i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………….....i
KATA PENGANTAR……………………………………………………...ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………….iii
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………….1
A. Latar Belakang………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah………………………………………………2
C. Tujuan Penulisan………………………………………………..2
D. Manfaat Penulisan………………………………………………2
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………....23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
“ TEKNIK PEMERIKSAAN THORAX PADA KASUS TUBERKOLOSIS
(TB) DI RS ST. GABRIEL KEWAPANTE”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui sejauh mana pemeriksaan Thorax dengan proyeksi AP,
PA dan Lateral di Instalasi Radiologi RS St. Gabriel Kewapante dalam
membantu diagnosa suatu penyakit atau Tuberkolosis (TB).
2) Untuk mengetahui hasil radiografi pemeriksaan Thorax Pada khasus
Tuberkolosis (TB).
Untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan demi meningkatkan mutu
pelayanan di instalasi Radiologi RS. St. Gabriel Kewapante
D. Manfaat Penulis
Untuk siapa saja harus diuraikan (petugas radiologi, dokter, RS, Perawat)
1. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis serta memberikan informasi
kepada pembaca mengenai pemeriksaan Thorax dengan proyeksi AP, PA dan
Lateral.
2. Dapat memberikan kita banyak informasi serta pengetahuan dan tambahan ilmu
yang sebelumnya kita belum dapatkan atau belum kita ketahui, tanpa harus
menerka-nerka atau menganalisa tanpa memiliki bukti diagnosa yang jelas.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Tuberkulosis
B. Anatomi Rangka Dada
Rangka dada atau thorak tersusun dari tulang dan tulang rawan. Thorak berupa
sebuah rongga berbentuk kerucut , di bawah lebih besar dari pada di atas dan di
belakang lebih panjang dari pada bagian depan. Dibagian belakang, thorak dibentuk
oleh kedua belas vertebrae thorakalis , di depan dibentuk oleh sternum ,dibagian atas
oleh klavikula , dibagian bawah oleh diafragma , dan di samping kiri dan kanan
dibentuk oleh kedua belas pasang iga yang melingkari badan mulai dari belakang dari
tulang belakang sampai ke sternum.
1. Sternum
Sternum atau tulang dada adalah sebuah tulang pipih yang terbagi atas tiga bagian
yaitu :
a. Manubrium Sterni. Yaitu bagian tulang dada sebelah atas yang membentuk
persendian dengan tulang clavicula dan tulang iga
3
b. Korpus Sterni. Yaitu bagian yang terbesar dari tulang dada dan membentuk
persendian dengan tulang iga.
c. Procesus Xypoideus. Yaitu bagian ujung dari tulang dada dan pada masih bayi
berbentuk tulang rawan.
4. Os. Clavicula
Clavicula adalah tulang yang melengkung yang membentuk bagian anterior dari
shoulder joint. Untuk keperluan pemeriksaan os. clavicula dibagi menjadi dua
ujung : ujung medial disebut sternoklavikular joint membentuk persendian dengan
sternum dan ujung lateral disebut acromioclavikular joint yang membentuk
persendian dengan acromion dari scapula.
4
5. Diafragma
Diafragma adalah struktur muskulo-tendineus berbentuk kubah yang
memisahkan rongga thorak dengan abdomen , serta membentuk lantai dasar dari
rongga thorak dan atap dari rongga abdomen. Pada saat inspirasi otot diafragma
berkontraksi sehingga menyebabkan kubah diafragma turun sehingga ukuran
thorak menjadi lebih besar. Turunnya diafragma menyebabkan udara ditarik
masuk oleh paru – paru dan meluas untuk mengisi rongga thorak yang membesar.
Pada saat ekspirasi otot diafragma mengendor , diafragma naik sehingga ukuran
thorak menjadi kecil dan udara didorong keluar. Tinggi diafragma berubah sesuai
dengan sikap seperti bila duduk tegak atau berdiri. Pada diafragma terdapat tiga
hiatus yaitu : hiatus aorta , hiatus esophageal , dan hiatus kava.
Pada puncak tulang rawan tiroid terdapat epiglotis yang berfungsi menutup
laring sewaktu orang menelan. Laring dilapisi oleh selaput lendir kecuali pita
suara dan bagian epiglotis dilapisi oleh epitelium berlapis.
5
b. Trakea
Merupakan lanjutan dari laring , dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri
dari tulang rawan yang membentuk hurup C. Berjalan dari laring sampai
ketinggian vertebrae thorakalis ke 5 dan ditempat ini bercabang menjadi dua
bronkus. Panjang trakea 9 sampai 11 cm dan dilapisi oleh selaput lendir.
Merupakan lanjutan dari trakea , terdiri dari 2 bagian : bronkus kanan dan kiri.
Bronkus tersebut berjalan kebawah dan kesamping menuju ke paru – paru.
Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar dari bronkus kiri. , sedikit lebih
tinggi dari arteri pulmonalis dan memiliki 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang
dan lebih langsing dari bronkus kanan dan berjalan di bawah arteri pulmonalis
serta memiliki 2 cabang. Bronkus memiliki cabang yang disebut bronkiolus dan
pada ujungnya terdapat gelembung paru atau alveoli.
d. Paru – Paru
Merupakan alat pernafasan utama , berbentuk kerucut dengan apeks diatas dan
muncul sedikit lebih tinggi dari klavikula. Sebagian besar paru terdiri dari alveoli
yang terbantuk dari sel endotel dan epitel, dibagian inilah terjadi pertukaran
6
udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 keluar dari darah. Paru dibagi menjadi
dua bagian yaitu paru kanan dan kiri. Paru kanan dibagi menjadi tiga lobus dan
paru kiri menjadi dua lobus. Antara lobus kanan dan kiri dipisahkan oleh suatu
fisura. Paru – paru dilapisi oleh suatu selaput yang disebut pleura, dimana pleura
dibagi menjadi 2 bagian :
2. Pleura Parietalis : selaput paru yang melapisi rongga dada sebelah luar
Antara kedua pleura ini terdapat sebuah rongga yang disebut kavum pleura.
Kavum pleura ini hampa udara dan terdapat sedikit cairan yang meminyaki
permukaannya untuk menghindarkan gesekan antara paru dengan dinding dada
pada saat bernafas.
Gambar 3: Paru-Paru
D. Fisiologi Pernafasan
7
Merupakan pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang terjadi pada paru-paru.
Oksigen diambil melalui mulut dan hidung waktu bernafas, oksigen masuk
melalui trakea dan sampai ke alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler
pulmonary. Alveoli memisahkan oksigen dari darah , oksigen menembus
membran , diambil oleh sel darah merah , dibawa ke jantung dan dipompakan ke
seluruh tubuh. 4 proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner :
Darah merah yang banyak mengandung oksigen dari seluruh tubuh masuk ke
jaringan akhirnya mencapai kapiler darah mengeluarkan oksigen ke dalam
jaringan , mengambil karbondioksida untuk dibawa ke paru-paru dan di paru
terjadi pernafasan internal.
D. Patologi Tuberkolosis
Tuberkolosis adalah suatu kondisi patologis dari paru-paru yang disebabkan oleh
infeksi melalui jalan nafas oleh mycobacterium tuberkolosis.
Yaitu tuberkolosis yang terjadi akibat infeksi melalui jalan nafas oleh
mycobacterium tuberkolosis yang biasa menyerang anak-anak. Kelainan yang
8
timbul dapat berlokasi dimana saja pada bagian paru. Salah satu komplikasi yang
mungkin timbul adalah pleuritis dan atelektasis.
Tuberkolosis yang sifatnya kronis dan sering terjadi pada orang dewasa.
Tuberkolosis ini dianggap sebagai re-infeksi pada seseorang yang sewaktu kecil
pernah menderita tuberkolosis primer , tetapi tidak diketahui dan menyembuh
sendiri. Sarang-sarang yang terlihat pada foto roentgen biasanya terletak
dilapangan atas paru dan segmen apical lobus bawah , walaupun kadang-kadang
terletak dilapangan bawah paru yang biasanya disertai plueritis.
Ada beberapa cara dalam pembagian kelainan tuberkulosis dilihat dari foto roentgen,
salah satunya menurut bentuk kelainan yaitu :
9
c. Sarang induratif atau fibrotik , berbentuk garis-garis atau pita tebal berbatas
tegas dengan densitas tinggi.
d. Kavitas (lubang)
e. Sarang kapur ( kalsifikasi )
Adapun kemungkinan – kemungkinan kelanjutan suatu sarang tuberkolosis adalah :
a. Penyembuhan.
1. Penyembuhan tanpa bekas
Penyembuhan tanpa bekas sering terjadi pada anak-anak (tuberkolosis
primer), dimana penderita tidak pernah menyadari dirinya terserang
penyakit tuberkolosis. Pada orang dewasa (tuberkolosis sekunder)
penyembuhan ini mungkin terjadi jika diberikan pengobatan secara baik.
10
3. Stenosis bronkus : dengan akibat atelektasis lobus atau segmen paru yang
bersangkutan , sering menduduki lobus kanan.
4. Timbulnya lubang ( Kavitas ) : akibat melunaknya sarang keju . Lubang
kecil dikelilingi oleh jaringan fibrotik dan bersifat tetap.
c. Keadaan yang disalah artikan sebagai sarang tuberkolosis.
1. Infiltrat pneumo lobaris di lobus atas paru dalam massa resolusi
yang terletak di lapangan atas paru.
2. Superposisi jalin ( kepang ) rambut wanita yang tidak diikat
diatas kepala , melainkan lepas tergantung dibahu menutupi bagian
atas paru.
3. Kelainan bawaan ( anomaly ) iga.
4. Superposisi bagian lateral muskulus
5. Superposisi bagian lateral muskulus sternokleidomastoideus
6. dengan bagian medial costae pertama.
E. Pengertian Radiografi
F. Teknik Pemeriksaan Radiografi Thorax.
a. Persiapan Pasien
Pada pemeriksaan radiografi thorak tidak ada persiapan khusus bagi pasien.
Hanya saja, semua benda yang dapat mengganggu radiograf dilepas terlebih
dahulu, seperti : kalung , pakian dalam (BH) , kancing baju , peniti , dll. Selain
itu komunikasi dengan pasien merupakan hal penting yang harus diperhatikan.
Penting untuk menjelaskan mengenai prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan
serta alasan melepas pakaian bagian atas dan benda-benda yang dapat
mengganggu radiograf .
b. Persiapan Alat
1. Pesawat sinar-x
11
2. Kaset dan film sesuai dengan ukuran
12
Tampak kedua lapangan paru dari apeks sampai sinus costoprenicus ,
tampak bayangan udara pada trakea, tampak hilus jantung , tampak,
costae, klavikula, vertebrae thorakalis 1 – 12.
Pada saat inspirasi penuh tampak gambaran costae belakang 9 – 10.
b. Proyeksi Lateral
1. Posisi Pasien : Pasien berdiri dengan sisi kiri tubuh menempel kaset. Atur
kedua tangan fleksi dan diletakan diatas kepala.
2. Posisi Obyek : Atur Mid Coronal Plane ( MCP ) pasien tegak lurus / tepat
ditengah kaset dan Mid Sagital Plane ( MSP ) pasien sejajar kaset.
3. Pengaturan Sinar : Central ray tegak lurus terhadap kaset dengan arah
sinar horizontal. Central Point setinggi vertebrae thorakal ke 7.
4. Focus Film Distance ( FFD ) 150 cm.
5. Kolimasi : Luas lapangan penyinaran seluas obyek dengan batas atas
sinar pada vertebrae prominens.
6. Ekspose : Pada saat inspirasi kedua dan tahan nafas.
7. Kriteria Radiograf :
13
Tampak apeks pulmo dan sinus costoprenicus. Tampak sternum di bagian
anterior. Batas jantung dan diafragma tampak dengan jelas.
c. Proyeksi AP Lordotik :
1. Posisi Pasien : Pasien berdiri di depan standar kaset dengan jarak kuramg
lebih 1 langkah, kemudian pasien menyandar pada standar kaset sehingga
pundak, leher, dan kepala, menempel pada standar kaset. Kedua telapak
tangan endorotasi maksimum dan diletakan diatas crista illiaka, kemudian
siku didorong kedepan.
2. Posisi Obyek : Atur Mid Sagital Plane ( MSP ) lurus ditengah kaset. Batas
atas kaset 7 – 8 cm diatas pundak.
3. Pengaturan Sinar : Central Ray tegak lurus terhadap kaset dengan arah
sinar horizontal. central point pada pertengahan sternum atau 9 cm
dibawah jugular notch.
4. Focus Film Distance ( FFD ) 150 cm.
14
5. Kolimasi : Luas lapangan penyinaran seluas obyek (thorak).
6. Ekspose : Pada saat inspirasi kedua dan tahan nafas.
7. Kriteria Radiograf :
Tampak paru-paru , os. Klavikula, jantung, dan corpus vertebrae.
Klavikula terletak di bagian superior dari apeks paru. Gambaran apeks
paru bebas dari superposisi dengan klavikula dan tampak jelas. Kedua
sternoklavikular joint berjarak sama.Klavikula pada posisi horizontal.
Costae depan dan belakang saling superposisi.
15
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Persiapan Pasien
Pada dasarnya Pemeriksaan Thorax tidak ada persiapan secara khusus cukup
dengan memberikan pengertian kepada pasien tentang pelaksanaan yang akan
dilakukan, sehingga pasien tahu tindakan apa yang akan dilakukan selama
pemeriksaan. Selain itu membebaskan objek yang akan difoto dari benda
benda yang dapat mengganggu atau menimbulkan bayangan radiopague pada
radiograf.
Data pasien
a. Nama : Tn.YB
b. Umur : 45 tahun
c. Jenis kelamin : Laki- Laki
d. Alamat : Kangae
e. No. Rekam Medis : 133108427
f. Dokter Pengirim : dr. X
g. Klinis : Tuberkolosis (TB)
h. Hari/ tanggal Pemeriksaan : Kamis,19 April 2021
i. Jenis pemeriksaan : Rὂ. Thorax
j. Waktu pemeriksaan : ± Pukul 10. 37
16
2. Persiapan alat dan bahan yang digunakan
Pesawat X-Ray
Merek : JPI HEALTHCARE
Type / Model : Clear Vision DRE 140/150
Kaset
Merek : Fuji Fillm
Jenis : Green Sensitive
Ukuran : 35 x 35
Fillm
Merek : Fuji Fillm
Jenis : Green Sensitive
Ukuran : 30 x 40
Marker
:R / L
Grid
: Grid
Mesin Processing : Manual
17
Arah Sinar :
Central Ray tegak lurus terhadap kaset dengan arah horizontal.
Central Point pada vertebrae thorakal ke 7 atau diantara kedua angulus
inferior scapula.
Focus Film Distance ( FFD ) adalah 150 cm.
Kolimasi : Luas lapangan penyinaran seluas lapangan obyek ( thorak ).
Ekspose : Dilakukan pada saat inspirasi kedua dan tahan nafas dengan
tujuan untuk memperluas lapngan paru.
18
Atur Mid Sagital Plane ( MSP ) lurus ditengah kaset. Batas atas kaset 7 – 8
cm diatas pundak.
Arah Sinar :
Central Ray tegak lurus terhadap kaset dengan arah horizontal
Central Point pada vertebrae thorakal ke 7 atau diantara kedua
angulus inferior scapula.
Focus Film Distance ( FFD ) adalah 150 cm.
Ekspose : Dilakukan pada saat inspirasi kedua dan tahan nafas
dengan tujuan untuk memperluas lapngan paru.
19
Arah Sinar :
Central ray tegak lurus terhadap kaset dengan arah sinar horizontal
Central Point setinggi vertebrae thorakal ke 7
Focus Film Distance ( FFD ) 150 cm
Kolimasi : Luas lapangan penyinaran seluas obyek dengan batas atas
sinar pada vertebrae prominens.
Ekspose : Dilakukan pada saat inspirasi kedua dan tahan nafas
dengan tujuan untuk memperluas lapngan paru.
20
Radiologi thorak dengan proyeksi PA tanpa dilengkapi proyeksi tambahan AP
Lordotik pada kasus tuberkolosis paru adalah dosis radiasi yang diterima pasien
menjadi lebih sedikit.
Pada proyeksi PA, MSP pasien tepat ditengah – tengah kaset, Central Point ( CP )
pada vertebrae thorakal ke 7 atau diantara kedua angulus inferior scapula dengan
arah sianar horizontal. Batas – batas lapngan penyinaran, pada bagian atas
setinggi vertebrae prominens ( cervical ke 7 ), pada bagian bawah sepanjang batas
bawah kaset, dan batas kanan dan kiri pada bagian kanan dan kiri sisi lateral
tubuh. Dengan batas – batas seperti diatas maka apeks paru akan tampak pada
radiograf dan sinuscostoprenicus akan masuk pada radiograf. Dorsum manus
endorotasi maksimum dan diletakan diatas crista illiaka, kemudian siku didorong
kedepan hingga menempel kaset dengan tujuan agar scapula tidak menutupi
lapangan paru.Eksposi pada saat inspirasi kedua dan tahan nafas dengan maksud
agar lapangan paru tampak lebih mengembang / lebih luas, karena diafragma
menjadi turun serta kapasitas udara yang masuk lebih banyak. Dengan syarat
diatas maka radiograf yang dihasilkan dapat dibaca dengan baik oleh dokter.
Proteksi radiasi yang diberikan kepada pasien dapat dilakukan dengan cara
mengatur luas lapangan penyinaran seluas obyek thorak saja, serta diusahakan
agar tidak terjadi pengulangan pembuatan foto.
21
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
22
DAFTAR PUSTAKA
Pearce, Evelyn C. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama, 1999.
23
24