Anda di halaman 1dari 27

TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI THORAX PA PADA

KASUS TUBERKOLOSIS (TB) DI UNIT RADIOLOGI RUMAH


SAKIT St.GABRIEL KEWAPANTE

RS ST. GABRIEL KEWAPANTE


Hatiku siap sedia melayani
MAUMERE – 86181 – Maumere – Flores – NTT
No HP : 081237629456
Telp/Fax : 0328-22056
E-mail:rs.st.gabriel@yahoo.co.id

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala


limpahanRahmat- Nya sehingga Saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, dan bermanfaatbagi
para pembaca.

Harapan Saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga Saya dapat memperbaiki
bentuk kemaupun isi makalah ini dan kedepannya dapat lebih baik.Makalah
ini Saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang Saya miliki
sangat kurang

Oleh karena itu Saya harapkan kepada para pembaca untuk


memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………….....i

KATA PENGANTAR……………………………………………………...ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………….iii

BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………….1

A. Latar Belakang………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah………………………………………………2
C. Tujuan Penulisan………………………………………………..2
D. Manfaat Penulisan………………………………………………2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………3


A. Anatomi Rangka Dada………………………………………….3
B. Anatomi Saluran Pernapasan……………………………………5
C. Fisiologi Pernapasan…………………………………………….7
D. Patologi tuberculosis………………...…………………………..8
E. Teknik Pemeriksaan Radiografi Thorax………………………..11

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………..16


A. Prosedur Pemeriksaan Thorax…………………………………16
B. Teknik Pemeriksaan Radiografi Thorak…………………….…17
C. Pembahasan Laporan Khasus………………………………….20
BAB IV PENUTUP………………………………………………………...22
A. Kesimpulan………………………………………………….....22
B. Saran………………………………………………………...…22

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………....23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Radiodiagnostik merupakan salah satu cabang dari radiologi yang bertujuan


untuk membantu pemeriksaan dalam bidang kesehatan, yaitu untuk menegakkan
diagnosa suatu penyakit melalui pembuatan gambar yang disebut dengan
radiograf. Pemeriksaan dengan memanfaatkan sinarX mengalami perkembangan
yang sangat pesat sejak pertama kali ditemukan pada tanggal 8 Nopember 1895
oleh Wilhelm Conrad Rontgen. Penemuan ini merupakan suatu revolusi dalam
dunia kedokteran karena dengan hasil penemuan ini dapat digunakan untuk
pemeriksaan bagian-bagian tubuh manusia yang sebelumnya tidak pernah
tercapai. Seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, sekarang
ini dunia radiologi sudah mengalami banyak perkembangan.

Adapun pemeriksaan radiologi ada dua macam yaitu :

a. Pemeriksaan sederhana, Merupakan pemeriksaan radiologi tanpa


menggunakan bahan kontras
b. Pemeriksaan canggih, Merupakan pemeriksaan secara radiologi yang
menggunakan media kontras.

Pemeriksaan Thorax merupakan salah satu pemeriksaan radiologi tanpa


menggunakan media kontras. Indikasi pada pemeriksaan thorax yang sering
terjadi adalah Tuberkolosis (TB). Tuberkolosis (TB) adalah suatu penyakit
menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB Mycobacterium Tuberculosis.
Proyeksi yang digunakan dalam permeriksaan Thoraxi di RS St. Gabriel
Kewapante adalah proyeksi AP, PA dan Lateral.

Pada laporan kasus ini, penulis ingin mengetahui manfaat pemeriksaan


Thorax dengan proyeksi AP, PA dan Lateral di Instalasi Radiologi RS St. Gabriel
Kewapante untuk mendukung diagnosa suatu penyakit. Dengan alasan diatas
maka penulis tertarik untuk mengangkatnya dalam bentuk tulisan dengan judul

1
“ TEKNIK PEMERIKSAAN THORAX PADA KASUS TUBERKOLOSIS
(TB) DI RS ST. GABRIEL KEWAPANTE”

B. Rumusan Masalah (sesuai dengan jumlah tujuan khusus)


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis
mengemukakan identifikasi sebagai berikut :
Bagaimana penatalaksanaan pemeriksaan Thorax di RS St. Gabriel Kewapante
dengan klinis Tuberkolosis (TB)?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui sejauh mana pemeriksaan Thorax dengan proyeksi AP,
PA dan Lateral di Instalasi Radiologi RS St. Gabriel Kewapante dalam
membantu diagnosa suatu penyakit atau Tuberkolosis (TB).
2) Untuk mengetahui hasil radiografi pemeriksaan Thorax Pada khasus
Tuberkolosis (TB).

Tujuan penulisan laporan khasus ini adalah :

Untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan demi meningkatkan mutu
pelayanan di instalasi Radiologi RS. St. Gabriel Kewapante

D. Manfaat Penulis
Untuk siapa saja harus diuraikan (petugas radiologi, dokter, RS, Perawat)
1. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis serta memberikan informasi
kepada pembaca mengenai pemeriksaan Thorax dengan proyeksi AP, PA dan
Lateral.
2. Dapat memberikan kita banyak informasi serta pengetahuan dan tambahan ilmu
yang sebelumnya kita belum dapatkan atau belum kita ketahui, tanpa harus
menerka-nerka atau menganalisa tanpa memiliki bukti diagnosa yang jelas.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tuberkulosis
B. Anatomi Rangka Dada
Rangka dada atau thorak tersusun dari tulang dan tulang rawan. Thorak berupa
sebuah rongga berbentuk kerucut , di bawah lebih besar dari pada di atas dan di
belakang lebih panjang dari pada bagian depan. Dibagian belakang, thorak dibentuk
oleh kedua belas vertebrae thorakalis , di depan dibentuk oleh sternum ,dibagian atas
oleh klavikula , dibagian bawah oleh diafragma , dan di samping kiri dan kanan
dibentuk oleh kedua belas pasang iga yang melingkari badan mulai dari belakang dari
tulang belakang sampai ke sternum.

Gambar I: Rongga Dada

1. Sternum

Sternum atau tulang dada adalah sebuah tulang pipih yang terbagi atas tiga bagian
yaitu :

a. Manubrium Sterni. Yaitu bagian tulang dada sebelah atas yang membentuk
persendian dengan tulang clavicula dan tulang iga

3
b. Korpus Sterni. Yaitu bagian yang terbesar dari tulang dada dan membentuk
persendian dengan tulang iga.
c. Procesus Xypoideus. Yaitu bagian ujung dari tulang dada dan pada masih bayi
berbentuk tulang rawan.

2. Tulang iga ( costae )


Tulang iga banyaknya 12 pasang ( 24 buah ), kiri dan kanan, bagian depan
berhubungan dengan tulang dada dengan perantara tulang rawan. Bagian belakang
berhubungan dengan columna vertebrae thorakalis. Perhubungan ini
memungkinkan costae bergerak kembang kempis sesuai dengan irama pernafasan.
Tulang – tulang iga dapat dibedakan menjadi tiga bagian :

a. Tulang iga sejati ( Os. Costavera ). Jumlahnya 7 pasang , berhubungan


dengan tulang dada melalui persendian.
b. Tulang iga tak sejati ( Os. Costaspuria ). Jumlahnya 3 pasang , berhubungan
dengan tulang dada dengan perantara tulang rawan dari tulang iga sejati ke 7.
c. Tulang iga melayang ( Os. Costae fluitantes ). Jumlahnya 2 pasang , tidak
mempunyai hubungan dengan tulang dada.

3. Columna vertebrae thorakalis


Dinding posterior rongga thorax terbentuk dari columna vertebrae thorakalis
dengan bagian posterior costae. Columna vertebrae thorakalis membentuk dinding
posterior thorax melalui persendian dengan bagian posterior costae. Masing –
masing costae membentuk persendian dengan collumna vertebrae thorakalis dari
1 sampai 12.

4. Os. Clavicula
Clavicula adalah tulang yang melengkung yang membentuk bagian anterior dari
shoulder joint. Untuk keperluan pemeriksaan os. clavicula dibagi menjadi dua
ujung : ujung medial disebut sternoklavikular joint membentuk persendian dengan
sternum dan ujung lateral disebut acromioclavikular joint yang membentuk
persendian dengan acromion dari scapula.

4
5. Diafragma
Diafragma adalah struktur muskulo-tendineus berbentuk kubah yang
memisahkan rongga thorak dengan abdomen , serta membentuk lantai dasar dari
rongga thorak dan atap dari rongga abdomen. Pada saat inspirasi otot diafragma
berkontraksi sehingga menyebabkan kubah diafragma turun sehingga ukuran
thorak menjadi lebih besar. Turunnya diafragma menyebabkan udara ditarik
masuk oleh paru – paru dan meluas untuk mengisi rongga thorak yang membesar.
Pada saat ekspirasi otot diafragma mengendor , diafragma naik sehingga ukuran
thorak menjadi kecil dan udara didorong keluar. Tinggi diafragma berubah sesuai
dengan sikap seperti bila duduk tegak atau berdiri. Pada diafragma terdapat tiga
hiatus yaitu : hiatus aorta , hiatus esophageal , dan hiatus kava.

C. Anatomi Saluran Pernafasan


Empat bagian penting saluran pernafasan dalam radiologi thorak adalah sebagai
berikut :
a. Laring
Laring (tenggorok) terletak didepan bagian terendah faring yang memisahkannya
dari columna vertebrae , berjalan dari faring sampai ketinggian vertebrae
servikalis dan masuk ke dalam dibawahnya . Laring terdiri dari kepingan tulang
rawan yang diikat oleh ligamen membrane. Yang terbesar diantaranya ialah
tulang rawan tiroid dan dibagian depannya terdapat benjolan yang dikenal
sebagai jakun. Laring terdiri dari lima tulang rawan antara lain : 1 buah kartilago
tiroid, 2 buah kartilago aritenoid , 1 buah kartilago krikoid , dan 1 buah kartilago
epiglotis.

Pada puncak tulang rawan tiroid terdapat epiglotis yang berfungsi menutup
laring sewaktu orang menelan. Laring dilapisi oleh selaput lendir kecuali pita
suara dan bagian epiglotis dilapisi oleh epitelium berlapis.

5
b. Trakea

Merupakan lanjutan dari laring , dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri
dari tulang rawan yang membentuk hurup C. Berjalan dari laring sampai
ketinggian vertebrae thorakalis ke 5 dan ditempat ini bercabang menjadi dua
bronkus. Panjang trakea 9 sampai 11 cm dan dilapisi oleh selaput lendir.

c. Bronkus kanan dan kiri

Merupakan lanjutan dari trakea , terdiri dari 2 bagian : bronkus kanan dan kiri.
Bronkus tersebut berjalan kebawah dan kesamping menuju ke paru – paru.
Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar dari bronkus kiri. , sedikit lebih
tinggi dari arteri pulmonalis dan memiliki 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang
dan lebih langsing dari bronkus kanan dan berjalan di bawah arteri pulmonalis
serta memiliki 2 cabang. Bronkus memiliki cabang yang disebut bronkiolus dan
pada ujungnya terdapat gelembung paru atau alveoli.

Gambar 2: Bronkus, bronkiolus

d. Paru – Paru

Merupakan alat pernafasan utama , berbentuk kerucut dengan apeks diatas dan
muncul sedikit lebih tinggi dari klavikula. Sebagian besar paru terdiri dari alveoli
yang terbantuk dari sel endotel dan epitel, dibagian inilah terjadi pertukaran

6
udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 keluar dari darah. Paru dibagi menjadi
dua bagian yaitu paru kanan dan kiri. Paru kanan dibagi menjadi tiga lobus dan
paru kiri menjadi dua lobus. Antara lobus kanan dan kiri dipisahkan oleh suatu
fisura. Paru – paru dilapisi oleh suatu selaput yang disebut pleura, dimana pleura
dibagi menjadi 2 bagian :

1. Pleura Viseralis : selaput paru yang langsung membungkus paru.

2. Pleura Parietalis : selaput paru yang melapisi rongga dada sebelah luar

Antara kedua pleura ini terdapat sebuah rongga yang disebut kavum pleura.
Kavum pleura ini hampa udara dan terdapat sedikit cairan yang meminyaki
permukaannya untuk menghindarkan gesekan antara paru dengan dinding dada
pada saat bernafas.

Gambar 3: Paru-Paru

D. Fisiologi Pernafasan

Fisiologi pernafasan dapat dibedakan menjadi dua yaitu : pernafasan paru-paru


( pernafasan eksterna ) dan pernafasan jaringan ( pernafasan interna )

a. Pernafasan Paru – paru ( Pernafasan Eksterna )

7
Merupakan pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang terjadi pada paru-paru.
Oksigen diambil melalui mulut dan hidung waktu bernafas, oksigen masuk
melalui trakea dan sampai ke alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler
pulmonary. Alveoli memisahkan oksigen dari darah , oksigen menembus
membran , diambil oleh sel darah merah , dibawa ke jantung dan dipompakan ke
seluruh tubuh. 4 proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner :

a. Ventilasi Pulmoner , gerakan pernafasan yang menukar udara


dalam alveoli dengan udara luar.
b. Arus darah melalui paru mengandung O2, masuk ke seluruh tubuh
dan CO2 dari tubuh masuk ke paru
c. Distribusi arus uadara dan arus darah sedemikisn rupa dengan jumlah
yang tepat bias mencapai seluruh bagian.
d. Difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler
karbondioksida lebih mudah berdifusi dari pada oksigen.

b. Pernafasan Jaringan ( Pernafasan Interna )

Darah merah yang banyak mengandung oksigen dari seluruh tubuh masuk ke
jaringan akhirnya mencapai kapiler darah mengeluarkan oksigen ke dalam
jaringan , mengambil karbondioksida untuk dibawa ke paru-paru dan di paru
terjadi pernafasan internal.

D. Patologi Tuberkolosis

Tuberkolosis adalah suatu kondisi patologis dari paru-paru yang disebabkan oleh
infeksi melalui jalan nafas oleh mycobacterium tuberkolosis.

Tuberkolosis paru dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu :

a. Tuberkolosis Primer ( Tuberkolosis anak )

Yaitu tuberkolosis yang terjadi akibat infeksi melalui jalan nafas oleh
mycobacterium tuberkolosis yang biasa menyerang anak-anak. Kelainan yang

8
timbul dapat berlokasi dimana saja pada bagian paru. Salah satu komplikasi yang
mungkin timbul adalah pleuritis dan atelektasis.

b. Tuberkolosis Sekunder ( Tuberkolosis Re-infeksi )

Tuberkolosis yang sifatnya kronis dan sering terjadi pada orang dewasa.
Tuberkolosis ini dianggap sebagai re-infeksi pada seseorang yang sewaktu kecil
pernah menderita tuberkolosis primer , tetapi tidak diketahui dan menyembuh
sendiri. Sarang-sarang yang terlihat pada foto roentgen biasanya terletak
dilapangan atas paru dan segmen apical lobus bawah , walaupun kadang-kadang
terletak dilapangan bawah paru yang biasanya disertai plueritis.

Menurut Asosiasi Tuberkolosis Amerika, tuberkolosis sekunder dapat


dikelompokan menjadi beberapa bagian :

1. Tuberkolosis Minimal ( Minimal Tuberkolosis )


Yaitu luas sarang- sarang yang kelihatan tidak melebihi daerah yang dibatasi
oleh garis median, apeks dan iga-iga depan. Sarang soliter bisa berada
dimanapun tak terbatas pada daerah tersebut diatas.

2. Tuberkolosis Lanjut Sedang ( Moderatly Advance Tubercolosis )Yaitu sarang-


sarang yang bersifat bercak-bercak tidak melebihi luas satu paru dan jika
terdapat lubang , diameternya tak lebih dari 4 cm
3. Tuberkolosis Lanjut ( Far Advance Tubercolosis)
Yaituluas daerah yang dihinggapi sarang-sarang lebih dari pada kedua
kalsifikasi diatas , atau jika ada lubang , diameter keseluruhan lebih dari 4 cm.

Ada beberapa cara dalam pembagian kelainan tuberkulosis dilihat dari foto roentgen,
salah satunya menurut bentuk kelainan yaitu :

a. Sarang eksudatif,berbentuk bercak dengan batas tidak tegas dan densitas


rendah.
b. Sarang produktif , berbentuk butir-butir bulat kecil yang batasnya tegas dan
densitasnya sedang.

9
c. Sarang induratif atau fibrotik , berbentuk garis-garis atau pita tebal berbatas
tegas dengan densitas tinggi.
d. Kavitas (lubang)
e. Sarang kapur ( kalsifikasi )
Adapun kemungkinan – kemungkinan kelanjutan suatu sarang tuberkolosis adalah :

a. Penyembuhan.
1. Penyembuhan tanpa bekas
Penyembuhan tanpa bekas sering terjadi pada anak-anak (tuberkolosis
primer), dimana penderita tidak pernah menyadari dirinya terserang
penyakit tuberkolosis. Pada orang dewasa (tuberkolosis sekunder)
penyembuhan ini mungkin terjadi jika diberikan pengobatan secara baik.

2. Penyembuhan dengan meninggalkan cacat.


Penyembuhan ini berupa garis-garis berdensitas tinggi/sarang fibrotikatau
sarang fibrokalsiferus. Fibrokalsiferus dilapangan atas paru mengakibatkan
penarikan pembuluh-pembuluh darah besar dikedua hili ke atas , keadaan ini
dikenal dengan Tuberkolosis Fibrodensa yang memiliki gambaran yang khas
seakan-akan menyerupai kantong celana yang diangkat , dikenal dengan
fenomena kantong celana ( Broekzak Fenomeen ). Secara rontgenologis
sarang baru dinilai sembuh bila setelah jangka waktu 3 bulan bentuknya
sama ( stationary ) , sifat bayangan harus berupa gari - garis atau bintik-
bintik , harus didukung oleh hasil pemeriksaan laboratorium yang baik.

b. Perburukan ( perluasan ) penyakit.


Adapun perburukan dan perluasan penyakit aakibat tuberkolosis :

1. Pleuritis : terjadi karena meluasnya infiltrate primer langsung ke pleura ,


sering terjadi pada remaja belasan tahun tapi jarang balita.
2. Penyebaran miliar : akibat penyebaran hematogen tampak sarang-sarang
kecil 1-2 mm , tersebar di kedua belah paru sacara merata. Pada foto
thorak tuberkolosis miliar menyerupai gambaran badai kabut ,
penyebarannya dapat terjadi ke ginjal , tulang, sendi, selaput otak, dsb.

10
3. Stenosis bronkus : dengan akibat atelektasis lobus atau segmen paru yang
bersangkutan , sering menduduki lobus kanan.
4. Timbulnya lubang ( Kavitas ) : akibat melunaknya sarang keju . Lubang
kecil dikelilingi oleh jaringan fibrotik dan bersifat tetap.
c. Keadaan yang disalah artikan sebagai sarang tuberkolosis.
1. Infiltrat pneumo lobaris di lobus atas paru dalam massa resolusi
yang terletak di lapangan atas paru.
2. Superposisi jalin ( kepang ) rambut wanita yang tidak diikat
diatas kepala , melainkan lepas tergantung dibahu menutupi bagian
atas paru.
3. Kelainan bawaan ( anomaly ) iga.
4. Superposisi bagian lateral muskulus
5. Superposisi bagian lateral muskulus sternokleidomastoideus
6. dengan bagian medial costae pertama.

E. Pengertian Radiografi
F. Teknik Pemeriksaan Radiografi Thorax.
a. Persiapan Pasien

Pada pemeriksaan radiografi thorak tidak ada persiapan khusus bagi pasien.
Hanya saja, semua benda yang dapat mengganggu radiograf dilepas terlebih
dahulu, seperti : kalung , pakian dalam (BH) , kancing baju , peniti , dll. Selain
itu komunikasi dengan pasien merupakan hal penting yang harus diperhatikan.
Penting untuk menjelaskan mengenai prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan
serta alasan melepas pakaian bagian atas dan benda-benda yang dapat
mengganggu radiograf .

b. Persiapan Alat

Adapun alat-alat yang perlu dipersiapkan pada pemeriksaan radiografi thorak


adalah :

1. Pesawat sinar-x

11
2. Kaset dan film sesuai dengan ukuran

3. Apron (jika di perlukan)


4. Baju pasien
5. Alat processing
6. Marker R/L
d. Teknik Pemotretan.

Proyeksi dasar yang digunakan pada pemeriksaan radiologi thorak adalah


proyeksi Postero Anterior (PA), proyeksi Lateral, dan proyeksi tambahan yaitu :
proyeksi Antero Posterior (AP) Lordotik yang khusus digunakan untuk melihat
kelainan Tuberkolosis Paru.

a. Proyeksi Postero Anterior (PA)


1. Posisi Pasien : Pasien berdiri menghadap ke standar kaset. Dagu diletakan
pada penopang dagu yang terletak di tengah batas atas kaset. Kedua
telapak tangan endorotasi maksimum dan diletakan diatas crista illiaka.
Siku didorong ke depan hingga menempel kaset agar scapula tidak
menutupi lapangan paru. Pundak agak diturunkan agar klavikula terletak
di bawah paru.
2. Posisi Obyek : Atur Mid Sagital Plane ( MSP ) tepat ditengah kaset.
Pastikan tidak ada rotasi pada thorak. Batas atas kaset 4 – 5 cm diatas
pundak.
3. Pengaturan Sinar : Central Ray tegak lurus terhadap kaset dengan arah
horizontal. Central Point pada vertebrae thorakal ke 7 atau diantara kedua
angulus inferior scapula.
4. Focus Film Distance ( FFD ) adalah 150 cm.
5. Kolimasi : Luas lapangan penyinaran seluas lapangan obyek ( thorak ).
6. Ekspose : Dilakukan pada saat inspirasi kedua dan tahan nafas dengan
tujuan untuk memperluas lapngan paru.
7. Kriteria Radiograf :

12
Tampak kedua lapangan paru dari apeks sampai sinus costoprenicus ,
tampak bayangan udara pada trakea, tampak hilus jantung , tampak,
costae, klavikula, vertebrae thorakalis 1 – 12.
Pada saat inspirasi penuh tampak gambaran costae belakang 9 – 10.

Gambar 4: Proyeksi PA Gambar 5: Hasil Proyeksi PA

b. Proyeksi Lateral
1. Posisi Pasien : Pasien berdiri dengan sisi kiri tubuh menempel kaset. Atur
kedua tangan fleksi dan diletakan diatas kepala.
2. Posisi Obyek : Atur Mid Coronal Plane ( MCP ) pasien tegak lurus / tepat
ditengah kaset dan Mid Sagital Plane ( MSP ) pasien sejajar kaset.
3. Pengaturan Sinar : Central ray tegak lurus terhadap kaset dengan arah
sinar horizontal. Central Point setinggi vertebrae thorakal ke 7.
4. Focus Film Distance ( FFD ) 150 cm.
5. Kolimasi : Luas lapangan penyinaran seluas obyek dengan batas atas
sinar pada vertebrae prominens.
6. Ekspose : Pada saat inspirasi kedua dan tahan nafas.
7. Kriteria Radiograf :

13
Tampak apeks pulmo dan sinus costoprenicus. Tampak sternum di bagian
anterior. Batas jantung dan diafragma tampak dengan jelas.

Gambar 6: Proyeksi Lateral Gambar 7: hasil Proyeksi Lateral

c. Proyeksi AP Lordotik :
1. Posisi Pasien : Pasien berdiri di depan standar kaset dengan jarak kuramg
lebih 1 langkah, kemudian pasien menyandar pada standar kaset sehingga
pundak, leher, dan kepala, menempel pada standar kaset. Kedua telapak
tangan endorotasi maksimum dan diletakan diatas crista illiaka, kemudian
siku didorong kedepan.
2. Posisi Obyek : Atur Mid Sagital Plane ( MSP ) lurus ditengah kaset. Batas
atas kaset 7 – 8 cm diatas pundak.
3. Pengaturan Sinar : Central Ray tegak lurus terhadap kaset dengan arah
sinar horizontal. central point pada pertengahan sternum atau 9 cm
dibawah jugular notch.
4. Focus Film Distance ( FFD ) 150 cm.

14
5. Kolimasi : Luas lapangan penyinaran seluas obyek (thorak).
6. Ekspose : Pada saat inspirasi kedua dan tahan nafas.
7. Kriteria Radiograf :
Tampak paru-paru , os. Klavikula, jantung, dan corpus vertebrae.
Klavikula terletak di bagian superior dari apeks paru. Gambaran apeks
paru bebas dari superposisi dengan klavikula dan tampak jelas. Kedua
sternoklavikular joint berjarak sama.Klavikula pada posisi horizontal.
Costae depan dan belakang saling superposisi.

Gambar 8: Proyeksi AP Lordotik gambar 9 : Hasil Proyeksi AP Lordotik

15
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Prosedur Pemeriksaan Thorax


Pemeriksaan Thorax adalah prosedur pemeriksaan fisik umum yang dilakukan
oleh dokter untuk mengetahui kondisi organ di dalam rongga dada, termasuk
jantung dan paru-paru.

1. Persiapan Pasien
Pada dasarnya Pemeriksaan Thorax tidak ada persiapan secara khusus cukup
dengan memberikan pengertian kepada pasien tentang pelaksanaan yang akan
dilakukan, sehingga pasien tahu tindakan apa yang akan dilakukan selama
pemeriksaan. Selain itu membebaskan objek yang akan difoto dari benda
benda yang dapat mengganggu atau menimbulkan bayangan radiopague pada
radiograf.

 Data pasien
a. Nama : Tn.YB
b. Umur : 45 tahun
c. Jenis kelamin : Laki- Laki
d. Alamat : Kangae
e. No. Rekam Medis : 133108427
f. Dokter Pengirim : dr. X
g. Klinis : Tuberkolosis (TB)
h. Hari/ tanggal Pemeriksaan : Kamis,19 April 2021
i. Jenis pemeriksaan : Rὂ. Thorax
j. Waktu pemeriksaan : ± Pukul 10. 37

16
2. Persiapan alat dan bahan yang digunakan
 Pesawat X-Ray
 Merek : JPI HEALTHCARE
 Type / Model : Clear Vision DRE 140/150
 Kaset
 Merek : Fuji Fillm
 Jenis : Green Sensitive
 Ukuran : 35 x 35
 Fillm
 Merek : Fuji Fillm
 Jenis : Green Sensitive
 Ukuran : 30 x 40
 Marker
 :R / L
 Grid
 : Grid
 Mesin Processing : Manual

B. Teknik Pemeriksaan Radiografi thorak.


a. Proyeksi Postero Anterior ( PA )
Posisi Pasien :
Pasien berdiri menghadap ke standar kaset. Dagu diletakan pada penopang
dagu yang terletak di tengah batas atas kaset. Kedua telapak tangan
endorotasi maksimum dan diletakan diatas crista illiaka. Siku didorong ke
depan hingga menempel kaset agar scapula tidak menutupi lapangan paru.
Pundak agak diturunkan agar klavikula terletak di bawah paru.
Posisi Obyek :
Atur Mid Sagital Plane (MSP) tepat ditengah kaset. Pastikan tidak ada rotasi
pada thorak. Batas atas kaset 4 – 5 cm diatas pundak.

17
Arah Sinar :
 Central Ray tegak lurus terhadap kaset dengan arah horizontal.
 Central Point pada vertebrae thorakal ke 7 atau diantara kedua angulus
inferior scapula.
 Focus Film Distance ( FFD ) adalah 150 cm.
 Kolimasi : Luas lapangan penyinaran seluas lapangan obyek ( thorak ).
 Ekspose : Dilakukan pada saat inspirasi kedua dan tahan nafas dengan
tujuan untuk memperluas lapngan paru.

Gambar 10: Proyeksi PA Gambar 11: Hasil Proyeksi PA


Kriteria Radiograf :
Tampak kedua lapangan paru dari apeks sampai sinus costoprenicus ,
tampak bayangan udara pada trakea, tampak hilus jantung , tampak,
costae, klavikula, vertebrae thorakalis 1 – 12.
Pada saat inspirasi penuh tampak gambaran costae belakang 9 – 10.

b . Proyeksi Anterior Postero( AP )


Posisi Pasien :
Pasien berdiri di depan standar kaset dengan jarak kuramg lebih 1 langkah,
kemudian pasien menyandar pada standar kaset sehingga pundak, leher, dan
kepala, menempel pada standar kaset. Kedua telapak tangan endorotasi
maksimum dan diletakan diatas crista illiaka, kemudian siku didorong
kedepan.
Posisi Obyek :

18
Atur Mid Sagital Plane ( MSP ) lurus ditengah kaset. Batas atas kaset 7 – 8
cm diatas pundak.
Arah Sinar :
 Central Ray tegak lurus terhadap kaset dengan arah horizontal
 Central Point pada vertebrae thorakal ke 7 atau diantara kedua
angulus inferior scapula.
 Focus Film Distance ( FFD ) adalah 150 cm.
 Ekspose : Dilakukan pada saat inspirasi kedua dan tahan nafas
dengan tujuan untuk memperluas lapngan paru.

Gambar 12: Proyeksi AP Lordotik gambar 13 : Hasil Proyeksi AP Lordotik


Kriteria Radiograf :
Tampak paru-paru , os. Klavikula, jantung, dan corpus vertebrae. Klavikula
terletak di bagian superior dari apeks paru. Gambaran apeks paru bebas dari
superposisi dengan klavikula dan tampak jelas. Kedua sternoklavikular joint
berjarak sama.Klavikula pada posisi horizontal. Costae depan dan belakang
saling superposisi.
c. Proyeksi Lateral
Posisi Pasien :
Pasien berdiri dengan sisi kiri tubuh menempel kaset. Atur kedua tangan
fleksi dan diletakan diatas kepala.
Posisi Obyek :
Atur Mid Coronal Plane ( MCP ) pasien tegak lurus / tepat ditengah kaset
dan Mid Sagital Plane ( MSP ) pasien sejajar kaset.

19
Arah Sinar :
 Central ray tegak lurus terhadap kaset dengan arah sinar horizontal
 Central Point setinggi vertebrae thorakal ke 7
 Focus Film Distance ( FFD ) 150 cm
 Kolimasi : Luas lapangan penyinaran seluas obyek dengan batas atas
sinar pada vertebrae prominens.
 Ekspose : Dilakukan pada saat inspirasi kedua dan tahan nafas
dengan tujuan untuk memperluas lapngan paru.

Gambar 14: Proyeksi Lateral gambar 15 : Hasil Proyeksi Lateral


Kriteria Radiograf :
Tampak apeks pulmo dan sinus costoprenicus. Tampak sternum di bagian
anterior. Batas jantung dan diafragma tampak dengan jelas.
C. Pembahasan Laporan Khasus

Pada pemeriksaan Radiologi thorak dengan kasus tuberkolosis paru di


Rumah Sakit St.Gabriel Kewapante hanya diperlukan proyeksi PA tanpa
dilengkapi dengan proyeksi tambahan AP Lordotik, karena proyeksi PA dianggap
telah mampu untuk menilai kelainan-kelainan pada apeks paru seperti
tuberkolosis paru. Pada proyeksi PA apek paru akan tampak superposisi dengan
os.klavikula sehingga mungkin dapat mengganggu dalam menilai kelainan pada
apeks paru. Namun pada proyeksi AP Lordotik apeks paru akan terbebas dari
superposisi dengan os.klavikula, karena klavikula akan terlempar ke atas dan
terletak diatas apeks paru akibat penyudutan sinar. Keuntungan pemeriksaan

20
Radiologi thorak dengan proyeksi PA tanpa dilengkapi proyeksi tambahan AP
Lordotik pada kasus tuberkolosis paru adalah dosis radiasi yang diterima pasien
menjadi lebih sedikit.

Pada proyeksi PA, MSP pasien tepat ditengah – tengah kaset, Central Point ( CP )
pada vertebrae thorakal ke 7 atau diantara kedua angulus inferior scapula dengan
arah sianar horizontal. Batas – batas lapngan penyinaran, pada bagian atas
setinggi vertebrae prominens ( cervical ke 7 ), pada bagian bawah sepanjang batas
bawah kaset, dan batas kanan dan kiri pada bagian kanan dan kiri sisi lateral
tubuh. Dengan batas – batas seperti diatas maka apeks paru akan tampak pada
radiograf dan sinuscostoprenicus akan masuk pada radiograf. Dorsum manus
endorotasi maksimum dan diletakan diatas crista illiaka, kemudian siku didorong
kedepan hingga menempel kaset dengan tujuan agar scapula tidak menutupi
lapangan paru.Eksposi pada saat inspirasi kedua dan tahan nafas dengan maksud
agar lapangan paru tampak lebih mengembang / lebih luas, karena diafragma
menjadi turun serta kapasitas udara yang masuk lebih banyak. Dengan syarat
diatas maka radiograf yang dihasilkan dapat dibaca dengan baik oleh dokter.
Proteksi radiasi yang diberikan kepada pasien dapat dilakukan dengan cara
mengatur luas lapangan penyinaran seluas obyek thorak saja, serta diusahakan
agar tidak terjadi pengulangan pembuatan foto.

21
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian diatas penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

 Dalam pemeriksaan Radiologi thorak pada kasus Tuberkolosis paru di Rumah


Sakit St.Gabriel Kewapante hanya digunakan proyeksi rutin PA tanpa
dilengkapi dengan proyeksi tambahan AP Lordotik atau lateral
 Keuntungan dari penggunaan proyeksi PA tanpa dilengkapi proyeksi
tambahan AP Lordotik pada kasus Tuberkolosis paru di Rumah Sakit
St.Gabriel Kewapante adalah telah dapat menegakkan diagnosa dari kasus
Tuberkolosis paru.
B. Saran
Saran saya sebagai penulis adalah memang proyeksi PA sudah dapat memenuhi
permintaan. Tetapi alangkah sebaiknya di tambahkan proyeksi AP Lordotik supaya
daerah apek paru tidak superposisi dengan Clavicula.

22
DAFTAR PUSTAKA

DUNIA RADIOLOGI: TEKNIK PEMERIKSAAN Thorax


dunia-radiology.blogspot.com

Ballinger, Philip W. dan Eugene D. Frank. 2003. Merrill’s Atlas of Radiographic


Positions and Radiologic Prosedures, Tenth Edition, Volume Three. Saint Louis : Mosby.

Ballinger, P.W., 1995, Atlas of Radiographic Positioning and Radiologic Prosedures,


Volume One, Ninth Edition, The VC Mosby co London.

Pearce, Evelyn C. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama, 1999.

23
24

Anda mungkin juga menyukai