Anda di halaman 1dari 40

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Rongga Thorax adalah rongga dada yang terdiri dari rongga
(kantong) pleura kanan dan kiri, serta mediastinum. (Sloane, 2004) Paru-
paru adalah organ berbentuk pyramid seperti spons dan berisi udara,
terletak dalam rongga thorax. (Sloane, 2004)
Efusi pleura atau yang sering disebut cairan rongga thorax adalah
suatu keadaan abnormal terkumpulnya cairan didalam rongga pleura.
(Bontrager, 2005) Biasanya cairan pleura tersebut terdiri atas cairan
darah. Dalam keadaan normal, pada foto thorax tidak dapat diperlihatkan
lapisan pleura. (Rasad, 2005) Efusi pleura terjadi dengan kegagalan
jantung kongestif, obstruksi vena-vena besar, gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit (seperti pada penyakit hepar atau ginjal), infeksi,
emboli paru, neoplasma, penyakit kolagen (terutama rheumatoid dan
sistematik lupus eritematosus), trauma (periksa adanya fraktur kosta atau
pneumothorax). (Forrest, 1997)
Efusi pleura juga dapat berasal dari perpindahan cairan peritoneum
dari rongga abdomen melalui diafragma atau melalui saluran limfatik dari
proses di subdiafragma. Efusi pleura yang transudate (protein < 3 gr/dl)
biasanya akibat peningkatan hidrostik (gagal jantung atau gagal ginjal)
atau akibat penurunan tekanan onkotik (sindroma nefrotik atau sirosis
hepatis). (Soetikno, 2011)
Untuk memperlihatkan adanya efusi pleura pada thorax, maka
proyeksi yang digunakan adalah proyeksi antero-posterior erect dan lateral
karena dengan kedua proyeksi tersebut sudah dapat memperlihatkan
kelainan pada thorax dengan sangkaan efusi pleura.

Berdasarkan uraian diatas yang telah penulis tuliskan maka penulis


ingin mengkaji lebih lanjut tentang radiografi thorax dalam bentuk
2

karya tulis ilmialh dengan judul: “RADIOGRAFI THORAX


DENGAN SANGKAAN EFUSI PLEURA DI RUMAH SAKIT
UMUM HAJI MEDAN”

1.2 Pembatasan Masalah


Untuk memperlihatkan radiografi thorax dengan sangkaan efusi pleura
dengan memanfaatkan sinar-X. Proyeksi yang digunakan antara lain
proyeksi antero posterior axial dan lateral.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah diatas maka penulis
merumuskan masalah yang timbul pada radiografi thorax dengan sangkaan
efusi pleura adalah sebagai berikut:
“Upaya apa yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran radiografi
thorax dengan sangkaan efusi pleura pada thorax yang optimal?”

1.4 Tujuan Pemeriksaan


1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana teknik mendapatkan radiografi thorax
dengan sangkaan efusi pleura yang optimal sehingga mampu
menegakkan diagnose yang akurat di Instalasi Radiolodi Rumah Sakit
Umum Haji Medan.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui teknik radiografi dari pemeriksaan radiografi
thorax dengan sangkaan efusi pleura.
2. Untuk memberikan pertimbangan mengenai aplikasi pelaksanaan
proyeksi yang akan dilaksanakan pada radiografi thorax dengan
sangkaan efusi pleura berdasarkan Standar Operasional Prosedur
(SOP) yang berlaku.

1.5 Manfaat Pemeriksaan

Adapun manfaat penulisan karya tulis ilmiah radiografi thorax dengan


sangkaan efusi pleura adalah sebagai berikut:
3

1.) Bagi Penulis

Untuk memperdalam pengetahuan penulis tentang teknik


pemeriksaan radiografi thorax dengan sangkaan efusi pleura pada
thorax.

2.) Bagi Rumah Sakit

Sebagai pertimbangan untuk melakukan pemeriksaan radiografi


thorax dengan sangkaan efusi pleura pada thorax untuk kasus yang
serupa yang mungkin ditemui kembali.

3.) Bagi Pasien

Dengan hasil yang tepat dan akurat, pasien dapat mengetahui


penyakit yang di deritanya guna pengobatan lebih lanjut.

1.6 Isi Penulis

Untuk memudahkan pembaca menelaah isinya, disini penulis


mengemukakan sistematika penulisan karya tulis:

BAB I : PENDAHULUAN
Berisikan uraian latar belakang, batasan masalah, rumusan
masalah, tujuan pemeriksaan, manfaat penulisan, dan isi
penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORI

Berisikan tentang uraian tentang konsep yang meliputi


pengertian pemeriksaan, Anatomi, Fisiologi, Patologi,
Etiologi, Teknik radiografi, Teknik pesawat rontgen,
Fisika radiodiagnostik, Proteksi radiasi, dan perlengkapan
radiografi.

BAB III : METODE PEMERIKSAAN


4

Berisikan tentang uraian jenis pemeriksaan, waktu dan


tempat pemeriksaan, teknik pengumpulan data, dan
analisa hasil.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Menguraikan hasil berupa identifikasi pasien, prosedur


pemeriksaan, persiapan pasien, persiapan alat-alat
pemeriksaan, hasil ekspertise, dan pembahasan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan BAB yang terakhir dari penulisan dimana


didalamnya terdapat kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
5

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Konsep

2.1.1 Pengertian Pemeriksaan

Radiografi thorax adalah pemeriksaan secara radiografi terhadap rongga


dada dengan memenfaatkan sinar-X yang bertujuan untuk dapat memperhatikan
anatomi serta kelainan-kelainan yang terdapat di rongga dada. (Ballinger, 1999)

2.1.2 Anatomi

Anatomi adalah bagian dari ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai


struktur tubuh manusia. Tujuannya adalah memberikan pemahaman mengenai
struktur tubuh manusia serta terminology-terminologi yang terkait dengan hal
tersebut. (Utami, 2016)

Kerangka dada dibentuk oleh susunan tulang yang melindungi rongga


dada yang terdiri dari :

a. Os Sternum

Orang dewasa terdiri dari 3 bagian besar, yang terdiri dari : manubrium
sterni yang lebar dan terletak di superior, corpus sterni yang sempit dan terletak
longitudinal, dan processus xyphoideus yang di inferior.

1. Manubrium sterni adalah yang membentuk sebagian dari kerangka


tulang leher dan cavitas thoracis.

2. Corpus sterni

Corpus sterni berbentuk pipih. Pada bagian tepi lateral corpus sterni
memiliki facies articularis untuk cartilage costalis. Tepi inferior corpus sterni
melekat pada processus xyphoideus.

3. Processus xyphoideus
6

Processus xyphoideus adalah bagian terkecil dari sternum. Bentuknya


bervasiasi.

a. Costae
Terdapat dua belas pasang costae, masing-masing berakhir
dengan cartilage costalis di sisi anterior. Meskipun semua
costae bersendi dengan columna vertebralis, hanya cartilage
costalis 1-7, yang dikenal sebagai costae sejati, bersendi
langsung dengan sternum. Costae 8-12 merupakan costae
palsu. Di sebelah anterior cartilage castalis 8-10 bersendi
dengan cartilago di bagian atasnya. Costae 11 dan costae 12
tidak memiliki hubungan anterior dengan costae lainnya
ataupun denbgan sternum dan sering disebut sebagai costae
melayang. (Drake, 2014).
b. Os Clavicula
Clavicula adalah tulang berbentuk S, yang secara lateral
berartikulasi dengan processus acromion pada scapula dan
secara medial dengan manubrium pada takik clavicular untuk
membentuk sternoclavicular joint.
c. Os Scapula
Scapula adalah tulang pipih triangular dengan tiga tipe, tepi
vertebrae (medial) yang panjang terletak paralel dengan
columna vertebra, tepi ssuperior yang pendek melandai kea rah
ujung bahu, dan tepi lateral merupakam tepi ketiga pelengkap
segitiga yang mengarah ke lengan. (Sloane, 2004).
d. Vertebrae thoracalis
Vertebrae thoracalis memili dua belas ruas tulang belakang,
terkecuali dari ruas tulang belakang bagian sebldana belas,
setiap tonjolan memiliki cekungan yang melengkung ke dalam
yang berartikulasi dengan costae. (Ballinger, 2003)
7

Adapun isidari rongga thorax yaitu paru-paru dan mediastinum. Rongga


paru dilapisi oleh membrane pleural (pleura) yang juga berefleksi di atas dan
menutupi permukaan luar yang terdapat di dalam rongga. (Moore, 2004)

Ukuran paru kanan lebih besar dan lebih berat dibandingkan dengan paru
kiri, akan tetapi lebih pendek karena letak kubah diafragma kanan letaknya lebih
tinggi (Mashudi, 1997)

a. Paru-paru

Letak paru-paru berada pada rongga dada yang diantaranya


menghadap ke tengah rongga dada/ kavum mediastinum.

Paru-paru terdiri dari 2, yaitu:

1. Paru kanan terdiri dari 3 lobus (belah kanan) yait: lobus


superior, lobus media, lobus inferior dan tiap lobus tersusun oleh
lobules.

2. Paru kiri terdiri dari 2 lobus yaitu lobus yaitu lobs superior dan
lobus inferior, tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil
bernama segmen. (Sloane, 2004)

Pleura adalah membrane penutup yang membungkus setiap paru. (Sloane,


2004) Setiap paru tertanam dan ditutup pada kantung pleura serose yang terdiri
dari dua membrane kontinu, yaitu:

a. Pleura visceralis (pleura pulmonalis)

Pleura yang menutupi paru dan menempel pada semua


permukaannya, yang meliputi pemukaan di dalam fissure horizontalis.
Pleura visceralis memberikan paru permukaan yang licin dan halus, yang
memungkinkan bergerak bebas pada pleura parietalis.

b. Pleura parietalis

Pleura yang melapisi rongga paru, sehingga menempel pada


dinding thorx, mediastinum, dan diagframa (Moore, 2004)
8

Gambar 2.2 Anatomi Paru-paru (Bontrager, 2005)

Keterangan gambar:

1. Apex 7. Trachea
2. Lobus superior paru kanan 8. Lobus superior paru kiri
3. Horizontal fissura 9. Cardiac notch
4. Lobus medial paru kanan 10. Oblique fissura
5. Oblique fissura 11. Lobus inferior paru kiri
6. Lobus inferior paru kanan 12. Lingula

a. Mediastinum

Mediatinum adalah jaringan yang terdapat dalam rongga dada, diantara


kedua paru-paru. Pada bagian mediastinum di dalam rongga thorax, terdapat
beberapa bagian mediastinum, yang terbagi atas:

1. Mediastinum superior: mulai pintu atas thorax sampai ke batas garis


yang menghubungkan manubrium sterni dengan diskus intervertebrata
thoracal IV dan V.

2. Mediastinum inferior yang terdiri dari:

a. Mediastinum anterior : dari dinding belakang sternum sampai


dinding depan pericardium.
9

b. Mediasitinum medius : mulai dari dinding depan pericardium ke


dinding belakang pericardium.

c. Mediastinum posterior : mulai dari dinding belakang


pericardium sampai dinding depan korpus vertebrae cervicalis
(Rasad, 2005)

Bagian-bagian dari mediastinum di dalam rongga thorax, yaitu:

1. Jantung dibungkus oleh pericardium dan terletak di dalam mediastinum


medius. Organ ini terbagi menjadi 2 belahan oleh septum longitudinal
yang berjalan oblique. Masing-masing belahan terdiri atas sebuah ruangan
yang disebut atrium, yaitu ruangan yang meneima darah dari vena dan
sebuah ruangan yang disebut vantrikulus, yaitu : bagian yang memompa
darah menuju ke arteri. Dengan demikian, maka jantung terdiri atas 4
ruangan, yaitu atrium kanan, vertricle kanan, atrium kiri, ventricle kiri.
(Mashudi, 2004)

2. Trachea adalah tuba dengan panjang 10-12 cm dan diameter 2,5 cm


serta terletak diatas permukaan anterior oesofagus yang merentang dari
laring pada area vertebrae cervical keenam sampai area vertebrae thorax
kelima. (Sloane, 2004)

3. Oesofagus bagian atas oesofagus terletak di dalam leher, sedangkan


bagian bawah di dalam thorax dan abdomen. Laposan otot luar dan dalam
pada bagian atas oesofagus terdiri atas otot bergaris yang melekat melalui
tendon krioesofagealis pada kartilago kartilago krikoid (lamina). Serat-
serat otot krikofaringeal dari muskulus konstriktor faringeus inferior
merupakan sfingter untuk esophagus. (Mashudi, 1997)
10

Keterangan gambar:

1. Kelenjar getah bening 5. Ascending aorta


2. Arcus aorta 6. Thyroid
3. Jantung 7. Trachea
4. Vena cava inferior 8. Oesofagus

2.1.3 Fisiologi

Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi atau kerja tubuh manusia
dalam keadaan normal. (Pearce, 2008) Pernafasan adalah proses (inhalasi) udara
ke dalam paru-paru dan ekspirasi (ekshalasi) udara dari paru-paru ke lingkungan
luar tubuh. (Sloane, 2004)

Bila paru-paru mengembang dan berkontaksi selama bernapas normal,


maka paru-paru bergerak ke depan dan ke belakang dalam rongga pleura.
(Guyton, 2016)

Sistem pernafasan terdiri atas saluran dan organ yang berhubungan dengan
pernafasan. Oksigen dari udara diambil dan dimasukkan ke darah kemudian
diangkut oleh jaringan. Produk yang tidak perlu, karbondioksida (CO2), diangkut
oleh darah dari jaringan tubuh ke paru-paru dan dilepaskan ke luar udara.

Adapun fisiologi paru dalam system pertukaran cairan dalam plasma yaitu
berada di bawah tekanan hidrostatik yang lebih besar daripada tekanan interstisiil.
Oleh karena itu, cairan itu condong untuk keluar dari pembuluh kapiler. Akan
tetapi di dalam plasma ada protein plasma yang akan mengeluarkan tekanan
11

osmotic yang berusaha menghisap cairan masuk ke pembuluh kapiler. Di ujung


kapiler arteri, tekanan hidrostik lebih besar daripada tekanan osmotic. Maka
imbangan kekuatan mendorong cairan masuk ke jaringan. Secara normal, cairan
yang meninggalkan kapiler lebih banyak daripada cairan yang kembali masuk ke
dalamnya. (Pearce, 2008)

2.1.4 Patologi

Patologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai struktur tubuh dan


perubahan yang berkaitan dengan penyakit atau cidera. (Sloane, 2004) pada
umumnya, efusi terjadi karena penyakit pleura yang hamper mirip plasma
(eksudat), sedangkan yang timbul pada pleura normal merupakan ultra filtrate
plasma (transudate), contohnya adalah gagal jantung kongsetif. Pasien dengan
pleura yang awalnya normal pun dapat mengalami efusi pleura ketika terjadi gagal
jantung konsetif. Kerika jantung tidak dapat mempompakan darahnya secara
maksimal ke selutuh tubuh, terjadilah [peningkatan tekanan hidrostatik pada
kapiler yang selanjutnya menyebabkan hipertensi kapiler sistemik. Cairan yang
berada dalam pembuluh darah pada area tersebut selanjutnya menjadi bocor dan
masuk ke dalam pleura. Peningkatan pembentukan cairan dari pleura perietalis
karena hipertensi kapiler sistematik dan penurunan reabsorbsi menyebabkan
pengumpulan abnormal cairan pleura. (Wilson, 2001)

Cairan atau efusi pleura dapat berupa:

a. Cairan transudate, terdiri atas cairan yang bening, biasanya


ditemukan pada kegagalan jantung, kegagalan ginjal yang akut
atau kronik, keadaan hipoproteinemia pada kegagalan fungsi
hati, dan pemberian cairan infus yang berlebihan.
b. Cairan eksudat, berisi cairan kekeruh-keruhan, paling sering
ditemukan pada infeksi tuberculosis, atau nanah (empiema) dan
penyakit-penyakit kolagen (lupus eritomatosis, rheumatoid
artritis).
12

c. Ciran darah, dapat disebabkan trauma tertutup atau terbuka,


infrak paru dan karsinoma paru.
d. Ciran getah bening, meskipun jarang terjadi tetapi dapat
diakibatkan oleh sumbatan aliran getah bening thorax, misalnya
pada filiriasis atau metastatis pada kelenjar getah bening dari
suatu keganasan. (Rasad, 2005)

2.1.5 Etiologi

Etiologi adalah penetapan penyebab atau alasan untuk suatu fenomena


atau gambaran mengenai penyebab penyakit. (Price, 2006)

Biasanya efusi pleura merupakan akibat kelainan paru yang dapat disebabkan
oleh:

a. Peningkatan produksi
1) Peningkatan tekanan hidrostatik, seperti pada gagal jantung kiri
2) Penurunan tekanan onkotik, seperi pada hipoproteinemia
3) Peningkatan permeabilitas kapiler, seperti pada pneumonia atau reaksi
hipersensitivitas.
b. Penurunan resorbs
1) Penurunan absorbs saluran limfatik baik oleh karena sumbatan (tumor)
atau karena peningkatan tekanan vena yang menurunkan transportasi
cairan melalui duktus thorasikus.
2) Penurunan tekanan di rongga pleura, seperti pada atelectasis akibat
sumbatan bronkus
3) Efusi pleura juga dapat berasal dari perpindahan cairan peritoneum
dari rongga abdomen melalui diagfram atau melalui saluran limfatik
dari proses di subdiafragma. (Soetikno, 2011)

B. Teknik Radiografi

Teknik radiografi adalah tata cara pemotretan dngan menggunakan sinar x


untuk memperoleh gambaran radiografi untuk membantu menegakkan diagnose.
13

(Ballinger, 1995) Untuk memperlihatkan anatomi dari radiografi thorax dengan


sangkaan efusi pleura, dapat dilakukan dengan beberapa proyeksi, yaitu:

1. Proyeksi Postero-Anterior
Tujuan pemeriksaan : Untuk memperlihatkan gambaran anatomi dan
kelainan pada thorax dari aspek postero-anterior.
Posisi pasien : Berdiri tegak membelakangi sumber sinar dan menghadap
kaset.
Posisi objek : Tempatkan pasien dengan kedua lengan atas di samping
bucky. Tempatkan mid sagittal plane tubuh pasien sejajar dengan arah
datangnya sinar. Dagu dinaikkan keatas dan diletakkan di atas ujung kaset,
kedua siku ditekuk dan kedua punggung tangan diletakkan pada panggul
serta kedua siku digerakkan kearah depan agar os scapula terlempar dari
lapangan paru-paru dan agar tidak superposisi. Instruksikan pasien agar
melakukan full inspirasi saat eksposi berlangsung.

Gambar 2.4 Proyeksi Postero-Anterior (Ballinger, 2003)

Cental Ray : Horizontal


Central Point : Thoracal VII
FFD : 180 cm
Ukuran Film : 35 cm x 43 cm (Ballinger, 2003)
Faktor Eksposi : 72 Kv DAN 8 mAs, tanpa grid (Clark, 1956)
14

Gambar 2.5 Gambar Radiografi Thorax Proyeksi Posterior-Anterior


(Ballinger, 2003)
Kriteria gambar :
a. Tampak gambaran lapangan paru dari apex hingga ke sudut
costophrenicus
b. Ujung stenal clavicula berjarak sama dari columna vertebralis
c. Tampak gambaran trachea dipertengahan paru-paru
d. Os Scapula terproyeksi diluar paru-paru
e. Dengan inspirasi pada rongga thorax, memperlihatkan gambaran
diafragma.
2. Proyeksi Lateral
Tujuan pemerikasaan : Untuk memperlihatkan gambaran anatomi dan
kelainan pada thorax dari aspek proyeksi lateral.
Posisi pasien : Pasien di posisikan erect. Dengan salah satu sisi tubuh
menempel pada kaset.
Posisi objek : Tempatkan salah satu sisi tubuh pada pertengahan kaset dan
mid sagittal line (garis tengah tubuh) ditempatkan pada pertengahan kaset.
Kemudian, kedua lengan atas ditempatkan diatas kepala dan kedua siku
difleksikan dan dipegang oleh kedua tangan. Lakukan pengecekan
kembaliu terhadap posisi tubuh pasien dengan posisi yang vertical dan
tanpa menghiraukan posisi bahu dan bagian rongga dada yang berjarak
15

terhadap arah datangnya sinar. Lakukan full inspirasi saat eksposisi


berlangsung.

Gambar 2.6 Proyeksi Lateral (Ballinger, 2003)


Central Ray : Horizontal
Central Point : Thoracal VII
FFD : 180 cm
Ukuran Film : 35 cm x 43 cm (Ballinger, 2003)
Faktor Eksposi : 80 Kv dan 16 mAs, pakai grid (Clark, 1956)

Gambar 2.7 Gambar Rdiografi Thorax Proyeksi Lateral (Ballinger, 2003)

Kriteria gambar:

a. Tampak gambaran costae yang superposisi dengan vertebrae thoracal.

b. Tampak gambaran lengan atas soft tissue dan tidak overlapping terhadap
lapangan paru dan gambaran lateral stermun.
16

c. Tampak gambaran sinus costophrenicus dan bagian bawah paru.

d. Tampak gambaran jarak dari intervertebral dan foramen intervertebralis.

3. Posisi Left Lateral Decubitus

Tujuan pemeriksaan ; Untuk memperlihatkan gambaran efusi pleura thorax dari


posisi left lateral decubitus.

Posisi pasien : Pasien tidur miring dengan bagian tubuh sisi kanan berada di atas
dan bagian tubuh sisi kiri berada dibawah.

Posisi objek : Dagu pasien dan kedua lengan atas melayang di atas kepala dengan
tujuan agar dada bebas overlap dari lengan atas. Tempatkan kaset dibagian
belakang tubuh pasien dengan sejajar pada arah datangnya sinar. Kedua lutut
difleksikan agar terhindar dari pergerakan pasien.

Gambar 2.8 Posisi Left Lateral Decubitus (Bontrager, 2005)

Central Ray : Horizontal

Central Point : Thoracal VII

FFD : 180 cm

Ukuran Film : 35 cm x 43 cm (Bontrager, 2005)


17

Gambar 2.9 Gambar Radiografi Thorax Posisi Left Lateral Decubitus


(Bontrager, 2005)

Keterangan gambar:

1. Paru kanan

2. Aorta descendens

3. Jantung

Kriteria gambaran:

1. Tidak ada pergerakan dari diafragma dan costae.

2. Tampak gambaran lapangan paru dengan jelas.

3. Tampak gambaran vertebrae dan costae.

2.1 Teknik Pesawat Rontgen


Pesawat rontgen atau pesawat sinar-X adalah alat yang digunakan untuk
melakukan diagnosa medis dengan menggunakan sinar-X. Sinar-X yang di
pancarkan dari tabung diarahkan pada bagian tubuh yang akan didiagnosa.
Berkas sinar-X tersebut akan menembus bagian tubuh dan akan di tangkap
oleh film, sehingga akan terbentuk gambar dari bagian tubuh yang disinari.
(Listyalina, 2017).
18

2.1.1 Tabung Pesawat Rontgen


Tabung pesawat rontgen merupakan bagian dari unit pesawat rontgen
tempat di produksinya sinar – X. Tempat keluarnya sinar- X dari tabung di sebut
jendela tabung dan sumber terpancarnya sinar – X dari tabung di sebut focus.
Adapun bagian-bagian yang terdapat pada tabung pesawat rontgen terdiri
dari:
a. Tube Housing (Tabung Rontgen Bagian Luar)
Tube Housing adalah wadah yang terbentuk silindir dari bahan metal dan di lapisi
dengan timbal. Fungsinya adalah untuk menempatkan insert tube terhindar dari
benturan dan juga guncangan.
Bagian – bagian dari tube housing yaitu:
b. Window di lengkapi dengan box diafragma dan lampu kolimator.
c. Additional filter berfungsi untuk menyaring sinar – X menjadi homogen. Filter
terbuat dari bahan aluminium dengan ketebalan tertentu.
1. Kolimator
Berfungsi untuk membatasi luas lapangan penyinaran.
2. Oli Transformator
Berfungsi sebagai bahan isolator tegangan tinggi dan sebagai pendingin
insert tube.
3. Insert tube
Adalah tabung rontgen bagian dalam dan merupakan tempat pembangkit
sinar-X yang terletak di dalam tube housing ynag terbuat dari kaca pyrex (gelas
envelop) yang hampa udara. Didalam nya terdapat :
a. Katoda, adalah elektroda yang bermuatan negatif dari sebuah tabung
rontgen. Pada katoda terdapat filamen yang merupakan sumber elektron
yang membangkitkan sinar-X, yang terbuat dari kawat tungstate dan
focusing cup yang berfungsi mengarahkan elektron menuju bidang target
dan letaknya mengapit filamen.
b. Anoda, adalah elektroda yang bermuatan positif yang bentuk permukaan
nya miring untuk tempat tumbukan elektron-elektron (target). Target ini
terbuat dari bahan wolfram yang mempunyai daya panas tinggi.
19

Central shaft Stator coils


Target Rotor

Oli

Expansion
Filamen
Bellows

Focal spot

Gambar 2.10 Tube Housing X-Ray Anoda Putar

2.1.2 Transformator Tegangan Tinggi


Transformator tegangan tinggi adalah suatu peralatan tenaga listrik
yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga/daya listrik dari tegangan tinggi
ke tegangan rendah atau sebaliknya (mentransformasikan tegangan). Dalam
operasi umumnya, trafo-trafo tenaga ditanahkan pada titik netralnya sesuai
dengan kebutuhan untuk sistem pengamanan/proteksi, sebagai contoh
transformator 150/70 kilo volt ditanahkan secara langsung di sisi netral 150
kilo volt, dan transformator 70/20 kilo volt di tanahkan dengan tahanan di
sisi netral 20 kilo volt nya. Transformator yang telah di produksi terlebih
dahulu melalui pengujian sesuai standar yang telah di tetapkan (Bushong,
2001).
Tugasnya adalah mengubah tegangan masuk sampai beribu-ribu
voltyang diperlukan untuk menjalankan tabung sinar-X. Trafo ini adalah
trafo step up dengan dua kumparan dan mempunyai lebih banyak lilitan
dalam kumparan keduanya dari pada kumparan pertama. Ratio
transformator adalah :
Jumlah lilitan dalam kumparan I Tegangan I
=
Jumlah lilitan dalam kumparan II Tegangan II
20

Bila pesawat sinar-X dipakai, tegangan melalui tabung sinar-X


hampir selalu dinyatakan dalam kilovolt peak. Bentuk gelombang tabung
dai satu daya arus bolak balik adalah bentuk gelombang berdenyut, naik
sampai harga puncak (peak) dalam tiap half cycle dalam pola
perubahan.Kecuali dalam rangkaian arus khusus tegangan output dari trafo
tegangan tinggi yang di gunakan ketabung sinar-X juga berdenyut. Istilah
kilovolt peak menunjukkan kilovolt tertinggi yang dicapai dalam tipe cycle
tegangan berdenyut yang trafo sampaikan ke tabung sinar-X.

2.1.3 Meja Kontrol (Control Table)


Meja kontrol adalah bagian dari unit pesawat rontgen yang
digunakan untuk menentukan besarnya keluaran sinar-X yang
dibutuhkan untuk menentukan setiap kali expose (paparan). (Bushong,
2001)
Meja kontrol pesawat rontgen merupakan tempat dilaksanakannya
segala kegiatan sistem kerja dari pesawat diagnostik dan tempatnya
terpisah dengan komponen pesawat lain, sehingga dalam
pengoperasiannya radiografer dapat terhindar dari bahaya radiasi
dikarenakan adanya tirai pelindung. Meja kontrol pada setiap rumah
sakit berbeda-beda tetapi prinsip dan penggunaan hampir sama.
Pada meja control terdapat alat pengatur harga atau indikator-
indikator antara lain :
a. Radiografi kV Meter
Alat penunjuk besarnya tegangan tabung rontgen (kilo volt) yang
digunakan dalam gambar radiografi (pemeriksaan radiografi).
b. Radiografi mA Selector (Tombol Pemilih mili Ampere).
Alat untuk memilih besarnya arus tabung rontgen pada pemeriksaan
radiografi.
c. RadiografiTimer Selektor
Alat untuk memilih waktu exposi yang digunakan untuk
pemeriksaan radiografi.
21

d. Radiografi kV Selektor
Alat untuk mengendalikan atau mengatur voltase yang digunakan
dalam pembuatan radiografi.
e. RadiografiTombol eksposi (Hand-switch)
Alat untuk menghubungkan atau memutuskan pada pemeriksaan
secara radiografi (ready-exposure).
f. Line Switch Lines
Alat untuk mematikan atau menghidupkan pesawat rontgen.
g. Line Voltage Control
Alat untuk menyesuaikan besarnya tegangan masuk ke pesawat
rontgen dengan tanda line voltage.

2.1.4 Meja Pemeriksaan (Examination Table)


Meja pemeriksaan adalah suatu peralatan yang digunakan untuk
penderita ataupasien yang akan diperiksa.
Meja pemeriksaan dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat digunakan
dengan mudah, aman serta nyaman, dapat digerakkan kearah atas atau
tegak lurus (vertical) maupun dalam posisi datar (horizontal).
Perlengkapan meja antara lain :
a. Bucky (moving grid)
Yaitu alat untuk menyaring sinar-X, dalam bucky terdapat juga kaset
serta adanya grid yang berfungsi untuk mengurangi radiasi hambur.
b. Pada meja pemeriksaan dilengkapi dengan alat-alat fiksasi agar
objek yang difoto tidak bergerak, alatnya antara lain: bantal pasir
(sand bags), bantal spons, klem kepala.

2.4 Fisika Radiodiagnostik dan Proteksi Radiasi


2.4.1 Fisika Radiodiagnostik
Fisika radiodiagnostik berasal dari dua kata yaitu fisika dan
radiodiagnostik. Fisika adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala-
22

gejala. Radiodiagnostik adalah penggunaan sinar-X yang dihasilkan oleh


tabung rontgen untuk membantu menegakkan diagnosa.
Fisika radiodiagnostik adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala-
gejala dengan menggunakan sinar-X yang dihasilkan dari tabung rontgen
untuk menegakkan diagnosa. Pembuatan radiografi diharapkan
menghasilkan bayangan yang tajam dengan bentuk yang sama seperti
objek yang sebenarnya. (Meredith,1973)

a. Kontras
Kontras gambar di definisikan perbedaan nilai densitas (derajat
kehitaman) pada suatu radiograf. Karena itu kontras sangat penting dalam
mengevaluasi kualitas citra radiograf. Kontras merupakan hasil perbedaan
atenuasi sinar-X yang menembus jaringan dengan ketebalan struktur yang
berbeda, kemampuan menembus jaringan ini sangat dipengaruhi oleh kilo
Volt (kV) dan mili Ampere (mA) (Bushong,2013)
Pengukuran kontras dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu :
1) Kontras objektif adalah perbedaan antara bayangan hitam dan
bayangan putih pada film rontgen yang dapat diukur dengan alat
densito meter.
Yang mempengaruhi kontras obyektif :
a) Factor Radiasi (kualitas sinar primer dan sinar hambur)
b) Factor processing (jenis dan susunan bahan pembangkitan,
lemahnya cairan pembangkitan, agitasi film dan reducer)

Rumus untuk Kontras Radiofotografi :


C = D 2 – D1

Keterangan:
C = Kontras
D1= Densitas minimum
D2= Densitas maksimum
23

2) Kontras subjektif adalah perbedaan antara bayangan hitam dan putih


yang dapat dilihat langsung oleh mata.
b. Ketajaman
Ketajaman adalah batas tegas antara hitam dan putih yang tampak
dengan jelas pada gambar radografi.
Ketajaman gambar dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu :
1) Ketajaman Objektif
Pembatasan yang dapat di ukur dari detail  gambar, unsur-unsur
gambar terhadap semuanya. Ketajaman objektif tidak dapat
ditingkatkan tetapi semata-mata pada pemotretan.
2) Ketajaman Subjektif
Peralihan yang lebih atau kurang tajam antara 2 daerah hitam
ditentukan oleh perbedaan kehitaman, sebab itu ketajaman subjektif
yang terlihat pada mata manusia tergantung pada kontras gambar.
Adapun beberapa hal untuk mempengaruhi ketajaman yaitu :
1) Ukuran bidang focus
Semakin kecil bidang focus maka semakin tinggi ketajaman
gambar.
2) Faktor jarak
Pengaruh jarak terhadap ketajaman yaitu:
a) Focus Film Distance (FFD) semakin besar, maka foto akan
semakin tajam.
b) Objek Film Distance (OFD) semakin kecil, maka foto yang
di hasilkan akan semakin tajam.
c) Faktor pergerakan
Untuk mendapatkan gambaran yang tajam dari objek bergerak
makan yang dapat dilakukan adalah memperkecil jarak focus ke
film dan mempersingkat waktu ekspose.
Adapun factor-faktor yang mempengaruhi ketidak tajaman
gambar adalah :
a). Unsharpness Geometric (Ketidaktajaman Geometri)
24

Ukuran bintik focus dan jarak obyek-film menentukan


besarnya ketidaktajaman geometri. Ketidaktajaman gambar
dapat dicari dengan rumus geometri unsharpness yaitu :
d
Ug = a
f–d
Keterangan :
Ug : Unsharpness Geometri
a : Ukuran bintik focus
f : Focus Film Distance (FFD)
d : Obyek Film Distance (OFD)
Ketidaktajaman geometri ini dapat diperkecil dengan cara
menggunakan ukuran fokus yang seminimal mungkin, jarak
fokus ke film sesuai dengan standart dan jarak objek ke film
sekecil mungkin.
4) Unsharpness Movement (Ketidaktajaman karena gerakan)
Penambahan ketidaktajaman gambaran radiografi dapat timbul
apabila objek yang diperiksa bergerak selama eksposi
berlangsung.
Ketidaktajaman akibat gerakan dapat diukur dengan :
f
Um = f −d xV.t
Keterangan :
Um : Unsharpness movement
F : Jarak Fokus ke Film (FFD)
d : Jarak Objek ke Film (OFD)
V : Kecepatan pergerakan objek
T : Waktu ekspose
Ketidaktajaman karena gerakan dapat diperkecil dengan jarak objek
ke film kecil, ukuran bintik fokus kecil, jarak fokus ke film sesuai
dengan standart, waktu ekspose yang singkat.
25

5). Unsharpness Fotographic (Ketidaktajaman akibat fotografi)


Ketidaktajaman akibat Fotografi dapat terjadi karena kondisi
pemotretan yang kurang tepat, pemakaian jenis film dan pengaturan
luas lapangan penyinaran yang tidak sesuai dengan objek.
1. Grid
Menurut Sjahriar Rasad (2005:19) Gird adalah alat untuk
mengurangi atau mengeliminasi radiasi hambur agar tidak sampain ke film
roentgen. Grid terdiri atas lajur-lajur lapisaan tipis timbaal yang disusun
tegak di antara bahan-bahan yang tembus radiasi (misalnya plastic, kayu,
bakelit).
Jenis-jenis gird:
b. Grid diam (stanionary grid atau lisholm).
c. Grid bergerak (moving grid atau bucky).
Dari susunannya dibagi dalam :
a) Parallel
d) Focused
e) Pseudo focused
f) Cross-grid
Cara kerja
Sebagai sinar x (a = radiasi primer) akan tersebut ke segala arah pada
waktu mengenai suatu benda. Sinar tersebar ini dinamakan sinar hambur
(radiasi sekunder atau scatterad radiation). Walaupun sinar hambur
mempunyai panjang gelombang yang lebih tetapi efek fotografiknya tetap
ada sehingga dapat menimbulkan gangguan pada film roentgen.
Sinar hambur ini harus ditiadakan dengan menggunakan grid. Cara
penggunaannya, yaitu :
a. Tidak boleh terbalik, kecuali jenis parallel
b. Jarak focus-film (FFD = focus film distance) harus tepat.
c. Tidak boleh di luar pusat (off center)
d. Faktor eksposi dinaikkan.
26

c. Detail
Detail adalah kemampuan menggambarkan stuktur-struktur kecil.
Detail dipengaruhi oleh :
1) Film
2) Jarak
3) Screen
4) Ukuran focus
5) Pergerakan (Ballinger 1999)

d. Densitas
Densitas dikenal sebagai tingkat kehitaman film. Densitas
penglihatan dari radiografi harus berada di dalam kisaran diagnostik.
Jika hasil gambaran radiograf terlalu terang atau gelap maka diagnosa
yang akurat menjadi sulit.
Faktor pengendali densitas yang menjadi bahan pertimbangan
yaitu: (Ballinger, 1999)
1) miliAmpere (mA)
2) waktu eksposi
3) miliAmpere-second (mAs).

2.4.2 Proteksi Radiasi


Proteksi radiasi merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan atau
teknik yang mempelajari masalah kesehatan manusia maupun
lingkungan dan berkaitan dengan pemberian perlindungan kepada
seseorang atau sekelompok orang terhadap kemungkinan terkena radiasi
yang merugikan kesehatan akibat paparan radiasi (Akhadi, 2000)
Tujuan proteksi radiasi adalah untuk mencegah terjadinya efek
deterministik yang membahayakan dan mengurangi terjadinya efek
stokastik serendah mungkin.
Keselamatan radiasi atau lazim disebut proteksi radiasi merupakan
suatu cabang ilmu pengetahuan atau teknik yang mempelajari masalah
27

kesehatan manusia maupun lingkungan dan berkaitan dengan pemberian


perlindungan kepada seseorang atau sekelompok orang ataupun kepada
keturunanya terhadap kemungkinan yang merugikan kesehatan akibat
paparan radiasi.
Bahaya radiasi yang bersumber dari eksternal dapat dikendalikan
dengan mempergunakan tiga prinsip dasar proteksi radiasi, yaitu pengatura
waktu, pengaturan jarak dan pengaturan waktu, pengaturan jarak dan
pengaturan perisai radiasi (Akhadi, 2000)
Cara-cara perlindungan (Proteksi Radiasi) yang dapat dilakukan adalah:
a. Terhadap pasien
1) Pemeriksaan sinar-X hanya atas permintaan dokter
2) Ukuran luas lapangan penyinaran sesuai degan besar objek
3) Jarak fokus pasien jangan terlalu pendek
4) Alat kelamin dilindungi sebisanya
5) Waktu penyinaran sesingkat mungkin
b. Terhadap personil
1) Meggunakan alat pencatat dosis personil, seperti desimeter saku,
film badge.
2) Pemeriksaan rutin terhadap kemungkinan bocor/rusak
perlengkapan-perlengkapan pelindung berlapis Pb.
3) Bekerja degan hati-hati dan penuh perhatian sehigga tidak terjadi
pengulangan foto.
c. Terhadap masyarakat umum dan keluarga pasien
1) Menutup rapat pintu ruangan pemeriksaan saat pemeriksaa
berlangsung.
2) Dinding ruangan pemeriksaan dilapisi Pb atau tembok dengan tebal
20cm, sesuai dengan petunjuk aman proteksi radiasi. Tidak
mengarahkan tabung sinar-X kearah ruang tunggu.
Seperti pendapat Iwan Ekayuda (2005:28) proteksi terhadap dokter
pemeriksa dan petugas radiologi lainnya.
Untuk proteksi ini diperhatikan :
28

Hindari penyinaran bagian-bagian tubuh yang tidak terlindungi.


1. Pemakaian sarung tangan, apron atau gaun pelindung, yang
berlapis Pb dengan tebal maksimum 0,5 mm Pb.
2. Hindari melakukan sinar tembus, usahakan melakukan
radiografi.
3. Hindari pemeriksaan sinar tembus tulang-tulang kepala (head
fluoroscopy).
4. Akomodasi mata sebelum melakukan pemeriksaan sinar
tembus paling sedikit selama 20 menit.
5. Gunakan alat-alat pengukur sinar roentgen.
6. Pemeriksaan pesawat sebelum dipakai, misalnya:
- perlindungan terhadap bahaya elektris.
-adanya kebocoran pada tabung pesawat.
-voltage yang aman dan lamanya.
7. Pemeriksaan rutin terhadap kemungkinan
bocor/rusaknya perlengkapan-perlengkapan
pelindung berlapis Pb.

2.5 Pengelolahan film Computed Radiografi (CR)


2.5.1 Pengertian Computed Radiografi
Computed Radiografi adalah proses digitalisasi gambar yang
menggunakan lembar atau photostimulable plate untuk akusisi data
gambar. Parameter tampilan gambar bisa dimanipulasi oleh computer
di lain waktu. Computed Radiografi bersifat digital dan mendukung
pengembangan berbagai sistem pengolahan informasi diagnostik
berbasis computer dan memperbaiki efisiensi operasional dan
diagnostikdari dinas radiologi. Computed Radiografi meningkatkan
efisiensi radiografi konvensional dengan memberikan kualitas gambar
yang konsisten, menurunkan tingkat paparan berulang, meminimalkan
tingkat paparan radiasi pasien, dan mengurai gambar yang
hilang.Dengan menyadari manfaat tersebut, banyak departemen telah
29

menemukan bahwa Computed Radiografi adalah investasi jangka


panjang dan merupakan modalitas pencritaan praktis. Pada Radiografi
konvensional menggunakan kaset, film dan screen sedangkan pada
Computed Radiografi hanya menggunakan imaging plate, dimana
seperti X-ray konvensional, menerima bagian sinar-X yang telah
melewati pasien. Imaging plate terlihat seperti intensifying screen dan
ditempatkan dalam kaset yang mirip dengan penampilan luar kaset
film X-ray. (Balinger,2003)

2.5.2 Komponen Utama Computed Radiografi

1) Imaging Plate
Image plate merupakan lembaran yang dapat menangkap dan
menyimpan sinar-X, pada Computer Radiografi yang terbuat dari
bahan photostimulable phosphor tinggi.Imaging plate berbentuk
fleksibel dan tebal kurang dari 1 mm. Dengan menggunakan
Imaging plate memungkinkan processor gambar untuk memodifikasi
kontras. Imaging plate berada dalam kaset Imaging.
Fungsi dari imaging plate adalah sebagai penangkap gambar dari
objek yang sudah di sinar (ekspose). Prosesnya adalah pada saat
terjadinya penyinaran, imaging plateakan menangkap energi dan
disimpan oleh bahan phosphor yang akan diubah menjadi sinyal
elektrik dengan laser scenner dalam image reader.
Struktur dari imaging plate adalah :
a) Protective layer : Merupakan lapisan tipis dan transparan
berfungsi untuk melindungi Imaging Plate
(IP).
b) Phosphor layer : Merupakan lapisan yang mengandung
barium fluorohalidedalam bahan
pengikatnya.
30

c) Reflective layer : Terdiri dari partikel yang dapat


memantulkan cahaya.
d) Conductive layer : Terdiri dari kristal konduktif. Yang
berfungsi untuk mengurangi masalah yang
disebabkan oleh electrostatic. Selain itu ia
juga mempunyai kemampuan untuk
menyerap cahaya dan dengan demikian
hal tersebut dapat meningkatkan
ketajaman gambaran.
e) Support layer : Berfungsi untuk menyangga lapisan di
atasnya.
f) Backing layer : Lapisan soft polimer untuk melindungi
imaging plate selama proses pembacaan di
dalam image reader.
g) Barcode label : Untuk memberikan nomor seri dan
mengidentifikasi imaging plate tertentu yang
kemudian dapat dihubungkan dengan data
pasien.

Gambar 2.10 Struktur dari Image Plate pada Computed Radiografi


(Ballinger, 2003)
31

Gambar 2.11 Bentuk Imaging Plate pada Computed Radiografi


(Ballinger,2003)

2) Image Reader
Image reader berfungsi sebagai pembaca dan mengolah gambar
yang diperoleh dari image plate. Semakin besar kapasitas
memorinya maka semakin cepat waktu yang diperlukan untuk proses
pembacaan image plate, dan mempunyai daya simpan yang besar.
Waktu tercepat yang diperlukan untuk membaca imaging plate pada
image reader yaitu selama 64 detik.
Selain tempat dalam proses pembacaan, imaging reader
mempunyai peranan yang sangat penting juga dalam proses

pengolahan gambar, sistem transportasi Imaging plate serta


penghapusan data yang ada di imaging plate.

1. Monitor
processing
kaset

2. Tempat pemasukan
danpengeluaran kaset

Gambar 2.12 Perangkat Imaging Reader (Ballinger, 2003)


32

3) Tempat pemasukan dan pengeluaran kaset Imaging Console


Berfungsi sebagai pembaca dan pengolahan gambar yang
diperoleh dari IP dengan menggunakan optoelectronic laser scanner
(helium neon (He-Ne) 632,8 nM). Dilengkapi dengan preview
monitor untuk melihat gambar radiografi yang dihasilkan, apakah
goyang, terpotong dan lain-lain. Berupa computer khusus untuk
medical imaging dengan touch screen monitor. Imaging console
dilengkapi oleh bebagai macam menu yang menunjang dalam proses
editing dan pengolahan gambar sesuai dengan anatomi tubuh, seperti
kondisi hasil gambaran organ tubuh, kondisi tulang dan kondisi
softtissue. Terdapat menu yang sangat diperlukan dalam teknik
radiofotografi yaitu kita bisa mempertinggi atau mengurangi
densitas, ketajaman, kontras dan detail dari suatu gambaran
radiografi yang diperoleh.

Gambar 2.13 Imaging Console pada Computed Radiografi


(Ballinger,2003)

4) Imager (printer)
Imager mempunyai fungsi sebagai proses akhir dari suatu
pemeriksaan yaitu media pencetakan hasil gambaran yang sudah
33

diproses dari awal penangkapan sinar-X oleh image plate kemudian


di baca oleh image reader dan diolah oleh image console lalu
dikirim ke image recorder untuk dilakukan proses output dapat
berupa media digital video disc sebagai media penyimpanan atau
dengan printer laser yang berupa laser imaging film.

2.5.3 Prinsip Kerja Computed Radiografi

1) Image plate yang terletak didalam kaset, dilakukan eksposi dengan


menggunakan peralatan pembangkit sinar-X. Pada saat sinar-X
menembus objek, akan terjadi attenuasi (perlemahan) akibat dari
kerapatan objek karena berkas sinar-X yang melalui objek tersebut.
Kemudian membentuk bayangan laten.
2) Image plate kemudian masuk kedalam image reader. Di dalam
image reader, bayangan laten yang disimpan pada permukaan
phospor, dibaca dan dikeluarkan menggunakan cahaya infra merah
untuk menstimulus phospor, sehingga mengakibatkan energi yang
tersimpan berubah menjadi cahaya tampak.
3) Cahaya yang dikeluarkan dari permukaan plate, akan ditangkap oleh
sebuah pengumpul cahaya dan diteruskan ke tabung photomultiplier
yang mengubah energi cahaya tersebut menjadi sinyal listrik analog.
4) Selanjutnya sinyal analog ini diubah menjadi sinyal digital oleh
rangkaian analog to digital converter (ADC) dan diproses dalam
komputer.
5) Setalah proses pembacaan selesai, data gambar pada image plate
dapat dihapus dengan cara image plate dikenai cahaya yang kuat.
Hal ini membuat image plate dapat dipergunakan kembali.
6) Gambaran tampil dilayar monitor, gambaran tersebut dapat
dilakukan rekontruksi atau dimanipulasi pada image console
sehingga mendapatkan gambaran yang diinginkan.
34

D. Persamaan Radiografi Konvensional dan Computer Radiografi

1) Menggunakan X-ray dalam pencitraan gambar


2) Masih memilih kilo Volt (kV) dan mili Ampere second (mAs) yang
standar
3) Menggunakan kaset atau gambar reseptor
4) Terdapat bayangan laten yang dapat diolah menjadi bayangan
nyata.

E. Perbedaan Radiografi Konvensional dan Computed radiografi

1) Pengumpulan gambar
Pada radiografi konvensional pengumpulan gambar dengan
menangkap sinar radiasi yang telah melewati pasien dengan menggunakan
film (blue atau green sensitive).
Computer Radiografi menggunakan imaging plate (IP) terbuat dari
phosphor sebagai media pengumpul gambar  pengganti X-ray film,
diletakan dalam imaging plate cassette (IP cassette).
2) Pengolahan gambar
Film x-ray dalam sistem konvensional selanjutnya diproses
dengan menggunakan developer dan fixer (proses manual atau
otomatic) sehingga menghasilkan gambar.
Pada Computed Radiografi, image plate yang telah dieksposi
selanjutnya dimasukan dalam reader unit, dengan laser scanner hasil
eksposi pada image plate dibaca dan diubah menjadi signal digital
yang selanjutnya ditampilkan pada monitor komputer.
3) Penampilan gambar
Konvensional radiografi gambar dihasilkan oleh X-ray film yang
telah melalui beberapa proses yang berkesinambungan, sehingga
apabila tejadi kesalahan pada salah satu atau beberapa bagian dari
proses tersebut maka akan berpengaruh langsung dengan tampilan
35

gambar. Untuk memperbaikinya proses harus diulang secara


keseluruhan dari awal.
Sedangkan pada Computed Radiografi gambar ditampilkan
dengan monitor komputer yang didukung oleh software khusus untuk
medical imaging sehingga gambar bisa diperbaiki pada tampilannya
yang bertujuan untuk memudahkan menegakkan diagnosa suatu
penyakit.

4) Penyimpanan gambar
Berbeda dengan konvensional radiografi yang menyimpan gambar
hanya dalam bentuk X-ray film, computer radiografi gambar dapat
disimpan dalam bentuk hasil cetak seperti halnya x-ray film, juga
memungkinkan untuk disimpan dalam hard disk, compact disk, floppy
disk atau media penyimpanan digital lainnya.

2.5.4 Kaset Computed Radiografi


Kaset depan pada Computed Radiografi tersusun dari carbon fiber
untuk menghasilkan permukaan sinar-X yang rendah. Bagian belakang
kaset dilapisi dengan lapisan tipis timbal untuk menyerap radiasi
hamburan balik.Fungsi utama kaset adalah melindungi image plate,
jangan sampai terkena cahaya. Kaset computer radiografi hanya berisi
plate yang dilapisi phosphor/storage phosphor screen(barium
fluorohalide), bentuknya seperti IS namun tanpa film sehingga dapat
dipakai berulang-ulang.
a. Cara kerja kaset Computed Radiografi (CR) :
1) Storage phospor screen di ekspose seperti biasa.
2) Phospor menyerap radiasi pada derajat yang berbeda-beda
tergantung pada area anatomikalnya.
3) Phospor di isi oleh radiasi, besarnya isian tersebut tergantung pada
besarnya energi sinar-X yang diserap.
4) Isian ini bertahan pada materi phospor sampai dihapus.
36

b. Jenis - Jenis Kaset pada Computed Radiografi (CR)


Jenis dan ukuran pada kaset CR sama halnya dengan kaset film
screen, yang terdiri dari : (Brontrager,2001)
1) 18 cm x 24 cm
2) 24 cm x30 cm
3) 35 cm x 35 cm
4) 35 cm x 43 cm

Gambar 2.14 Kaset pada Computed Radiografi


(Ballinger, 2003)

2.5.1 Film Computed Radiogafi


Film Computed Radiografi (CR) juga disebut film laser imaging, film
laser adalah film single emulsi yang sensitive terhadap cahaya merah yang
dipancarkan oleh laser. Merupakan alat pengolah gambar dan
memprosesnya diatas film.Film yang digunakan adalah photo
thermographic yang tidak menggunakan butiran perak halide, tapi butiran
perak behenate (Ag22H43O2). (Ballinger, 2003)

2.5.2 Marker
37

Marker adalah tanda atau kode yang digunakan untuk memberi


identitas hasil rontgen. Semua radiografi harus mencakup hal berikut
(Ballinger,2003) :
a. Waktu pemeriksaan
b. Nama pasien atau nomor identifikasi
c. Tanda letak anatomi
Right (R) = Tanda anatomi tubuh sebelah kanan.
Left (L) = Tanda anatomi tubuh sebelah kiri.

d. Identitas institusi
Sistem Computed Radiografi menggunakan Marker pada
Computed Radiografi (CR) diatur ketika pemrosesan di image console
sehingga kita tidak perlu menggunakan marker manual. Akan tetapi
ketika ada pemotretan corpus alienum yang diakibatkan karena adanya
penekanan (punction) maka marker manual akan dibutuhkan untuk
menandai masuknya benda asing dan melihat sejauh mana benda asing
tersebut masuk kedalam tubuh pasien.
Computed Radiografi menggunakan komputer diruang
radiografi.Radiographer memasukkan identifikasi pasien dan data
lainnya secara langsung pada setiap radiografer melalui komputer.
Sehingga Computed Radiografi sangat efektif dilakukan untuk
pemeriksaan apapun dan pemeriksaan dalam jumlah yang banyak.
38

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian tentang Radiografi Thorax Dengan Sangkaan Efusi Pleura ini
menggunakan jenis penelitian kualitatif dan deskriptif. Teknik pengambilan data
berdasarkan hasil observasi dan wawancara. Teknik penelitian kuantitatif adalah
penelitian tetang riset yang bersifat deskriptif dan cendrung menggunakan analisis
dan perspektif subjek lebih ditonjolkan. Dalam penelitian ini landasan teori
dimanfaatkan sebagai pemandu agar pemandu agar fokus penelitian sesuai fakta
di lapangan dan landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran
umum tentang latar penulisan dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.
Penelitian jenis diskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang
tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta
tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi–situasi tertentu, termaksud
tentang hubungan kegiatan, sikap, pandangan, serta proses-proses yang sedang
berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena. Penelitian diskriptif adalah
metode penelitian yang berusaha menggambarkan objek atau subjek yangi diteliti
sesuai dengan apa adanya.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Waktu Penelitian : Tanggal 9 Maret 2022, pasien datang dari rawat jalan
menuju ruangan radiologi dengan membawa surat
pengantar dari dokter untuk dilakukan pemeriksaan
radiografi thorax.
Tempat Penelitian : Dilaksanakan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit
Umum Haji Medan.

3.3 Populasi dan Sampel


Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien dengan pemeriksaan
thorax dengan sangkaan efusi pleura Di Rumah Sakit Umum Haji Medan.
39

Sedangkan sampel pada penelitian ini adalah pasien dengan pemeriksaan


thorax dengan sangkaan efusi pleura di Rumah Sakit Umum Haji Medan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Untuk mendapatkan data-data dengan benar dan akuran dalam
penusunan Karya tulis ini, penulis melakukan beberapa cara seperti
dibawah ini :
1. Kajian literatur
Untuk memperoleh dukungan teoritis terhadap masalah penelitian
yang dipilih, maka penulis banyak membaca buku literatur, baik
berupa teks (teori), hasil penelitian orang lain, jurnal dan arahan dari
dosen pengajar yang membantu penulis dalam menyusun karya tulis
ilmiah tentang Radiografi thorax dengan sangkaan efusi pleura.
2. Observasi
Penulis memperoleh data dengan cara mengamati dan mengikuti
secara langsung pelaksanan Radiografi Thorax Dengan Sangkaan
Efusi Pleura di Rumah Sakit Umum Haji Medan.

3.5 Instrumen Penelitian


Pada penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan adalah :
a) Lembar kerja (work sheet) yang digunakan untuk mencatat hasil kajian
yang penting secara teratur, hasil observasi di Rumah Sakit Umum Haji
Medan tempat penulis mendapatkan sampel penelitian.

3.6 Analisa Hasil


Tahap menganalisa data adalah tahap yang paling penting dan
menentukan suatu penelitian. Data yang di peroleh selanjutnya di analisa
dengan tujuan mengolah data menjadi informasi, sehingga karakteristik
atau sifat sifat data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat
untuk menjawab masalah – masalah yang berkaitan dengan penetitian.
40

Analisa ini dilakukan berdasarkan pengamatan dilapangan atau


berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara dan observasi kemudian
disusun dan ditarik kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan Radiografi Thorax Dengan Sangkaan Efusi
Pleura di Rumah Sakit Umum Haji Medan dengan proyeksi AP dan
Lateral. Diperoleh gambaran yang layak dan bagus untuk dibaca dalam
menegakkan diagnosa, karena dalam penelitian ini proses pencatatan
gambar menggunakan CR (Computed Radiografi) Sehingga gambaran
dapat diatur sesuai kebutuhan dan menghasilkan gambaran dengan kontras
dan densitas yang optimal.

Anda mungkin juga menyukai