Unilateral > 6x bilateral, lebih sering di sisi kiri (Ettinger dan Buchman, 2020).
Insidensi CL/P bervariasi tergantung etnisitas, lokasi geografis, dan faktor sosioekonomi, yaitu
Faktor risiko
CLP
Genetik Non-genetik
Non- Faktor
Sindromik Konsumsi
sindromik Merokok lingkungan
CL/P alkohol
CL/P lain
dari lebih dari 400 sindroma yang kebanyakan mengikuti pola pewarisan sifat (hukum
Mendel) (Bhat et al., 2020; Vyas et al., 2020).
Non-syndromic CL/P merupakan kelainan utama dan terjadi pada kebanyakan kasus
adanya resiko relatif terjadinya CLP sebanyak 1,3-1,5 (Bhat et al., 2020; Vyas et al., 2020).
Konsumsi alkohol : Munger et al menunjukkan bahwa konsumsi alkohol saat kehamilan meningkatkan
resiko CLP sebanyak 1,5-4,7 kali bergantung dosis alkohol yang dikonsumsi (Bhat et al., 2020; Vyas et al.,
2020).
Faktor lingkungan lainnya : termasuk penyakit maternal, stress saat kehamilan, dan paparan kimia.
Penurunan aliran darah pada daerah nasomaxilla, meningkatnya usia maternal dan paternal juga dianggap
meningkatkan resiko CLP (Bhat et al., 2020; Vyas et al., 2020).
Konsumsi asam retinoat juga menyebabkan defek biokimia dan hormonal, sehingga dapat mengganggu diferensiasi
dan migrasi sel sehingga menyebabkan efek langsung pada morfogenesis wajah (Bhat et al., 2020; Vyas et al., 2020).
Anatomis
KLASIFIKASI
oris dan hilangnya kontinuitas batas vermilion. Kedua hal ini harus diperbaiki dalam
kasus cleft lip agar fungsi dan bentuk kembali normal (Wynne dan Ferguson, 2018).
Daerah mukokutan dari bibir dibagi menjadi 3, yaitu (Wynne dan Ferguson, 2018) :
namun pada kasus CLP tedapat penyimpangan sehingga insersi musculus orbicularis
oris terjadi di dermis dan ala nasal di sisi cleft lip dan insersi ke columella pada sisi (Wynne dan Ferguson, 2018)
non-cleft lip (Wynne dan Ferguson, 2018).
Pada CLP komplit, terjadi insersi sampai ke nasal floor.
ANOMALI HIDUNG PADA CLP
Abnormalitas insersi dari musculus orbicularis oris akan berkontribusi terhadap deformitas nasal yang terjadi pada cleft lip
nasal lateral inferior, sehingga menyebabkan dasar ala nasal di sisi cleft lip terletak lebih lateral dan inferior dari normalnya
abnormalitas pada bagian inferior dari kartilago nasalis lateral yang menyebabkan obstruksi jalan napas di hidung (Wynne dan Ferguson,
2018).
Nasal airflow resistance sering terjadi pada pasien CLP dengan presentasi 20-30% (Wynne dan Ferguson, 2018).
ANOMALI PALATUM PADA
CLP
Cleft palate biasanya disertai dengan abnormalitas tulang dan jaringan
depresor dan bersama dengan musculus levator veli palatini berperan untuk
memanjangkan velum (Wynne dan Ferguson, 2018).
Otot terakhir yang penting adalah musculus tensor veli palatini yang
(Wynne dan Ferguson, 2018)
berperan untuk membuka saluran tuba eustachii (Wynne dan
Ferguson, 2018).
Pada CLP, terjadi gangguan insersi pada otot-otot palatum ini.
DIAGNOSIS CLP
(Lewis, Jacob dan Lehmann, 2017)
• Pemeriksaan fisik dilakukan sistemik untuk membedakan CLP sindromik dan non-sindromik.
• Evaluasi bibir, alveolus, hard, and soft palate penting dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya celah, gangguan
pertumbuhan gigi, dan evaluasi infeksi pada telinga.
Pemeriksaan fisik • Pemeriksaan fisik pada bayi syndromic CLP, seperti Pierre Robin sequence, dapat diketahui dengan
ditemukannya microretrognathia, glossoptosis, dan U-shaped cleft palate.
• Inspeksi pada pasien CLP berdasarkan nomenklatur klasifikasi LAHSHAL.
• Diagnosis cleft lip and palate saat prenatal (75%) dapat dibantu melalui pemeriksaan USG
kehamilan saat usia 13-16 minggu.
Pemeriksaan penunjang • Isolated cleft palate tidak dapat dideteksi dengan mudah pada saat prenatal, namun peran MRI
fetus prenatal dapat mendeteksi cleft palate
(Lewis, Jacob dan Lehmann, 2017; Worley, Patel dan Kilpatrick, 2018; Wynne dan Ferguson, 2018)
DIAGNOSIS CLP
BERDASARKAN LAHSHAL
CLP/---SHAL CLP/l------
(celah pada soft palate,hard palate, alveolus, dan (celah pada bibir sebelah
bibir bagian kiri yang komplit) kanan yang inkomplit)
Dikutip dari Cleft Lip & Palate oleh Prof. M. Sjaifuddin Noer, dr., SpBP-RE(K)
KOMPLIKASI CLP
• Obstruksi jalan napas sering terjadi pada kasus syndromic CLP, yaitu Pierre Robin sequence (PRS), yang ditandai
dengan adanya micrognathia dan glossoptosis.
• Jika dibiarkan terus – menerus, dapat mengakibatkan obstructive sleep apnea (OSA) kronis yang ditandai dengan
Obstruksi jalan adanya hipoksemia, hiperkarbinemia, gangguan neuropsikatrik, dan penurunan fungsi kognitif.
napas
• Pada kasus CLP, bayi tidak dapat mengisap ASI dengan baik akibat tidak mampu menciptakan tekanan negatif
intraoral saat mengisap ASI dan refleks menelan yang buruk akibat adanya celah di palatum, sehingga pertumbuhan
Gangguan bayi terganggu dan berat badan bayi cenderung rendah
nutrisi
• Pada kasus CLP, gigi menjadi sulit untuk bertumbuh dan erupsi akibat adanya celah di gusi.
• Pertumbuhan gigi seringkali menjadi kacau akibat adanya akumulasi pertumbuhan gigi di satu tempat.
Gangguan erupsi • Hal ini menyebabkan terjadinya maloklusi gigi dan higienitas gigi bayi CLP buruk.
dan higienitas
gigi
5. Perawat berpengalaman,
6. Terapis bicara,
7. Psikolog, dan
8. Orthodontist.
(Lewis, Jacob dan Lehmann, 2017)
Fokus utama manajemen bayi CLP adalah perbaikan pada aspek nutrisi,
kulit , mukosa dan jaringan yang lebih dalam (air/uap panas, arus listrik, bahan kimia, radiasi dan petir)
ANAMNESI
S
Keluhan Kontak langsung dengan penyebab luka bakar
MOI Kapan, Terkena apa (Jenis), lokasi kejadian, seperti apa kejadiannya, berapa lama kontaknya, ada tidaknya
Breathing: pergerakan dada, ada luka di dada ga (melingkar ga) klo ada grade 2B harus di escharotomy
Circulation: nadi,tensi, luas luka bakar, pas dipasang kateter pemberian resusitasi cairan double iv line e ga boleh di area luka bakar
monitoring urine : dewasa: ½ cc/kgbb/jam, anak: 1-2cc/kgbb/jam, klo ada rhabdomyolisis gerojok terus, cek ada edema paru ga klo
berlebih stop, dikasi diuretik
Disability (GCS)
Luas Luka bakar + Staging (rule of 9) pas di OK harus didebridement dulu klo mau nambah/ kurang 500cc aja
DIAGNOSIS
Akut : Kejadian - Stabil (ATLS) (+- 48 Jam) = Problem pernafasan dan cairan / Luka
Simptomatis
4. Analgetik
Pembedahan
5. Rawat luka
6. Faciotomi
7. Eksarotomi / Eskarektomi
8. Skin graf
9. Rehabilitasi
10. Makanan
TRAUMA
MAKSILOFACIAL
DEFINISI
Patah tulang pada tulang wajah yang disebabkan oleh rudapaksa.
Mengenai fraktur:
Maksilla
Mandibula
Zygoma
Nasal
Alveolus
DIAGNOSA
Anamnesa:
Identitas (jangan lupa umur klo anak lebih kuat, klo tua rapuh)
MOI: jatuh kena apa, arah jatuh, bagian yang terkena, posisi jatuh
Gejala penyerta:
Maksilla:
Nyeri mulut waktu dikatupkan
Nyeri di pipi
Gigi ada yang lepas tidak
Ada cairan keluar dri hidung /tidak darah/csf/cairan hidung
Gangguan bicara suara berubah
Mandibula:
Nyeri mulut bag. Bawah waktu digerakkan, saat membuka mulut
Tidak dapat membuka mulut +/- 3 jari
Ada gigi lepas /tidak
bibir bag, bawah terasa/tidak jika rusak n. mandibula
Zygoma
Nyeri mulut bag. Bawah waktu digerakkan, saat membuka mulut
Tidak dapat membuka mulut karena processus coronoid
ggg, penglihatan diplopia, ada tekanan di belakang mata
Nyeri periorbita
Nasal
Nyeri hidung
Mimisan
Hidung terasa bengkok, buntu
Alveolar
Nyeri gigi
Gigi lepas
PEMFIS
Inspeksi
Bentuk asimetris/tidak
Edema
Vulnus apertum
Obstruksi hidung( pakai alat forcep arch)
Ada darah/csf keluar dari hidung/tidak
Enoftalmus pada blow out zygoma
Perdarahan
Maloklusi open bite
Malar prominence hilang dri bawah
Subkonjungtival bleeding, ekimosis periorbita
Pergerakan mata abnormal
Pada kasus :
Dagu luka
Bibir bengkak, terdapat vulnus apertum
Deformitas mandibula deviasi rahang ke bag. Yang sehat
Gigi insicivus 1, 2 tapi tanyaaa duluu sdh gtu sblom jatuh ga?????
Palpasi sebelumnya boleh dikasi anti nyeri
Di palpasi mulai dari supraorbita (ada diskontinuitas tdk?) – arkus zygoma – korpuys zygoma – margo
infraorbita – nasal – maksila – mandibula
Regularitas tulang keras/lunak
Step deformity pada infra/supraorbita
Ggg. Sensoris
cek ada anestesi/tidak pada bibir bag. Bawah mandibula
cek ada anestesi/tidak pada infraorbita zygoma
Cari krepitasi
Nyeri tekan
u/ maksila floating maksila dari klo + le fort II/III
TERIMA KASIH