Anda di halaman 1dari 3

TATALAKSANA IMPETIGO

ULSERATIF (EKTIMA)
No. Dokumen : SOP/460/2018
No. Revisi : 03
SOP
TanggalTerbit : 01 Maret 2018
Halaman : 1-5

1. Pengertian Tatalaksana Impetigo Ulseratif (Ektima) adalah sekumpulan proses yang


dilakukan untuk menangani impetigo ulseratif (ektima), impetigo ulseratif
(ektima) adalah peradangan yang menimbulkan kehilangan jaringan
dermis bagian atas (ulkus dangkal).
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaan pasien
dengan impetigo ulseratif (ektima).
3. Kebijakan
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/514/2015 Tentang Panduan Praktek Klinis bagi Dokter
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
5. Prosedur 1. Petugas menanyakan keluhan pasien
Pasien datang mengeluh adanya koreng atau luka di kulit
a. Awalnya berbentuk seperti bintil kecil yang gatal, dapat berisi
cairan atau nanah dengan dasar dan pinggiran sekitarnya
kemerahan. Keluhan ini dapat meluas menjadi bengkak disertai
dengan rasa nyeri.
b. Bintil kemudian pecah dan menjadi keropeng/koreng yang
mengering, keras dan sangat lengket.
2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
Impetigo krustosa (impetigo contagiosa) adalah peradangan yang
memberikan gambaran vesikel yang dengan cepat berubah menjadi
pustul dan pecah sehingga menjadi krusta kering kekuningan seperti
madu. Predileksi spesifik lesi terdapat di sekitar lubang hidung, mulut,
telinga atau anus.
Impetigo bulosa adalah peradangan yang memberikan gambaran
vesikobulosa dengan lesi bula hipopion (bula berisi pus).
3. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan dari apusan cairan sekret dari dasar lesi dengan
pewarnaan Gram
b. Pemeriksaan darah rutin kadang-kadang ditemukan leukositosis.
4. Petugas menegakkan diagnosis
Impetigo bulosa dan krustosa
5. Petugas melakukan tatalaksana
a. Terapi suportif dengan menjaga higiene, nutrisi TKTP dan stamina

Halaman 1 dari 5
tubuh.
b. Farmakoterapi dilakukan dengan:
1) Topikal :
 Bila banyak pus/krusta, dilakukan kompres terbuka
dengan permanganas kalikus (PK) 1/5.000 atau yodium
povidon 7,5% yang dilarutkan 10 kali.
 Bila tidak tertutup pus atau krusta, diberikan salep atau
krim asam fusidat 2% atau mupirosin 2%, dioleskan 2-3 kali
sehari selama 7-10 hari.
2) Antibiotik oral dapat diberikan dari salah satu golongan di
bawah ini :
• Penisilin yang resisten terhadap penisilinase, seperti:
kloksasilin.
 Dosis dewasa: 3 x 250-500 mg/hari, selama 5-7 hari,
selama 5-7 hari.
 Dosis anak: 50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis,
selama 5-7 hari.
• Amoksisilin dengan asam klavulanat.
 Dosis dewasa: 3 x 250-500 mg
 Dosis anak: 25 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis,
selama 5-7 hari
• Klindamisin 4 x 150 mg per hari, pada infeksi berat
dosisnya 4 x 300-450 mg per hari.
• Eritromisin: dosis dewasa: 4 x 250-500 mg/hari, anak: 20-
50 mg/kgBB/hari terbagi 4 dosis, selama 5-7 hari.
• Sefalosporin, misalnya sefadroksil dengan dosis 2 x 500 mg
atau 2 x 1000 mg per hari.
6. Petugas melakukan edukasi
Edukasi pasien dan keluarga untuk pencegahan penyakit dengan
menjaga kebersihan diri dan stamina tubuh.
6. Diagram Alir
Menegakan diagnose
Melakukan Melakukan vital sign dan berdasarkan hasil
anamnesis pada
pemeriksaan fisik pemeriksaan
pasien

Memberikan edukasi Memberikan tata laksana


Mencatat SOAP ke
dan rujukan sesuai pada pasien sesuai hasil
rekam medis
pemeriksaan
indikasi

7. Unit terkait Ruangan pemeriksaan umum


Ruangan kesehatan ibu, anak, imunisasi dan KB
Ruangan gawat darurat

8. Rekaman Historis

Halaman 2 dari 5
Halaman 3 dari 5

Anda mungkin juga menyukai