Anda di halaman 1dari 13

REFLEKSI KASUS STASE MATA

“UVEITIS ANTERIOR”

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Kepaniteraan Klinik


Di Bagian Ilmu Kesehatan Mata
Pada Program Pendidikan Dokter Tahap Profesi
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana

Disusun Oleh:

I Gede Nanda Giri Gowinda (42180270)


Ketut Sauca Sanjiwandari (42180271)

Penguji :
dr. Edy Wibowo, Sp. M, MPh

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA


RUMAH SAKIT BETHESDA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2019
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS
Nama : Ny. L
Tanggal Lahir : 20 Juni 1970
Usia : 48 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Limus Pratama Regency RT.001 RW.008
Pekerjaan : IRT
Tanggal Periksa : 06 Mei 2019
No. RM : 0173xxxx

II. ANAMNESIS
Tanggal : 06 Mei 2019
A. Keluhan Utama
Mata kanan buram

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengeluhkan mata kanan buram sejak ± 1 minggu yang
lalu. Penglihatan juga dirasakan kadang seperti berbayang, dan
dirasakan buram sepanjang hari. Tidak terdapat adanya mata berair,
sekret berlebih, perih, maupun gatal pada kedua mata. Pasien tidak
mengetahui ada kemerahan pada mata kanannya atau tidak. Pasien
juga sering merasa terlalu silau bila melihat cahaya dan terasa
berdenyut pada mata. Pada kedua mata tidak tampak ada masa maupun
perlukaan. Pasien sehari-hari bukan merupakan pengguna kacamata
maupun lensa kontak. Pasien tidak memiliki riwayat trauma di area
kepala maupun mata.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan mulai dirasakan oleh pasien sejak bulan Januari 2019,
dimana pasien sering merasa nyeri pada bagian kepala, terutama di
area dahi dan puncak kepala. Nyeri ini dulunya hilang timbul, namun
beberapa bulan setelahnya menjadi lebih sering. Pasien juga sedang
mengalami sakit pada giginya, namun pasien tidak terlalu
memperhatikan masalah gigi karena tidak terlalu mengganggu. Pada
gigi pasien juga terdapat karies dentis namun belum diberikan
penanganan.
Pasien tidak memiliki riwayat terkena Herpes dan Varicella,
pasien juga tidak memiliki riwayat sakit tertentu.

D. Riwayat Penyakit Keluarga


 Keluhan serupa : (-)
 DM, Hipertensi, alergi : (-)

E. Riwayat Pengobatan
 Pasien baru pertama kali periksa ke dokter Mata

F. Life style
 Pasien sehari-harinya beraktivitas sebagai ibu rumah tangga. Hobi
pasien adalah menonton TV dan bila sudah menonton TV bisa
lama sekali. Tidak ada riwayat penggunaan kosmetik di area mata.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88x/menit
Respirasi : 18x/menit
Suhu : 36,7ºC

STATUS GENERALIS
A. Kepala
 Ukuran Kepala : Normochepali
 Mata : Sesuai status lokalis
 Hidung : Bentuk normal, deviasi septum (-), sekret (-)
 Mulut : Bibir kering (-), stomatitis (-), mukosa mulut
basah, sianosis (-), karies dentis (+)
 Leher : Limfonodi tidak teraba, nyeri tekan (-),
pembesaran tyroid (-)

B. Thorax
 Inspeksi : Dada simetris, kelainan bentuk dada (-),
ketinggalan gerak (-)
 Palpasi : Fremitus kanan-kiri normal, ictus cordis teraba
di SIC 5 linea midclavicularis sinistra
 Perkusi : Sonor +/+, batas jantung normal
 Auskultasi : Suara paru vesikuler(+/+), ronki (-/-),
wheezing (-/-), suara jantung S1 dan S2 reguler
tunggal, bising (-)

C. Abdomen:
 Inspeksi : Supel (+), distensi (-), jejas (-), benjolan/
massa (-)
 Auskultasi : Peristaltik usus normal
 Perkusi : Timpani di sembilan regio, nyeri ketuk (-)
 Palpasi : Nyeri tekan (-)
D. Ekstremitas
 Atas : Akral teraba hangat, edema (-) , CRT< 2 detik
 Bawah : Akral teraba hangat, edema (-), CRT < 2 detik

STATUS LOKALIS MATA

OD Pemeriksaan OS
S+ 1.00 Visus S+ 1.00
Tenang Palpebra Superior Tenang
Tenang Palpebra Inferior Tenang
Konjungtiva
Tenang Tenang
Tarsalis Superior
Tenang Konjungtiva Bulbi Tenang
Konjungtiva
Tenang Tenang
Tarsalis Inferior
Prespitat keratik (+) Kornea Jernih
Flare (+), cells (+) COA Dalam & jernih
Bulat, sentral, diameter Bulat, sentral, diameter
Iris/Pupil
±3mm, refleks cahaya (+) ±3mm, refleks cahaya +/+
Jernih Lensa Jernih
Jernih Fundus Media Jernih
Refleks (+) Makula Refleks (+)
Papil bulat, batas tegas, Papil bulat, batas tegas,
C/D ratio 0.4, rasio arteri : Retina C/D ratio 0.4, rasio arteri :
vena = 2:3 vena = 2:3
Dengan tonometri Dengan tonometri
TIO
15 14
Bebas bergerak ke segala Bebas bergerak ke segala
MBO
arah arah

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tidak dilakukan

V. DIAGNOSIS
OD Uveitis Anterior
VI. DIAGNOSIS BANDING
 Uveitis Anterior
 Uveitis Intermediet
 Uveitis Posterior

VII. PENATALAKSANAAN
Farmakologi
 Fluorometholone eye drops 0,1%, 1-2 tetes 2-4x/hari
 Timolol Maleate eye drops 0,5%, 1 tetes 2x/hari

VIII. EDUKASI
 Menjaga kebersihan wajah dan membiasakan mencuci tangan sebelum
menyentuh wajah terutama mata
 Penggunaan obat secara teratur dan kontrol
 Jangan menggunakan lensa kontak
 Hindari debu, cahaya berlebih, dan paparan udara yang kering (pakai
kacamata)
 Jangan mengucek mata
 Menjaga nutrisi, makan sayur dan buah-buahan

IX. PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam


Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
BAB I
PENDAHULUAN

Uveitis adalah peradangan atau inflamasi yang terjadi pada lapisan traktus uvealis yang
meliputi peradangan pada iris, korpus siliaris dan koroid yang disebabkan oleh infeksi,
trauma, neoplasia, atau proses autoimun. Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea
yang mengalami inflamasi biasanya juga ikut mengalami inflamasi. Peradangan pada uvea
dapat mengenai hanya bagian depan jaringan uvea atau selaput pelangi (iris) yang disebut
iritis. Bila mengenai bagian tengah uvea maka disebut dengan siklitis. Iritis biasanya akan
diikuti dengan siklitis yang disebut iridosiklitis atau disebut juga dengan uveitis anterior.
Uveitis anterior merupakan penyakit mendadak yang biasanya terjadi selama 6-8 minggu.
Bila radang mengenai selaput hitam bagian belakang mata disebut koroiditis. Kelainan
inflamasi di traktus uvealis berhubungan dengan penyakit-penyakit sistemik dan beberapa
diantaranya mengancam nyawa bila tidak dikenali. Kasus uveitis yang paling banyak ditemui
yaitu uveitis anterior sekitar 90,6% dari kasus uveitis.

Uveitis anterior kelihatanya tidak berbahaya, akan tetapi bisa menyebabkan morbiditas
yang berat bila tidak diterapi dengan benar. Uveitis menyebabkan morbiditas yang berasal
dari pembentuk sinekia posterior (perlengkatan antara iris dan lensa) yang menyebabkan
peningkatan tekanan intraokular dan kehilangan saraf optik. Uveitis merupakan salah satu
penyebab kebutaan di dunia termasuk di Indonesia. Kebutaan dapat terjadi akibat terapi yang
tidak adekuat. Insiden uveitis pada dewasa yaitu 15/100.000 orang kasus pertahun. Penderita
uveitis dengan kasus baru di Amerika Serikat sebanyak 45.000 pertahun dan 10%
menyebabkan kebutaan. Uveitis dapat terjadi pada semua usia, akan tetapi kebanyakan
penderita berusia 20-50 tahun dan insiden menurun pada usia 70 tahun. Uveitis lebih banyak
ditemukan di negara-negara berkembang dibandingkan di negara-negara maju karena lebih
tingginya prevalensi infeksi yang bisa mempengaruhi mata seperti toksoplasmosis dan
tuberkulosis di negara-negara berkembang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. ANATOMI UVEA
Uvea atau traktus uvealis merupakan lapisan vaskular di dalam bola mata yang
dilindungi oleh kornea dan sklera, yang terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid.
Vaskularisasi uvea berasal dari arteri siliaris anterior dan posterior yang berasal dari
arteri oftalmika. Vaskularisasi iris dan badan siliaris berasal dari sirkulus arteri
mayoris iris yang terletak di badan siliaris yang merupakan anastomosis arteri siliaris
anterior dan arteri siliaris posterior longus. Vaskularisasi koroid berasal dari arteri
siliaris posterior longus dan brevis. Fungsi dari uvea antara lain : Regulasi sinar ke
retina,Imunologi (bagian yang berperan dalam hal ini adalah khoroid), Produksi
akuos humor oleh korpus siliaris, dan sebagai nutrisi.
1. Iris

Iris merupakan suatu membran datar sebagai lanjutan dari badan siliar ke depan
(anterior). Iris terletak diantara lensa dan kornea. Iris mengandung melanosit dan
serat otot polos sirkular dan radial. Permukaan iris warnanya sangat bervariasi dan
mempunyai lekukan-lekukan kecil terutama sekitar pupil yang disebut kripte.
Banyaknya melanin pada iris menentukan warna mata. Mata terlihat hitam dan coklat
ketika mengandung banyak melanin, biru ketika melanin sangat rendah dan hijau
ketika melanin sedang. Di bagian tengah iris terdapat lubang yang disebut pupil yang
berfungsi untuk mengatur besarnya sinar yang masuk mata. Pada iris terdapat 2
macam otot yang mengatur besarnya pupil, yaitu : Musculus dilatator pupil yang
berfungsi untuk melebarkan pupil dan Musculus sfingter pupil yang berfungsi untuk
mengecilkan pupil. Kedua otot tersebut memelihara ketegangan iris sehingga tetap
tergelar datar. Dalam keadaan normal, pupil kanan dan kiri kira-kira sama besarnya,
keadaan ini disebut isokoria. Apabila ukuran pupil kanan dan kiri tidak sama besar,
keadaan ini disebut anisokoria. Iris menipis di dekat perlekatannya dengan badan
siliar dan menebal di dekat pupil.

Pembuluh darah di sekeliling pupil disebut sirkulus minor dan yang berada dekat
badan siliar disebut sirkulus mayor. Iris dipersarafi oleh nervus nasoiliar cabang dari
saraf cranial III yang bersifat simpatik untuk midriasis dan parasimpatik untuk
miosis.

2. Korpus Siliaris

Korpus siliaris merupakan susunan otot melingkar dan mempunyai sistem


eksresi dibelakang limbus. Badan siliar dimulai dari pangkal iris ke belakang sampai
koroid terdiri atas otot-otot siliar dan prosesus siliaris. Otot-otot siliar berfungsi untuk
akomodasi. Badan siliar berbentuk cincin yang terdapat di sebelah dalam dari tempat
tepi kornea melekat di sklera. Badan siliar merupakan bagian uvea yang terletak
antara iris dan koroid.
Korpus siliaris yang secara kasar berbentuk segitiga pada potongan melintang,
membentang ke depan dari ujung anterior khoroid ke pangkal iris (sekitar 6 mm).
Korpus siliaris terdiri dari suatu zona anterior yang berombak-ombak (pars plikata)
dan zona posterior yang datar (pars plana). Prosesus siliaris berasal dari pars plikata.
Prosesus siliaris ini terutama terbentuk dari kapilerkapiler dan vena yang bermuara ke
vena-vena vortex. Kapiler-kapilernya besar dan berlubang-lubang sehingga
membocorkan floresein yang disuntikkan secara intravena. Ada 2 lapisan epitel
siliaris, satu lapisan tanpa pigmen di sebelah dalam, yang merupakan perluasan
neuroretina ke anterior, dan lapisan berpigmen di sebelah luar, yang merupakan
perluasan dari lapisan epitel pigmen retina. Prosesus siliaris dan epitel siliaris
pembungkusnya berfungsi sebagai pembentuk aqueus humor
Badan siliar menghasilkan humor akuos. Humor akuos ini sangat menentukan
tekanan bola mata (tekanan intraokular = TIO). Humor akuos mengalir melalui
kamera okuli posterior ke kamera okuli anterior melalui pupil, kemudian ke angulus
iridokornealis, kemudian melewait trabekulum meshwork menuju canalis Schlemm,
selanjutnya menuju kanalis kolektor masuk ke dalam vena episklera untuk kembali
ke jantung.

3. Koroid

Koroid merupakan bagian uvea yang paling luar, terletak antara retina (di
sebelah dalam) dan sklera (di sebelah luar). Koroid berbentuk mangkuk yang tepi
depannya berada di cincin badan siliar. Koroid adalah jaringan vascular yang terdiri
atas anyaman pembuluh darah. Koroid kaya akan pembuluh darah yang memberikan
nutrisi untuk segmen posterior dari retina. Retina tidak menempati (overlapping)
seluruh koroid, tetapi berhenti beberapa millimeter sebelum badan siliar. Bagian
koroid yang tidak terselubungi retina disebut pars plana.
II. UVEITIS
Uveitis adalah peradangan atau inflamasi yang terjadi pada lapisan traktus
uvealis yang meliputi peradangan pada iris, korpus siliaris dan koroid. Klasifikasi
uveitis dibedakan menjadi empat kelompok utama, yaitu klasifikasi secara anatomis,
klinis, etiologis, dan patologis. Penyakit peradangan traktus uvealis umumnya
unilateral, biasanya terjadi pada orang dewasa dan usia pertengahan. Uveitis
merupakan peradangan dari komponen ini dan jaringan sekitarnya seperti sklera,
retina dan nervus optikus. Uveitis biasanya idiopatik tetapi mungkin bisa dicetuskan
oleh faktor genetik, traumatik, imun atau mekanisme infeksi.

III. UVEITIS ANTERIOR


IV.
DAFTAR PUSTAKA

.
Seve, Pascal et al. Uveitis: Diagnostic work-up. A literature review and
recommendations from an expert committee. Autoimmunity Reviews. Elsevier. 2017

Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata, Edisi III, Cetakan I, Balai Penerbit FK UI, Jakarta.
2004

SU,Suhardjo, Hartono. 2007. Ilmu Kesehatan Mata. Balai Penerbit FK UGM.

Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Cetakan I, Widya Medika, Jakarta,
2000

Yanoff & Duker. Ophtalmology. Edisi 3. Elsevier. 2008

Anda mungkin juga menyukai