Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH (HDR)


DI RUANG PERAWATAN JIWA PRIA RSJ SAMBANG LIHUM
BANJARMASIN

SUTRIAN
PO.62.20.1.19.434

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
A. Kasus (Harga Diri Rendah)
Harga diri rendah adalah pencapaian penilaian pribadi terhadap
seberapa jauh pemenuhan ideal diri perilakunya, apabila individu
mengalami kegagalan, tidak dicintai, atau tidak diterima dilingkungan
maka harga diri rendah dapat terjadi (Yusuf. Dkk, dikutip dalam Fernanda,
Dicky Aji. 2020).
Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap dirinya sendiri
menyebabkan kehilangan rasa percaya diri, pesimis, dan tidak berharga
dikehidupan (Dermawan, dikutip dalam Fernanda, Dicky Aji. 2020).

B. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala klien dengan harga diri rendah sebagai berikut ini
(Menurut Carpenito, Fernanda, Dicky Aji. 2020) :
1) Mengkritik diri sendiri
2) Menarik diri dari hubungan sosial
3) Pandangan hidup yang pesimis
4) Perasaan lemah dan takut
5) Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri
6) Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
7) Hidup yang berpolarisasi
8) Ketidakmampuan menentukan tujuan
9) Merasionalisasi penolakan
10) Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
11) Menunjukan tanda depresi (sukar tidur dan sukar marah)

C. Proses Terjadinya Masalah


Hasil riset (Malhi, dikutip dalam Fernanda, Dicky Aji. 2020)
menyimpulkan bahwa harga diri rendah di akibatkan oleh rendah nya cita
cita seseorang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya dalam pencapaian
tujuan. Dalam tinjauan life span history klien. Penyebab terjadinya harga
diri rendah adalah pada masa kecil sering di salahkan, jarang diberi pujian
atas keberhasilanya, saat individu mencapai masa remaja keberadaan nya
kurang di hargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima, menjelang
dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan, atau pergaulan, harga diri
rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntun
lebih dari kemampuan nya (Mahli, dikutip dalam Fernanda, Dicky Aji.
2020).

D. Pohon Masalah
Isolasi sosial = Menarik diri

Harga Diri Rendah

Koping Tidak Efektif

Sumber : (Dhewi Puspita, Intan)

E. Analisis
Analisa data pada harga diri rendah kronis dapat di peroleh dari :
1) Gejala dan tanda mayor
a. Subjektif
̵ Menilai diri negative (misalnya, tidak berguna dan tidak
tertolong)
̵ Merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuan positif
̵ Meremehkan kemampuan mengatasi masalah
̵ Menolak penilaian positif tentang diri sendiri
̵ Merasa tidak mampu melakukan apapun
̵ Merasa malu atau bersalah
̵ Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri
b. Objektif
̵ Berjalan menunduk
̵ Postur tubuh menunduk
̵ Enggan mencoba hal baru
2) Gejala dan tanda minir
a. Subjektif
̵ Sulit tidur
̵ Mengungkapkan keputusasaan
̵ Merasa sulit berkonsentrasi
b. Objektif
̵ Kontak mata kurang
̵ Pasif
̵ Berbicara pelan dan lirih
̵ Seringkali mencari penegasan
̵ Bergantung pada pendapat orang lain
̵ Perilaku tidak asertif
̵ Lesu dan tidak bergairah
̵ Mencari penguatan secara berlebihan
̵ Sulit membuat kepusan

F. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul untuk klien dengan harga
diri rendah adalah (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) :
1) Harga Diri Rendah Kronis (SDKI : D.0086, Hal 192)
2) Isolasi Sosial (SDKI : D.0121, Hal 268)
3) Koping Tidak Efektif (SDKI : D.0096, Hal 210)
G. Rencana Tindakan

Dx Tujuan & Kriteria Hasil Rencana Keperawatan Rasional

Harga Diri Rendah Harga Diri (SLKI : Promosi Harga Diri (SIKI : I.09308, Hal 1. Memonitor verbalisasi
Kronis (SDKI : L.09069, Hal 30) 364) yang merendahkan diri
D.0086, Hal 192) sendiri
Setelah dilakukan tindakan Observasi
2. Memonitor tingkat harga
keperawatan kepada pasien
1. Monitor verbalisasi yang diri setiap waktu sesuai
selama 2 x 24 jam
merendahkan diri sendiri kebutuhan
diharapkan harga diri dengan
2. Monitor tingkat harga diri setiap 3. Mendiskusikan
kriteria hasil :
waktu, sesuai kebutuhan kepercayaan terhadap
1. Penilaian diri positif harga diri
Terapeutik
meningkat 4. Mendiskusikan alasan
2. Perasaan memiliki 3. Diskusikan kepercayaan terhadap mengkritik diri atau rasa
kelebihan atau harga diri bersalah
kemampuan positif 4. Diskusikan alasan mengkritik diri 5. Memberikan mpan balik
meningkat atau rasa bersalah positif atas peningkatan
3. Penerimaan penilaian 5. Berikan umpan balik positif atas tujuan
positif terhadap diri peningkatan mencapai tujuan 6. Menganjurkan
sendiri Edukasi mempertahankan kontak
4. Berjalan menampakkan mata saat berkomunikasi
6. Anjurkan mempertahankan kontak
wajah meningkat dengan orang lain
mata saat berkomunikasi dengan
5. Perasaan malu menurun 7. Melatih cara berpikir dan
orang lain
berperilaku positif
7. Latih cara berpikir dan berperilaku
positif
H. Referensi
1) Dhewi Puspita, Intan. (2022). LP HDR. Online
(https://www.academia.edu/7117564/LP_HDR) diakses 19 September
2022
2) Fernanda, Dicky Aji. 2020. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Online
(http://repository.umpri.ac.id/id/eprint/51/3/3.%20BAB
%202%20Tinjauan%20Pustaka.pdf) diakses 19 September 2022
3) Kurniati, Hasri. (2021). BAB 2. Online
(http://eprints.umpo.ac.id/7069/4/bab%202.pdf) diakses 19 September
2022
4) Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia. Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta Selatan. Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
5) Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia. Edisi 1 Cetakan II. Jakarta Selatan. Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
6) Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia. Edisi 1 Cetakan II. Jakarta Selatan. Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai