Anda di halaman 1dari 19

1.

Pathogenesa, klinis dan terapi Spermatokel


A. DEFINISI
Spermatokel, yang juga dikenal sebagai kista spermatik, adalah
kondisi medis yang ditandai dengan terbentuknya kantung abnormal (kista)
yang terisi dengan cairan dan sperma mati di dalam epididimis, suatu
saluran bergulung padat yang terletak di belakang testis dimana sprema
disimpan dan matang. Ketika kista ini tidak terisi dengan sperma, kondisi ini
dikenal sebagai kista epdidimal (Sjamsjulhidayat & Jong W.D, 2007).

B. ETIOLOGI
Penyebab spermatokel belum diketahui secara pasti. Spermatokel
sering karena epididimitis akibat STD,bila bilateral akan sebabkan
azoospermia Banyak juga ahli percaya spermatokel hasil dari penyumbatan
di salah satu tabung yang mengalirkan sperma dari testis ke epididimis.
Trauma dan peradangan juga dapat menyebabkan spermatokels.
Beberapa hipotesis termasuk bahwa spermatokel mungkin timbul dari
ductules eferen, mungkin dilations aneurisma dari epididimis, atau mungkin
dilatasi sekunder untuk obstruksi distal (Dogra et-al, 2001).

C. MANIFESTASI KLINIS
Nyeri di testis juga bisa disebabkan oleh kista yang tumbuh di
epididimis (tabung melingkar yang terletak di belakang setiap testis). Kista
ini jinak dan mulai keluar sebagai akumulasi sel-sel sperma. Sering kali,
kista sangat kecil dan tidak menimbulkan masalah. Namun kadang-kadang,
kista tumbuh dengan ukuran beberapa sentimeter. Pada titik ini, pria
mungkin merasa berat di testis, tidak nyaman atau bahkan rasa sakit (Dogra
et-al, 2003).

D. PATOFISIOLOGI

1
Spermatokel dapat berasal dari divertikulum rongga yang ditemukan
pada caput epididimid. Sperma yang menumpuk disitu lama kelamaan akan
menumpuk dan membuat suatu divertikulum pada caput epididimis.
Spermatokel ini diduga pula berasal dari epididimitis atau trauma
fisik. Timbulnya scar pada bagian manapun di epididmis, akan
menyebabkan obstruksi dan mungkin mengakibatkan timbulnya
spermatokel (Aviena, 2010).

Gambar 2. Anatomi spermatokel

E. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan
fisik. Pemeriksan fisik menunjukkan adanya massa di dalam skrotum yang:
 Unilateral (hanya ditemukan pada salah satu testis)
 Lunak
 Licin, berkelok-kelok atau bentuknya tidak beraturan
 Berfluktuasi, berbatas tegas atau padat (Ezine, 2011).
Pemeriksaan lainnya yang mungkin perlu dilakukan adalah:
1. Transluminasi
Spermatokel menunjukkan bahwa massa berupa cairan yang agak
padat. Adanya hidrokel bisa diketahui dengan menyinari skrotum dengan
lampu senter. Skrotum yang terisi cairan jernih akan tembus cahaya
(transiluminasi). Varikokel teraba sebagai massa yang berkelok-kelok di
sepanjang korda spermatika (Dogra, 2001).
2. USG skrotum

2
Gambar 3. USG Skrotum
Pada pemeriksaan sonografi, spermatokel yang didefinisikan
dengan baik lesi hypoechoic epididimis biasanya berukuran 1-2 cm dan
menunjukkan posterior peningkatan akustik. Mereka biasanya tidak
teratur, dengan baik gema internal yang tingkat rendah dan kadang-kadang
septations (Dogra, 2003).
Spermatocoeles adalah jenis umum dari kista ekstra testis, dan
merupakan dilatasi kistik tubulus dari ductules eferen di kepala epididimis.
Spermatocoeles biasanya unilocular tetapi dapat multilocular dan mungkin
terkait dengan vasektomi sebelumnya. Mereka lebih umum daripada kista
epididimis, tetapi dapat muncul sangat mirip (Dogra, 2003).

F. DIAGNOSIS BANDNG
Penyebab terbentuknya massa di dalam skrotum bervariasi dan bisa
merupakan sesuatu yang jinak maupun keganasan. Penyebab dari
pembentukan massa skrotum bisa berupa:
- Peradangan maupun infeksi (misalnya epididimitis)
- Cedera fisik pada skrotum
- Herniasi (hernia inguinalis)
- Tumor (Purnomo, Basuki. 2010).
G. PENATALAKSANAAN

3
Tidak ada terapi medis spesifik yang diindikasikan dalam
penatalaksanaan untuk simple spermatokel. Analgesik oral dapat diberikan
untuk mengobati gejala. Jika penyebab yang mendasarinya berupa
epididimitis yang menyebabkan rasa tidak nyaman, maka dapat
ditambahkan antibiotik sebagai indikasinya. Observasi biasanya dilakukan
untuk kasus-kasus spermatokel yang simple, ringan ataupun tanpa gejala
(www.emedicine.medscape.com).

Pendekatan terapi dengan spermatoselektomi transskrotal merupakan


intervensi operatif yang utama untuk kasus-kasus spermatokel.
Antikoagulasi sistemik dan permintaan dari ayah pasien merupakan
kontraindikasi relatif (www.emedicine.medscape.com).

Skleroterapi merupakan pilihan alternatif penanganan, namun


hasilnya menunjukkan kurang efektif. Skleroterapi ditujukan untuk laki-laki
yang sudah tidak memiliki keinginan untuk memiliki garis keturunan,
sebagai resiko dari bahan kimia yang membahayakan epididimis dan
sebagai dampak kerusakan epididimis yang dapat mengganggu kesuburan.
Oleh karena aspirasi dari spermatokel itu sendiri dikaitkan dengan tingkat
kekambuhan yang tinggi, maka agen sklerotik yang digunakan bertujuan
untuk menghancurkan dinding kista. Beberapa agen sklerotik yang telah
digunakan, termasuk diantaranya tetrasiklin, fibrin glue, fenol, sodium
tetradecyl sulfate, kuinin, talk powder, polidokanol, dan etanolamin oleate,
semuanya dengan berbagai derajat keberhasilan yang bervariasi antara 30%-
100% (www.emedicine.medscape.com)

H. KOMPLIKASI
a. Spermatoselektomi
- Epididymal injury
- Epididymal obstruction
- Scrotal hematoma
- Superficial wound infection, swelling, and recurrence of the
spermatocele
b. Skleroterapi
- Epididymal injury

4
- Infertility
- Bleeding
- Infection
- Chemical epididymitis
- Spermatocele recurrence (www.emedicine.medscape.com)

I. PROGNOSIS
Prognosis dari kasus spermatokel yang ditangani dengan
spermatoselektomi cenderung baik. Penelitian akhir-akhir ini membuktikan
bahwa pasien yang mengalami eksisi spermatokel yang tidak nyaman, 94%
diantaranya mengalami bebas gejala nyeri. Dan spermatoselektomi
merupakan penatalaksanaan bedah terbaik untuk simptomatik spermatokel
(www.emedicine.medscape.com).

Sebaliknya, meskipun skleroterapi dapat menurunkan insidensi dari


komplikasi perdarahan dan hanya membutuhkan biaya yang ringan, namun
efikasinya secara keseluruhan masih lebih rendah dibandingkan dengan
spermatoselektomi (www.emedicine.medscape.com).

2. Pathogenesa, klinis dan terapi funikulokel

FUNIKULOKEL

Funikulokel adalah Hidrokel Kongenital yang terjadi akibat obliterasi di bagian


proksimal dan distal dari funikulus spermatikus.

5
Gambaran Klinis:

- Berupa kista di funikulus

- Letak terpisah dari testis

- Pemeriksaan Diafanaskopi (+)

Funikulokel ini ditangani dengan pembedahan yaitu ekstirpasi.

HERNIA

Operasi hernia (teknik Bassini, McVay dan Shouldice)melibatkan pembukaan


aponeurosis otot obliquus abdomins ekternus danmembebaskan funikulus
spermatikus. fascia transversalis kemudian dibuka,dilakukan inspeksi kanalis
spinalis, celah direct dan indirect. Kantunghernia biasanya diligasi dan dasar
kanalis spinalis di rekonstruksi

- Teknik Bassini
Komponen utama dari teknik bassini adalah
Membelah aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus
dikanalisingunalis hingga ke cincin ekternal·
Memisahkan otot kremaster dengan cara reseksi untuk mencari
herniaindirect sekaligus menginspeksi dasar dari kanalis inguinal
untuk mencari hernia direct.
Memisahkan bagian dasar atau dinding posterior kanalis inguinalis
(fasciatransversalis)
Melakukan ligasi kantung hernia seproksimal mungkin
Rekonstuksi di dinding posterior dengan menjahit fascia tranfersalis,
otot transversalis abdominis dan otot abdominis internus ke
ligamentuminguinalis lateral

6
Teknik kelompok ini berbeda dalam pendekatan mereka dalam
rekontruksi,tetapi semuanya menggunakan jahitan permanen untuk
mengikat fasciadisekitarnya dan memperbaiki dasar dari kanalis inguinalis,
kelemahannyayaitu tegangan yang tejadi akibat jahitan tersebut, selain
dapat menimbulkan nyeri juga dapat terjadi neckosis otot yang akan
menyebakanjahitan terlepas dan mengakibatkan kekambuhano

1. Penderita dalam posisi supine dan dilakukan anestesi umum, spinal


anestesi atau anestesi lokal
2. Dilakukan insisi oblique 2 cm medial sias sampai tuberkulum pubikum

3. Insisi diperdalam sampai tampak aponeurosis MOE (Muskulus Obligus


Abdominis Eksternus)

4. Aponeurosis MOE dibuka secara tajam

5. Funikulus spermatikus dibebaskan dari jaringan sekitarnya dan dikait pita


dan kantong hernia diidentifikasi

7
6. Isi hernia dimasukan ke dalam cavum abdomen, kantong hernia secara
tajam dan tumpul sampai anulus internus

7. Kantong hernia diligasi setinggi lemak preperitonium , dilanjutkan dengan


herniotomi

8. Perdarahan dirawat, dilanjutkan dengan hernioplasty dengan mesh

9. Luka operasi ditutup lapis demi lapis

HIDROKELE

Panduan Penatalaksanaan Hidrokel

Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 12-
24 bulan dengan harapan prosesus vaginalis dapat menutup, dan
hidrokel akan sembuh dengan sendirinya. Jika hidrokel masih ada atau
bertambah besar, disebut juga dengan hidrokel persisten, maka perlu
dipikirkan untuk dilakukan koreksi.

Prinsip utama penatalaksanaan hidrokel adalah dengan mengatasi


penyebab yang mendasarinya. Terdapat beberapa indikasi
dilakukannya intervensi: ukuran hidrokel yang semakin membesar dan
dapat menekan pembuluh darah, adanya tanda-tanda infeksi, adanya
keluhan tidak nyaman/nyeri dan juga indikasi kosmetik. Berbagai
macam tindakan intervensi digunakan untuk mengobati penyakit
hidrokel, baik invasif maupun minimal invasif.

Salah satu metode minimal invasif pada terapi hidrokel yaitu metode

8
aspirasi-skleroterapi. Pada metode ini, dilakukan aspirasi cairan
hidrokel dan disuntikkan zat sklerotik (tetrasiklin, natrium tetra desil
sulfat atau urea) agar mukosa menjadi kering dan terjadi perlengketan.
Metode ini mudah dan aman dilakukan, namun efektivitas dan
kepuasan pasien terhadap terapi lebih rendah dibandingkan tindakan
pembedahan.

Hidrokelektomi merupakan tindakan baku emas pada hidrokel.


Hidrokelektomi dapat dilakukan dengan berbagai metode seperti yang
akan dijelaskan pada artikel ini.

Gambar. Pilihan penatalaksanaan hidrokel

9
Hidrokelektomi Pada Dewasa

Pendekatan pembedahan melalui skrotum

Pada tindakan pembedahan dengan pendekatan skrotum, insisi dapat


dilakukan di samping mediana raphe secara vertikal (pararaphe) atau
insisi transversal. Teknik hidrokeletomi memiliki berbagai macam
variasi dan nama, secara garis besar hidrokeletomi dibagi menjadi dua
teknik yaitu dengan teknik eksisi dan teknik dengan plikasi. Teknik-
teknik hidrokelektomi tersebut yang populer dilakukan adalah teknik
Jaboulay (eksisi) dan teknik plikasi Lord.

Pada teknik Jaboulay, dilakukan eksisi pada kantong hidrokel secara


tipis dengan meninggalkan sisa lapisan kantong yang cukup banyak
sehingga dapat dijahit bersamaan setelah dlakukan eversi kantong
kebelakang testis dan funikulus spermatikus. Teknik ini sangat
berguna untuk kantong hidrokel yang lebar, berat dan tipis.

Teknik plikasi Lord dapat digunakan pada dinding hidrokel yang tipis
namun tidak dianjurkan untuk digunakan pada kantong yang lebar,
panjang dan tebal karena teknik ini akan meninggalkan ikatan-ikatan
lipatan dari jaringan yang diplikasi pada skrotum. Prinsip teknik Lord
dilakukan dengan membuka kantong hidrokel, mengeluarkan testis
dari kantong, menjahit tepi kantong hidrokel dan dengan
menggunakan jahitan interrupted, secara radial dijahit untuk plikasi
kantong.

10
Gambar. Pendekatan skrotal:

A. teknik Jaboulay, B. teknik plikasi Lord

Langkah-langkah pendekatan pembedahan melalui skrotum:

1. Insisi dilakukan di paramediana raphe, sepanjang 6-10 cm pada


permukaan anterior skrotum diatas bagian dari hidrokel.

2. Insisi lapis demi lapis dari kulit, lapisan otot dartos, fasia
cremaster hingga tampak lapisan parietal dari tunica vaginalis dimana
lapisan ini adalah dinding luar dari kantong hernia.

3. Insisi dinding luar hidrokel, cairan hidrokel dievakuasi dengan


menggunakan suction

4. Kantong hidrokel dipisahkan dari skrotum, setelah lalu dibuka


secara utuh sehingga tampak jelas bagian funikulus spermatikus dan
testis..

5. Pada teknik Jaboulay, dinding kantong hidrokel dipotong dengan


gunting dengan hanya menyisakan batas dinding sekitar 2 cm dari
testis, epididimis dan funikulus spermatikus tepi dinding hidrokel

11
yang tersisa lalu dijahitkan dibelakang testis dan funikulus
spermatikus dengan jahitan interrupted atau dapat menggunakan
jahitan continues (untuk meminimalisir rembesan darah dari tepi
luka), sehingga bagian kantong hidrokel tereversi.

6. Pada teknik plikasi Lord, dilakukan jahitan plikasi (terbentuknya


lipatan-lipatan seperti plika) di sekitar dinding hidrokel dengan jahitan
interrupted. Dilakukan kontrol perdarahan untuk mencegah terjadinya
hematoma,

7. Testis dan funikulus spermatikus ditempatkan kembali pada


skrotum secara hati-hati untuk menghindari pluntiran, bila perlu
dilekatkan ke bagian dasar dinding skrotum dengan satu hingga dua
jahitan absorbable.

8. Fasia dartos ditutup dengan jahitan interupted absorbable. Lalu


dipasang drainase Penrose pada celah insisi yang telah dibuat (jika
diperlukan), untuk mengurangi resiko terjadinya hematom

9. Kulit ditutup dengan jahitan subkutan.

12
13
14
Gambar. Teknik operasi Jaboulay

15
Gambar. Teknik plikasi Lord

Beberapa teknik hidrokeletomi lainnya adalah sebagai berikut:

1. Teknik Von Bergmann : tepi luka dinding hidrokele yang telah


dieksisi dijahit bersamaan namun tidak dilakukan penjahitan
kebelakang testis (eversi) seperti teknik Jaboulay

2. Teknik Winkelmann : teknik ini sama dengan teknik Jaboulay,


istilah ini biasa dipakai di Jerman

3. Teknik Andrew : dikenal dengan bloody technique dikarenakan


dilakukan dengan cara tunika vaginalis digunting, lalu dieversi

16
mengeliling testis, namun tepi luka tidak dijahit. Kemudia dimasukan
kembali ke skrotum dan ditutup lapis demi lapis.

Pendekatan pembedahan melalui inguinal

Laki-laki yang didiagnosa dengan hidrokel, dimana dicurigai adanya


keganasan, sebaiknya dilakukan pembedahan dengan pendekatan
inguinal agar dapat mengendalikan funikulus spermatikus untuk
persiapan kemungkinan dilakukan orchiektomi.

17
Gambar. Pendekatan hidrokelektomi melalui inguinal (dewasa)

Langkah-langkah Teknik Inguinal Dewasa:

1. Insisi pada kuadran bawah abdomen sepanjang 4-6 cm, ke arah


lateral dari titik tepat di atas tuberkulum pubikum.

2. Insisi menembus kutis, subkutis, fascia camper, fascia scarpa.


Aponeurosis musculus obliqus externus terlihat.

3. Aponeurosis musculus obliqus externus telah diincisi, tampak


kantung hidrokel dan spermatical cord. Spermatical cord dipreservasi
lalu keluarkan isi kantong hidrokel (cairan) dengan pungsi
menggunakan spuit atau diberikan insisi pada dinding kantong
hidrokel lalu dimasukan suction.

4. Kantong hidrokel yang telah dinsisi kemudian dapat dilanjutkan


dengan penjahitan yang digunakan pada teknik Jaboulay atau teknik
Lord.

5. Testis dan spermatic cord dikembalikan ke tempat awal.

6. Aponeurosis musculus oblique externus dijahit, lapis demi lapis


ditutup.

7. Kulit dijahit dengan jahitan subcuticular.

18
19

Anda mungkin juga menyukai