Anda di halaman 1dari 24

KLINIS PADA EKSTREMITAS ATAS,EKSTREMITAS BAWAH

THORAX DAN VERTEBRA

DOSEN PEMBIMBING :
HJ.Asmiati Amir,S,Si.M.Si

DI SUSUN OLEH :
ADINDA NURFAIZAH MAKU (P122067)

POLITEKNIK KESEHATAN MUHAMMADIYAH MAKASSAR


2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua kehendaknya, tim penyusun
berhasil menyelesaikan tugas makalah dengan tepat waktu yang berjudul "KLINIS PADA EKSTREMITAS
ATAS EKSTREMITAS BAWAH THORAX DAN VERTEBRA."
Dalam penyusunan makalah ini, semua isi ditulis berdasarkan buku-buku dan jurnal referensi yang
berkaitan dengan sistem periodik kimia. Apabila dalam isi makalah ditemukan kekeliruan atau
informasi yang kurang valid, tim penyusun sangat terbuka dengan kritik dan saran yang membangun
untuk diperbaiki selanjutnya.

Akhir kata, tim penyusun makalah mengucapkan terima kasih.

Makassar, 17 April 2023

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN........................................................................................................................................4
A. Landasan Teori...........................................................................................................................4
1. Anatomi dan Fisiologi Thorax.................................................................................................4
2. EKSTREMITAS ATAS...............................................................................................................14
3. EKSTREMITAS BAWAH..........................................................................................................15
4. VERTEBRAE..........................................................................................................................17

BAB I
PEMBAHASAN

A. Landasan Teori
1. Anatomi dan Fisiologi Thorax

a. Rangka Dada (Thorax)

Rangka dada atau thorax tersusun dari tulang dan tulang rawan.

Thorax berupa sebuah rongga berbentuk kerucut, di bawah lebih besar

dari pada di atas dan di belakang lebih panjang dari pada bagian depan.

Dibagian belakang, thorax dibentuk oleh kedua belas vertebrae

thoracalis, di depan dibentuk oleh sternum, dibagian atas oleh

clavicula, dibagian bawah oleh diafragma , dan di samping kiri dan

kanan dibentuk oleh kedua belas pasang iga yang melingkari badan

mulai dari belakang dari tulang belakang sampai ke sternum di depan

(Pearce, 2011).

Keterangan :

1. Manubrium sterni

2. Klavikula

3. Skapula

4. Tulang rusuk

5. Vertebra torakalis
6. Prosessus xipoideus

7. Korpus sterni

b. Kerangka Dada (Thorax)


Batas-batas yang membentuk rongga di dalam thorax adalah

sternum dan tulang rawan iga-iga di depan, kedua belas ruas tulang

punggung beserta cakram antar ruas (diskus intervertebralis) yang

terbuat dari tulang rawan belakang, iga-iga beserta otot interkostal di

samping, diafragma di bawah, dan dasar leher di atas. Sebelah kanan

dan kiri rongga dada terisi penuh oleh paru-paru beserta pembungkus

pleuranya. Pleura ini membungkus setiap belah, dan membentuk batas

lateral pada mediastinum. Mediastinum ialah ruang di dalam rongga

dada antar kedua paru-paru. Isinya jantung dan pembuluh-pembuluh

darah besar, esofagus, duktus torasika, aorta desendens, dan vena kava

superior, saraf vagus dan frenikus dan sejumlah besar kelenjar limfe

(Pearce, 2015).

c. Paru-Paru
Paru-paru terdiri dari dua paru-paru besar yang seperti spons,

yang terletak di setiap sisi rongga thorax. Paru-paru kanan terdiri atas

tiga lobus, yaitu lobus superior (atas), tengah, dan inferior (bawah) yang

dibagi oleh dua celah yang dalam. Fisura inferior, yang memisahkan

lobus inferior dan tengah, disebut fisura oblik. Fisura horisontal

memisahkan lobus superior dan tengah. Paru-paru kiri hanya memiliki

dua lobus, yaitu lobus superior (atas) dan inferior (bawah) yang

dipisahkan oleh satu fisura oblik yang dalamAkumulasi

cairan dalam rongga pleura (efusi pleura) menciptakan kondisi yang

disebut hemotoraks (Bontrager, 2018)


Keterangan :

1. Trakea

2. Kelenjar tiroid

3. Apek paru

4. Fisura

5. Dasar paru

6. Diafragma

7. Sudut kostoprenikus

8. Jantung

9. Kelenjar timus

10. Pembuluh darah besar

D. Jantung dan Pembuluh Darah Besar


Jantung dan akar pembuluh darah besar tertutup dalam kantung

berdinding ganda yang disebut kantung perikardial. Jantung terletak di

posterior korpus sterni dan anterior T5 sampai T8. Jantung terletak

miring di ruang mediastinum, dan sekitar dua pertiga jantung terletak

di sebelah kiri bidang median.

Pembuluh darah besar di mediastinum adalah vena cava inferior

dan vena cava superior, aorta, dan arteri dan vena pulmonalis besar.

Vena cava superior adalah vena besar yang mengembalikan darah ke


jantung dari bagian atas tubuh. Vena cava inferior adalah vena besar

yang mengembalikan darah dari bagian bawah tubuh.

Aorta adalah arteri terbesar di dalam tubuh (diameter 2,5 hingga

5 cm) pada orang dewasa rata-rata. Aorta membawa darah ke seluruh

bagian tubuh melalui berbagai cabang. Aorta dibagi menjadi tiga

bagian : aorta asenden (keluar dari hati); arkus aorta, dan aorta

desenden, yang melewati diafragma ke abdomen, di mana ia menjadi

aorta abdominalis. Arteri dan vena pulmonalis memasok darah dan

mengembalikan darah ke semua segmen paru-paru. Jaringan kapiler

mengelilingi kantung udara kecil, atau alveoli, tempat oksigen dan

karbon dioksida dipertukarkan dengan darah melalui kantung udara berdinding tip

Adapun indikasi pemeriksaan pada torax yaitu :


1. Hemothorax
2. Bronkitis
3. Pneumonia
4. Tuberkolosis
5. Hemoptisis
6. Emfisema

MANIFESTASI KLINIS
 HemoThorax

Hemothorax merupakan kondisi dimana darah terkumpul di antara dinding dada dan paru-paru.
Daerah ini merupakan area di mana darah terkumpul, yang dikenal sebagai rongga pleura.
Penumpukan volume darah di ruang ini pada akhirnya dapat menyebabkan paru-paru Anda runtuh
ketika darah mendorong bagian luar paru-paru.

Pengumpulan darah di dada dapat memiliki banyak penyebab. Kondisi ini paling umum terjadi
setelah cedera dada atau operasi yang mencakup pembukaan dinding dada, terutama operasi
jantung atau paru-paru. Kondisi tertentu yang menyebabkan darah Anda tidak menggumpal dengan
benar juga dapat menyebabkan hemotoraks.

Hemothorax dapat disebabkan oleh faktor penyebab yang juga menyebabkan pneumotoraks.
Pneumotoraks terjadi ketika terlalu banyak udara masuk antara dinding dada dan paru-paru. Hal ini
mengakibatkan terlalu banyak tekanan pada paru-paru dan menyebabkan paru-paru atau sebagian
paru-paru runtuh.

Kemungkinan penyebab lain hemotoraks meliputi:

- darah tidak membeku dengan baik dan bocor ke rongga dada


- kanker di paru-paru
- cairan dan kanker di sekitar paru-paru, yang disebut efusi pleura ganas
- tumor kanker di dinding dada
- pembuluh darah besar terkoyak ketika kateter dimasukkan

infark paru sindrom Ehlers-Danlos (EDS) tipe 4, suatu kondisi yang mempengaruhi jaringan ikat
Dalam kasus yang jarang terjadi, terutama di luar Amerika Serikat dan negara maju lainnya,
hemotoraks dapat disebabkan oleh tuberkulosis (TB). Hemothorax juga dapat terjadi tiba-tiba selama
kehamilan atau setelah Anda melahirkan. Kondisi ini dikenal sebagai hemotoraks spontan, dimana
kondisi ini tidak selalu memiliki penyebab yang dapat diidentifikasDiagnosis Penyakit Hemothorax

Dokter akan menganjurkan beberapa jenis tes pencitraan dada dan paru-paru untuk melihat apa
yang menyebabkan perdarahan, terutama jika Anda memiliki cedera atau trauma dada.CT scan dapat
menunjukkan struktur di sekitar dada dan paru-paru sehingga dokter dapat melihat adanya
kelainan.Dokter juga dapat melakukan rontgen jika Anda mengalami patah tulang atau cedera di
bagian dada atau perut lainnya.

Apabila kondisi lain dicurigai mendasari penyakit hemothorax seperti kanker, TBC , dokter akan
merekomendasikan tes darah atau pencitraan lebih lanjut untuk mendiagnosis dan memberi
pengobatan yang paling sesuai.i.

 Pengertian Bronkitis

Bronkitis adalah peradangan atau iritasi yang terjadi pada saluran bronkus, yaitu pipa yang berfungsi
sebagai penyalur udara dari bagian tenggorokan menuju ke organ paru-paru. Masalah kesehatan ini
bisa muncul dalam beberapa hari, minggu, atau bahkan bulan.

Bronkitis umumnya diawali dengan batuk, terkadang diikuti dengan lendir atau dahak sebagai
dampak dari peradangan pada bagian dinding bronkus. Bronkitis yang tidak ditangani dan memburuk
bisa meningkatkan risiko terserang pneumonia dengan gejala, seperti demam, nyeri pada dada, dan
kesadaran menurun. Diagnosis Bronkitis

Diagnosis bronkitis diawali dengan menanyakan keluhan yang dirasakan, ada atau tidaknya faktor
risiko, dan bagaimana riwayat kesehatan pengidap secara keseluruhan. Setelah itu, dokter baru akan
melakukan pemeriksaan fisik, terutama pemeriksaan pada bagian dada. Selain itu, dokter akan
mendengarkan suara dari paru-paru dengan menggunakan stetoskop.

Jika memang dibutuhkan, dokter akan menyarankan untuk menjalani pemeriksaan lanjutan, seperti:

Analisis gas darah, yang dilakukan guna mengetahui kadar oksigen di dalam darah.

Pemeriksaan darah, guna mendeteksi tanda munculnya infeksi.

Pemeriksaan fungsi paru-paru, guna mendeteksi adanya risiko asma maupun emfisema. Dokter akan
meminta pengidap menghirup lalu menghembuskan napas melalui spirometer. Rontgen dada, untuk
mengamati kondisi kesehatan paru-paru dan jantung. Tes dahak, guna membantu mengidentifikasi
jenis bakteri yang menjadi penyebab bronkitis.

 Pneumonia

adalah peradangan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi. Pneumonia bisa menimbulkan gejala
yang ringan hingga berat. Beberapa gejala yang umum dialami penderita pneumonia adalah batuk
berdahak, demam, dan sesak napas.Pneumonia juga dikenal dengan istilah paru-paru basah. Pada
kondisi ini, infeksi menyebabkan peradangan pada kantong-kantong udara (alveoli) di salah satu atau
kedua paru-paru. Akibatnya, alveoli dipenuhi cairan atau nanah sehingga membuat penderitanya
sulit bernapas.
Tanda Gejala Pneumonia

Sebagian besar Gambaran klinis pneumonia anak-balita berkisar antara

ringan sampai sedang hingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil

berupa penyakit berat mengancam kehidupan dan perlu rawat-inap. Secara umum

gambaran klinis pneumonia diklasifikasi menjadi 2 kelompok yaitu :

a. Gejala umum : Demam, sakit kepala, maleise, nafsu makan kurang, gejala

gastrointestinal seperti mual, muntah dan diare.

b. Gejala respiratorik : Batuk, napas cepat (tachypnoe / fast breathing), napas

sesak (retraksi dada/chest indrawing), napas cuping hidung, air hunger dan

sianosis.

Hipoksia merupakan tanda klinis pneumonia berat. Anak pneumonia

dengan hipoksemia 5 kali lebih sering meninggal dibandingkan dengan

pneumonia tanpa hipoksemia (Kementerian Kesehatan RI, 2010).


 Tuberklosis

Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah suatu infeksi kronik jaringan paru terutama menyerang
parenkim paru dan penyebabnya adalah Mycobacterium Tuberculosae. TB Paru merupakan
suatu penyakit infeksi kronik yang telah lama dikenal oleh manusia. Penyakit kebanyakan
menyebar melalui droplet orang yang terinfeksi basil Tuberkulosis. Seiring dengan Penyakit
Malaria dan HIV/AIDS, TB Paru menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi
komitmen global dalam program MDGs (Millenium Development Goals).
 Hemoptisis

Hemoptisis, yaitu ekspektorasi darah dari saluran napas bagian bawah, memiliki kejadian
tahunan sekitar 0,1% pada pasien rawat jalan dan 0,2% pada pasien rawat inap. Ini adalah
keadaan darurat medis yang berpotensi mengancam jiwa dan membawa kematian yang tinggi.

LATAR BELAKANG KLINIS YANG ADA PADA HEMOPTISIS


Sebagian besar kasus hemoptisis terjadi pada orang dewasa (usia rata-rata 62 tahun, rasio laki-
laki:perempuan 2:1 [4]); jarang sekali anak-anak terpengaruh ( 7 , 8 ). Hemoptisis sejati, dengan
sumber perdarahan di saluran napas atau paru-paru, harus dibedakan dengan
pseudohemoptisis, yang darahnya berasal dari saluran cerna bagian atas atau saluran
pernapasan bagian atas (mulut, hidung, atau tenggorokan). Anamnesis yang cermat dan
pemeriksaan nasofaring harus menentukan apakah perdarahan berasal dari saluran pernapasan
(basa, merah terang, darah berbusa, kesulitan bernapas, sensasi hangat di dada) atau saluran
pencernaan (hematinisasi darah, pH asam, partikel makanan , sakit perut, mual).
Gejala
Hemoptisis dapat menjadi gejala dari berbagai penyakit. Dalam banyak kasus, penyakit radang
saluran napas (bronkitis, pneumonia, tuberkulosis, fibrosis kistik) terlibat, diikuti oleh keganasan.
 Emfisema

Emfisema adalah penyakit akibat kerusakan jangka panjang pada alveolus, yaitu kantong udara kecil
pada paru-paru. Kondisi ini dapat menyebabkan penderitanya sesak atau sulit bernapas.

Penyebab EmfisemaPenyebab utama emfisema adalah paparan zat yang dapat mengiritasi paru-paru
dalam jangka panjang, seperti:

- Asap rokok
- Polusi udara
- Asap atau debu bahan kimia dari lingkungan

Faktor risiko emfisema


Emfisema dapat terjadi pada siapa saja. Akan tetapi, penyakit ini lebih sering terjadi pada
orang dengan beberapa faktor di bawah ini:
- Memiliki kebiasaan merokok atau sering terpapar asap rokok (perokok pasif)
- Menetap atau bekerja di lingkungan yang mudah terpapar polusi udara, seperti lingkungan
pabrik atau industry
- Berusia 40 tahun ke atas
- Memiliki riwayat defisiensi alfa-1 antitripsin atau penyakit paru obstruktif (PPOK) dalam
keluarga

Diagnosis Emfisema

Untuk mendiagnosis emfisema, dokter akan melakukan tanya jawab mengenai gejala yang dialami
pasien, riwayat kesehatan pasien dan keluarganya, serta kebiasaan pasien, terutama kebiasaan
merokok dan kondisi lingkungan rumah atau pekerjaan.

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, khususnya kondisi paru-paru. Guna
memastikan diagnosis, dokter juga akan melakukan pemeriksaan penunjang, seperti:
- Foto Rontgen dada, untuk mendeteksi perubahan pada paru-paru yang menandakan kondisi
emfisema
- CT Scan, untuk mendeteksi perubahan di paru-paru secara lebih detail

Tes fungsi paru atau spirometri, untuk mengukur kapasitas paru-paru dalam bernapas

2. EKSTREMITAS ATAS

1. FRAKTUR

Fraktur yaitu fraktur yang terjadi pada tulang yang membentuk lokasi ektremitas atas baik pada
tangan, pergelangan tangan, lengan, siku, lengan atas dan gelang bahu (UT Southwestern Medical
Center, 2016).

2. DISLOKASI
Dislokasi relatif umum terjadi karena rentang gerak ekstremitas atas yang besar (prinsip umum
adalah bahwa semakin besar rentang gerak sendi, semakin rentan terhadap dislokasi). Dalam
banyak kasus, dislokasi berhubungan dengan patah tulang baik pada sendi yang sama (misalnya
patah tulang glenoid dalam pengaturan dislokasi bahu ) atau jauh dari dislokasi (misalnya
dislokasi fraktur Monteggia )

- dislokasi sendi sternoklavikular


- dislokasi sendi acromiclavicular
- dislokasi bahu
- dislokasi anterior
- dislokasi rendah
- dislokasi posterior
- dislokasi siku
- dislokasi kepala radial
- dislokasi karpal
- disosiasi scapholunate
- dislokasi fraktur perilunate
- dislokasi bulan sabit

3. EKSTREMITAS BAWAH

1. TUMOR

Tumor adalah perubahan sel-sel tubuh yang abnormal


2. DISLOKASI

Dislokasi adalah suatu kondisi di mana tulang bergerak menjauh dari sendi atau pindah darin
posisinya
4. VERTEBRAE

Tulang punggung adalah salah satu bagian tubuh terpenting karena tulang punggung adalah
fondasi yang menopang berat badan tubuh kita. Tulang punggung terdiri dari berbagai macam
tulang yang disebut vertebrae, bertumpuk dimulai dari bagian leher (daerah servikal) sampai ke
pinggang (daerah lumbal).

sebuah tulang punggung terdiri atas dua bagian yakni bagian anterior yang terdiri dari badan
tulang atau corpus vertebrae, dan bagian posterior yang terdiri dari arcus vertebrae. Arcus
vertebrae dibentuk oleh dua "kaki" atau pediculus dan dua lamina, serta didukung oleh
penonjolan atau procesus yakni procesus articularis, procesus transversus, dan procesus
spinosus. Procesus tersebut membentuk lubang yang disebut foramen vertebrale. Ketika tulang
punggung disusun, foramen ini akan membentuk saluran sebagai tempat sumsum tulang
belakang atau medulla spinalis. Di antara dua tulang punggung dapat ditemui celah yang disebut
foramen intervertebrale.
1. SKOLIOSIS
Skoliosis merupakan kondisi tulang belakang melengkung atau menyamping secara tidak normal.
Kebanyakan kasus skoliosis terjadi pada anak-anak sebelum masa pubertas. Walaupun kasus ini
tergolong ringan, tetap harus diwaspadai dan dianjurkan untuk menjalani X-ray agar mengetahui
perkembangnya. Gangguan ini dapat terjadi saat mengalami kondisi, seperti cerebral palsy dan
distrofi otot, meski secara umum tidak diketahui.

Pengidap skoliosis dewasa jika tulang belakang melengkung semakin parah akan merasakan
sulitnya bernapas, timbulnya rasa nyeri, serta kelainan bentuk pada tulang belakang. Jika terus
dibiarkan, mungkin saja kelumpuhan dapat terjadi. Maka dari itu, penanganan perlu dilakukan
segera saat masalahnya masih dalam tahap ringan untuk mencegah berbagai komplikasi yang
dapat membahayakan.

Diagnosis Skoliosis
Untuk memastikan diagnosis skoliosis, dokter akan menanyakan gejala yang dialami dan riwayat
penyakit yang dimiliki. Kemudian, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, dengan meminta
pengidap untuk berdiri atau membungkuk, serta memeriksa kondisi saraf.

Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan rontgen dan CT scan untuk mengetahui adanya skoliosis
dan tingkat keparahan lengkungan tulang belakang yang dialami.

2. lordosis
Lordosis adalah kelainan pada tulang belakang, di mana tulang punggung bagian bawah
melengkung ke dalam secara berlebihan. Kondisi ini bisa menyerang siapa saja, karena itu
penting bagi Anda memperhatikan setiap posisi duduk.Lengkungan yang berlebihan pada
punggung ini membuat tulang belakang mendapat tekanan sehingga seringkali menimbulkan
rasa tidak nyaman.

Penyebab Lordosis
Beberapa penyebab lordosis adalah sebagai berikut:

- Gangguan fungsi otot dan saraf (neuromuskular).


- Cedera karena olahraga, jatuh atau kecelakaan yang menyebabkan gangguan pada tulang
belakang.
- Pengeroposan tulang (osteoporosis) yang membuat tulang belakang rentan patah dan
menyebabkan kelengkungan yang tidak normal.
- Gangguan pertumbuhan tulang yang menyebabkan postur tubuh tidak proporsional
(Achondroplasia).
- Pergeseran tulang belakang (Spondilolistesis)
- Discitis atau peradangan ruang di antara vertebra (tulang belakang)
- Obesitas akan mempengaruhi postur

3. SPONDILITIS
Spondilitis adalah gejala penyakit berupa peradangan pada ruas tulang belakang, umumnya
disebabkan oleh kuman tuberkulosis.Penyebab lainnya, karena infeksi kuman lain. Proses radang
tersebut merusak badan ruas tulang belakang sampai membentuk tulang agak runcing ke depan.
Tekanan gaya berat mengakibatkan tulang belakang membengkok ke belakang pada tempat
rusaknya badan ruas tulang belakang. Biasanya radang tersebut menyerang daerah punggung
yang kemudian mengakibatkan daerah tersebut menonjol atau melengkung ke
belakang.Peristiwa tersebut disebut gibbus atau kifosis. Akibat lain, tulang sumsum belakang
biasanya ikut tergencet, sehingga penderita spondilitis dapat mengalami kelumpuhan pada
kedua kaki yang bersifat kaku (spastik), dan kehilangan perasaan pada bagian bawah kedua kaki
sampai setinggi daerah di mana saraf tersebut tergencet. Spondilitis juga diakibatkan oleh
gangguan defekasi dan miksi.

Penyebab
Spondilitis TB disebabkan adanya infeksi dari bakteri Mycobacterium tuberculosis. Pada kasus
anak, sumber infeksi biasanya berasal dari fokus primer, yaitu droplet Mycobacterium
tuberculosis masuk melalui saluran pernapasan dan akan menimbulkan fokus infeksi di jaringan
paru, sedangkan pada kasus pasien dewasa, umumnya infeksi berasal dari ekstrapulmoner
(selain organ paru seperti usus, ginjal, dan tonsil).

Diagnosis
Diagnosa spondilitis TB sulit ditegakan dan sering kali keliru dengan kondisi neoplasma spinal
atau spondilitis piogenik lainnya.

Penegakan diagnosis seperti pada penyakit pada umumnya yaitu melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik, diikuti dengan pemeriksaan penunjang. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
secara umum dapat menunjukkan adanya fokus infeksi TB di paru atau di tempat lain.
4. OSTEOPOROSIS
Osteoporosis adalah kondisi ketika kepadatan tulang berkurang sehingga tulang menjadi keropos
dan mudah patah. Osteoporosis jarang menimbulkan gejala dan biasanya baru diketahui ketika
penderitanya jatuh atau mengalami cedera yang menyebabkan patah tulang.

Osteoporosis bisa dialami oleh siapa saja, termasuk anak-anak dan orang dewasa. Namun,
osteoporosis lebih sering terjadi pada wanita yang telah memasuki masa menopause. Kondisi ini
disebabkan oleh berkurangnya kadar hormon estrogen yang berperan penting dalam menjaga
kepadatan tulang.

Osteoporosis sering kali tidak menimbulkan gejala apa pun. Kondisi ini biasanya baru diketahui
saat seseorang mengalami cedera yang menyebabkan patah tulang. Seiring berkurangnya
kepadatan tulang, penderita bisa mengalami gejala berikut:

- Mudah mengalami patah tulang walau hanya karena benturan yang ringan
- Nyeri punggung yang biasanya disebabkan oleh patah tulang belakang
- Postur badan membungkuk
- Tinggi badan berkurang
PENUTUP

Apabila ada kesalahan dalam penulisan atau salah


kata dalam pembuatan makalah tersebut di harapkan
untuk memberikan kritik dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/search?q=pengertian+osteoporosis&client=firefox-b-
d&bih=587&biw=1280&hl=id&sxsrf=APwXEdcrlmwC13MFd5uF7chhxgAbLjCoow
%3A1682776009053&ei=yR9NZN_rAr2N4-
EPl5ycgAU&oq=&gs_lcp=Cgxnd3Mtd2l6LXNlcnAQARgEMgcIIxDqAhAnMgcIIxDqAhAnMgcIIxDqAh
AnMgcIIxDqAhAnMgcIIxDqAhAnMgcIIxDqAhAnMgcIIxDqAhAnMgcIIxDqAhAnMgcIIxDqAhAnMgcI
IxDqAhAnMg0IABCPARDqAhC0AhgBMg0ILhCPARDqAhC0AhgBMg0ILhCPARDqAhC0AhgBMg0ILhC
PARDqAhC0AhgBMg0IABCPARDqAhC0AhgBMg0IABCPARDqAhC0AhgBMg0IABCPARDqAhC0AhgB
Mg0IABCPARDqAhC0AhgBMg0ILhCPARDqAhC0AhgBMg0IABCPARDqAhC0AhgBSgQIQRgAUABYAG
DyGWgBcAF4AIABAIgBAJIBAJgBAKABAbABFMABAdoBBggBEAEYCg&sclient=gws-wiz-serp

Anda mungkin juga menyukai