Anda di halaman 1dari 4

Panduan Praktik Klinis

SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin


RSUD Dr Soetomo Surabaya

Impetigo (ICD-10: L01.00)


Penyakit infeksi piogenik pada kulit yang superfisial dan menular disebabkan oleh
Staphylococcus dan/atau Streptococcus.
Ada 2 bentuk:
Pengertian 1. Impetigo non bulosa (=Impetigo kontagiosa) disebabkan oleh Staphylococcus
(Definisi) aureus dan/atau Streptococcus pyogenes (=Streptococcus beta-hemolytic grup A)
ICD 10 : Impetigo (L01), Impetigo kontagiosa (L01.0.2)
2. Impetigo bulosa disebabkan oleh Staphylococcus aureus.
ICD 10 : Impetigo bulosa (L01.0.1)
IMPETIGO KONTAGIOSA
Bercak merah, timbul lepuhan seperti tersulut api, lepuhan sangat mudah pecah,
kadang disertai rasa terbakar dan gatal. Bila digaruk dan pecah, timbul keropeng.
Anamnesis IMPETIGO BULOSA
Bercak merah, timbul lepuhan berdinding tipis berisi cairan kekuningan, lepuhan tidak
mudah pecah, kadang disertai rasa terbakar dan gatal. Bila digaruk dan pecah, timbul
keropeng.
IMPETIGO KONTAGIOSA
1. Tersering pada anak-anak
2. Predileksi : muka sekitar hidung dan mulut, anggota gerak (kecuali
telapak tangan dan kaki), dan badan
3. Kelainan kulit :
Vesikel/bula berdinding tipis diatas kulit yang eritem yang cepat memecah,
sehingga vesikel/bulanya sendiri jarang sekali terlihat, yang terlihat adalah khas
berupa krusta tebal berwarna kuning kecoklatan/keemasan/seperti madu. Bila
krusta dilepas tampak erosi dibawahnya.
4. Tidak disertai gejala konstitusi (= demam, malaise, mual), kecuali
bila kelainan kulitnya berat.
Pemeriksaan Fisik 5. Terkadang disertai pembesaran KGB

IMPETIGO BULOSA
1. Pada semua umur
2. Predileksi : muka dan bagian tubuh lainnya termasuk telapak tangan dan telapak
kaki, mukosa membran dapat terkena.
3. Kelainan kulit :
Timbul bula yang bertambah besar, tidak mudah pecah, dan dapat bertahan 2-3
hari. Isi bula mula-mula jernih, kemudian keruh, sesudah pecah tampak krusta
kecoklatan yang tepinya meluas dan tengahnya menyembuh, sehingga tampak
gambaran lesi sirsiner.
4. Terkadang disertai pembesaran KGB
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
Kriteria Diagnosis 3. Pengecatan gram: Gram positif Staphylococcus (coccus bergerombol) atau
Streptococcus (coccus berderet)
Diagnosis Kerja Impetigo
1. Tinea corporis
2. Varisela
Diagnosis 3. Ektima
Banding 4. Sifilis stadium II
5. Dermatitis
6. Pemfigus
Panduan Praktik Klinis
SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
RSUD Dr Soetomo Surabaya

Impetigo (ICD-10: L01.00)


1. Darah lengkap (IV / conditional)
Pemeriksaan 2. Urine lengkap (IV / conditional)
3. Gram (I/ conditional)
Penunjang 4. Kultur darah (III / conditional)
5. Kultur pus (III / conditional)
Mikroorganisme - Staphylococcus aureus
penyebab infeksi
tersering
1. Pengobatan topikal
- Lesi sedikit dan dini cukup dengan obat topikal: salep natrium fusidat,
mupirosin (IA/conditional)
- Drainage: bule dan pustule dengan ditusuk jarum steril untuk mencegah pe-
nyebaran lokal.
- Mencuci lesinya pelan-pelan dan melepas krustanya. Bila krusta melekat kuat,
dikompres lebih dulu dengan larutan Sodium kloride 0.9%. Krusta perlu
dilepas supaya obat topikal dapat efektif bekerja. (IV / conditional)
2. Pengobatan sistemik
Diberikan pada kasus-kasus berat, lama pengobatan paling sedikit 7-10 hari.
2.1. a. Ampisilin (I/conditional)
dosis 250-500 mg/dosis, 4 kali/hari.
Terapi Antibiotik anak-anak: 7,5-25 mg (dosis, 4 kali/hari a.c).
(sebutkan jenis, b. Amoksisilin (I/conditional)
dosis, interval, dosis : 250-500mg/dosis, 3 kali/hari
rute/cara anak-anak : 7,5-25mg/kg/dosis,3 kali/hari a.c.
pemberian,lama) c. Kloksasilin (Untuk Staphylococcus yang kebal Penisilin) (I/conditional)
dosis: 250-500 mg/dosis, 4 kali/hari a.c.
anak-anak : 10-25 mg/kg/dosis 4 kali/hari a.c.
d. Dikloksasilin(Untuk Staphylococcus yang kebal Penisilin) (I/conditional)
dosis: 125-250 mg/dosis, 3-4 kali/hari a.c.
anak-anak : 5-15 mg/kg/dosis, 3-4 kali /hari a.c.
2.2. Eritromisin (I / conditional)
dosis : 250-500 mg/dosis, 4 kali/hari p.c.
Anak-anak: 30-50 mg/kg/hari, 4 kali/hari p.c.
Bila alergi penisilin
2.3. Klindamisin (IV / conditional)
dosis: 150-300mg/dosis,3-4kali/hari
anak-anak lebih 1 bulan: 8-20 mg/kg/hari, 3 - 4 kali/hari
bila alergi penisilin
1. Tidak memanipulasi lesi
Edukasi 2. Mandi teratur dengan sabun mandi
3. Pakaian, handuk, sprei sering ganti dan dicuci air panas serta
dipakai sendiri
Ad Vitam (Hidup) : Dubia ad bonam/malam
Prognosis Ad Sanationam (sembuh) : Dubia ad bonam/malam
Ad Fungsionam (fungsi) : Dubia ad bonam/malam
Penelaah Kritis 1. Prof. Sunarko Martodihardjo, dr., SpKK(K)
2. Prof. Hari Sukanto, dr., SpKK(K)
3. Dwi Murtiastutik, dr.,SpKK(K)
4. Sawitri, dr.,SpKK(K)
Panduan Praktik Klinis
SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
RSUD Dr Soetomo Surabaya

Impetigo (ICD-10: L01.00)


5. Evy Ervianty, dr., SpKK(K)

Keluhan dan gejala klinis


Indikator Medis Lesi mengering, krusta lepas
Impetigo Kontagiosa/Bulosa

Lesi sedikit - Untuk kasus-kasus berat


dan dini - Bula yang besar
- Tidak didapatkan perbaikan setelah
penggunaan terapi topikal

Terapi sistemik (peroral)

Ampisilin : dosis 250-500 mg/dosis, 4 kali/hari.


algoritma/ skoring Atau 7,5-25 mg (dosis, 4 kali/hari a.c)
sistem Amoksisilin : dosis 250-500mg/dosis, 3 kali/hari
Atau 7,5-25mg/kg/dosis,3 kali/hari a.c.
- Natrium Fusidat
2% ointment Untuk Staphylococcus yang kebal Penisilin
- Mupirocin 2% Kloksasilin : dosis 250-500 mg/dosis, 4 kali/hari a.c.
ointment/cream Atau 10-25 mg/kg/dosis 4 kali/hari a.c.
Dikloksasilin: dosis 125-250 mg/dosis, 3-4 kali/hari a.c.
- Drainage
Atau 5-15 mg/kg/dosis, 3-4 kali /hari a.c.
- Lesi berkrusta :
kompres dengan
Alergi Penisilin
larutan Sodium
kloride 0.9% Eritromisin : dosis 250-500 mg/dosis, 4 kali/hari p.c.
Atau 30-50 mg/kg/hari, 4 kali/hari p.c.
Klindamisin : dosis 150-300mg/dosis,3-4kali/hari
Kepustakaan 1. Hay R.J., Adrians B. 2010. Bacterial infections. In: Champion R.H. (eds)
anak-anak lebih 1 bulan:
Rooks/Wilkinson/Ebling Textbook of Dermatology. 8thed. Oxford: Blackwell
8-20 mg/kg/hari, 3 - 4 kali/hari
Publishing Ltd.
Lama
2. pengobatan
Berger 7-10 hariD.M., James W.D. 2011. Andrews’ Diseases of The Skin
T.G., Elston
Clinical Dermatology. 11thed.Philadelphia: WB Saunders Company.
3. Hurwitz S. 2011. Clinical Pediatric Dermatology, 4nd ed. Philadelphia: WB
Saunders Company.
4. Craft N. 2012. Superficial Cutaneous Infections and Pyodermas dalam
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, 8th ed. New York: Mc Graw Hill.
5. Rauner, B. 2008. Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus in Illinois:
Guidelines for the Primary Care Provider. Illinois Department of Public Health.
6. Price D, Betancourt V. Treatment of Impetigo. Am Fam Physician. 2007;75(5):
703-4.
7. Koning S, van der Sande R, Verhagen AP, et al. Interventions for impetigo.
Cochrane Database Syst Rev. 2012; (1):1-162.
8. Stevens DL, Bisno AL, Chambers HF, Dellinger EP, Goldstein EJC, Gorbach SL,
Panduan Praktik Klinis
SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
RSUD Dr Soetomo Surabaya

Impetigo (ICD-10: L01.00)


et al. Practice Guidelines for the Diagnosis and Management of Skin and Soft
Tissue Infections: 2014 Update by the Infectious Diseases Society of America.
CID 2014:59: 1-43

Surabaya, 17 April 2017

Ketua Komite Medik Ketua SMF ....................

_______________________________ _________________________
NIP. NIP.

Pimpinan BLUD
RSUD Dr Soetomo Surabaya

__________________________
NIP.

Keterangan :
GR : Grade of Recommendation

Anda mungkin juga menyukai