Anda di halaman 1dari 233

Soal No.

1
Ny. Meow, 24 tahun, datang dengan keluhan pucat sejak 1 bulan yang lalu. Disertai dengan lemas, pusing, mata
kuning, BAK kecoklatan. Pada pemeriksaan didapatkan TD 120/80 mmHg, HR 80x/menit, RR 22x/menit, dan T
37oC, konjungtiva anemis, sclera ikterik, dan hepatosplenomegali. Dari pemeriksaan lab didapatkan Hb 10 gr/dL,
MCV 86, MCH 28, pemeriksaan penunjang dan diagnosis yang tepat untuk kasus ini adalah….
A. Coomb test (+) dan anemia megaloblastik
B. DAT (+) dan thalassemia
C. Coomb test (+) dan anemia defisiensi G-6PD
D. DAT (+) dan AIHA
E. Coomb test (+) dan Sferositosis
Soal No. 1
Ny. Meow, 24 tahun, datang dengan keluhan pucat sejak 1 bulan yang lalu. Disertai dengan lemas, pusing,
mata kuning, BAK kecoklatan. Pada pemeriksaan didapatkan TD 120/80 mmHg, HR 80x/menit, RR 22x/menit,
dan T 37oC, konjungtiva anemis, sclera ikterik, dan hepatosplenomegali. Dari pemeriksaan lab didapatkan Hb
10 gr/dL, MCV 86, MCH 28, pemeriksaan penunjang dan diagnosis yang tepat untuk kasus ini adalah….
A. Coomb test (+) dan anemia megaloblastik  tidak didapatkan icterus, coomb test (-)
B. DAT (+) dan thalassemia  thalassemia, DAT/Coomb test (-)
C. Coomb test (+) dan anemia defisiensi G-6PD  terjadi karena kurangnya enzim G6PD, ada gambaran Heinz
body, comb test (-)
D. DAT (+) dan AIHA
E. Coomb test (+) dan Sferositosis  penyakit genetic yang sebbakan defek pada membrane SDM
AIHA (Autoimmune Hemolitik Anemia)
• Definisi:
Merupakan suatu kelainan dimana terdapat autoantibodi terhadap sel-sel eritrosit
sehingga eritrosit mudah lisis dan umur eritrosit memendek.
• Gejala dan tanda:
Lemas, mudah capek, sesak napas. Tanda klinis berupa konjungtiva pucat, sklera ikterik,
hepatosplenomegali, urine berwarna merah gelap.
• Pemeriksaan Penunjang :
• Laboratorium: Anemia normositik, peningkatan bilirubin indirek, retikulositosis,
peningkatan LDH, peningkatan serum haptoglobulin.
• Deteksi autoantibodi pada eritrosit: direct coomb’s test postif (DAT)
• Hapusan darah tepi: tampak fragmentasi dari eritrosit (sferosit,skistosit, helmet cell,
dan retikulosit).

Sumber : slide medico.id hematologi


Autoimmune Hemolitik Anemia

Yang Gendut selalu


bikin anget! (IgG 
warm)

Sumber : slide medico.id hematologi


TERAPI
Warm AIHA
• Kortikosteroid : 1-1,5 mg/kgBB per hari.
Dalam 2 minggu akan menunjukan respon baik
(retikulosit meningkat, direk coomb positif
lemah indirek negatif). Nilai normal dan stabil
akan dicapai pada hari ke 30 sampai hari ke 90.
• Splenektomi : dilakukan bila terapi steroid
tidak adekuat atau tidak bisa dilakukan
penurunan dosis selama 3 bulan.
• Rituximab 100 mg per minggu selama 4
minggu.
• Imunosupressan : azatiophrin 50-200 mg/hari

Tipe Dingin
• Hindarkan dari udara dingin yang dapat
memicu hemolisis.
Sumber : slide medico.id hematologi
Soal No. 2
Tn. Zun, 24 tahun, datang ke poli dengan keluhan batuk lebih dari tiga bulan, disertai dahak dan kadang darah.
Pasien juga mengeluh demam dan nyeri telan, penurunan BB (+) > 10 kg selama sakit. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan pasien tampak sangat kurus, tulang terlihat jelas, leukoplakia pada lidah dan palatum, dan hasil
pemeriksaan swab langit-langit menunjukkan candida (+). Pasien adalah pecandu narkoba yang sering
menggunakan jarum suntik. Hasil pemeriksaan tes HIV didapatkan reaktif. Stadium HIV yang tepat untuk pasien
ini adalah…
A. HIV stadium 1
B. HIV stadium 2
C. HIV stadium 3
D. HIV stadium 4
E. HIV stadium 5
Soal No. 2
Tn. Zun, 24 tahun, datang ke poli dengan keluhan batuk lebih dari tiga bulan, disertai dahak dan kadang darah.
Pasien juga mengeluh demam dan nyeri telan, penurunan BB (+) > 10 kg selama sakit. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan pasien tampak sangat kurus, tulang terlihat jelas, leukoplakia pada lidah dan palatum, dan hasil
pemeriksaan swab langit-langit menunjukkan candida (+). Pasien adalah pecandu narkoba yang sering
menggunakan jarum suntik. Hasil pemeriksaan tes HIV didapatkan reaktif. Stadium HIV yang tepat untuk
pasien ini adalah…
A. HIV stadium 1  limfadenopati generalisata
B. HIV stadium 2 HSV dan angular cheilitis
C. HIV stadium 3  TB kronik, oral thrust, belum ada wasting syndrome
D. HIV stadium 4
E. HIV stadium 5  tidak ada
Stadium
Klinis HIV

Sumber : https://www.bhaktirahayu.com/artikel-kesehatan/waspada-hiv-aids-pengenalan-dan-pencegahan
Tatalaksana HIV
Soal No. 3
Jun, 26 tahun, datang ke poli RS dengan keluhan nyeri kepala belakang sejak 1 minggu yang lalu. Pada
pemeriksaan tanda vital didapatkan hasil dbn. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 21 mg/dL,
leukosit 5000x103/nl, trombosit 253.000 x103/nl. Pasien sering memakai anabolic steroid untuk penumbuh otot.
Diagnosis yang tepat untuk pasien ini adalah…
A. Polisitemia sekunder
B. Polisitemia tersier
C. Polisitemia vera
D. Tension type headache
E. Hemodilusi
Soal No. 3
Jun, 26 tahun, datang ke poli RS dengan keluhan nyeri kepala belakang sejak 1 minggu yang lalu. Pada
pemeriksaan tanda vital didapatkan hasil dbn. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 21 mg/dL,
leukosit 5000x103/nl, trombosit 253.000 x103/nl. Pasien sering memakai anabolic steroid untuk penumbuh
otot. Diagnosis yang tepat untuk pasien ini adalah…
A. Polisitemia sekunder
B. Polisitemia tersier  tidak ada
C. Polisitemia vera peningkatan Hb, leu, tr sekaligus, pykt myeloproliferatif
D. Tension type headache  stressor psikologis
E. Hemodilusi  tidak tepat
Polisitemia Primer vs Sekunder

Polisitemia Vera Polisitemia Sekunder


• Etiologi : diffuse marrow hyperplasia of • Etiologi : reducted arterial O2 saturation
unknown etiology (emphysema, pulmonary fibrosis, CHF,
• Overproduction of red cells, white cells, etc)  increased erythropoietin
and plateles production
• Overproduction of red cells

Sumber : https://www.healthline.com/health/secondary-polycythemia#causes
Penyebab Polisitemia Sekunder
• Sleep apnea
• Smoking or lung disease
• Obesity
• Hypoventilation
• COPD
• Diuretics
• Performance-enhancement drugs, seperti eritropoietin,
testosterone, dan anabolic steroid

Sumber : https://www.healthline.com/health/secondary-polycythemia#causes
Soal No. 4
Ny. Ikjun 78 tahun diantar ke IGD dalam kondisi tidak sadarkan diri. Riwayat 4 hari sebelumnya di rawat di RS,
pasien mengeluh demam, gemetaran, menggigil, dan merasa bingung. Pada pemeriksaan fisik di dapatkan TD
80/40 mmHg, T 40oC, N 120x/menit, RR 30x/menit. Dari hasil lab didapatkan Hb 10g/dL, leukosit 30.000, Tr
50.000, Ht 38%. Pada pemeriksaan kultur darah didapatkan hasil positif terhadap bakteri gram negative. Factor
yang menyebabkan pathogenesis pada kasus tersebut adalah….
A. Interferon
B. IL-1
C. Platelet-derivied growth factor
D. Transforming growth factor
E. TNF
Soal No. 4
Ny. Ikjun 78 tahun diantar ke IGD dalam kondisi tidak sadarkan diri. Riwayat 4 hari sebelumnya di rawat di RS,
pasien mengeluh demam, gemetaran, menggigil, dan merasa bingung. Pada pemeriksaan fisik di dapatkan TD
80/40 mmHg, T 40oC, N 120x/menit, RR 30x/menit. Dari hasil lab didapatkan Hb 10g/dL, leukosit 30.000, Tr
50.000, Ht 38%. Pada pemeriksaan kultur darah didapatkan hasil positif terhadap bakteri gram negative.
Factor yang menyebabkan pathogenesis pada kasus tersebut adalah….
A. Interferon  tidak tepat
B. IL-1  efek inflamasi lebih sempit dari TNF
C. Platelet-derivied growth factor  tidak tepat
D. Transforming growth factor  tidak tepat
E. TNF
Sepsis
Sepsis
• Mediator inflamasi utama yang terlibat
 Interleukin 1 dan TNF
• Efek inflamasi TNF lebih luas daripada
Interleukin 1

Sumber : https://cvi.asm.org/content/20/3/319
Pemeriksaan Sepsis
Laboratorium
• Cultures of blood and examination and
culture of sputum, urine, wound Imaging
drainage, stool, and CSF, depending on • Chest x-ray
the presenting signs and symptoms for • Other radiographic and radioisotope
each patient procedures according to suspected site of
• CBC with differential, coagulation primary infection
profile.
• Routine chemistries, LFTs. Pemeriksaan penunjang
• ABGs, lactic acid level; Procalcitonin • Kultur darah sebelum pemberian antibiotik
can be useful as a marker of bacterial
infection as a cause of the sepsis.
• Urinalysis.
Sumber : https://cvi.asm.org/content/20/3/319
Soal No. 5
Ny.Kove, 24 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan mudah lelah sejak 1 bulan terakhir disertai pusing dan
nafsu makan menurun. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 120/80 mmHg, RR 18x/menit, N 89x/menit, T
36,8oC, konjungtiva anemis. Pada pemeriksaan lab didapatkan Hb 10,5 mg/dL dan Fe serum 45 mcg/dl (normal
60-170 mcg/dL). Edukasi gizi yang dapat diberikan pada pasien ini adalah….
A. Pemberian Fe + asam fitat
B. Pemberian Fe + tannin
C. Pemberian Fe + asam askorbat
D. Pemberian Fe + asam oksalat
E. Pemberian Fe + kalsium
Soal No. 5
Ny.Kove, 24 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan mudah lelah sejak 1 bulan terakhir disertai pusing
dan nafsu makan menurun. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 120/80 mmHg, RR 18x/menit, N 89x/menit,
T 36,8oC, konjungtiva anemis. Pada pemeriksaan lab didapatkan Hb 10,5 mg/dL dan Fe serum 45 mcg/dl
(normal 60-170 mcg/dL). Edukasi gizi yang dapat diberikan pada pasien ini adalah….
A. Pemberian Fe + asam fitat  menghambat penyerapan besi
B. Pemberian Fe + tannin  menghambat penyerapan besi
C. Pemberian Fe + asam askorbat
D. Pemberian Fe + asam oksalat  menghambat penyerapan besi
E. Pemberian Fe + kalsium  menghambat penyerapan besi
ANEMIA DEFISIENSI BESI
Anemia defisiensi besi adalah salah satu golongan anemia hipoploriferatif yang disebabkan
karena kelainan metabolisme besi.
Pendekatan Diagnosis
• Anamnesis
Gejala klinis bervariasi tergantung beratnya dan lamanya anemia. Berupa lemah dan lelah, sakit
kepala, light-headedness, kesemutan, rambut rontok, restless leg, dan gejala angina pektoris pada
kasus berat. Gejala khas yaitu adanya glossitis, disfagia, pica, koilonychia, (spoon nail), disfagia, pica
jarang ditemukan.
• Pemeriksaan Fisik
Pasien tampak lemah dan pucat (anemis), disertai takikardia, adalah glossitis (lidah warna merah
permukaan licin), stomatitis, angular cheilits, koilonichya. Splenomegali mengindikasikan adanya
penyebab defisiensi besi lainya.

Sumber : slide medico.id hematologi Atrofi Papil Koilonichia Angular cheilitis


Pemeriksaan Penunjang
Meliputi :
• DPL : Hb menurun, leukosit menurun,
trombosit meningkat atau menurun.
• Retikulosit : normal atau menurun
• Morfologi eritrosit : mikrositik hipokrom
• Sediaan darah tepi : adanya anisositosis.
• Besi serium : menurun.

Anisositosis, poikilositosis dan pencil cell

Makanan Penghambat Besi


Oksalat, phytates (teh), rosfat, red
wine.

Meningkatkan absorbs besi


Hidrokuinon, askorbat (vitamin C),
laktat, piruvat, suksinat, fruktosa.
Sumber : slide medico.id hematologi
Tatalaksana

Dosis Terapi

• Dosis : 3-6 mg besi elemental/kgBB/hari


• Target Hb : meningkat 1 gr/dL dalam 2-3 minggu.
• Terapi besi oral tetap dilanjutkan hingga usia 3-4 bulan.
• Besi parenteral : untuk malabsorbsi, intoleransi terhadap preparat oral, dan butuh
dalam jumlah banyak.
• Sediaan : iron sucrose : 5 ml (100 mg besi elemental).
Sumber : slide medico.id hematologi
Soal No. 6
Tn. Coy, 58 tahun, ke puskesmas dengan keluhan kedua tungkai sering kesemutan dan pegal sejal 2 bulanyang
lalu. Pasien memiliki riwayat operasi tumor usus halus 3 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan tanda vital
didapatkan TD 115/80 mmHg, N 80x/menit,, RR 22x/menit, T 37oC. pada pemeriksaan fisik didapatkan
konjungtiva anemis. Tatalaksana yang dapat diberikan asalah…
A. Vitamin C
B. Vitamin B6
C. Vitamin B12
D. Vitamin D
E. Fluor
Soal No. 6
Tn. Coy, 58 tahun, ke puskesmas dengan keluhan kedua tungkai sering kesemutan dan pegal sejal 2 bulan yang
lalu. Pasien memiliki riwayat operasi tumor usus halus 3 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan tanda vital
didapatkan TD 115/80 mmHg, N 80x/menit,, RR 22x/menit, T 37oC. pada pemeriksaan fisik didapatkan
konjungtiva anemis. Tatalaksana yang dapat diberikan asalah…
A. Vitamin C  untuk ADB
B. Vitamin B6  defisiensinya tidak ada Gx neurologi perifer
C. Vitamin B12
D. Vitamin D  diberikan pada pasien osteoporosis
E. Fluor  diberikan pada otosklerosis
Anemia Defisiensi Vitamin B12
• Etiologi: metabolisme vitamin B12 yang tidak efektif.
• Hal tersebut dapat disebabkan oleh:
1. Kurangnya pasokan vitamin B12 dari makanan
2. Gangguan transport vitamin B12 atau gangguan pengikatan vitamin B12 oleh
resptornya (defisiensi enzim)
• Defisiensi faktor intrinsi (gastrektomi)
• Reseksi dan bypass ileum
• Persaingan biologi absorpsi vitamin B12 pada infeksi Diphyllobothrium latum
(cacing pita ikan), pada divertikulosis, anastomosis usus
• Pankreatitis kronis
Anemia Defisiensi Vitamin B12
• Gejala Klinis
• Gejala umum anemia: lemas, lesu, mudah lelah, pucat, takikardi, dispneu, takipneu,
konsentrasi menurun, pingsan, telinga berdenging.
• Gejala akibat defisiensi vitamin B12: neuropati perifer, gangguan kognitif, gangguan
memori, gangguan tidur, depresi
• Laboratorium:
Darah lengkap (Hb rendah, MCV>100fl), hapusan darah tepi (anemia makrositer).
Diagnosis anemia megaloblastik hipovitaminosis vitaminB12 dilakukan dengan uji schilling
atau mengukur kadar vitaminB12 serum sebelum dan setelah pemberian vitamin B12.
• Penatalaksanaan
Terapi disesuaikan dengan etiologi, keparahan serta gejala anemia. Pada anemia dengan
gejala yang sangat parah atau Hb yang sangat rendah dapat dilakukan transfuse PRC.
Karena defisiensi vitamin B12 maka pasien diberi injeksi intramuscular vitamin B12 (100-
1000mcg perbulan),berlangsung terus-menerus, dapat diberikan.
Perbedaan Vitamin B12 dan B9

Sumber : slide mediko.id hematologi


Soal No. 7
Nn. Kin, 26 tahun, datang ke poli dengan keluhan batuk disertai demam dan keringat malam hari sejak 3 bulan
yang lalu. Disertai tidak nafsu makan dan badan lemah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 120/80 mmHg, N
100x/menit, konjungtiva anemis, dan ronchi basar kasar di apeks paru kanan. Pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan Hb 7,3 mg/dL, leu 5000/mm3, LED 30 mm/jam, Tr 90.000/mm3. Gambaran morfologi yang
ditemukan pada kasus tersebut….
A. Anemia mikrositik hipokromik
B. Anemia normositik normokromik
C. Anemia mikrositik normokromik
D. Anemia makrositik
E. Anemia megaloblastik
Soal No. 7
Nn. Kin, 26 tahun, datang ke poli dengan keluhan batuk disertai demam dan keringat malam hari sejak 3 bulan
yang lalu. Disertai tidak nafsu makan dan badan lemah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 120/80 mmHg,
N 100x/menit, konjungtiva anemis, dan ronchi basar kasar di apeks paru kanan. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan Hb 7,3 mg/dL, leu 5000/mm3, LED 30 mm/jam, Tr 90.000/mm3. Gambaran morfologi
yang ditemukan pada kasus tersebut….
A. Anemia mikrositik hipokromik  ADB, thalasemia
B. Anemia normositik normokromik
C. Anemia mikrositik normokromik  kurang tepat
D. Anemia makrositik  kurang tepat
E. Anemia megaloblastik  def B12, def asam folat
Anemia Penyakit Kronik
• Etiologi: Infeksi kronis, Inflamasi kronis, keganasan
• Gejala klinis:
Umumnya anemia derajat ringan sedang sehingga sering asimptomatik. Pada pemeriksaan
fisik hanya dijumpai konjungtiva pucat.
• Laboratorium:
Didapatkan hasil berupa anemia normokromik normositer atau hipokromik mikrositer,
serum iron turun, TIBC turun, feritin normal atau meningkat, pearl’s stain positif.
• Tatalaksana
• Mengobati penyakit dasar.
• Transfusi PRC jika terjadi gangguan hemodinamik.
• Eritropoetin bermanfaat jika anemia disebabkan oleh kanker, gagal ginjal, multiple
mieloma, rheumatoid arthritis dan HIV.

Sumber : slide mediko.id hematologi


Kalau Ada Anemia Normositik, maka
Differnsial Diagnosisnya,
INGAT !!!
ABBRA
Anemia of chronic disease.
Bone marrow infiltration.
Bone marrow failure
Renal failure
Acute hemorrhage.
Soal No. 8
Diego, 22 tahun, datang ke RS dengan keluhan lemas sejak 1 tahun yang lalu. Pasien sering kali berobat namun
tidak pernah sembuh. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 120/80 mmHg, RR 22x/menit, dan T 37oC.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan sclera ikterik, hepatosplenomegali. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan
teardrop cell. Hasil pemeriksaan penunjang lain yang mungkin ditemukan pada kasus ini adalah…
A. Bence jones protein di urin
B. Tes coomb positif
C. Sel target apusan darah tepi
D. Ditemukan gametosit seperti pisang pada apusan darah tepi
E. Eritrosit berbentuk rouleux pada apusan darah tepi
Soal No. 8
Diego, 22 tahun, datang ke RS dengan keluhan lemas sejak 1 tahun yang lalu. Pasien sering kali berobat namun
tidak pernah sembuh. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 120/80 mmHg, RR 22x/menit, dan T 37oC.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan sclera ikterik, hepatosplenomegali. Pada pemeriksaan penunjang
ditemukan teardrop cell. Hasil pemeriksaan penunjang lain yang mungkin ditemukan pada kasus ini adalah…
A. Bence jones protein di urin  pada Multiple myeloma
B. Tes coomb positif  pada AIHA
C. Sel target apusan darah tepi
D. Ditemukan gametosit seperti pisang pada apusan darah tepi  pada malaria tropikana
E. Eritrosit berbentuk rouleux pada apusan darah tepi  pada multiple myeloma
Thalasemia
Hair on end
• Diturunkan secara autosomal resesif
• Merupakan defek sintesis rantai globin
• Secara fenotip :
• Mayor : transfusion dependent
• Intermedia : gejala klinis ringan
• Minor atau trait (asimptomatik)
• Secara genotip :
• Alfa (kromosom 11)
• Beta  lebih berat (Kromosom 16)
Facies cooley
Curiga thalassemia bila :
• Riwayat keluarga (+)
• Tanda hemolisis (anemia, jaundice, splenomegali Target Cell
usia dini) dan tear
• Deformitas tulang drop cell.
• MDT  Sel target (+), teardrop cell (+)
Komplikasi
Overload Besi

Organ yang terdampak


• Pituitari : gangguan
pertumbuhan
• Jantung : kardiomiopati, gagal
jantung
• Iron overload menyebabkan radikal bebas  • Liver  sirosis hepatis
ROS • Pankreas  diabetes melitus
• Kompleks besi tidak larut dan terdeposit di • Gonads  Hipogonadism,
seluruh tubuh. infertilitas
Sumber : slide mediko.id hematologi
THALASEMIA, remember THAL !
Soal No. 9
Tn. Rie, 65 tahun, datang ke IGD karena perdarahan tiba-tiba di gusi dan tidak dapat berhenti sejak 2 jam yang
lalu. Belakangan ini pasien mudah lelah, sering demam, dan sakit. Pad apemeriksaan fisik didapatkan TD 100/70
mmHg, HR 100x/menit, RR 18x/menit, T 38,4oC. konjungtiva anemis, tampak memar pada tubuh, dan
hepatosplenomegali. Pada pemeriksaan lab didapatkan Hb 6 mg/dL, leukosit 90.0000/mm3, Trombosit
20.000/mm3, dan Auer rods (+). Diagnosis yang tepat untuk pasien tersebut adalah….
A. Leukemia mieloblastik akut
B. Multiple myeloma
C. Leukemia limfoblastik akut
D. Leukemia mieloblastik kronik
E. Leukemia limfoblastik kronik
Soal No. 9
Tn. Rie, 65 tahun, datang ke IGD karena perdarahan tiba-tiba di gusi dan tidak dapat berhenti sejak 2 jam yang
lalu. Belakangan ini pasien mudah lelah, sering demam, dan sakit. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD
100/70 mmHg, HR 100x/menit, RR 18x/menit, T 38,4oC. konjungtiva anemis, tampak memar pada tubuh, dan
hepatosplenomegali. Pada pemeriksaan lab didapatkan Hb 6 mg/dL, leukosit 90.0000/mm3, Trombosit
20.000/mm3, dan Auer rods (+). Diagnosis yang tepat untuk pasien tersebut adalah….
A. Leukemia mieloblastik akut
B. Multiple myeloma  ditandai dengan peningkatan sel plasma dan gambaran fried egg appearance pada
hito PA
C. Leukemia limfoblastik akut  ditemukan limfoblast pada ADT
D. Leukemia mieloblastik kronik  ditemukan myelosit matur
E. Leukemia limfoblastik kronik  ditemukan gambaran smudge cell
Acute Mieloblastik Leukemia
Definisi:
Acute Mieloblastik Leukimia (AML) adalah Etiologi:
suatu penyakit yang ditandai dengan Tidak diketahu, tetapi benzena diketahui
transformasi neoplastik dan gangguan merupakan zat leukomogenik untuk AML.
diferensiasi sel-sel progenitor dari seri
mieloid. Sering terjadi pada dewasa (85%).

Sumber : slide mediko.id hematologi Auer Rod Leukemia Cutis Hiperplasia Ginggiva
Acute Myeloid Leukemia
MANIFESTASI KLINIS PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Anemia • Apusan darah tepi  ditemukan sel blas (sel
• Lesi infiltratif berwarna abu-abu myeloid imatur), ditemukan auer rod
pada kulit  leukimia cutis • Darah lengkap  pansitopenia
• Hipertrofi gingiva • Aspirat sumsum tulang  definitive
• Gangguan perdarahan • Sel blas > 20% total sel
• Nyeri kepala maupun • Myeloperoxidase (+)
manifestasi neurologis lainya 
akibat perdarahan/leukemic
meningitis.

Auer Rod

Sumber : slide mediko.id hematologi Leukemia Cutis Hiperplasia Ginggiva


Aku MaLu Auratku (auer rod)

Sumber : slide mediko.id hematologi


Soal No. 10
Lika, 14 tahun, datang dibawa dokter ke RS dengan keluhan berdebar-debar sejak 1 minggu yang lalu. Riwayat
demam dan batuk pilek yang lama. Keluhan disertai sesak pada saat beraktivitas dan mudah lelah, serta nyeri
pada sendi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan T 38,5oC, BB 30 kg, thrill, JVP 5+3, nodul subkutan, serta nyeri
sendi. ASTO (+). Tindakan pencegahan sekunder untuk mencegah serangan berulang yang dapat diberikan
dokter pada kasus tersebut adalah….
A. Benzathin penicillin G 1,2 juta unit IM SD setiap 4 minggu
B. Benzathin penicillin G 2,4 juta unit IM SD setiap 4 minggu
C. Benzathin penicillin G 2,4 juta unit IM SD setiap 2 minggu
D. Benzathin penicillin G 1,2 juta unit IM SD setiap 2 minggu
E. Benzathin penicillin G 1,2 juta unit IM SD setiap minggu
Soal No. 10
Lika, 14 tahun, datang dibawa dokter ke RS dengan keluhan berdebar-debar sejak 1 minggu yang lalu. Riwayat
demam dan batuk pilek yang lama. Keluhan disertai sesak pada saat beraktivitas dan mudah lelah, serta nyeri
pada sendi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan T 38,5oC, BB 30 kg, thrill, JVP 5+3, nodul subkutan, serta nyeri
sendi. ASTO (+). Tindakan pencegahan sekunder untuk mencegah serangan berulang yang dapat diberikan
dokter pada kasus tersebut adalah….
A. Benzathin penicillin G 1,2 juta unit IM SD setiap 4 minggu
B. Benzathin penicillin G 2,4 juta unit IM SD setiap 4 minggu  tidak tepat
C. Benzathin penicillin G 2,4 juta unit IM SD setiap 2 minggu  tidak tepat
D. Benzathin penicillin G 1,2 juta unit IM SD setiap 2 minggu  tidak tepat
E. Benzathin penicillin G 1,2 juta unit IM SD setiap minggu  tidak tepat
Demam Rematik
• Penyakit sistemik yang terjadi setelah faringitis akibat GABHS (Streptococcus pyogenes)
• Usia rerata penderita: 10 tahun
• Komplikasi: penyakit jantung reumatik
• Demam rematik terjadi pada sedikit kasus faringitis GABHS setelah 1-5 minggu
• Pengobatan:
• Pencegahan dalam kasus faringitis GABHS: penisilin/ ampisilin/ amoksisilin/
eritromisin/ sefalosporin generasi I
• Dalam kasus demam rematik:
• Antibiotik: penisilin/eritromisin
• Antiinflamasi: aspirin/kortikosteroid
• Untuk kasus korea: fenobarbital/haloperidol/klorpromazin
Sumber : Chin TK. Pediatric rheumatic fever. http://emedicine.medscape.com/article/1007946-overview Behrman RE. Nelson’s textbook of pediatrics, 19th ed. McGraw-Hill; 2011
Demam Rematik
Terapi Demam Rematik
Bed rest 2-6 weeks(till inflammation subsided)
• Supportive therapy - treatment of heart failure
• Anti-streptococcal therapy - Benzathine penicillin(long acting) 1.2 million units once(IM
injection) or oral penicillin V 2- 3x500 mg 10 days
if allergic to penicillin  erythromycin 10 days or azithromycin 500 mg orally on day 1
followed by 250 mg orally on days 2 through 5 days (antibiotic is given even if throat culture
is negative)
• Anti-inflammatory agents: Aspirin/prednison
• Anti-inflammatory agents: fenobarbital/haloperidol/klorpromazin
• Secondary Prevention – pencegahan serangan berulang
• Benzathine penicillin G 1.2 million units IM SD every 4 week
• Penicillin V 250 mg twice daily orally
• Or If allergic – Erythromycin 250 mg twice daily orally
Soal No. 11
Boni, 10 tahun diantar orangtuanya ke poli dengan keluhan lemas dan pucat sejak 2 hari yang lalu. Pada
pemeriksaan tampak konjungtiva anemis. Riwayat diare dan diterapi dengan kotrimoksazol. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan Hb 8 g/dL, MCV dan MCHC dbn, pada sediaan apus darah tepi didapatkan Heinz body.
Penyebab terjadinya anemia pada kasus ini adalah….
A. Defisiensi G6PD
B. Defisiensi Fe
C. Defisiensi B6
D. Defisiensi B12
E. Defisiensi B9
Soal No. 11
Boni, 10 tahun diantar orangtuanya ke poli dengan keluhan lemas dan pucat sejak 2 hari yang lalu. Pada
pemeriksaan tampak konjungtiva anemis. Riwayat diare dan diterapi dengan kotrimoksazol. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 8 g/dL, MCV dan MCHC dbn, pada sediaan apus darah tepi
didapatkan Heinz body. Penyebab terjadinya anemia pada kasus ini adalah….
A. Defisiensi G6PD
B. Defisiensi Fe  kurang tepat
C. Defisiensi B6  kurang tepat
D. Defisiensi B12  kurang tepat
E. Defisiensi B9  kurang tepat
Defisiensi Enzim G6PD
• Etiologi:
Defisiensi enzim G6PD yang diturunkan secara X linked.
• Manifestasi klinis:
Manifestasi dari hemolisis akut terjadi beberapa jam setelah terpejan oksidan, diikuti dengan
hemoglobinuria dan kolaps pembuluh darah perifer pada kasus berat.
• Pemeriksaan penunjang:
Hematokrit turun, bilirubin indirek meningkat, haptoglobin menurun, retikulositosis, pada
pewarnaan kristal violet tampak heinz bodies dan bite cell serta dapat ditemukan beberapa
sferosit
• Oksidan yang mengakibatkan hemolisis antara lain:
Asetilinid, nitrofurantoin, primakuin, pamakuin, dapson, sulfametoksazol, vitamin K, dan
beberapa obat lainnya. Asidosis metabolik juga mempresipitasi hemolisis pada pasien
defisiensi G6PD.
• Terapi:
Supportive, menghindari penyebab. Hemolisis biasanya self-limited. Sumber : slide mediko.id hematologi
Defisiensi Enzim G6PD
PATOFISIOLOGI

• G6PD  berfungsi untuk menyediakan jumlah glutathion tereduksi (GSH)


• GSH  berperan sebagai scavenger terhadap metabolit oksidatif di dalam RBC, sebagai
sumber NADPH yang melindungi sel dari stress oksidatif Sumber : slide mediko.id hematologi
Soal No. 12
An. Tusi 4 tahun dibawa ke IGD karena kencing berdarah. Riwayat sering bengkak dan memar pada kedua
kakinya. Anak sering tampak lemas dan pucat, meskipun makan teratur dan gizi seimbang. Tanda vital dbn. Hasil
pemeriksaan lab didapatkan Hb 7,2gr/dL, leukosit 2.000/mm3, trombosit 9000/m3. Pemeriksaan gold standart
untuk menegakkan diagnosis kasus ini adalah….
A. Pemeriksaan factor pembekuan darah
B. Gambaran apusan darah tepi
C. Elektroforesis Hb
D. Pemeriksaan SI, TOBC, Ferritin serum
E. Bone marrow puncture
Soal No. 12
An. Tusi 4 tahun dibawa ke IGD karena kencing berdarah. Riwayat sering bengkak dan memar pada kedua
kakinya. Anak sering tampak lemas dan pucat, meskipun makan teratur dan gizi seimbang. Tanda vital dbn.
Hasil pemeriksaan lab didapatkan Hb 7,2gr/dL, leukosit 2.000/mm3, trombosit 9000/m3. Pemeriksaan gold
standart untuk menegakkan diagnosis kasus ini adalah….
A. Pemeriksaan factor pembekuan darah  bukan gold standart, untuk cek kelainan pembekuan darah
B. Gambaran apusan darah tepi  banyak digunakan
C. Elektroforesis Hb  thalasemia
D. Pemeriksaan SI, TOBC, Ferritin serum  ADB
E. Bone marrow puncture
Anemia Aplastik
Anemia yang bersifat berat atau fatal yang
disebabkan karena penurunan dari
produksi eritrosit, leukosit dan trombosit
(pansitopenia) yang disebabkan oleh
gangguan stem cell pada sumsum tulang.

Etiologi : benzene (kutek), radiasi, obat-


obatan sitotoksik

Sumber : slide mediko.id hematologi


ANEMIA
• 5L (lemah, letih, lesu, lalai, lupa)
• Pucat, pusing, jantung, berdebar-debar,
penglihatan kabur.

TROMBOSITOPENIA
• Perdarahan mukosa
• Peradarah dibawah kulit (memar)
Gambaran histologis anemia
aplastik pada bone marrow
LEUKOPENIA puncture (GOLD STANDARD)
• Rentan terhadap infeksi Gambaran hiposeluler, banyak
• Demam terisi lemak

Tidak ada limfadeponati atau splenomegali


Sumber : slide mediko.id hematologi
Tatalaksana Anemia Aplastik
• Pemeriksaan penunjang:
• Darah lengkap: pansitopenia
• Hapusan darah tepi: normokromik normositer
• Faal hemostasis: waktu perdarahan memanjang
• Gold standar: biopsi sumsum tulang

• Tatalaksana
• Terapi definitif: transplantasi sumsum tulang
• Terapi konservatif: immunosupresif

Sumber : slide mediko.id hematologi


Soal No. 13
By. Liu usia 2 minggu dirujuk ke RS karena mengalami kejang dan lebam pada tubuhnya. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan Hb 13,2 g/dL, PT 27 detik, fibrinogen 254 mg/dL, leukosit 9400/mm3, trombosit
276.000/mm3. Factor pembekuan yang terganggu pada kasus ini adalah….
A. I,II,VIII,IX
B. I,II,VII,IX
C. II,VII,VIII,IX
D. II, VIII, IX, X
E. II,VII,IX,X
Soal No. 13
By. Liu usia 2 minggu dirujuk ke RS karena mengalami kejang dan lebam pada tubuhnya. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan Hb 13,2 g/dL, PT 27 detik, fibrinogen 254 mg/dL, leukosit 9400/mm3, trombosit
276.000/mm3. Factor pembekuan yang terganggu pada kasus ini adalah….
A. I,II,VIII,IX  dijelaskan dipembahasan
B. I,II,VII,IX  dijelaskan dipembahasan
C. II,VII,VIII,IX  dijelaskan dipembahasan
D. II, VIII, IX, X  dijelaskan dipembahasan
E. II,VII,IX,X
Acquired Prothrombine Complex Deficiency (APCD)
• Etiologinya adalah defisiensi vitamin K yang dialami oleh bayi karena :
(1) Rendahnya kadar vitamin K dalam plasma dan cadangan di hati
(2) Rendahnya kadar vitamin K dalam ASI
(3) Tidak mendapat injeksi vitamin K1 pada saat baru lahir
• Kofaktor untuk protein koagulasi yang terganggu adalah II,VII,IX,X
• Diagnosis
• Anamnesis : Bayi kecil yang sebelumnya sehat, tiba-tiba tampak pucat, malas minum, lemah.
Tidak mendapat vitamin K saat lahir, konsumsi ASI, kejang fokal
• PF : Pucat tanpa perdarahan yang nyata. Tanda peningkatan tekanan intrakranial (UUB
membonjol, penurunan kesadaran, papil edema), defisit neurologis fokal
• Pemeriksaan Penunjang : Anemia dengan trombosit normal, PT memanjang, APTT
normal/memanjang.
USG/CT Scan kepala : perdarahan intracranial
• Pada bayi dengan kejang fokal, pucat, disertai UUB membonjol harus difikirkan APCD
sampai terbukti bukan
Sumber :Pedoman PelayananMedis IDAI 2010
Acquired Prothrombine Complex Deficiency (APCD)
Tatalaksana APCD
• Pada bayi dengan kejang fokal, pucat, dan UUB membonjol, berikan tatalaksana APCD
sampai terbukti bukan
• Vitamin K1 1 mg IM selama 3 hari berturut-turut
• Transfusi FFP 10-15 ml/kgBB selama 3 hari berturut-turut
• Transfusi PRC sesuai Hb
• Tatalaksana kejang dan peningkatan tekanan intrakranial (Manitol 0,5-1 g/kgBB/kali atau
furosemid 1 mg/kgBB/kali)
• Konsultasi bedah syaraf

Pencegahan :
Injeksi Vitamin KI 1 mg IM pada semua bayi baru lahir

Sumber :Pedoman PelayananMedis IDAI 2010


Components of coagulation factor:
~ fibrinogen factor I
~ prothrombin factor II
~ tissue factor (thromboplastin) factor III
~ Ca-ion (Ca++) factor IV
~ pro-accelerin (labile factor) factor V
~ pro-convertin (stable factor) factor VII
~ anti-hemophilic factor factor VIII
~ Christmas-factor factor IX
~ Stuart-Prower factor factor X
~ plasma tromboplastin antecedent factor XI
~ Hageman factor factor XII
~ fibrin stabilizing factor(Laki-Roland) factor XIII
Soal No. 14
An. Budai, usia 5 tahun, dibawa ke RS dengan keluhan muncul bintik-bintik merah di seluruh tubuh tanpa nyeri
dan gatal. Riwayat demam disangkal. Setiap 1 minggu yang lalu anak semppat demam dan batuk pilek. Pada
PFditemukan TD 100/70 mmHg, nafas 20x/menit, suhu afebris, ptekie dan purpura (+). Pada pemeriksaan
laborat ditemukan Hb11,4 gr/dl, leukosit 6300/mm3, trombosit 18.000/mm3. Diagnosis yang mungkin unuk
pasien ini adalah…
A. Hemophilia
B. DIC
C. Anemua aplastic
D. ITP
E. Von willebrand disease
Soal No. 14
An. Budai, usia 5 tahun, dibawa ke RS dengan keluhan muncul bintik-bintik merah di seluruh tubuh tanpa nyeri
dan gatal. Riwayat demam disangkal. 1 minggu yang lalu anak semppat demam dan batuk pilek. Pada PF
ditemukan TD 100/70 mmHg, nafas 20x/menit, suhu afebris, ptekie dan purpura (+). Pada pemeriksaan laborat
ditemukan Hb11,4 gr/dl, leukosit 6300/mm3, trombosit 18.000/mm3. Diagnosis yang mungkin unuk pasien ini
adalah…
A. Hemophilia
B. DIC  trombositopenia,PT, dan APTT memanjang, D-dimer meningkat
C. Anemua aplastic
D. ITP
E. Von willebrand disease  BT memanjang,APTT memanjang/normal, tes ritosetin terganggu
Immune Thrombocytopenic Purpura Tanda dan gejala :
• Trombositopenia <100,000/mm3
• Disebut juga autoimmune • purpura dan perdarahan membran mukosa
thrombocytopenic purpura, morbus
Wirlhof, atau purpura hemorrhagica, Diagnosis of exclusion
merupakan kelainan perdarahan akibat 2 jenis gambaran klinis
destruksi prematur trombosit yang ITP akut
meningkat akibat autoantibodi yang Biasanya didahului oleh infeksi virus dan menghilang
mengikat antigen trombosit. dalam 3 bulan.
• Umumnya terjadi pada anak usia 2-4 ITP kronik
tahun, dengan insiden 4- 8 kasus per Gejala biasanya mudah memar atau perdarahan
100.000 anak per tahun. ringan yang berlangsung selama 6 bulan
• Patofisiologi: Peningkatan destruksi
platelet di perifer, biasanya pasien >90% kasus anak merupakan bentuk akut,
memiliki antibodi yang spesifik terhadap Komplikasi yang paling serius: perdarahan.
glikoprotein membran platelet (IgG Perdarahan : intrakranial penyebab kematian akibat
autoantibodi pada permukaan platelet) ITP yg paling sering 1-2% dr kasus ITP)
Immune Thrombocytopenic Purpura
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan fisis • Darah tepi :
• Pada umumnya bentuk • Morfologi eritrosit, leukosit, dan retikulosit biasanya normal.
perdarahannya ialah • Hemoglobin, indeks eritrosit dan jumlah leukosit normal.
purpura pada kulit dan • Anemia bisa terjadi bila ada perdarahan spontan yang banyak
mukosa (hidung, gusi, • rombositopenia. Besar trombosit umumnya normal, hanya
saluran cerna dan traktus kadang ditemui bentuk trombosit yang lebih besar (giant
urogenital). plalets),
• Pembesaran limpa terjadi • Masa perdarahan memanjang (Bleeding Time)
pada 10-20 % kasus. • Pemeriksaan aspirasi sumsum tulang:
• Tidak perlu bila gambaran klinis dan laboratoris klasik.
• Dilakukan pemeriksaan aspirasi sumsum tulang bila gagal terapi
selama 3-6 bulan, atau pada pemeriksaan fisik ditemukan
adanya pembesaran hepar/ lien/kelenjar getah bening dan
Sumber :https://emedicine.medscape.com/article/202158-overview
pada laboratorium ditemukan bisitopenia.
Soal No. 15
Habi, 2 tahun dibawa ibunya ke poli dengan keluhan luka sulit sembuh. Riwayat kakak laki-laki memiliki keluhan
serupa. Hasil PF normal. dilakukan pemeriksaan darah dan didapatkan PT normal dan APTT memanjang. Pada
pemeriksaan lanjut ditemukan ada defisiensi factor VIII. Diagnosis yang tepat adalah …
A. Hemophilia A
B. Hemophilia B
C. Hemophilia C
D. Leukemia
E. Thalassemia
Soal No. 15
Habi, 2 tahun dibawa ibunya ke poli dengan keluhan luka sulit sembuh. Riwayat kakak laki-laki memiliki
keluhan serupa. Hasil PF normal. dilakukan pemeriksaan darah dan didapatkan PT normal dan APTT
memanjang. Pada pemeriksaan lanjut ditemukan ada defisiensi factor VIII. Diagnosis yang tepat adalah …
A. Hemophilia A
B. Hemophilia B  defisiensi factor IX
C. Hemophilia C  defisiensi factor XI
D. Leukemia  permasalahan pada SDP
E. Thalassemia  permasalahan pada ikatan globin
HEMOFILIA
• Hemofilia adalah kelainan pembekuan darah tersering, yang diturunkan dengan pola
X-Linked recessive baik A dan B.
• Jenis hemofilia :
• Hemofilia A : defisiensi factor VIII
• Hemofilia B : defisiensi factor IX (christmast disease)

DIAGNOSIS
• Riwayat perdarahan pada pria.
• Jumlah trombosit normal
• Bleeding time normal
• Clotting time memanjang
• PT : normal
• APTT : memanjang Hemarthrosis spontan
Sumber : slide mediko.id hematologi
Soal No. 16
Tn. Yoi, 26 tahun datang ke IGD dibawa oleh kelurganya dengan keluhan demam sejak seminggu yang lalu
dengan periode tidak panas diantaranya. Keluhan disertai mual muntah dan menggigil. Pasien baru pulang dari
Papua. Pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran somnolen, TD 100/80 mmHg, N 100x/menit, T39oC, RR
22x/menit, hepar teraba 3cm dibawah arcus costa. Pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan Hb 8g/dL,
Leukosit 5600/mm3, Trombosit 112.000/mm3, SGOT 102U/L, SGPT 154U/L, GDS 60mg/dl. Pada pemeriksaan
hapusan darah tepi ditemukan parasite berbentuk cressent, mauer dot (+). Terapi lini pertama pada pasien
tersebut adalah …
A. Klorokuin p.o
B. Doksisiklin p.o
C. Primakuin p.o
D. Artesunat intravena
E. Artemeter intravena
Soal No. 16
Tn. Yoi, 26 tahun datang ke IGD dibawa oleh kelurganya dengan keluhan demam sejak seminggu yang lalu
dengan periode tidak panas diantaranya. Keluhan disertai mual muntah dan menggigil. Pasien baru pulang
dari Papua. Pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran somnolen, TD 100/80 mmHg, N 100x/menit, T39oC, RR
22x/menit, hepar teraba 3cm dibawah arcus costa. Pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan Hb
8g/dL, Leukosit 5600/mm3, Trombosit 112.000/mm3, SGOT 102U/L, SGPT 154U/L, GDS 60mg/dl. Pada
pemeriksaan hapusan darah tepi ditemukan parasite berbentuk cressent, mauer dot (+). Terapi lini pertama
pada pasien tersebut adalah …
A. Klorokuin p.o  tidak tepat
B. Doksisiklin p.o  tidak tepat
C. Primakuin p.o  tidak tepat
D. Artesunat intravena
E. Artemeter intravena  tidak tepat
Malaria
Manifestasi Umum Demam periodic, anemia, splenomegali
Keluhan prodromal: lesu, malaise, sakit kepala, sakit punggung, merasa dingin
dipunggung, nyeri sendi, dan tulang, demam ringan, anoreksia, sakit perut, diare ringan.
Gejala Klasik Trias malaria
• Periode dingin (15-60menit): menggigil
• Periode panas: muka merah, nadi meningkat, suhu badan tetap tinggi beberapa jam
• Periode berkeringat: berkeringat banyak dan temperature turun, penderita merasa
sehat.

• Trias malaria lebih sering pada p.vivax, pada p.falciparum mengigil dapat berlangsung
berat.
• Periode tidak panas berlangsung:
• 12 jam pada P.falciparum/Malaria Tropika
• 36 jam pada P.vivax/M.Tertiana./M.Benigna dan oval
• 60 jam pada P.malariae/Malaria Quartana
Faktor Risiko • Riwayat berpergian ke daerah endemis
Sumber : Panduan Praktek Klinis Penatalaksanaan diBidang Ilmu Penyakit Dalam.2015
Malaria
Malaria Berat • Malaria cerebral: penurunan kesadaran/ coma yang tidak disebabkan penyakit
menurut WHO lain/ >30menit setelah kejang; derajat penurunan kesadaran berdasarkan GCS
• Acidemia/asidosis: pH darah <7,25 atau plasma bikarbonat <15mmol/L, kadar
lactate vena >5mmol/L, klinis pernapasan dalam/ respiratory distress
• Anemia berat normositik (Hb<5gr% atau hematocrit <15%) karena proses
hemolitik intravaskular
• Gagal ginjal akut (urine <400ml/24jam pada orang dewasa atau 12ml/kgBB pada
anak-anak setelah dilakukan rehidrasi, disertai kreatinin >3mg%.
• Edema paru (fototora)
• Ketidakmampuan untuk makan
• Hipoglikemia (Gula darah <40mg%)
• Gagal sirkulasi /syok: TD sistolik <70mmHg (anak 1-5 tahun <50mmHg) disertai
keringat dingin
• Perdarahan spontan
• Kejang berulang >2x/24jam
• Hiperlaktemia >5mmol/L
• Makroskopik hemoglobinuria
Malaria
Gold Standart Mikroskopis darah tepi, apusan tebal untuk menemukan parasite, apusan tipis untuk
Pemeriksaan menenukan plasmodium
Tatalaksana Malaria Malaria Falciparum (gametosit bentuk pisang/bulan sabit/cressent, mauer dot (+)) :
Tanpa Komplikasi ACT 1X/hari u/. 3 hari + primaquin 0,75 mg/kgBB pada hari pertama saja

Malaria Vivax/ovale (schuffner dot (+)/ Jhonson dot (+)) :


ACT 1x/hari selama 3 hari + primaquin 0,25 mg/kgBB selama 14 hari

Malaria malariae (skizont rossete) :


ACT 1x/hari selama 3 hari tanpa primaquin

Tatalaksana Malaria Lini 1 : Artesunat Intravena


Berat Alternatif : artemeter intramuscular

Sumber : Panduan Praktek Klinis Penatalaksanaan diBidang Ilmu Penyakit Dalam.2015


Soal No. 17
Nn. Poty, 20 tahun datang ke RS dengan keluhan nyeri sendi sejak 4 bulan yang lalu. Pasien mengatakan nyeri
sering berpindah pindah namun paling sering pada pergelangan tangan dan lutut, pasien juga mengeluh
sensitive terhadap cahaya. Pemeriksaan fisik didapatkan ruam malar, ruam discoid pada wajah, TD 120/80
mmHg, nadi 88x/menit, T 37oC, RR 20x/menit. Pemeriksaan awal yang tepat pada pasien tersebut adalah….
A. dsDNA
B. ANA Test
C. DXA
D. Bone Mass Densitometry
E. Darah lengkap
Soal No. 17
Nn. Poty, 20 tahun datang ke RS dengan keluhan nyeri sendi sejak 4 bulan yang lalu. Pasien mengatakan nyeri
sering berpindah pindah namun paling sering pada pergelangan tangan dan lutut, pasien juga mengeluh
sensitive terhadap cahaya. Pemeriksaan fisik didapatkan ruam malar, ruam discoid pada wajah, TD 120/80
mmHg, nadi 88x/menit, T 37oC, RR 20x/menit. Pemeriksaan awal yang tepat pada pasien tersebut adalah….
A. dsDNA  pemeriksaan lanjutan
B. ANA Test
C. DXA  utk osteoporosis
D. Bone Mass Densitometry  osteoporosis
E. Darah lengkap  tidak spesifik
Systemic Lupus Erythematosus
• Merupakan penyakit inflamasi
autoimun kronis yang
menyebabkan peradangan pada
kulit, sendi, ginjal, paru-paru,
system saraf dan organ tubuh
lainnya
• Akibat Hipersensitivitas tipe 3

Sumber : https://emedicine.medscape.com/article/332244-overview
Kriteria Diagnosis
Systemic Lupus
Erythematosus
Marker Antibodi

Tes Deskripsi
ANA Tes skrining; sensitivitas 95%; bukan suatu diagnosis jika
tanpa gejala klinis
Anti-dsDNA Spesifitas tinggi; sensitivitas hanya 70%; levelnya
bermacam-macam tergantung aktivitas penyakit
Anti-Sm Antibodi spesifik untuk SLE ; sensitivitas hanya 30-40%

Sumber : https://emedicine.medscape.com/article/332244-overview
Soal No. 18
Ny. Ped, 53 tahun datang ke poli RS dengan keluhan nyeri pinggang sejak 1 tahun yang lalu. Nyeri dirasakan
terus menerus sehingga pasien sering mengkonsumsi obat anti nyeri namun tidak membaik. Keluhan disertai
sering pusing dan badan lemas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD120/80 mmHg, N 98x/menit, T 37,5C, RR
22x/menit, konjungtiva anemis. Pemeriksaan neurologis didapatkan nyeri radikulopati setinggi C4-6.
Pemeriksaan penunjang didapatkan Hb 8,2g/dL, leukosit 8000, trombosit 250.000, serum elektrolit : Ca
120mEq/L. Pemeriksaan x-ray lumbosacral didapatkan fraktur kompresi vertebra lumbalis dan lesi osteolitik
sirkumskripta. Diagnosis pada pasien tersebut adalah ….
A. Limfoma
B. Autoimmune disease
C. Leukemia
D. Multipel myeloma
E. Diskrasia sel plasma
Soal No. 18
Ny. Ped, 53 tahun datang ke poli RS dengan keluhan nyeri pinggang sejak 1 tahun yang lalu. Nyeri dirasakan
terus menerus sehingga pasien sering mengkonsumsi obat anti nyeri namun tidak membaik. Keluhan disertai
sering pusing dan badan lemas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD120/80 mmHg, N 98x/menit, T 37,5C, RR
22x/menit, konjungtiva anemis. Pemeriksaan neurologis didapatkan nyeri radikulopati setinggi C4-6.
Pemeriksaan penunjang didapatkan Hb 8,2g/dL, leukosit 8000, trombosit 250.000, serum elektrolit : Ca
120mEq/L. Pemeriksaan x-ray lumbosacral didapatkan fraktur kompresi vertebra lumbalis dan lesi osteolitik
sirkumskripta. Diagnosis pada pasien tersebut adalah ….
A. Limfoma  tidak tepat
B. Autoimmune disease  tidak tepat
C. Leukemia  tidak tepat
D. Multipel myeloma
E. Diskrasia sel plasma  tidak tepat
Multiple Myeloma Clinical forms:
• multiple myeloma
• solitary plasmacytoma
Definition: • plasma cell leukemia
• B-cell malignancy characterized M protein:
by abnormal proliferation of • is seen in 99% of cases in serum and/or urine IgG >
plasma cells able to produce a 50%, IgA 20-25%, IgE i IgD 1-3% light chain 20%
monoclonal immunoglobulin • 1% of cases are nonsecretory
(M protein )
Incidence: • Recurrent bacterial infections are major cause of
• 3 - 9 cases per 100000 illness in patients with myeloma due to marked
population / year depression of normal immunoglobulin production.
• more frequent in elderly • Streptococcus pneumoniae and Haemophilus
• modest male predominance influenzae are the most common pathogens.
• Herpes zoster could be seen more commonly in
patients with myeloma complicated by renal failure.
Multiple Myeloma
Laboratory tests:
Clinical symptoms: • ESR > 100
• bone pains, pathologic • anaemia, thrombocytopenia
fractures • rouleaux in peripheral blood smears
• weakness and fatigue • Bone marrow aspiration (Gold Standart) marrow
plasmacytosis > 10 -15%
• hyperproteinemia
serious infection
• hypercalcemia
• renal failure • proteinuria
• bleeding diathesis • Azotemia
• X-foto : difusse osteoporosis
• Stadium lanjut : lesi osteolitik sirkumskripta dengan
batas tegas dan multiple terutama pada cranium, pelvis,
Sumber : CDC about myeloma
dan vertebra
Soal No. 19
Tn.Lio, 32 tahun datang ke IGD dengan keluhan perdarahan karena luka pada kaki kiri akibat digigit ular sejak 20
menit yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kaki eritema, TD 100/70 mmHg, N 92x/menit, RR22x/menit,
T37C, kulit tampak pucat, konjungtiva anemis (+/+). Pemeriksaan penujang didapatkan kadar Hb
9g/dl,Trombosit 25.000 sel/µL, fibrinogen 110.000, D-dimer meningkat. Diagnosis yang tepat untuk kondisi
pasien saat ini adalah …
A. Defisiensi vitamin K
B. Immune Thrombocytopenic Purpura
C. Anemia aplastic
D. Disseminated Intravascular Coagulation
E. Anemia hemolitik
Soal No. 19
Tn.Lio, 32 tahun datang ke IGD dengan keluhan perdarahan karena luka pada kaki kiri akibat digigit ular sejak
20 menit yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kaki eritema, TD 100/70 mmHg, N 92x/menit,
RR22x/menit, T37C, kulit tampak pucat, konjungtiva anemis (+/+). Pemeriksaan penujang didapatkan kadar Hb
9g/dl,Trombosit 25.000 sel/µL, fibrinogen 110.000, D-dimer meningkat. Diagnosis yang tepat untuk kondisi
pasien saat ini adalah …
A. Defisiensi vitamin K  tidak tepat
B. Immune Thrombocytopenic Purpura  riwayat infeksi (+), trombositopenia
C. Anemia aplastic  pansitopenia
D. Disseminated Intravascular Coagulation
E. Anemia hemolitik  anemis, icterus, splenomegali
Disseminated Intravascular Coagulation
Gejala Klinis
Perdarahan • Perdarahan kulit dan mukosa luas
• Perdarahan dari insisi operasi, jika kateter
Trombosis • Purpura fulminant
• Akrosianosis perifer
• Perubahan pregangrenous pada jari, genital, dan jantung
Manifestasi disfungsi • Perubahan penanda serum liver, ginjal, dan fungsi jantung
organ • Ikterus
• Gangguan irama jantung
• Perdarahan alveolar difuse
• Adult respiratory distress syndrome
• Abnormalitas SSP
• Ulserasi mukosa GIT
• Insufisiensi adrenal
• Petekie dan purpura fulminan
Sumber : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6, tahun 2014. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Disseminated Intravascular Coagulation
Faktor Risiko
• Trauma dan jejas jaringan
• Toksin (bisa ular)
• Keganasan
• Gg. Vaskular
• Komplikasi obstetrik

Screening
• Bleeding time (>>) , clotting time (>>), PT (>>),
APTT (>>), platelet count (<<), fibrinogen (<<)
Diagnosis
Diagnosis DIC :SKOR ≥5. • Fibrin degradation product (FDP) (>>), D-
Bila skor <5, tes sebaiknya diulangi dalam 1-2 hari dimer (>>), AT III (<<)
Sumber : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6, tahun 2014. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Soal No. 20
Nn. Hinata, 21 tahun datang ke IGD diantar keluarganya dengan penurunan kesadaran sejak 30 menit yang lalu.
Menurut ibunya pasien mengalami demam tinggi sejak 5 hari yang lalu. Belum diobati. Keluhan disertai nyeri
kepala, nyeri otot, gusi berdarah (+), mimisan(+), bintik merah dibadan sejak 2 hari yang lalu dan BAB hitam
disangkal. Pemeriksaan fisik didapatkan TD tidak terukur, RR 28x/menit, T 39C. Pemeriksaan penunjang
laboratorium didapatkan Hb 12g/dL, HCT 45%, dan Trombosit 42.000/mm3, X-foto thorax terdapat efusi pleura
minimal(+). Tindakan selanjutnya yang paling tepat untuk pasien tersebut adalah ….
A. Pemberian Paracetamol 3 x 500 –1000 mg
B. Rujuk
C. Pemberian cairan kristaloid 5-10 ml/Kgbb/jam dalam 1 jam
D. Pemberian cairan kristaloid 20 ml/Kgbb secepatnya dalam 20-30 menit
E. Pemberian cairan koloid 20 ml/kgBB
Soal No. 20
Nn. Hinata, 21 tahun datang ke IGD diantar keluarganya dengan penurunan kesadaran sejak 30 menit yang lalu.
Menurut ibunya pasien mengalami demam tinggi sejak 5 hari yang lalu. Belum diobati. Keluhan disertai nyeri
kepala, nyeri otot, gusi berdarah (+), mimisan(+), bintik merah dibadan sejak 2 hari yang lalu dan BAB hitam
disangkal. Pemeriksaan fisik didapatkan TD tidak terukur, RR 28x/menit, T 39C. Pemeriksaan penunjang
laboratorium didapatkan Hb 12g/dL, HCT 45%, dan Trombosit 42.000/mm3, X-foto thorax terdapat efusi
pleura minimal(+). Tindakan selanjutnya yang paling tepat untuk pasien tersebut adalah ….
A. Pemberian Paracetamol 3 x 500 –1000 mg  kurang tepat
B. Rujuk  harus distabilkan dulu
C. Pemberian cairan kristaloid 5-10 ml/Kgbb/jam dalam 1 jam  kurang tepat
D. Pemberian cairan kristaloid 20 ml/Kgbb secepatnya dalam 20-30 menit
E. Pemberian cairan koloid 20 ml/kgBB  kurang tepat
Infeksi Virus Dengue
• Etiologi : virus Flavivirus serotipe DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4
vektor : nyamuk Aedes aegypti
• Diagnosis :
• DEMAM : mendadak tinggi (39-40C), kontinu selama 2-7 hari
• Tanda2 perdarahan : uji Torniquet (+), ptekiae, purpura, ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi, dan hemathemesis/melena
• Hepatomegali
• Tanda2 syok : lemas, pucat, akral dingin, takikardi, CRT > 2 detik, selisih TD sistolik
dan diastolik < 20 mmHg
• Pemeriksaan penunjang :
• DL :
• Trombositopeni (≤100.000/mm3)
• DHF : Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit ≥ 20% dari nilai normal)
• NS 1 : hari 1-3
• IgM anti Dengue : hari ke 5 dst Sumber : Panduan Praktek Kllinis Bagi Dokter diFasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama, 2017.
Infeksi Virus Dengue

Sumber : Panduan Praktek Kllinis Bagi Dokter diFasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama, 2017.
Tatalaksana Virus Dengue

Sumber : Panduan Praktek Kllinis Bagi Dokter diFasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama, 2017.
Soal No. 21
Yojo 40 tahun datang dengan keluhan garis merah di lipatan ketiak. Seminggu sebelumnya terdapat bisul di
lengan atas bekas gigitan serangga yang digaruk. Dua hari kemudian, timbul garis merah di ketiak. Pada
pemeriksaan didapatkan nyeri (+), terdapat pembesaran KGB periaurikuler. Diagnosis yang tepat untuk kasus ini
adalah…..
A. Limfedema
B. Limfangitis
C. Selulitis
D. Tromboflebitis
E. Folikulitis
Soal No. 21
Yojo 40 tahun datang dengan keluhan garis merah di lipatan ketiak. Seminggu sebelumnya terdapat bisul di
lengan atas bekas gigitan serangga yang digaruk. Dua hari kemudian, timbul garis merah di ketiak. Pada
pemeriksaan didapatkan nyeri (+), terdapat pembesaran KGB periaurikuler. Diagnosis yang tepat untuk kasus
ini adalah…..
A. Limfedema  Bengkak akibat cairan yang tidak terserap pembuluh limfe
B. Limfangitis
C. Selulitis  Infeksi kulit dan jaringan di bawahnya
D. Tromboflebitis  Sumbatan pada ven à inflamasi dan nyeri
E. Folikulitis Peradangan folikel rambut
Limfangitis
Definisi
• Inflamasi pd saluran limfatik yg terjadi akibat infeksi pd bagian distal dari saluran tersebut.
Etiologi
• Penyebab tersering beta-hemolytic streptococci (GABHS)
• Staphylococcus aureus, Pseudomonas species
• Streptococcus pneumoniae - A relatively uncommon cause of lymphangitis
• Pasteurella multocida - Associated with dog and cat bites; can cause cellulitis and
lymphangitis
• Gram-negative rods, gram-negative bacilli, and fungi - May cause cellulitis and resultant
lymphangitis in immunocompromised hosts
• Aeromonas hydrophila - Can contaminate wounds that occur in freshwater
• Wuchereria bancrofti - This filarial nematode is a major cause of acute lymphangitis
worldwide; signs and symptoms of lymphangitis caused by W bancrofti are
indistinguishable from those of bacterial lymphangitis
Sumber : https://emedicine.medscape.com/article/966003-overview
Limfangitis
Manifestasi Klinis
• Riwayat trauma pd kulit
• Demam, menggigil, malaise, turun nafsu makan, nyeri otot

Pemeriksaan Fisik
• erythematous and irregular linear streaks extend from the
primary infection site toward draining regional nodes.
These streaks may be tender and warm.
• The primary site may be an abscess, an infected wound, or
an area of cellulitis.
• Blistering of the affected skin may occur.
• Lymph nodes associated with the infected lymphatic
channels are often swollen and tender.
• Patients may be febrile and tachycardic. Sumber : https://emedicine.medscape.com/article/966003-overview
Limfangitis
Pemeriksaan
• Lab  leukositosis
• Kultur

Tatalaksana
• Penicillin possibly sufficient, but 1 wk of dicloxacillin or cephalexin 500 mg PO qid
commonly used to ensure antistaphylococcal coverage; if CA-MRSA suspected, then use
oral Bactrim DS one PO bid or clindamycin 300mg PO q6H.
• Reserve vancomycin 1 g IV every 12 hr for patients requiring IV therapy.
• If allergic to penicillin:
• Clindamycin 300 mg PO qid for 7 days or
• Erythromycin 500 mg PO qid for 7 days.
• Levofloxacin 500 mg PO daily or moxifloxacin 400 mg PO daily for 7 days.
Sumber : https://emedicine.medscape.com/article/966003-overview
Soal No. 22
Nn. Iter 17 tahun datang ke UGD dengan keluhan gatal, bengkak pada bibir, dan bentol pada kulit setelah
makan udang dan kepiting 30 menit yang lalu. Pemeriksaan fisik dalam batas normal,hanya didapatkan edem
bibir dan urtikaria. Terapi utama yang tepat untuk pasien ini adalah ….
A. Hidrokortison IM 50 mg
B. Adrenalin IM 1:1.000 3 mL
C. Adrenalin IM 1:10.000 3 mL
D. Deksametason IV 5 mg
E. Deksametason IM 2 mg
Soal No. 22
Nn. Iter 17 tahun datang ke UGD dengan keluhan gatal, bengkak pada bibir, dan bentol pada kulit setelah
makan udang dan kepiting 30 menit yang lalu. Pemeriksaan fisik dalam batas normal,hanya didapatkan edem
bibir dan urtikaria. Terapi utama yang tepat untuk pasien ini adalah ….
A. Hidrokortison IM 50 mg  tidak tepat
B. Adrenalin IM 1:1.000 3 mL  tidak tepat
C. Adrenalin IM 1:10.000 3 mL
D. Deksametason IV 5 mg  tidak tepat
E. Deksametason IM 2 mg  tidak tepat
Klasifikasi
Reaksi
Anafilaksis

Sumber : https://www.semanticscholar.org/paper/Classification-of-anaphylaxis-and-utility-of-the-on-Vetander-Helander/08e7b27fda46f0e9559abd69693b780bd868b2e7/figure/4
Tatalaksana
Pada urtikaria akut generalisata :
• Adrenalin 1:1000 dosis 0,01 ml/kgBB  0,3 ml
• Adrenalin 1:10.000 dosis 0,1 ml/kgBB  3 ml
• Dilanjutkan dengan pemberian antihistamin penghambat H1
Soal No. 23
Bayi berusia 2 hari dibawa ibunya ke IGD dengan keluhan tubuh menjadi kuning saat pulang kerumah. Pasien
lahir di bidan, kehamilan cukup bulan, berat lahir 3500 gram, gerak aktif dan menangis kuat. Pasien dibawa
pulang setelah dipantau 24 jam. Dari pemeriksaan fisik didapatkan klinis ikterik dari kepala hingga daerah perut
dan lipat paha. Bayi tampak menyusu kuat. Golongan darah bayi adalah B+ sedangkan golongan darah ibu
adalah O+. BAB dempul dan BAK seperti teh disangkal. Penyebab keluhan di atas adalah….
A. Breastfeeding jaundice
B. Breastmilk jaundice
C. Atresia bilier
D. Inkompatibilitas ABO
E. Defisiensi enzim G6PD
Soal No. 23
Bayi berusia 2 hari dibawa ibunya ke IGD dengan keluhan tubuh menjadi kuning saat pulang kerumah. Pasien
lahir di bidan, kehamilan cukup bulan, berat lahir 3500 gram, gerak aktif dan menangis kuat. Pasien dibawa
pulang setelah dipantau 24 jam. Dari pemeriksaan fisik didapatkan klinis ikterik dari kepala hingga daerah
perut dan lipat paha. Bayi tampak menyusu kuat. Golongan darah bayi adalah B+ sedangkan golongan darah
ibu adalah O+. BAB dempul dan BAK seperti teh disangkal. Penyebab keluhan di atas adalah….
A. Breastfeeding jaundice  volume ASI masih sedikit, icterus fisiologis
B. Breastmilk jaundice  diagnosis terakhir
C. Atresia bilier  Ada BAB dempul dan urin gelap
D. Inkompatibilitas ABO
E. Defisiensi enzim G6PD  icterus, anemia, urin gelap
Ikterus Neonatorum
Ikterus Fisiologis Etiologi
• Terjadi pada bayi aterm (5-6 g/dL) • Produksi ↑ (hemolisis): hematoma, ABO/Rh
• Onset ikterus setelah 24 jam pertama inkompatibilitas,G6PD def, sferositosis,
• Puncak ikterus pada hari ke 3-5 polisitemia
• Ikterus membaik dalam 1 minggu • ↓ sekresi bil: prematur, hipotiroid, bayi ibu
DM, def enzim konjugasi
Ikterus Patologis • ↑ sirkulasi enterohepatik: ↓asupan enteral
• Dapat terjadi pada semua bayi (breastfeeding jaundice), stenosis pilorus,
• Onset ikterus <24 jam atresia usus,MH
• Puncak ikterus lebih lambat • Gangguan obstruktif: kolestasis, atresia bilier,
• Ikterus membaik dalam 2 minggu kista koledokus
• Mekanisme campuran: sepsis
Sumber : https://www.medscape.com/answers/178841-68012/what-causes-aborh-incompatibility-leading-to-neonatal-jaundice
Inkompatibilitas ABO
Antibodi pada serum ibu bereaksi
dengan antigen pada permukaan
eritrosit bayi  hemolisis
• Rhesus
• ABO

Paling sering terjadi pada ibu


golongan darah O, bayi golongan
darah A atau B

Sumber : https://www.medscape.com/answers/178841-68012/what-causes-aborh-incompatibility-leading-to-neonatal-jaundice
Soal No. 24
Pria, 32 tahun datang dengan keluhan terlihat kuning di seluruh tubuh sejak 5 hari yang lalu. Demam sejak 8
hari yang lalu. Pegal pada seluruh badan terutama betis, disertai mual,muntah. Riwayat kebanjiran 2 minggu
yang lalu. Pada pemeriksaan didapatkan sclera ikterik, nyeri tekan epigastrium, hepatomegali, terdapat nyeri
tekan pada m. gastrocnemius, konjungtiva suffusion (+). Pada pemeriksaan lab didapatkan leukositosis,
peningkatan enzim transaminase, disertai dengan hematuria mikroskopik. Tatalaksana yang tepat adalah …
A. Rawat jalan, doksisiklin 2x100 mg PO
B. Rawat inap, doksisiklin 2x100 mg PO
C. Rawat jalan, penisilin prokain injeksi 1,5 juta unit/24 jam
D. Rawat inap, penisilin prokain 1,5 juta U/8 jam
E. Rawat inap, tidak perlu antibiotik, paracetamol
Soal No. 24
Pria, 32 tahun datang dengan keluhan terlihat kuning di seluruh tubuh sejak 5 hari yang lalu. Demam sejak 8
hari yang lalu. Pegal pada seluruh badan terutama betis, disertai mual,muntah. Riwayat kebanjiran 2 minggu
yang lalu. Pada pemeriksaan didapatkan sclera ikterik, nyeri tekan epigastrium, hepatomegali, terdapat nyeri
tekan pada m. gastrocnemius, konjungtiva suffusion (+). Pada pemeriksaan lab didapatkan leukositosis,
peningkatan enzim transaminase, disertai dengan hematuria mikroskopik. Tatalaksana yang tepat adalah …
A. Rawat jalan, doksisiklin 2x100 mg PO  tidak tepat
B. Rawat inap, doksisiklin 2x100 mg PO  tidak tepat
C. Rawat jalan, penisilin prokain injeksi 1,5 juta unit/24 jam  tidak tepat
D. Rawat inap, penisilin prokain 1,5 juta U/8 jam
E. Rawat inap, tidak perlu antibiotik, paracetamol  tidak tepat
Leptospirosis
• Penyebab: Leptospira interogans
• Keluhan:
Demam disertai menggigil, sakit kepala, anoreksia, myalgia
yang hebat pada betis (m.gastrocnemius), paha dan pinggang
disertai nyeri tekan. Mual, muntah, diare dan nyeri abdomen,
fotofobia, penurunan kesadaran.
• Penularan:
kontak dengan air, atau tanah, lumpur yang telah
terkontaminasi oleh urine binatang yang terinfeksi leptospira.
• Pemeriksaan fisik ditemukan :
febris, icterus, nyeri tekan pada otot gastrocnemius, ruam
kulit, limfadenopati, hepatomegaly dan splenomegaly, edema,
bradikardi relative, konjungtiva suffusion, gangguan
perdarahan berupa petekie, purpura, epistaksis dan
perdarahan gusi. Kaku kuduk sebagai tanda meningitis.
Sumber : Buku Ajar PAPDI
Sumber : Buku Ajar PAPDI
Tatalaksana Leptospirosis
Soal No. 25
June, 25 tahun datang dengan keluhan bengkak pada kaki dan skrotum, disertai BAK dengan warna seperti susu.
Pengambilan spesimen darah tepi untuk pemeriksaan sediaan apus darah tebal pada pasien ini sebaiknya
dilakukan pada saat…..
A. Malam jam 20.00-22.00
B. Malam jam 22.00-02.00
C. Pagi jam 08.00-10.00
D. Pagi jam 10.00-12.00
E. Pagi jam 12.00-14.00
Soal No. 25
June, 25 tahun datang dengan keluhan bengkak pada kaki dan skrotum, disertai BAK dengan warna seperti
susu. Pengambilan spesimen darah tepi untuk pemeriksaan sediaan apus darah tebal pada pasien ini
sebaiknya dilakukan pada saat…..
A. Malam jam 20.00-22.00  tidak tepat
B. Malam jam 22.00-02.00
C. Pagi jam 08.00-10.00 tidak tepat
D. Pagi jam 10.00-12.00  tidak tepat
E. Pagi jam 12.00-14.00  tidak tepat
Filariasis Limfatik
Gejala dan tanda
• Demam
• Limfadenopati inguinal/ aksila
• Nyeri testis dan/atau inguinal
• Eksfoliasi kulit
• Pembengkakan tungkai, genital
• Kiluria (BAK susu)

Sumber : PPK dokter di Fayankes Primer 2017


Diagnosis Tatalaksana
• Deteksi mikrofilaria dari darah tepi pukul • Tirah baring, elevasi tungkai, kompres
22.00- 02.00 • Antihelmintik (ivermectin, DEC, albendazole)
• USG  obstruksi saluran limfatik • DEC: 6 mg/kgBB/hari selama 12 hari
• Ivermectin hanya membunuh mikrofilaria:
150 ug/kgBB SD/6 bln, atau /tahun bila
dikombinasi dengan DEC SD
• DEC + Albendazol 400 mg/tahun selama 5
tahun
• Suportif
• Bedah (untuk kasus hidrokel/elefantiasis
skrotal)
• Diet rendah lemak dalam kasus kiluria
Sumber : PPK dokter di Fayankes Primer 2017
Soal No. 26
Nenek Zuli, 51 tahun datang dengan keluhan pendarahan tidak berhenti pasca cabut gigi. Diketahui pasien
memiliki riwayat mengkonsumsi aspirin 3 tahun terakhir karena memiliki penyakit jantung. Yang kemungkinan
menyebabkan pendarahan pada kasus ini adalah ….
A. Defisiensi faktor IX
B. Gangguan fungsi trombosit
C. Defisiensi factor VIII
D. Defisiensi trombosit
E. Hemofilia
Soal No. 26
Nenek Zuli, 51 tahun datang dengan keluhan pendarahan tidak berhenti pasca cabut gigi. Diketahui pasien
memiliki riwayat mengkonsumsi aspirin 3 tahun terakhir karena memiliki penyakit jantung. Yang kemungkinan
menyebabkan pendarahan pada kasus ini adalah ….
A. Defisiensi faktor IX  tidak tepat
B. Gangguan fungsi trombosit
C. Defisiensi factor VIII  tidak tepat
D. Defisiensi trombosit  tidak tepat
E. Hemofilia  tidak tepat
Aspirin induced Platelet function inhibition

Sumber : https://www.slideserve.com/tyrone/platelet-aggregation-inhibitors
Soal No. 27
Perempuan, 40 tahun mengalami penurunan kesadaran setelah 10 menit sebelumnya disuntik antibiotik
melalui akses intravena. Mekanisme yang mendasari keadaan pasien tersebut adalah….
A. Reaksi hipersensitivitas tipe 1
B. Reaksi hipersensitivitas tipe 2
C. Reaksi hipersensitivitas tipe 3
D. Reaksi hipersensitivitas tipe 4
E. Reaksi hipersensitivitas tipe 5
Sumber :
https://www.memoran
gapp.com/flashcards/3
1201/Hypersensitivity+
Reactions/
Reaksi hipersensitivitas tipe I (IgE)
Terjadi sistemik di seluruh tubuh
• Sistem saluran napas: hiperaktivitas
bronkus, edema laring
• Sistem kardiovaskuler: perubahan
vaskuler, vasodilatasi sistemik
• Sistem saluran cerna:mual,muntah,
diare
• Mata: angioedema, konjungtivitis Treatment “ACH”
• Kulit : urtikaria, angioedema
Adrenaline
Chlorphenamine
Sumber : https://emedicine.medscape.com/article/135065-overview Hydrocortisone
Soal No.28
Tn. BZ, 41 tahun, datang ke IGD demam sejak 3 minggu terakhir, bersifat naik
turun, naik terutama pada sore/malam hari. Pasien hanya meminum obat dari
warung dan tidak pernah ke dokter. Pasien juga mengeluhkan perubahan pola
defekasi. Setelah 3 jam berada di IGD, pasien tiba-tiba mengeluh nyeri kepala
hebat dan mengalami penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan didapatkan GCS
10, serta didapatkan brudzinski sign (+). Komplikasi apakah yang terjadi pada
pasien?
A. Abses otak
B. Meningitis tifosa
C. Ensefalitis tifosa
D. Syok sepsis
E. Meningioma
Soal No.28
Tn. BZ, 41 tahun, datang ke IGD demam sejak 3 minggu terakhir, bersifat naik
turun, naik terutama pada sore/malam hari. Pasien hanya meminum obat dari
warung dan tidak pernah ke dokter. Pasien juga mengeluhkan perubahan pola
defekasi. Setelah 3 jam berada di IGD, pasien tiba-tiba mengeluh nyeri kepala
hebat dan mengalami penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan didapatkan GCS
10, serta didapatkan brudzinski sign (+). Komplikasi apakah yang terjadi pada
pasien?
A. Abses otak -> tidak ada tanda abses otak
B. Meningitis tifosa
C. Ensefalitis tifosa -> brudzinski sign (+) memastikan infeksi meninges
D. Syok sepsis -> tanda sepsis tidak jelas
E. Meningioma -> tidak ada hubungannya dengan tifoid
Demam Tifoid (Typhoid Fever/Enteric Fever)
• Etiologi: Salmonella typhii
• Khas: pola demam remitten:
• Demam dengan fluktuasi suhu tubuh > 1 derajat celsius
• Suhu tubuh turun namun tidak mencapai normal
• Demam biasanya tidak begitu tinggi id pagi hari dan tinggi pada
sore/malam hari
• Penunjang:
• Gold standard: Kultur cairan empedu
• Minggu 1 -> kultur darah
• Minggu 2 -> kultur feses
• Minggu 3 -> kultur urin
• Widal test -> mendeteksi antigen O (badan sel) dan H (flagella).
Positif bila:
• Titer O ≥1/320
• Kenaikan titer ≥4x dari pemeriksaan pertama
• Tubex test -> positif bila ≥4

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi 6. 2014


Tanda dan Gejala Demam Tifoid
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 (komplikasi)
• Demam berisifat “step • Demam terus menerus • Perdarahan usus
ladder” • Bradikardia relatif • Perforasi usus
• Nyeri kepala • Lidah kotor + tepi • Peritonitis
• Batuk kering hiperemis • Meningitis tifosa
• Nyeri perut • Nyeri perut • Hepatitis tifosa
• “Rose spot” • Tremor • Kolesistitis/kolangitis
• Konstipasi atau diare • Hepatomegali tifosa
(pea soup diarrhea)
Terapi Demam Tifoid
• Kloramfenikol • Cephalosporin generasi ketiga
• Pilihan pertama pada tifoid tanpa komplikasi • Injeksi: Ceftriaxone 3-4 g dalam
• Dewasa: 4x500 mg hingga 7 hari bebas demam; dextrose/NaCL 0.9% 100 cc diberikan melalui
Anak: 100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis
infus habis dalam ½ jam, berikan sekali sehari
• Tiamfenikol selama 3-5 hari
• Alternatif kloramfenikol (komplikasi anemia aplastik • Oral: Cefixime 20mg/kgBB/hari selama 7-14
lebih kecil)
• Dosis: 4x500 mg hingga 7 hari bebas demam
hari
• Kotrimoksazol • Fluorokuinolon
• Efektivitas sama dengan kloramfenikol • Norfloxacin 2x400 mg selama 2 minggu
• Dosis: 2x960 mg selama 2 minggu • Ciprofloxacin 2x500 mg/hari selama 6 hari
• Ampisilin dan Amoxicillin • Ofloxacin 2x400mg/hari selama 7 hari
• Pilihan obat untuk ibu hamil • Perfloxacin 400 mg/hari selama 7 hari
• Dosis: 50-150mg/kgBB/hari dibagi menjadi 3 dosis, • Fleroxacin 400 mg/hari selama 7 hari
selama 2 minggu
• Levofloxacin 1x500 mg/hari selama 7 hari

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi 6. 2014


Soal No. 29
Ny. Jiwon, 50 tahun datang dengan keluhan bengkak pada leher. Tidak disertai nyeri dan kadang disertai dengan
demam. Pasien mengatakan kalau berat badannya menurun semenjak muncul benjolan tersebut. Pada
pemeriksaan biopsi ditemukan Reed-Stenberg cell. Penyebab dari keadaan pasien adalah….
A. Virus HPV tipe 1
B. Virus HSV
C. Hepatitis virus
D. Virus EBV
E. Influenza virus
Soal No. 29
Ny. Jiwon, 50 tahun datang dengan keluhan bengkak pada leher. Tidak disertai nyeri dan kadang disertai
dengan demam. Pasien mengatakan kalau berat badannya menurun semenjak muncul benjolan tersebut.
Pada pemeriksaan biopsi ditemukan Reed-Stenberg cell. Penyebab dari keadaan pasien adalah….
A. Virus HPV tipe 1  tidak tepat
B. Virus HSV  tidak tepat
C. Hepatitis virus  tidak tepat
D. Virus EBV
E. Influenza virus  tidak tepat
Reed-
Sternberg/owl eye

LIMFOMA NON HODGKIN BANYAK


MENGENAI LIMFONODI
MESENTERIUM
Sumber : PPT mediko.id Hematologi
Soal No. 30
An. Cha, 9 tahun dibawa ibunya ke dokter dengan keluhan lebam pada tungkai bawah, disertai nyeri pada
perutnya. Dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan purpura palpable simetris di kedua tungkai pasien. Dari
pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan LED dan trombositosis. Diagnosis yang paling mungkin
untuk kasus tersebut adalah ….
A. Idiopathic thrombocytopenia purpura
B. Arteritis Takayasu
C. Henoch-Schonlein Purpura (HSP)
D. Lupus eritematosus sistemik
E. DIC
Soal No. 30
An. Cha, 9 tahun dibawa ibunya ke dokter dengan keluhan lebam pada tungkai bawah, disertai nyeri pada
perutnya. Dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan purpura palpable simetris di kedua tungkai pasien. Dari
pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan LED dan trombositosis. Diagnosis yang paling mungkin
untuk kasus tersebut adalah ….
A. Idiopathic thrombocytopenia purpura  penyakit kelainan autoimun yang berdampak kepada turunnya
jumlah trombosit
B. Arteritis Takayasu  arteritis pada arteri besar
C. Henoch-Schonlein Purpura (HSP)
D. Lupus eritematosus sistemik  malar rash, diskoid rash, dll
E. DIC  masalah factor pembekuan darah
Henoch-Schonlein Purpura

HSP adalah reaksi


anafilaktoid sistemik yang
disebabkan oleh IgA dengan
manifestasi :
• Palpable purpura
• Arthralgias
• GI involvement
• Glomerulonephritis HSP berhubungan dengan
kejadian berger disease (IgA
nefropati)

Sumber : ppt mediko.id hematologi


DIAGNOSIS
• Generally a clinical diagnosis
• Skin Biopsy: can be helpful and used to confirm IgA and C3 deposits and
leukocytoclastic vasculitis.
• Renal Biopsy: not usually needed for diagnosis. Will show mesangial IgA deposits and
segmental glomerulonephritis
TATALAKSANA
• Usually self-limiting (1-6 weeks)
• Steroids:
– may decrease tissue edema, may aid in arthralgias and some abdominal pain
– Has not been shown to be beneficial in kidney disease or dermal manifestations
– Does not lessen chance of recurrence
– Does not shorten duration of disease
Sumber : ppt mediko.id hematologi
Soal No. 31
By. Zack 21 hari dibawa ibunya ke Puskesmas dengan keluhan lemas. Riwayat kehamilan dan persalinan normal.
ASI sejak lahir namun 1 minggu terakhir diberiksan susu formula dan makanan tambahan. Pada pemeriksaan
bayi tampak sianosis, hasil laboratorium menunjukkan kadar methemoglobin sampai 36%. Yang menyebbakan
keadaan lemas pada bayi tersebut adalah….
A. Penurunan sel darah merah
B. Perubahan bentuk sel darah merah
C. Perubahan struktur hemoglobin
D. Penurunan kemampuan hemoglobin dalam mengikat O2
E. Penurunan jumlah hemoglobin
Soal No. 31
By. Zack 21 hari dibawa ibunya ke Puskesmas dengan keluhan lemas. Riwayat kehamilan dan persalinan normal.
ASI sejak lahir namun 1 minggu terakhir diberiksan susu formula dan makanan tambahan. Pada pemeriksaan
bayi tampak sianosis, hasil laboratorium menunjukkan kadar methemoglobin sampai 36%. Yang
menyebabkan keadaan lemas pada bayi tersebut adalah….
A. Penurunan sel darah merah  terjadi pada kondisi anemia
B. Perubahan bentuk sel darah merah  disebabkan kondisi membranopati misalnya sferositosis herediter
hingga kondisi seperti thalassemia dan sickle cell disease  eritrosit mudah lisis
C. Perubahan struktur hemoglobin  pada thalasemia
D. Penurunan kemampuan hemoglobin dalam mengikat O2
E. Penurunan jumlah hemoglobin  sebabkan anak lemas dan pucat (tidak ada sianosis)
Methemoglobinemia
• Kompleks heme dalam Hb memiliki ion besi dalam bentuk tereduksi yaitu ferro (Fe2+)
mengikat oksigen menjadi  oksihemoglobin  melepas oksigen di jaringan dan
kembali ke dalam bentuk Fe2+.
• Ketika hemoglobin kehilangan salah satu elektronnya dan teroksidasi, Fe2+ berubah
menjadi Fe3+ atau bentuk ferri  inilah yang disebut methemoglobin
• Kadar normal methemoglobin dibawah 1%
• Acquired methemoglobinemia lebih sering terjadi pada bayi premature dan bayi < 4 bulan,
karena:
• Hb Fetal (HbF) teroksidasi lebih mudah dibanding Hb Adult (HbA)
• Level NADH reductase (enzim pereduksi) rendah saat lahir dan meningkat sesuai usia
(usia 4 bulan kadarnya baru sama dgn dewasa)
• pH gaster yang lebih tinggi memfasilitasi proliferasi bakteri sehingga meningkatkan
konversi nitrat dalam asupan makanan menjadi nitrit.
Sumber : Lorna Fewtrell, Drinking-Water Nitrate, Methemoglobinemia, and Global Burden ot Disease: A Discussion. Environ Health Perspect. Oct 2004; 112(14): 1371–1374.
Methemoglobinemia
• Etiologi :
• Nitrit organik dan inorganik
• Air minum yang terkontaminasi oleh nitrat
• Makanan yang dikemas mungkin memiliki nitrit yang tinggi
• Sayuran yang tidak dimasak dan terkontaminasi bakteri,
• Bayi rentan terhadap methemoglobinemia karena asam lambung yg dihasilkan tidak
cukup untuk menjaga jumlah bakteri penghasil nitrat di usus tetap rendah
• Manifestasi klinis :
• Darah yang mengandung methemoglobin berwarna merah gelap kecokelatan
menimbulkan gambaran sianosis (tanda pertama yang muncul)
• Perubahan warna kulit muncul ketika kadar methemoglobin sekitar 10%

Sumber : Lorna Fewtrell, Drinking-Water Nitrate, Methemoglobinemia, and Global Burden ot Disease: A Discussion. Environ Health Perspect. Oct 2004; 112(14): 1371–1374.
Soal No. 32
By. Mowa usia 2 minggu dibawa orangtuanya ke klinik dengan keluhan demam dan kejang. Lahir di bidan secara
normal pada usia kehamilan 37 minggu dengan BBL 1800 gram. Pada pemeriksaan tampak mikrosefali dan pada
pemeriksaan funduskopi tampak korioretinitis. Pada pemeriksaan CT scan diperoleh adanya kalsifikasi
intraserebral difus pada anak. Penyebab kondisi yang dialami anak adalah …
A. Rubella infection
B. Rubeolla infection
C. Toxoplasma infection
D. Herpes infection
E. Zika infection
Soal No. 32
By. Mowa usia 2 minggu dibawa orangtuanya ke klinik dengan keluhan demam dan kejang. Lahir di bidan secara
normal pada usia kehamilan 37 minggu dengan BBL 1800 gram. Pada pemeriksaan tampak mikrosefali dan
pada pemeriksaan funduskopi tampak korioretinitis. Pada pemeriksaan CT scan diperoleh adanya kalsifikasi
intraserebral difus pada anak. Penyebab kondisi yang dialami anak adalah …
A. Rubella infection  manifestasi mata, PJB, radioluscent bone disease, tuli snhl
B. Rubeolla infection
C. Toxoplasma infection
D. Herpes infection  vesikel mukokutan, trombositopenia, transamin hati meningkat, konjungtivitis
E. Zika infection  mikrosefal, kalsifikasi intracranial, spastisitas, abnormal oculi, tuli snhl, arthrogryposis
Congenital Toxoplasmosis
Infeksi T.gondii melalui
vertical transmission
Manifestasi Klinis :
• First trimester – often result
death
• Second trimester – classic
triad
• Third trimester – often
asymptomatic at birth
Toksoplasmosis
Komplikasi pada Janin

Tetrad Sabid “4C’s”

C- Cerebral Calsification
C- Cephaly (micro), Cephalus
(hydro)
C- Chorioretinitis
C- Convulsions
Soal No. 33
An. Zuki, 4 tahun dibawa ibunya ke poli dengan keluhan perdarahan pada gusi sejak 3 bulan yang lalu. Pasien
tampak pucat dan lemas. Pada pemeriksaan didapatkan TTV dalam batas normal, konjungtiva anemis dan
pembesaran gusi (+). Hasil lab menunjukkan Hb 4 gr/dl, HCT 17%, leukosit 75000/uL, trombosit 16000/uL. Hasil
analisis sumsum tulang menunjukkan peningkatan sel limfoblast. Diagnosa yang tepat untuk An. Zuki adalah….
A. Leukemia myeloblastik akut
B. Leukemia limfoblastik kronik
C. Leukemia myeloblastik kronik
D. Leukemia limfoblastik akut
E. Myelodisplasia
Soal No. 33
An. Zuki, 4 tahun dibawa ibunya ke poli dengan keluhan perdarahan pada gusi sejak 3 bulan yang lalu. Pasien
tampak pucat dan lemas. Pada pemeriksaan didapatkan TTV dalam batas normal, konjungtiva anemis dan
pembesaran gusi (+). Hasil lab menunjukkan Hb 4 gr/dl, HCT 17%, leukosit 75000/uL, trombosit 16000/uL.
Hasil analisis sumsum tulang menunjukkan peningkatan sel limfoblast. Diagnosa yang tepat untuk An. Zuki
adalah….
A. Leukemia myeloblastik akut  dijelaskan di pembahasan
B. Leukemia limfoblastik kronik dijelaskan di pembahasan
C. Leukemia myeloblastik kronik  dijelaskan di pembahasan
D. Leukemia limfoblastik akut
E. Myelodisplasia  fungsi sumsum tulang terganggu utk hasilkan sel darah matur
KEGANASAN HEMATOLOGI
LEUKIMIA
• Merupakan keganasan yang ditandai dengan ploriferasi sel hematopoietik primordial
• Terdapat 4 jenis besar : Akut myeloid leukimia, acute lymphopblastic leukemia, kronik
myeloid leukemia dan kronik limfositik leukemia.
AML ALL CML CLL
Ciri Khas Auer rod Limfosit B Kromosom Smudge cell
monoklonal philadelphia
Usia Dewasa Anak-anak Tidak khas Tidak khas

Aspirasi Sel blast >20%, Limfoblas Dominan seri Tidak


sumsum myeloperoxidase (+) dominan, granulosit, diperlukan,
myeloperoxidase dwarf dominasi sel
Sumber : ppt mediko.id hematologi
(-) mengakariosit limfosit
Acute Lymphoblastic Leukemia
MANIFESTASI KLINIS
• Anak-anak dengan nyeri tulang
• Anemia
• Manifestasi perdarahan
• Hepatosplenomegali
• Limfadenopati yang tidak responsive terhadap antibiotic.
• Masa testikuler

PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Darah rutin  Leukositosis
• Apuran darah tepi  ditemukan sel limfoblas tanpa auer rod
• Aspirasi sumsum tulang  diagnostik definitive
• Sel normal digantikan dengan limfoblas
• Myeloperoxidase (-) Sumber : ppt mediko.id hematologi
Aku LaLu BiLAS (limfoblas) tubuhku

Sumber : ppt mediko.id hematologi


Soal No. 34
An. Luni, 6 tahun dibawa ke klinik dengan keluhan kaki kanan tiba-tiba melemah secara tiba-tiba. Riwayat
mengalami diare dan demam selama 2 minggu lalu namun sudah sembuh. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
hipotonus pada ekstremitas bawah serta penurunan efek tendon., sensorik normal. pasien tidak pernah
diimunisasi sebelumnya. Anak diketahui HIV positif. Vaksin yang sebaiknya diberikan untuk pencegahan
penyakit diatas jika HIV positif adalah….
A. IPV
B. OPV
C. MMR
D. BCG
E. Variccela
Soal No. 34
An. Luni, 6 tahun dibawa ke klinik dengan keluhan kaki kanan tiba-tiba melemah secara tiba-tiba. Riwayat
mengalami diare dan demam selama 2 minggu lalu namun sudah sembuh. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
hipotonus pada ekstremitas bawah serta penurunan efek tendon, sensorik normal. pasien tidak pernah
diimunisasi sebelumnya. Anak diketahui HIV positif. Vaksin yang sebaiknya diberikan untuk pencegahan
penyakit diatas jika HIV positif adalah….
A. IPV
B. OPV  virus hidup dilemahkan , KI HIV
C. MMR  KI HIV
D. BCG  KI HIV
E. Variccela  KI HIV
Manifestasi Poliomyelitis

Sumber : Pedoman Imunisasi di Indonesia. Satgas Imunisasi- IDAI. 2008


Vaksin Polio
• Ada 2 bentuk : OPV (Oral Polio Vaccine) dan IPV (Inactive polio vaccine)
• Jika lahir di rumah segera beri OPV-0
• Jika lahir di sarana kesehatan berikan saat dipulangkan
• Untuk polio 1,2,3 berikan OPV dan booster berikan OPV atau IPV
• IPV digunakan sebagai proteksi terhadap polio virus tipe 2, dan memberikan
imunitas ekstra terhadap polio 1 dan 3

Sumber : Pedoman Imunisasi di Indonesia. Satgas Imunisasi- IDAI. 2008


Kontraindikasi Imunisasi Spesifik

Sumber : Pedoman Imunisasi di Indonesia. Satgas Imunisasi- IDAI. 2008


Soal No. 35
An. Jio, 4 tahun dibawa ke RS dengan keluhan demam sejak 8 hari yang lalu. Demam disertai kedua mata merah
dan berair, kemerahan dan edema di tangan, dan kaki. Pada pemeriksaan fisik didapatkan injeksi konjungtiva,
bibir pecah-pecah, keilitis, strawberry tongue, pembesaran KGB unilateral, dan eritema akut di area palmar dan
plantar. Hasil lab menunjukkan Hb 9,5 mg/dL, leukosit 17.500/mm3, trombosit 240.000/mm3, dan LED 50
mm/jam. Diagnosis yang tepat untuk pasien ini adalah …
A. Panyakit Kawasaki
B. SSSS
C. HMFD
D. Rubella
E. Rubeola
Soal No. 35
An. Jio, 4 tahun dibawa ke RS dengan keluhan demam sejak 8 hari yang lalu. Demam disertai kedua mata
merah dan berair, kemerahan dan edema di tangan, dan kaki. Pada pemeriksaan fisik didapatkan injeksi
konjungtiva, bibir pecah-pecah, keilitis, strawberry tongue, pembesaran KGB unilateral, dan eritema akut di
area palmar dan plantar. Hasil lab menunjukkan Hb 9,5 mg/dL, leukosit 17.500/mm3, trombosit 240.000/mm3,
dan LED 50 mm/jam. Diagnosis yang tepat untuk pasien ini adalah …
A. Panyakit Kawasaki
B. SSSS  kulit mengelupas diseluruh tubuh, pada neonates dan bayi, krn toksin stafilokokus
C. HMFD  tidak ada leukositosis, tidak ada strawberry tongue
D. Rubella  biasanya tidak ada leukositosis, tidak ada strawberry tongue
E. Rubeola  gejala 3C dengan ruam kulit mulai leher
Kawasaki Disease
• Merupakan sindrom vaskulitis akut yang
terjadi pada fase akut demam
• Etiologi dari kasus ini belum diketahui
secara jelas hingga saat ini
• Karakteristik dari penyakit ini adalah
inflamasi sistemik yang terjadi pada
pembuluh darah arteri berukuran sedang
di semua organ dan jaringan

Sumber : https://emedicine.medscape.com/article/965367-overview
Laboratory Finding :
Kawasaki Disease
• Complete blood counts : anemia
normositik normokromik
• Liver function test : AST, ALT, albumin
(transaminase meningkat)
• CSF : mononuclear pleocytosis tanpa
hypoglycorrhachia (penurunan glukosa
CSF) atau elevasi CSF protein
• Serum lipid profile : peningkatan TGA dan
LDL, dan penurunan HDL
• CRP dan ESR
• Urinalisis : steril pyuria
• ECG
Sumber : https://emedicine.medscape.com/article/965367-overview
Soal No. 36
Ny. Kobe 55 tahun datang ke poli RS dengan keluhan bengkak pada kaki kiri sejak 3 minggu yang lalu. Pasien
sudah berobat ke puskesmas namun tidak ada perbaikan. Riwayat pengobatan limfoma. Pemeriksaan TTV dbn.
Pemeriksaan fisik tampak kaki kiri membesar, stemmer sign (+). Diagnosis yang tepat untuk kasus tersebut
adalah….
A. Limfedema
B. Limfangitis
C. Insufisiensi vena dalam
D. Insufisiensi vena kronik
E. Buerger disease
Soal No. 36
Ny. Kobe 55 tahun datang ke poli RS dengan keluhan bengkak pada kaki kiri sejak 3 minggu yang lalu. Pasien
sudah berobat ke puskesmas namun tidak ada perbaikan. Riwayat pengobatan limfoma. Pemeriksaan TTV dbn.
Pemeriksaan fisik tampak kaki kiri membesar, stemmer sign (+). Diagnosis yang tepat untuk kasus tersebut
adalah….
A. Limfedema
B. Limfangitis  peradangan pada saluran limfa yang bermanifestasi berupa alur kemerahan pada kulit
C. Insufisiensi vena dalam  ditandai dengan bengkak, merah unilateral pada tungkai
D. Insufisiensi vena kronik  merupakan penyakit yang diakibatkan gg. Pada vena, manifestasi dermatitis
stasis
E. Buerger disease  ditandai dengan nekrosis pada ujung ekstremitas
Limfedema Secondary Lymphedema
• Occurs secondary to a disruption or obstruction
Primary Lymphedema of the lymphatic system caused by:
• Occurs when the lymphatic system 1. Filariasis (#1 cause worldwide).
does not maturate properly during 2. Lymph node surgery/radiation due to
fetal development. cancer (#1 cause in the United States).
• Can be familial, genetic, or 3. Other: chronic venous insufficiency (CVI)
hereditary. deep vein thrombosis (DVT), infection,
• Lymphedema congenital: surgery/trauma, lipedema, and obesity
symptoms present at birth.
• Lymphedema praecox: symptoms
onset before the age of 35
(commonly during puberty).
• Lymphedema tardum: symptoms
onset at the age of 35 or after.
Sumber : https://emedicine.medscape.com/article/1087313-overview
Limfedema
Clinical Manifestation Stemmer Sign
Kulit pada MTP 2 tidak dapat dicubit atau ditarik

Sumber : https://emedicine.medscape.com/article/1087313-overview
Tatalaksana Limfedema
• Complete decongestive therapy (CDT) is backed by longstanding research and experience as
the primary treatment of choice for lymphedema in both children and adults
• CDT involves a two-phase treatment program:
Phase 1—Reduce tissue congestion of affected body part with daily treatments:
• Manual lymph drainage.
• Skin care.
• Compression wrapping of limb.
• Decongestive exercises
Phase 2—Maintain decongestion with Home Maintenance Program:
• Daily use of elastic and inelastic compression.
• Compression is graduated; most of the compression is distal with decreasing
compression in the stocking proximally.

Sumber : https://emedicine.medscape.com/article/1087313-overview
Soal No. 37
Tn. Ped, 30 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan benjolan pada leher. Pada pemeriksaan TTV dalam
batas normal. Pada PF terdapat benjolan di mediastinum, radiologi didapatkan timoma. Tempat tersering
terjadinya kelainan tersebut adalah….
A. Mediastinum posterior
B. Mediastinum superior
C. Mediastinum anterior
D. Mediastinum superior dan anterior
E. Mediastinum inferior dan posterior
Soal No. 37
Tn. Ped, 30 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan benjolan pada leher. Pada pemeriksaan TTV dalam
batas normal. Pada PF terdapat benjolan di mediastinum, radiologi didapatkan timoma. Tempat tersering
terjadinya kelainan tersebut adalah….
A. Mediastinum posterior  tidak tepat
B. Mediastinum superior  tidak tepat
C. Mediastinum anterior
D. Mediastinum superior dan anterior  tidak tepat
E. Mediastinum inferior dan posterior  tidak tepat
Thymoma
• Thymoma originates within the epithelial cells of the thymus, a lymphoid
organ located in the anterior mediastinum.
• Etiology
• The etiology of thymomas has not been elucidated;
• these lesions have been associated with various systemic syndromes. (e.g.
MG)
• Clinical Manifestation
Present with cough, chest pain, superior vena cava (SVC) syndrome,
dysphagia, and hoarseness if the recurrent laryngeal nerve is involved. One
third of cases are found incidentally on radiographic examinations during a
workup for myasthenia gravis (MG).
Sumber : https://emedicine.medscape.com/article/193809-overview
Thymoma Examination
• The diagnosis of a thymoma usually is clinically based on radiologic findings. Laboratory
studies generally are not indicated.
• Plain Radiograph :
• Posteroanterior (PA) and lateral chest radiographs can detect most thymomas.
• On the PA view, the lesion typically appears as a smooth mass in the upper half of the
chest, overlying the superior portion of the cardiac shadow near the junction of the
heart and great vessels.

Sumber : https://emedicine.medscape.com/article/193809-overview
Soal No. 38
Tn.Dive, 34 tahun datang dengan keluhan sesak dan demam sejak 2 hari yang lalu. Pasien diketahui HIV (+).
pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hitung CD4 210/mm3, sejak 1 bulan lalu mendapat pengobatan
ARV. Pasien diketahui TB paru BTA positif, mendapat pengobatan TB sejak 2 minggu lalu. Dari rontgen thoraks
didapatkan gambaran perluasan lesi. Diagnosis yang mungkin pada pasien ini adalah …
A. Hepatitis fulminant
B. Hepatitis imbas obat
C. Gejala putus obat
D. Sindroma inflamatoris rekonstitusi imun
E. Infeksi sekunder di paru
Soal No. 38
Tn.Dive, 34 tahun datang dengan keluhan sesak dan demam sejak 2 hari yang lalu. Pasien diketahui HIV (+).
pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hitung CD4 210/mm3, sejak 1 bulan lalu mendapat pengobatan
ARV. Pasien diketahui TB paru BTA positif, mendapat pengobatan TB sejak 2 minggu lalu. Dari rontgen thoraks
didapatkan gambaran perluasan lesi. Diagnosis yang mungkin pada pasien ini adalah …
A. Hepatitis fulminant kerusakan hepar yang terjadi dengan cepat
B. Hepatitis imbas obat  ditandai dengan kuning, peningkatan enzim hepar
C. Gejala putus obat  tidak ada istilah gejala putus obat di Tx HIV
D. Sindroma inflamatoris rekonstitusi imun
E. Infeksi sekunder di paru  bisa namun kecil kemungkinan karena sedang Tx ARV
Immune Reconstitution Inflamatory Syndrome (IRIS)
• Is inflammatory disorders associated
with paradoxical worsening of
preexisting infectious process
following the initiation of highly active
antiretroviral therapy (HAART) in HIV
patient.
• Interrelates factor :
• The extent of CD4+ Tcell immune
suppression prior to the initiation
of highly active antiretroviral
therapy (HAART)
• The degree of viral suppression
and immune recovery following
the initiation of HAART
Immune Reconstitution Inflamatory Syndrome (IRIS)
• Diagnostic Criteria of IRIS
• AIDS with low pretreatment CD4 count
• Possitive virologic and immunological response to ART
• Absence evidence of drug-resistant infection, bacterial superinfection, drug allergy or
other adverse drug reactions
• Presence of clinical manifestation consistent with an inflammatory condiction
• Temporal association between HAART initiation and the onset of clinical feature of illness
Soal No. 39
Tn. Cul,26 tahun, datang ke poli RS dengan Keluhan utama bentol-bentol diwajah dan tangan yang bertambah
banyak namun tidak nyeri dan tidak gatal. Bentol tersebut bertambah besar dan berisi nanah. Dua hari
sebelumnya pasien mengalami demam yang menetap hingga sekarang. Riwayat pergi ke Suriname 2 minggu
yang lalu, dan sempat menemukan lalat dibajunya. Pada pemeriksaan fisik diketahui TD 110/70 mmHg, N
97x/menit, RR 20x/menit, T 38oC. Diagnosis yang mungkin untuk kasus ini adalah …
A. Toksoplasmosis
B. Leishmaniasis
C. Leptospirosis
D. Rubella
E. Filariasis
Soal No. 39
Tn. Cul,26 tahun, datang ke poli RS dengan Keluhan utama bentol-bentol diwajah dan tangan yang bertambah
banyak namun tidak nyeri dan tidak gatal. Bentol tersebut bertambah besar dan berisi nanah. Dua hari
sebelumnya pasien mengalami demam yang menetap hingga sekarang. Riwayat pergi ke Suriname 2 minggu
yang lalu, dan sempat menemukan lalat dibajunya. Pada pemeriksaan fisik diketahui TD 110/70 mmHg, N
97x/menit, RR 20x/menit, T 38oC. Diagnosis yang mungkin untuk kasus ini adalah …
A. Toksoplasmosis  infeksi virus biasanya asimptomatis, kecuali pada org dg imundefisiensi
B. Leishmaniasis
C. Leptospirosis  vector adalah tikus, ada nyeri gastroknemius
D. Rubella  biasanya pada anak
E. Filariasis  masalah pada kelenjar limfe, timbul pembengkakan
Leishmaniasis
• Adalah suatu penyakit yang
diakibatkan oleh infestasi kronis
protozoa intraselular dari genus
Leishmania.
• Pada manusia, terdapat tiga bentuk
leishmaniasis yaitu leishmaniasis
kutaneus, leishmaniasis
mukokutaneus dan leishmaniasis
viseral

Sumber : https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/b981988a42c960b1d50c4cf08d61ca28.pdf
Leishmaniasis
• Kriteria diagnostic untuk Leishmaniasis kutaneus
adalah bila ditemukan satu atau lebih dari sembilan
kriteria dibawah ini:
• Riwayat bepergian ke daerah endemis pada beberapa
minggu atau bulan terakhir
• Riwayat gigitan lalat pasir pada beberapa minggu atau
bulan terakhir
• Riwayat aktifitas resiko tinggi seperti tidur di alam
terbuka, hutan.
• Ulkus keunguan diatas nodul kronis yang tidak kunjung
sembuh dalam 4-6 minggu atau lebih

Sumber : https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/b981988a42c960b1d50c4cf08d61ca28.pdf
Leishmaniasis
• Ditemukannya amastigot pada pengecatan Giemsa
dari bahan lesi kulit pada pemeriksaan mikroskop
langsung.
• Ditemukannya amastigot intraseluler didaerah dermis
pada pengecatan HE dari potongan jaringan.
• Ditemukannya granuloma leishmania didaerah dermis
pada pengecatan HE dari potongan jaringan.
• Pertumbuhan promastigot pada kultur dengan media
Nicolle-Novy-MacNeal(NNN) dari bahan spesimen lesi.
• Ditemukannya DNA leishmanial dengan pemeriksaan
PCR

Sumber : https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/b981988a42c960b1d50c4cf08d61ca28.pdf
Soal No. 40
Tn. Sukji, 40 seorang petani, datang ke IGD dengan keluhan nyeri otot. Disertai mual, dan muntah. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan TD 100/80 mmHg, N 92x/menit, RR 20x/menit, T 38,7oC, serta ditemukan adanya
pembesaran kelenjar getah bening di daerah inguinal. Dari hasil pemeriksaan hapusan darah tepi ditemukan
adanya Yersinia pestis. Diagnosis yang tepat untuk kasus ini adalah ….
A. Leishmaniasis
B. Leptospirosis
C. Plague
D. Filariasis
E. Toxoplasmosis
Soal No. 40
Tn. Sukji, 40 seorang petani, datang ke IGD dengan keluhan nyeri otot. Disertai mual, dan muntah. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan TD 100/80 mmHg, N 92x/menit, RR 20x/menit, T 38,7oC, serta ditemukan adanya
pembesaran kelenjar getah bening di daerah inguinal. Dari hasil pemeriksaan hapusan darah tepi ditemukan
adanya Yersinia pestis. Diagnosis yang tepat untuk kasus ini adalah ….
A. Leishmaniasis  vektornya adalah lalat
B. Leptospirosis  manifestasi nyeri gastrocnemius, ikterus
C. Plague
D. Filariasis  penyumbatan KGB sehingga terjadi pembengkakan
E. Toxoplasmosis  asimptomatik kecuali pada orang dengan immunodefisiensi
Plague
• Plague adalah penyakit zoonosis sistemik yg
disebabkan oleh Yersinia pestis. Mengenai tikus
kecil di daerah pedesaan di Africa, Asia, dan
Amerika. Ditularkan ke manusia melalui vektor
arthropoda (flea).
• Genus Yersinia merupakan bakteri gram negatif dari
family Enterobacteriaceae.

Sumber : https://emedicine.medscape.com/article/235627-overview
Manifestasi Plague
1. Bubonic plague: demam, malaise, myalgia, dizziness, dan limfadenitis yg terasa nyeri
terutama yg berada disekitar gigitan flea.
2. Primary Septicemic plague: infeksi septikemia (hipotensi, syok) tanpa didahului oleh
limfadenopaty
3. Pneumonic plague: terjadi akibat inhalasi bakteri infeksius dalam droplets yg dikeluarkan
oleh org lain atau binatang dengan pneumonia plague primer atau sekunder. Demam, nyeri
kepala, myalgia, kelemahan, nausea, muntah, pusing. Batuk, sesak, nyeri dada, dan
hemoptisis.
4. Meningitis
5. faringitis Sumber : https://emedicine.medscape.com/article/235627-overview
Soal No.41
Tn. CS, 57 tahun, datang dibawa keluarganya dengan penurunan kesadaran sejak
6 jam yang lalu. Keluhan disertai dengan demam tinggi, sesak, dan batuk sejak 1
minggu yang lalu. Keluarga mengatakan sudah berobat ke pengobatan alternatif.
Pada PF, didapatkan GCS 9, TD 70/50 mmHg, HR 52x/menit teraba lemah, RR
30x/menit, suhu 39,1OC, akral dingin, kulit pucat, CRT 4 detik. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan leukosit 21.000/mm3. Tatalaksana yang tepat adalah
A. Pemberian antipiretik
B. Pemberian kortikosteroid
C. Pemberian antibiotik setelah kultur
D. Pemberian vasopressor
E. Resusitasi cairan segera
Soal No.41
Tn. CS, 57 tahun, datang dibawa keluarganya dengan penurunan kesadaran sejak
6 jam yang lalu. Keluhan disertai dengan demam tinggi, sesak, dan batuk sejak 1
minggu yang lalu. Keluarga mengatakan sudah berobat ke pengobatan alternatif.
Pada PF, didapatkan GCS 9, TD 70/50 mmHg, HR 52x/menit teraba lemah, RR
30x/menit, suhu 39,1OC, akral dingin, kulit pucat, CRT 4 detik. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan leukosit 21.000/mm3. Tatalaksana yang tepat adalah
A. Pemberian antipiretik -> suportif; bukan utama
B. Pemberian kortikosteroid -> bukan pilihan
C. Pemberian antibiotik setelah kultur -> harusnya berikan tanpa menunggu
hasil kultur
D. Pemberian vasopressor
E. Resusitasi cairan segera -> untuk syok hipovolemik, bukan untuk syok sepsis
Sepsis
• Disfungsi organ yang • Quick SOFA score (qSOFA) adalah
penilaian bedside untuk
mengancam nyawa yang mempermudah diagnosis
disebabkan karena • Terdiri atas 3 kategori:
vasodilatasi sistemik sebagai • RR ≥22x/menit
respon terhadap infeksi • Penurunan kesadaran
• TD sistolik ≤100 mmHg
• Perjalanan penyakit:
bakteremia -> sepsis -> syok
sepsis -> multiple organ
dysfunction syndrome
(MODS)
• Dapat dinilai melalui skor
SOFA -> peningkatan skor ≥2

Harrison’s Principles of Internal Medicine, 19th ed.


Fase Syok Sepsis
Warm Shock (Fase Cold Shock (Fase Hipodinamik)
Hiperdinamik)
Akral Hangat, kemerahan Dingin, pucat, sianotik
CRT ≤ 2 detik > 2 detil
Nadi Kuat Lemah, teraba jauh
Heart rate Takikardia Takikardia atau bradikardia
Tekanan darah Sedikit penurunan Hipotensi
Pulse pressure Melebar Menyempit
Pada fase awal terjadi vasodilatasi sistemik -> fase hiperdinamik (warm
shock) -> bila gagal diagnosis dan tatalaksana tidak tepat -> gagal
kompensasi -> fase hipodinamik (cold shock)
Tatalaksana Syok Sepsis
• Lakukan pemasangan NGT, kateter urin, dan IV line
• Resusitasi cairan
• NaCl 0.9% atau RL 30 mg/kgBB dalam 3 jam pertama
• Penggunaan koloid tidak dianjurkan
• Koreksi gangguan asam basa bila ada
• Antibiotik empiris -> diberikan dalam 1 jam pertama (tidak perlu
menunggu hasil kultur)
• Vasopressor
• Target MAP ≥65 mmHg
• Norepinefrin merupakan pilihan utama
Soal No.42
Ny. WQ, 30 tahun, dibawa keluarganya dengan keluhan utama penurunan
kesadaran sejak 5 jam yang lalu. Sebelumnya pasien tampak selalu mengantuk.
Sekitar 1 bulan yang lalu pasien baru saja pulang dari Uganda dalam rangka
liburan. Pada pemeriksaan lokalis di lengan atas tampak adanya papul eritema
dengan ulkus. Pada regio colli tampak adanya winterbottom sign. Dokter
kemudian memeriksa darah pasien untuk dilihat di bawah mikroskop. Gambaran
apakah yang paling mungkin ditemukan?
A. Kinetoplast
B. Amastigote
C. Epimastigote
D. Trypomastigote
E. Mikrofilaria
Soal No.42
Ny. WQ, 30 tahun, dibawa keluarganya dengan keluhan utama penurunan
kesadaran sejak 5 jam yang lalu. Sebelumnya pasien tampak selalu mengantuk.
Sekitar 1 bulan yang lalu pasien baru saja pulang dari Uganda dalam rangka
liburan. Pada pemeriksaan lokalis di lengan atas tampak adanya papul eritema
dengan ulkus. Pada regio colli tampak adanya winterbottom sign. Dokter
kemudian memeriksa darah pasien untuk dilihat di bawah mikroskop. Gambaran
apakah yang paling mungkin ditemukan?
A. Kinetoplast -> terdapat dalam amastigote -> infeksi Leishmania sp.
B. Amastigote -> stadium diagnostik Leishmania sp.
C. Epimastigote -> berada di kelenjar liur lalat, bukan di manusia
D. Trypomastigote
E. Mikrofilaria -> pada kasus filariasis
African Trypanosomiasis (”Sleeping Sickness”)
• Etiologi: Trypanosoma brucei
• Vektor pembawa adalah lalat
tsetse (Glossina sp.) -> khas di
Afrika
• Gold standard: didapatkan
bentuk trypomastigote dalam
darah, cairan limfe, sumsum
tulang, atau CSF.
• Manifestasi klinis tergantung
dari fase penyakit

CDC –DPDx – Trypanosomiasis


Stadium Trypanosomiasis
• Stadium I (hemolymphatic stage)
• Demam naik turun
• Gatal dan ruam eritema yang dapat berkembang menjadi ulkus pada tempat
gigitan lalat tsetse -> disebut trypanosomal chancre
• Hepatosplenomegali
• Terdapat winterbottom sign -> limfadenopati berbentuk segitiga pada regio
cervical posterior
• Stadium II (meningoencephalitic stage)
• Gejala neurologis yang dominan -> somnolen (pasien tampak selalu ingin
tidur)
• Terjadi proses demyelinisasi -> defisit motorik dan sensorik

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi 6. 2014


Tatalaksana African Trypanosomiasis
• Stadium I:
• Untuk etiologi Trypanosoma brucei gambiense: Pentamidine 4 mg/kgBB/IV
selama 10 hari
• Untuk etiologi Trypanosoma brucei rhodesiense: Suramin 1 g pada hari ke-1,
3, 7, 14, dan 21. Dosis anak: 20 mg/kgBB
• Stadium II:
• Lini pertama: Melarsoprol 2.2 mg/kgBB IV selama 10 hari
• Alternatif lini pertama: Melarsoprol 0.6 mg/kgBB IV pada hari pertama, 1.2
mg/kgBB/IV pada hari ke-2, dan 1.2 mg/kgBB/IV + Nifurtimox oral
7.5mg/kgBB/kali sebanyak 2x sehari pada hari ke-3 hingga ke-10
• Lini kedua: Eflornithine 50 mg/kgBB/IV setiap 6 jam selama 14 hari

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi 6. 2014


Soal No. 43
An. Yossan, 1,5 tahun, dibawa oleh orang tuanya ke dokter dengan keluhan tidak mau makan sejak 2 hari ini.
Sebelumnya anak sempat mengalami demam tinggi, dan kemarin muncul bintil-bintil berisi air di kakinya.
Riwayat batuk dan pilek sebelumnya disangkal. Dari pemeriksaan fisik didapatkan makulopapular eritem,
beberapa vesikel dengan tepi eritem, di permukaan kedua tangan dan kaki. Saat dokter memeriksa rongga
mulut didapatkan erosi kuning keabuan dengan lingkaran eritem. Apa organisme penyebab kondisi An. Yossan?
A. Haemophilus influenza
B. Poxvirus
C. Paramyxovirus
D. Coxsackie virus
E. Varicella zoster virus
Soal No. 43
An. Yossan, 1,5 tahun, dibawa oleh orang tuanya ke dokter dengan keluhan tidak mau makan sejak 2 hari ini.
Sebelumnya anak sempat mengalami demam tinggi, dan kemarin muncul bintil-bintil berisi air di kakinya.
Riwayat batuk dan pilek sebelumnya disangkal. Dari pemeriksaan fisik didapatkan makulopapular eritem,
beberapa vesikel dengan tepi eritem, di permukaan kedua tangan dan kaki. Saat dokter memeriksa rongga
mulut didapatkan erosi kuning keabuan dengan lingkaran eritem. Apa organisme penyebab kondisi An.
Yossan?
A. Haemophilus influenza  epiglotitis
B. Poxvirus  smallpox, moluscum contagiosum
C. Paramyxovirus  croup
D. Coxsackie virus
E. Varicella zoster virus  varicella
Hand-Foot-and-Mouth Disease
• Penyakit viral yang menyebabkan erupsi vesicular pada mukosa ronggamulut.
• Etiologi: Coxsackie virus A (tersering); Enterovirus 71
• Evolusi lesi kulit:
• Makula pada mukosa buccal, lidah, dan/atau palatum mayor
• Berubah menjadi vesikel → tererosi → ulkus superfisial yang dikelilingi “halo”
eritematosa
• Lesi tambahan: telapak tangan, telapak kaki, bokong, dan genitalia
• Gejala tambahan: demam 38-39 °C
• Tatalaksana: simptomatik, tidak ada anti-viral yang spesifik
Source : PERDOSKI 2017
Hand-Foot-and-Mouth Disease

Source : Fitzpatrick 8 ed
Soal No.44
An. YG, 15 tahun, datang dibawa orang tuanya dengan keluhan utama demam
sejak 2 hari yang lalu. Beberapa jam yang lalu anak juga mengalami mimisan
disertai dengan pegal-pegal, nyeri kepala hebat, disertai rasa berat pada kedua
mata. Pada PF, didapatkan TD 110/70 mmHg, HR 102x/menit, RR 20x/menit,
Suhu 38,8OC. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb 13 g/dL, Hematokrit
40%, Trombosit 112000/mm3. Pemeriksaan apakah yang sebaiknya dilakukan
pada pasien?
A. Tes widal
B. Tes tubex
C. IgM antidengue
D. IgG antidengue
E. Antigen NS1
Soal No.44
An. YG, 15 tahun, datang dibawa orang tuanya dengan keluhan utama demam
sejak 2 hari yang lalu. Beberapa jam yang lalu anak juga mengalami mimisan
disertai dengan pegal-pegal, nyeri kepala hebat, disertai rasa berat pada kedua
mata. Pada PF, didapatkan TD 110/70 mmHg, HR 102x/menit, RR 20x/menit,
Suhu 38,8OC. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb 13 g/dL, Hematokrit
40%, Trombosit 112000/mm3. Pemeriksaan apakah yang sebaiknya dilakukan
pada pasien?
A. Tes widal -> untuk demam tifoid
B. Tes tubex -> untuk demam tifoid
C. IgM antidengue -> untuk onset demam ≥3 hari
D. IgG antidengue -> untuk onset demam ≥3 hari (lebih spesifik jika >6 hari)
E. Antigen NS1
Infeksi Virus Dengue
• Etiologi: Dengue virus
• Memiliki 4 serotipe, yakni DEN-I, DEN-II, DEN-III, dan DEN-IV
• Demam berdarah dengue bersifat secondary heterologue infection,
artinya terjadi setelah infeksi sekunder dengan serotipe yang berbeda
• Manifestasi infeksi virus dengue beragam: demam dengue, dengue
hemorhagic fever grade I-IV, Dengue shock syndrome (DHF grade III-
IV)
• Pemeriksaan serologi dengue:
• NS1 antigen : pada onset demam hari 1-2
• IgM antidengue: onset demam hari ≥ 3
• IgG antidengue: onset demam hari ≥ 3 (lebih spesifik pada >6 hari)

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi 6. 2014


Klasifikasi
Infeksi Virus
Dengue

Dalam membaca soal


dengue, pastikan ada
tanda plasma leakage
(peningkatan HCT ≥20%,
adanya asites/efusi
pleura/efusi pericard).

Jika tidak ada -> demam


dengue
WHO, 2011
SOAL NO.45
Seorang perempuan berusia 38 tahun dibawa keluarganya ke IGD RS karena mengalami
penurunan kesadaran, setelah sebelumnya kejang di rumah. Pasien bekerja sebagai
peternak babi. Pada pemeriksaan fisik GCS 432, TD 100/70mmHg HR 100x/menit RR
16x/menit T 37,8 C. Kaku kuduk (-), reflex patologis (-). Dokter mencurigai adanya
neurocysticercosis, pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk menegakkan diagnosis
tersebut adalah…
a. Ditemukan telur pada feses
b. Pemeriksaan serologi dari LCS
c. Pemeriksaan serologi dari serum
d. CT scan dengan kontras
e. Biopsi jaringan otak
SOAL NO.45 SKDI

Seorang perempuan berusia 38 tahun dibawa keluarganya ke IGD RS karena mengalami


penurunan kesadaran, setelah sebelumnya kejang di rumah. Pasien bekerja sebagai
peternak babi. Pada pemeriksaan fisik GCS 432, TD 100/70mmHg HR 100x/menit RR
16x/menit T 37,8 C. Kaku kuduk (-), reflex patologis (-). Dokter mencurigai adanya
neurocysticercosis, pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk menegakkan diagnosis
tersebut adalah…
a. Ditemukan telur pada feses  jika taeniasis
b. Pemeriksaan serologi dari LCS  bisa, tapi bukan Gold Standart
c. Pemeriksaan serologi dari serum
d. CT scan dengan kontras  bisa, tapi bukan Gold Standart
e. Biopsi jaringan otak
SKDI
PARASITOLOGI
Neurosistiserkosis
• Neurosistiserkosis merupakan salah satu
bentuk komplikasi dari infeksi Taenia
solium, dimana hal ini terjadi saat
manusia mengkonsumi makanan yang
terkontaminasi telur taenia solium
• Berbeda dengan taeniasis dimana
stadium infektif nya adalah sistiserkus
yang berada di jaringan babi
• Telur ini akan mengalami migrasi dan
berkembang menjadi sistiserkus di
berbagai jaringan, termasuk otak
SKDI
Manifestasi Klinis
• Beberapa gejala klinis yang biasanya muncul antara lain :
SKDI
Diagnosis
• Penegakkan diagnosis pada kasus
neurcysticercosis adalah dengan
imaging berupa CT Scan yang akan
menunjukkan adanya kista yang
terkalsifikasi (berupa ring
enhancement)
• Selain itu dapat juga menggunakan
pemeriksaan serologis dari CSF
• Biopsy jaringan otak/medulla
spinalis menjadi gold standar.
Dapat ditemukan adanya jaringan
sistiserkus
SKDI
Tatalaksana
• Pada neurocysticercosis yang tidak mendapat tindakan operatif perlu
mendapatkan obat anti epilepsy dengan algortima sebagai berikut :
SOAL NO.46
Ny Ani datang ke praktik dokter umum untuk melakukan pemerikaan atas kondisinya. Pasien
mengaku sering mengalami pandangan kabur dan kadang telinganya berdenging. Pasien juga sering
merasa gatal di seluruh badan. Pada PF didapatkan tanda vital normal, visus ODS 6/30 tidak dapat
di koreksi dengan pinhole, muka pasien terlihat kemerahan dan ada splenomegali. Pada
pemeriksaan penunjang di temukan Hb 21 g/dl, Ht 60 %, Leukosit 13.000 sel/mm3 dan trombosit
465.000 sel/mm3 . Penyebab terjadinya kondisi yang dialami di atas adalah…
a. Kurangnya produksi eritropoietin
b. Mutase BCR ABL
c. Kondisi hipoksia kronis
d. Mutasi Janus Kinase 2
e. Desfisiensi B12 dan as folat
SOAL NO.46 SKDI

Ny Ani datang ke praktik dokter umum untuk melakukan pemerikaan atas kondisinya. Pasien
mengaku sering mengalami pandangan kabur dan kadang telinganya berdenging. Pasien juga
sering merasa gatal di seluruh badan. Pada PF didapatkan tanda vital normal, visus ODS 6/30 tidak
dapat di koreksi dengan pinhole, muka pasien terlihat kemerahan dan ada splenomegali. Pada
pemeriksaan penunjang di temukan Hb 21 g/dl, Ht 60 %, Leukosit 13.000 sel/mm3 dan trombosit
465.000 sel/mm3 . PenyebabHb>16,5
terjadinya
| Ht >kondisi
49 yang dialami di atas adalah…
a. Kurangnya produksi eritropoietin  an. Pada CKD
b. Mutase BCR ABL  Leukemia CML
c. Kondisi hipoksia kronis  Polisitemia sekunder
d. Mutasi Janus Kinase 2
e. Desfisiensi B12 dan as folat  anemia megaloblastik Dx : Polisitemia vera
Hb > 16,5 g/dL atau Ht>49% pada pria
II. POLISITEMIA Hb > 16,0 g/dL atau Ht>48% pada wanita SKDI
POLISITEMIA VERA SKDI

Polisitemia adalah suatu penyakit kelainan pada sistem mieloploriferatif dimana terjadi
klon abnormal pada hemopoetik sel induk.  Mutasi JAK 2

DIAGNOSIS POLISITEMIA VERA

3 KRITERIA MAYOR
ATAU 2 KRITERIA MAYOR YANG PERTAMA + 2 KRITERIA MINOR
SKDI
Mnemonic
Pada PV tujuan prosedur
phlebotomy tersebut ialah SKDI
mempertahankan hematokrit <42%
pada perempuan, dan <47% pada
pria untuk mencegah timbulnya
hiperviskositas dan penurunan
kecepatan aliran
Soal No.47
Seorang wanita hamil berusia 30 tahun datang dengan keadaan kesadaran menurun
sejak 1 hari sebelum tiba di RSUD Jayapura, Irian Jaya. Sebelumnya pasien hanya
mengeluh nyeri kepala dan panas ringan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan GCS 9, TD:
110/70 mmHg, N: 102x/menit, RR: 26x/menit, S: 38,4oC, pemeriksaan fisis thorax
normal. Pemeriksaan abdomen didapatkan lien teraba sesuai skala Schuffner III. Hasil
lab: Hb: 12,3 gr%, WBC: 7600/mm3, Plt: 110.000/mm3, apusan darah tebal : P.
falciparum gamet (+) serta kepadatan parasit 70.000 parasit/μl. Manakah pernyataan
berikut ini yang tepat sesuai dengan diagnosis pada kasus di atas?
A. Terjadi hiperparasitemia pada penderita tersebut
B. Suatu daerah dikatakan mesoendemik malaria apabila spleen rate >50%
C. Untuk menegakkan diagnosis pada kasus di atas perlu pemeriksaan punksi lumbal
D. Tatalaksana pilihan pertama pada kasus di atas adalah injeksi Artemether IM
E. Adanya gamet P. falciparum pada apusan darah tebal memastikan diagnosis
malaria
Soal No.47
Seorang wanita hamil berusia 30 tahun datang dengan keadaan kesadaran menurun sejak 1
hari sebelum tiba di RSUD Jayapura, Irian Jaya. Sebelumnya pasien hanya mengeluh nyeri
kepala dan panas ringan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan GCS 9, TD: 110/70 mmHg, N:
102x/menit, RR: 26x/menit, S: 38,4oC, pemeriksaan fisis thorax normal. Pemeriksaan
abdomen didapatkan lien teraba sesuai skala Schuffner III. Hasil lab: Hb: 12,3 gr%, WBC:
7600/mm3, Plt: 110.000/mm3, apusan darah tebal : P. falciparum gamet (+) serta kepadatan
parasit 70.000 parasit/μl. Manakah pernyataan berikut ini yang tepat sesuai dengan diagnosis
pada kasus di atas?
A. Terjadi hiperparasitemia pada penderita tersebut -> tidak, karena kepadatan parasit
masih <100.000/ μl
B. Suatu daerah dikatakan mesoendemik malaria apabila spleen rate >50% -> seharusnya
10-50%
C. Untuk menegakkan diagnosis pada kasus di atas perlu pemeriksaan punksi lumbal ->
tidak perlu, cukup dengan bukti parasit pada apusan darah tebal
D. Tatalaksana pilihan pertama pada kasus di atas adalah injeksi Artemether IM ->
seharusnya Artesunat injeksi (IV/IM)
E. Adanya gamet P. falciparum pada apusan darah tebal memastikan diagnosis malaria
Gold Standard Pemeriksaan Malaria

WHO Guideline for the Treatment of Malaria, Third


Edition. 2015

Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria, Kemenkes RI. 2017


Klasifikasi Endemisitas Malaria dan Definisi
Hiperparasitemia
Ditentukan melalui berapa banyak jumlah anak-anak (berusia 2-9
tahun) dalam suatu populasi yang mengalami splenomegali -> Dikenal
dengan istilah spleen rate
• Hipoendemik : spleen rate 0-10 %
• Mesoendemik : spleen rate 10-50%
• Hiperendemik : spleen rate konstan >50% dan biasanya <75%
• Holoendemik : spleen rate ≥75% WHO Malaria Terminology. 2016 (updated
December 2019)
in

Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria, Kemenkes RI. 2017


Terapi Malaria
Lini Pertama Lini Kedua

Malaria Falciparum ACT 3 hari + Primakuin dosis Kina + Primakuin + Doksisiklin/


tunggal Tetrasiklin
Malaria Vivax/Ovale ACT 3 hari Kina + Primakuin +
Doksisiklin/Tetrasiklin
Malaria Malariae ACT 3 hari + Primakuin 14 hari Kina + Primakuin

Mixed Malaria (Falciparum + ACT 3 hari + Primakuin 14 hari


Vivax/Ovale)
Malaria pada Ibu Hamil ACT 3 hari

Malaria Berat Artesunat IV/IM hingga pasien Kina drips


mampu minum obat oral
Malaria Berat pada Ibu Hamil Artesunat IV/IM hingga pasien Kina drips
mampu minum obat oral

Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria, Kemenkes RI. 2017


SOAL NO.48
Ny. Annisa 25 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan baru terkena gigitan ular pada 1/3
lengan bawahnya pada 2 hari yang lalu dan pasien mengaku merasa lemas dan nyeri pada
lengan bawahnya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 100/80 mmHg, Nadi 100x/menit,
RR 25 x/menit, T 36o C. Status lokalis pada 1/3 lengan bawah terdapat bula dan edema di
sekitar tempat digigitnya ular. Pemeriksaan laboratorium Hb 8,6, leukosit 10.000, trombosit
76.000, D-dimer 3000. Diagnosis pada pasen adalah
a. ITP
b. DIC Akut
c. HSP
d. DIC kronik
e. Sepsis
SOAL NO.48 Toxin  paparan prokoagulan
SKDI

Ny. Annisa 25 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan baru terkena gigitan ular pada 1/3
lengan bawahnya pada 2 hari yang lalu dan pasien mengaku merasa lemas dan nyeri pada
lengan bawahnya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 100/80 mmHg, Nadi 100x/menit,
RR 25 x/menit, T 36o C. Status lokalis pada 1/3 lengan bawah terdapat bula dan edema di
Trombositopenia
sekitar tempat digigitnya ular. Pemeriksaan laboratorium Hb 8,6, leukosit 10.000, trombosit
76.000, D-dimer 3000. Diagnosis pada pasen
Hiperkoaguabilitas (+) adalah
a. ITP  hanya trombositopenia saja, etiologi : autoimun
b. DIC Akut
c. HSP  palpable purpura
d. DIC kronik  lab biasanya sudah normal, hanya D-dimer meningkat
e. Sepsis  gangguan kesadaran, RR meningkat, TD turun
SKDI
DIC (Disseminated Intravascular Coagulation)
Proses sistemik yang ditandai dengan aktivasi berlebihan
proses koagulasi dan fibrinolisis dalam pembuluh darah

Patogenesis
1. Paparan prokoagulan (didapat dari LPS bakteri, kanker,
trauma, dll)
2. Aktivasi kaskade koagulasi
3. Fibrinolisis → menghasilkan fibrin degradation
products
4. End-organ damage → akibat hipoperfusi/perdarahan
Disseminated Intravascular Coagulation SKDI

Screening
• Bleeding time (>>) , clotting
time (>>), PT (>>), APTT (>>),
platelet count (<<),
fibrinogen (<<)
Diagnosis
• Fibrin degradation product
(FDP) (>>), D-dimer (>>), AT
III (<<)

Diagnosis DIC :SKOR ≥5.


Bila skor <5, tes sebaiknya diulangi dalam 1-2 hari
SKDI
ETIOLOGY
SKDI
Manifestasi Klinis
Akut Kronik
a. Manifestasi perdarahan → sering • Sering asimptomatik
kali hingga hipotensi
• Gangguan koagulasi
b. Oliguria → end-organ damage ke
• Perdarahan GIT
ginjal
c. Ikterik → end-organ damage ke
hepar
d. Dyspnea
e. Syok
f. Tromboemboli
SKDI
Pemeriksaan penunjang
Parameter Akut Kronik
Trombosit Menurun Tidak khas
PT Memanjang Normal
aPTT Memanjang Normal
Fibrinogen Menurun Normal/Meningkat
Faktor V dan VIII Menurun Normal
Fibrin degradation Meningkat Normal/Meningkat
product
D-dimer Meningkat Meningkat
SKDI
Tatalaksana
• Cari penyebab paparan prokoagulan  atasi
• Suportif  pertahankan status hidrasi
• Transfusi faktor koagulasi
• Perdarahan massif dengan PT dan aPTT memanjang
• Perdarahan massif dengan fibrinogen <50 mg/dL
• Transfusi trombosit
• Trombosit < 50.000 dengan perdarahan massif
• Trombosit < 10.000 tanpa perdarahan
SOAL NO.49
Tn M, 50 tahun datang ke dokter dengan keluhan demam dan tidak enak badan yang
dirasakan sejak 1 bulan terakhir. Pasien diketahui sedang sakit lambung dan dalam
pengobatan rutin esomeprazole. Dari hasil pemeriksaan laboratorium di dapatkan Hb 12
g/dl, leukosit 1300, trombosit 160.000. Tidak di temukan neutrophil pada pemeriksaan
hitung jenis. Apakah diagnosis yang paling tepat ….
a. Anemia aplastik
b. Agranulositosis
c. Pansitopenia
d. Myelodysplastic syndrome
e. Multiple myeloma
SOAL NO.49 SKDI

Tn M, 50 tahun datang ke dokter dengan keluhan demam dan tidak enak badan yang
dirasakan sejak 1 bulan terakhir. Pasien diketahui sedang sakit lambung dan dalam
pengobatan rutin esomeprazole. Dari hasil pemeriksaan laboratorium di dapatkan Hb 12
g/dl, leukosit 1300, trombosit 160.000. Tidak di temukan neutrophil pada pemeriksaan
hitungLeukopenia
jenis. Apakah diagnosis yang paling tepat …. Seri granulosit

a. Anemia aplastik  pansitopenia


b. Agranulositosis
c. Pansitopenia
d. Myelodysplastic syndrome  pansitopenia
e. Multiple myeloma  anemia
SKDI
AGRANULOCYTOSIS
Penurunan granulosit (neutrofil, eosinofil, dan basofil) dari darah tepi disertai
penurunan prekursor granulosit di sumsum tulang
SKDI

Etiologi– Obat-obatan
• Kemoterapi
• PPI (tersering omeperazole beserta s-isomernya (esomeprazole), dan
pantoprazole)
• Klozapin
• Thionamid (Methimazole, PTU)
• Sulfasalazin
• Fenitoin
SKDI
Manifestasi Klinis
– Demam mendadak
– Ulkus orofaring
– Letargi

Tatalaksana
• Menghentikan obat yang dicurigai
• Antibiotik broad spectrum → bila terjadi infeksi, lakukan kultur sebelum memulai
antibiotik
• G-CSF → untuk memacu pertumbuhan granulosit
SOAL NO.50
Seorang wanita 35 tahun datang dengan keluhan batuk dan nyeri dada sejak 2 minggu yang
lalu. Selain itu pasien memiliki keluhan gatal seluruh badan. Pasien memiliki riwayat suka
mengkonsumsi udang mentah. Pada pemeriksaan lab didapatkan gambaran eosinophilia.
Setelah dilakukan pemeriksaan mikroskopik sputum, ditemukan telur. Organisme penyebab
kelaianan pasien ini adalah…
a. Strongyloides stercolaris
b. Wuchereria bancrofti
c. Paragonismus westermani
d. Clonorchis sinensis
e. Opistorchis felineus
SOAL NO.50 SKDI

Seorang wanita 35 tahun datang dengan keluhan batuk dan nyeri dada sejak 2 minggu yang lalu.
Selain itu pasien memiliki keluhan gatal seluruh badan. Pasien memiliki riwayat suka mengkonsumsi
udang mentah. Pada pemeriksaan lab didapatkan gambaran eosinophilia. Setelah dilakukan
pemeriksaan mikroskopik sputum, ditemukan telur. Organisme penyebab kelaianan pasien ini
adalah…
a. Strongyloides stercolaris  dapat menyebabkan sindrom Loeffler, pada px mikroskopik
ditemukan larva rhabditiform
b. Wuchereria bancrofti  dapat menyebabkan Tropical Pulmonary Eosinophilia, tidak ditemukan
parasit pada sputum
c. Paragonismus westermani
d. Clonorchis sinensis  tidak menyebabkan kelainan paru
e. Opistorchis felineus  tidak menyebabkan kelainan paru
SKDI
PARASITOLOGI
SKDI
Paragonimiasis
• Trematoda jaringan paru
• Gejala GI : Demam, malaise,
diare, gatal
• Gejala paru : sesak nafas, nyeri
dada (diperparah dengan nafas
dalam atau batuk)
• Terapi : praziquantel
SKDI
Clonorchis Sinensis (Chinese Fluke)
Menyerang hepar dan vesica felea, sering menyebabkan
icterus, cholecystitis, dapat menyebabkan HCC dan
Cholangiocarcinoma.

Opistorchis felineus (Cat Liver Fluke)


Menyerang hepar dan vesica felea, sering menyebabkan
icterus, cholecystitis, dapat menyebabkan HCC dan
Cholangiocarcinoma.

Fasciolopsis buskii
Menyebabkan abdominal pain, chronic diarhhea, anemia,
ascites, toxemia.

Fasciola Hepatica
Demam, hepatalgia, hepatomegaly, weight loss,
hepatomegali.

Anda mungkin juga menyukai