuan 20 44 %
Total 46 100 %
(Data Primer 2022)

Berdasarkan tabel 5.2 Tampak sebagian besar yaitu 26 orang (56%)

responden berjenis kelamin laki – laki, sedangkan sebanyak 20 orang (44%)


53

responden berjenis kelamin perempuan.

5.2.1.3 Karakteristik Responden SDN Gondanglegi Kulon 02 Berdasarkan

Pekerjaan.

Tabel 5.3 Karakteristik frekuensi responden berdasarkan pekerjaan orang tua


SDN Gondanglegi Kulon 02 April Tahun 2022

( Pekerjaan Frekuensi Presentase


Pekerjaan ayah
PNS 9 19 %
Wiraswasta 31 67 %
Petani 2 5%
Swasta 4 9%
Pekerjaan ibu
PNS 11 24 %
Wiraswasta 21 46 %
Buruh 10 22 %
IRT 4 8%
Dat

(Data Primer 2022)

Berdasarkan tabel 5.3 Tampak sebagian besar pekerjaan orang tua (ayah)

yaitu 31 orang (67%) responden bekerja sebagai wiraswasta. Sedangkan sebanyak

9 orang (19%) responden bekerja sebagai PNS, sebanyak 4 orang (9%) responden

bekerja sebagai swasta dan sebanyak 2 orang (5% ) reponden bekerja sebagai

petani. Tampak sebagian besar pekerjaan orang tua (ibu) yaitu 31 orang (67%)
54

responden bekerja sebagai wiraswasta. Sedangkan sebanyak 11 orang (24%)

responden bekerja sebagai PNS, dan sebanyak 10 orang (22%) responden bekerja

sebagai buruh, dan sebanyak 4 orang (8% ) reponden bekerja sebagai IRT.

5.2.1.4 Karakterisitk Responden Berdasarkan Pendidikan Orang Tua

Tabel 5.4 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan orang tua


SDN Gondanglegi Kulon 02 April Tahun 2022

No Pendidikan Frekuensi Presentase


Pendidikan ayah
1. SD 4 8%
2. SMP 6 14 %
3. SMA 29 60%
4. Sarjana 9 19%
Pendidikan ibu
1. SD 0 0
2. SMP 7 16 %
3. SMA 31 67 %
4. Sarjana 8 17 %
(Data Primer 2022)

Berdasarkan tabel 5.4 Tampak sebagian besar pendidikan ayah yaitu 28 orang

(60%) responden berpendidikan SMA. Sedangkan sebanyak 9 orang (19%)

responden berpendidikan Sarjana, sebanyak 7 orang (14%) responden

berpendidikan SMP, dan sebanyak 4 orang (8% ) reponden berpendidikan SD.

Tampak sebagian besar pendidikan ibu yaitu 31 orang (67%) responden

berpendidikan SMA. Sedangkan sebanyak 7 orang (16%) responden

berpendidikan SMP, dan sebanyak 8 orang (17%) responden berpendidikan

Sarjana.
55

5.2.2 Data Khusus


Data khusus dalam bab ini menghubungkan mengenai pola asuh orang tua

dan kecerdasan emosional anak di SDN Gondanglegi Kulon 02. Karakteristik

dalam data khusus ini diantaranya adalah mengenai pola asuh orang tua dan

kecerdasan emosional anak di SDN Gondanglegi Kulon 02.

5.2.2.1 Karakteristik Pola Asuh Orang Tua

Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pola Asuh Orang Tua Di SDN
Gondanglegi Kulon 02 April Tahun 2022 .

Pola asuh orang tua Jumlah Presentase


Demokratis 22 48 %
Otoriter 18 40 %
Permisif 6 12 %
Total 46 100%
(Data Primer 2022)

Berdasarkan tabel 5.4 Tampak sebagian besar yaitu 22 orang (48%)

responden memiliki pola asuh orang tua demokratis. Sedangkan sebanyak 18

orang (40%) responden memiliki pola asuh orang tua otoriter, dan sebanyak 6

orang (12%) responden memiliki pola asuh orang tua permisif.

5.2.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Kecerdasan Emosional

Tabel 5.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Kecerdasan Emosional Anak di


SDN Gondanglegi Kulon 02 April Tahun 2022.

Kecerdasan emosional Jumlah Presentase


anak
Kecerdasan emosional 2 4%
tinggi
Kecerdasan emosional 39 85 %
sedang
Kecerdasan emosional 5 11 %
rendah
Total 46 100%
56

(Data Primer 2022)

Berdasarkan tabel 5.6 Tampak sebagian besar yaitu 39 orang (85%)

responden memiliki kecerdasan emosional sedang , sedangkan sebanyak 5 orang

(11%) responden memiliki kecerdasan emosional rendah dan sebanyak 2 orang

(4%) responden memiliki kecerdasan emosional tinggi.

5.2.2.3 Tabulasi Silang Pola Asuh Orang Tua Dengan Kecerdasan Emosional
Anak.

Tabel 5.7 Tabulasi Silang Pola Asuh Orang Tua Dengan Kecerdasan Emosional
Anak di SDN Gondanglegi Kulon 02 April Tahun 2022.

No Pola asuh orang Kecerdasan emosional Jumlah


tua
Tinggi Sedang Rendah

1 Demokratis 2 (4%) 19 (42) 1 (2%) 22 (48%)

2 Otoriter 0 14 4 (9%) 18 (40%)


(31%)
3 permissif 0 6 (12%) 0 6 (12%)

Total 2 (4%) 39 5 (11%) 46


(85%) (100,0%)
p = 0,036
(Data Primer 2022)
57

Berdasarkan tabel 5.7 Dari tabulasi silang di atas tampak bahwa pola asuh

orang tua demokratis terdapat ada 22 siswa (48%) responden yang memiliki

kecerdasan emosional sedang 19 siswa (42%), kecerdasan emsosional tinggi 2

siswa (4%) responden sedangkan kecerdasan emsosional rendah 1 siswa (2%)

responden. Pola asuh orang tua otoriter 18 (40% )siswa dengan memiliki

kecerdasan emsoional sedang 14 siswa (31%) responden i sedangkan kecerdasan

emsosional rendah 4 siswa (9 %). Pola asuh orang tua permissive 6 (12%)

responden dengan kecerdasan emsoional sedang 6 orang (12%) responden. Dari

hasil uji spearman didapatkan hasil p = 0,036 dengan kemaknaan p< 0,005 yang

berarti H1 diterima ada hubungan secara signifikan antara pola asuh orang tua dan

kecerdasan emosional anak.

5.3 Pembahasan Hasil Penelitian

5.3.1 Pola Asuh Orang Tua

Pada tabel 5.5 yang didapatkan dari 46 responden di SDN Gondanglegi

Kulon menunjukkan bahwa sebagian besar yaitu 22 orang (48%) responden

memiliki pola asuh orang tua demokratis. Sedangkan sebanyak 18 orang (40%)

responden memiliki pola asuh orang tua otoriter, dan sebanyak 6 orang (12%)

responden memiliki pola asuh orang tua permissive. Menurut Dariyo (2011) pola

asuh demokratis gabungan antara pola asuh permissive dan otoriter dengan tujuan

untuk menyeimbangkan pemikiran, sikap, dan tindakan antara anak dan orang tua.

Dengan ini anak mampu mengembangkan kontrol terhadap perilakunya sendiri


58

dengan hal hal yang dapat diterima oleh masyarakat. Selanjan dengan penelitian

Zen & Novita (2018) menyatakan bahwa terdapat hubungan pola asuh orang tua

terhadap kecerdasan emosional siswa kelas IV SDN 1 Menganti tahun 2021/2022.

Pola asuh orang tua demokratis memiliki kelebihan yaitu menjadikan anak

sebagai seorang individu yang mempercayai orang lain, bertanggungjawab

terhadap tindakannya, tidak munafik, dan jujur sedangkan kekurangan dari pola

asuh demokratis yaitu menjadikan anak cenderung mendorong kewibawaan

otoritas orang tua, bahwa segala sesuatu harus dipertimbangkan antara anak dan

orang tua. Metode yang digunakan orang tua dalam menerapkan pola asuh

demokratis yaitu penjelasan, diskusi, komunikasi dan penalaran untuk membantu

anak mengerti. Berdasarkan tabel 5.3 diatas ditemukan sebagian besar orang tua

dengan pekerjaan ayah wiraswasta (67%) ibu (46%), dan diikuti oleh pekerjaan

ayah PNS (19%) ibu (24%). Pendidikan kedua orang tua lulusan SMA ayah

(60%), ibu (67%).

Menurut Hurlock (2012 ) faktor fator yang dapat mempengaruhi pola asuh

orang tua adalah pekerjaan, usia anak dan orang tua, jenis kelamin, tingkat

pendidikan orang tua, pola asuh yang diterima orang tua waktu masih anak anak,

kelas sosial, konsep tentang peran orang tua, kepribadian orang tua dan anak, dan

faktor nilai yang dianut orang tua. Maka dari data diatas menunjukan pekerjaan

merupakan faktor utama dalam pemberian pengasuhan. Yulihasri, dkk (2021)

menyatakan adanya pengaruh pola asuh berdasarkan pekerjaan orang tua terhadap

karakter mandiri anak. Pengaruh pendidikan orang tua dalam mendidik anak

adalah upaya membantu anak, supaya anak itu kelak mendapat kebagiaan batin

yang sedalam dalamnya yang dapat tercapainya olehnya dan tidak menggangu
59

orang lain Hoogveld (2011). Namun pada tabel diatas tidak sesuai dengan dengan

teori dikarenakan orang tua menerapkan pola asuh demokratis dan sejalan dengan

penelitian Khodijah, (2018) mengatakan tidak ada perbedaan yang signifikan

religius antara remaja yang memiliki orang tua perpendidikan tinggi dengan yang

memiliki pendidikan rendah. Faktor usia orang tua biasanya orang tua muda

cenderung lebih demokratis dan otoriter, bila dibandingkan dengan orang tua yang

berusia muda. Pada umumnya ibu akan lebih mengerti dan dekat dengan anak

cenderung kurang otoriter dibandingkan dengan bapak, orang tua pada umumnya

akan lebih keras terhadap anak perempuannya daripada anak laki laki, usia anak

dapat mempengaruhi tuga tugas pengasuhan, perkembangan dan harapan orang

tua.

Maka dapat disimpulkan diatas bahwa pola asuh orang tua demokratis yang

baik namun dapat memunculkan kecerdaan emosional sedang cenderung rendah

dikarenakan faktor pekerjaan, pendidikan usia anak dan orang tua, serta jenis

kelamin orang tua. Maka berdasarkan faktor tersebut pendidikan dan usia orang

tua tidak memiliki hubungan karena pendidikan orang tua terbanyak lulusan SMA

serta usia orang tua yang cukup muda lebih cenderung mengasuh anaknya dengan

pola asuh demokratis namun pada pekerjaan orang tuadapat disimpulkan bahwa

orang tua yang sibuk bekerja, kurang dapat menbagi waktu bersama anak untuk

berdiskusi atau kurangnya hubungan komunikasi intrapersonal antara anak dan

orang tua menjadi berkurang. Kurangnya perhatian orang tua pada anak akan

menyebabkan penyimpangan perilaku anak seperti : membolos, sering bertengkar,

menggangu teman, mencuri, dan membuat gaduh dikelas hal ini bisa dilihat

karena adanya keinginan anak untuk memperoleh perlindungan, dukungan, dan


60

asuhan dari orang tua yang bukan hanya kebutuhan finansial namun orang tua

dapat memenuhi kebutuhan atau kedakatan dengan anak melalui psikis dan fisik.

5.3.2 Kecerdasan Emosional Anak

Pada tabel 5.6 menunjukan sebagian besar yaitu 39 orang (85%) responden

memiliki kecerdasan emosional sedang, sedangkan sebanyak 5 orang (11%)

responden memiliki kecerdasan emosional rendah, dan sebanyak 2 orang (4%)

responden memiliki kecerdasan emsoional tinggi. Pembentukan kecerdasan

emosional pada anak ditentukan oleh 2 faktor yaitu fakor internal dan factor

eksternal. Factor internal yang mempengaruhi adalah kondisi jasmani, dan

psikologi anak. Sedangkan factor eksternalnya berupa stimulus dan lingkungan

termasuk pola asuh orang tua (Hidayah et al.,2013). Menurut Hein (dalam

Solihudien, 2020) mengemukakan bahwa kecerdasan emosional merupakan

bentuk kecerdasan yang berkaitan dengan sisi emosi dalam kehidupan individu,

seperti kemampuan menghargai dan mengelola emosi diri dan orang lain ,

memotivasi diri seseorang dan mengatasi hubungan dalam diri individudengan

seseorang secara efektif. Sejalan penelitian dari Karomah dkk (2022) mengatakan

ada hubungan pola asuh orang tua terhadap kecerdasan emosional siswa.

Ciri seseorang yang memiliki kecerdasan emosi tinggi yaitu dapat

bersosialisasi dengan baik mudah bergaul dan jenaka tidak mudah takut dan

gelisah berkemampuan besar untuk melibatkan diri dengan orang-orang atau

permasalahan bertanggung jawab, mempunyai pandangan moral, simpatik

pemahangat dalam berhubungan merasa nyaman dengan dirinya sendiri dengan

orang lain titik jadi seorang anak memiliki kecerdasan emosional yang tinggi anak
61

tersebut akan lebih disenangi orang lain, pandai bergaul, dapat diterima semua

orang, mandiri dan percaya diri. Pada tabel 5.5 menyatakan pola asuh orang tua

paling banyak yaitu demokratis namun kecerdasaan emosional yang muncul yaitu

kecerdasaan emosional sedang hal tersebut dikarenakan pekerjaan orang tua yang

dapat dilihat pada tabel 5.3 diatas ditemukan sebagian besar orang tua dengan

pekerjaan ayah wiraswasta (67%) ibu (46%), dan diikuti oleh pekerjaan ayah

PNS (19%) ibu (24%) hal ini diakibatkan orang tua yang sibuk bekerja, kurang

dapat menbagi waktu bersama anak untuk berdiskusi atau kurangnya hubungan

komunikasi intrapersonal antara anak dan orang tua menjadi berkurang.

Kurangnya perhatian orang tua pada anak. Sedangkan factor yang tidak

mempengaruhi pada kecerdasan emosional lainnya yang mempengaruhi

kecerdasan emosional anak adalah pendidikan orang tua, pada tabel 5.4

pendidikan orang tua rata rata lulusan SMA ayah (60%), ibu (67%) dan diikuti

sarjana ayah (19 %) ibu (17 %). Menurut siregar (2007) yang mengatakan bahwa

pengetahuan seseorang bukan hanya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan , karena

pengetahuan lebih banyak diperoleh dari pengalam hidup dan informai yang

diperoleh Khodijah, (2018) mengatakan tidak ada perbedaan yang signifikan

religius antara remaja yang memiliki orang tua perpendidikan tinggi dengan yang

memiliki pendidikan rendah. Pada tabel 5.1 sebagian besar 18 (39%) usia anak 12

tahun ,ayah 27 (59%) berusia 30 - 35 tahun dan ibu 39 (85%) berusia 30 - 35

tahun. Menurut Notoadmojo (2003) semakin cukup umur seseorang, maka tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan

semakin tambahnya usia seseorang semakin dapat mengunakan koping yang

dihadapi.
62

Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa anak SDN Gondanglegi

Kulon 2 lebih dominan dengan memiliki tingkat kecerdasan emosional sedang dan

hanya sebagian anak yang mengalami tingkat kecerdasan emosional tinggi salah

satu faktor yang mempengaruhi tingkat kecerdasan emosional salah satunya

adalah pola asuh orang tua dikarenaka pekerjaan orang tua yang sibuk tidak

memiliki waktu banyak bersama anak, hubungan komunikasi interpersonal anak

dan orangtua terbatas dan pendidikan orang tua yang rendah dan tidak mau, tidak

mampu, tidak tahu menerima informasi dan menerapkan dalam keluarganya.

5.3.3 Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kecerdasan

Emosional.

Dari hasil tabel 5.7. menunjukan sebagian besar responden yang memiliki

pola asuh orang tua demokratis menunjukan bahwa kecerdasan emosional yang

sedang yakni 39 siswa (85%), responden yang memiliki kecerdasan emosional

rendah 5 (11%) diikuti responden yang memiliki kecerdasan emosional tinggi 2

(4%). Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan uji spearman dengan

didapatkan p=0.036 < a = 0.005 dengan nilai hitung pearson = 0,040 maka H1

diterima, yang berarti ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua

dengan kecerdasan emosional anak SDN Gondanglegi Kulon 02 sedangkan nilai

koefisien korelasi sebesar 0,040 yang diinterpretasikan bahwa kekuatan hubungan

antar variabel pada tingkat sedang. Dari hasil tersebut menunjukan bahwa pola

asuh orang tua demokratis mengakibatkan tingkat kecerdasan anak yang sedang.

Hal ini dikarenakan oleh faktor pola asuh yaitu pekerjaan. Ini sesuai dengan hasil

penelitian Hikmah (2021) mengatakan ada hubungan pekerjaan ibu dengan


63

kecerdasan emsoional remaja di SMA Swasta Adabiah Padang Tahun 2021.

Peranan orang tua terhadap perkembangan kecerdasan emsosional sangatlah

penting dan perlu dilakukan agar saat dewasa ia menegerti norma norma di

lingkungan sekitar, orang tua yang sibuk bekerja dengan urusannya memiliki

sedikit waktu bersama anak, maka dari itu orang tua perlu memperhatikan dan

kondisi anak mereka, bahkan banyak pula orang tua yang tidak memperhatikan

anak jika demikan berlanjut akan berefek pada permasalahan akan perkembangan

kecerdasan emosional anak. Izzati dkk (2008). Ciri-ciri emosi masa kanak-kanak

yaitu emosi anak berlangsung relatif lebih singkat atau sebentar, emosi anak

berlebihan dan terkadang sulit untuk dikendalikan, emosi anak muda berubah,

respon emosi anak berbeda-beda, emosi anak dapat diketahui atau dideteksi dari

gejala tingkah lakunya, emosi anak mengalami perubahan dalam kekuatannya,

perubahan dalam ungkapan-ungkapan emosi. Pola asuh yang diterapkan orangtua

siswa di rumah yang paling banyak diterapkan adalah pola asuh demokratis 22

siswa, otoriter dengan jumlah siswa sebanyak 18 siswa, kemudian pola asuh

permisif diperoleh sebanyak 6 siswa. Ini menunjukkan bahwa ada kemungkinan

orang tua yang lebih memilih gaya pengasuhan demokratis ini beralasan bahwa di

era yang serba mudah ini dengan kecanggihan teknologi yang ada, orangtua lebih

memilih pengawasan yang ketat terhadap anaknya. Dari macam-macam pola asuh

orang tua tersebut memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing.

Banyak anak-anak yang berasal dari keluarga yang menerapkan keotoriteran dan

pengawasan ketat tidak memperlihatkan pola yang berhasil. Mereka cenderung

tidak bahagia, penyendiri, dan sulit mempercayai orang lain. Sebaliknya, orangtua

permisif berusaha menerima dan mendidik sebaik mungkin, tetapi cenderung


64

sangat pasif ketika sampai ke masalah penetapan batas-batas atau menanggapi

ketidak patuhan. Orangtua otoritatif berbeda dengan orangtua otoriter maupun

orangtua permisif, berusaha menyeimbangkan antara batas-batas yang jelas dan

lingkungan rumah yang baik untuk tumbuh. Orangtua otoritatif menghargai

kemandirian anak-anaknya, tetapi menuntut mereka memenuhi standar tanggung

jawab yang tinggi kepada keluarga, teman dan masyarakat. Upaya untuk

berprestasi mendapat dorongan dan pujian. Orang tua otoritatif dianggap

mempunyai gaya yang lebih mungkin menghasilkan anak-anak percaya diri,

mandiri, imajinatif, mudah beradaptasi, dan disukai banyak orang, yakni anak-

anak dengan kecerdasan emosional berderajat tinggi. Kasih sayang afirmatif

berarti menyediakan situasi yang baik bagi perkembangan emosi anak, dan

mendukung melalui cara yang dengan jelas dikenali oleh anak. Kasih sayang ini

berarti melibatkan diri secara aktif dalam kehidupan emosi anak. Tetapi dalam

penelitian ini hanya satu anak yang mendapatkan pola asuh ideal. Dari hasil

analisis, menunjukkan bahwa ada perbedaan rata-rata yang signifikan antara

kecerdasan emosional siswa yang diasuh dengan kecenderungan pola asuh

otoriter, permisif maupun otoritatif. Peran orangtua sebagai pengasuh anak yang

utama tidak bisa digantikan oleh siapapun, bahkan oleh educator di sekolah dan

pengasuh pengganti (suster, nenek) sekalipun. Porsi terbesar pengasuhan anak

harus pada orangtua. Karenanya, sesibuk apapun orangtua bekerja, perlu

meluangkan waktu untuk meningkatkan kualitas hubungan orangtua dengan anak.

Orangtua jangan menyerahkan pengasuhan total pada educator maupun pengasuh

pengganti. Ketika anak semakin besar, orangtua mulai mengajarkan logika,

memberikan nasihat moral, dan memberikan atau mencabut hak-hak khusus.


65

Ketika anak memasuki masa sekolah, orangtua menunjukkan rasa kasih sayang

fisik dan psikis yang semakin lebih karena anak semakin dewasa dan sedang

menunjukan perkembangan emosionalnya. Pola asuh yang diterapkan orangtua

harus memperhatikan pula tingkatan usia anak. Orangtua harus bersikap fleksibel

dan menyesuaikan diri terhadap pekembangan anak. Anak yang diasuh

demokratis dengan orang tuanya, sehingga muncul keecerdasan emosional rendah,

orang tua memiliki pola asuh demokratis namun sikap orang tua yang kurang

tegas dan didukung pengasuhan demokratis secara tidak maksimal karena

pekerjaan orang tua yang seharian diluar rumah dari pagi sampai sore dan hanya

memiliki waktu bersama anak saat sore hari, tidak ada waktu berkomunikasi,

berdiskusi. Orang tua perlu mencermati cara yang digunakan untuk mendidik dan

mengasuh anaknya agar dapat lebih mengembangkan kecerdasan emosi anak.


BAB 6

PENUTUP

Pada bab ini peneliti akan menyampaikan tentang hubungan pola asuh

orang tua terhadap kecerdasan emosional anak SDN Gondanglegi Kulon 2.

6.1 Kesimpulan

Pada bab ini peneliti akan menyampaikan tentang hubungan pola asuh

orang tua dengan kecerdasan emosional anak SDN Gondanglegi Kulon 02

6.1.1 Seluruh orang tua menerapkan pola asuh demokratis SDN Gondanglegi

Kulon 02

6.1.2 Sebagian besar memiliki tingkat kecerdasan emosional sedang di SDN

Gondanglegi Kulon 2.

6.2.3 Ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan kecerdasan emosional

anak SDN Gondanglegi Kulon 02 menggunakan uji SPSS dengan tingkat

signifikan p=0,036 < a =0.005.

6.2 Saran

6.2.1 ` Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini sebagai pengalaman, pemberian informasi, menambah,

sera meningkatkan pengetahuan untuk memahami tentang pentinnya pengaruh

pola asuh terhadap kecerdasan emosi pada anak.

6.2.2 Bagi Tempat Penelitian

Mengetahui kecerdasan emosi dapat di pengaruhi oleh pola asuh orang tua,

sehingga pada lingkungan anak dapat memberikan dalam peranan yang tepat pada
67

bersosialisasi dan aspek kecerdasan emosi pada anak.

6.2.3 Bagi Institusi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai informasi mengenai factor yang mempengaruhi

pola asuh orang tuaang berdampak dengan kecerdasan emosional pada kehidupan

lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Alfabeta. Rohmah, Lailatu. (2016). Peran Pola Asuh Orangtua Dalam


Menanamkan Disiplin Pada Anak. Annual Internasional Conference on
Islamic Early Childhood Education, 1(1), 167-176.

Baumrind (1995).Hubungan Antara Pola Asug Orang Tua Dengan Kecerdasan


Emosional Siswa Kelas X Akuntansi Di Smk Negri 44 Jakarta.

Ciarrochiet Al, 2002. Emotional Intelligence Moderates The Relationship


Between Stress And Mental Health 2021

Dariyo,2011. Pengaruh Pola Asuh Permisif Terhadap Perkembangan Kognitif


Anak Usia Dini 2022.

Diana Beurmrind (Surbakti, 2010). Dimensi Pola Asuh Orangtua Untuk


Mengembangkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia Dini 4-5
Tahun 2015

Fakhruddin, (2011). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pelaksanaan


Toilet Training Pada Anak Paud Di Kecamatan Pasar Kemis Kabupaten
Tangerang Tahun 2020

Golemam, Daniel. (2015) Kecerdasan Emosional Siswa. Jurnal Pendidikan &


Pengajaran Guru Sekolah Dasar, 39-45.

Goleman, Daniel. (2015). Emotional Intelegence: Kecerdasan Emosional,


Mengapa EI Lebih Penting Dari Pada IQ. Jakarta: Gramedia Pustaka
Umum.

Guntersdorfer, I. & Golubeva, I. (2018). Emotional Intelligence and Intercultural


Competence: Theoretical Questions and Pedagogical Possibilities.
Intercultural Communication Education, 1(2), 54-63.

Hetherington Dan Parke (Lestari, 2014) Pola Asuh Orang Tua Single Parent
Dalam Perkembangan Kepribadian Anak Studi Kasus Di Desa Kota
Lintang Kec Kota Kuala Simpang Aceh Tamiang 2021

Hurlock (2012 Dalam Husaini, 2013). Pola Asuh Orang Tua Dan Implikasinya
Terhadap Pendidikan Anak 2017

Hurlock, (2010) Kecerdasan Emosional Siswa. Jurnal Penidikan & Pengajaran


Guru Sekolah Dasar, 39-45.

Justian, T.S., Agus, W.M., & Fernando, Andreas. (2020). Korelasi Pola Asuh
Orangtua Kristiani Dengan Kecerdasan Emosional Siswa. Aletheia: Jurnal
Teologi dan Pendidikan Kristen, 1(1), 63-73.
69

Karomah, Yuly Sakinah. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kecerdasan
Emosional Siswa 2022.

Khodijah, (2018). Character Education In Malay Islamic Culture (Study Of


Parental Parenting, The Factors That Influence It, And Its Influence On
Adolescent Religiosity In The Palembang Malay Tribe)

Maer & Salovey,1997:Salovey & Mayer 1990:Zhoc Et Al.,2018). Effect Of


Communication Competence On Self-Efficacy In Kaohsiung Elementary
School Directors: Emotional Intelligence As A Moderator Variable.

Mardhiah., Azmidar dan Rahman, Ulfiani. (2015). Hubungan Pola Asuh Permisif
Orang Tua dan Kecerdasan Emosional Siswa dengan Hasil Belajar
Matematika Siswa. AULADUNA, 2(1), 116- 130.

Marlina, Ike (2014). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kecerdasan Emosi
Siswa Kelas V Sd Segugus Ii Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta.

Masni, Harbeng. Peran Pola Asuh Demokratis Orang Tua Terhadap


Pengembangan Potensi Diri Dan Kreativitas Siswa.

Meutiasari. (2018). Hubungan Pola Asuh Permisif dan Iklim Sekolah dengan
Perilaku Bullying Pada Siswa MTs AL-Halim Sipogu. Al-Muaddib: Jurnal
Ilmu-Ilmu Sosial dan Keislaman, 2(2), 253-268.

Mussen,2016. Perspektof Islam Tentang Pola Asuh Orang Tua Dan Kecerdsan
Emosional 2017

Nursalam, (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung:


Alfabeta.

Puspita, Sylvie. (2020). Monograf Fenomena Kecanduan Gadget Pada Anak Usia
Dini. Surabaya: Cipta Media Nusantara.

Rakhmawati, Istina. (2015). Peran Keluarga Dalam Pengasuhan Anak.


KONSELING RELIGI: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 6(1), 1-17.

Riduwan. (2003). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung:

Solihudien, Yusep. (2020). Strategi Melesatkan Trio Raksasa Kecerdasan Anak


(Parenting Islam Di era Millenial). Jawa Timur: CV.Penerbit Qiara Media

Sugiyono, (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sunarti, Iin. (2018). Pengaruh Kecerdasan Emosi, Efikasi Diri dan Motivasi
Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Unika.
70

Equilibrium: Jurnal Penelitian dan Ekonomi, 15(2), 16-33. Tenadidjaja,


S.J.,

Suryani,D.,Yuniarni,D., & Miranda, D (2022). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua


Terhadap Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia 5 sampai 6 tahun,
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa, 9(1), 1 sampai 8.

Tridhonanto, A. & Agency, B. (2014). Mengembangkan Pola Asuh Demokratis.


Jakarta:PT Elex Media Komputindo.

Widiyanto, M.A., & Fernando, A. (2020). Korelasi Pola Asuh Orangtua Kristiani
dengan Kecerdasan Emosional Siswa. Aletheia: Jurnal Teologi dan
Pendidikan Kristiani, 1(1), 63-73

Yulihasri, Dkk (2021). Pengaruh Pola Asuh Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua
Terhadap Karakter Mandiri Anak

Zen, D. S., & Novita, L. (2018). Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan
Kecerdasan Emosional
71

LAMPIRAN

Lampiran 1
SURAT IJIN PENELITIAN
72

Lampiran 2
Surat Balasan Penelitian
73

Lampiran 3
Uji Lolos Etik
74

Lampiran 4

Informed Consent

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN


EMOSIONAL ANAK

Kami adalah mahasiswa S1 Keperawatan STIKES William Booth


Surabaya mengharap partisipasi saudara/i dalam penelitian saya yang berjudul
Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kecerdasan Emosional Anak.
Dan juga mengharapkan tanggapan dan jawaban yang diberikan sesuai
dengan apa yang saudara/i rasakan tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Kami
menjamin kerahasiaan jawaban dan identitas saudara/i atas informasi yang
saudara/i berikan hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu
keperawatan.
Tanda tangan dibawah ini, menunjukkan saudara/i telah diberi informasi
dan memutuskan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Nama Inisial :
Tanggal :
No. Responden :

Tanda Tangan
75

Lampiran 5
Surat Permintaan Menjadi Responden

LAMPIRAN PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.
Saudara/i calon responden

Sebagai syarat tugas akhir mahasiswa S1 Keperawatan STIKES William Booth


Surabaya, saya akan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pola Asuh
Orang Tua Dengan Kecerdasan Emosional Anak”.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui Hubungan Pola Asuh Orang Tua
Dengan Kecerdasan Emosional Anak. Dengan adanya keperluan tersebut saya
mohon kesediaan saudara untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

Selanjutnya kami mohon saudara untuk mengisi kuesioner yang saya sediakan
dengan kejujuran dan apa adanya. Jawaban saudara dijamin kerahasiannya.
Demikian atas bantuan dan partisipasinya disampaikan terima kasih.

Surabaya, 12 April 2022

Peneliti
76

Lampiran 6
Lembar kursioner
KURSIONER

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN KECEMASAN EMOSIONAL


ANAK DI SEKOLAH SDN GONDANGLEGI KULON 02

Kursioner Pola Asuh

Tanggal pengisian :

NO. Hp (jika ada) :

1. Nama :
2. Jenis kelamin :
3. Umur : :
4. Kelas :

Pilih salah satu dengan tanda checklist () pada jawaban ang paling
benar menurut anda.

Keterangan:
SS :sangat setuju
S : setuju
TS : tidak setuju
STS :sangat tidak setuju

NO Pernyataan S SS TS STS

Setiap kali orang tua menyuruh melakukan sesuatu,


ia mengharapkan saya melakukannya sesegera
1.
mungkin tanpa
bertanya
Orang tua tetap bersabar walaupun saya
2. tidak setuju dengannya.
77

Orang tua memberi tahu perilaku apa yang harus


3. saya lakukan, jika tidak
melakukannya, dia akan menghukum saya
Orang tua saya tidak tegas dalam membuat
4. kesepakatan pelanggaran dengan anak-
anaknya.
Orang tua menuntut untuk menjadikan saya
5.
sesuai dengan harapanya.
Menurut orang tua, saya tidak harus setuju
6.
dengan pendapatnya
Orang tua saya merasa bahwa paksaan harus
7. lebih sering digunakan agar anak- anak
bersikap sesuai dengan keinginan
orang tua.
orang tua sering mengatakan apa yang diinginkan
8. dari saya dan berharap agar saya
dapat mewujudkan keinginannya
Orang tua membolehkan saya untuk
9.
bertanya pada setiap keputusan yang ia buat
Saya mengetahui apa yang orang tua harapkan
10. dari saya, tapi ketika merasa bahwa harapan
tersebut tidak masuk akal, saya bebas untuk
mendiskusikan harapan-
harapan itu dengan orang tua .
Orang tua membuat peraturan di rumah tanpa
11. mendiskusikan terlebih dahulu
dengan anakanaknya
12. Orang tua memiliki aturan tentang perilaku
anakanaknya di rumah, tapi ia bersedia untuk
menyesuaikan aturan tersebut dengan kebutuhan
masing-masing anak dalam
keluarga
13 Orang tua saya tidak menerima saran dari
anakanaknya mengenai pembuatan
peraturan di rumah
14 Orang tua mengharapkan saya untuk mengikuti
arahannya, tapi ia selalu bersedia mendengarkan
keinginan saya dan
mendiskusikannya.
15 Orang tua mengharapkan saya untuk mengikuti
arahannya, tapi ia selalu bersedia mendengarkan
keinginan saya dan
mendiskusikannya.
16 Jika orang tua membuat suatu keputusan di dalam
keluarga yang menyakiti saya, ia bersedia untuk
membicarakan keputusan itu dengan saya dan
mengakui jika dia
melakukan kesalahan
78

17 Orang tua mempertimbangkan pendapat dari


anakanaknya ketika membuat keputusan
keluarga, tapi dia tidak akan memutuskan
sesuatu hanya karena anak-
anak menginginkannya.
18 Orang tua saya mengarahkan kegiatan dan keputusan
anak-anak dalam keluarga
melalui pemahaman dan kedisiplinan.
19 Orang tua tidak memberikan arahan yang jelas untuk
perilaku dan kegiatan saya, ia juga tidak bisa
memahami ketika saya tidak
setuju dengannya.
20 Orang tua membebaskan saya untuk
berpikir dan berbuat sesuai dengan apa yang
ingin saya lakukan
21 Orang tua saya menganggap bahwa anak- anak
harus mengikuti setiap petunjuk orang
tua.
22 Orang tua saya mengikuti apa yang anak-
anak inginkan ketika membuat keputusan
keluarga
23 Orang tua memaksa saya untuk mematuhi
peraturan dalam berperilaku.

24 Orang tua jarang memberikan contoh


kepada saya tentang cara berperilaku yang baik
dalam kehidupan sehari-hari.
25 Orang tua saya mengarahkan perilaku,
kegiatan, dan keinginan anak-anaknya
79

Lembar 7
Lembar kursioner
KURSIONER

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN KECEMASAN EMOSI PADA


ANAK DI SEKOLAH SDN GONDANGLEGI KULON 02
Kursioner Kecemasan Emosi
Tanggal pengisian :
1. Nama :
2. Kelas :
3. No. Hp (jika ada) :
Pilih salah satu dengan tanda checklist () pada jawaban ang paling benar menurut anda.
Keterangan:

SS : sangat setuju

S : setuju

N : netral

TS : tidak setuju

STS :sangat tidak setuju


80

PERNYATAAN SS S N TS STS
NO
Saya tahu kapan harus berbicara
1. tentang masalah pribadi saya kepada orang lain

Ketika saya dihadapkan dengan rintangan, saya


2. ingat saat-saat saya
menghadapi hambatan yang sama dan Mengatasi
mereka
Saya berharap bahwa saya akan
3. melakukannya dengan baik pada
sebagian besar hal yang saya coba.
Orang lain merasa mudah untuk curhat padaku
4.

Saya merasa sulit untuk memahami pesan


5. non-verbal orang lain.

Beberapa peristiwa besar dalam hidup saya telah


6 membuat saya mengevaluasi kembali apa yang
penting dan tidak. Penting

Ketika suasana hati saya berubah, saya melihat


7 kemungkinan baru

Emosi adalah salah satu hal yang membuat


8 hidup saya layak dijalani.

Saya sadar akan emosi saya saat saya


9 mengalaminya.

10 Saya berharap hal-hal baik terjadi

Saya suka berbagi emosi dengan orang lain


11

Ketika saya mengalami emosi positif, saya


12 tahu cara membuatnya bertahan lama.
81

Saya mengatur acara yang dinikmati


13 orang lain

Saya mencari kegiatan yang membuat


14 saya bahagia

Saya menyadari pesan non-verbal yang


15 saya kirim ke orang lain

Saya menampilkan diri saya dengan cara


16 yang membuat kesan yang baik pada
orang lain
Ketika saya berada dalam suasana hati
17 yang positif, memecahkan masalah itu
mudah bagi saya.
18 Dengan melihat ekspresi wajah mereka,
saya mengenali emosi yang dialami
orang
19 Saya tahu mengapa emosi saya berubah

Ketika saya berada dalam suasana hati


20 yang positif, saya bisa datang dengan
ide-ide baru.
21 Saya memiliki kendali atas emosi saya

Saya dengan mudah mengenali emosi


22 saya saat saya mengalaminya

Saya memotivasi diri saya sendiri


23 dengan membayangkan hasil yang baik
untuk tugas-tugas yang saya ambil.
Saya memuji orang lain ketika mereka
24 telah melakukan sesuatu dengan baik.

Saya menyadari pesan non-verbal yang


25 dikirim orang lain

Ketika orang lain memberi tahu saya


26 tentang peristiwa penting dalam
hidupnya, saya hampir merasa seperti
82

itu. Meskipun saya telah mengalami


peristiwa ini sendiri

Ketika saya merasakan perubahan


27 emosi, saya cenderung datang dengan
ide baru.
Ketika saya dihadapkan dengan
28 tantangan, saya menyerah karena saya
percaya saya akan gagal.
Saya tahu apa yang orang lain rasakan
29 hanya dengan melihat mereka

Saya membantu orang lain merasa lebih


30 baik ketika mereka merasa sedih atau
down
Saya menggunakan suasana hati yang
31 baik untuk membantu diri saya terus
mencoba dalam menghadapi rintangan
Saya bisa tahu bagaimana perasaan
32 orang dengan mendengarkan nada suara
mereka
Sulit bagi saya untuk memahami
33 mengapa orang merasakan cara yang
dilakukan.
83

Lampiran 8

DOKUMENTASI SDN Gondanglegi Kulon 02


84

Lampiran 9

Uji Statistik

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
polaasuh * 46 93.9% 3 6.1% 49 100.0%
kecerdasanemosional

Polaasuh * kecerdasanemosional Crosstabulation

Kecerdasan emosional
Tinggi Sedang Rendah Total
Pola asuh Permissive Count 2 19 1 22
% of Total 4% 42% 2% 48%
Otoriter Count 0 14 4 18
% of Total 0.0% 31% 9% 40%
Demokratis Count 0 6 0 6
% of 0.0% 12 % 0.0% 12 %
Total
Total Count 2 39 5 46
% of 4% 85 % 11 % 100,0%
Total
85

Symmetric Measures
Approxim
Asymptoti ate
c Standard Approxim Significan
Value Errora ate Tb ce
Interval by Pearson's R .550 .195 4.872 .006c
Interval
Ordinal by Spearman .559 .178 2.745 .036c
Ordinal Correlation
N of Valid Cases 46
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

Correlations
polaasu kecerdasan
h emosional
Spearman's polaasuh Correlation 1.000 .465**

rho Coefficient
Sig. (2-tailed) . .036
N 46 46
kecerdasanemosi Correlation .465* 1.000
onal Coefficient
Sig. (2-tailed) .036 .
N 46 46
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
86

Lampiran 10
Analaisa Data

POLA
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 HASIL
1 3 2 1 1 3 1 2 2 3 3 3 1 1 3 3 1 3 1 1 2 2 3 4 2 4 55
2 3 3 2 4 2 3 4 3 2 1 4 4 3 4 3 4 4 1 4 1 2 4 3 1 1 70
3 4 3 3 4 3 3 2 4 1 1 3 4 4 4 4 1 3 2 2 3 4 1 1 1 2 66
4 3 4 3 4 4 2 1 2 2 1 3 3 2 2 2 3 1 1 1 3 2 3 2 2 1 51
5 4 3 2 1 4 4 3 2 2 1 1 1 3 2 1 4 2 4 3 1 4 1 1 2 2 58
6 2 3 2 3 4 3 3 4 4 3 4 3 2 4 4 4 2 3 3 3 2 4 3 4 3 74
7 4 3 2 2 2 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 31
8 3 4 2 1 3 4 3 2 2 2 1 1 3 1 3 3 2 2 1 1 4 4 1 1 1 55
9 2 4 3 2 3 1 4 3 3 2 2 3 4 1 3 4 2 3 1 4 3 2 1 4 2 66
10 3 2 1 1 2 1 3 2 4 1 2 3 1 3 3 2 2 3 2 2 2 1 1 1 1 48
11 3 2 3 3 3 3 4 2 1 3 1 3 4 2 3 4 1 1 3 3 2 4 1 1 1 64
12 3 2 3 1 1 2 3 4 3 2 1 3 4 2 3 1 4 3 2 3 1 1 3 1 1 57
13 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 28
15 4 2 3 2 4 3 2 3 2 4 3 2 3 1 3 2 2 4 1 3 4 2 4 3 2 68
16 4 2 3 1 2 3 2 3 2 4 2 2 3 1 1 2 2 4 1 1 2 2 3 3 2 57
17 4 2 4 1 2 3 2 3 2 4 2 2 3 1 1 2 3 4 4 1 2 2 3 3 2 62
18 4 2 4 1 2 1 2 3 2 4 2 2 3 1 1 2 3 4 3 1 2 2 3 3 2 59
19 3 2 2 1 2 1 2 3 2 4 2 2 3 1 1 2 3 4 3 1 2 2 3 3 2 59
20 3 2 3 3 4 3 2 1 3 2 3 2 4 3 2 1 3 2 2 1 4 2 1 4 3 63
21 3 2 3 3 4 1 2 1 3 2 3 2 4 3 2 1 1 4 2 1 2 3 2 1 1 58
22 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
23 3 2 3 3 4 1 2 1 3 2 3 2 2 3 2 1 1 4 2 1 2 2 2 1 1 55
24 3 3 1 2 2 3 3 3 1 1 3 3 1 3 1 1 2 2 4 3 2 3 1 4 3 69
25 2 2 3 4 3 2 1 4 4 3 4 3 4 4 1 4 1 3 2 1 1 2 1 3 2 92
26 3 3 3 2 4 1 1 3 4 4 4 4 1 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 4 2 73
27 2 4 2 1 2 2 1 3 3 2 2 2 3 1 1 1 3 3 2 3 1 1 2 3 4 74
87

28 3 4 4 3 2 2 1 1 1 3 2 1 4 2 4 3 1 4 1 1 1 1 1 1 1 86
29 2 4 3 3 4 4 3 4 3 2 4 4 4 2 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 76
30 3 2 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 2 3 2 4 3 2 3 65
31 1 3 4 3 2 2 2 1 1 3 1 3 3 2 2 1 1 4 2 3 1 2 3 2 3 38
32 3 3 1 4 3 3 2 2 3 4 1 3 4 2 3 1 4 4 2 4 1 2 3 2 3 73
33 4 2 1 3 2 4 1 2 3 1 3 3 2 2 3 2 2 4 2 4 1 2 1 2 3 77
34 2 3 3 4 2 1 3 1 3 4 2 3 4 1 1 3 3 3 2 2 1 2 1 2 3 78
35 3 1 2 3 4 3 2 1 3 4 2 3 1 4 3 2 3 3 2 3 3 4 3 2 1 82
36 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 3 3 4 1 2 1 87
37 3 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 30
38 2 4 3 2 3 2 4 3 2 3 1 3 2 2 4 1 3 3 2 3 3 4 1 2 1 87
39 3 2 3 2 3 2 4 2 2 3 1 1 2 2 4 1 1 3 3 1 2 2 3 3 3 76
40 3 2 3 2 3 2 4 2 2 3 1 1 2 3 4 4 1 2 2 3 4 3 2 1 4 85
41 3 2 1 2 3 2 4 2 2 3 1 1 2 3 4 3 1 3 3 3 2 4 1 1 3 71
42 2 2 1 2 3 2 4 2 2 3 1 1 2 3 4 3 1 2 4 2 1 2 2 1 3 30
43 4 4 3 2 1 3 2 3 2 4 3 2 1 3 2 2 1 3 4 4 3 2 2 1 1 89
44 4 4 1 2 1 3 2 3 2 4 3 2 1 1 4 2 1 2 4 3 3 4 4 3 4 91
45 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 1 4 1 1 1 1 84
46 3 4 1 2 1 3 2 3 2 2 3 2 1 1 4 2 1 2 4 3 2 3 1 4 3 96
88

K
E
N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1i 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 HASI
o 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 L
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 4 5 6 7 1 1 4 4 1 1 1 1 1 4 66
0 1 2 3 4 5 6
2 3 2 1 1 3 1 2 2 3 3 3 1 1 3 3 1 3 2 1 1 3 1 2 1 4 3 2 1 4 2 1 4 3 53
3 3 3 2 4 2 3 4 3 2 1 4 4 3 4 3 4 3 3 2 4 2 3 4 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 78
4 4 3 3 4 3 3 2 4 1 1 3 4 4 4 4 1 4 3 3 4 3 3 2 3 3 2 4 1 1 1 3 3 2 88
5 3 4 3 4 4 2 1 2 2 1 3 3 2 2 2 3 3 4 3 4 4 2 1 2 3 1 1 3 1 1 2 3 1 108
6 4 3 2 1 4 4 3 2 2 1 1 1 3 2 1 4 4 3 2 1 4 4 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 78
7 2 3 2 3 4 3 3 4 4 3 4 3 2 4 4 4 2 3 2 3 4 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 89
8 4 3 2 2 2 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 3 2 2 2 1 4 1 3 4 2 4 3 2 1 3 4 98
9 3 4 2 1 3 4 3 2 2 2 1 1 3 1 3 3 3 4 2 1 3 4 3 1 1 2 2 3 3 2 1 1 2 76
10 2 4 3 2 3 1 4 3 3 2 2 3 4 1 3 4 2 4 3 2 3 1 4 4 1 2 2 3 3 2 4 1 2 91
11 3 2 1 1 2 1 3 2 4 1 2 3 1 3 3 2 3 2 1 1 2 1 3 3 1 2 2 3 3 2 3 1 2 89
12 3 2 3 3 3 3 4 2 1 3 1 3 4 2 3 4 3 2 3 3 3 3 4 3 1 2 2 3 3 2 3 1 2 59
13 3 2 3 1 1 2 3 4 3 2 1 3 4 2 3 1 3 2 3 1 1 2 3 2 1 4 2 1 4 3 2 1 4 66
14 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 2 1 2 3 2 1 1 2 1 2 117
15 1 3 1 5 1 4 1 3 4 4 3 1 1 5 1 1 4 1 1 5 1 1 1 1 1 5 1 1 5 1 1 1 1 87
16 4 2 3 2 4 3 2 3 2 4 3 2 3 1 3 2 4 2 3 2 4 3 2 2 1 2 2 2 1 1 2 1 2 87
17 4 2 3 1 2 3 2 3 2 4 2 2 3 1 1 2 4 2 3 1 2 3 2 5 3 5 2 5 5 5 5 3 4 98
18 4 2 4 1 2 3 2 3 2 4 2 2 3 1 1 2 4 2 4 1 2 3 2 3 5 5 5 2 5 4 4 2 4 106
19 4 2 4 1 2 1 2 3 2 4 2 2 3 1 1 2 4 2 4 1 2 1 2 5 5 3 2 4 5 2 5 3 2 60
20 3 2 2 1 2 1 2 3 2 4 2 2 3 1 1 2 3 2 2 1 2 1 2 3 4 2 4 5 3 3 5 2 1 66
21 4 2 1 3 2 4 1 2 3 1 3 3 2 2 3 2 2 4 2 4 1 2 1 2 3 4 2 1 4 3 4 3 2 98
22 2 3 3 4 2 1 3 1 3 4 2 3 4 1 1 3 3 3 2 2 1 2 1 2 3 2 3 3 3 4 5 3 1 75
23 3 1 2 3 4 3 2 1 3 4 2 3 1 4 3 2 3 3 2 3 3 4 3 2 1 3 1 2 5 2 3 4 4 81
24 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 3 3 4 1 2 1 3 1 1 5 5 4 3 3 79
25 3 1 1 1 1 1 2 2 1 5 1 3 1 1 2 1 1 2 1 4 1 1 1 1 1 3 1 1 3 4 2 5 2 56
89

26 2 4 3 2 3 2 4 3 2 3 1 3 2 2 4 1 3 3 2 3 3 4 1 2 1 2 4 3 3 3 3 2 4 48
27 3 2 3 2 3 2 4 2 2 3 1 1 2 2 4 1 1 3 3 1 2 2 3 3 3 3 2 3 5 5 5 2 5 78
28 3 2 3 2 3 2 4 2 2 3 1 1 2 3 4 4 1 2 2 3 4 3 2 1 4 3 2 3 2 2 3 3 3 46
29 3 2 1 2 3 2 4 2 2 3 1 1 2 3 4 3 1 3 3 3 2 4 1 1 3 3 2 1 5 1 2 5 4 55
30 1 1 3 4 5 2 1 1 3 3 4 5 2 2 3 4 1 1 1 2 3 5 5 3 2 2 4 3 4 3 2 1 1 67
31 1 2 3 4 5 5 4 5 3 2 5 4 3 2 4 3 4 2 3 2 4 5 5 4 3 5 4 2 3 5 4 5 5 87
32 3 5 4 2 2 4 5 4 3 2 5 4 4 2 5 4 3 4 3 2 5 4 3 4 4 5 5 3 4 2 5 4 3 87
33 5 3 3 2 4 5 2 1 1 4 2 5 4 4 5 3 5 4 5 3 4 5 2 1 2 5 2 2 4 3 1 2 3 98
34 5 3 4 5 2 4 5 3 4 4 3 4 2 4 5 3 4 1 2 2 4 3 2 4 3 4 2 3 2 5 4 5 5 105
35 2 3 4 5 3 4 2 1 2 5 4 3 2 4 3 5 4 5 3 4 5 3 2 4 3 5 3 2 4 5 3 2 5 103
36 5 3 3 2 3 4 2 4 5 3 5 4 5 3 4 2 3 4 1 4 3 2 4 3 2 4 3 4 5 5 4 3 2 98
37 2 3 5 4 3 2 5 4 3 4 5 4 5 3 5 2 5 4 3 3 3 3 5 4 2 4 3 5 4 3 4 3 2 76
38 4 5 3 5 4 2 5 4 3 3 5 4 2 1 1 1 3 4 2 5 3 4 3 2 3 4 5 3 3 5 4 4 3 87
39 5 4 3 2 4 3 3 4 4 3 4 2 1 1 1 3 2 2 2 5 2 2 3 1 1 1 1 2 4 3 1 1 1 68
40 3 4 2 5 4 3 5 4 2 4 3 5 2 3 4 5 1 1 2 4 5 4 5 3 2 2 2 1 1 3 4 2 2 93
41 2 5 3 2 1 2 1 2 3 2 2 3 1 2 3 4 1 1 1 2 3 3 1 1 1 2 3 1 3 2 2 1 1 48
42 2 2 3 1 2 3 2 3 2 4 5 4 5 3 4 2 3 4 5 5 4 5 3 2 4 5 3 1 2 4 5 3 1 86
43 3 2 3 1 2 3 4 2 5 2 2 2 2 3 2 1 3 3 1 1 1 1 3 2 3 4 2 1 5 1 1 1 1 53
44 4 3 5 4 2 3 5 4 2 5 4 3 4 3 2 5 2 4 3 5 4 3 5 4 3 5 3 5 4 3 2 4 3 112
45 3 5 2 5 3 2 4 3 5 2 3 5 1 2 1 3 5 4 1 2 3 4 1 2 2 5 4 3 2 1 1 1 1 89
46 3 2 3 4 2 3 5 5 4 5 3 5 4 5 4 5 3 2 5 4 2 3 5 4 2 5 4 3 2 3 4 3 2 78
90
91

Usia Anak Pendidikan Orang


No Nama Jenis Kelamin Pekerjaan
(Tahun) Tua
1. MZA 11 Laki Laki SMP , SMA Wiraswasta, Buruh
Wiraswasta,
2 SAS 12 Laki Laki
SMA, SMA Wiraswasta
SARJANA,
3 PEV 11 Laki Laki PNS,PNS
sarjana
4 IPS 12 Perempuan SMA, SMA Wiraswasta, Irt
5 DEA 10 Laki Laki SMP, SMA Wiraswasta, Buruh
Wiraswasta
6 MDP 13 Laki Laki
SD, SMP Wiraswasta
7 NAF 10 Perempuan SMA, SMA Wiraswasta,PNS
8 IRH 10 Perempuan SMP, SMA Petani Wiraswasta
9 AAA 11 Laki Laki SMA, SMP Wiraswasta,Buruh
Wiraswasta
10 ARR 11 Laki Laki
SMA, SMA Wiraswasta
Wiraswasta
11 RSSB 10 Laki Laki
SMAsarjana Wiraswasta
12 RPK 11 Perempuan SD, SMA Swasta Wiraswasta
13 NDI 11 Perempuan SMA, SMA Wiraswasta, Buruh
14 CMI 11 Perempuan SMA, SMA Wiraswasta, Buruh
Wiraswasta
15 FR 11 Perempuan
SMA, SMA Wiraswasta
SARJANA,
16 QAPP 11 Laki Laki PNS,PNS
sarjana
Wiraswasta
17 NA 11 Laki Laki
SMA, SMA Wiraswasta
18 FYM 12 Laki Laki SMP, SMP Swasta, Buruh
19 DRA 12 Laki Laki SMA, SMA Wiraswasta, Buruh
SARJANA,
20 PD 11 Laki Laki PNS,PNS
sarjana
SARJANA,
21 HAM 10 Laki Laki PNS,PNS
sarjana
Wiraswasta
22 KEM 11 Perempuan
SMA, sarjana Wiraswasta
Wiraswasta
23 PLW 12 Laki Laki
SMA, SMA Wiraswasta
Wiraswasta
24 NAM 12 Perempuan
SMP, SMP Wiraswasta
25 UK 12 Perempuan SMA, SMA Wiraswasta, Irt
NDAP
26 12 Perempuan Wiraswasta
W SMA, SMP
27 FR 13 Perempuan SMA, SMA Swasta,Pns
Usia
N NA Jenis Pendidikan
Anak Pekerjaan
O MA Kelamin orang tua
(Tahun)
28 ZA 12 Perempuan SD, SMA Wiraswasta, Buruh
29 MAP 11 Laki Laki SMA, SMP Wiraswasta, Buruh
30 A 12 Laki Laki SMP, SMA Wiraswasta, Irt
31 MSH 13 Laki Laki SMA, SMA Wiraswasta,
92

Wiraswasta

Usia Anak Pendidikan Orang


No Nama Jenis Kelamin Pekerjaan
(Tahun) Tua
Wiraswasta
32 EFRD 11 Perempuan
SMA, SMA Wiraswasta
33 SBS 12 Perempuan Sarjana, Sarjana PNS,PNS
Wiraswasta
34 EAPA 11 Perempuan
SD, SMA Wiraswasta
35 AQA 12 Perempuan SARJANA PNS,PNS
36 DRS 12 Perempuan SARJANA PNS,PNS
37 MNM 12 Laki Laki SMA, SMA Wiraswasta, Irt
38 MMF 13 Laki Laki SMA,SMP Wiraswasta
39 SRS 12 Perempuan Sarajana, Sarajana PNS,PNS
40 DS 12 Laki Laki SARJANA PNS,PNS
41 MFA 13 Laki Laki SMA, SMA PETANI,PNS
42 DYS 13 Laki Laki SMP, SMA Wiraswasta, Buruh
43 MAY 12 Laki Laki SMA, SMP Wiraswasta
44 FA 12 Laki Laki SMA,SMP Swasta, Buruh
45 MR 13 Laki Laki SMA,SMA Wiraswasta
46 RAZ 12 Perempuan SMA,SMA Wiraswasta
93

Lampiran 11
Berita Acara Proposal
BERITA ACARA
PERBAIKAN PROPOSAL

No Penguji Masukan/Perbaikan TT

1 1. Bab 1 : Belum tergambar


Aristina
masalahnya, dan solusi
Halawa,S.Kep.,Ns.M.Kes ditambah untuk orang tua
sebagai role model dalam
kecerdasan emosional.
2. Bab 3 : sebaiknya peneliti
memilih target hanya 1 grup
saja yaitu anak untuk mengisi
2 kursioner (pola asuh orang
tua dan kecerdasan emsoional
anak)
3. Bab 4 : Cara /skala
34pengukuran variable
keduanya, memperhatikan
point point dalam kursioner
yang tergolong dalam
indicator, untuk
pengumpulan data dan
analisa data ditambah lagi.
2 Bapak. Citra Taufan 1. Target/reponden dalam
peneliatian apa tidak
sebaiknya mengambil pada
golden age.
2. Kurisoner pada pola asuh
orang tua bisa menggunakan
PAQ karena sudah baku
3. Cara pengambilan data pada
orang tua dapat menemui
orang tua langsung karena
ditakutkan responden dapat
berbohong dan mengambil
hal yang positif saja
4. Dirapikan lagi proposal nya
3 Siska 1. Saran dan kritiknya tidak
jauh berbeda dengan penguji
94

Christianingsih,S.Kep.,Ns.,M.Kep lainnya

4 Pandeirot 1. Nanti akan dicoba mencari


M.Nancye,M.Kep.,Sp.Kep.J untuk kursionernya lagi.
2. Segera konsul Kembali

Surabaya, 24 Februari 2022

Carona Paula L.P


95

Lampiran 12
Berita Acara Skirpsi
BERITA ACARA
PERBAIKAN SKRIPSI

Penguji Masukan dan perbaikan TTD


1. Taufan citra 1. Revisi abstrak : yang dipakai
Darmawan tehnik simple random sampling
S.Kep.Ns.,M. atau proportional stratified
Kep. randaom sampling.
2. Definisi operasional : perbaikan
dalam kategori dan skor pola asuh
dan kecerdasan emosionala anak
3. Sinkronisasi bab 1 sampai 6 dan
pembenaran tulisan
4. Edit sesuai panduan skripsi
5. Kursioner pola asuh bisa
mengguanakan PAQ
6. Kursioner kecerdasan emosional
SSEI digunakan bukan untuk anak
anak karena kalimat yang sedikit
sulit dimengerti
7. Pembahasan 5.3.3 kurang dalam
membahas tentang pola asuh
orang tua
8. Lampirn uji statistik : Chi Square
Test tidak perlu dicantumkan.

2. Budi Artini, 1. Pembenaran kata dalam judul


S.Kep.,Ns.M., 2. Sistematika penulisan banyak
Kep. yang harus diperbaiki dan
sesuaikan dengan panduan.
3. Responden untuk pola asuh dan
data umum orang tua.
4. Definisi operasional: revisi skor
5. Pembahasan

Surabaya, 14 Juni 2022

Carona Paula L.P


96

Lampiran 13
Lembar konsultasi

No TGL Saran / Perbaikan TTD


1. 15 Mencari masalah
november fenomena
2021 Rangkuman latar
belakang Panderiot M.Nancye,
Mencari masalah serta M.Kep.,Sp.Kep.J
fenomena yang terjadi
2 06 Konsul judul via
Desember zoom mencari
2021 indikator indikator Pandeirot M.Nancye,
M.Kep.,Sp.Kep.J
3 10 Konsep dari judul
Desember
2021 Pandeirot M.Nancye,
M.Kep.,Sp.Kep.J
4 03 februari Pengajuan judul
2022
Siska
Christianingsih,S.Kep,
Ns.,M. Kep
5 04 februari Konsul bab 1 sampai bab
2022 4

Siska
Christianingsih,S.Kep.
,Ns.,M. Kep
6 06 februari Konsul bab sampai bab
2022 4

Pandeirot M.Nancye,
M.Kep.,Sp.Kep.J
7 07 februari Revisi bab 1 paragraf
2022 1dan sampai bab 4

Pandeirot M.Nancye,
M.Kep.,Sp.Kep.J
8 8 februari Revisi bab 1 paragraf 1
2022 dan paragraph 4 dan
sampai bab 4

Siska
Christianingsih,S.Kep.
,Ns.,M. Kep
97

9 09 februari Revisi bab 4 dan


2022 pengeditan

Siska
Christianingsih,S.Kep.
,Ns.,M. Kep
10 12 februari Revisi bab 1
2022

Siska
Christianingsih,S.Kep.
,Ns.,M. Kep
11 13 februari Revisi bab 1 dan
2022 populasi

Siska
Christianingsih,S.Kep.
,Ns.,M. Kep
12 15 februari Revisi bab 1 dan 4
2022

Siska
Christianingsih,S.Kep.
,Ns.,M. Kep
12 16 februari ACC
2022

Siska
Christianingsih,S.Kep.
,Ns.,M. Kep
13 18 februari MAJU SEMINAR
2022
14 22 februari Revisi bab 1, 3 dan 4
2022 Konsul berita acara

Siska
Christianingsih,S.Kep.
,Ns.,M. Kep
15 01 Maret Konsul berita acara
2022

Pandeirot M.Nancye,
M.Kep.,Sp.Kep.J
16 02 Maret Berita acara
2022
Pandeirot M.Nancye,
M.Kep.,Sp.Kep.J
98

17 27 Mei Revisi data demografi


2022 pada tabel dan
deskripsinya Siska
Christianingsih,S.Kep.
,Ns.,M. Kep
18 30 Mei Revisi data demografi
2022 pada tabel dan
deskripsinya Siska
Christianingsih,S.Kep.
,Ns.,M. Kep
19 02 Juni Pengelolahan responden
2022

Siska
Christianingsih,S.Kep.
,Ns.,M. Kep
20 04 juni Revisi pembahasan
2022 (pemilihan kata sesuai
fakta teori jurnaldan
opini Siska
Christianingsih,S.Kep.
,Ns.,M. Kep
21 08 juni Revisi pembahasan
2022 (pemilihan kata sesuai
fakta teori jurnaldan
opini) Pandeirot M.Nancye,
M.Kep.,Sp.Kep.J
22 08 Juni Revisi pembahasan
2022 (pemilihan kata sesuai
fakta teori jurnaldan Siska
opini) Christianingsih,S.Kep.
,Ns.,M. Kep
23 09 Juni Revisi pembahasan
2022
Siska
Christianingsih,S.Kep.
,Ns.,M. Kep
24 09 Juni Revisi pembahasan
2022 Kerapian,

Pandeirot M.Nancye,
M.Kep.,Sp.Kep.J
25 27 Mei Revisi data demografi
2022 pada tabel dan
deskripsinya
Siska
Christianingsih,S.Kep.
,Ns.,M. Kep
99

26 30 Mei Revisi data demografi


2022 pada tabel dan
deskripsinya
Siska
Christianingsih,S.Kep.
,Ns.,M. Kep
27 02 Juni Pengelolahan responden
2022

Siska
Christianingsih,S.Kep.
,Ns.,M. Kep
28 02 Juni Revisi pembahasan
2022 (pemilihan kata sesuai
fakta teori jurnaldan
opini)

Pandeirot M.Nancye,
M.Kep.,Sp.Kep.J
29 04 juni Revisi pembahasan
2022 (pemilihan kata sesuai
fakta teori jurnaldan
opini Siska
Christianingsih,S.Kep.
,Ns.,M. Kep
30 08 juni Revisi pembahasan
2022 Kerapian

Pandeirot M.Nancye,
M.Kep.,Sp.Kep.J
31 08 Juni Revisi pembahasan
2022 (pemilihan kata sesuai
fakta teori jurnaldan
opini) Siska
Christianingsih,S.Kep.
,Ns.,M. Kep
32 09 Juni Revisi pembahasan dan
2022 jumlah populasi

Siska
Christianingsih,S.Kep.
,Ns.,M. Kep
33 09 Juni Revisi pembahasan
2022 Kerapian,

Pandeirot M.Nancye,
M.Kep.,Sp.Kep.J
100

34 10 juni Revisi pembahasan dan


2022 edit sesuai panduan
ACC
Pandeirot M.Nancye,
M.Kep.,Sp.Kep.J
35 14 Ujian sidang skripsi
Juni
2022
36 28 Konsul pembahasan
Juni dan kategori data
2022 DO
ACC pembimbing 2 Siska
Christianingsih,S.Kep.,
Ns.,M. Kep
37 06 Juli Penambahan konsep
2022 anak
Editing
Pandeirot
M.Nancye,
M.Kep.,Sp.Kep.J
38 11 Juli Editing
2022

Pandeirot
M.Nancye,
M.Kep.,Sp.Kep.J
39 Juli ACC
2022
Pandeirot
M.Nancye,
M.Kep.,Sp.Kep.J

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Pandeirot M.Nancye, M.Kep.,Sp.Kep.J Siska Christianingsih,S.Kep.,Ns.,M.Kep

Anda mungkin juga menyukai