Anda di halaman 1dari 13

BAB 5

HASIL PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan

antara pola asuh orang tua dengan kecerdasan emosional anak SDN Gondanglegi

Kulon 02.

Data umum menampilkan gambaran lokasi penelitian data demografi responden

dalam bentuk tabel yang meliputi usia responden dan jenis kelamin. Data khusus

menampilkan hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel untuk mengetahui

hubungan pola asuh orang tua terhadap kecerdasan emosional anak maka dilakukan

uji statistik yaitu uji sperman, pada bagian berikutnya akan disajikan pembahasan dari

hasil penelitian yang menyatakan hubungan antara pola asuh orang tua terhadap

kecerdasan emosional anak

5.1 Karakteristik Tempat Penelitian

Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai hubungan pola orang tua

terhadap kecerdasan emosional anak. SDN Gondanglegi Kulon 2 kota Malang berada

dibawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. SDN Gondanglegi

Kulon 02 beralamat Jalan Hayam Wuruk nomor 63 RT 2 RW 1 Desa Gondanglegi

Kulon kecamatan Gondanglegi kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur dengan luas

tanah 10602 meter yang dipimpin oleh Subandi S.Pd, M.Si. Terdapat pelayanan

kesehatan dari sekolah yaitu UKS yang mengelola ialah guru sendiri, selain itu ada

juga pelayanan kesehatan yaitu RSI Gondanglegi jaraknya ± 1 km dari sekolah dan

jarak puskesmas ke sekolah ± 2 km. SDN Gondanglegi Kulon 02 mempunyai


ekstrakurikuler yaitu Pramuka dan dan ekstrakulikuler drumband, dengan sarana dan

prasarana 9 ruangan dengan kondisi baik diantaranya adalah 6 ruang kelas, 1 kantor

guru, 1 perpustakaan dan 1 gudang serta memiliki toilet yang memiliki sanitasi

lingkungan yang cukup baik, kantin, tempat parkir dan halaman atau taman, berakses

internet. Terdapat 12 guru dengan jumlah seluruh siswa laki-laki 121 dan siswa

perempuan 98. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 12 April 2022 dengan jumlah

responden 23 orang dari kelas 5 dan 6.

5.2 Hasil Penelitian

5.2.1 Data Umum

5.2.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

5.2.1.2 Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden SDN Gondanglegi

Kulon 02 berdasarkan usia.

No Usia Frekuensi Presentase


Usia anak
1 10 tahun 5 11%
2 11 tahun 16 35 %
3 12 tahun 18 39 %
4 13 tahun 7 15%
Usia ayah
1. 30 _ 35 27 59 %
2. 36 _ 40 11 24 %
3. 41 _ 50 5 11 %
4 >50 3 6%
Usia ibu
1. 30 _ 35 39 85 %
2. 36 _ 40 5 11 %
3. 41 _ 50 2 4%
4. >50 0 0
( Data Primer 2022 )

Berdasarkan tabel 5.1 Tampak sebagian besar yaitu 18 orang (39%) responden
berusia 12 tahun. Sedangkan sebanyak 16 orang (35%) responden berusia 11 tahun,

sebanyak 7 orang (15%) responden berusia 13 tahun dan sebanyak 5 orang (11% )

reponden berusia 10 tahun. Tampak sebagian besar usia orang tua (ayah) yaitu 27

orang (59%) responden berusia 30 _ 35 tahun, Sedangkan sebanyak 11 orang (24%)

responden bersuia 36 _ 40 tahun, sebanyak 5 orang (11%) responden berusia 41 _

50 tahun dan sebanyak 3 orang (6% ) reponden berusia >50 tahun. Tampak sebagian

besar usia orang tua (ibu ) yaitu 39 orang (85%) responden berusia 30 _ 35 tahun,

Sedangkan sebanyak 5 orang (11%) responden bersuia 36 _ 40 tahun, sebanyak 2

orang (0%) responden berusia 41 _ 50.

5.2.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis kelamin

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden SDN Gondanglegi Kulon 02

berdasarkan jenis kelamin.

Jenis kelamin Jumlah Presentase (%)


Laki laki 26 56 %
Perempuan 20 44 %
Total 46 100 %

(Data Primer 2022)

Berdasarkan tabel 5.2 Tampak sebagian besar yaitu 26 orang (56%) responden

berjenis kelamin laki lak, sedangkan sebanyak 20 orang (44%) responden berjenis

kelamin perempuan.

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi karakteristik responden SDN Gondanglegi Kulon 02

berdasarkan pekerjaan.
No Pekerjaan Frekuensi Presentase
Pekerjaan ayah
1. PNS 9 19 %
2. Wiraswasta 31 67 %
3. Petani 2 5%
4. Swasta 4 9%
Pekerjaan ibu
1. PNS 11 24 %
2. Wiraswasta 21 46 %
3. Buruh 10 22 %
4. IRT 4 8%

(Data Primer 2022)

Berdasarkan tabel 5.3 Tampak sebagian besar pekerjaan orang tua (ayah)

yaitu 31 orang (67%) responden bekerja sebagai wiraswasta. Sedangkan sebanyak 9

orang (19%) responden bekerja sebagai PNS, sebanyak 4 orang (9%) responden

bekerja sebagai swasta dan sebanyak 2 orang (5% ) reponden bekerja sebagai petani.

Tampak sebagian besar pekerjaan orang tua (ibu) yaitu 31 orang (67%) responden

bekerja sebagai wiraswasta. Sedangkan sebanyak 11 orang (24%) responden bekerja

sebagai PNS, dan sebanyak 10 orang (22%) responden bekerja sebagai buruh, dan

sebanyak 4 orang (8% ) reponden bekerja sebagai IRT.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden SDN Gondanglegi

Kulon 02 Berdasarkan Pendidikan Orang Tua.

No Pendidikan Frekuensi Presentase


Pendidikan ayah
1. SD 4 8%
2. SMP 7 14 %
3. SMA 28 60%
4. Sarjana 9 19%
Pendidikan ibu
1. SD 0 0
2. SMP 7 16 %
3. SMA 31 67 %
4. Sarjana 8 17 %
(Data Primer 2022)

Berdasarkan tabel 5.4 Tampak sebagian besar pendidikan ayah yaitu 28 orang

(60%) responden berpendidikan SMA. Sedangkan sebanyak 9 orang (19%)

responden berpendidikan Sarjana, sebanyak 7 orang (14%) responden berpendidikan

SMP, dan sebanyak 4 orang (8% ) reponden berpendidikan SD. Tampak sebagian

besar pendidikan ibu yaitu 31 orang (67%) responden berpendidikan SMA.

Sedangkan sebanyak 7 orang (16%) responden berpendidikan SMP, dan sebanyak 8

orang (17%) responden berpendidikan Sarjana.

5.2.2 Data Khusus

5.2.2.1 Pola Asuh Orang Tua

Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pola Asuh Orang Tua Di SDN

Gondanglegi Kulon 02.

Pola asuh orang tua Jumlah Presentase


Demokratis 39 85 %
Otoriter 6 13 %
Permissive 1 2%
Total 46 100%

Berdasarkan tabel 5.4 Tampak sebagian besar yaitu 39 orang (85%) responden

memiliki pola asuh orang tua demokratis. Sedangkan sebanyak 6 orang (13%)

responden memiliki pola asuh orang tua otoriter, dan sebanyak 1 orang (2%)

responden memiliki pola asuh orang tua permissive.

Tabel 5.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Kecerdasan Emosional Anak Di

SDN Gondanglegi Kulon 02.


Kecerdasan emosional Jumlah Presentase
anak
Kecerdasan emosional 10 22 %
tinggi
Kecerdasan emosional 36 78 %
rendah
Total 46 100%
Berdasarkan tabel 5.6 Tampak sebagian besar yaitu 36 orang (78%) responden

memiliki kecerdasan emosional rendah , sedangkan sebanyak 10 orang (22%)

responden memiliki kecerdasan emosional tinggi.

Tabel 5.7 Tabulasi Silang Pola Asuh Orang Tua Dengan Kecerdasan Emosional Anak

No Pola asuh orang Kecerdasan emosional Jumlah


tua Tinggi Rendah
1 Demokratis 6 (13,0%) 33 (71,1%) 39 (84,8%)
2 Otoriter 3 (6,5%) 3 (6,5%) 6 (13,0 %)
3 permissive 1 (2,2 %) 0 1 (2,2 %)
Total 10 (21,1 %) 36 (78,3 %) 46 (100,0
%)
p = 0,011

Berdasarkan tabel 5.7 Dari tabulasi silang di atas tampak bahwa pola asuh

orang tua demokratis terdapat ada 39 siswa (84,4%) responden yang memiliki

kecerdasan emosional rendah 33 siswa (71,1%) sedangkan kecerdasan emsosional

tinggi 6 siswa (6,5%) responden. Pola asuh orang tua otoriter 6 siswa dengan

memiliki kecerdasan emsoional rendah 3 siswa (6,5%) responden tinggi sedangkan

kecerdasan emsosional tinggi 3 siswa (6,5%). Pola asuh orang tua permissive dengan

kecerdasan emsoional rendah 1 orang (2,2%) responden. Dari hasil uji sperma

didapatkan hasil p = 0,011 dengan kemaknaan p> 0,05 yang berarti H0 diterima atau

tidak ada hubungan secara signifikan antara pola asuh orang tua dan kecerdasan
emosional anak.

5.3 Pembahasan Hasil Penelitian

5.3.1 Pola Asuh Orang Tua

Pada tabel 5.5 yang didapatkan dari 46 responden di SDN

Gondanglegi Kulon menunjukkan bahwa sebagian besar yaitu 39 orang

(85%) responden memiliki pola asuh orang tua demokratis. Sedangkan

sebanyak 6 orang (13%) responden memiliki pola asuh orang tua otoriter, dan

sebanyak 1 orang (2%) responden memiliki pola asuh orang tua permissive.

Menurut Dariyo (2011) pola asuh demokratis gabungan antara pola asuh

permissive dan otoriter dengan tujuan untuk menyeimbangkan pemikiran,

sikap, dan tindakan antra anak dan orang tua. Dengan ini anak mampu

mengembangkan kontrol terhadap perilakunya sendiri dengan hal hal yang

dapat diterima oleh masyarakat. Selanjan dengan penelitian Zen & Novita

(2018) menyatakan bahwa terdapat hubungan pola asuh orang tua terhadap

kecerdasan emosional siswa kelas IV SDN 1 Menganti tahun 2021/2022.

Pola asuh orang tua demokratis memiliki kelebihan yaitu menjadikan anak

sebagai seorang individu yang mempercayai orang lain, bertanggungjawab

terhadap tindakannya, tidak munafik, dan jujur sedangkan kekurangan dari

pola asuh demokratis yaitu menjadikan anak cenderung mendorong

kewibawaan otoritas orang tua, bahwa segala sesuatu harus dipertimbangkan

antara anak dan orang tua. Metode yang digunakan orang tua dalam
menerapkan pola asuh demokratis yaitu penjelasan, diskusi, komunikasi dan

penalaran untuk membantu anak mengerti. Berdasarkan tabel 5.3 diatas

ditemukan sebagian besar orang tua dengan pekerjaan ayah wiraswasta (67%)

ibu (46%), dan diikuti oleh pekerjaan ayah PNS (19%) ibu (24%). Pendidikan

kedua orang tua lulusan SMA ayah (60%), ibu (67%).

Menurut Hurlock (2012 ) faktor fator yang dapat mempengaruhi pola

asuh orang tua adalah pekerjaan, usia anak dan orang tua, jenis kelamin,

tingkat pendidikan orang tua, pola asuh yang diterima orang tua waktu masih

anak anak, kelas sosial, konsep tentang peran orang tua, kepribadian orang tua

dan anak, dan faktor nilai yang dianut orang tua. Maka dari data diatas

menunjukan pekerjaan merupakan faktor utama dalam pemberian

pengasuhan. Yulihasri, dkk (2021) menyatakan adanya pengaruh pola asuh

berdasarkan pekerjaan orang tua terhadap karakter mandiri anak. Pengaruh

pendidikan orang tua dalam mendidik anak adalah upaya membantu anak,

supaya anak itu kelak mendapat kebagiaan batin yang sedalam dalamnya yang

dapat tercapainya olehnya dan tidak menggangu orang lain Hoogveld (2011).

Namun pada tabel diatas tidak sesuai dengan dengan teori dikarenakan orang

tua menerapkan pola asuh demokratis dan sejalan dengan penelitian Khodijah,

(2018) mengatakan tidak ada perbedaan yang signifikan religius antara remaja

yang memiliki orang tua perpendidikan tinggi dengan yang memiliki

pendidikan rendah. Factor usia orang tua biasanya orang tua muda cebderung

lebih demokratis dan permissive bila dibandingkan dengan orang tua yang

berusia muda. Pada umumnya ibu akan lebih mengerti dan dekat dengan anak
cenderung kurang otoriter dibandingkan dengan bapak, orang tua pada

umumnya akan lebih keras terhadap anak perempuannya daripada anak laki

laki, usia anak dapat mempengaruhi tuga tugas pengasuhan, perkembangan

dan harapan orang tua.

Maka dapat disimpulkan diatas bahwa pola asuh orang tua demokratis

yang sangat baik namun dapat memunculkan kecerdaan emosional rendah

dikarenakan faktor pekerjaan, pendidikan usia anak dan orang tua, serta jenis

kelamin orang tua. Maka berdasarkan faktor tersebut pendidikan dan usia

orang tua tidak memiliki hubungan karena pendidikan orang tua terbanyak

lulusan SMA serta usia orang tua yang cukup muda lebih cenderung

mengasuh anaknya dengan pola asuh demokratis namun pada pekerjaan orang

tuadapat disimpulkan bahwa orang tua yang sibuk bekerja, kurang dapat

menbagi waktu bersama anak untuk berdiskusi atau kurangnya hubungan

komunikasi intrapersonal antara anak dan orang tua menjadi berkurang.

Kurangnya perhatian orang tua pada anak akan menyebabkan penyimpangan

perilaku anak seperti : membolos, sering bertengkar, menggangu teman,

mencuri, dan membuat gaduh dikelas hal ini bisa dilihat karena adanya

keinginan anak untuk memperoleh perlindungan, dukungan, dan asuhan dari

orang tua yang bukan hanya kebutuhan finansial namun orang tua dapat

memenuhi kebutuhan atau kedakatan dengan anak melalui psikis dan fisik.
5.3.2 Kecerdasan Emosional Anak

Pada tabel 5.6 sebagian besar yaitu 36 orang (78%) responden

memiliki kecerdasan emosional rendah, sedangkan sebanyak 10 orang (22%)

responden memiliki kecerdasan emosional tinggi. Pembentukan kecerdasan

emosional pada anak ditentukan oleh 2 faktor yaitu fakor internal dan factor

eksternal. Factor internal yang mempengaruhi adalah kondisi jasmani, dan

psikologi anak. Sedangkan factor eksternalnya berupa stimulus dan

lingkungan termasuk pola asuh orang tua (Hidayah et al.,2013). Menurut Hein

(dalam Solihudien, 2020:82) mengemukakan bahwa kecerdasan emosional

merupakan bentuk kecerdasan yang berkaitan dengan sisi emosi dalam

kehidupan individu, seperti kemampuan menghargai dan mengelola emosi

diri dan orang lain , memotivasi diri seseorang dan mengatasi hubungan

dalam diri individudengan seseorang secara efektif. Sejalan penelitian dari

Karomah dkk (2022) mengatakan ada hubungan pola asuh orang tua terhadap

kecerdasan emosional siswa.

Ciri seseorang yang memiliki kecerdasan emosi tinggi yaitu dapat

bersosialisasi dengan baik mudah bergaul dan jenaka tidak mudah takut dan

gelisah berkemampuan besar untuk melibatkan diri dengan orang-orang atau

permasalahan bertanggung jawab, mempunyai pandangan moral, simpatik

pemahangat dalam berhubungan merasa nyaman dengan dirinya sendiri

dengan orang lain titik jadi seorang anak memiliki kecerdasan emosional yang

tinggi anak tersebut akan lebih disenangi orang lain, pandai bergaul, dapat

diterima semua orang, mandiri dan percaya diri. Pada tabel 5.5 menyatakan
pola asuh orang tua paling banyak yaitu demokratis namun kecerdasaan

emosional yang muncul yaitu kecerdasaan emosional rendah hal tersebut

dikarenakan pekerjaan orang tua yang dapat dilihat pada tabel 5.3 diatas

ditemukan sebagian besar orang tua dengan pekerjaan ayah wiraswasta (67%)

ibu (46%), dan diikuti oleh pekerjaan ayah PNS (19%) ibu (24%) hal ini

diakibatkan orang tua yang sibuk bekerja, kurang dapat menbagi waktu

bersama anak untuk berdiskusi atau kurangnya hubungan komunikasi

intrapersonal antara anak dan orang tua menjadi berkurang. kurangnya

perhatian orang tua pada anak. Sedangkan factor yang tidak mempengaruhi

pada kecerdasan emosional lainnya yang mempengaruhi kecerdasan

emosional anak adalah pendidikan orang tua, pada tabel 5.4 pendidikan orang

tua rata rata lulusan SMA ayah (60%), ibu (67%) dan diikuti sarjana ayah (19

%) ibu (17 %). Menurut siregar (2007) yang mengatakan bahwa pengetahuan

seseorang bukan hanya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan , karena

pengetahuan lebih banyak diperoleh dari pengalam hidup dan informai yang

diperoleh Khodijah, (2018) mengatakan tidak ada perbedaan yang signifikan

religius antara remaja yang memiliki orang tua perpendidikan tinggi dengan

yang memiliki pendidikan rendah. Pada tabel 5.1 sebagian besar 18 (39%)

usia anak 12 tahun ,ayah 27 (59%) berusia 30 _ 35 tahun dan ibu 39 (85%)

berusia 30 _ 35 tahun. Menurut notoadmojo (2003) semakin cukup umur

seseorang, maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih

matang dalam berfikir dan semakin tambahnya usia seseorang semakin dapat

mengunakan koping yang dihadapi.


Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa anak SDN

Gondanglegi Kulon 2 lebih dominan dengan memiliki tingkat kecerdasan

emosional rendah dan hanya sebagian anak yang mengalami tingkat

kecerdasan emosional tinggi salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat

kecerdasan emosional salah satunya adalah pola asuh orang tua dikarenaka

pekerjaan orang tua yang sibuk tidak memiliki waktu banyak bersama anak,

hubungan komunikasi interpersonal anak dan orangtua terbatas dan

pendidikan orang tua yang rendah dan tidak mau, tidak mampu, tidak tahu

menerima informasi dan menerapkan dalam keluarganya.

5.3.3 Hubungan Anatara Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kecerdasan

Dari hasil tabel 5.6 pola asuh orang tua demokratis terdapat ada 39 siswa

(84,4%) responden yang memiliki kecerdasan emosional rendah 33 siswa

(71,1%) sedangkan kecerdasan emsosional tinggi 6 siswa (6,5%) responden.

Pola asuh orang tua otoriter 6 siswa dengan memiliki kecerdasan emsoional

rendah 3 siswa (6,5%) responden tinggi sedangkan kecerdasan emsosional

tinggi 3 siswa (6,5%). Pola asuh orang tua permissive dengan kecerdasan

emsoional rendah 1 orang (2,2%). Berdasarkan hasil analisa dengan

menggunakan uji speaman dengan program SPSS versi 25 didapatkan

p=0.0011 < a = 0.005 dengan nilai hitung pearson = 0,025 maka H1 diterima,

yang berarti ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan kecerdasan

emosional anak SDN Gondanglegi Kulon 02 sedangkan nilai koefisien

korelasi sebesar 0,025 yang diinterpretasikan bahwa kekuatan hubungan antar


variabel pada tingkat sedang. Dari hasil tersebut menyimpulkan bahwa pola

asuh orang tua demokratis mengakibatkan tingkat kecerdasan anak yang

rendah. Hal ini dikarenakan oleh faktor pola asuh yaitu pekerjaan. Ini sesuai

dengan hasil penelitian Hikmah (2021) mengatakan ada hubungan pekerjaan

ibu dengan kecerdasan emsoional remaja di SMA Swasta Adabiah Padang

Tahun 2021. Peranan orang tua terhadap pada perkembangan kecerdasan

emsosional sangatlah penting dan perlu dilakukan agar saar dewasa ia

menegrti norma norma di lingkungan sekitar, orang tua yang sibuk bekerja

dengan urusannya memiliki sedikit waktu bersama anak, maka dari itu orang

tua perlu memperhatikan dan kondisi anak mereka, bahakan banyak pula

orang tua yang tidak memperhatikan anak jika demikan berlanjut akan berefek

pada permasalahan akan perkembangan kecerdasan emosional anak. zzati dkk

(2008) ciri-ciri emosi masa kanak-kanak yaitu emosi anak berlangsung relatif

lebih singkat atau sebentar, emosi anak berlebihan dan terkadang sulit untuk

dikendalikan, emosi anak muda berubah, respon emosi anak berbeda-beda,

emosi anak dapat diketahui atau dideteksi dari gejala tingkah lakunya, emosi

anak mengalami perubahan dalam kekuatannya, perubahan dalam ungkapan-

ungkapan emosi.`

Anda mungkin juga menyukai