Anda di halaman 1dari 4

INTOLERANSI

Intoleransi adalah sebuah pancangan atau paham yang memiliki sikap tidak peduli
pada nilai-nilai dalam toleransi yaitu perasaan empati kepada sesame manusia atau kelompok
lain yang dari golongan yang berbeda. Intoleransi merupakan salah satu hal yangbertentangan
dengan nilai nilai pancasila. Intoleransi dapat diwujudkan tidak hanya dalam bentuk
pemikiran atau pandangan, namun juga dalam sebuah tindakan.
Intoleransi dapat mengganggu dan merusak perdamaian, persatuan, serta kesatuan
sebagai sesame anak bangsa. Oleh sebab itu, intoleransi tidak boleh tumbuh dan juga
berkembang di Indonesia. Contoh dari intoleransi yang ada di Indonesia ialah intoleransi
keberagamaan, intoleransi beragama adalah suatu keadaan jika suatu kelompok (masyarakat,
kelompok agama, maupun kelompok non agama) menolak untuk menoleransi praktek
praktek, kepercayaan, atau penganut yang berlandaskan agama. Menurut sejarawan inggris,
suatu pembentukan agama yang menganiaya agama lain karena hal tersebut dianggap salah,
parahnya membuat agama yang melakukan hal tersebut menjadi salah dan merusak nama
legitimasinya sendiri. Di Indonesia bukan tidak mungkin terjadinya sikap intoleransi, karena
saking banyaknya agama, ras dan suku di Indonesia. Kejadian penyerangan rumah ibadah
maupun kegiatan keagamaan bukan sekali terjadi. Berikut adalah contoh yang
menggambarkan intoleransi:
1. Tidak menghormati hak dan kewajiban umat agama lain
2. Membeda-bedakan agama dan kepercayaan
3. Konflik atau perang antar golongan agama
4. Mengadu domba dengan agama lain
5. Merusak tempat ibadah
Intoleransi umat beragama melanggar hukum dan kebebasan beragama. Sebagai
negara yang majemuk akan beragam suku, agama dan ras, sudah seharusnya pemerintahan
Indonesia senantiasa mengambil kebijakan yang inklusif dan mengumandangkan pesan
keberagamaan. Fungsi pemerintahan dan masyarakat harus mampu menyelesaikan intoleransi
dalam umat beragama, dimana pemerintah melakukan sosialisasi terhadap masyarakat
mengenai aturan yang menjadi landasan kerukunan umat beragama dalam pancasila dan
UUD 1945 dengan musyawarah masyarakat.
Pengetahuan nilai-nilai toleransi kepada seluruh masyarakat Indonesia juga sangat
diperlukan sejak dini, dimulai dari keluarga, pendidikan juga dunia pekerjaan. Nilai nilai
yang tekandung dalam pancasila juga terbukti mengayomi berbagai macam perbedaan yang
ada di Indonesia. Apabila hal ini dilakukan dengan baik dan penerapannya dilakukan dengan
konsisten maka keberadaan kelompok yang pro dengan intoleran dapat diminimalisir dan
Indonesia tetap terjaga dengan baik. Implementasi pancasila dalam menangani korupsi setiap
individu pasti mempunyai sifat serakah, tidak peduli dari golongan miskin, menengah dan
kaya raya. Umumnya sifat serakah ini muncul karena naluri ingin hidup hedonisme dan juga
sifat ekonomi manusia yang tidak pernah puas akan apapun.
Di dunia ini dalam sistem kepemerintahan pasti akan banyak terjadi penyelewengan,
baik yang sengaja maupun tidak di sengaja. Para pejabat yang memiliki kekuasaan sering
melakukan penyalahgunaan kekuasaan tersebut dan menggunakan untuk kepentingan mereka
sendiri tanpa memikirkan bangsa dan negara. Penyelewengan tersebut yang sering terjadi
pada saat ini adalah korupsi. Jika penyebab seseorang melakukan korupsi adalah didasari
oleh keserakahan manusia, maka selain aturan hukum, juga diperlukannya nilai-nilaiuntuk
mencegah orang melakukan korupsi. Di Indonesia, nilai tersebut sudah ada pada kandungan
Pancasila. Korupsi masih menjadi hal yang sering di Indonesia. Perbuatan koruptif dengan
menyalahgunakan dengan jabatan, keuangan dan wewenang negara, dapat menghambat
pembangunan dan juga meningkatkan angka kemiskinan di Indonesia. Nilai sila keempat
pancasila menyampaikan bahwa pemberantasan korupsi harus dilakukan dengan penuh
hikmat dan juga kebijaksanaan. Tidak bisa dilakukan dengan cara orang per orang dan
sporadis.
Mengamalkan nilai pancasila adalah salah satu cara untuk dapat mencegah adanya
tindakan korupsi berkembang. Begitu banyaknya nilai yang dikandung dalam pancasila.
Rasanya sangat percuma bila tidak menjadikan pancasila sebagai panduan nilai dan tingkah
laku dalam kehidupan sehari hari. Dari penjabaran tersebut kita dapat mengetahui bahwa
tindakan korupsi merupakan tindakan yang merugikan bagi negara, tindakan korupsi adalah
hal yang melanggar dan menyimpang dari nilai luhur yang ada pada kandungan pancasila.
Dengan menyelewengkan tindakan korupsi terhadap luhur pancasila itu dapat
menyebabkan kondisi negara bertambah buruk dan banyak terjadi konflik dan kegaduhan
yang parah. Maka dari itu, haruslah kita melakukan segala sesuatu dengan nilai pancasila,
terutama bagi pejabat Ketika melakukan sesuatu tidak menimbulkan penyelewengan yang
berdampak buruk bagi negara. Karena secara ideologi Pancasila dengan jelas terdapat prinsip
yang menyungsung ketuhanan yang maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, prinsip
persatuan, prinsip musyawarah, dan keadilan. Kedudukan Pancasila sebagai ideologi harus
menjadi tujuan dan dasar kehidupan berbangsa dan bernegara, Pancasila harus menjadi
prinsip bagi seluruh masyarakat Indonesia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
Peran pancasila dalam pandangan kehidupan intoleransi Intoleransi adalah sebuah
pancangan atau paham yang memiliki sikap tidak peduli pada nilai-nilai dalam toleransi yaitu
perasaan empati kepada sesame manusia atau kelompok lain yang dari golongan yang
berbeda Intoleransi merupakan salah satu hal yang bertentangan dengan nilai nilai pancasila.
Contoh dari intoleransi yang ada di Indonesia ialah intoleransi keberagamaan, intoleransi
beragama adalah suatu keadaan jika suatu kelompok (masyarakat, kelompok agama, maupun
kelompok non agama) menolak untuk menoleransi praktek praktek, kepercayaan, atau
penganut yang berlandaskan agama.
Sebagai negara yang majemuk akan beragam suku, agama dan ras, sudah seharusnya
pemerintahan Indonesia senantiasa mengambil kebijakan yang inklusif dan
mengumandangkan pesan keberagamaan. Fungsi pemerintahan dan masyarakat harus mampu
menyelesaikan intoleransi dalam umat beragama, dimana pemerintah melakukan sosialisasi
terhadap masyarakat mengenai aturan yang menjadi landasan kerukunan umat beragama
dalam pancasila dan UUD 1945 dengan musyawarah masyarakat. Apabila hal ini dilakukan
dengan baik dan penerapannya dilakukan dengan konsisten maka keberadaan kelompok yang
pro dengan intoleran dapat diminimalisir dan Indonesia tetap terjaga dengan baik. Sama
halnya dengan mengenai korupsi merupakan tindakan yang merugikan bagi negara, tindakan
korupsi adalah hal yang melanggar dan menyimpang dari nilai luhur yang ada pada
kandungan pancasila.
Dengan menyelewengkan tindakan korupsi terhadap luhur pancasila itu dapat
menyebabkan kondisi negara bertambah buruk dan banyak terjadi konflik dan kegaduhan
yang parah. Jadi kehidupan berbangsa dan bernegara dengan berlandaskan nilai pancasila
merupakan hal yang sangat penting, karena nilai pancasila dapat dijadikan dasar dan
pedoman dalam menyikapi berkehidupan di masyarakat, dan juga kita harus menanamkan
nilai pancasila sejak dini dan juga mengamalkannya pada kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Kondisi Intoleransi Di Indonesia
Berdasarkan data yang selama ini dilakukan oleh berbagai lembaga survei, pusat
kajian, dan universitas, terdapat semakin maraknya kasus-kasus intoleransi di tengah
masyarakat Indonesia. Intoleransi adalah suatu sikap, pandangan, dan perilaku yang tidak
menerima perbedaaan orang lain, kelompok lain, atau komunitas lain, sehingga memandang
sesuatu yang berbeda darinya dianggap salah, haram, dan harus dimusuhi, diperangi, dan
dimusnahkan (Projo Prastowo, 2006 : 31).
Kasus-kasus intoleransi di Indonesia yang sering terjadi misalnya adalah penolakan
aktifitas keagamaan umat tertentu, sulitnya perijinan rumah ibadah, terlalu cepat
mengkafirkan orang yang tidak seagama dengannya, dan “menghalalkan” darah orang yang
tidak seiman dengannya. Ditambah lagi dengan adanya Perda-Perda yang diterbitkan oleh
pemerintah daerah yang cenderung mendiskreditkan umat tertentu, termasuk membawa
politik identitas ke dalam ranah politik, untuk mendulang keuntungan pribadi maupun elit
politik tertentu dalam kontestasi politik.
Survei yang dilakukan Setara Institute Tahun 2018 menempatkan DKI Jakarta di
peringkat tiga kota paling intoleran. DKI Jakarta memiliki skor buruk di antara 94 kota
lainnya di Indonesia yang disurvei. Ada empat variabel yang diukur yakni Regulasi
Pemerintah Kota, Tindakan Pemerintah, Regulasi Sosial, dan Demografi Agama. Termasuk
dalam variabel pertama adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah dan
kebijakan yang diskriminatif. Survei oleh LIPI menganalisa bahwa intoleransi politik di
Indonesia semakin menguat pada tahun 2019. Hal itu berdasarkan survei yang dibuat LIPI
pada 4 Desember 2019 terhadap 1800 responden di seluruh Indonesia. Sebanyak 57,88 persen
responden mengatakan bahwa : “Kami hanya akan memilh pemimpin seagama. Hal ini mulai
dari level RT sampai level Presiden dan Wakil Presiden. Jadi disimulasikan karena kerja atau
bukan, tapi karena agama. Agama memberikan faktor dan alasan utama kenapa, seseorang
memilih pemimpinya. Implikasi dari hal tersebut menjadi sangat luas, dimana alasan orang
hanya memilih pemimpin berdasarkan agama bakal berimbas pada mencegah seseorang
supaya tidak memilih pilihan yang berbeda agama. Hasil survei yang dilakukan Wahid
Institute pada tahun 2019 menunjukkan tren intoleransi dan radikalisme di Indonesia
cenderung meningkat dari waktu ke waktu.
Sikap intoleransi di Indonesia, cenderung meningkat dari sebelumnya sekitar 46% dan
saat ini menjadi 54%. Ada juga kelompok masyarakat yang rawan terpengaruh gerakan
radikal, yakni bisa melakukan gerakan radikal jika diajak atau ada kesempatan, jumlahnya
sekitar 11,4 juta jiwa atau 7,1%. Selain itu, ada sekitar 0,4% atau sekitar 600.000 jiwa warga
negara Indonesia yang pernah melakukan tindakan radikal. Survei LSI mengungkapkan
bahwa setidaknya 59,1 persen responden muslim keberatan jika dipimpin oleh pihak /
kelompok / orang yang berbeda keyakinan. Sedangkan 31,3 persen merasa tidak masalah jika
dipimpin nonmuslim. Sisanya tidak menjawab atau tidak tahu.
Mayoritas warga muslim intoleran terhadap orang yang berbeda keyakinan menjadi
kepala pemerintahan di tingkat kabupaten atau kota (Bupati / Walikota), Propinsi (Gubernur),
Pusat (Presiden dan Wakil Presiden). Namun, penolakan terhadap pendirian rumah ibadah
nonmuslim masih tinggi. Sebanyak 53 persen muslim keberatan mereka yang berbeda
keyakinan membangun rumah ibadah. Hanya 36,8 persen yang mengaku tidak keberatan.
Sikap intoleransi religius-kultural cenderung turun sejak 2010, namun penurunan ini berhenti
di Tahun 2017. Pasca Tahun 2017 intoleransi religiuskultural cenderung meningkat terutama
dalam hal pembangunan rumah ibadah.

Anda mungkin juga menyukai