Anda di halaman 1dari 120

SKRIPSI

HUBUNGAN SELF MANAJEMEN DIABETIK DENGAN


KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PENDERITA
DIABETES MELITUS TYPE 2 DI RW 06
GUMUYUNG KREMBANGAN SELATAN
SURABAYA

OLEH : ANGGI TRISNA SARI


NIM. 2019.01.003

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WILLIAM BOOTH
SURABAYA
2023

ii
SKRIPSI

HUBUNGAN SELF MANAJEMEN DIABETIK DENGAN


KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PENDERITA
DIABETES MELITUS TYPE 2 DI RW 06
GUMUYUNG KREMBANGAN SELATAN
SURABAYA

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan
pada STIKes William Booth Surabaya

OLEH : ANGGI TRISNA SARI


NIM. 2019.01.003

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WILLIAM BOOTH
SURABAYA
2023
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal penelitian dengan judul “Hubungan self Manajemen diabetic dengan


kejadian komplikasi pada penderita diabetes mellitus type 2 di RW 06 Gumuyung
Krembangan Selatan Surabaya”, telah diperiksa dan disetujui untuk dilakukan
ujian

Tanggal 18 Mei 2023

Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Hendro Djoko Tjahjono, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.MB Budi Artini, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIDN. 0702027502 NIDN. 0701107601

Mengetahui :

Ketua STIKES William Booth Surabaya

Lina Mahayaty, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.An


NIDN. 0712037502

iv
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan penelitian ini telah diuji dan disetujui oleh tim penguji pada sidang di
Prodi S1 Keperawatan STIKes William Booth Surabaya

Pada tanggal 11 Juli 2023

TIM PENGUJI

TTD

Ketua : ……………

Anggota : 1. ……………

2 ……………

3. ……………

4. …………….

Mengetahui :

Ketua STIKes William Booth Surabaya

Lina Mahayaty, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.An.


NIDN. 07120037502

v
PERNYATAAN ORSINILITAS SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan


saya dan berdasarkan hasil penelurusan berbagai karya ilmiah, gagasan, dan
masalah ilmiah yang diteliti dan diulas di dalam naskah Skripsi ini adalah asli dari
pemikiran saya. Tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain
untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang
secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan
daftar Pustaka.
Apabila ternyata didalam naskah Skripsi ini dapat dibuktikan terdapat
unsur-unsur jiplakan, saya bersedia Skripsi dibatalkan, serta diproses sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No.20 Tahun 2003,
Pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).

Surabaya, Mei 2023

Yang membuat pernyataan

Anggi Trisna Sari


2019.01.003

Pembimbing I Pembimbing II

Hendro Tjoko Tjahjono M.Kep.,Ns.,Sp.MB Budi Artini, S.Kep.,Ns.,M.Kep

vi
PERSEMBAHAN DAN MOTTO
“ Setetes keringat orangtuaku seribu langkahku untuk maju”
“Kelemahan terbesar kita adalah bersandar pada kepasrahan. Jalan yang paling
jelas menuju kesuksesan adalah selalu mencoba, setidaknya satu kali lagi”
-Thomas A. Edison-
“Jangan biarkan kesulitanmu mengusaimu, percayalah bahwa ini malam yang
gelap dan hari yang cerah akan datang. Karena sesungguhnya dengan kesulitan
akan datang kemudahan”
-QS.AL-Insyirah:5-

Karya ini saya persembahkan kepada :


1. Allah SWT, yang telah memberikan nikmat yang luar biasa, memberi saya
kekuatan, membekali saya dengan ilmu pengetahuan. Atas karunia serta
kemudahan yang engkau berikan, akhirnya penelitian saya yang sederhana
ini dapat terselesaikan tepat waktu.
2. Kedua orang tua saya, ibu dan bapak yang tidak pernah berhenti
mensupport saya dan memberikan saya doa didalam sholat nya sehingga
saya bisa menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Hendro Tjoko Tjahjono M.Kep.Ns.,Sp.Kep.MB dan Ibu Budi
Artini S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing I dan pembimbing II yang
telah sabar dalam membimbing dan mengarahkan saya selama proses
Menyusun skripsi ini.
4. Yayasan Eka Tjipta Foundation yang telah memberikan bantuan material
melalu beasiswa sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh teman-teman S1 Keperawatan angkatan XIX yang telah berjuang
bersama, membantu selama proses studi berlangsung dan mendoakan
selama proses pengerjaan skripsi ini.

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Hubungan self manajemen diabetic dengan kejadian komplikasi pada penderita
diabetes mellitus type 2 di rw 06 gumuyung krembangan selatan surabaya” sesuai
dengan waktu yang telah dilakukan.
Skripsi ini penulis susun sebagai salah satu persyaratan tugas akhir untuk
memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Prodi S1 Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan William Booth Surabaya.
Skripsi ini penulis susun sebagai salah satu persyaratan tugas akhir untuk
memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada prodi S1 Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Surabaya.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulisan mendapatkan banyak pengarahan
dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis tidak
lupa mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Lina Mahayaty, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.An. selaku ketua STIKes William


Booth Surabaya
2. Retty Nirmala Santiasari S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua Prodi S1
Keperawatan yang telah membimbing dan menuntun penulis selama
proses perkuliahan sampai sekarang
3. Hendro Djoko Tjahjono, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.MB selaku ketua
Pembimbing I dalam penyusunan skripsi ini yang telah banyak memberi
bimbingan kepada penulis.
4. Budi Artini S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing II dalam penyusunan
skripsi ini yang telah banyak memberi pengarahan, bimbingan, serta revisi
kepada penulis.
5. Para dosen dan staff STIKes William Booth Surabaya yang telah
membantu dan mendukung penulis selama proses perkuliahan sampai
sekarang.

viii
6. Kedua orang tua tercinta terutama kepada Bapak Sutrisno dan Ibu Ririn
Setyowati serta keluarga yang telah memberikan dukungan, motivasi dan
doa yang tiada habisnya dalam selama penulis belajar dan berkarya dalam
dunia keperawatan.
7. Rekan – rekan mahasiswa S1 Keperawatan STIKes William Booth
Surabaya Angkatan XI dan seluruh pihak yang telah membantu kelancaran
penyusunan skripsi ini yang tidak dapat diteliti sebutkan satu persatu
8. Yang terakhir saya mengucapkan terima kasih buat diri saya karena sudah
berjuang dan bekerja keras sejauh ini dalam proses perkuliahan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak


kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan skripsi. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para mahasiswa
dan progam pendidikan keperawatanya lainnya.

Surabaya, 06 Februari 2023

Penulis

ix
DAFTAR ISI

Cover Dalam........................................................................................................... i
Lembar Pengesahan.............................................................................................. ii
Kata Pengantar ................................................................................................... iii
Daftar Isi................................................................................................................vi
Daftar Gambar.....................................................................................................vii
Daftar Tabel........................................................................................................viii
Daftar Singkatan...................................................................................................ix
Daftar Lampiran....................................................................................................x

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.........................................................................................5
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum...............................................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus..............................................................................................5
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi Rumah sakit............................................................................5
1.4.2 Manfaat bagi Peneliti....................................................................................5
1.4.3 Manfaat bagi Institusi Peneliti......................................................................6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep diabetes mellitus..............................................................................7
2.1.1 Pengertian......................................................................................................7
2.1.2 Klasifikasi.....................................................................................................7
2.1.3 Patofisiologi..................................................................................................9
2.1.4 Penyebab.......................................................................................................9
2.1.5 Gejala..........................................................................................................10
2.1.6 Diagnosis....................................................................................................11
2.1.7 Komplikasi.................................................................................................13
2.1.8 Faktor risiko................................................................................................14
2.1.9 Penatalaksanaan..........................................................................................15
2.2 Konsep Self manajemen diabetik
2.2.1 Pengertian....................................................................................................21
2.2.2 Tujuan.........................................................................................................21
2.2.3 Faktor – factor yang memengaruhi.............................................................22

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA


3.1 Kerangka konsep.........................................................................................28
3.2 Hipotesa penelitian......................................................................................30

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN


4.1 Desain rancangan penelitian.......................................................................32
4.2 Kerangka konsep (Frame work).................................................................33
4.3 Identifikasi variabel.....................................................................................34
4.4 Definisi operasional....................................................................................36
4.5 Sampling Desain.............................................................................................

x
4.5.1 Populasi..........................................................................................................
4.5.2 Sampel............................................................................................................
4.5.3 Kriteria sampel...............................................................................................
4.5.4 Sampling........................................................................................................
4.6 Pengumpulan dan Analisa Data.....................................................................
4.6.1 Instrumen Peneliti..........................................................................................
4.6.2 Prosedur Pengambilan dan Pengolahan Data.................................................
4.6.3 Pengolahan Data.............................................................................................
4.6.4 Analisa Data...................................................................................................
4.7 Etik dalam Penelitian......................................................................................
4.7.1 Informed Consent...........................................................................................
4.7.2 The Principle of Benefience...........................................................................
4.7.3 The Principle of Respect for Human Dignity................................................
4.7.4 The Principle of Justice..................................................................................
4.7.5 Kerahasian (Confidentally)............................................................................
4.8 Keterbatasan...................................................................................................
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian............................................................................................
5.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian...........................................................
5.1.2 Karakteristik Responden yang Diteliti.........................................................
5.1.2.1 Karakteristik berdasarkan Jenis Kelamin.....................................................
5.1.2.2 Karakteristik berdasarkan Usia....................................................................
5.1.2.3 Karakteristik berdasarkan Tingkat Pendidikan............................................
5.1.2.4 Karakteristik berdasarkan Pekerjaan............................................................
5.1.2.5 Karakteristik berdasarkan Lama Menderita.................................................
5.2 Data khusus..................................................................................................
5.2.1 Variabel Independen yang Diteliti...............................................................
5.2.2 Variabel Dependen yang Diteliti..................................................................
5.2.3 Hubungan Antara Variabel yang diteliti......................................................
5.3 Pembahasan..................................................................................................
5.3.1 Variabel Self Management Diabetic............................................................
5.3.2 Variabel Kejadian Komplikasi.....................................................................
5.3.3 Hubungan Antara Variabel yang Diteliti.....................................................
BAB 6 PENUTUP
6.1 Kesimpulan...................................................................................................
6.2 Saran..............................................................................................................
6.2.1 Bagi Instansi Pendidikan...............................................................................
6.2.2. Bagi Tempat Penelitian.................................................................................
6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya..............................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................44
LAMPIRAN..........................................................................................................47
Lampiran 1.............................................................................................................51
Lampiran 2.............................................................................................................52
Lampiran 3.............................................................................................................53
Lampiran 4.............................................................................................................57
Lampiran 5.............................................................................................................59
Lampiran 6.............................................................................................................61
Lampiran 7.................................................................................................................

xi
Lampiran 8.................................................................................................................
Lampiran 9.................................................................................................................
Lampiran 10...............................................................................................................
Lampiran 11...............................................................................................................

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka konseptual......................................................................28


Gambar 4.2 Kerangka kerja ..............................................................................33

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kriteria diagnosis diabetes mellitus..................................................12


Tabel 2.1 Kadar tes laboratorium darah diabetes...............................................13
Tabel 4.1 Penentuan kriteria skor jawaban........................................................34

xiv
DAFTAR SINGKATAN

DCCT : Diabetes control and complications trial assay


DM : Diabetes mellitus
DSMQ : Diabetic self management quisioner
GDPT : Glukosa darah puasa terganggu
HHNK : Hiperglikemik hiperosmoral non ketotik
IDF : International diabetes federation
IMT : Indeks massa tubuh
KAD : Ketoasidosis diabetik
NGSP : National glycohaemoglobin standardization progam
PAD : Peripheral artery disease
PERKENI : Perkumpulan endrokrinologi indonesia
PJK : penyakit jantung koroner
SMD : Self manajemen diabetik
TNM : Terapi nutrisi medis
TTGP : Tes toleransi glukosa oral

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian................................................................................


Lampiran 2 Surat Balasan Penelitian.........................................................................
Lampiran 3 Surat Lolos Kode Etik............................................................................
Lampiran 4 Surat permohonan bersedia menjadi responden penelitian....................
Lampiran 5 Kuisioner self management diabetic...................................................51
Lampiran 6 Lembar observasi kejadian komplikasi..................................................
Lampiran 7 Raw data SMD........................................................................................
Lampiran 8 Raw data Komplikasi..............................................................................
Lampiran 9 Lembar konsul........................................................................................
Lampiran 10 Berita Acara..........................................................................................

Lampiran 2 Surat pernyataan bersedia menjadi responden penelitian...................52

Lampiran 3 Kuisioner self management diabetic ..................................................53

Lampiran 4 Kuisioner komplikasi .........................................................................57

Lampiran 5 Lembar konsul................................................................................... 59

Lampiran 6 Berita acara saran/perbaikan proposal skripsi................................... 61

xvi
ABSTRAK

Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh kadar glukosa
darah yang tinggi disebabkan karena penurunan sekresi insulin. Karena tingginya
angka kejadian DM tipe 2 serta komplikasinya yang terus meningkat di setiap
tahunnya. Dalam melakukan pengolahan diabetes mellitus sejak dulu tenaga
kesehatan sudah menerapkan progam sebagai salah satu pendukung pengobatan
yakni self management diabetic (SMD). Self management merupakan kegiatan
individu dalam melakukan pemantauan perilaku pola hidup yakni terdiri dari 5
pilar antara lain kepatuhan minum obat, pemantauan gula darah, perilaku tentang
diet nutrisi, aktivitas fisik, edukasi. Tujuan dari penelitian adalah menganalisa
hubungan self managamen diabetic dengan kejadian komplikasi pada penderita
diabetes mellitus type 2 di RW 06 Gumuyung Krembangan Selatan Surabaya.
Desain penelitian yang digunakan adalah korelasional yang mengkaji hubungan
antar variabel dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Sampel dalam
penelitian menggunakan Consecutive Sampling pada 34 responden. Pengukuran
Self management diabetic menggunakan Questionnaire Self Management
Diabetes (DSMQ) dengan 16 pernyataan sedangkan pengukuran komplikasi
menggunakan lembar observasi dengan 16 pernyataan. Uji statistic yang
digunakan adalah Chi square. Dari hasil penelitian didapatkan self management
diabetic mayoritas baik, kejadian komplikasi Sebagian besar ada komplikasi
sehingga tidak terdapat hubungan antara self management diabetic dengan
kejadian komplikasi pada penderita DM di RW 06 Gumuyung Krembangan
Selatan Surabaya diperoleh hasil p= 0,339. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
kejadian komplikasi bisa muncul meskipun SMD baik karena dipengaruhi oleh
factor lama menderita,obesitas dan jenis kelamin.

Kata Kunci : self management diabetic, kejadian komplikasi, diabetes


mellitus.

xvii
ABSTRACT

Diabetes mellitus is a disease caused by high blood glucose levels caused by


decreased insulin secretion. Because of the high incidence of type 2 DM and its
complications which continue to increase every year. In treating diabetes mellitus,
for a long time, health workers have implemented a program as a supporter of
treatment, namely diabetic self-management (SMD). Self-management is an
individual activity in monitoring lifestyle behavior which consists of 5 pillars
including adherence to taking medication, monitoring blood sugar, behavior
regarding nutritional diet, physical activity, education. The purpose of this study
was to analyze the relationship between diabetic self-management and the
incidence of complications in patients with type 2 diabetes mellitus at RW 06
Gumuyung Krembangan Selatan Surabaya. The research design used is
correlational which examines the relationship between variables using a cross
sectional approach. The sample in the study used Consecutive Sampling on 34
respondents. Diabetic self-management measurement used the Diabetes Self
Management Questionnaire (DSMQ) with 16 statements while the complication
measurement used an observation sheet with 16 statements. The statistical test
used is Chi square. From the results of the study, the majority of diabetic self-
management was good, the incidence of complications was mostly complications,
so there was no relationship between diabetic self-management and the incidence
of complications in DM sufferers in RW 06 Gumuyung Krembangan Selatan
Surabaya, the result was p = 0.339. The conclusion of this study is the incidence
of complications can arise even though SMD is good because it is influenced by
factors of long suffering, obesity and gender.

Keywords: diabetic self management, incidence of complications, diabetes


mellitus.

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Diabetes melitus (DM) merupakan penyebab kematian ke-4 didunia dan

diperkirakan jumlah penderitanya akan terus meningkat setiap tahun. Tuntutan

gaya hidup pada era globalisasi menjadi pengaruh pada perubahan budaya dan

sosial yang cepat, meningkatnya populasi lansia, perubahan pola makan,

kurangnya aktivitas fisik dan perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat membuat

orang atau individu rentan terhadap penyakit, seperti penyakit tidak menular

(PTM) (Tjahjono, H. 2020.). Penyakit tidak menular adalah penyakit yang

disebabkan karena adanya masalah fisiologi atau metabolisme pada jaringan tubuh

manusia yang menjadi masalah kesehatan utama bagi masyarakat salah satunya

adalah penyakit diabetes melitus (Mustarim et al., 2019). Menurut Kemenkes RI

Diabetes mellitus memiliki beberapa jenis antara lain DM tipe 1, DM tipe 2,

diabetes gestasional dan diabetes tipe lain, namun pada diabetes mellitus tipe 2

kecenderungan yang paling umum terjadi dan bisa terjadi pada siapa saja adalah

kasus DM tipe 2 terhitung sekitar 90% penderita diabetes mellitus dari semua

kasus DM lainnya (Patty et al., 2021). Diabetes mellitus atau DM tipe 2 adalah

suatu penyakit yang diakibatkan oleh kadar glukosa darah yang tinggi disebabkan

karena penurunan sekresi insulin (Apriyadi & Budiharto, 2022). Karena tingginya

angka kejadian DM tipe 2 serta komplikasinya yang terus meningkat di setiap

tahunnya. Penyakit ini masih menjadi prioritas dan masalah kesehatan utama yang

1
perlu ditangani di negara – negara berkembang termasuk Indonesia. Beberapa

masalah yang timbul pada penderita DM tipe 2 ini masih bisa dikendalikan.

Dalam melakukan pengolahan diabetes mellitus sejak dulu tenaga kesehatan

sudah menerapkan progam sebagai salah satu pendukung pengobatan yakni self

management diabetic (SMD). Self management merupakan kegiatan individu

dalam melakukan pemantauan perilaku pola hidup yakni terdiri dari 5 pilar antara

lain kepatuhan minum obat, pemantauan gula darah, perilaku tentang diet nutrisi,

aktivitas fisik, edukasi. Untuk mencapai keberhasilan harus dilakukan dengan

baik. Namun jika pengolahan Diabetes mellitus yang tidak


2

dilakukan dengan baik dapat menyebabkan berbagai komplikasi akut maupun

kronik. Komplikasi akut meliputi hiperglikemia, hipoglikemia, ketoasidosis

diabetik (KAD) atau perubahan kesadaran, hyperosmolar hyperglycemic state,

penglihatan kabur, sakit kepala, peningkatan denyut nadi, dan jika ditangani

secara perlahan, komplikasi dapat menyebabkan kematian. Sedangkan komplikasi

kronis dapat menyerang penyakit kardiovaskular berpotensi merusak pembuluh

darah menyebabkan stroke atau serangan jantung, kerusakan ginjal, gangguan

pada mata karena ada penyumbatan pembulu darah retina, saraf, kulit (Brunner &

Suddarth, 2002). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Antari dkk, 2016

mengatakan bahwa pasien dengan perilaku pengolahaan diri atau self

management yang baik masih bisa berpotensi memiliki risiko komplikasi lebih

rendah dan kualitas hidup lebih tinggi, hal ini berpengaruh pada psikis individu

yang kemungkinan besar akan berisiko mengalami komplikasi yang

berkelanjutan. Fenomena yang dijumpai pada saat ini banyaknya kasus

komplikasi pasien diabetes mellitus khususnya tipe 2 dari hasil wawancara 8 dari

10 orang terkena komplikasi dan dengan 10 orang yang sama pasien diabetes

mellitus tipe 2 sudah melakukan self management diabetic.

Tercatat International Diabetes Federation (IDF) mengatakan bahwa

prevalensi pada kasus diabetes mellitus secara global yakni 1,9% yang

menjadikan DM sebagai penyebab tingginya mortalitas dengan urutan ke

tujuh di dunia sedangkan pada tahun 2013 angka kejadian kasus diabetes

mellitus secara global sebanyak 382 juta jiwa dimana perbandingan presentase

kejadian DM tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia. Tercatat International

Diabetes Federation (IDF) mengatakan bahwa prevalensi diabetes akan


3

meningkat dari 425 juta orang di secara global pada tahun 2017 menjadi 629 juta

diahun 2045 (Nanayakkara et al., 2021). Diabetes sudah menjadi endemic global,

pada tahun 2019 sekitar 463 juta orang dewasa (20-79) hidup sebagai penyandang

diabetes, diabetes menyebabkan 4,2 juta kematian dan telah diperkirakan akan

meningkat tinggi di tahun 2045 mencapai 700 juta jiwa (Demir et al., 2021).

Prevalensi pada kasus Diabetes melitus tipe 2 sebanyak 85-90% (Wahyu et al.,

2017). WHO telah memprediksi presentase jumlah angka pengindap kasus

diabetes mellitus di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 dan menjadi sekitar

21,3 juta pada tahun 2030, hal ini menunjukkan bahwa terjadi eskalasi jumlah

penderita diabetes sebanyak 2-3 kali lipat (Setiawan & Susilawati, 2022).

Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk dalam 10 besar negara

dengan kejadian penderita diabetes terbanyak. Prevalensi diabetes mellitus di

Indonesia sebanyak 10,7 juta pada tahun 2019. Menurut data Riskesdas tercatat

pada tahun 2013 menyebutkan bahwa angka kejadian pada kasus penyakit DM

sebanyak 2,1% sedangkan di tahun 2018 prevalensi pada DM dari diagnosis

dokter bahwa penduduk yang berumur ≥15 tahun dapat mengalami eskalasi

yaitu sebanyak 2,6%. Dimana angka kejadian dari prevalensi penyakit diabetes

melitus telah memasuki prevalensi tertinggi di provinsi Jawa Timur pada tahun

2018 (Sholikhah et al., 2021). Angka kejadian pada penderita DM yang cukup

besar dapat berpengaruh pada peningkatan terjadinya komplikasi sebanyak 1785

pada penderita DM. Negara Indonesia yang mengalami komplikasi yakni

diantaranya neuropati sebanyak (63,5%), retinopati sebanyak (42%), nefropati

sebanyak (7,3%), makrovaskuler sebanyak (6%), mikrovaskuler sebanyak (6%),

dan ulkus diabetic sebanyak (15%) (Hartono, D. 2019). Hasil studi yang
4

dilakukan pada 3000 pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 dengan tingkat

prevalensi komplikasi makrovaskuler pada penyakit jantung (10,6%), stroke

(1,1%) dan penyakit pembuluh darah perifer (4,7%), sedangkan komplikasi

makrovaskuler retinopati (26,1%), neuropati (62,6%), nefropati (50,8%), kaki

diabetik (2,6%), dan amputasi pada ekstremitas bawah (1,3%) (Arambewela et al.,

2018). Berdasarkan data study pendahuluan kasus DM tipe 2 khususnya di

wilayah krembangan selatan total keseluruhan sebanyak laki-laki 111 orang dan

perempuan 120 orang atau sebanyak 15,31% yang mengalami DM tipe 2.

Sementara pada pasien DM tipe 2 di wilayah rw 06 gumuyung dengan perilaku

self management diabetic sebanyak 35 orang.

Penyakit DM tipe 2 merupakan penyakit kronik dimana penyakit ini tidak

dapat disembuhkan dan beresiko berkembang menjadi komplikasi serius, namun

penyakit diabetes mellitus tipe 2 ini dapat dikontrol dengan pengolaan diri atau

self management diabetik. Self managemen merupakan bagian integral dari

pengendalian diabetes mellitus. Self management yang baik akan memberikan

dampak positif bagi penderita DM yakni status glikemik dapat terkontrol dengan

baik dan komplikasi dapat minimal, karena ketika kondisi tersebut optimal maka

dapat memberikan kesehjateraan bagi pasien itu sendiri, tetapi jika Self

management yang tidak dilakukan dengan baik, dapat memberikan dampak

dimana status glikemik tidak dapat terkontrol hingga memunculkan komplikasi

akut maupun kronik. Menurut beberapa penelitian dari diabetes mellitus

mengakibatkan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, kelelahan dan

penurunan kinerja, gangguan penglihatan, dan kerentanan terhadap ketoasidosis

atau non-ketoasidosis. Hiperglikemia kronis dapat menyebabkan gangguan


5

aktivitas dan atau sekresi insulin dan berhubungan dengan kerusakan dan

gangguan dalam jangka Panjang fungsional berbagai jaringan dan organ

(Widiasari et al., 2021). karena ketika komplikasi itu mulai berkembang dapat

menimbulkan keluhan dan meningkatkan angka kesakitan serta meningkatnya

morbiditas dan mortalitas (Asnaniar, W.O.S. et al., 2019). Selain itu memengaruhi

kualitas sumber daya manusia dan meningkatnya biaya kesehatan yang cukup

besar tidak hanya ekonomi dapat pula berpengaruh pada beban keluarga dalam

merawatnya membutuhkan perhatian khusus.

Upaya yang dilakukan untuk mendukung self management diabetik adalah

dengan cara melakukan Pendidikan Kesehatan self management yang merupakan

hal terpenting dalam pelaksanaan manajemen diabetes (Laili, 2017). Untuk itu

Self Management sangat berperan penting diterapkan bagi penderita diabetes

mellitus. Self Management adalah tindakan yang dilakukan oleh pasien DM untuk

mengelolah dan mengendalikan DM dengan mencakup lima pilar (Windani et al.,

2019). Hal ini memiliki dua tujuan yakni jangka pendek dan jangka Panjang.

Untuk jangka pendek bertujuan menghilangkan keluhan dari tanda DM,

mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya target pengendalian glukosa darah,

lalu dalam jangka panjang dapat menghambat progesivitas penyulit dari berbagai

komplikasi sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas DM

(Fatimah, 2015). Karena self management bersifat individualisasi maka

kemampuan dan keinginan pasien menjadi komponen penting dalam menentukan

pilihan dalam upaya mencapai target terapi sehingga perlu dilakukan self

management dengan baik. Oleh sebab itu dalam mengoptimalkan menjalankan

self management pasien harus disiplin dalam meminum obat secara


6

teratur,beraktivitas fisik secara teratur, melakukan diet nutrisi, melakukan check

up kadar glukosa darah secara rutin dan edukasi memungkinkan pasien untuk

mengembangkan kedisiplinan dalam memecahkan masalah dan meningkatkan

keyakinan pada diri sendiri. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Agung Prabowo tentang Peningkatan Pengetahuan Diet Diabetes, Self

Management Diabetes dan Penurunan Tingkat Stres Menjalani Diet pada Pasien

Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret dengan hasil

adanya peningkatan pengetahuan pasien DM tipe 2 tentang diet diabetes,

self management diabetes dan penurunan tingkat stres dalam menjalankan

diet diabetes(Agung Prabowo et al., 2021). Dan didukung oleh Windani C dalam

penelitian yang berjudul Gambaran self manajemen pada pasien diabetes mellitus

tipe 2 dengan hasil menunjukan bahwa self-managemen pada pasien DM tipe 2

secara umum sedang perilaku self-managemen pada aspek diet, olahraga,

pemantauan gula darah, perawatan kaki yang masih perlu ditingkatkan lagi

(Windani et al., 2019). Dalam hal ini peneliti tertarik untuk menganalisa

hubungan self management diabetik dengan kejadian komplikasi pada penderita

diabetes mellitus type 2 di RW 06 Gumuyung Krembangan selatan surabaya.

1.2 Rumusan masalah

Dari latar belakang masalah tersebut, penulis merumuskan pertanyaan

penelitian : Apakah ada hubungan antara self management diabetic dengan

kejadian komplikasi pada penderita diabetes mellitus type 2 di RW 06 Gumuyung

Krembangan selatan surabaya?


7

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan self managemen diabetic dengan kejadian komplikasi

pada penderita diabetes mellitus type 2 di rw 06 gumuyung Krembangan Selatan

Surabaya

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1.3.2.1 Mengidentifikasi self managemen diabetic pada penderita diabetes

mellitus type 2 di RW 06 Gumuyung Krembangan Selatan Surabaya

1.3.2.2 Mengidentifikasi kejadian komplikasi pada pasien diabetes mellitus type 2

di RW 06 Gumuyung Krembangan Selatan Surabaya

1.3.2.3 Menganalisa hubungan self managamen diabetic dengan kejadian

komplikasi pada penderita diabetes mellitus type 2 di RW 06 Gumuyung

Krembangan Selatan Surabaya.

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Komunitas

Melalui dari hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu tenaga

kesehatan melakukan praktik klinik keperawatan dalam hal memberikan

perawatan self management diabetic dengan baik sehingga dapat menurunkan

komplikasi pada penderita Diabetes mellitus type 2 di rw 06 gumyung

krembangan selatan Surabaya.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan


8

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan tambahan Pustaka dan

referensi untuk penelitian selanjutnya

1.4.3 Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti

selanjutnya berdasarkan hasil dari penelitian ini mengenai Self Management

Diabetic (SMD) dengan komplikasi penyakit pada penderita DM dan dapat

dikembangkan oleh peneliti selanjutnya.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dijelaskan konsep teori tentang diabetes mellitus dan self

manajemen diabetik.

2.1 Konsep dasar Diabetes mellitus

2.1.1 Pengertian

Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolic

dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,

kerja insulin atau keduanya (PERKENI, 2021).

Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronis yang terjadi ketika

pancreas tidak mampu membuat insulin, atau Ketika tubuh tidak mampu

menggunakan insulin sehingga tidak dapat menghasilkan insulin dengan baik.

Insulin merupakan hormone yang dibuat pancreas, berfungsi sebagai kunci

mengola glukosa dari makanan yang kita makan mengalir dari aliran darah ke sel-

sel tubuh untuk diubah menjadi energi. Semua makanan karbohidrat dipecah

menjadi glukosa dalam darah. Kurangnya insulin atau ketidakmampuan sel untuk

merespon insulin menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam darah atau

dikenal sebagai hiperglikemia. Dalam jangka Panjang kadar glukosa yang tinggi

berhubungan dengan kerusakan tubuh dan kegagalan berbagai organ dan jaringan

atau komplikasi (IDF, 2022).

2.1.2 Klasifikasi

Menurut International Diabetes Federation (IDF) tahun 2022 DM

diklasifikasikan menjadi 4 yaitu

7
8

2.1.2.1 Diabetes tipe 1

Diabetes tipe 1 disebabkan oleh reaksi autoimun dimana sistem pertahanan

tubuh menyerang sel-sel yang memproduksi insulin. Akibatnya, tubuh

memproduksi sangat sedikit atau tidak ada insulin sama sekali. Penyebab pastinya

belum diketahui, namun terkait dengan kombinasi kondisi genetic dan

lingkungan. Diabetes tipe 1 dapat menyerang orang pada usia berapa pun, tetapi

biasanya dapat juga berkembang pada anak-anak atau dewasa muda. Orang

dengan diabetes tipe 1 membutuhkan suntikan insulin setiap hari untuk

mengontrol kadar glukosa


9

darahnya. Jika penderita diabetes tipe 1 tidak memiliki akses ke insulin, dapat

meningkatkan morbiditas dan mortalitas.

2.1.2.2 Diabetes tipe 2

Diabetes tipe 2 adalah jenis diabetes yang paling umum, terhitung sekitar

90% dari semua kasus diabetes. Hal ini umumnya ditandai dengan resistensi

insulin, dimana tubuh tidak sepenuhnya merespon insulin. Karena insulin tidak

dapat bekerja dengan baik, kadar glukosa darah terus meningkat, melepaskan

lebih banyak insulin. Bagi beberapa orang dengan diabetes tipe 2 hal ini pada

akhirnya dapat menguras pancreas, mengakibatkan tubuh semakin sedikit

menghasilkan insulin, bahkan menyebabkan peningkatan kadar gula darah

(hiperglikemia). Diabetes tipe 2 paling sering didiagnosis pada orang dewasa yang

lebih tua, tetapi pada kondisi saat ini dapat terjadi pada anak-anak, remaja hingga

dewasa muda karena meningkatnya tingkat obesitas, gaya hidup dan pola makan

yang buruk dan kurangnya aktivitas fisik.

Landasan pengelolaan diabetes tipe 2 adalah pola makan sehat,

peningkatan aktivitas fisik, dan menjaga berat badan yang baik. Obat oral dan

insulin juga sering diresepkan oleh dokter untuk membantu mengontrol kadar

glukosa darah.

2.1.2.3 Diabetes gestasional (GDM)

Jenis diabetes yang terdiri dari glukosa darah tinggi selama kehamilan dan

berhubungan dengan komplikasi pada ibu dan anak. GDM biasanya menghilang

setelah kehamilan tetapi Wanita yang terkena dan anak-anak mereka berisiko

lebih tinggi terkena diabetes tipe 2 dikemudian hari yakni dalam waktu lima

sampai sepuluh tahun setelah melahirkan.


10

Prevalensi glukosa darah tinggi (hiperglikemia) pada kehamilan meningkat

pesat seiring bertambahnya usia dan tertinggi pada Wanita diatas usia 45 tahun.

Diperkirakan ada 223 juta Wanita (20-79 tahun) hidup dengan diabetes. Jumlah

ini diproyeksikan meningkat menjadi 343 juta pada tahun 2045 dan 20 juta atau

16% dari kelahiran hidup memiliki beberapa pencentus hiperglikemia dalam

kehamilan diperkirakan 84% disebabkan oleh diabetes gestasional. Penting bagi

Wanita dengan diabetes dalam kehamilan atau GDM untuk secara hati-hati

mengontrol dan memantau kadar glukosa darah mereka untuk mengurangi risiko

kehamilan yang merugikan dengan dukungan dari penyedia layanan Kesehatan.

2.1.2.4 Impaired glucose tolerance and impaired fasting glucose

Meningkatnya kadar glukosa darah diatas batas normal dan dan dibawah

ambang diagnostic diabetes merupakan kriteria dari gangguan toleransi glukosa

(IGT) dan gangguan glukosa puasa (IFG). Kondisi ini juga disebut intermediate

hiperglikemia atau prediabetes. Di IGT, kadar glukosa lebih tinggi dari biasanya,

tetapi tidak cukup tinggi untuk membuat diagnosis diabetes yaitu antara 7,8-11,0

mmol/L (140-199 mg/dl) pada dua jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral

(TTGO). IFG adalah keadaan Ketika kadar glukosa puasa lebih tinggi dari

biasanya yaitu antara 6,1-6,9 mmol/L (110-125 mg/dl). Orang dengan prediabetes

berisiko tinggi untuk berkembang menjadi diabetes tipe-2.

2.1.3 Patofisiologi

Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia atau (PERKENI) tahun

2021 menyatakan bahwa terdapat resistensi insulin pada sel otot dan hati, serta
11

kegagalan sel beta pancreas telah dikenal sebagai patofisiologi kerusakan sentral

dari DM tipe 2. Hasil penelitian yang terbaru telah diketahui bahwa kegagalan sel

beta terjadi lebih dini dan lebih berat dari yang diperkirakan sebelumnya. Organ

lain juga dapat terlibat pada DM tipe 2 adalah jaringan lemak (meningkatnya

liposis),gastrointestinal (defisiensi incretin), sel alfa pancreas

(hiperglukagonemia), ginjal (peningkatan absorpsi glukosa), dan otak (resistensi

insulin), yang ikut berperan pencentus gangguan toleransi glukosa (PERKENI,

2021).

2.1.4 Penyebab

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lestari, L., & Zulkarnain, Z. pada

tahun 2021 bahwa penyebab dari penyakit diabetes mellitus adalah hubungan

antara factor genetic dan factor lingkungan. Penyebab lainnya dari diabetes yaitu

karna sekresi atau kerja insulin, abnormalitas metabolic mitokondria, dan

sekelompok kondisi lain yang mengganggu toleransi glukosa. Diabetes mellitus

dapat memunculkan akibat penyakit endrokin pancreas dimana telah terjadi

kerusakan pada mayoritas islet dari pancreas. Hormone yang bekerja sebagai

antagonis insulin juga dapat menyebabkan diabetes.diabetes dapat memengaruhi

berbagai sistem organ tubuh manusia dalam jangka waktu tertentu, yang disebut

komplikasi (Lestari et al., 2021).

2.1.5 Gejala DM

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lestari, L., & Zulkarnain, Z. pada

tahun 2021 Gejala dari penyakit DM ada 2 antara lain :

2.1.5.1 Gejala akut


12

1. Poliuri (sering buang air kecil)

Buang air kecil lebih sering dari biasanya terutama pada malam hari

(poliuria), hal ini dikarenakan kadar gula darah melebihi ambang ginjal

(>180mg/Dl), sehingga gula akan dikeluarkan melalui urine. Guna

menurunkan konsentrasi urine yang dikeluarkan, tubuh akan menyerap air

sebanyak mungkin ke dalam urine sehingga urine dalam jumlah besar

dapat dikeluarkan dan sering buang air kecil. Dalam keadaan normal,

keluaran urine harian sekitar 1,5 liter, tetapi pada pasien DM yang tidak

terkontrol, keluaran urine lima kali lipat dari jumlah ini.

2. Polydipsia ( cepat merasa haus)

Sering merasa haus dan ingin minum air putih sebanyak mungkin.

Dengan adanya ekresi urine, tubuh akan mengalami dehidrasi. Untuk

mengatasi masalah tersebut maka tubuh akan menghasilkan rasa haus

sehingga penderita selalu ingin minum air terutama air dingin, manis,

segar dan air dalam jumlah banyak.

3. Polifagia (cepat merasa lapar)

Nafsu makan meningkat atau disebut polifagia dimana tubuh merasa

kurang tenaga. Insulin menjadi masalah bagi penderita DM sehingga

pemasukan gula ke dalam sel tubuh belum tercukupi denga baik dan energi

yang dibentuk pun menjadi kurang. Ini adalah penyebab dari penderita

DM merasa tidak bertenaga. Selain itu, sel menjadi defisiensi gula

sehingga otak menstimulasi bahwa kurang energi kemudian tubuh

berusaha untuk meningkatkan asupan makanan dengan memunculkan

alarm rasa lapar.


13

4. Berat badan menurun

Ketika tubuh tidak mampu memproduksi energi yang cukup dari gula

karena defisiensi insulin, tubuh akan mengolah lemak dan protein yang

aka nada didalam tubuh untuk di ubah menjadi energi. Dalam sistem

pembuangan urine, penderita DM yang tidak terkontrol bisa kehilangan

sebanyak 500 gr glukosa dalam urine per 24 jam ( setara dengan 2000

kalori perhari hilang dari tubuh).

2.1.5.2 Gejala kronik (restyana, NF. 2015)

1) Kulit terasa panas atau seperti tertusuk-tusuk jarum

2) Kesemutan

3) Terasa kebas di kulit

4) Kram

5) Kelelahan

6) Mudah mengantuk

7) Pandangan mulai kabur

8) Gigi mudah goyah dan mudah lepas

9) Kemampuan seksual menurun

10) Pada bu hamil bisa terjadi keguguran atau kematian janin dalam

kandungan atau dengan berat lahir bayi lebih dari 4kg.

2.1.6 Diagnosis DM

Diagnosis diabetes mellitus (DM) menurut Perkumpulan Endokrinologi

Indonesia (PERKENI) tahun 2022 bahwa diagnosis DM ditegakkan atas dasar


14

pemeriksaan kadar glukosa darah dan HbA1c. pemeriksaan glukosa darah yang

dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan plasma

darah vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan glucometer.

Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glucosuria. Berbagai keluhan

dapat ditemukan pada pasien DM. kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila

terdapat keluhan seperti :

2.1.6.1 Keluhan klasik DM : polyuria, polydipsia, polifagia dan penurunan berat

badan yang tidak dapat dijelaskan.

2.1.6.2 Keluhan lain : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi

ereksi pada pria, serta pruiritus vulva pada Wanita.

Tabel 1. Kriteria Diagnosis Diabetes Mellitus menurut PERKENI tahun 2022

Pemeriksaan glukosa plasma puasa > 126 mg/Dl puasa adalah kondisi
tidak ada asupan kalori minimal 8 jam
Atau
Pemeriksaan glukosa plasma >200 mg/Dl 2-jam setelah Tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram.
Atau
Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu >200 mg/Dl. Dengan keluhan
klasik atau krisis hiperglikemia.
Atau
Pemeriksaan HbA1c > 6,5% dengan menggunakan metode yang
terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization
Progam (NGSP) dan Diabetes Control and Complications Trial assay
(DCCT)

Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau kriteria DM

digolongkan ke dalam kelompok prediabetes yang meliputi toleransi glukosa

terganggu (TGT) dan glukosa darah puasa terganggu (GDPT).

1. Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT): hasil pemeriksaan glukosa

plasma puasa antara 100 – 125 mg/Dl dan pemeriksaan TTGO glukosa

plasma 2- jam <140 mg/Dl;


15

2. Toleransi Glukosa Terganggu (TGT): hasil pemeriksaan glukosa plasma 2-

jam setelah TTGO antara 140-199 mg/Dl dan glukosa plasma puasa <100

mg/Dl

3. Bersama-sama didapatkan GDPT dan TGT

4. Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan

HbA1c yang menunjukkan angka 5,7 – 6,4%.


16

Tabel 2. Kadar Tes Laboratorium Darah untuk Diagnosis Diabetes dan

Prediabetes.

HbA1c Glukosa darah Glukosa plasma


puasa (mg/Dl) 2 jam setelah
TTGO (mg/dl)
Diabetes >6,5 > 126 >200
Pre- Diabetes 5,7 – 6,4 100 – 125 140-199
Normal <5,7 70 – 99 70 – 139

2.1.7 Komplikasi DM

Berkurangnya sekresi insulin dan gangguan metabolisme karbohidrat,

lemak, dan protein mengakibatkan komplikasi DM. Pengontrolan kadar glukosa

darah pada penderita DM dapat mencegah terjadinya komplikasi.

Secara umum komplikasi diabetes dapat dibagi menjadi 2 yakni

komplikasi akut dan kmplikasi kronis

2.1.7.1 Komplikasi akut

Komplikasi akut adalah reaksi komplikasi dalam jangka waktu pendek

akibat dari ketidakseimbangan konsentrasi kadar glukosa darah. Komplikasi DM

yang dialami penderita DM meliputi hipoglikemia, ketoasidosis, dan

hyperosmolar.

1. Koma hipoglikemia

Merupakan penurunan glukosa dalam darah karena pemakaian obat-obat

diabetik melebihi dosis yang dianjurkan. Sebagian besar glukosa yang ada

difasilitasi untuk masuk ke dalam sel. Hipoglikemai diklasifikasi berdasarkan

Triad Whipple dan didefinisikan sesuai gambaran klinisnya yaitu :

a. Keluhan yang menunjukkan adanya kadar glukosa darah yang rendah

b. Kadar glukosa darah yang rendah (<3 mmol/L hipoglikemia pada diabetes)
17

c. Hilangnya secara cepat keluhan sesudah kelainan biokimiawi dikoreksi.

Berdasarkan kalsifikasi tersebut, koma hipoglikemia dibagi sebagai berikut ;

a. Hipoglikemia ringan : simptomatik, dapat diatasi sendiri, tidak ada gangguan

aktivitas sehari hari yang nyata.

b. Hipoglikemia sedang : simptomatik dapat diatasi sendiri dan menimbulkan

gangguan aktivitas sehari hari yang nyata.

c. Hipoglikemia berat : sering (tidak selalu) tidak simptomatik, karena gangguan

kognitif, pasien tidak mampu mengatasi sendiri : membutuhkan bantuan orang

lain akan tetapi membutuhkan terapi jika disertai koma atau kejang.

2. Diabetik ketoasidosis

Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan dimana dekompensasi metabolic

yang ditandai oleh hiperglikemia, asidosis, dan ketosis, terutama disebabkan

defiensi insulin absolut atau relative.

3. Koma hyperosmolar hiperglikemik non ketosis

Merupakan komplikasi akut yang gawat. Sindrom HHNK ditandai oleh

hiperglikemia hyperosmolar tanpa disertai ketosis.

2.1.7.2 Komplikasi kronis

Komplikasi kronis adalah reaksi dari komplikasi penyakit DM yang

berlanjut yang menyebabkan kecacatan bahkan kematian. Komplikasi kronis

dalam DM meliputi :

1. Makroangiopati yaitu komplikasi yang terjadi pada pembuluh darah besar

seperti otak, jantung, dan arteri perifer.

2. Mikroangipati yaitu komplikasi yang terjadi pada pembuluh darah kecil,

komplikasi ini terdapat 2 bentuk, yaitu :


18

a. Retinopati yaitu gangguan penglihatan hingga kebutaan pada retina mata.

Gangguan lainnya yaitu makulopati (meningkatknya cairan di bagian tengah

retina), katarak, dan kesalahan bias (adanya perubahan ketajaman lensa mata

yang dipengaruhi konsentrasi glukosa dalam darah)

b. Nefropati yaitu komplikasi yang ditandai dengan kerusakan ginjal sehingga

racun di dalam tubuh tidak bisa dikeluarkan dan mengakibatkan proteinuria

(adanya protein dalam urin).

c. Neuropati yaitu komplikasi yang ditandai dengan hilangnya sensai distal dan

berisiko tinggi mengalami amputasi, nyeri pada malam hari, bergetar dan kaki

terasa terbakar.
19

2.1.8 Faktor risiko DM

Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia PERKENI tahun 2021

Faktor risiko DM Tipe 2 sama dengan factor risiko untuk intoleransi glukosa

yaitu:

2.1.8.1 Faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi

1. Ras dan etnik

2. Riwayat keluarga dengan Tipe 2

3. Umur : risiko untuk menderita intoleransi glukosa meningkat seiring

dengan meningkatnya usia. Usia >40 tahun harus dilakukan skrining DM

Tipe 2.

4. Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi >4000 gram atau Riwayat

pernah menderita DM gestasional (DMG).

5. Riwayat lahir dengan berat badan rendah, kurang dari 2,5kg. bayi yang

lahir dengan BB rendah mempunyai risiko yang lebih tinggi disbanding

dengan bayi yang lahir dengan BB normal.

2.1.8.2 Faktor risiko yang bisa dimodifikasi

1. Berat badan lebih (IMT > 23 kg/m)

2. Kurangnya aktivitas fisik

3. Hipertensi (>140/90 mmhg)

4. Dislipidemia (HDL< 35 mg/Dl dan atau trigliserida >250mg/Dl)

5. Diet tak sehat (unhealthy diet). Diet dengan tinggi glukosa dan rendah

serat akan meningkatkan risiko menderita prediabetes/intoleransi glukosa

dan DM tipe 2.
20

2.1.8.3 Faktor lain yang terkait dengan risiko DM Tipe 2

1. Pasien sindrom metabolic yang memiliki Riwayat TGT atau GDPT

sebelumnya.

2. Pasien yang memiliki Riwayat penyakit kardiovaskuler, seperti stroke,

PJK atau PAD.


21

2.1.9 Penatalakasana DM

Menurut perkumpulan Endokrinologi Indonesia atau (PERKENI) tahun

2021 penatalaksana diabetes mellitus tipe 2 terbagi menjadi dua antara lain :

2.1.9.1 Penatalaksana umum

Evaluasi pemeriksaan fisik dan komplikasi dilakukan di Pelayaan

Kesehatan primer. Jika fasilitas belum tersedia maka pasien dapat dirujuk ke

pelayanan Kesehatan sekunder dan atau tersier.

2.1.9.2 Penatalaksana khusus

Penatalaksanaan DM dimulai dengan menerapkan pola hidup sehat (terapi

nutrisi medis dan aktivitas fisik) bersamaan dengan intervensi farmakologis

dengan obat anti hiperglikemia secara oral dan atau suntikan. Obat anti

hiperglikemia oral dapat diberikan sebagai terapi tunggal atau kombinasi. Pada

keadaan emergensi dengan dekompensasi metabolic berat, misalnya ketoasidosis,

stress berat, berat badan menurun dengan cepat, atau adanya ketonuria, harus

segera dirujuk ke pelayanan Kesehatan sekunder atau tersier.

Pengetahuan tentang pemantauan mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia

dan cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien. Pengetahuan tentang

pemantauan mandiri tersebut dapat dilakukan setelah mendapat pelatihan khusus

meliputi :

1. Edukasi

Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai

bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting
22

dari pengelolaan DM secara holistic. Materi edukasi terdiri dari materi edukasi

tingkat awal dan materi edukasi tingkat lanjutan.

a. Materi edukasi pada tingkat awal dilaksanakan di Pelayanan Kesehatan

Primer yang meliputi

1) Materi tentang perjalanan penyakit DM

2) Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM

secara berkelanjutan

3) Penyulit DM dan risikonya

4) Intervensi non-farmakologi dan farmakologis serta target pengobatan.

5) Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat

antihiperglikemia oral atau insulin serta obat-obatan lain

6) Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau

urin mandiri (hanya jika alat pemantauan glukosa darah mandiri

tidak tersedia

7) Mengenal gejala dan penanganan awal hipoglikemia

8) Pentingnya latihan jasmani yang teratur

9) Pentingnya perawatan kaki

10) Cara menggunakan fasilitas perawatan kesehatan

b. Materi edukasi pada tingkat lanjut dilaksanakan di Pelayanan Kesehatan

Sekunder dan/atau Tersier, yang meliputi:

1) Mengenal dan mencegah penyulit akut DM.

2) Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM.

3) Penatalaksanaan DM selama menderita penyakit lain

4) Rencana untuk kegiatan khusus (contoh : olahraga prestasi)


23

5) Kondisi khusus yang dihadapi (contoh : hamil, puasa, kondisi rawat inap)

6) Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan teknologi mutakhir

tentang DM

7) Pemeliharaan/ perawatan kaki.

8) Perilaku hidup sehat bagi pasien DM adalah memenuhi anjuran :

a) Mengikuti pola makan sehat

b) Meningkatkan kegiatan jasmani dan latihan jasmani yang teratur

c) Menggunakan obat DM dan obat lainya pada keadaan khusus secara

aman dan teratur.

d) Melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) dan

memanfaatkan hasil pemantauan untuk menilai keberhasilan

pengobatan.

e) Melakukan perawatan kaki secara berkala.

f) Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan

sakit akut dengan tepat.

g) Mempunyai keterampilan mengatasi masalah yang sederhana,

dan mau bergabung dengan kelompok pasien diabetes serta

mengajak keluarga untuk mengerti pengelolaan pasien DM.

h) Mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada

2. Terapi nutrisi medis (TNM)

Terapi nutrisi medis merupakan bagian penting dari penatalaksanaan

DM secara komprehensif. Kunci keberhasilannya adalah keterlibatan secara

menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain
24

serta pasien dan keluarganya). TNM sebaiknya diberikan sesuai dengan

kebutuhan setiap pasien DM agar mencapai sasaran.

Prinsip pengaturan makan pada pasien DM hampir sama dengan anjuran

makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai

dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pasien DM

perlu diberikan penekanan mengenai pentingnya keteraturan jadwal makan,

jenis dan jumlah kandungan kalori, terutama pada mereka yang

menggunakan obat yang meningkatkan sekresi insulin atau terapi insulin itu

sendiri.

a. Komposisi Makanan yang Dianjurkan terdiri dari:

1) Karbohidrat

a) Karbohidrat yang dianjurkan sebesar45 ʹ65% total asupan energi.

Terutama karbohidrat yang berserat tinggi.

b) Pembatasan karbohidrat total < 130 g/hari tidak dianjurkan.

c) Glukosa dalam bumbu diperbolehkan sehingga pasien diabetes

dapat makan sama dengan makanan keluarga yang lain.

d) Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.

e) Dianjurkan makan tiga kali sehari dan bila perlu dapat diberikan

makanan selingan seperti buah atau makanan lain sebagai bagian dari

kebutuhan kalori sehari.

2) Lemak

a) Asupan lemak dianjurkan sekitar 20 ʹ25% kebutuhan kalori, dan

tidak diperkenankan melebihi 30% total asupan energi


25

b. Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung

lemak jenuh dan lemak trans antara lain: daging berlemak dan susu fullcream.

c. Konsumsi kolesterol yang dianjurkan adalah < 200 mg/hari.

3) Protein

a) Pada pasien dengan nefropati diabetik perlu penurunan asupan protein

menjadi 0,8 g/kg BB perhari atau 10% dari kebutuhan energi, dengan

65% diantaranya bernilai biologik tinggi. oPasien DM yang sudah

menjalani hemodialisis asupan protein menjadi 1 ʹ1,2 g/kg BB perhari.

oSumber protein yang baik adalah ikan, udang, cumi, daging tanpa

lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan,

tahu dan tempe. Sumberbahan makanan protein dengan kandungan

saturated fatty acid (SAFA) yang tinggi seperti daging sapi, daging

babi, daging kambing dan produk hewani olahan sebaiknya

dikurangi untuk dikonsumsi.

4) Natrium

a) Anjuran asupan natrium untuk pasien DM sama dengan orang sehat

yaitu < 1500 mg perhari.

b) Pasien DM yang juga menderita hipertensi perlu dilakukan pengurangan

natrium secara individual

c) Pada upaya pembatasan asupan natrium ini, perlu juga

memperhatikan bahan makanan yang mengandung tinggi

natriumantara lain adalah garam dapur, monosodium glutamat, soda,

dan bahan pengawet seperti natrium benzoat dan natrium nitrit.

5) Serat
26

a) Pasien DM dianjurkan mengonsumsi serat dari kacang-kacangan, buah

dan sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat.

b) Jumlah konsumsi serat yang disarankan adalah 20-35 gram per hari.

6) Pemanis alternatif

a) Pemanis alternatif aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas

aman (Accepted Daily Intake/ADI). Pemanis alternatif

dikelompokkan menjadi pemanis berkalori dan pemanis tak berkalori.

b) Pemanis berkalori perlu diperhitungkan kandungan kalorinya

sebagai bagian dari kebutuhan kalori, seperti glukosa alkohol dan

fruktosa.

c) Glukosa alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol, mannitol, sorbitol

dan xylitol.

d) Fruktosa tidak dianjurkan digunakan pada pasien DM karena dapat

meningkatkan kadar LDL, namun tidak ada alasan menghindari

makanan seperti buah dan sayuran yang mengandung fruktosa alami.

e) Pemanis tak berkalori termasuk aspartam, sakarin, acesulfame

potasium, sukrose, neotame.

d. Kebutuhan Kalori

Ada beberapacara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan

pasien DM, antara lain dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal

yang besarnya 25 -30 kal/kgBB ideal. Jumlah kebutuhan tersebut

ditambah atau dikurangi bergantung pada beberapa faktor yaitu: jenis

kelamin, umur, aktivitas, berat badan, dan lain-lain. Beberapa cara

perhitungan berat badan ideal adalah sebagai berikut


27

3. Latihan fisik

merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2. Program

latihan fisik secara teratur dilakukan 3ʹ5 hari seminggu selama sekitar 30-45

menit,dengan total 150 menit perminggu, dengan jeda antar latihan tidak lebih

dari 2 hari berturut-turut. Kegiatan sehari-hari atau aktivitas sehari-hari

bukan termasuk dalam latihan fisik. Latihan fisik selain untuk menjaga

kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas

insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan fisik yang

dianjurkan berupa latihan fisik yang bersifat aerobik dengan intensitas sedang

(50-70% denyut jantung maksimal) seperti jalan cepat, bersepeda santai,

jogging, dan berenang. Denyut jantung maksimal dihitung dengan cara

mengurangi 220 dengan usia pasien. Pasien diabetes dengan usia muda

dan bugar dapat melakukan 90 menit/minggu dengan latihan aerobik

berat, mencapai > 70% denyut jantung maksimal. Pemeriksaan glukosa

darah dianjurkan sebelum latihan fisik. Pasien dengankadar glukosa darah <

100 mg/dLharus mengkonsumsi karbohidrat terlebih dahulu dan bila > 250

mg/dL dianjurkan untuk menunda latihan fisik.Pasien diabetes asimptomatik

tidak diperlukan pemeriksaan medis khusus sebelum memulai aktivitas

fisik intensitas ringan-sedang, seperti berjalan cepat. Subyek yangakan

melakukan latihan intensitas tinggi atau memiliki kriteria risiko tinggi harus

dilakukan pemeriksaan medis dan uji latih sebelum latihan fisik.

Pada pasien DM tanpa kontraindikasi (contoh: osteoartritis, hipertensi yang

tidak terkontrol, retinopati, nefropati) dianjurkan juga melakukan resistance

training (latihan beban) 2-3 kali/perminggu. sesuai dengan petunjuk dokter.


28

Latihan fisik sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran fisik.

Intensitas latihan fisik pada pasien DM yang relatif sehat bisa ditingkatkan,

sedangkan pada pasien DM yang disertai komplikasi intesitas latihan perlu

dikurangi dan disesuaikan dengan masing-masing individu.

4. Terapi farmakologis

Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan

latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral

terapi obat antihiperglikemik dan bentuk suntikan. Obat antihiperglikemik oral

merupakan obat yang digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah.

Berdasarkan cara kerjanya, obat ini dibagi menjadi beberapa golongan yakni

obat antihiperglikemik yang bekerja dengan meningkatkan sensivitas terhadap

insulin (Sulfonilurea dan Glinid), meningkatkan sensivitas terhadap insulin

(Biguanid dan Glitazone), menghambat absorsi glukosa (acarbose), menghambat

gluconeogenesis (metmorfin), menurunkan absorsi glukosa di ginjal (SGLT2

inhibitor), dan menghambat dipeptidyl peptidase (DPP-IV).

Obat antihiperglikemik suntik terdiri atas insulin dan agonis GLP-1. Terapi

insulin diharapkan mampu memnyerupai sekresi insulin secara fisiologis. Insulin

dapat mengendalikan glukosa darah basal dan prandial. Insulin yang

dipergunakan untuk mencapai sasaran glukosadarah basal adalah insulin basal

(insulin kerja sedang atau panjang). Insulin ysng dipergunakan untuk mencapai

sasaran glukosa darah prandial adalah insulin yang kerja nya cepat (rapid acting)

yang disuntikan 30 menit sebelum makan. Agonis bekerja pada sel- beta

sehingga terjadi peningkatan pelepasan insulin ( PERKENI, 2021).


29

2.2 Self Management Diabetic

2.2.1 Pengertian

Self Management adalah suatu keterlibatan individu pada kegiatan praktek

yang bertujuan menjaga dan meningkatkan kesehatan, kesejahteraan dengan

membuat penderita aktif berpartisipasi mengambil keputusan dalam progam

khusus yang sudah difasilitasi oleh tenaga Kesehatan untuk pengobatan mereka;

membangun dan menjaga kemitraan yang terlibat membantu mengatasi kesehatan

serta memiliki kapasitas pengetahuan, sumber daya dan kepercayaan diri yang

baik dalam mengelolah masalah kesehatan mereka (M Rizki, 2019).

Self Management Diabetes merupakan tindakan yang dilakukan seorang

psien untuk mengontrol dan mengoptimalkan penyakit mereka secara mandiri

yang meliputi tindakan pengobatan dan mencegah komplikasi akut maupun kronis

(Puspita Ningrum et al., 2019).

2.2.2 Tujuan

Tujuan self management diabetes DM tipe 2 adalah menormalkan aktivitas

insulin dan kadar glukosa darah tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan

serius pada pola aktivitas pasien dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi

(Puspita Ningrum et al., 2019).

2.2.3 Pengolaan Diabetes

Tujuan terapi diabetes yaitu mencoba untuk membuat insulin dan

kadar glukosa dalam darah dapat mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler

serta neuropatik. Ada 5 indikator pengelolaan diabetes mandiri: edukasi,kontrol

diet, aktivitas Latihan fisik, pemantauan glukosa darah, terapi farmakologis.


30

Pengelolaan diabetes meliputi pangkajian hingga rencana penanganan dan

penyesuaian terapi untuk pasien dalam sehari-hari. Pasien yang bertanggung

jawab dalam pelaksanan terapi setiap harinya. Karena pendidikan pasien

sebagai komponen utama dalam menangani penyakit diabetes lainnya (Aini

fuadi, 2018).

2.2.3.1 Edukasi

DM merupakan penyakit kronis yang membutuhkan perilaku hidup

khusus untuk merawat diri dan mencegah gaya hidup yang baik agar kadar

gula darah dalam batas normal. Tindakan preventif untuk komplikasi jangka

panjang pasien harus memiliki pengetahuan tentang penyakit yang dialami

untuk pengelolaan diabetes sehari-hari. Pendidikan yang harus diketahui oleh

pasien DM seperti diet yang boleh dikonsumsi dan yang dibatasi,latihan

fisik dan pengobatan (pengetahuan obat yang dikonsumsi, efek samping,

penyesuaian pengobatan).

2.2.3.2 Diet nutrisi

Perencanaan makanan untuk membantu mengontrol glukosa darah,

tekanan darah dan kolesterol. Idealnya pasien harus konsultasi dengan nutrisi

untuk tindak lanjut pengontrolan diet dan rencana diet setiap harinya.

Menurut penelitian yang dilakukan di Amerika pada 18.404 pasien DM

hanya 9,1% yang mengunjungi nutrisi dalam periode 9 tahun. Padahal layanan

konsutasi diet untuk pasien DM sangat diperlukan dan tersedia bagi pasien

DM. Prinsipnya pada penderita diabetesyaitu mengendalikan berat

badan sebagaidasar penatalaksanaan nutrisi. Tujuan dari penatalaksanaan diet

yaitu:
31

1) Mempromosikan dan mendukung pola makan yang menyehatkan

menekankan berbagai makanan dalam porsi yang sesuai(Semua

unsur makanan dapat terpenuhi (vitamin dan mineral)

2) Mencapai berat badan seimbang dan tetap mempertahankannya

3) Energi terpenuhi

4) Mengupayakan kadar glukosa darah, tensi darah dan lemak

darahmendekati normal setiap harI

5) Mencegah terjadinya komplikasi DM

6) Menghemat biaya pengobatan Pasien yang membutuhkan terapi dapat

membantu mengendalikan kadar glukosa darah dengan mempertahankan

jumlah kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi dengan tepat waktu makan.

Konsisten interval waktu pada jam makan dengan mengkonsumsi makanan

ringan agar membantu mencegah reaksi hipoglikemia

2.2.3.3 Aktivitas fisik

Latihan fisik yang harus dipenuhi oleh pasien Diabetes Melitustipe II

meliputi frekuensi, intensitas, jenis dan durasi. Pada umumnya, durasi latihan fisik

sebanyak 3-5 kali dalam satu minggu selama 30-60 menit dengan intensitas

ringan-sedang dapat untuk mengendalikan berat badan, kadar gula, dan

meningkatkan produksi dan kinerja di insulin. Latihan fisik juga dapat

menurunkan resiko peningkatan komplikasi dan kualitas hidup pasien.

2.2.3.4 Pemantauan gula darah

Tujuan dari glukosa management adalah untuk mengembalikan

metabolisme karbohidrat ke dalam normal. Untuk mecapai tujuan ini,

individu haruslah menjalankan kepatuhan dalam management glukosa


32

(mengontrol kadar gula darah) baik menggunakan obat maupun insulin.

Ketidakpatuhan pada penggunaan insulin dan rejimen obat secara konsisten

berhubungan dengan terjadinya peningkatan kadar gula dalam

darah(Hiperglikemi). Kontrol glukosa ini akan berdampakpada Self-

Monitoring Blood Glukosa (SMBG) sehingga apabila SMBG dapat sangat

efektif jika diterapkan dengan cara yang terstruktur dan pengetahuan yang

baik.

2.2.3.5 Farmakologis

1) Terapi insulin

Pengambilan terapi ditentukan oleh hasil dari kadar glukosa dalam

darah. Obat yang dikonsumsi bervariasi menurut jenis diabetes dan seberapa

baikfungsi pengontrolan kadar glukosa darah. Faktor lain juga karena tingkat

kesehatan, biaya pengobatan dan jadwal harian yang berperan dalam

pengobatan diabetes. Pada pasien diabetes tipe 1 pasien harus menggunakan

insulin karena tubuh tidak mampu membuat hormon ini. Sehingga pemilihan

terapi insulin menjadi prioritas. Sebaliknya pada pasein dengan diabetes

tipe2 pasien kemungkinan akan diberikan dua macam terapi, bisa dengan

menggunakan OAD atau insulin. Fungsi insulin untuk terapi jangka panjang

mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia oral tidak

mampu mengontrolnya.

2) Terapi obat-obatan

Obat antidiabetes oral akan berguna bagi pasien diabetes tipe 2 yang

tidak mampu diatasi dengan diet dan latihan fisik. Beberapa macam dari terapi

obat antidiabetik oral sebagai berikut :


33

a. Obat Golongan Sulfonilurea (Pemicu Sekresi Insulin dan Penghambat

Glukoneogenesis).

obat ini bekerja untuk merangsang pankreas untuk mensekresikan

insulin. Peningkatan kadar insulin akan mengakibatkan penurunan pelepasan

glukagon dari sel alfa dan peningkatan sensivitas jaringan terhadap

insulin.Indikasi : mengendalikan kadar glukosa setelah terapi diet dan latihan

fisik yang mengalami kegagalan. Generasi pertama seperti tolbutamid,

dan klropropamid. Untuk generasi kedua seperti glipizid dan gliburid. Efek

samping dari penggunaan sulfonilurea pasien bisa hipoglikemi, kenaikan

berat badan, hipersensitivitas, hiperglikemia jika bersama digunakan dengan

obat simetidin, insulin, salisilat dan sulfonamid.

b. Golongan Biguanid (Peningkat Sensivitas Insulin)

Golongan Biguinid paling banyak digunakan yaitu metformin.

Mekanisme kerja metformin yaitu menurunkan produksi glukosa dalam

hepar, meningkatkan sensivitas perifer terhadap insulin. Untuk jenis

metformin tidakmenyebabkan kenaikan berat badan ataupun hipoglikemia.

Indikasi : sebagai pilihan pertama terapi pasien dengan obesitas dan obat ini

tidak dianjurkan pada pasien dengan gangguan renal akrena obat ini

dieksresikan melalui ginjal. Efek samping dari terapi ini bisa mengakibatkan

asidosi laktat dan gangguan pencernaan seperti mual dan diare.

c. Golongan Akarbosa(Menghambat Glukosidase Alfa)

Mekanisme kerja enzim alfaglikosidase mengakibatkan penurunan

absorpsi karbohidrat dari saluran pencernaan mmenjadikan penurunan


34

kebutuhan akan insulin. Efek sampingnya pasien akan mengeluh diare,

gangguan rasa nyaman pada abdomen dan flatulensi.

d. Golongan Tiazolidinedion (Rosiglitazon, Pioglitazon)

Mekanisme kerja PPAR (peroxisome proliferator-activated receptor)

untukmengendalikan transkripsi gen insulin, berakibat menimbulkan

sensitisasi insulin dan mengurangi proses glukoneogenesis hepatik serta

upregulasi reseptor insulin. Digunakan pada pasien DM tipe 2 tanpa ada

penyakit hati. Efek samping yang dapat ditemui yaitu kenaikan berat badan,

edema dan kelianan fungsi hati.

e. Glinid (Pemicu Sekresi Insulin)

Terdiri dari repagilid dan nategilid. Bekerja seperti sulfonilurea

dengan menstimulasi pelepasan insulin dari pankreas efek sampingnya juga sama

dengan golongan sulfonilurea yaitu kenaikan berat badan dan dapat terjadi

hipoglikemi.

2.2.4 Faktor faktor yang memengaruhi SMD

Baik dan buruknya Self Management Diabetes dapat, dipengaruhi oleh

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pasien dalam melakukan

manajemen diri diabetes (Puspita Ningrum et al., 2019).

2.2.3.1 Faktor Usia

Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologi pada pasien DM

biasanya terjadi pada usia diatas 30 tahun dan banyak dialami oleh usia dewasa

diatas 40 tahun karena resistensi insulin pada penderita DM meningkat pada usia

40-60 tahun. Usia sangat erat kaitannya dengan kenaikan kadar gula darah

sehingga semakin meningkatnya usia maka prevalensi DM dan gangguan toleransi


35

glukosa semakin meningkat. Proses menua akan berlangsung setelah usia 30

tahun dapat mengakibatkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia.

Biasanya semakin bertambah tingkat kedewasaan seseorang maka seorang pasien

mampu berfikir secara rasional mengenai manfaat yang akan diterima Ketika

melakukan self management diabetes.

2.2.3.2 Jenis Kelamin

Jenis kelamin memberikan kontribusi yang nyata terhadap self

management diabetes. bahwa klien dengan jenis kelamin perempuan

menunjukkan self management diabetes lebih baik dibandingkan dengan klien

berjenis kelamin laki-laki. Self management diabetes dapat dilakukan oleh siapa

saja yang menderita diabetes baik laki-laki maupun perempuan, akan tetapi pada

kenyataan nya pada perempuan nampak lebih peduli terhadap kesehatannya

sehingga ia berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan self management

diabetes terhadap penyakitnya.

2.2.3.3 Sosial ekonomi

Faktor sosial ekonomi berpengaruh terhadap manajemen diri diabetes.

Penyakit diabetes melitusmerupakan penyakit yang membutuhkan biaya yang

cukup mahal dalam perawatannya pasien diabetes melitus dengan sosial ekonomi

yang lebih tinggi akan lebih peduli terhadap Diabetes Self-Management untuk

mencapai tujuan terkontrolnya kadar gula darah


36

2.2.3.4 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikanmerupakan merupakan indikator bahwa seseorang

telah menempuh jenjang pendidikan formal dibidang tertentu, namun bukan

indikator bahwa seseorang telah menguasai bidang ilmu. Pendidikan yang

baik akan menghasilkan perilaku positif sehingga lebih terbuka dan

obyektif dalam menerima informasi, khusunya informasi tentang

penatalaksanaan DM. Keterbukaan pasien DM terhadap informasi kesehatan

akan menuntun pasien untuk aktif menjalankan aktifitas manajemen diri,

sehingga kadar glukosa darah dapat terkendali (Rantung, 2015) Seseorang

dengan pendidikan tinggi umumnya memiliki pemahaman yang baik

tentang pentingnya perilaku perawatan diri dan memiliki keterampilan

manajemen diri yang baik untuk menggunakan informasi tentang diabetes yang

diperolehmelalui media dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang rendah

2.2.3.5 Lama Menderita DM

Seseorang dengan durasi penyakit lebih lama memiliki pengalaman

dalam mengatasi penyakit mereka dan melakukan perilaku perawatan diri yang

lebih baik. Lama seseorang menderita DM berpengaruh terhadap perawatan

diri diabetesdimanadurasi DM yang lebih lama memiliki pemahaman yang

lebih bahwa pentingnya perilaku manajemen diri diabetes sehingga mereka

dapat dengan mudahnya mencari informasi terkait dengan perawatan diabetes

yang dilakukan. Seseorang yang telah didiagnosis dengan diabetes bertahun-

tahun dapat menerima diagnosis penyakitnya dan rejimen pengobatannya,


37

serta memiliki adaptasi yang lebih baik terhadap penyakitnya dengan

mengintegrasikan gaya hidup baru dalam kehidupan mereka sehari-sehari.

2.2.3.6 Faktor emosional

Faktor emosional akan berpengaruh terhadap manajemen diri Diabetes.

Pasien Diabetes Melitus yang menerima seutuhnya keadaan yang

dialaminya akan mempunyai skor lebih tinggi terhadap Self-Assesment Diabetes

dibandingkan pasien yang merasa sedih dan takut terhadap penyakitnya.


38

2.2.3.7 Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan proses dimana yang menjalin hubungan

antar keluarga melalui sikap, tindakan dan penerimaan keluarga yang terjadi

selama masa hidup. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan dari internal dan

dukungan eksternal dari keluarga inti. Saat ada salah satu dari anggotanya

mengalami diabetes maka membutuhkan bantuan dan dukungan dari sekitar

terutama keluarga, dengan menceritakan kondisi DM yang dialaminya pada

orang terdekat, supaya dapat membantu dalam control diet dan pengobatan.

Oleh sebab itu, keterlibatan keluarga dapat mengingatkan ataupun self

management diabetes pada pasien DM.

2.2.5 Hambatan dalam Diabetes Self-management

Menurut Kartika, T tahun 2019 terdapat hambatan dalam meningkatkan

(Kartika, 2019).self management diabetik pada penderita DM :

2.2.4.1 Tingkat pengetahuan pasien

Kurangnya tingkat pengetahuan merupakan salah satu

penghalangpasien Diabetes Melitus dalam mengelola Diabetes Self-Management.

Pengetahuan mengenai perawatan Diabetes Melitus harus berhubungan dengan

aktifitas seperti meminum obat, diet, latihan monitor gula darah. Pasien

Diabetes Melitus dengan pengetahuan yang rendah mengenai penyakitnya

akan kesulitan dalam mempelajari skill yang dibutuhkan dalam perawatan

Diabetes Melitus untuk tetapdapat mengontorl glukosa darah

2.2.4.2 Motivasi dan faktor psikologis


39

Motivasi merupakan faktor ektrinsik yang meliputi tipe motivasi

yang disediakan oleh tim medis. Beberapa penelitian menunjukan mengenai

efek negatif terhadap individu dalam merawat diri, pasien menjadi tidak

tertarik serta tidak ingin membuat keputusan untuk mampu menyelesaikan

pengobatan.

2.2.6 Keterkaitan Diabetes Self-management dengan Diabetes Melitus

Tujuan utama pengelolaan Diabetes Melitus adalah mengatur kadar

glukosa dalam batas normal guna mengurangi gejala dan mencegah

komplikasi Diabetes Melitus. mengatakan bahwa hal hal yang mendasar

dalam pengelolaan Diabetes Melitus terutama Diabetes Melitus tipe II adalah

perubahan pola hidup, meliputi pola makan yang baik dan olahraga teratur.

Kemampuan individu dalam mengelola kehidupan sehari-hari,

mengendalikan serta mengurangi dampak penyakit yang dideritanya

dikenal dengan Diabetes Self-Management. Menurut Konsensus pengendalian

dan pencegahan Diabetes Melitus tipe II di Indonesia pada tahun 2011,

perilaku sehat yang mempresentasikan Diabetes Self-Management pada pasien

antara lain mengikuti pola makan sehat, meningkatkan kegiatan kegiatan jasmani,

menggunakan obat Diabetes Melitus dan obat-obatan pada keadaan khusus

secara aman dan teratur, serta melakukan pemantauan kadar gula

darah(PERKENI, 2011).

Diabetes Self-Management perlu dipahami sebagai sebuah proses yang

tidak hanya berkembang dari waktu ke waktu, tetapi juga berkembang

dalam kaitannya dengan jenis pengalaman penyakit seorang dan

masalahnya. Diabetes Self-management memungkinkan pasien untuk


40

mengembangkan keterampilan dalam memecahkan masalah, meningkatkan

keyakinan diri, dan mendukung 30aplikasi pengetahuan dalam kehidupan

nyata. Adanya keterampilan memecahkan masalah pada penyakit Diabetes

Melitus memungkinkan pasien untuk membuat suatu keputusan tentang

pengelolaan yang terbaik untuk dirinya

2.2.7 Pengukuran Diabetes Self-management

Questionnaire Self Management Diabetes (DSMQ) merupakan pertama

dari negara Jerman yang mengembangkan penargetan perawatan diabetes yang

dirancang untuk menilai pengolaan diabetes mandiri dalam pengobatan pasien tipe

1 dan tipe 2. Pengukuran pengolaan diabetes mandiri menggunakan kuisioner

DSMQ. DSMQ merupakan instrument valid yang memungkinkan penilaiaan

pengelolaan diabetes mandiri terkait. Ada 16 pertanyaan yang meanggambarkan

aktivitas pengelolaan diabetes selama 8 minggu terakhir dengan beberapa

subdomain didalamnya yaitu: glucose management (1, 4, 6, 10, 12), dietary

control (2, 5, 9, 13), physical activity (8, 11, 15) heath care use ( 3, 7, 14) dan

pertanyaan nomor 16 merupakan kesimpulan dari seluruh pertanyaan (Schmitt et

al., 2013)
41

No Pernyataan berikut Selalu Sering Jarang Tidak


. menggambarkan (3) (2) (1) pernah
aktivitas pengolaan diri (0)
yang berkaitan dengan
diabetes anda selama 8
minggu terakhir.
1. Saya memeriksa kadar
gula darah secara teliti
dan hati-hati.
2. Makanan yang saya
konsumsi memudahkan
mencapai kadar gula
darah normal
3. Saya mematuhi seluruh
anjuran dokter dalam
penanganan diabetes.
4. Saya minum obat
diabetes (misalnya
tablet atau insulin)
sesuai anjuran yang
diberikan oleh dokter.
5. Kadangkala saya
memakan banyak
makanan yang manis
atau makanan yang
kaya karbohidrat.
6. Saya memeriksa kadar
gula darah dengan
menggunakan alat
pengukur kadar glukosa
darah secara teratur,
mencatat hasil cek gula
darah serta melihat
perkembangan hasilnya.
7. Saya cenderung
menghindari
pemeriksaan dokter
yang berkaitan dengan
diabetes.
8. Saya melakukan latihan
fisik secara teratur
untuk mencapai kadar
gula darah normal.
9. Saya menuruti anjuran
makanan yang boleh
42

dimakan dan yang tidak


boleh dimakan oleh
dokter.
10. Saya tidak terlalu sering
memeriksakan kadar
gula darah yang
seharusnya diperlukan
untuk mengetahui
kontrol kadar gula
darah yang bagus.
11. Saya menghindari
aktifitas fisik seperti
olahraga, padahal saya
paham dengan
melakukan olahraga
dapat memperbaiki
penanganan diabetes.
12. Saya cenderung lupa
atau melewatkan
pengobatan diabetes
yang diberikan dokter
(misalnya insulin dan
tablet).
13. Kadangkala saya makan
secara berlebihan (tidak
dipicu oleh
hipoglikemia)
14. Terhadap penanganan
diabetes atas diri saya,
saya perlu menjumpai
praktisi pengobatan
secara lebih sering
15. Penanganan diabetes
atas diri saya buruk.
16. Saya cenderung
melewatkan aktifitas
fisik yang telah
direncanakan
sebelumnya

2.2.7.1
BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka konsep

Kerangka pemikiran merupakan uraian tentang bagaimana penliti

mengalirkan jalan pikiran secara logis dan rasional dalam rangka memecahkan

masalah yang telah dirumuskan dengan menguraikan pola pikir peneliti sesuai

ketentuan dari kepustakaan, sehingga membentuk model alur berpikir. Dalam

kerangka pemikiran ini ada suatu grand theory yang membantu menjawab

permasalahan (Suryana, 2010).

Pasien DM Tipe 2

Penatalaksanaan : Factor-faktor yang


memengaruhi
1) Umum SMD :
2) Khusus : 1. usia
- Diet 2. jenis kelamin
- Pemantauan 3. sosial
glukosa ekonomi
SMD
darah (Self Management Diabetic) 4. pendidikan
- Aktivitas 5. lama
fisik menderita
- Farmakologi 6. emosional
s 7. dukungan
- Edukasi keluarga
Komplikasi

32
33

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

: Berhubungan

Gambar 3.1 Kerangka konsep hubungan self management diabetic dengan


kejadian komplikasi pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di
RW 06 Gumuyung Krembangan Selatan.
Diabetes mellitus pada tipe 2 merupakan suatu kelompok penyakit

metabolic dengan karakteristik adanya peningkatan kadar gula darah atau

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin dan kerja insulin (ADA,

2021). Keadaan yang tidak mampu merespon insulin menyebabkan meningkatkan

status glikemik hingga memunculkan komplikasi akut maupun kronik jika tidak

tertangani dengan baik.

Untuk mengelolah penyakitnya agar dapat mencegah komplikasi pada

penderita DM tipe 2 dilakukanlah dengan pilar penatalaksanaan meliputi edukasi,

aktivitas fisik,status nutrisi, dan farmakologis (PERKENI, 2021).

Penatalaksanaan DM ini dapat dilakukan dengan self management diabetik secara

mandiri. SMD ini meliputi diet nutrisi, pemantauan gula darah, farmakologis,

aktivitas fisik dan edukasi. SMD jika dilakukan dengan baik maka status glikemi

terkontrol dan komplikasi dapat minimal, jika SMD tidak dilakukan dengan baik

maka berdampak pada status glikemik yang tidak terkontrol dan menimbulkan

komplikasi baik akut maupun kronik. Akan tetapi SMD itu sendiri ada factor-

factor yang memengaruhi dalam melaksanakan kegiatan tersebut yakni factor

usia, jenis kelamin, sosial ekonomi, lama menderita DM, factor emosional hingga

dukungan keluarga.
34

3.2 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atau dugaan sementara terhadap

masalah yang diteliti. Hipotesis diturunkan dari kerangka pemikiran (Suryana,

2010). Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pertanyaan dari penelitian, atau suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara

dua atau lebih dari variable yang diharapkan dapat menjawab suatu pertanyaan

dalam penelitian (Nursalam, 2017:50). Hipotesis dalam penelitian ini ialah ada

hubungan hubungan self management diabetik dengan kejadian komplikasi pada

penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di RW 06 Gumuyung Krembangan Selatan

tahun 2023.

H0 : Tidak ada hubungan self management diabetes dengan kejadian komplikasi

pada penderita diabetes mellitus tipe 2.


BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain/ rancangan penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif non eksperimental.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif non eksperimental dengan

desain cross sectional dimana dalam penelitian ini tidak menggunakan intervensi

atau manipulasi oleh peneliti terhadap subyek yang akan diteliti. Rancangan

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik korelasional.

Rancangan penelitian ini mengkaji adanya hubungan antara dua variable, variable

yang dikaji hubungan yaitu variable independent dan variable dependen.

Penelitian memiliki tujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara self

management diabetic yang baik dengan kejadian komplikasi akut dan kronis pada

penderita Diabetes mellitus tipe 2 di RW 06 Gumuyung Krembangan Selatan.

Model penelitian ini menggunakan model cross sectional. Penelitian cross

sectional adalah jenis penelitian berpacu pada waktu pengukuran atau observasi

data variable independent dan variable dependen hanya dilakukan satu kali pada

satu waktu dan tidak ada tindak lanjut. Penelitian ini, terdapat variable

independentnya adalah self management diabetes dan variabel dependennya

kejadian komplikasi.

35
36

4.2 Kerangka kerja (Frame work)

Menurut Sugiyono tahun 2017 Kerangka kerja adalah suatu strategi dasar

penelitian atau rencana yang digunakan untuk menangani suatu masalah

kompleks.

Populasi : Pasien DM tipe 2 dengan kejadian komplikasi di RW 06 Gumuyung


Krembangan Selatan, N = 37 orang

Tehnik Sampling : consecutive sampling

Sampel : Sebagian Pasien DM tipe 2 sesuai dengan kriteria inklusi, sejumlah n 34 orang

Jenis penelitian : Korelasional

Pemberian informed consent

Pengumpulan data : lembar kuisioner

DSMQ Komplikasi

Pengolahan dan Analisa data dengan menggunakan Uji Chi square

Hasil penelitian

Penarikan kesimpulan
37

Gambar 4.1 Kerangka kerja Hubungan self management diabetic dengan kejadian
komplikasi di RW 06 Gumuyung Krembangan Selatan Surabaya.
4.3 Identifikasi variable

Variable penelitian menurut Sugiono (2018) variable penelitian pada

dasarnya ialah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,

kemudian ditarik kesimpulannya.

2.2.6 Varibel bebas (Independen)

menurut Sugiono (2018) variable bebas (independent) adalah variable yang

mempengaruhi atau yang menjadikan sebab perubahan timbulnya variable

terikat(dependent), dapat disimbolkan dalam symbol (X). dalam penelitian ini

variable bebasnya adalah self management diabetic.

2.2.7 Variabel terikat (Dependen)

Variable terikat (dependent) menurut Sugiono (2018) adalah variable yang

dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variable bebas yang dismbolkan

dengan symbol (Y). dalam penelitian ini variable terikatnya adalah kejadian

komplikasi.
38

4.4 Definisi operasional

Table 4.1 Definisi operasional hubungan self management diabetic dengan


kejadian komplikasi di RW 06 Gumuyung Krembangan Selatan
Surabaya.
Variabel Definisi Indikator Alat Skala Skor
Operasional ukur
Independ tindakan yang 1. Diet nutrisi Kuisio Ordinal Pernyataa
ent : self dilakukan 2. Aktivitas ner n
managem pasien DM fisik (DSM negative
ent Type 2 untuk 3. Pemantaua Q) Tidak
diabetic mengontrol n glukosa pernah : 3
dan darah Jarang : 2
mengoptimalk 4. Farmakolog Sering : 1
an is Selalu : 0
penatalaksana 5. Edukasi
an penyakit Pernyataa
mereka secara n positif
mandiri Tidak
berdasarkan pernah : 0
DSMQ Jarang : 1
Sering : 2
Selalu : 3

DSMQ
baik =
25-48
DSMQ
sedang=
17-24
DSMQ
buruk= 0-
16.
Dependen Suatu kondisi 1. Hasil cek lembar Nominal Hasil gula
: kejadian yang terjadi gula darah observa darah
komplikas dan 2. Kondisi si dalam
i (akut & diakibatkan klinis ada rentang
kronik) oleh penyakit tidaknya normal
yang sedang luka. dan tidak
dideritanya ada tanda
baik bersifat klinis
tiba-tiba komplika
maupun si = 1
dalamwaktu Tanda dan Hasil gula
yang cukup gejala darah bisa
lama komplikasi kurang
39

- Hipoglike atau lebih


mia dari
- hiperglike normal
mia dan ada
- Kesemuta tanda
n klinis = 0
- Kram
- Mudah Kategori :
Lelah 1= Hasil
- Pandanga gula
n kabur darah bisa
- Nefropati kurang
- Retinopati atau lebih
dari
normal
dan ada
tanda
klinis
0= Hasil
gula
darah
dalam
rentang
normal
dan tidak
ada tanda
klinis
komplika
si = 1

4.5 Sampling desain

4.5.1 Populasi

Populasi merupakan seluruh subyek penelitian yang terdiri dari 37 orang,

benda, gejala, maupun wilayah yang memiliki karakteristik tersendiri yang akan

diteliti (Nursalam, 2015). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pasien penderita diabetes mellitus tipe 2 di RW 06 Gumuyung Krembangan

Selatan.
40

4.5.2 Sampel

Sampel merupakan perwakilan dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

dari populasi yang secara fakta untuk diteliti dan diambil kesimpulan (Siwi et al.,

2013). jumlaah sampel pada penilitian ini yaitu orang. Non-Probability sampling

merupakan teknik pengambilan sampel tidak dipilih secara acak. Adapun kriteria

pasien sebagai berikut:

Perhitungan sampel menggunakan rumus slovin :

N
n=
1 + N (d)2
Keterangan :

n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
d : tingkat signifikan (0,05%)
Jadi besar sampel :

37
n=
1+37 (0,05)2
37
n=
1+ (37 (0,0025)
37
n=
1+(37 (0,0025)

37
n=
1,0925
=33,867 = 34

4.5.2.1 Kriteria inklusi


41

Kriteria inklusi merupakan karakteristik yang umum subyek penelitian dari

populasi dengan target yang terjangkau dan telah diteliti (Nursalam, 2015).

Kriteria inklusi pada penilitian adalah :

1. Pasien yang terdiagnosa Diabetes mellitus tipe 2

2. Lama menderita DM > 1 tahun

3. Pasien berusia 45-64 tahun (Soegondo,2011)

4. Dapat berkomunikasi dengan baik

5. Bersedia menjadi responden dengan menandatangani informed consent.

4.5.2.2 Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan menghilang atau mengeluarkan subyek yang

tidak memenuhi syarat atau kriteria inklusi dalam penelitian (Nursalam, 2017).

Sehingga tidak diikutsertakan dalam penelitian (Supardi, 2013). Kriteria eksklusi

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pasien Diabetes Mellitus tipe 1

2. Pasien yang mengalami gangguan kejiwaan

4.5.3 Sampling

Teknik sampling merupakan cara dalam memilih atau mengambil sampel,

yang bertujuan untuk memperoleh sampel yang sesuai dengan keseluruhan subyek

penelitian (Nursalam, 2017). Teknik sampling yang digunakan dalam

pengambilan sampel adalah non probability sampling dengan consecutive

sampling. Consecutive sampling merupakan tehnik pengambilan sampel non

probability dimana penentuan sampel berdasarkan kriteria dan dalam kurun

waktu tertentu yang sudah ditetapkan oleh peneliti, penetapan itu dilakukan sesuai

pertimbangan yang dinilai dapat mewakili populasi (Nursalam, 2017).


42

4.6 Pengumpulan & Analisa data

4.6.1 Instrumen penelitian

Suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial

yang diamati :

4.6.1.1 Self management diabetic

Questionnaire Self Management Diabetes (DSMQ) merupakan pertama

dari negara Jerman yang mengembangkan penargetan perawatan diabetes yang

dirancang untuk menilai pengolaan diabetes mandiri dalam pengobatan pasien tipe

1 dan tipe 2. Pengukuran pengolaan diabetes mandiri menggunakan kuisioner

DSMQ. DSMQ merupakan instrument valid yang memungkinkan penilaiaan

pengelolaan diabetes mandiri terkait. Ada 16 pertanyaan yang meanggambarkan

aktivitas pengelolaan diabetes selama 8 minggu terakhir dengan beberapa

subdomain didalamnya yaitu: glucose management (1, 4, 6, 10, 12), dietary

control (2, 5, 9, 13), physical activity (8, 11, 15) heath care use ( 3, 7, 14) dan

pertanyaan nomor 16 merupakan kesimpulan dari seluruh pertanyaan (Schmitt et

al., 2013).

Tabel 4.1 Penentuan Kriteria Skor Jawaban

DSMQ Kriteria
Baik Sedang Buruk
DSMQ (16 item) 25-48 17-24 0-16
Sumber : Schmitt et all, 2013

Skala yang digunakan untuk mengukur DSMQ adalah skala likert dengan uraian

sebagai berikut :

3 : selalu dilakukan
43

2 : kadang kadang dilakukan


1 : jarang dilakukan
0 : tidak pernah dilakukan
Skala penilaian kuisioner ini menggunakan skala Likert. Dengan jumlah soal

dalam kuisioner ini adalah 16 butir. Skor tertinggi adalah 3, apabila responden

menjawab mendukung. Skor 2 diberikan apabila responden menjawab sedikit

mendukung. Skor 1 apabila responden yang menjawab netral dan skor 0 diberikan

jika responden menjawab tidak mendukung. Skala penilaian menggunakan skala

ordinal. Nilai maksimal 48 dan minimal 0.adapun kriteria penilaianya dapat

dikategorikan menjadi baik : 25-48 sedang : 17-24 buruk : 0-16.

4.6.1.2 Kejadian Komplikasi

Pengumpulan data yang dilakukan dengan lembar kuisioner observasi

menggunakan data primer yang diperoleh secara langsung dari responden

(sampel).

4.6.2 Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret 2023 di RW 06

Gumuyung Krembangan Selatan.

4.6.3 Prosedure pengumpulan data

4.6.3.1 Tahap persiapan

Mengurus surat izin penelitian ke STIKes William Booth Suarabaya. Peneliti

meminta surat ijin untuk melakukan penelitian kepada bagian STIKes William

Booth Surabaya untuk diterbitkan surat ijin pelaksanaan penelitian. Mengurus

surat izin penelitian ke RW 06 Gumuyung Krembangan Selatan. Peneliti

melakukan suvey ke kader wilayah RW 06 Gumuyung Krembangan Selatan untuk


44

memberikan surat ijin penelitian kepada penanggung jawab di RW 06 Gumuyung

Krembangan Selatan dan selanjutkan diberikan ijin untuk melakukan penelitian.

4.6.3.2 Tahap pelaksanaan

Mengidentifikasi responden di RW 06 Gumuyung Krembangan Selatan.

Peneliti melakukan identifikasi terhadap subyek penelitian yang sesuai dengan

kriteria inklusi dan eksklusi yang dijadikan sampel penelitian. Peneliti melakukan

pendekatan dengan memberikan penjelasan berupa informed consent kepada

responden sebagai subyek penelitian. Segala hal yang berkaitan dengan proses

penelitian (keuntungan, kerugian, biaya kemungkinan yang akan terjadi dan

bagaimana jika tidak tersedia menjadi repsonden). Kemudian responden

memberikan persetujuan atau tidak yang dituangkan dalam lembar persetujuan

menjadi responden. Setelah peneliti mendapat persetujuan dari responden untuk

berpartisipasi dalam penelitian ini, maka langkah selanjtunya adalah peneliti

melakukan pengecekan gula darah, setelah itu dilanjutkan dengan mendatangi

melalui door to door ke responden untuk dilakukan pengisian kuisioner yang

mana peneliti membantu membacakan kuisioner untuk lansia kemudian lansia

menjawab dan peneliti mengisi sesuai jawaban dari responden. Setelah peneliti

selesai membantu mengisi kuisioner sesuai dengan jawaban dari responden dan

mengecek kelengkapan kusioner tersebut, maka peneliti memberikan cindramata

untuk responden sebagai ucapan terima kasih kepada responden yang telah

berpartispasi dalam penelitian. selanjutnya peneliti melakukan analisis dan

pengolahan data, data yang terkumpul akan diolah dengan melakukan

coding,editing,cleaning dan data entry. Setelah dinyatakan valid maka dilanjutkan

dengan menggunakan analisis data dengan bantuan SPSS.


45

4.6.4 Pengolahan data

Pengolahan data adalah suatu proses untuk memperoleh data atau inti

berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan menggunakan rumus tertentu

sehingga menghasilkan informasi yang dibutuhkan (Ibrahim et al., 2018). terdapat

beberapa kegiatan yang dilakukan peneliti dalam pengolahan data meliputi :

4.6.4.1 Editing

Editing merupakan upaya yang dilakukan untuk mengoreksi kembali

kebenaran data yang dikumpulkan atau diperoleh. Editing dilakukan saat tahap

pengumpulan data. Peneliti melakukan editing dengan cara mengoreksi satu per

satu kuisioner dengan bertujuan mengetahui kelengkapan data yang diberikan

responden. Jika data tidak lengkap maka langsung diklarifikasi kepada responde

atau kuisioner dapat dikeluarkan.

4.6.4.2 coding

coding merupakan aktivitas yang dilakukan dengan cara mengkategorikan

data dengan memberikan kode numerik/ angka menjadi beberapa kategori. Saat

pengolahan dan analisis data menggunakan computer, pemberian kode ini sangat

penting dilakukan. Kegunaan dari coding adalah mempermudah pada saat analisis

data dan juga mempercepat pada saat entry data.

4.6.4.3 Data entry

Setelah semua data terisi penuh dan benar serta sudah melewati

pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar data yang

dimasukkan dapat dianalisis. Pada tahap ini, jawaban-jawaban yang salah sudah

diberikan kode kategori kemudian dimasukkan ke dalam tabel dengan cara

manual dan melalui pengolahan computer.


46

4.6.4.4 Cleaning

Pembersihan data, melihat variabel apakah data sudah benar atau belum,

mengecek kembali data yang sudah dimasukkan apakah ada kesalahan atau tidak.

Mengecek kesalahan-kesalahan yaitu menghubungkan jawaban satu sama lain

untuk mengetahui konsistensi jawaban. Data kemudian disajikan kedalam bentuk

tabel distribusi.

4.6.5 Analisa data

4.6.5.1 Analisa Univariate

Analisa data dilakukan setelah seluruh data terkumpul dan diolah. Analisis

data dimulai dengan melakukan analisis univariat yang menggunakan analisis

deskriptif untuk melihat gambaran secara ringkas terkait karakteristik responden.

Analisis deskriptif (univariat) digunakan untuk mendiskripsikan variable-variabel

yang akan diteliti melalui gambaran karakteristik responden, data demografi,

distribusi frekuensi dan besarnya prosentase. Data yang diuji dengan analisis

deskriptif adalah usia, jenis kelamin, pendidikan , pekerjaan, dan self management

diabetic. Data yang dikumpulkan kemudian disajikan secara ilmiah dalam bentuk

tabel (Nursalam, 2015).

4.6.5.2 Analisa Bivariate

Analisa bivariat adalah analisis yang menghubungkan dua variabel yaitu

variabel bebas dan variabel terikat. Analisis bivariat pada penelitian ini guna

untuk mengetahui hubungan self management diabetic dengan kejadian

komplikasi akut dan kronik pada penderita DM tipe 2. Rumus yang digunakan

dalam uji bivariat ini adalah kolerasi Chi Square. Kolerasi Chi square digunakan

untuk menguji perbedaan distribusi teoritis (yang diasumsikan) dan distribusi


47

yang diamati, procedure uji chi square dikelompokan kedalam statistic uji non-

parametrik. Semua variabel yang akan dianalisa harus bersifat numerik kategorik

ata nominal dan dapat juga berskala ordinal.

4.7 Etik dalam penelitian

4.7.1 Lembar persetujuan (informed consent)

Dengan lembar persetujuan peneliti berupaya memberikan informasi

kepada peserta yang akan berpastisipasi dalam penelitian secara jelas terkait

dengan peneltian yang akan dilakukan. Peserta dapat menolak apabila tidak

bersedia menjadi responden. Sebelum dilakukan peneltian, peneliti memberi

penjelasan terkait dengan tujuan, manfaat, prosedur penelitan dan peran

responden, serta memberi kesempatan kepada calon responden untuk menentukan

pilihan dan mempersilahkan responden untuk bertanya apabila ada yang perlu

ditanyakan. Peneliti memberikan informed conent kepada calon responden yang

menyetujui. Responden diminta mengisi tanda tangan dalam persetujuan setelah

bersedia menjadi responden. Pada saat proses ini tidak ada responden yang

menolak menjadi responden. Dalam penelitian ini, sehingga mempermudah

peneliti (Aini fuadi, 2018).

4.7.2 Menghormati harkat dan martabat manusia (Autonomy)

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu

berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap

kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki

berbagai keputusan atau pilihan yang baru dihargai oleh orang lain. Prinsip

otonom merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai

persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional (Dede Nasrullah, 2020).
48

4.7.3 Kerahasiaan (confidentiality)

Responden memiliki hak agar terjaga kerahasiannya. Dari seluruh data

yang diperoleh dari responden hanya data tertentu saja yang akan disajikan dan

ditampilkan dalam laporan penelitian. Informasi pribadi tidak akan disampaikan

peneliti kepada pihak lain diluar kepentingan tujuan penelitian. Anonym berupa

kode responden akan digunakan peneliti untuk merahasiakan identitas responden

(Notoatmojo, 2014). Peneliti menggunakan data nama responden dengan inisial,

peneliti tidak akan menuliskan alamat ataupun data pribadi dan foto responden

diberikan tanda hitam untuk menutupi wajah di dalam hasil laporan, sehingga

peneliti menjamin rahasia data diri responden (Aini fuadi, 2018).

4.7.4 Kejujuran (Veracity)

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh

pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien

dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity

berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.

Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk

memfasilitasi pemahaman dan penerimaan dan mengatakan yang sebenarnya

kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya

selama menjalani perawatan (Dede Nasrullah, 2020).

4.7.5 Keadilan (justice)

Adil tidak selalu sama identic, melainkan relative sama untuk kebaikan

hidup seseorang (Notoatmodjo, 2014). Peneliti berlaku sama kepada semua

responden berdasarkan moral, martabat, dan hak asasi manusia tanpa

membedakan status sosial maupun ekonomi. Peneliti menjaga hak kerahsiaan


49

responden dan juga memperlakukan respondendengan ramah. Diakhir

pengumpulan data, semua yang bersedia menjadi responden berhak diperiksa gula

darah secara gratis oleh peniliti selain itu peneliti juga akan memberikan

pendidikan Kesehatan yang berhubungan dengan pengolaan diabetes mandiri serta

komplikasinya.

4.7.6 Akuntabilitas (Accountability)

Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang

professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali

(Dede Nasrullah, 2020).

4.7.7 Tidak merugikan (Non- maleficence)

Peneliti berprinsip untuk melakukan yang baik dalam penelitian dengan

meminimalkan terjadinya resiko serta tidak merugikan orang lain (Notoatmodjo,

2014). Penelitian ini memiliki manfaat untuk mengetahui pengolaan diabetes

mandiri dengan kejadian komplikasi pada penderita DM tipe 2 sehingga dapat

bermanfaat bagi pasien DM tipe 2.

4.8 Keterbatasan
50

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan menjabarkan hasil dari penelitian dan

pembahasan tentang “Hubungan self management diabetic dengan kejadian

komplikasi pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di RW 06 Gumuyung

Krembangan Selatan Surabaya”. Data yang terdapat dalam penelitian ini meliputi

data umum dan data khusus. Adapun data umum meliputi jenis kelamin, usia,

pekerjaan, tingkat pendidikan, lama menderita DM, lama komplikasi. Dan data

khusus menampilkan hasil penelitian berupa tabel untuk mengetahui adanya

hubungan self management diabetic dengan kejadian komplikasi pada penderita

diabetes mellitus tipe 2 di RW 06 Gumuyung Krembangan Selatan. Maka

dilakukan dengan menggunakan uji chi square pada bagian berikutnya akan

disajikan dalam pembahasan dari hasil penelitian yang menyatakan hubungan self

management diabetic dengan kejadian komplikasi pada penderita diabetes

mellitus tipe 2 di RW 06 Gumuyung Krembangan Selatan Surabaya.

5.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

1. Geografi dan Demografi

RW 06 Gumuyung Krembangan selatan Surabaya merupakan RW yang

terletak di Ikan Gurami Lebar No. 14 Perak Barat, Surabaya, Indonesia 60177

dan masuk wilayah Puskesmas Krembangan Selatan. Rw 06 terdapat sekian

12 RT dan progam kerja kesehatan di rw 06 gumuyung posyandu lansia yang

dilaksanakan setiap awal bulan,periksa jentik-jentik setiap bulan rutin pada

minggu pertama, posyandu balita dilaksanakan di minggu kedua,


51

pemeriksaan THT dilaksanakan setiap minggu ketiga oleh dokter muda dan

memiliki 44 kader Kesehatan.

5.2 Hasil penelitian

5.2.1 Data umum

Data ini tentang distribusi responden berdasarkan data geografi, demografi, sarana

dan tenaga pelayanan kesehatan.

5.2.1.1 Karakteristik responden

Data ini tentang distribusi responden berdasarkan data demografi yang meliputi

jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, lama menderita DM, lama

komplikasi.

1) Karakteristik responden berdasarkan jenis Kelamin

Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin Di RW 06 Gumuyung


Krembangan Selatan Surabaya, 2023
Jenis kelamin Frekuensi Presentase (%)
Laki – laki 7 20
Perempuan 27 80
jumlah 34 100

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat disimpulkan bahwa dari 34 responden, didapatkan

sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sejumlah 27 orang

(80%).
52

2) Karakterisik responden berdasarkan usia

Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan usia penderita di RW 06 Gumuyung


Krembangan Selatan Surabaya 2023
Usia Frekuensi Presentase (%)
<40 th
1 3%
41-50th 12 25%
51-60th 17 50%
>60th 4 12%
Jumlah 34 100%
Berdasarkan Tabel 5.2 dapat disimpulkan bahwa dari 34 responden didapatkan

bahwa Sebagian besar responden berusia 51-60 th yaitu sejumlah 17 orang (50%).

3) Karakteristik responden berdasarkan tingkat Pendidikan

Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan di RW 06


Gumuyung Krembangan Selatan Surabaya 2023.
Pendidikan Frekuensi Presentase (%)
SD 7 20%
SMP 6 18%
SMA 20 59%
SARJANA 1 3%
Jumlah 34 100%
Berdasarkan Tabel 5.3 dapat disimpulkan bahwa dari 34 responden didapatkan

bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMA yaitu sejumlah 20 orang

(59%).

4) Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan di RW 06 Gumuyung


Krembangan Selatan Surabaya 2023
Pekerjaan Frekuensi Presentase (%)
Karyawan swasta 12 35%
Pegawai negeri 1 3%
Wiraswasta 3 9%
Tidak bekerja 18 53%
Jumlah 34 100%
53

Berdasarkan Tabel 5.4 dapat disimpulkan bahwa dari 34 responden didapatkan

bahwa sebagian besar responden adalah tidak bekerja dengan jumlah 18 orang

(53%).

5) Karakteristik responden berdasarkan lama menderita DM

Tabel 5.5 Distribusi responden berdasarkan Lama menderita DM di RW 06


Gumuyung Krembangan Selatan Surabaya 2023
Lama menderita DM Frekuensi Presentase (%)
<1th 12 35%
5-10th 19 56%
>10 th
3 9%
Jumlah 34 100%
Berdasarkan Tabel 5.5 dapat disimpulkan bahwa dari 34 responden didapatkan

bahwa sebagian besar responden mendeita DM 5 sampai 10 tahun dengan jumlah

19 orang (56%).

5.2.2 Data khusus

Data ini tentang distribusi responden berdasarkan data khusus meliputi variabel

self management diabetic (SMD), kejadian komplikasi dan hubungan antara self

management diabetic (SMD) dengan kejadian komplikasi.

5.2.2.1 Self Management Diabetic pada penderita diabetes mellitus tipe 2

Tabel 5.6 Berdasarkan Self management diabetic (SMD) di RW 06 Gumuyung


Krembangan Selatan Surabaya 2023.
No. SMD Frekuensi Presentase (%)
1. Baik 33 99%
2. Sedang 1 1%
3. Buruk 0 0
Jumlah 34 100%
Berdasarkan Tabel 5.6 dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden memiliki

self management diabetic yang baik yaitu 33 orang (99%).


54

5.2.2.2 Kejadian Komplikasi pada penderita diabetes mellitus tipe 2

Tabel 5.7 berdasarkan kejadian komplikasi di RW 06 Gumuyung Krembangan


Selatan Surabaya 2023.
Kejadian komplikasi Frekuensi Presentase (%)
IYA 18 53%
TIDAK 16 47%
Jumlah 34 100%
Berdasarkan Tabel 5.7 dapat disimpulkan bahwa dari 34 responden didapatkan

sebagian besar kejadian komplikasi sebanyak 18 orang (53%).

5.2.2.3 Hubungan Self Management Diabetic dengan Kejadian Komplikasi

pada Penderita Diabetes Mellitus tipe2

Tabel 5.8 Berdasarkan hubungan SMD dengan kejadian komplikasi di RW 06


Gumuyung Krembangan Selatan Surabaya 2023.
SMD Kejadian komplikasi
Iya Tidak Total
F % F % N %
Baik 17 50% 16 47% 33 97%
Sedang 1 3% 0 0% 1 3%
Buruk 0 0% 0 0% 0 0%
Total 18 53% 16 47% 34 100%
Nilai Uji Statistik Chi square 0,339 (p>0,05)
Berdasarkan tabel 5.8 didapatkan dari 34 responden yang memiliki SMD baik 18

orang ada komplikasi dan 16 orang tidak ada komplikasi. Berdasarkan uji statistic

chi square didapatkan p value >0,05 dengan hasil uji statistic chi square p value

0,339 tidak ada hubungan dan h1 ditolak, H0 diterima. yang menunjukan bahwa

tidak ada hubungan self management diabetic atau smd dengan kejadian

komplikasi.
55

5.3 Pembahasan

5.3.1 Self management diabetic

Berdasarkan tabel 5.6 mengenai variabel self management diabetic pada

penderita diabetes mellitus tipe 2 menunjukkan bahwa mayoritas responden

memiliki self management diabetic (SMD) baik di RW 06 Gumuyung

Krembangan Selatan Surabaya sebanyak 33 orang (99%). Menurut Reni (2020)

self management diabetic adalah kegiatan mengontrol penyakit diabetes yang

termasuk pengobatan dan pencegahan komplikasi. Self-management diabetes

terdiri dari lima aspek yaitu pengaturan diet/pola makan, aktivitas fisik/olahraga,

pemantauan gula darah, kepatuhan konsumsi obat, serta edukasi. SMD yang baik

sangat mendukung dalam mencegah munculnya kejadian komplikasi pada

penderita diabetes mellitus. self management sebagai konteks kesejahteraan

keluarga yang menuju kedinamisan dan berkelanjutan dalam hal kontrol diri,

evaluasi serta merubah perspektif mengenai kondisi sakit menjadi sehat. Menurut

beberapa faktor yang mempengaruhi SMD anatara lain jenis kelamin, usia, lama

menderita, sosial ekonomi, emosional dan dukungan. Berdasarkan hasil penelitian

SMD yang baik ini dapat dikaitkan dengan jenis kelamin dari responden.

Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan jenis kelamin responden sebagian besar

perempuan sebanyak 27 orang (80%). Menurut Herwanti (2022) bahwa

perempuan kecenderungan lebih patuh daripada laki-laki dalam menjalankan

perilaku Self management diabetic. Menurut pendapat peneliti dilihat dari

faktanya bahwa pada perempuan berpikirnya lebih panjang karena ingin

mempersiapkan dirinya agar di hari tua tetap sehat sehingga tidak merepotkan
56

keluarga oleh karena itu mereka tetap berusaha menjaga diit, pengontrolan gula

darah, rutin aktivitas fisik, rutin minum obat dan rajin cek ke rumah sakit.

Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan hasil yang menderita DM sebagian besar

berusia 51-60 tahun sebanyak 17 orang (50%). Menurut Kurniawan (2020).

berusia 51-60 tahun karena semakin meningkatnya usia akan semakin

meningkatkan persepsi tentang pentingnya menjaga kesehatan dan ketatatan

dalam pengobatakan diabetes mellitus. Dan sementara usia yang lebih muda justru

mengabaikan dalam menjalani pengobatan diabetes mellitus. Menurut pendapat

peneliti bahwa semakin menuju usia lanjut seseorang akan menjaga kesehatan nya

untuk mencapai keberhasilan di hari tua nya dengan hidup sehat dan sejahtera dan

juga menginginkan umur yang panjang oleh sebab itu pada usia itu seseorang

sangat mematuhi SMD nya.

Berdasarkan tabel 5.4 didapakan hasil yang menderita DM sebagian besar

tidak bekerja sebanyak 18 orang (53%). Menurut Rahmadanti (2020) pekerjaan

erat kaitannya dengan kejadian diabetes mellitus. hal ini dikarenakan pekerjaan

memengaruhi tingkat aktivitas fisik. Menurut pendapat peneliti pada responden

yang melakukan rutin SMD kebanyakan yang tidak bekerja, dimana pada individu

yang tidak bekerja memiliki lebih banyak waktu untuk melakukan melakukan

aktivitas fisik setiap hari, mereka bisa meluangkan waktu selama 30 menit seperti

jalan-jalan keliling disekitar rumah, menjaga pola makan nya sesuai anjuran, dan

lebih rutin mengikuti kegiatan posyandu seperti senam lansia atau pengontrolan

dibanding mereka yang bekerja.


57

Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan hasil yang menderita DM sebagian

responden yang melakukan SMD adalah berpendidikan SMA ebanyak 20 orang

(59%). Teori Mayberry & Osbon dalam Ningrum (2019) yang menyatakan bahwa

untuk menjalani serangkaian manajemen diri, pasien membutuhkan pendidikan

dalam memahami perilaku kesehatan individu dalam menjalankan SMD nya dan

meningkatkan kepatuhan pasien dalam melakukan manajemen diri. Hal ini sejalan

dengan Pahlawati (2019), tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap

kejadian diabetes mellitus. Orang yang tingkat pendidikannya menengah biasanya

akan memiliki banyak pengetahuan tentang kesehatan. Menurut pendapat peneliti

dengan adanya pengetahuan tersebut orang akan lebih mudah menjangkau

informasi melalui media sosial, melalu edukasi, dan melalui media media yang

lain sehingga seseroang memiliki kesadaran dalam menjaga kesehatan dan

memperhatikan gaya hidup dan pola makan dibanding dengan orang yang tidak

bersekolah atau tidak dibekali dengan ilmu.

Berdasarkan tabel 5.4 lama menderita dari hasil penelitian sebagian besar

responden menderita 5 hingga 10 tahun sebanyak 19 orang (56%) memiliki self

management diabetic baik. Menurut Ningrum (2019) bahwa semakin lama

seseorang menderita DM memiliki kepahaman yang tinggi dalam melakukan

SMD nya. Hal ini sejalan dengan Kurniawan (2020) mengatakan bahwa pasien

dengan durasi DM yang lebih lama cenderung memiliki self management diabetic

lebih baik. Hal ini dikarenakan pasien yang lebih lama menderita diabetes

kemungkinan besar memiliki banyak pengalaman dan lebih mampu memahami

proses penyakit beserta pengolalaanya. Menurut pendapat peneliti bahwa pasien

dengan lama menderita DM juga cenderung telah mengembangkan strategi dalam


58

adaptasi yang lebih baik untuk mengelola diabetes sendiri karena seseorang sudah

paham betul tentang risiko jika salah satu aspek dari self management diabetic

dilewatkan akan memunculkan tanda dan gejala lagi dan daripada mereka yang

baru saja terdiagnosa DM ereka masih perlu memahami dan beradaptasi dari

penyakitnya.

5.3.2 Kejadian komplikasi

Berdasarkan tabel 5.7 dapat disimpulkan bahwa 34 responden terdapat 18

orang (53%) yang mengalami komplikasi. Komplikasi merupakan kondisi dimana

sebuah penyakit berubah kondisinya dan memicu penyakit lain yang akhirnya

muncul dari efek perubahan tersebut. Komplikasi yang muncul pada penelitian ini

antara lain: 1 orang mengalami hipoglikemia, 1 orang mengalami nefropati, 4

orang mengalami ulkus diabetik, 3 orang mengalami neuropati, dan 10 orang

mengalami retinopati.

Berdasarkan frekuensi tertinggi adalah responden yang terkena retinopati

Menurut Sahreni (2020) mengatakan bahwa DM merupakan faktor penyebab

retinopati, artinya DM memiliki kecenderungan terjadinya retinopati lebih besar

dibandingkan dengan penyakit mata non retinopati lainnya (katarak atau

glaucoma). Komplikasi dalam penelitian ini mayoritas responden yang mengalami

retinopati. Menurut study epidemiologi dalam Anugrah (2016) menyatakan

penderita retinopati memiliki sebaran terbanyak pada rentang usia 20-60 tahun. 90

% pasien diabetes mellitus merupakan tipe 2, yang sering terjadi pada usia di atas

30 tahun dan semakin meningkat pada usia >45 tahun seiring terjadinya

degenerasi sel-sel tubuh secara fisiologis.


59

Berdasarkan tabel 5.4 lama menderita dari hasil penelitian sebagian besar

responden menderita 5 hingga 10 tahun sebanyak 19 orang (56%). Menurut

Mildawati (2019) komplikasi muncul setelah penyakit berjalan 10-15 tahun

karena lama menderita diabetes mellitus tipe 2 mengakibatkan glukosa dalam

darah menumpuk secara terus menerus sehingga berisiko terjadi komplikasi. hal

ini sejalan dengan penelitian Herrerangel dalam Mildawati (2019) bahwa lama

waktu seseorang mengalami diabetes mellitus seiring dengan komplikasi yang

sering muncul, artinya jika seseorang semakin lama mengalami diabetes maka

akan semakin tinggi pula kejadian komplikasi yang dialami oleh pasien. Menurut

pendapat penelitian bahwa sebagian besar orang yang mengindap diabetes atau

sudah terdiagnosis diabetes juga mengalami penyakit penyerta misalnya hipertensi

hal ini membuat seseorang lebih berisiko terkena komplikasi yang multiple karena

sudah ada bakat dari penyakit sebelumnya.

Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan hasil yang terkena komplikasi sebagian

besar berusia 51-60 tahun sebanyak 17 orang (50%). Menurut Ningrum (2019)

mengatakan bahwa faktor usia dapat memengaruhi penderita DM, DM akan

meningkat pada usia 40-60 tahun. Usia sangat erat kaitanya dengan kenaikan

kadar gula darah sehingga semakin menigkatnya usia maka prevalensi DM dan

gangguan toleransi glukosa semakin tinggi. Hal ini sejalan dengan Jiang and

Associate dalam Junianty (2017) mengatakan mayoritas pasien DM tipe 2 yang

mengalami komplikasi lebih banyak berusia lansia hal ini disebabkan adanya

proses penuaan sehingga memengaruhi kemampuan sel beta pankreas dalam

memproduksi insulin. Menurut penelilti dari fakta yang ditemukan sebagian besar

responden menderita DM berusia 51-61 tahun sebanyak 15 orang (80%) ternyata


60

rata-rata dari mereka terkena komplikasi dibanding mereka berusia dibawahnya,

karena semakin meningkatnya usia maka proses menua dalam kehidupan nya juga

mengalami perubahan baik secara anatomis, fisiologis, dan biokimiawi yang ada

dalam tubuh.

Berdasarkan tabel 5.1 Jenis kelamin didapat kan sebagian besar perempuan

sebanyak 27 orang (80%) menurut rahmadanti (2020) bahwa sebagian besar

perempuan yakni 58,4% mengalami siklus bulanan dan menopause yang berperan

dalam meningkatkan jumlah lemak tubuh menjadi mudah terkumpul. Lemak

dalam tubuh sering dikaitkan dengan resitensi insulin. Resistensi insulin

menyebabkan gula sulit masuk ke sel sehingga gula bertahan bertahan dalam

darah akibatnya perempuan lebih berisiko terjadi komplikasi lebih tinggi dbanding

laki-laki. Menurut pendapat peneliti bahwa sebagian besar terjadi pada perempuan

yang sudah tidak menstruasi lagi atau menopause dan mereka banyak dengan

berat badan berlebih atau obesitas sehingga banyak komplikasi yang timbul akibat

dari mekanisme dalam tubuh tidak maksimal bekerja dalam mengontrol gula

darah nya.

5.3.3 Hubungan self management diabetic dengan kejadian komplikasi

Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolic yang ditandai dengan

hiperglikemia karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.

Keadaan hiperglikemia pada penderita diabetes mellitus kronis berhubungan

dengan kerusakan jangka Panjang yang disebabkan gangguan makrovaskular dan

mikrovaskular. Teori Perkeni menyatakan bahwa diabetes dapat terkendali dengan

baik apabila self management diabetic dilaksanakan dengan baik dengan melihat
61

kadar gula darah stabil atau yang diharapkan, sehingga dapat mencegah terjadinya

komplikasi kronik. Selain aktivitas fisik, diet, farmakologi dan edukasi,

keteraturan control glukosa darah merupakan deteksi dini yang akan memberi

kesempatan untuk pengobatan dan pencegahan komplikasi yang efektif, sehingga

jika konsentrasi glukosa darah dapat dikendalikan dengan baik, diharapkan semua

komplikasi diabetes mellitus dapat dicegah atau dihambat.

Namun berdasarkan hasil perhitungan tabulasi silang yang didapat dari data

responden penderita diabetes mellitus tipe 2 di RW 06 Gumuyung Krembangan

Selatan Surabaya pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa hubungan self management

diabetic dengan kejadian komplikasi pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di

RW 06 Gumuyung Krembangan Selatan Surabaya didapatkan hasil yaitu

sebanyak 33 orang (99%) yang memiliki kategori SMD baik, 1 orang (1%)

dengan SMD sedang dan sebanyak 18 (53%) orang mengalami komplikasi, 16

(47%) orang tidak mengalami komplikasi. Berdasarkan hasil uji statistic Chi-

square menunjukkan bahwa nilai (p=0,339) hal ini menunjukkan bahwa

(p=>0,005) yang berarti tidak ada hubungan antara self management diabetic

(SMD) dengan kejadian komplikasi pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di RW

06 Gumuyung Krembangan Selatan Surabaya. Hal ini menjelaskan bahwa self

management diabetic baik sekali tetapi masih dapat mengalami komplikasi.

Menurut Musyarifah (2016) dengan judul penelitian faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian komplikasi pada penderita DM di rumah sakit ibnu

sina bahwa terdapat faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya komplikasi

meliputi lama menderita DM, IMT/Obesitas, dan jenis kelamin merupakan faktor

yang berhubungan dengan kejadian komplikasi diabetes mellitus. Self


62

managament diabetic baik sekali tidak menjamin individu tidak terkena

komplikasi. Hal ini sejalan dengan penelitian Widiasari (2021) ada beberapa

faktor yang mendasari yakni faktor yang tidak dapat dimodifikasi seperti usia,

jenis kelamin, lama menderita, riwayat keluarga menderita diabetes mellitus dan

riwayat kehamilan gestasional dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Jenis

kelamin wanita lebih berisiko karena dilihat secara fisik wanita memiliki selain itu

sindrom sebelum menstruasi dan setelah menopause dapat mengakibatkan

distribusi lemak tubuh terganggu sehingga mudah terakumulasi yang dapat

meningkatkan risiko wanita lebih banyak menderita DM tipe 2 dan pada

perempuan juga berpeluang lebih tinggi dalam peningkatan IMT (Indeks Massa

Tubuh).

Menurut Musyarifah (2016) Obesitas merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi timbulnya penyakit DM. Timbunan lemak akibat gemuk atau

obesitas akan menyebabkan resistensi insulin sehingga insulin tidak bekerja

dengan baik dan kadar gula darah bisa naik. Gemuk juga mempermudah

munculnya hipertensi dan lemak darah yang tinggi. Hal ini akan memicu

gangguan ginjal, sakit jantung, dan stroke. Orang gemuk yang menderita diabetes

lebih mudah terkena komplikasi. Hal ini sejalan dengan penelitian Fortuna et all

(2023) dengan judul faktor-faktor yang memengaruhi komplikasi pada pasien

diabetes mellitus di RSUD dr. Moewardi bahwa faktor yang memengaruhi

kejadian komplikasi dikarenakan faktor obesitas, jenis kelamin, dan juga lama

menderita. Menurut asumsi dari peneliti bahwa pada waktu mengambil data

peneliti sekaligus mengobservasi dan rata rata pasien DM nya sebagian besar

perempuan dengan berat badan lebih namun untuk hasil berat badan tidak
63

dicantumkan pada kuisioner karena tidak diteliti sehingga ditemukan dengan hasil

observasi dengan berat badan lebih responden juga mengalami komplikasi.

Menurunt PERKENI dalam Junianty (2017) mengatakan bahwa pasien yang

lama menderita >5 tahun akan berkaitan mengalami penurunan berbagai

mekanisme tubuh atau tubuh akan menyesesuaikan diri dalam memenuhi

kebutuhan glukosa terutama hati, otot dan otak. Hal ini disebabkan karena

hilangnya kemampuan untuk mensistensis protein sebagai target untuk berikatan

dengan reseptor. Sehingga hilangnya jaringan dan kelainan fungsi sel yang terjadi

dapat memicu komplikasi. menurut pendapat peneliti semakin individu lama

menderita DM, komplikasi akan muncul dan tidak bisa dicegah seiring

berjalannya waktu karena penurunan fungsi sel beta pancreas yang berdampak

pada produksi insulin yang akhirnya menimbulkan komplikasi sehingga

meningkatkan angka mortalitas maupun morbilitas tersebut.

Pendapat dari peneliti pada saat melakukan penelitian secara door to door

mayoriyas responden sudah sangat paham dalam melakukan self magament

diabetic nya namun hasil dari cek gula darah sebagian besar gula darah diatas

rentang normal dan ada yang di rentang normal akan tetapi masih disertai gejala

yang mengarah ke komplikasi. hal tersebut didukung oleh jurnal jurnal yang

ditemukan oleh peneliti bahwa SMD baik masih bisa berpeluang terkena

komplikasi karena ada faktor faktor yang tidak bisa di modifikasi dan yang

memengaruhi terjadinya komplikasi yakni faktor usia, lama menderita, berat

badan, jenis kelamin, riwayat penyakit keluarga atau terdahulu dan pengontrolan

gula darah. Karena responden sebagian besar perempuan menuju pra lansia

dengan berat badan lebih atau obesitas dan rata rata mengindap DM >5 tahun.
64

responden juga mengatakan rata rata mereka yang menderita diabetes mellitus

mempunyai penyakit bawaan sebelum di diagnosa DM seperti hipertensi,

kolestrol, penglihatan kabur, dan ada juga stroke. masih tidak bisa menerima nya

atas penyakit yang diderita nya.


65

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di RW 06 Gumuyung

Krembangan Selatan Surabaya Maret-April 2023 sebagai berikut :

1) Self management diabetic responden di RW 06 Gumuyung Krembangan

Selatan mayoritas dengan kategori baik sebayak 33 orang (99%).

2) Kejadian komplikasi responden di RW 06 Gumuyung Krembangan Selatan

Sebagian besar mengalami komplikasi sebanyak 18 orang (53%).

3) Uji SPSS Chi-square menunjukkan tidak ada Hubungan self management

diabetic dengan kejadian komplikasi pada penderita diabetes mellitus tipe 2

dengan nilai p= 0,339.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka saran dapat peneliti

berikan sebagai berikut :

1) Bagi Responden

Pasien diabetes mellitus tipe 2 diharapkan lebih waspada dengan

bertambahnya umur (>45tahun), karena pada usia tersebut sudah mulai rentan

terkena penyakit termasuk diabetes mellitus dan diharapkan agar bisa

melakukan kontrol kesehatan dengan tetap patuh menjalankan progam self

management diabetic dengan baik untuk meningkatkan kualitas hidup dan


66

tetap terjaga kesejahteraan kesehatannya dalam meminimalkan komplikasi

yang terjadi.

2) Bagi Tempat penelitian

Diharapkan penelitian ini memberikan masukan bagi tempat penelitian

dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang self management

diabetic khususnya bagi penderita yang mengalami komplikasi supaya lebih

ditekankan dalam Upaya promotive dan preventif untuk meningkatkan

kewaspadaan pada masyarakat tentang penyakit diabetes mellitus dengan

deteksi dini komplikasi.

3) Bagi Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meneliti factor-faktor yang

kejadian komplikasi pada penderita diabetes mellitus tipe 2.


DAFTAR PUSTAKA

ADA. (2021). Introduction: Standards of Medical Care in Diabetes-2022.


https://doi.org/10.2337/dc22-SINT
Agung Prabowo, N., Dwi Ardyanto, T., Hanafi, M., Dwi Aryani Kuncorowati,
N., Dyanneza, F., Apriningsih, H., & Tantri Indriani, A. (2021).
Peningkatan Pengetahuan Diet Diabetes, Self Management Diabetes dan
Penurunan Tingkat Stres Menjalani Diet pada Pasien Diabetes Mellitus
Tipe 2 di Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret Article Info. Jurnal
Warta LPM, 24(2), 285–296. http://journals.ums.ac.id/index.php/warta
Aini fuadi, S. (2018). Hubungan Pengelolaan Diabetes Mandiri Dengan
Kemampuan Deteksi Dini Hipoglikemia Pada Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Sumbersari Kabupaten Jember.
Apriyadi, P., & Budiharto, I. (2022). Hubungan Self Management Dengan
Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II : Literature
Review.
Arambewela, M. H., Somasundaram, N. P., Jayasekara, H. B. P. R.,
Kumbukage, M. P., Jayasena, P. M. S., Chandrasekara, C. M. P. H.,
Fernando, K. R. A. S., & Kusumsiri, D. P. (2018). Prevalence of Chronic
Complications, Their Risk Factors, and the Cardiovascular Risk Factors
among Patients with Type 2 Diabetes Attending the Diabetic Clinic at a
Tertiary Care Hospital in Sri Lanka. Journal of Diabetes Research, 2018.
https://doi.org/10.1155/2018/4504287
Dede Nasrullah. (2020). Etika Keperawatan.
Demir, S., Nawroth, P. P., Herzig, S., & Ekim Üstünel, B. (2021). Emerging
Targets in Type 2 Diabetes and Diabetic Complications. Advanced
Science, 8(18), 2100275. https://doi.org/10.1002/ADVS.202100275
Djoko Tjahjono, H. (2021). Self Management Diabetes Pada Pasien Diabetes
MelitusDengan Ulkus Diabetikum Di Puskesmas Jagir Surabaya.
Fatimah, R. N. (2015). Diabetes Melitus Tipe 2. In J MAJORITY | (Vol. 4).
Hartono, dodik. (2019). The Correlation of Self Care With Complications
Diabetes Mellitus at Patients Diabetes Mellitus Type II In Internal
Medicine Poly at Doctor Mohamad Saleh Hospital in Probolinggo City. In
Journal of Nursing Care & Biomolecular (Vol. 4, Issue 2).
Ibrahim, andi, haq alang, asrul, madi, baharuddin, aswar ahmad, muhammad, &
darmawati. (2018). Metodologi Penelitian. Gunadarma Ilmu, 1.
Intenational Diabetes Federation. (2022, July 7). What is diabetes. IDF.
https://idf.org/aboutdiabetes/what-is-diabetes.html

67
Kartika, T. (2019). Hubungan Antara Diabetes Self-Management Dengan
Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Di UPT Puskesmas
Babakan Sari Kota Bandung.
Laili, Nurul. (2017). Hubungan Diabetes Self-Management Dengan Kualitas Hidup
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di RS Amelia Pare Kediri.
Lestari, Zulkarnain, & ST, A. (2021). Diabetes Melitus: Review Etiologi.
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb
M Rizki, A. (2019). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Self-management.
http://repository.radenfatah.ac.id/5368/3/BAB%20II.pdf
Mustarim, S. W., Nur, B. M., & Azzam, R. (2019). Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Self Management pada Pasien DM Tipe II. Journal of Telenursing
(JOTING), 1(2), 364–375. https://doi.org/10.31539/joting.v1i2.838
Nanayakkara, N., Curtis, A. J., Heritier, S., Gadowski, A. M., Pavkov, M. E., Kenealy,
T., Owens, D. R., Thomas, R. L., Song, S., Wong, J., C-N Chan, J., O-Y Luk, A.,
Penno, G., Ji, L., Mohan, V., Amutha, A., Romero-Aroca, P., Gasevic, D.,
Magliano, D. J., … Zoungas, S. (n.d.). Impact of age at type 2 diabetes mellitus
diagnosis on mortality and vascular complications: systematic review and meta-
analyses. https://doi.org/10.1007/s00125-020-05319-w/Published
Ode Sri Asnaniar, W. (2019). Hubungan Self Care Management Diabetes dengan
Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Tipe. Jurnal Penelitian Kesehatan
“SUARA FORIKES” (Journal of Health Research “Forikes Voice”), 10(4), 295–
298. https://doi.org/10.33846/SF10410
Patty, Y. F. P. P., Mufarrihah, & Nita, Y. (2021). Cost of illness of diabetes mellitus in
Indonesia: A systematic review. Journal of Basic and Clinical Physiology and
Pharmacology, 32(4), 285–295.
https://doi.org/10.1515/JBCPP-2020-0502/DOWNLOADASSET/SUPPL/J_JBCP
P-2020-0502_SUPPL.DOCX
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia ( PERKENI ). (2021). PEDOMAN
PENGELOLAAN DAN PENCEGAHAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DEWASA
DI INDONESIA-2021 PERKENI i Penerbit PB. PERKENI.
Puspita Ningrum, T. , al fatih, H. , &, & Orlin Siliapantur, H. (2019). Faktor- Faktor
Yang Memengaruhi Manajemen Diri Pasien DM Tipe 2. Jurnal Keperawatan
BSI, 7.
Schmitt, A., Gahr, A., Hermanns, N., Kulzer, B., Huber, J., & Haak, T. (2013). The
Diabetes Self-Management Questionnaire (DSMQ): development and evaluation
of an instrument to assess diabetes self-care activities associated with glycaemic
control. https://doi.org/10.1186/1477-7525-11-138

68
Setiawan, M. D., & Susilawati, S. (2022). Pengaruh program diabetes self
manajemen education pada pasien diabetes melitus tipe 2 di indonesia (a:
systematic review). Nautical : Jurnal Ilmiah Multidisiplin Indonesia, 1(3),
132–138. https://doi.org/10.55904/NAUTICAL.V1I3.211
Sholikhah, A., Widiarini, R., Ari Wibowo, P., STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun,
K., Masyarakat Jl Taman, K., No, P., Taman, K., Madiun, K., & Jawa Timur, P.
(2021). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dan Perilaku Self-Management
Dengan Tingkat Stres Menjalani Diet Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di
Kelurahan Nambangan Lor Kecamatan Manguharjo Kota Madiun. J-KESMAS:
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(2), 106–113.
https://doi.org/10.35329/JKESMAS.V6I2.1874
Siwi, D., Putri, R., Yudianto, K., & Kurniawan, T. (2013). Perilaku Self-Management
Pasien Diabetes Melitus (DM) Self-Management Behaviour of Patient with
Diabetes Mellitus (DM) (Vol. 1).
Suryana. (2010). METODOLOGI PENELITIAN.
Wahyu, D., Jurusan, H. , Kesehatan, I., Keolahragaan, I., Disetujui, D., &
________________ D. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kepatuhan Dalam Pengelolaan Diet Pada Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus
Tipe 2 Di Kota Semarang. In JhE (Vol. 2, Issue 2).
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jhealthedu/
Widiasari, K. R., Made, I., Wijaya, K., & Suputra, P. A. (2021). DIABETES
MELITUS TIPE 2: FAKTOR RISIKO, DIAGNOSIS, DAN TATALAKSANA.
Ganesha Medicina, 1(2), 114–120. https://doi.org/10.23887/GM.V1I2.40006
Windani, C., Abdul, M., & Rosidin, U. (2019). Gambaran Self-Manajaemen Pada
Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Di Puskesmas Tarogong Kabupaten Garut. In
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia (Vol. 15, Issue 1).
 

69
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian

70
71

Lampiran 2 Surat Balasan


Surabaya, 28 Februari 2023
Hal. Ijin penelitian mahasiswa STIKes William Booth Surabaya

Kepada Yth,
Ketua STIKes William Booth Surabaya
Surabaya
Dengan hormat,
Sehubungan dengan permohonan diatas kami dari ketua RW 06 Gumuyung
Krembangan Selatan Surabaya menerima dan memberikan ijin kepada :

No. Nama Mahasiswa NIM Judul Penelitian


1. Anggi Trisna Sari 2019.01.003 Hubungan self management
diabetic dengan kejadian
komplikasi pada penderita
diabetes mellitus tipe 2 di RW 06
Gumuyung Krembangan Selatan
2. Shin Fambrene 2019.01.016 Pengaruh senam kaki diabetes
mellitus terhadap penurunan
resiko terjadinya ulkus
diabetikum pada penderita
diabetes mellitus tipe 2
3. Jamila Amir 2018.01.010 Hubungan dukungan keluarga
dengan kepatuhan diet pada
pasien diabetes mellitus

Untuk pengambilan data dan penelitian di RW 06 Gumuyung Krembangan


Selatan Surabaya.
Demikian jawaban dari kami dan terima kasih.

Kepada,
Ketua RW 06 Gumuyung

71
72

Lampiran 3 Surat Lolos Uji Etik

72
73

Lampiran 4 Lembar permohonan menjadi responden

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RSPONDEN

Kepada Yth.

Calon responden penelitian

Di tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Anggi Trisna Sari

Status : Mahasiswa S1 Keperawatan STIKes William Booth Surabaya

NIM : 2019.01.003

Saat ini sedang mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Self


Management Diabetic dengan kejadian komplikasi pada penderita diabetes
mellitus type 2 di RW 06 gumuyung krembangan selatan surabaya”.
Penelitian ini tidak berbahaya dan tidak merugikan bpk/ibu sebagai responden.
Prosedur penelitian ini berlangsung selama 1 hari, berupa pengisian lembar
kuisioner self management diabetic dan komplikasi.
Oleh karena itu saya mohon kehadiran bpk/ibu untuk menjadi responden.
Kerahasiaan semua informasi yang telah anda berikan kepada saya, akan saya jaga
dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian saja.
Atas bantuan dan Kerjasama yang telah diberikan, saya ucapkan terima
kasih

Surabaya, februari 2023

Peneliti

Anggi Ts

73
Lampiran 5 Lembar persetujuan menjadi responden

SURAT PERNYATAAN
BERSEDIA MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
(INFORMED CONCENT)
No. Kode responden (Diisi oleh peneliti)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : ……………………………..
Jenis kelamin : ……………………………..
Usia : …………………………….
Alamat : …………………………….
No. telepon : …………………………….
Telah mendapatkan penjelasan dan secara sukarela serta penuh kesadaran
menyatakan bersedia/tidak bersedia *) menjadi responden penelitian dengan judul “
Hubungan Self Manajemen Diabetik Dengan Kejadian Komplikasi (akut dan kronis) Pada
Penderita Diabetes Mellitus type 2 Di rw 06 gumuyung krembangan selatan surabaya”.
1. Bersedia untuk meluangkan waktu untuk diwawancarai
2. Memberikan informasi yang benar dan sejujurnya terhadap apa yang diminta atau
dinyatakan oleh peneliti
3. Bersedia menjadi responden penelitian.
Keikutsertaan saya ini sukarela tidak ada unsur paksaan dari pihak manapun.
Demikian surat pernyataan ini saya buat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Surabaya, 2023
Peneliti Responden

Anggi Trisna Sari ( )


2019.01.003

74
Lampiran 6

KUISIONER SELF MANAGEMENT DIABETIC


Pernyataan berikut ini mendeskripsikan aktivitas perawatan diri yang terkait
dengan diabetes anda. Berdasarkan diri anda selama 8 minggu terakhir, silahkan
tentukan sejauh mana anda menerapkan setiap pernyataan. Petunjuk Pengisian:
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda cek list (√) pada
kolom yang tersedia (Aini fuadi, 2018).

A. Identintas Responden
1. Nama responden :
2. Alamat responden :
3. Umur responden : ………. tahun
4. Jenis kelamin : a. Laki – laki
b. Perempuan
5. Pendidikan responden : a. Tidak sekolah
b. Tidak tamat SD
c. Tamat SD/MI
d. Tamat SMP/SLTP
e. Tamat SMA/SLTA
f. Diploma
g. Sarjana (S1,S2, dan S3)
6. Pekerjaan responden : a. Tidak bekerja
b. Petani
c. Buruh
d. Wiraswasta
e. PNS/ABRI
f. Lainnya …
7. Apakah anda mengalami a. Tidak
komplikasi? b. Ya
8. Komplikasi DM apa yang anda a. Hipoglikemia
derita ? b. Hiperglikemia

75
(ketoasidosis diabetik dan
koma hyperosmolar
nonketotic/HHS
c. Retino diabetik
d. Neuropati diabetik
e. Nefropati
f. Jantung coroner
g. Stroke
h. Gagal ginjal
i. Lainnya ….
Jawab :

B. Lama Menderita DM
1. Sejak kapan anda didiagnosa
menderita diabetes mellitus?
2. Sejak kapan anda dinyatakan ……. Tahun
mengalami komplikasi diabetes
mellitus?

No Pernyataan Selalu Sering Jarang Tidak


(3) (2) (1) pernah
(0)
1. Saya memeriksa kadar
gula darah secara teliti
dan hati-hati.
2. Makanan yang saya
konsumsi memudahkan
mencapai kadar gula
darah normal
3. Saya mematuhi seluruh
anjuran dokter dalam
penanganan diabetes.
4. Saya minum obat
diabetes (misalnya tablet
atau insulin) sesuai
anjuran yang diberikan
oleh dokter.
5. Kadangkala saya

76
memakan banyak
makanan yang manis
atau makanan yang kaya
karbohidrat.
6. Saya memeriksa kadar
gula darah dengan
menggunakan alat
pengukur kadar glukosa
darah secara teratur,
mencatat hasil cek gula
darah serta melihat
perkembangan hasilnya.
7. Saya cenderung
menghindari
pemeriksaan dokter yang
berkaitan dengan
diabetes.
8. Saya melakukan latihan
fisik secara teratur untuk
mencapai kadar gula
darah normal.
9. Saya menuruti anjuran
makanan yang boleh
dimakan dan yang tidak
boleh dimakan oleh
dokter.
10. Saya tidak terlalu sering
memeriksakan kadar
gula darah yang
seharusnya diperlukan
untuk mengetahui
kontrol kadar gula darah
yang bagus.
11 Saya menghindari
aktifitas fisik seperti
olahraga, padahal saya
paham dengan
melakukan olahraga
dapat memperbaiki
penanganan diabetes.
12. Saya cenderung lupa
atau melewatkan
pengobatan diabetes
yang diberikan dokter
(misalnya insulin dan
tablet).
13. Kadangkala saya makan
secara berlebihan (tidak

77
dipicu oleh
hipoglikemia)
14. Terhadap penanganan
diabetes atas diri saya,
saya perlu menjumpai
praktisi pengobatan
secara lebih sering
15. Penanganan diabetes atas
diri saya buruk.
16 Saya cenderung
melewatkan aktifitas
fisik yang telah
direncanakan
sebelumnya
(Diadaptasi dari Andreas Schmitt, Annika Gahr, Norbert Hermanns, Josrg Huber,
Thomas Haak, dan Bernhard kulzer, 2013)

Pernyataan positif : 1,2,3,4,6,8,9,14

Pernyataan negative : 5,7,10,11,12,13,15,16

78
Lampiran 7

LEMBAR OBSERVASI KOMPLIKASI

Pernyataan ini mendeskripsikan tentang tanda gejala komplikasi pada penderita


Diabetes mellitus type 2. Silahkan tentukan sejauh mana anda mengalami tanda
gejala tersebut di setiap pernyataan. Petunujuk pengisian : Jawablah pertanyaan
dibawah ini dengan memberikan tanda cek list (√) pada kolom yang tersedia.

ADA : Jika mengalami tanda gejala. dengan skor nilai 0

TIDAK : Jika tidak mengalami tanda gejala. dengan skor nilai 1

No. Tanda klinis Hasil cek ADA TIDAK


GDA (0) (1)
1. Saya mengalami tanda dan gejala
tubuh gemetar dan berkeringat
dingin
2. Saya mengalami tanda dan gejala
sensasi kebas pada jari-jari tangan
dan kaki
3. Saya mengalami tanda dan gejala
penglihatan kabur
4. Saya mengalami tanda dan gejala
apabila terdapat luka sulit sembuh
5. Saya mengalami tanda dan gejala
pembengkakan pada pergelangan
kaki atau tangan
6. Saya mengalami tanda dan gejala
mudah merasa Lelah
7. Saya mengalami tanda dan gejala
berat badan turun secara drastis
8. Saya mengalami tanda dan gejala
mual dan muntah secara tiba tiba
9. Saya mengalami tanda dan gejala
kehilangan nafsu makan tanpa
disadari
10. Saya mengalami tanda dan gejala
kesemutan pada tangan atau kaki
11. Saya mengalami tanda dan gejala
disfungsi seksual.
12. Saya mengalami tanda dan gejala
gatal-gatal pada area kulit tubuh
tanpa disadari

79
13. Saya mengalami tanda dan gejala
kepala pusing tiba-tiba
14. Saya mengalami tanda dan gejala
jantung berdetaj cepat tanpa
disadari
15. Saya mengalami tanda dan gejala
frekuensi buang air kecil tidak
teratur
16. Saya mengalami tanda dan gejala
insomnia berkepanjangan atau
sulit tidur.

80
Lampiran 8

No. Res 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Jumlah % Kategori

1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 100% baik

2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 100% baik

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 100% baik

4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 100% baik

5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 100% baik

6 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 100% baik

7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 100% baik

8 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 100% baik

9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 100% baik

10 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 100% baik

11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 100% baik

12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 100% baik

13 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 100% baik

14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 100% baik

15 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 100% baik

16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 100% baik

17 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 100% baik

18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 100% baik

19 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 100% baik

20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 100% baik

21 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 100% baik

22 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 100% baik

23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 100% baik

24 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 100% baik

25 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 100% baik

26 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 100% baik

27 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 100% baik

28 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 100% baik

29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 100% baik

30 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 100% baik

31 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 100% baik
81
32 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 100% baik

33 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 100% baik
Keterangan :
3 : SMD baik
2 : SMD sedang
1 : SMD buruk

82
Lampiran 9

KOMPLIKASI

No.Res 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 jumlah persenta

1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16

3 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15

4 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15

5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16

6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16

7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16

8 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15

9 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15

10 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15

11 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15

12 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15

13 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15

14 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15

15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16

16 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15

17 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15

18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16

19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 15

20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16

21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16

22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16

23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16

24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16

25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16

26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16

83
27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16

28 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15

29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16

30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16

31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16

32 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 14

33 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 11

34 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 12

Keterangan :
1 = Tidak ada komplikasi
0 = Ada Komplikasi

84
Lampiran 10 Lembar konsul
No. Tanggal Saran/Perbaikan T.T
Pembimbing
1. Jumat, 11-11- Diskusi masalahs
2023

Pak.Hendro
2. Selasa, 22-11- Membaca hasil penelitian terkait
2022 masalah yang dijumpai

Bu.Budi
3. Kamis,24-11- Mencari jurnal pada self management
2022 diabetic dikaitkan dengan kejadian
komplikasi DM Tipe 2 (yang > 17th)
focus pada 5 pilar yang paling lemah
dan dapat di kategorikan dg kadar gula. Pak.Hendro
4. Jumat,25-11- Cari jurnal tentang komplikasi DM tipe
2022 2

Bu.Budi
5. Jumat, 2-12- ACC Judul : Hubungan self
2022 managemen diabetic dengan kejadian
komplikasi akut dan kronik pada
penderita diabetes mellitus type 2 .
lanjut susun Bab 1 Pak.Hendro
6. Rabu,7-12- Perbaiki latar belakang, dan lengkapi
2022 Bab 2

Bu.Budi
7. Jumat, 9-12- Perbaiki LB : Introduksi-justifikasi-
2022 konsep solusi.

Bu.Budi
8. Kamis,15-12- Perbaiki Bab 1 dan lengkapi Bab 2
2022

Bu.Budi
9. Jumat,16-12- Perbaiki Bab 1, lengkapi Bab 2 dan
2022 lanjut Bab 3
Pak. Hendro
10. Rabu,04-01- Melengkapi Bab 1- Bab 4 dan
2023 memperbaiki kuisioner SMD

Pak.Hendro
11. Selasa,07-02- Perbaiki sesuai arahan konsul. ACC
2023 Maju Sidang Proposal

Pak.Hendro
12. Selasa,07-02- Perbaiki kerangka konsep, kerangka

85
2023 kerja dan DO. ACC Sidang Proposal

Bu.Budi
13. Rabu,15-02- Perbaiki introduksi-kronologis-konsep
2023 solusi-kerangka konsep-kerangka kerja-
DO dan kuisioner
Bu.Budi
14. Senin,20-02- Tambahkan di Bab 1 untuk data study
2023 pendahuluan dan perbaiki kerangka
konsep.
Pak.Hendro
15. Senin,20-02- Proposal sudah direvisi sesuai diskusi
2023 penguji sempro – lanjut pengumpulan
data.
Pak Hendro
16. Rabu, 08-03- Proposal sudah direvisi sesuai solusi
2023 penguji sempro – lanjut pengumpulan
data Pak Hendro
17. Kamis, 04-05- Perbaiki DO, Pengumpulan data dan
2023 lanjut pembahasan
Bu Budi
18.
19.
20.
21.
Pembimbing 1 Pembimbing 2

(Pak. Hendro) (Bu.Budi)

86
Lampiran 11
BERITA ACARA
PERBAIKAN SIDANG SKRIPSI

NAMA : Anggi Trisna Sari


NIM : 2019.01.003
PRODI : S1 Keperawatan STIKes William Booth Surabaya
No Penguji Masukan/Perbaikan TT
.
1.
2.
3.
4.

Surabaya,13 Juli 2023

Mengetahui

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Hendro tjoko tjahjono, M.Kep.Ns.,Sp.Kep.MB Budi Artini, S.Kep.Ns.,M.Kep


NIDN. 0702027502 NIDN. 0701107601

87
Lampiran 12 dokumentasi

88

Anda mungkin juga menyukai