PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
seorang ilmuwan Jerman bernama Wilhelm Conrad Roentgent pada tahun 1895
dengan media kontras yaitu Intra Vena Pyelography (IVP). Pemereriksaan Intra
memasukan media kontras positif melalui pembuluh darah vena (intravenous) untuk
pH, volume, tekanan darah, memerlihara osmolalitas darah, ekskresi limbah dan
substansi asing, serta memproduksi hormon. Sistem urinari pada manusia terdiri dari
2 (dua) ginjal, 2 (dua) ureter, 1 (satu) kandung kemih dan 1 (satu) uretra. Setelah
ginjal menyaring plasma darah, maka plasma darah kebanyakan kembali dari air dan
zat terlarut ini pada dasarnya adalah urin yang melalui ureter dan tersimpan dalam
Pada sistem urinari sering dijumpai kasus dengan klinis retensi urine maupun
miom uteri. Retensi urin adalah suatu penumpukan urine di kandung kemih dan
urine adalah kesulitan miksi karena kegagalan urine dari vesika urinari. (Kapita
Selekta Kedokteran)
Beberapa gejala dan tanda yang akan tampak pada penderita retensi urine
adalah urine yang mengalir lambat, terjadi polyuria yang semakin lama menjadi
1
parah karena pengosongan kandung kemih tidak efisien, distensi abdomen akibat
dilatasi kandung kemih, terasa ada tekanan, kadang terasa nyeri dan merasa ingin
BAK.
Sedangkan miom uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot
uterus dan jaringan ikat sehingga dalam kepustakaan disebut fibromima atau fibroid.
(Mansjoer, Arif, 2001). Mioma ini biasanya terjadi pada wanita usia 35-45 tahun,
hamil pada usia muda, genetik, zat – zat karsinogenik. Faktor pencetus dari
Pemeriksaan radiografi media kontras pada indikasi mioma uteri dan retensi
Intra Vena Pyeloraphy pada indikasi mioma uteri dan retensi urin menggunakan 6
proyeksi AP 45 menit post penyuntikan media kontras, proyeksi Post Mixi dan satu
indikasi miom uteri dan retensi urin antara teori (Merril’s, 2016) dengan teknik
penulis tertarik untuk mengangkat sebagai laporan observasi dengan judul “Teknik
2
Miom Uteri Dan Retensi Urin Di Instalasi Radiologi RSUD Sunan Kalijaga
Demak”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prosedur pemeriksaan Intra Vena Pyelography pada kasus miom uteri
2. Mengapa pada pemeriksaan Intra Vena Pyelography pada kasus miom uteri dan
C. Manfaat Observasi
1. Bagi penulis
Pyelography dengan klinis miom uteri dan retensi urin di Instalasi Radiologi
2. Bagi Pembaca
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dengan media kontras yang sering dilakukan di instalasi radiologi. Sistem urinari pada
manusia terdiri dari 2 (dua) ginjal, 2 (dua) ureter, 1 (satu) vesika urinaria dan 1 (satu)
uretra. Kedua ginjal dan ureter adalah organ yang terletak di bagian retroperitoneal.
Ginjal terletak di samping masing – masing columna vertebralis dan pada bagian
posterior rongga abdomen. Ginjal kanan umumnya lebih rendah atau lebih inferior
dikarenakan terdapat liver disuperior ginjal kanan. Ginjal terhubung dengan vesika
urinaria melalui ureter yang ada pada masing – masing ginjal. Material yang sudah
tidak digunakan dalam bentuk urine, disalurkan dari ginjal ke vesika urinaria melalui
ureter. Kemudian diekskresikan dari vesika urinaria ke luar tubuh melalui urethra.
(Bontrager,2001)
4
1. Ginjal
dibungkus lapisan lemak yang tebal. Ginjal terdiri dari dua buah yaitu bagian
kanan dan bagian kiri. Ginjal kanan lebih rendah dan lebih tebal dari ginjal kiri,
hal ini karena adanya tekanan dari hati (liver). Letak ginjal kanan setinggi lumball
1 sedangkan letak ginjal kiri setinggi vertebra thorakal XI dan XII. Bentuk ginjal
seperti biji kacang tanah dan margo lateralnya berbentuk konveks sedangkan
margo medialnya berbentuk konkav. Panjang ginjang sekitar 4,5 inchi (11,25
cm), lebarnya 3 inchi (7,5 cm) dan tebalnya 1,25 inchi (3,75 cm). Rata – rata
ginjal orang dewasa relative kecil dengan berat sekitar 150 gram. Bagian luar dari
substansia medularis dan dibungkus oleh lapisan yang tipis dari jaringan fibrosa.
5
Kebanyakan radiograf abdomen dimana didalamnya termasuk urogram,
dilakukan ketika pasien ekspirasi dalam posisi supine. Kombinasi ekspirasi dan
posisi pasien supine membuat kedua ginjal terletak lebih tinggi di dalam rongga
abdomen. Selain posisi tersebut, posisi normal ginjal adalah pertengahan antara
Ginjal yang berupa kapsul berlemak dapat bergerak seperti lebih superior
ataupun lebih inferior apabila ada pergerakan dari diafragma dan perubahan
posisi tubuh. Ketika seseorang menarik nafas dalam atau berdiri tegak, maka
letak ginjal normalnya pada L1 atau 5 cm. Pada pasien yang gemuk atau lebih
tua, bisa saja ginjal terletak setinggi pelvis yang mungkin bisa menyebabkan
urinarius (papilla vateri). Pada setiap ginjal diperkirakan ada 1.000.000 nefron,
selama 24 jam dapat menyaring darah 170 liter. Arteri renalis membawa darah
murni dari aorta ke ginjal. Lubang – lubang yang terdapat pada pyramid renal
masing – masing membentuk simpul dan kapiler suatu badan malphigi yang
vena renalis yang membawa darah dari ginjal ke vena kava inferior.
6
Gambar 3. Nefron Ginjal Dan Sistem Urinaria Pria Aspek lateral
a. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat – zat toksik atau racun
tubuh
2. Ureter
inchi (25-30 cm), dan diameternya sekitar 1 mm sampai 1 cm. ureter terdiri atas
dinding luar yang fibrus, lapisan tengah yang berotot, dan lapisan mukosa sebelah
dalam. Ureter mulai sebagai pelebaran hilum ginjal, dan letaknya menururn dari
ginjal sepanjang bagian belakang dari rongga peritoneum dan di depan dari
muskulus psoas dan prosesus transversus dari vertebra lumbal dan berjalan
menuju ke bawah dan belakang serta di depan dari sayap os sacral, kemudian
7
melengkung pada bagian anterior dan medialnya dan selanjutnya masuk ke
kandung kemih melalui bagian posterior lateral. Pada ureter terdapat 3 daerah
a. Uretropelvico junction, yaitu ureter bagian proksimal mulai dari renal pelvis
b. Pelvic brim, yaitu persilangan antara ureter dengaan pembuluh darah arteri
iliaka.
ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uteralis masuk
3. Vesika Urinaria
yang merupakan tempat penampungan urine yang dihasilkan oleh ginjal, organ
ini berbentuk seperti buah pir (kendi). Letaknya di dalam panggul besar, sekitar
bagian postero superior dari symphisis pubis. Bagian kandung kemih terdiri dari
fundus (berhubungan dengan retal ampula pada laki – laki, serta uterus bagian
atas dari kanalis vagina pada wanita), korpus, dan korteks. Dinding kandung
kemih terdiri dari lapisan peritoneum (lapisan sebelah luar), tunika muskularis
(lapisan otot), tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
Kandung kemih bervariasi dalam bentuk, ukuran, dan posisinya, tergantung dari
volume urine yang ada di dalamnya. Secara umum volume dari vesika urinaria
8
Kandung kemih berfungsi sebagai tempat penampungan sementara
(kerutan) dan dinding otot elastis sehingga kandung kemih dapat membesar dan
9
Gambar 6. Midsagital Pelvis Pria
4. Urethra
Uretra adalah saluran sempit yang terdiri dari mukosa membrane dengan
mukulus yang berbentuk spinkter pada bagian bawah dari kandung kemih.
Letaknya agak ke atas orivisium internal dari uretra pada kandung kemih dan
terbentang sepanjang 1,5 inchi (3,75 cm) pada wanita dan 7-8 inchi (18,75 cm)
pada pria. Uretra pria dibagi atas pars prostaika, pars membrane, dan pars
kavernosa. Uretra berfungsi untuk transport urin dari kandung kemih ke meatus
eksterna, uretra merupakan sebuah saliran yang berjalan dari leher kandung
terutama bila sedang terpasang kateter. Pada saluran urogenital ini, dapat terjadi
penyakit, seperti :
10
a. Sistitis
wanita dari pada pria, karena pada wanita muara uretra dan vagina dekat
dengan daerah anal. Sistitis atau peradangan kandung kencing ,dapat juga
akut dan juga koronik, pada sistisis akut urine keluar sedikit-sedikit tapi
sistitis akan merasakan keluhan seperti disuria (nyeri saat miksi), sering
berkemih, merasa ingin berkemih terus, dan sakit di atas daerah suprapubis.
b. Pielonefritis
Penyebab paling sering penyakit ini adalah kuman yang berasal dari kandung
kemih yang menjalar naik ke pelvis ginjal. Pielonefritis ada yang akut dan
ada yang menahun. Bila akut, terasa sangat sakit dengan dengan kenaikan
perifer dan jaringan parut di kutub ginjal. Dan Pielonefritis yang disebabkan
oleh Obstruksi saluran kemih yang menimbulkan tekanan tinggi aliran balik
11
urine, yang menyebabkan infeksi semua papila, jaringan parut ginjal
2. Penyakit Glomerular
a. Glomerulonefritis
anak, dengan gejala yaitu edema akut, oiguria, proteinuria, urine berwarna,
gromerulus tubuh itu sendiri. Penyakit ini dapat menyebabkan gagal ginjal.
dan tumor ginjal. Gangguan obstruktif dapat menyebabkan disfungsi ginjal berat
5. Hipertrofi Prostat
sifat estrogenik. Ia biasanya bekerja sama dengan androgen, namun dapat bekerja
12
independen dengan menimbulkan efek berlawanan dengan androgen. Testosteron
serta metabolitnya bekerja sama menghasilkan hiperplasia prostat. Pada pria dia
atas 60 tahun, testosteron plasma menurun, namun hipertrofi prostat sudah dapat
6. Batu Ginjal
batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri,
perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di
dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung
nefrolitiasis). Batu dalam kandung kemih terbentuk dan berasal dari ginjal,masuk
kedalam kandung kemih,batu tertekan pada trigonum yang peka itu,maka akan
sering menyertai.
a. Gejala
menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat).
daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut,
daerah kemaluan dan paha sebelah dalam.Gejala lainnya adalah mual dan
kemih.
13
Penderita mungkin menjadi sering berkemih, terutama ketika batu
menyumbat aliran kemih, bakteri akan terperangkap di dalam air kemih yang
penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran
b. Diagnosa
sengaja pada pemeriksaan analisis air kemih rutin (urinalisis). Batu yang
disertai dengan adanya nyeri tekan di punggung dan selangkangan atau nyeri
mikroskopik bisa menunjukkan adanya darah, nanah atau kristal batu yang
kecil. Biasanya tidak perlu dilakukan pemeriksaan lainnya, kecuali jika nyeri
adalah pengumpulan air kemih 24 jam dan pengambilan contoh darah untuk
menilai kadar kalsium, sistin, asam urat dan bahan lainnya yang bisa
14
7. Batu kalsium
dimana kadar kalsium di dalam air kemih sangat tinggi. Obat diuretik thiazid
kalsium) di dalam air kemih, diberikan kalium sitrat. Kadar oksalatyang tinggi
dalam air kemih, yang menyokong terbentuknya batu kalsium, merupakan akibat
dari mengonsumsi makanan yang kaya oksalat (misalnya bayam, coklat, kacang-
kacangan, merica dan teh). Oleh karena itu sebaiknya asupan makanan tersebut
atau kanker. Pada kasus ini sebaiknya dilakukan pengobatan terhadap penyakit-
penyakit tersebut.
allopurinol.Batu asam urat terbentuk jika keasaman air kemih bertambah, karena
itu untuk menciptakan suasana air kemih yang alkalis (basa), bisa diberikan
9. Mioma Uteri
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
15
istilah Fibromioma, leiomioma, atau fibroid (Mansjoer, 2007). Mioma Uteri
adalah tumor jinak uterus yang berbatas tegas. (Price&Wilson, 2006). Mioma
Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul, yang berasal dari
otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri,
leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak
yang paling sering ditemukan pada traktus genitalia wanita,terutama wanita usai
produktif.
malpresentasi (Crum, 2003). Merupakan jenis tumor uterus yang paling sering.
Dapat bersifat tunggal atau ganda, dan dapat mencapai ukuran besar. Perubahan
dengan batas kapsul yang jelas, sehingga dapat dilepaskan dari sekitarnya.
Myoma Uteri umumnya terjadi pada usia lebih dari 35 tahun. Dikenal ada dua
tempat asal myoma uteri yaitu pada serviks uteri ( 2 % )dan pada korpus uteri ( 97
Mioma Uteri merupakan suatu tumor jinak lapisan miometrium rahim, dengan
sifat :
c. Bisa soliter atau multipel dengan ukuran mulai dari mikroskopis sampai > 50
kg
16
1) Klasifikasi
tumbuh di antara lapisan uterus yang paling tebal dan paling tengah,
yaitu miometrium.
paling luar, yaitu serosa dan tumbuh ke arah rongga peritonium. Jenis
kedua terbanyak.
c) Mioma submukosa
sehingga menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat bertangkai atau
(Chelmow, 2005)
d) Mioma Intraligamenter
e) Mioma Servik
17
2) Etiologi
setiap tumor berasal dari ”original single muscle cell”; setiap mioma uteri
adalah monoklonal dan semua berasal dari satu progenitor miosit. Disebutkan
yang terdiri dari jaringan otot, jaringan ikat fibrus dan banyak pembuluh
darah.
uteri tergantung pada sel-sel imatur yang terdapat pada “Cell Nest” yang
adalah : wanita usia 35-45 tahun, hamil pada usia muda, genetic, zat-zat
myoma uteri adalah adanya sel yang imatur dan terjadi pada
a) Usia penderita : Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia
18
b) Hormon endogen (Endogenous Hormonal) : Konsentrasi estrogen pada
(Djuwantono, 2005)
(Manuaba, 2003).
g) Paritas : Mioma uteri lebih banyak terjadi pada wanita dengan multipara
3) Patofisiologi
(corporeal) tapi dapat juga terjadi pada servik. Tumor subcutan dapat
19
perdarahan. Bila tumbuh dengan sangat besar tumor ini dapat
rongga uterus.
Myoma pada badan uterus dapat menyebabkan aborsi secara spontan, dan
hal ini menyebabkan kecilnya pembukaan cervik yang membuat bayi lahir
sulit.
20
b) Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah
e) Infertilitas
g) Dismenore
h) Abortus berulang
5) Komplikasi
21
10. Retensi urin
sempurna. Retensio urine adalah kesulitan miksi karena kegagalan urine dari
terjadi secara akut maupun kronis. (Depkes RI Pusdiknes 1995) retensio urine
UNIBRAW)
a. Etiologi
dan tumor
22
5) Beberapa obat mencakup preparat antikolinergik antispasmotik
b. Patofisiologi
Pada retensio urine, penderita tidak dapat miksi, buli – buli penuh
disertai rasa sakit yang hebat di daerah suprapubuik dan hasrat ingin miksi
yang hebat disertai mengejan. Retensio urine dapat terjadi menurut lokasi,
faktor obat dan faktor lainnya seperti ansietas, kelainan patologi urethra,
trauma dan sebagainya. Berdasarkan lokasi bisa dibagi menjadi supra vesikal
urethra sehingga urine sisa mengikat dan terjadi dilatasi bladder kemudian
distensi abdomen.
perut,peri anal, spinkter anal eksterna tidak dapat relaksasi dengan baik.
23
Selanjutnya terjadi distensi vesika urinaria dan distensi abdomen sehingga
4) Terasa ada tekanan, kadang terasa nyeri dan merasa ingin BAK
urethra.
d. Ren calculi (batu pada gijal), aalah kalkulus yang terdapat pada ginjal atau
e. Hidronefrosis, adalah distensi dari renal pelvis dan sistem kalises dari ginjal
24
g. Obstruksi ginjal (renal obstruction), adalah obstruksi pada ginjal yang
ginjal yang ditandai dengan banyaknya kista yang tidfak teratur pada satu
c. Kegagalan jantung
d. Anemia
g. Anuria
radiografi yang menggunakan media kontras positif untuk menampakan suatu organ
supaya lebih jelas dengan gambaran opaque. Beberapa tujuan pemeriksaan Intra Vena
25
3) Dengan IVP dokter dapat mengetahui adanya kelainan pada sistem tractus urinary
dari :
a. Batu ginjal
b. Pembesaran prostat
positif) dan anion (ion bermuatan negatif). Kation terikat pada asam radikal
satu sama lain. Kation bersifat seperti garam, seperti sodium ataupun
Tingkat osmolalitas yang tinggi dan reaksi yang lebih besar pada media
molekus asli ataupun anion, osmolalitas dan reaksi yang tinggi pada media
lagi adanya ikatan ion antar atom penyusun molekul. Kalau dalam media
26
kontras ionik terdapat dua partikel penyususn molekul (kation dan anion)
maka dalam bahan kontras non-ionik hanya ada satu partikel penyusun
pada plasma darah. Tubuh bisa mentolerir media kontras non ionik dengan
lebih baik. Reaksi yang ditimbulkan dari penggunaan media kontras nonionic
Contoh media kontras non ionik adalah iopamidol, iohexol, iopamiro dan lain
– lain.
Kontras media(+):
jumlahnya disesuaikan dengan berat badan pasien, yakni 1-2 cc/kg berat
- Urografin 20cc/lopamiro
Media kontras disuntikkan secara intra vena, biasanya pada vena cubiti
27
1) Media kontras yang digunakan adalah yang berbaham iodium, dimana
jumlahnya disesuaikan dengan berat badan pasien, yaitu 1-2 cc/kg berat
badan.
3) Bila ada dugaan kegagalan ginjal, dosis Bila ada dugaan kegagalan ginjal,
a. Secara Bolus
dikontrol melalui :
darah vena. Kecepatan dari aliran media kontras melalui jarum yang
28
telah dipasang dan dihubungkan dengan kateter/slang infuse dapat diatur
cubiti, karena venanya besar dan mudah diraba. Selain itu dapat
dilakukan pada vena medial kubiti, vena cepalik, vena basilaris, vena
pasien. Berikut reaksi – reaksi yang dapat timbul akibat penyuntikan media
kontras.
mual, muntah, dan utnuk itu selalu dipersiapkan nierbekken (bengkok) dan
juga handuk yang dibasahi untuk kompres pasien dika pasien merasa mual.
29
Dalam keadaan pasien yang merasa akan muntah maka jangan
ataupun duduk. Selain reaksi mual dan muntah, maka jenis reaksi ringan
yang lain adalah terasa gataldisertai bintik merah (hives) dan kadang –
kadang bisa terjadi bersin. Bentuk lain dari reaksi ringan ini bisa
walaupun yang dimuntahkan berupa cairan, dan bisa juga timbul bintik –
bintik kemerahan yang besar dan gatal. Bintik kemerahan ini biasanya
terlihat pada lengan atas dekat ketiak, pada daerah pangkal paha, dan juga
sesak. Keterlambatan menolong pasien dalam reaksi kontra yang berat ini
sifatnya bisa segera dan bisa juga timbul belakangan. Untuk mengetahui
timbulnya reaksi dari bahan kontras maka sejak penyuntikan pasien jangan
30
ditinggalkan sendirian dan selalu tanyakan apakah ada reaksi yang
trolly (emergency respons cart) dan dilengkapi antara lain jarum suntik dan
oksigen portable, penyedot, alat pengukur tekanan darah, alat monitor, dan
obat anti histamine seperti deladryl, avil, kalmetason dan lain – lain.
1) Skin Test
2) Test Langsung
tidak tahan terhadap media kontras dapat terjadi reaksi mayor atau
minor. Reaksi minor seperti mual, gata, mata merah dan sesak nafas.
31
3. Persiapan Pasien
a. Pasien makan bubur kecap saja sejak 2 hari (48 jam) sebelum pemeriksaan
BNO-IVP dilakukan.
b. Pasien tidak boleh minum susu, makan telur serta sayur-sayuran yang
berserat.
gelas air matang untuk urus-urus, disertai minum air putih 1-2 gelas, terus
puasa.
d. Selama puasa pasien dianjurkan untuk tidak merokok dan banyak bicara
dan sebelum pemeriksaan dimulai pasien diminta buang air kecil untuk
mengosongkan blass.
b. Kaset 24 x 30 cm dan 30 x 40 cm
d. Peralatan Steril
Spuit 20 cc (2 buah)
e. Peralatan Un-Steril
Plester
32
Marker R/L dan marker waktu
Baju pasien
Tourniquet
5. Prosedur Venipuncture
b. Langkah 2 :
33
Gambar 9. Memasang tourniquet
d. Langkah 4 :
34
Gambar 11. Penyuntikan
f. Langkah 6 :
2) Lepaskan tourniquet
35
Gambar 13. Melepas Torniquet Dan Persiapan Injeksi
g. Langkah 7 :
1) Mencabut wingneedle
36
E. Teknik Pemeriksaan Intra Vena Pyelography
a. Tujuan :
belum
b. Faktor teknik :
1) Menggunakan kaset 30 x 40 cm
c. Proteksi radiasi
1) Menggunakan gonad shield baik pada laki – laki ataupun wanita asala
d. Posisi pasien :
e. Posisi objek :
37
h. FFD : 100 cm
j. Kriteria radiograf :
38
2. Proyeksi AP 5 Menit Post Penyuntikan Media Kontras
1) Tujuan :
2) Faktor eksposi :
3) Proteksi radiasi :
a) Menggunakan gonad shield baik pada laki – laki ataupun wanita asala
4) Posisi pasien :
5) Posisi objek :
7) Titik bidik (CP) : Pada MSP tubuh setinggi antara procesus xypoideus
8) FFD : 100 cm
39
a) Tampak parenchim ginjal, kalik, mayor dan renal pelvis
1) Tujuan :
2) Faktor eksposi :
3) Proteksi radiasi :
a) Menggunakan gonad shield baik pada laki – laki ataupun wanita asala
4) Posisi pasien :
40
5) Posisi objek :
8) FFD : 100 cm
kandung kemih.
41
4. Proyeksi AP 30 menit Post Penyuntikan Media Kontras
1) Tujuan :
2) Faktor eksposi :
3) Proteksi radiasi :
4) Posisi pasien :
5) Posisi objek :
8) FFD : 100 cm
42
Gambar 19. Hasil Radiograf AP 30 Menit Post Penyuntikan Kontras
1) Tujuan :
2) Faktor eksposi :
3) Proteksi radiasi :
4) Posisi pasien :
43
5) Posisi objek :
6) Arah sinae (CR) : Tegak lurus terhadap objek dan disudutkan 10-15
caudal
8) FFD : 100 cm
1) Posisi Pasien
Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan rotasi MSP tubuh terhadap
44
2) Posiis Objek
c) Mengangkat lengan ke arah kanan jika RPO dan kiri jika LPO dan
iliaka
5) FFD : 100 cm
6) Kaset : 30 x 40 cm
8) Faktor Eksposi :
9) Kriteria Radiograf :
a) Ginjal yang dekat dengan kaset tampak dan pararlel dengan kaset
45
Gambar 22. Hasil Radiograf RPO Post Injeksi Kontras
1) Posisi Pasien
2) Posiis Objek
4) Titik Bidik (CP) : MSP tubuh antara xipoideus dan crista iliaka
5) FFD : 100 cm
6) Kaset : 30 x 40 cm
46
7) Eksposi : Ekspirasi dan tahan nafas
9) Kriteria Radiograf :
c) Tida ada rotasi ditandai dengan sayap crita iliaka dengan vertebra
47
BAB III
A. Profil Kasus
1. Identitas Pasien
menyajikan identifikasi pasien dalam tinjauan kasus ini yang diperoleh dari lembar
b. Umur : 44 tahun
e. No. RM : 191387
k. Ureum : 17 mg/dl
2. Riwayat Pasien
Sunan Kalijaga Demak dengan klinis miom uteri dan retensio urine. Dokter
48
Instalasi Radiologi dengan membawa surat permintaan pemeriksaan radiologi dari
dokter pengirim.
B. Teknik Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Laboratorium
sebagai berikut :
normal dan pasien memenuhi syarat untuk dilakukan pemeriksaan kontra IVP.
2. Persiapan Pasien
c. Pada pukul 08.00 pasien minum Dulcolax tablet sebanyak 6 tablet dengan
e. Pukul 17.45 sore, pasien dating ke Instalasi Radiologi RSUD Sunan Kalijaga
b. Kaset 24 x 30 cm dan 30 x 40 cm
d. Peralatan Steril
49
Wings needle No. 21 G (1 buah)
Spuit 20 cc (2 buah)
e. Peralatan Un-Steril
Plester
Baju pasien
Tournique
4. Persiapan pemeriksaan
dahulu.
pasien, faktor eksposi dan ketepatan objek, lalu dilakukan skin test dan
50
disuntikan melalui selang infus dengan sebelumnya mematikan tetesan cairan
infus.
6. Pelaksanaan Pemeriksaan
1) Posisi pasien :
tubuh
2) Posisi objek :
pemeriksaan
5) FFD : 100 cm
51
Gambar 25. Hasil Radiograf Ny. I Proyeksi AP Abdomen Polos
1) Posisi pasien :
2) Posisi objek :
pemeriksaan
52
4) Titik bidik (CP) : Pada MSP tubuh setinggi antara procesus
5) FFD : 100 cm
1) Posisi pasien :
2) Posisi objek :
53
5) FFD : 100 cm
Untuk melihat pengisian media kontras pada sepertiga distal uereter dan pada
kandung kemih, karena letk anatomis dari sepertiga distal ureter dan kandung kemmih
1) Posisi pasien :
2) Posisi objek :
54
3) Arah sinae (CR) : vertical tegak lurus terhadap kaset
5) FFD : 100 cm
1) Posisi pasien :
2) Posisi objek :
55
5) FFD : 100 cm
1) Posisi pasien :
pada kaset/grid
2) Posisi objek :
3) Arah sinae (CR) : Tegak lurus terhadap objek dan disudutkan 10-15 caudal
5) FFD : 100 cm
56
6) Eksposi : ekspirasi dan tahan nafas
Dari hasil pemeriksaan Intra Venous Pyelography pada paien Ny. I didapat
1. Proyeksi polos : Pre peritoneal fat line dan kontur ginjal dan psoas baik, tak
2. Ginjal kanan : bentuk, letak dan axis baik, fungsi ekskresi baik, pengisian
pcs tampak pada menit ke-5, pcs melebar, kaliks mayor melebar, kaliks minor
3. Ginjal kiri : bentuk, letak dan axis baik, fungsi ekskresi baik, pengisian
pcs tampak pada menit ke-5, pcs melebar, kaliks mayor melebar, kaliks minor
4. Ureter kanan kiri : melebar sampai setinggi corpus v.l 5, tampak kinking
setinggi corpus v.l 3, tak tampak filling defect, indentasi dan additional
shadow
57
5. Vesica urinaria : dinding regular, tak tampak filling defect, additional
6. Post miksi : masih tampak sedikit sisa kontras pada pcs kanan kiri dan
vesika urinaria
7. Kesan :
v.l 5
b. Hidronefrosis kiri grade 1 dan hidroureter kiri sampai setinggi corpus v.l 5
D. Pembahasan
pembuluh darah vena untuk melihat anatomi, fungsi, dan kelainan pada traktus
urinarius. Pemeriksaan Intra Venous Pyelography pada kasus miom uteri dan retensio
urin di Instalasi Radiologi RSUD Sunan Kalijaga Demak dilakukan dengan proyeksi
media kontras adalah untuk melihat pengisian media kontras pada sepertiga distal
ureter dan kandung kemih, karena secara otomatis letak dari sepertiga distal ureter
58
dan kandung kemih lebih ke arah snterior, sehingga lebih baik digunakan proyeksi PA
1. Kelebihan
jika sepertiga distal ureter terlihat, maka dapat dikatakan normal. Tetapi jika
sepertiga distal ureter tetap tidak terlihat (walupun sudah dibuat proyeksi PA
2. Kekurangan
Kerugian dari pembuatan fot PA 15 menit post penyuntikan media kontras ini
adalah pasien mendapatkan paparan radiasi yang lebih banyak. Proteksi radiasi
Radiologi RSUD Sunan Kalijaga Demak adalah dengana cara mengatur luas
59
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
sebagai berikut :
kontras, proyeksi AP 45 menit post penyuntikan media kontras, dan proyeksi Post
Mixi.
2. Pemeriksaan Intra Venous Pyelography pada kasus mioma uteri dan retensio urin
melihat pengisian media kontras pada sepertiga distal ureter dan pada kandung
kemih.
kontras :
a. Kelebihan
kontras adalah jika sepertiga distal ureter terlihat, maka dapat dikatakan
60
normal. Tetapi jika sepertiga distal ureter tetap tidak terlihat (walupun
b. Kekurangan
tersebut.
B. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan dalam laporan observasi ini yaitu untuk
Pyelography proteksi radiasi bagi pasien seperti luas lapangan kolimasi bisa lebih
diperhatikan.
61
DAFTAR PUSTAKA
Ballinger, Philip W, Eugene D. Frank. 2016. Merrill’s Atlas of Radiographic Positioning &
Procedures Volume 2. Thirteenth Edition. Missouri: Elsevier Mosby.
Bontrager, Keneth L. 2001. Textbook of Radiographic Positionning and Related Anatomy.
Fifth Edition. Mosby : United State of America
_______ 2005. Textbook of Radiographic Positionning and Related Anatomy. Sixth Edition.
Missouri: Elsevier Mosby.
Syaifudin. 1997. Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Jakarta : EGC
Pearce, E.C. 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Cetakan IV. FKUI : Jakarta
62
LAMPIRAN
63
Gambar 23. Proyeksi AP denga Kompresi
64