Oleh
G Wakanno, M.Kep
Menjelaskan fokus Pemeriksaan pada
Pemeriksaan Kulit
Pemeriksaan Kuku
Pemeriksaan Rambut
Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening
Pemeriksaan Kepala dan Leher
Pemeriksaan Dada
Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan Genetalia
Pemeriksaan Tulang Belakang dan Ekstremitas
Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan Kulit
Pemeriksaan kulit dilakukan untuk menilai warna, adanya
sianosis, ikterus, ekzema, pucat, purpura, eritema, makula,
papula, pustule, ulkus, turgor kulit, kelembapan kulit, tekstur
kulit, dan edema.
Faring
Inspeksi : hiperemia, edema, abses retrofaringeal, peritonsial, atau lainnya.
Edema faring : ditandai dengan mukosa yang pucat dan sembab, pada difteri dapat
ditentukan dengan adanya bercak putih abu-abu yang sulit diangkat
(pseudomembran).
Laring
Berhubungan dengan pemeriksaan pernapasan.
Obstruksi pada laring : suara mengalami stridor yang disertai batuk dan serak.
Leher
Tekanan vena jugularis
Dilakukan dengan cara mengkondisikan pasien dalam posisi
terlentang dengan dada dan kepala diangkat setinggi 15-30 derajat,
dicek apakah terdapat distensi pada vena jugularis.
Ada tidaknya masa pada leher
Pada bayi, posisikan tubuh dalam keadaan terlentang dan kelenjar tiroid
diraba dari kedua sisi dengan jari-jari telunjuk dan tengah, perhatikan
adanya pergerakan ke atas tiroid apabila pasien menelan.
inspeksi dan palpasi :
Bentuk leher simetris atau tidak, ektomorf/kurus ditemukan
pada orang dengan gizi jelek, atau TBC, sedangkan endomorf
ditemukan pada pasien obesitas, adakah peradangan ,jaringan
parut, perubahan warna, dan massa
Kelenjar tiroid. Palpasi kelenjar tiroid dengan cara:
Berdiri di depan pasien dan letakkan tangan anda pada
leher pasien
Palpasi fosa suprasternal dengan jari telunjuk dan jari
tengah
Minta pasien untuk minum atau menelan untuk
memudahkan palpasi
Jika teraba kelenjar tiroid, identifikasi bentuk, ukuran,
dan konsistensi.
Hasil pemeriksaan leher normal:
Bentuk simetris antara kanan dan kiri
Warna sama dengan warna kulit
Tidak ada pembesaran limfe
Tidak ada peningkatan tekanan vena jugularis (jugularis
vena presure, JVP), nilai normal JVP= 5-2 cmHg
Pergerakan bebas ke semua arah tidak ada nyeri
Hasil pemeriksaan leher abnormal
Bentuk tidak simetris, ditemukan pembengkakan
karena aneurisma arteri karotis atau tumor;ada
pembesaran kelenjar tiroid; dan pembesaran kelenjar
limfe yang terjadi akibat infeksi sistemik, leukemia atau
limfoma malignum
Pergerakan leher terbatas, ditemukan kaku kuduk
karena meningitis atau tetanus
Peningkatan JVP yang dapat disebabkan oleh gagal
jantung atau tumor intratorakal.
Trakea bergeser ke salah satu sisi akibat fibrosis paru
atau tumor mediastinum.
Pemeriksaan Dada
• Garis atau batas dada
– a. garis midsternal
• Garis ventrikal melalui pertengahan sternum
– b. garis sternal
• Garis sejajar dengan garis midsternal melalui tepi sternum kanan dan kiri.
– c. garis parasternal
• Garis sejajar dengan garis midsternal melalui titik 1 cm lateral dari garis sternal kanan dan kiri.
– d. garis midklavikularis
• Garis sejajar dengan garis midsternal melalui pertengahan klavikula kanan dan kiri.
– e. garis aksilaris anterior
• Garis sejajar dengan garis midsternal melalui lipatan aksilaris anterior.
– f. garis midaksilaris (aksilaris medial)
• Garis sejajar dengan garis midsternal melalui pertengahan garis aksilaris anterior dan posterior.
– g. garis aksilaris posterior
• Garis sejajar dengan garis midsternal melalui lipatan aksilaris posterior.
– h. garis midspinalis
• Garis vertical di tengah punggung melalui prosesus spinosus tulang belakang.
– i. garis midskapularis
• Garis sejajar dengan garis midspinalis melalui puncak scapula.
Inspeksi
Palpasi
Simetris atau asimetris dada yang dapat diperoleh dari adanya benjolan
abnormal, pembesaran kelenjar limfe pada aksila, dan lain-lain.
Vocal fremitus : getaran pada daerah toraks saat bicara atau menangis yang
sama dalam kedua sisi thoraks. Penilaiananya apabila meninggi suaranya maka
terjadi kosolidasi seperti pneumonia dan apabila menurun terjadi obstruksi,
atelektasi, pleutitis, efusi pleura, tumor pada paru. Caranya dengan
meletakkan telapak tangan kanan dan kiri pada daerah dada atau punggung.
Krepitasi subkutis : udara pada daerah bawah jaringan kulit. Krepitasi ini dapat
terjadi spontan, setelah trauma atau tindakan trakeostomi, dan lain-lain.
• Perkusi
– Dapat dilakukan dengan cara langsung (mengetuk ujung jari atau jari telunjuk
langsung ke dinding dada), dan cara tidak langsung (meletakkan satu jari pada
dinding dada dan mengetuknya dengan jari tangan lainnya) dimulai dari atas ke
bawah atau dari kanan ke kiri, kemudian dibandingkan hasilnya.
– Hasil pemeriksaan :
• Sonor : suara paru normal
• Redup atau pekak : suara perkusi yang berkurang normalnya pada daerah
scapula, diafragma, hati, dan jantung. Suara pekak atau redup biasanya
merupakan konsolidasi jaringan paru seperti pada atelectasis, pneumonia
lobaris. Pekak pada daerah hati terdapat di daerah iga keenam pada garis
aksilaris media kanan yang menunjukkan adanya gerakan pernapasan, yaitu
turun pada saat inspirasi dan naik pada ekspirasi, dan pada anak khususnya di
bawah 2 tahun, akan mengalami kesulitan.
• Hipersonor atau timpani : udara dalam paru bertambah atau pleura
bertambah seperti pada emfisema paru atau pneumotoraks.
• Auskultasi
– Menilai suara napas dasar dan suara napas tambahan yang dilakukan di seluruh
dada dan punggung.
– Bandingkan suara napas dari kanan ke kiri, kemudian dari bagian atas ke bawah,
dan tekan daerah stetoskop dengan kuat. Khusus pada bayi, suara napasnya akan
lebih keras karena dinding dada masih tipis.
Suara Napas Dasar
Vesikuler : suara napas normal. Udara masuk dan keluar melalui jalan
napas dan suara inspirasi lebih keras dan panjang daripada suara ekspirasi.
Apabila suara vesikuler ini melemah, maka terjadi penyempitan pada daerah
bronkus, atau keadaan ventilasi yang kurang seperti pada pneumonia,
atelectasis sedema paru, efusi pleura, emfisema, pneumotoraks, dan vesikuler
mengeras apabila konsolidasi bertambah seperti pneumonia, adanya tumor,
dll. Khususnya pada asma, suara napas saat ekspirasi lebih panjang disbanding
inspirasi.
Bronkial : suara napas yang inspirasinya keras, disusul dengan ekspirasi
yang jga keras. Suara ini normal terdengan pada daerah bronkus besar
kanan dan kiri, di daerah parasternal atas dada depan, dan daerah
interskapular di belakang. Apabila terjadi pada daerah lain, kemungkinan
terjadi konsolidasi paru.
Amforik : suara yang menyerupai bunyi tiupan di atas mulut botol kosong.
Cog wheel breath sound : suara napas yang terdengar secara putus-putus,
tidak terus-menerus pada saat inspirasi ataupun saat ekspirasi. Hal ini
dapat menunjukkan adanya kelainan pada bronkus kecil.
Metamorphosing breath sound : suara napas dengan awalnya yang halus
kemudian mengeras, namun dapat pula dimulai dari suara vesikuler
kemudian menjadi bronkial
Suara Napas Tambahan
• Ronki basah (rales) : suara seperti vibrasi terputus-putus tidak terus-
menerus yang terjdi akibar getaran karena cairan dalam jalan napas dilalui
oleh udara.
Ronki kering (ronchi) : suara terus menerut yang terjadi karena udara
melalui jalan napas yang menyempit akibat proses penyempitan jalan
napas atau adanya jalan napas yang obstruksi dan lebih terdengar pada
saat ekspirasi daripada saat inspirasi.
• Wheezing : suara napas yang termasuk dalam ronki kering, akan tetapi
terdengar secara musical atau sonor apabila dibandingkan dengan ronki
kering, dan lebih terdengar pada saat ekspirasi.
• Krepitasi : suara napas yang terdengar abibat membukanya alveoli. Suara
krepitasi terdengar normal pada daerah belakang bawah dan samping
pada saat inspirasi yang dalam, sedangkan patologis terdapat pada
pneumonia lobaris.
• Gesekan pleura (pleura friction rub) : suara akibat gesekan pleura yang
terdengar kasar seolah-olah dekat dengan telinga pemeriksa, terjadi pada
saat inspirasi maupun ekspirasi, namun terdengar lebih jelas pada saat
akhir inspirasi.
Jantung
• Inspeksi dan Palpasi
– Denyut apeks atau aktivitas ventrikel (iktus kordis) : denyut jantung yang dapat
dilihat pada daerah apeks, yaitu sela iga keempat pada garis midklavikularis
kiri atau sedikit lateral. Denyut ini dapat terlihat apabila trjadi pembesaran
ventrikel. Apabila pada daerah ventrikel kiri besar, maka apeks jantung
bergeser ke bawah dan ke lateral.
– Detak pulmonal : detak jantung yang apabila tidak teraba pada bunyi jantung
II, maka dalam keadaan normal. Sebaliknya, apabila bunyi jantung II mengeras
dan dapat diraba pada sela iga kedua tepi kiri sternum, maka disebut sebagai
detak pulmonal (pulmonary tapping)
– Getaran bising (thrill) : getaran dinding dada akibat bising jantung keras yang
terjadi pada kelainan organik.
• Perkusi
– Menilai adanya pembesaran pada jantung (kardimegali) serta batasan dari
organ jantung, dilakukan di daerah sekitar jantung dari perifer hingga ke
tengah
Auskultasi
Mendengarkan mulai dari apeks, ke tepi kiri sternum bagian bawah, bergeser ke atas sepanjang
tepi kiri sternum, tepi kanan sternum daerah infra dan suoraklavikula kanan/kiri, lekuk
suprasternal daerah karotis di leher kanan atau kiri, dan seluruh dada.
Secara tradisional auskultasi dilakukan di daerah mitral, yaitu di apkes, untuk trikuspidalis di
parasternal kiri bawah, daerah pulmonal pada sela iga iga kedua tepi kiri sternum dan daerah
aorta di sela iga kedua tepi kanan sternum.
Bunyi jantung I : katup mitral dan trikuspidalis menutup pada permulaan sistol (kontraksi),
bersamaan dengan iktus kordis, denyut karotis terdengar jelas di apkes. Bunyi jantung II : katup
aorta dan katup pulmonal menutup pada permulaan diastole (relaksasi jantung), paling jelas di
sela iga kedua tepi kiri sternum, terpecah pada inspirasi dan tunggal pada ekspirasi. Bunyi
jantung III : vibrasi yang disebabkan oleh pengisisan ventrikel yang cepat (bernada rendah
terdengar baik di apeks atau parasternal kiri bawah dan lebih jelas bila miring ke kiri),
kemudian abnormal bila ada pengerasan dan takikardia serta iramanya derap. Bunyi jantung IV
: tahanan terhadap pengisian ventrikel setelah kontraksi atrium (bernada rendah, tidak terdengar
pada bayi dan anak), keadaan patologis bila ada bunyi derap.
Irama derap : terdengar apabila bunyi jantung III dan IV terdengar secara keras kemudian
disertai dengan adanya takikardia seperti derap kuda yang berlari.
Bising jantung : adanya arus darah turbulen yaitu melalui jalan yang abnormal atau sempit
dengan penilaian seperti fase bising (antara lain fase sistolik terdengar antara bunyi jantung I
dan II; sedangkan fase diastolok terdengar antara bunyi jantung II dan I), bentuk bising, derajat,
atau intensitas bising (antara lain derajat 1/6: bising lemah hanya terdengar oleh para ahli yang
berpengalaman; derajat 2/6: bising lemah mudah terdengar dengan penjalaran minimal; derajat
3/6: bising keras, tidak disertai getaran bising penjalaran sedang; derajat 4/6: bising keras
disertai getaran bising dengan penjalaran lurus; derajat 5/6: bisisng sangat keras, tetapi keras
bila stetoskop ditempelkan saja, penjalaran lurus; derajat 6/6: bising paling keras, meskipun
stetoskop diangkat dari dinding dada dengan penjalaran luas.
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : ukuran dan bentuk perut
Bentuk perut simetris : indikasi adanya hipokalemi, hipotiroid,
penimbunan lemak, perforasi, asites, dan ileus obstruksi.
Buncit asimetris : poliomyelitis, pembesaran organ intraabdominal,
dan ileus.
Gerakan dinding perut : ditemukan pada usia 6-7 tahun, gerakan
berkurang pada apendisitis, peritonitis, dan ileus.
Auskultasi
Peristaltik usus : normal terdengar setiap 10-30 detik.
Peristaltik usus meningkat (nyaring) pada obstruksi traktus
gastrointestinal dan menurun pada peritonitis atau ileus. Suara bising
(bruit) dapat terdengar di seluruh permukaan perut pada koarktasio
aorta abdominalis, dan apabila suara ini dapat terdengar pada daerah
ginjal bagian posterior, kemungkinan dapat terjadi adanya kontriksi
salah satu arteri renalis.
Perkusi
Dilakukan melalui epigastrium secara simetris menuju bagian bawah
abdomen.
Penilaian normal (bunyi timpani) pada seluruh lapang abdomen,
sedangkan bunyi abnormal menunjukkan adanya obstruksi saluran
gastrointestinal, ileus, dan lain-lain, dan adanya asites dapat diketahui
melalui redup yang berpindah perkusi dari umbilicus ke sisi perut
(shifting dullnes)
Palpasi
Dilakukan dengan cara monomanual (satu tangan) atau bimanual (dua
tangan) seperti pada palpasi lapang atau dinding abdomen dengan
adanya nyeri tekan, ketegangan dinding perut, palpasi pada hati
(normal umur 5-6 tahun teraba 1/3 dengan tepi tajam, konsistensi
kenyal, permukaan rata, dan tidak ada nyeri tekan), palpasi limfa
(normal masih teraba 1-2 cm di bawah arkus kosta), dan palpasi ginjal
(normal tidak teraba, kecuali pada neonates) dengan cara meletakkan
tangan kiri pemeriksa di bagian posterior tubuh dan jari telunjuk
menekan masa ke atas, sedangkan tangan kanan melakukan palpasi.
Pemerikasaan juga dilakukan pada anus dan rectum : menilai keadaan
kongenital, seperti adanya fisura, polip, atau tanda-tanda radang.
Palpasi pasien yang mengalami Asites
1. Karena pengkajian gelombang cairan asites memerlukan tiga
tangan, minta pasien atau perawat lain untuk membantu
2. Minta pasien untuk berbaring telentang
3. Minta pasien, atau perawat lain menekan area tepat sepanjang
garis tengah vertikal dari abdomen menggunakan tepi tangan
4. Letakkan tangan anda disetiap sisi abdomen pasien dan ketuk
tajam salah satu sisi dengan ujung jari
5. Rasakan impuls gelombang cairan dengan ujung jari tangan
yang lainnya
Palpasi Ginjal
1. Posisikan diri anda berdiri di sisi kanan pasien
2. Saat melakukan palpasi ginjal kanan, letakan tangan kiri
anda di bawah panggul pasien dan elevasi ginjal ke arah
anterior
3. Letakkan tangan kanan anda pada garis midklavikula di tepi
bawah batas kosta
4. Tekankan tangan kanan anda saat pasien menarik nafas
dalam. Ginjal tidak akan teraba pada pasien dewasa yang
sehat, namun bagian bawah ginjal dapat terasa jika pasien
sangat kurus
5. Jika ginjal teraba, kaji kontur, ukuran, dan adanya nyeri
tekan
6. Lakukan palpasi ginjal kiri dengan anda tetap berdiri di sisi
kanan pasien
7. Letakan tangan kiri anda di bawah panggul pasien,
kemudian lakukan tindakan yang sama dengan prosedur
memalpasi ginjal kanan
•
Perkusi. Perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan memberikan
ketokan pada sudut kostovertebra. Perkusi pada pasien pielonefritis, batu
ginjal pada pelvis, dan batu ureter akan memberikan stimulus nyeri.
Auskultasi. Tanda yang penting adalah adanya bruit ginjal. Bruit ginjal paling
jelas terdengar tepat diatas umbilikus, kira-kira 2 cm dari sisi kiri atau sisi kanan
garis tengah. Dengarkan dengan permukaan diafragma dari stetoskop pada
kedua daerah tersebut.
Pemerikasaan Genetalia
Perempuan
Amati kuantitas dan penyebaran rambut pubis, bandingkan dengan
masa perkembangan pasien
Kaji adanya lesi, eritema, fisura, leukoplakiadan ekskoriasi pada area
pubis
Buka labia mayora menggunakan jari tangan yang tidak dominan
untuk mengkaji klitoris, labia minora, orifisium vagina dan perineum
Kaji setiap pembengkakan, ulkus, rabas dan nodul
Palpasi kelenjar Skene untuk mengkaji adanya rabas atau kekakuan
Perhatikan adanya epispadia (terbelahnya mons pubis, klitoris dan
uretra membuka di dorsal), adanya tanda-tanda seks sekunder, seperti
pertumbuhan rambut, payudara, serta cairan yang keluar dari lubang
genital.
Inspeksi dan Palpasie Genitalia Eksterna Pria
– Pada pria yang belum kitan, tarik prepusium untuk mengkaji glans
penis dan meatus uretra terhadap adanya cairan, lesi, edema dan
inflamasi
– Kaji batang penis untuk mengetahui adanya lesi, jaringan parut, atau
edema
– Palpasi batang penis menggunakan ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah
untuk mengetahui adanya area pengerasan atau nyeri lokal
– Kaji skrotum untuk ukuran warna bentuk, kesimetrisan, adanya lesi
atau edema
– Palpasi skrotum dan testis menggunakan ibu jari dan tiga jari bagian
tengah. Palpasi setiap testis dan amati ukuran, konsistensi dan bentuk
– Perhatiakn ukuran, bentuk penis, testis, serta kelaian yang ada seperti
hipospadia (orifisum uretra di ventrikel penis, biasanya dekat glans atau
sepanjang penis), epispadia (muara uretra pada dorsal pedis, mungkin
di glans atau batang penis), fimosis (permukaan prepusium sangat kecil
sehingga tidak dapat ditarik ke glans penis), adanya radang pada testis,
dan skrotum.
Laki-laki
Perhatiakn ukuran, bentuk penis, testis, serta kelaian yang ada
seperti hipospadia (orifisum uretra di ventrikel penis, biasanya
dekat glans atau sepanjang penis), epispadia (muara uretra pada
dorsal pedis, mungkin di glans atau batang penis), fimosis
(permukaan prepusium sangat kecil sehingga tidak dapat ditarik
ke glans penis), adanya radang pada testis, dan skrotum.
Pemeriksaan Tulang Belakang dan Ekstremitas
Inspeksi
Kelainan tulang belakang
Lordosis (devisiasi tulang belakang ke arah anterior)
Kifosis (deviasi tulang belakang ke arah posterior)
Skoliosis (deviasi tulang belakang ke arah samping)
Kelemahan, perasaan nyeri yang ada pada tulang belakang dengan cara
mengobservasi pada posisi terlentang, tengkurap, atau duduk.
Pemeriksaan tulang, otot, dan sendi dimulai dengan inspeksi pada jari-jari
seperti pada jari tabuh (clubbed finger). Pemerikassan ini dapat
mengidentifikasi adanya penyakit jantung bawaan atau paru kronis, nyeri
tekan, gaya berjalan, ataksia (inkoordinasi hebat), spasme otot, paralisis,
atrofi/hiperatrifi otot, kontraktur, dan sebagainya.
Pemeriksaan Neurologis
• Inspeksi
1. Kejang
2. Tremor/gemetar (gerakan halus yang konstan)
3. Twitching (gerakan spasmodic yang berlangsung singkat seperti otot lelah,
nyeri setempat)
4. Korea (gerakan ifolunter/tidak disadari, kasar, tanpa tujuan, cepat, tersentak-
sentak, tidak terkoprdinasi), parese (kelumpuhan otot tidak sempurna)
5. Paralisis (kelumpuhan otot yang smepurna)
6. Diplegia (kelumpuhan pada dua anggota gerak)
7. Paraplegia (kelumpuhan pada anggota gerak bawah)
8. Tetraplegia (kelumpuhan pada keempat anggota gerak)
9. Hemiparese/plegi (kelumpuhan pada sisi tubuh atau anggota gerak yang
dibatasi garis tengah di daerah tulang belakang)
Pemeriksaan Refleks
• Refleks superfisial
– Menggores kulit abdomen dengan empat goresan yang membentuk
segi empat di bawah xifoid ( di atas simpisis).
• Refleks tendon
– Biseps : terjadi fleksi sendi siku
– Triseps : ekstensi sendi siku
– Patela : ekstensi sendi lutut
– Achilles : terjadi fleksi plantar kaki
– Penilaian skala refleks 0 – 4+
• Refleks patologis
– Refleks Babinski : menggores permukaan plantar kaki dengan alat yang
sedikit runcing. Apabila terjadi reaksi ekstensi ibu jari, maka hasilnya
positif.
Pemeriksaan tanda meningeal
Kaku kuduk : pasien pada posisi terlentang, leher ditekuku. Apabila
dagu tertahan atau tidak menempel atau mengenai bagian dada,
maka terjadi kakukuduk (positif).
Brudznski I : pasien posisi terlentang, letakan satu tangan di bawah
kepala pasien yang terlentang, tangan lain diletakan di dada untuk
mencegah badan terangkat, kemudian kepala difleksikan ke dada.
Apabila kedua tungkai bawah akan fleksi (terangkat) pada sendi
panggul dan lutut, maka terdapat tanda meningeal.
Brundzski II : pasien posisi terlentang, fleksikan secara pasif tungkai
atas pada sendi panggul, ikuti fleksi tungkai lainnya. Apabila sendi
lutut lainnya dalam keadaan ekstensi, maka terdapat tanda meningeal.
Kernig : pasien posisi terlentang, fleksikan tungkai atas agar tegak
lurus, kemudian luruskan tungkai bawah pada sendi lutut. Dalam
keadaan normal, tungkai bawah dapat membentuk sudut 135 derajat
terhadapt tungkai atas.
Pemeriksaan kekuatan dan tonus otot
Nilai kekuatan otot (tonus Keterangan
otot)