Anda di halaman 1dari 56

PERAN PERAWAT DALAM

PEMERIKSAAN RADIOLOGI

By: Ns. WULAN PURNAMA


FOTO THORAX
 Dada (toraks) merupakan bagian ideal untuk
pemeriksaan radiologi.
 Parenkim paru- paru yang berisi udara memberikan
resistensi yang kecil terhadap jalannya sinar x,
sehingga parenkim memberikan bayangan yang
sangat memancar.
 Bagian yang lebih padat udara akan sukar ditembus
sinar x, sehingga bayangannya lebih padat.
 Benda yang lebih padat akan memberikan kesan
berwarna lebih putih dari pada bagian yang
berbentuk udara jika dilihat pada lembar hasil
radiologi dada.
CXR (Chest X-Ray)
 Pemeriksaan CXR memberikan informasi
mengenai :
 Status sangkar iga, termasuk tulang rusuk, pleura,
dan kontur diafragma dan jalan nafas atas.
 Ukuran, kontur, dan posisi mediastinum dan hilus
paru, termasuk jantung, aorta, nodus limfe, dan
percabangan bronchial.
 Tekstur dan tingkat penyebaran udara dari
parenkim paru.
 Ukuran, bentuk, jumlah, dan lokasi lesi pulmonal,
termasuk kavitasi, area fibrosis, dan daerah
konsolidasi.
INDIKASI
 Mendeteksi perubahan paru yang disebabkan oleh
proses patologis, seperti tumor, inflamasi, fraktur,
akumulasi cairan atau udara.
 Menentukan terapi yang sesuai.
 Mengevaluasi kesangkilan pengobatan.
 Menetapkan posisi selang dan kateter.
 Memberikan gambaran tentang suatu proses
progresif dari penyakit paru.
 Pemeriksaan rontgen dada sebaiknya dilakukan di
bagian radiologi. Pemeriksaan sinar-X standar lebih
dipilih dengan posisi berdiri, meskipun posisi duduk
atau berbaring dapat dilakukan.
PEMAJANAN STANDARD
 Posterio-anterior (PA): sinar-X menjalar
melalui punggung ke bagian depan tubuh
 Anterio-posterior (AP): sinar X menjalar
melalui dada ke bagian belakang tubuh
 Lateral: sinar-X menembus bagian samping

tubuh (biasanya sebelah kiri)


PEMAJANAN SPESIFIK
 Oblique-film: sinar-X diarahkan miring
dengan sudut spesifik
 Lordotis-film: sinar-X dimiringkan dengan

sudut 45 derajat dari bawah untuk melihat


kedua apeks paru
 Dekubitus: film sinar-X diambil dengan posisi

pasien berbaring miring (kiri atau kanan)


untuk memperlihatkan cairan bebas dalam
dada.
PROSEDUR
 Pemeriksaan rontgen dada dilakukan dengan
posisi berdiri atau duduk tegak menghadap film
sinar-X.
 Hantaran gelombang sinar-X ditembuskan dari
arah posterior (posisi PA).
 Radiograf biasanya diambil saat inspirasi penuh,
yang menyebabkan diafragma bergerak ke arah
bawah.
 Radiograf yang diambil saat ekspirasi kadang
dilakukan untuk mengetahui tingkat gerakan
diafragma atau untuk membantu dalam
pengkajian dan diagnosis pneumotoraks.
PERAWATAN PRA-PROSEDUR
 Jelaskan klien tentang pemeriksaan ini.
 Pemeriksaan ini tidak menimbulkan nyeri dan

pemajanan pada radiasi adalah minimal.


 Klien harus melepaskan semua perhiasan dan

pakaian dalamnya lalu mengenakan gaun.


 Kaji status kehamilan klien (untuk klien

wanita); wanita hamil seharusnya tidak boleh


terpajan pada radiasi.
JENIS GANGGUAN/PENYAKIT
 a) Kanker laring
 b) Pneumonia
 c) TB paru
 d) Abses paru
 e) Bronchitis kronik
 f) Enfisema paru
 g) Asma
TEKNIK RADIOGRAFI THORAX
FOTO THORAX POSISI PA
 Pasien diposisikan erect menghadap bucky
stand (kaset vertikal), MSL // garis tengah
kaset.
 Kedua punggung tangannya diletakkan di

atas panggul dan siku ditekan ke depan.


 Eksposi pada saat pasien tahan nafas setelah

inspirasi penuh, berikan aba- aba: tarik


napas … …tahan ! ………... Nafas biasa...!
KRITERIA GAMBAR PA
 Foto mencakup keseluruhan thorax, bagian
atas: apeks paru-paru tidak terpotong
 Bagian bawah: kedua sinus costophrenicus

tidak terpotong
 Diafragma mencapai iga ke-9 belakang
 Kedua Os scapula terlempar ke arah lateral
 C.V. Thoracalis tampak s/d ruas keempat
 Tampak bayangan bronchus
 Foto simetris
 Tampak marker R/ L
FOTO THORAX POSISI AP
 Pasien diposisikan setengah duduk atau
supine di atas meja pemeriksaan/brandcar.
 Kedua lengan lurus disamping tubuh.
 Kaset di belakang tubuh, MSL // grs tengah

kaset
 Beri marker L / R
 Eksposi pada saat pasien tahan nafas setelah

inspirasi penuh, berikan aba- aba: tarik


napas … …tahan ! ………... Nafas biasa...!
KRITERIA GAMBAR AP
 Tampak gambaran thorax proyeksi AP
 Batas atas apex paru
 Batas bawah sinus costophrenicus
 Dinding lateral tidak terpotong
 CV TH sampai ruas ke empat
 Diafragma mencapai iga IX belakang
 Tampak bayangan bronchus
 Marker L / R & identitas pasien
 Foto simetris
THORAX POSISI LATERAL
 Pasien diposisikan erect, MSP // kaset
 Kedua lengan dilipat di atas kepala
 Pasang Marker L / R sesuai dengan sisi yang

dekat ke kaset
 Eksposi pada saat pasien tahan nafas setelah

inspirasi penuh, berikan aba- aba: tarik


napas … …tahan ! ………... Nafas biasa...!
KRITERIA GAMBAR LATERAL
 Tampak gambaran thorax proyeksi lateral
 Bagian Anterior mencakup gambaran sternum
 Bagian Posterior mencakup Col.Vert.
Thoracalis
 Batas atas apex paru
 Batas bawah sinus coctoprhenicus dan paru

posterior
 Gambaran iga-iga kiri dan kanan superposisi
 Gambaran bahu tidak menutupi apex paru
CT-SCAN THORAX
 Teknik pemeriksaan CT-SCAN thorax adalah
teknik pemeriksaan secara radiologi untuk
mendapatkan informasi anatomis irisan
cross-sectional atau penampang aksial
thorax.
INDIKASI
 Tumor, massa
 Aneurisma
 Abses
 Lesi pada hilus atau mediastinal
PERSIAPAN PASIEN
 Tidak ada persiapan khusus bagi penderita,
hanya saja instruksi-instruksi yang
menyangkut posisi penderita dan prosedur
pemeriksaan harus diberitahukan dengan
jelas.
 Penderita wajib melepaskan aksesoris seperti

kalung, bra dan mengganti baju dengan baju


khusus pasien supaya tidak menyebabkan
timbulnya artefak.
PERSIAPAN ALAT & BAHAN
 Pesawat CT-Scan
 Tabung oksigen
 Media kontras
 Spuit
 Kassa dan kapas
 Alkohol
PERSIAPAN MEDIA KONTRAS
 Penggunaan media kontras dalam pemeriksaan CT-
Scan diperlukan untuk menampakkan struktur-
struktur anatomi tubuh seperti pembuluh darah dan
organ-organ lainnya dapat dibedakan dengan jelas.
 Teknik injeksi intravena :
 Jenis media kontras: media kontras dengan
osmolaritas rendah
 Volume media kontras : 80 – 100 ml
 Injeksi rata-rata (kecepatan) : 2 ml / detik
 Waktu Scan : melakukan scanning pada saat 25
detik setelah pemasukan awal media kontras
(delay).
TEKNIK PEMERIKSAAN
 Posisi pasien : Supine diatas meja pemeriksaan
dengan posisi kepala dekat dengan gantry.
 Posisi objek :
◦ Mengatur pasien sehingga Mid Sagital Plane (MSP)
tubuh sejajar dengan lampu indicator
longitudinal. Kedua tangan pasien di atas kepala.
◦ Memfiksasi lutut dengan menggunakan body clem.
◦ Menjelaskan kepada pasien untuk inspirasi penuh
dan tahan nafas pada saat pemeriksaan berlangsung.
 Scan Parameter pemeriksaan CT-Scan thorax
FOTO SEBELUM - SESUDAH
 Foto sebelum dan sesudah memasukkan
Media Kontras: Kasus seperti tumor dibuat
foto sebelum dan sesudah pemasukan media
kontras.
 Tujuan dibuat foto sebelum dan sesudah

media kontras adalah untuk melihat apakah


ada jaringan yang menyerap kontras banyak,
sedikit atau tidak sama sekali.
KRITERIA GAMBAR
 Potongan axial 1
◦ Merupakan bagian paling superior dari thorax yang disebut
apeks paru-paru. Kriteria gambar yang tampak adalah (A) vena
jugularis interna kanan, (B) arteri karotis komunis kanan, (C)
Trakhea, (D) Sternum, (E) Sternoklavikula joint, (F) klavikula, (G)
Vena jugularis interna kiri, (H) arteri subklavikula kiri, (I) arteri
karotis komunis kiri, (J) vertebra thorakal II – thorakal III, (K)
arteri subklavia kanan, (L) prosesus acromion dari scapula, dan
(M) caput humerus.
 Potongan axial 3
◦ Kriteria yang tampak antara lain (A) vena brachiocephalic kanan
(dengan media kontras), (B) arteri innominata, (C) manubrium
sterni, (D) Vena brachiophelic kiri, (E) Arteri komunis karotis
kiri, (F) arteri subklavia kiri, (G) oesofagus, (H) vertebra thorakal
III-thorakal IV, dan (I) trakhea.
KRITERIA GAMBAR
 Potongan axial 5
◦ Kriteria gambar yang tampak adalah (A) vena kava superior, (B) Aorta
ascenden, (C) Corpus sternum, (D) Window aortopulmonary, (E)
oesoagus, (F) aorta descenden, (G) vertebra thorakal IV-thorakal V, dan
(H) Trakhea.
 Potongan axial 7
◦ Kriteria gambar yang tampak antara lain (A) Vena kava superior, (B)
Aorta ascenden, (C) arteri pulmonari utama, (D) Vena pulmonari kiri,
(E) arteri pulmonari kiri, (F) aorta descenden, (G) Vertebra thorakal VI-
thorakal VII, (H) Vena azygos, (I) oesofagus, (J) arteri pulmonari kanan.
 Potongan axial 10
◦ Kriteria Gambar yang tampak adalah (A) Vena kava inferior, (B) atrium
kanan, (C) Katup trikuspidalis, (D) perikardium, (E) ventrikel kanan, (F)
septum interventrikular, (G) ventrikel kiri, (H) atrium kiri, (I) aorta
descenden, (J) vertebra thorakal IX-thorakal X, (K) Oesofagus, (L)
hemidiafragma kanan.
BRONKOSKOPI
 Merupakan teknik yang memungkinkan visualisasi langsung
trakea dan cabang- cabang utamanya. Cara ini paling sering
digunakan untuk memastikan diagnostik, tetapi dapat juga
dilakukan untuk membuang benda asing.
 Setelah bronkoskopi pasien tidak boleh makan atau minum-
minuman selama 2-3 jam sampai timbul refleks muntah. Jika
tidak, pasien mungkin akan mengalami aspirasi ke dalam
trakeobronkhial.
 Pemeriksaan bronkhoskopi dilakukan dengan memasukkan
bronkhoskop ke dalam trakhea dan bronkhi. Dengan
menggunakan bronkoskop yang kaku atau lentur, laring,
trakhea, dan bronkhi dapat diamati.
 Pemeriksaan diagnostik bronkoskopi termasuk pengamatan
cabang trakheobronkhial, terhadap abnormalitas, biopsi
jaringan, dan aspirasi sputum untuk bahan pemeriksaan.
Bronkhoskopi digunakan untuk membantu dalam
mendiagnosis kanker paru.
TUJUAN PEMERIKSAAN
 Bronkhoskopi mungkin dilakukan untuk tujuan
diagnostik atau tujuan terapeutik.
 Tujuan diagnostik mencakup pemeriksaan
jaringan, evaluasi lanjut tumor untuk
memungkinkan bedah reseksi, pengumpulan
spesimen jaringan untuk keperluan diagnosa,
dan evaluasi tempat perdarahan.
 Tujuan terapeutik dilakukan untuk mengangkat
benda asing, mengangkat sekresi yang kental
dan banyak, pengobatan atelektasis pasca-
operatif, menghancurkan dan mengangkat lesi.
TUJUAN…
 Untuk memeriksa jaringan atau mengumpulkan sekresi
 Untuk menentukan lokasi dan keluasan proses patologi dan
untuk mendapatkan contoh jaringan guna menegakkan
diagnosis
 Menentukan apakah suatu tumor dapat direkresi atau tidak
melalui tindakan bedah
 Untuk mendiagnosa tempat pendarahan
 Jenis gangguan-gangguan yang ada pemeriksaan bronkoskopi:
 a)Kanker laring: langsung dibawah anastesi umum yaitu metoda
primer untuk mengevaluasi laring. Pertumbuhan tumor dapat
mengenai ketiga area dan penampilannya dapat beragam.

 b)Pneumonia: sputum dapat dikumpulkan melalui bronkoskopi


serat optic pada pasien yang tidak dapat mengeluarkan sputum
atau mengalami pneumonia setelah minum antibiotic atau ketika
dirawat di RS.
 c)Abses paru
PERAWATAN PRA-PROSEDUR
 Jelaskan prosedur pada klien dan keluarga dan dapatkan izin
tindakan dari klien.
 Instruksikan klien untuk tidak makan dan minum 6 jam
sebelum pemeriksaan.
 Informasikan pada klien bahwa tenggoroknya mungkin akan
sakit setelah bronkhoskopi, dan mungkin terjadi kesulitan
menelan pada awal setelah pemeriksaan.
 Klien diberikan anestesi lokal dan sedasi intravena untuk
menekan refleks batuk, dan menghilangkan ansietas.
 Pemeriksaan membutuhkan waktu 30 sampai 45 menit.S
 elama prosedur klien berbaring terletang dengan kepala
hiperekstensi.
 Perawat memantau tanda vital,berbicara pada atau
menenangkan klien, dan membantu dokter sesuai kebutuhan.
PERAWATAN PASCA-PROSEDUR
 Setelah prosedur, tanda vital dipantau per protokol
institusi (SOP)
 Amati klien terhadap tanda distres pernapasan, termasuk
dispnea, perubahan frekuensi pernapasan, penggunaan
otot aksesori pernapasan, dan perubahan bunyi napas.
 Tidak ada pemberian apapun melalui mulut sampai refleks
batuk dan menelan kembali pulih, yang biasanya sekitar 1
sampai 2 jam setelah prosedur.
 Bila klien sudah dapat menelan, berikan seteguk air.
 Bunyi nafas dipantau selama 24 jam.
 Adanya bunyi napas tambahan atau asimetris harus
dilaporkan pada dokter.
 Dapat terjadi pneumotoraks setelah bronkoskopi.
BRONCHOGRAPHY
 Bronchography adalah pemeriksaan radiologi
pada lower respiratory tract.
 Struktur lower respiratory tract, meliputi :
 larynx (voice box),
 trachea ,
 bronkus,
 Struktur tersebut akan nampak pada x-ray

film setelah contrast dye dimasukkan melalui


catheter atau bronchoscope (narrow, flexible,
lighted tube).
TEKNIK PEMERIKSAAN
 Contrast dye yang diinjeksikan melalui kateter atau bronchoscope
dimasukkan melalui hidung atau mulut, turun ke tenggorokan
selanjutnya ke trakea dan bronkus
 Contrast dye akan melapisi interior walls dari struktur tersebut di
atas, sehingga menampakkan anatominya.
 Selain itu, abnormalitas seperti tumor, peradangan , cysts, dan
obstructions dapat dinilai.
 Sejalan dengan perkembangan teknologi CT-Scan dan
Bronchoscopy , bronchography semakin jarang dilakukan.
 Prosedur lainnya yang dapat dilakukan untuk mendiagnosa
kelainan pada paru : bronchoscopy, CT scan Thorax, chest
fluoroscopy, chest x-ray, chest ultrasound, lung biopsy, lung
scan, mediastinoscopy, oximetry, peak flow measurement,
positron emission tomography (PET) scan, pulmonary angiogram,
pulmonary function tests, dan thoracocentesis.
PROYEKSI PEMERIKSAAN
 Lower Lobus: tidur pada sisi paru yang akan
diperiksa, dengan shoulder sisi lainnya
diangkat
 Midle Lobus : miring sebesar 45 derajat, atau

sama dengan posisi lower lobus


 Upper Lobus: kaki meja dimiringkan 15-30

derajat. Kepala diberi bantal agar MK tidak


masuk ke esofagus.
 Posisi Horizontal: lateral, oblique dan AP
 Posisi Vertikal (erect): lateral, PA, Oblique
INDIKASI
 Bronchografi dilakukan untuk mendiagnosa adanya
kelainan struktur ataupun fungsi pd laring, faring dan
atau bronchi
 Kelainan tersebut meliputi:
 Bronchiectasis: irreversible enlargement sebagai hasil dari
kemunduran fungsi muscle dan jaringan elastis pd
dinding bronchial. Umumnya, hal ini diakibatkan oleh
chronic inflammation yang berasal dari berbagai penyebab
 Hemoptosis: batuk darah
 tracheoesophageal fistula: abnormal tract antara trachea
(windpipe) dan esophagus
 tumors
 chronic pneumonia atau bronchiti
KOMPLIKASI
 Komplikasinya antara lain :
◦ infection atau pneumonia
◦ airway obstruction yg diakibatkan oleh contrast dye pada
pasien dgn emphysema atau chronic bronchitis
◦ bronchospasm atau laryngospasm akibat contrast dye pd
pasien asma
 Pasien yang alergi atau sensitif terhadap medikasi, MK,
iodium, atau latex hrs menginformasikan kepada dokter
 Kontraindikasi juga termasuk pregnancy, productive
cought, acute respiratory infection, dan respiratory
insufficiency.
 Batuk dan/atau sputum pada saluran nafas dapat
mengganggu penatalaksanaan bronchography.
PERAWATAN PRA-PROSEDUR
 Informasikan prosedur pemeriksaan kepada pasien.
 Pasien diminta menandatangani IC (Informed Consent)
 Minta pasien utk menginformasikan apakah yg
bersangkutan alergi atau sensitif terhadap medikasi, lokal
atau general anastesi, MK (media kontras), iodium, seafood,
atau latex
 Minta pasien untuk menginformasikan apabila yg
bersangkutan hamil atau kemungkinan hamil
 Minta pasien menginformasikan segala obat-obatan atau
herbal suplemen yg sedang dikomsumsi.
 Persiapan pasien: puasa 4-6 jam sebelum pemeriksaan
 Media contras yang di gunakan adalah bahan contras yang
mengandung iodium antara lain lipiodol, votrolan, iohexol,
dionosil. (digunakan yang osmolalitasnya rendah, non-ionik)
PERAWATAN PRA-PROSEDUR
 Pasien diminta untuk melepaskan pakaian,
perhiasan atau objek lainnya yang dapat
menimbulkan artefak.
 Pasien diminta mengganti pakaian pasien dengan
baju pasien.
 Minta pasien untuk mengosongkan vesica urinaria
seblum pemeriksaan berlangsung.
 Pasang infus pada pasien.
 Posisikan pasien pada meja pemeriksaan yang
dapat diubah dari posisi horizontal ke posisi
upright. Perubahan posisi akan membantu
distribusi Media Kontras
PROSEDUR…
 Berikan sedative pada pasien
 Semprotkan lokal anastesi pada tenggorokan pasien.
 Siapkan suction untuk mengeringkan saliva pada mulut pasien
dari waktu ke waktu
 Dokter memasukkan kateter atau bronchoscope turun ke
tenggorokan menuju trakea dan bronkus. Selanjutnya MK
disuntikkan perlahan-lahan.
 Informasikan pada pasien kemungkinan adanya rasa tidak
nyaman saat kateter atau bronchoscope dimasukkan, namun
saluran nafasnya didak terblock.
 Dokter akan mengambil beberapa radiograf dari berbagai
posisi.
 Setelah radiograf diambil, kateter atau bronchoscope akan
dilepas.
 Monitor heart rate, blood pressure, respiratory rate, dan
oxygen level selama prosedur pemeriksaan
PERAWATAN PASCA-PROSEDUR
 Bawa pasien ke recovery room. Monitoring blood pressure,
pulse, dan breathing. Bila efek dari sedative telah hilang
pasien bisa pulang atau tetap di RS.
 Intruksikan pasien untuk tidak makan atau minum selam 3-4
jam atau hingga refleknya kembali normal. Informasikan
kemungkinan rasa nyeri saat menelan.
 Pasien dibantu memuntahkan MK dengan postural drainage
berbaring mendatar dengan posisi kepala lebih rendah,
kemudian dokter akan menepuk-nepuk pundak pasien
 Intruksikan pasien untuk kembali memulai aktivitas rutin
setelah 24 jam
 Foto thorax dapat dilakukan 24-48 jam setelah prosedur
untuk mengetahui sisa-sisa MK pada saluran nafas.
 Minta pasien untuk melapor kalau mengalami:
◦ fever atau rasa panas dingin lebih dari 2-3 hari post pemeriksaan
◦ Kemerahan, bengkak atau perdarahan dari Intra Vena side (phlebitis)
◦ Extreme hoarseness atau kesulitan nafas (dyspnea)
ULTRASOUNDGRAPHY (USG)
 Perkembangan Ultrasonografi (USG) sudah dimulai sejak kira-
kira tahun 1960, dirintis oleh Profesor Ian Donald.
 Sejak itu, sejalan dengan kemajuan teknologi bidang
komputer, maka perkembangan ultrasonografi juga maju
dengan sangat pesat, sehingga saat ini sudah dihasilkan USG
3 Dimensi dan Live 3D (ada yang menyebut sebagai USG 4D).
 Pemeriksaan USG janganlah dilakukan secara rutin atau setiap
melakukan pemeriksaan pasien, terutama bila pasien hamil.
 Banyak panduan yang telah diterbitkan, misalnya dari AIUM
(American Institute of Ultrasound in Medicine) tentang
indikasi pemeriksaan USG.
 Jenis: indikasi obstetri, ginekologi onkologi, endokrinologi
reproduksi, dan indikasi non obstetri ginekologi.
INDIKASI
 Menentukan usia gestasi secara lebih tepat pada kasus yang akan
menjalani seksio sesarea berencana, induksi persalinan atau
pengakhiran kehamilan secara elektif.
 Evaluasi pertumbuhan janin, pada pasien yang telah diketahui
menderita insufisiensi uteroplasenter, misalnya preeklampsia
berat, hipertensi kronik, penyakit ginjal kronik, atau diabetes
mellitus berat; atau menderita gangguan nutrisi sehingga
dicurigai terjadi pertumbuhan janin terhambat, atau makrosomia.
 Perdarahan per vaginam pada kehamilan yang penyebabnya
belum diketahui.
 Menentukan bagian terendah janin bila pada saat persalinan
bagian terendahnya sulit ditentukan atau letak janin masih
berubah-ubah pada trimester ketiga akhir.
 Kecurigaan adanya kehamilan ganda berdasarkan ditemukannya
dua DJJ yang berbeda frekuensinya atau tinggi fundus uteri tidak
sesuai dengan usia gestasi, dan atau ada riwayat pemakaian
obat-obat pemicu ovulasi.
INDIKASI
 Membantu tindakan amniosentesis atau biopsi villi koriales.
 Perbedaan bermakna antara besar uterus dengan usia
gestasi berdasarkan tanggal hari pertama haid terakhir.
 Teraba masa pada daerah pelvik. Kecurigaan adanya mola
hidatidosa.
 Evaluasi tindakan pengikatan serviks uteri (cervical cerclage).
 Suspek kehamilan ektopik. Pengamatan lanjut letak plasenta
pada kasus plasenta praevia.
 Alat bantu dalam tindakan khusus, misalnya fetoskopi,
transfusi intra uterin, tindakan “shunting”, fertilisasi in vivo,
transfer embrio, dan “chorionic villi sampling” (CVS).
 Kecurigaan adanya kematian mudigah / janin.
 Kecurigaan adanya abnormalitas uterus.
INDIKASI
 Lokalisasi alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
 Pemantauan perkembangan folikel. Penilaian profil biofisik janin
pada kehamilan diatas 28 minggu.
 Observasi pada tindakan intra partum, misalnya versi atau
ekstraksi pada janin kedua gemelli, plasenta manual, dll.
 Kecurigaan adanya hidramnion atau oligohidramnion.
 Kecurigaan terjadinya solusio plasentae.
 Alat bantu dalam tindakan versi luar pada presentasi bokong.
 Menentukan taksiran berat janin dan atau presentasi janin pada
kasus ketuban pecah preterm dan atau persalinan preterm.
 Kadar serum alfa feto protein abnormal.
 Pengamatan lanjut pada kasus yang dicurigai menderita cacat
bawaan.
 Riwayat cacat bawaan pada kehamilan sebelumnya.
 Pengamatan serial pertumbuhan janin pada kehamilan ganda.
 Pemeriksaan janin pada wanita usia lanjut (di atas 35 tahun) yang
hamil.
PERSIAPAN PEMERIKSAAN
 Cuci tangan sebelum dan setelah kontak langsung
dengan pasien, setelah kontak dengan darah atau
cairan tubuh lainnya, dan setelah melepas sarung
tangan, telah terbukti dapat mencegah penyebaran
infeksi.
 Epidemi HIV telah menjadikan pencegahan infeksi
kembali menjadi perhatian utama, termasuk dalam
kegiatan pemeriksaan USG dimana infeksi silang
dapat saja terjadi.
 Kemungkinan penularan infeksi lebih besar pada
waktu pemeriiksaan USG transvaginal karena terjadi
kontak dengan cairan tubuh dan mukosa vagina.
RISIKO PENULARAN
 Resiko penularan dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu tinggi,
sedang, dan ringan.
 Resiko penularan tinggi terjadi pada pemeriksaan USG
intervensi (misalnya punksi menembus kulit, membran mukosa
atau jaringan lainnya); peralatan yang dipakai memerlukan
sterilisasi (misalnya dengan autoklaf atau etilen oksida) dan
dipergunakan sekali pakai dibuang.
 Resiko penularan sedang terjadi pada pemeriksaan USG yang
mengadakan kontak dengan mukosa yang intak, misalnya USG
transvaginal; peralatan yang dipakai minimal memerlukan
sterilisasi tingkat tinggi (lebih baik bila dilakukan sterilisasi).
 Resiko penularan ringan terjadi pada pemeriksaan kontak
langsung dengan kulit intak, misalnya USG transabdominal;
peralatan yang dipakai cukup dibersihkan dengan alkohol 70%
(sudah dapat membunuh bakteri vegetatif, virus mengandung
lemak, fungisidal, dan tuberkulosidal) atau dicuci dengan sabun
dan air.
CARA MENCEGAH PENYEBARAN
INFEKSI
 (1) Semua jeli yang terdapat pada transduser harus selalu
dibersihkan, bisa memakai kain halus atau kertas tissue halus.
 (2) Semua peralatan yang terkontaminasi atau mengandung
kotoran harus dibersihkan dengan sabun dan air. Perhatikan
petunjuk pabrik tentang tatacara membersihkan peralatan USG.
 (3) Transduser kemudian dibersihkan dengan alkohol 70% atau
direndam selama dua menit dalam larutan yang mengandung
sodium hypochlorite (kadar 500 ppm10 dan diganti setiap hari),
kemudian dicuci dengan air mengalir dan selanjutnya
dikeringkan.
(4) Transduser harus diberi pelapis sebelum dipakai untuk
pemeriksaan USG transvaginal, bisa memakai sarung tangan
karet, atau kondom.
 (5) Pemeriksa harus memakai sarung tangan sekali pakai (tidak
steril) pada tangan yang akan membuka labia sebelum transduser
vagina dimasukkan. Perhatikan jangan sampai sarung tangan
tersebut mengotori peralatan USG dan tempat pemeriksaan.
CARA MENCEGAH…
 (6) Setelah melakukan pemeriksaan, sarung tangan harus
dimasukkan pada tempat khusus untuk mencegah penyebaran
infeksi, dan pemeriksa mencuci tangan.
(7) Pada pemeriksaan USG invasif, persiapan yang dilakukan
sama seperti akan melakukan tindakan operasi, misalnya
peralatan yang dipakai harus steril, operator mencuci tangan
dengan larutan mengandung khlorheksidine 3%, memakai
sarung tangan dan masker, serta memakai kacamata. Kulit
dibersihkan dengan memakai etil alkohol 70%, isopropil
alkohol 60%, khlorheksidin alkohol, atau povidone iodine.
 Transduser dibersihkan dan dilakukan desinfeksi, kemudian
dibungkus dengan plastik khusus yang steril.
 Membran mukosa vagina dibersihkan dengan larutan yang
mengandung khlorheksidin 0,015% ditambah larutan cetrimide
0,15%.
PERSIAPAN ALAT
 Hidupkan peralatan USG sesuai dengan tatacara yang dianjurkan oleh
pabrik pembuat peralatan tersebut.
 Panduan pengoperasian peralatan USG sebaiknya diletakkan di dekat
mesin USG, hal ini sangat penting untuk mencegah kerusakan alat
akibat ketidaktahuan operator USG.
 Perhatikan tegangan listrik pada kamar USG, karena tegangan yang
terlalu naik-turun akan membuat peralatan elektronik mudah rusak.
Bila perlu pasang stabilisator tegangan listrik dan UPS.
 Setiap kali selesai melakukan pemeriksaan USG, bersihkan semua
peralatan dengan hati-hati, terutama pada transduser (penjejak) yang
mudah rusak.
 Bersihkan transduser dengan memakai kain yang lembut dan cuci
dengan larutan anti kuman yang tidak merusak transduser (informasi
ini dapat diperoleh dari setiap pabrik pembuat mesin USG).
 Selanjutnya taruh kembali transduser pada tempatnya, rapikan dan
bersihkan kabel-kabelnya, jangan sampai terinjak atau terjepit.
Setelah semua rapih, tutuplah mesin USG dengan plastik penutupnya.
Hal ini penting untuk mencegah mesin USG dari siraman air atau zat
kimia lainnya.
PERSIAPAN PASIEN
 Informasi penting yang harus diketahui pasien adalah harapan dari hasil
pemeriksaan, cara pemeriksaan (termasuk posisi pasien) dan berapa biaya
pemeriksaan.
 Caranya dapat dengan memberikan brosur atau leaflet atau bisa juga melalui
penjelasan secara langsung oleh dokter sonografer atau sonologist.
 Sebelum melakukan pemeriksaan USG, pastikan bahwa pasien benar-benar
telah mengerti dan memberikan persetujuan untuk dilakukan pemeriksaan
USG atas dirinya.
 Bila akan melakukan pemeriksaan USG transvaginal, tanyakan kembali apakah
ia seorang nona atau nyonya ?, jelaskan dan perlihatkan tentang pemakaian
kondom yang baru pada setiap pemeriksaan (kondom penting untuk
mencegah penularan infeksi).
 Pada pemeriksaan USG transrektal, kondom yang dipasang sebanyak dua
buah, hal ini penting untuk mencegah penyebaran infeksi.
 Terangkan secara benar dan penuh pengertian bahwa USG bukanlah suatu
alat yang dapat melihat seluruh tubuh janin atau organ kandungan, hal ini
untuk menghindarkan kesalahan harapan dari pasien.
 USG hanyalah salah satu dari alat bantu diagnostik didalam bidang
kedokteran. Mungkin saja masih diperlukan pemeriksaan lainnya agar
diagnosis kelainan dapat diketahui lebih tepat dan cepat.
PERSIAPAN PEMERIKSA
 Pemeriksa diharapkan memeriksa dengan teliti surat pengajuan pemeriksaan
USG, apa indikasinya dan apakah perlu didahulukan karena bersifat darurat
gawat, misalnya pasien dengan kecurigaan kehamilan ektopik.
 Tanyakan apakah ia seorang nyonya atau nona, terutama bila akan melakukan
pemeriksaan USG transvaginal.
 Selanjutnya cocokkan identitas pasien, keluhan klinis dan pemeriksaan fisik
yang ada; kemudian berikan penjelasan dan ajukan persetujuan lisan
terhadap tindak medik yang akan dilakukan.
Persetujuan tindak medik yang kebanyakan berlaku di Indonesia saat ini
hanyalah bersifat persetujuan lisan, kecuali untuk tindakan yang bersifat
invasif misalnya kordosintesis atau amniosintesis.
 Dimasa mendatang tampaknya pemeriksaan USG memerlukan persetujuan
tertulis dari pasien. Salah satu tujuan utamanya adalah untuk mencegah
penularan penyakit berbahaya seperti HIV/AIDS dan penyakit menular seksual
akibat semakin banyaknya seks bebas dan pemakaian NARKOBA.
 Pemeriksa diharapkan juga agar selalu meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya dengan cara membaca kembali buku teks atau literatur-
literatur mengenai USG, mengikuti pelatihan secara berkala dan mengikuti
seminar-seminar atau pertemuan ilmiah lainnya mengenai kemajuan USG
mutakhir. Kemampuan diagnostik seorang sonologist sangat ditentukan oleh
pengetahuan, pengalaman dan latihan yang dilakukannya.
TEKNIK PEMERIKSAAN USG
TRANSABDOMINAL
 Setelah pasien tidur terlentang, perut bagian bawah ditampakkan
dengan batas bawah setinggi tepi atas rambut pubis, batas atas
setinggi sternum, dan batas lateral sampai tepi abdomen.
 Letakkan kertas tissue besar pada perut bagian bawah dan bagian
atas untuk melindungi pakaian wanita tersebut dari jelly yang kita
pakai.
 Taruh jelly secukupnya pada kulit perut, lakukan pemeriksaan
secara sistematis.
Pertama-tama gerakkan transduser secara longitudinal ke atas
dan ke bawah, selanjutnya horizontal ke kiri dan ke kanan.
 Penjejak digerakkan dari bawah ke atas, dimulai dari garis sisi
kanan perut, kemudian setelah sampai daerah perut atas
transduser digerakkan ke bawah, selanjutnya transduser
digerakkan kembali ke arah atas.
 Selanjutnya gerakan transduser dilakukan kearah lateral perut
(horizontal), juga secara sistematis, dimulai dari sisi kanan ke arah
kiri, kemudian dari kiri ke arah kanan dan terakhir dari kanan atas
ke kiri (lihat gambar dan arah panah beserta nomor garisnya).
TEKNIK PEMERIKSAAN USG TRANSVAGINAL
 Pemeriksaan USG transvaginal berbeda dengan transabdominal, perlu penyesuaian mesin dan
operator, terutama pengenalan organ genitalia interna dan kehamilan trimester pertama, serta
terbatasnya ruang untuk melakukan manipulasi / gerak probe.
Sebelum melakukan pemeriksaan, tanyakan apakah ia seorang nona atau nyonya. Bila
statusnya masih nona tetapi sudah tidak gadis lagi, dan memang perlu dilakukan pemeriksaan
transvaginal, mintakan ijin tertulis dari pasien tersebut dan sebaiknya disertai seorang saksi
(dapat seorang paramedis).
Perhatikan apakah tombol pemindah jenis transduser sudah menunjukkan bahwa penjejak
yang dipakai adalah penjejak vaginal serta apakah pasien sudah mengosongkan kandung
kencingnya.
 Posisi pasien dapat lithotomi atau tidur dengan kaki ditekuk dan pada bagian pantat ditaruh
bantal agar mudah untuk memasukkan dan memanipulasi posisi transduser.
Taruh sedikit jelly pada permukaan penjejak. Pasangkan kondom baru pada transduser,
kemudian beri jelly secukupnya pada permukaan kondom dan selanjutnya masukkan
transduser ke dalam vagina secara perlahan-lahan dan “gentle” sesuai dengan sumbu vagina.
 Jangan melakukan penekanan tiba-tiba dan keras karena dapat membuat pasien kesakitan
atau merasa tidak nyaman.
Cari uterus sebagai petunjuk, kemudian cari kandung kemih. Uterus akan tampak di garis
tengah (median) seperti gambaran buah alpukat yang memanjang dengan endometrium
dibagian tengahnya.
 Bila fundus uteri mendekati kandung kemih, maka uterus tersebut dalam posisi antefleksi, bila
menjauhi, maka posisi uterus adalah retrofleksi (lihat gambar). Sangat penting menilai kembali
apakah arah gelombang suara sudah sesuai dengan tampilan yang ada dalam layar monitor.
Setelah pemeriksaan selesai, lepaskan kondom secara hati-hati dengan memakai sarung
tangan tidak sterill atau kertas tissue, kemudian lakukan dekontaminasi kondom tersebut
dengan larutan klorin 0,5%.
TEKNIK PEMERIKSAAN USG
TRANSPERINEAL / TRANSLABIAL
 Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada keadaan tertentu,
misalnya seorang nona atau seorang wanita yang tidak
mungkin dilakukan pemeriksaan transvaginal atau
transrektal.
 Dianjurkan kandung kencing pasien cukup terisi, hal ini
untuk memudahkan pemeriksaan dan sebagai petujuk
anatomis.
 Penjejak dilapisi kondom dan diberi jeli, kemudian
diletakkan di daerah perineum, penjejak digerakkan ke
atas dan ke bawah untuk mencari gambaran organ
genitalia.
 Cara ini memang tidak dapat memberikan gambaran
organ genitalia sebaik pada pemeriksaan USG transvaginal
atau transrektal.
TEKNIK PEMERIKSAAN USG
TRANSREKTAL
 Pemeriksaan USG transrektal hampir sama dengan pemeriksaan
transvaginal. Perbedaannya terletak pada bantuk dan ukuran
diameter penjejak dan posisi pemeriksaan yang kurang lazim bagi
wanita Indonesia.
 Setelah pasien dalam posisi lithotomi atau posisi tidur dengan kaki
ditekuk dan bagian pantat diganjal dengan bantal khusus,
transduser yang telah dibungkus dua lapis kondom dan dibubuhi
jelly dimasukkan secara perlahan-lahan ke dalam rektum.
Lakukan identifikasi uterus sebagai petunjuk organ genitalia interna,
setelah itu identifikasi vesika urinaria kemudian evaluasi seluruh
organ genitalia interna dan rongga pelvik.
 Manipulasi atau pergerakan transduser per rektal sangat terbatas
dan sering menimbulkan rasa tidak nyaman.
 Jelaskan secara seksama sebelum melakukan pemeriksaan USG
transrektal.
 Setelah selesai pemeriksaan, lepaskan kondom secara hati-hati,
kemudian lakukan dekontaminasi kondom dengan larutan klorin
0,5%.
TEKNIK PEMERIKSAAN USG INVASIF
 USG dapat dipakai untuk menegakkan diagnosa dan atau
untuk tindakan terapeutik, misalnya biopsi villi koriales,
amniosintesis, kordosintesis, ovum pick-up (OPU), atau
transfusi intra uterin.
 Setelah dilakukan penjelasan dan pasien memberikan
persetujuan tertulis, dokter akan melakukan pemeriksaan
USG untuk menilai kondisi kehamilan atau genitalia
interna.
 Pada umumnya hanya diperlukan anestesi lokal untuk
memasukkan jarum punksi, tetapi dapat juga dengan
anestesi umum pada tindakan OPU.
 Teknik yang dipakai bisa secara “free-hand” atau dipandu
USG melalui marker pungsi yang ada pada transduser.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai