Anda di halaman 1dari 70

PEMERIKSAAN FISIK

Oleh
G Wakanno, M.Kep
Menjelaskan fokus Pemeriksaan pada

 Pemeriksaan Kulit
 Pemeriksaan Kuku
 Pemeriksaan Rambut
 Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening
 Pemeriksaan Kepala dan Leher
 Pemeriksaan Dada
 Pemeriksaan Abdomen
 Pemeriksaan Genetalia
 Pemeriksaan Tulang Belakang dan Ekstremitas
 Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan Kulit
 Pemeriksaan kulit dilakukan untuk menilai warna, adanya
sianosis, ikterus, ekzema, pucat, purpura, eritema, makula,
papula, pustule, ulkus, turgor kulit, kelembapan kulit, tekstur
kulit, dan edema.

 Penilaian warna kulit untuk mengetahui adanya pigmentasi


dan kondisi normal yang dapat disebabkan oleh melanin pada
kulit.
Inspeksi
Warna kulit
 Coklat : menunjukkan adanya penyakit Addison atau tumor hipofisis.
 Biru kemerahan : menunjukkan polisitemia.
 Merah : alergi dingin, hipertermia, psikologis, alkohol, atau inflamasi lokal.
 Biru (sianosis) pada kuku : sianosis perifer oleh karena kecemasan atau
kedinginan atau sentral karena penurunan kapasitas darah dalam membawa
oksigen yang meliputi bibir, mulut, dan badan.
 Kuning : ikterus yang menyertai penyakit hati, hemolisis sel darah merah,
obstruksi saluran empedu, atau infeksi berat yang dapat dilihat pada sclera,
membrane mukosa, dan abdomen. Apabila ditemukan warna kining pada
telapak tangan, kaki dan muka, kemungkinan disebabkan karena terlalu banyak
makan wortel atau kentang.
 Pucat (merah muda pada orang kulit putih atau abu-abu pada kulit hitam):
menunjukkkan adanya sinkop, demam, syok, anemia.
 Kekurangan warna secara umum : Albinisme
Inspeksi
 Amati kelembapan daerah kulit
 Normal : agak kering
 Patologis : kulit kering pada daerah bibir, tangan, atau genetalia
menunjukkan adanya dermatitis kontak.

 Amati daerah membrane mukosa dengan cara buka daerah mulut


 Normal : membrane mukosa lembap
 Patologis : kekeringan yang menyeluruh disertai dengan lipatan dan
membrane mukosa yang lembap menunjukkan terlalu terpapar sinar
matahari, sering mandi, atau kurang gizi. Kering pada daerah mukosa
juga dapat disebabkan oleh dehidrasi atau kedinginan.
Palpasi
 Palpasi daerah kulit dengan punggung tangan pada ekstremitas dan bagian tubuh lain.
 Patologis :
 Hipertermia menunjukkan adanya demam, terbakar sinar matahari, gangguan
otak. Hipertermia lokal menunjukkan adanya luka bakar atau infeksi.
 Hipotermia menunjukkan adanya syok. Hipotermia lokal menunjukkan kulit
terpapar udara dingin.
 Tekstur kulit : inspeksi dan palpasi
 Normal : bayi dan anak memiliki kulit yang lembut
 Patologis :
 kulit kasar dan kering menunjukkan terlalu sering mandi, kurang gizi,
terpapar cuaca, atau gangguan endokrin.
 Kulit mengelupas atau bersisik pada jari-jari tangan atau kaki menunjukkan
adanya eczema, dermatitis, atau infeksi jamur.
 Sisik berminyak pada kulit kepala menunjukkan adanya dermatitis seboroika.
 Bercak-bercak hipopigmentasi serta bersisik pada muka dan tubuh bagian atas
menunjukkan eczema.
Palpasi
 Turgor kulit
 Normal : kulit kembali seperti semula dengan cepat tanpa meninggalkan
tanda ( < 2 detik). Dilakukan dengan mencubit lengan atas atau
abdomen.
 Patologis : lipatan kulit kembalinya lambat dan tanda menunjukkan
adanya dehidrasi atau malnutrisi, penyakit kronis, atau gangguan otot.
 Pemeriksaan edema kulit
 Tekan daerah kulit yang kelihatan membengkak dengan jari telunjuk.
 Patologis : lekukan telunjuk yang menetap setelah telunjuk diangkat
menunjukkan adanya pitting edema. Edema daerah periorbital
menunjukkan banyak menangis, alergi, baru bangun tidur, atau
penyakit ginjal. Edema pada ekstremitas bawah dan bokong
menunjukkan kelainan ginjal dan jantung.
Pemeriksaan lesi kulit
Inspeksi dan palpasi daerah kulit dengan memperhatikan distribusi, bentuk, warna, ukuran, dan
konsistensi seperti, sebagai berikut
– Makula
– Papula
– Nodul
– Tumor
– Bentol
– Vesikel
– Bula
– Pustula
– Sisik
– Erosi
– Ulkus
– Fisura
– Pelekia
– Ekimosis
 Makula
 Massa rata ukuran kecil < 1 cm berbeda dengan kulit sekitar.
 Patologis : bentol kecil atau besar yang berkelompok dapat menunjuukan
adanya urtikaria.
 Papula
 Massa padat menonjol ukuran kecil < 1 cm.
 Patologis : eritema, vesikel, krusta, ruam yang gatal pada pipi dan kulit kepala
menunjukkan dermatitis atopic (ekzema).
 Nodul
 Massa padat dan menonjol sedikit lebih besar (1-2 cm) dan lebih dalam dari
papula.
 Patologis : pembengkakan merah dan gatal menunjukkan dermatitis kontak.
 Tumor
 Massa padat dan menonjol lebih besar dari nodul dapat keras atau lunak.
 Patologis : pembengkakan pada kelenjar parotis yang sangat nyeri dapat
menunjukkan gondong.
 Bentol
 Area edema kulit sementara dan berbentuk tidak teratur.
 Vesikel
 Massa berisi cairan, < 1 cm, menonjol.
• Bula
– Massa yang berisi cairan, menonjol, lebih besar dari vesikel.
• Pustula
– Vesikel berisi eksudat purulens.
• Sisik
– Serpih tipis epidemis yang mengelupas.
• Krusta
– Eksudat purulens yang mongering.
• Erosi
– Lesi basa akibat epidermis superfisial yang menghilang.
• Ulkus
– Kehilangan permukaan kulit yang dalam dapat meluas sampai ke dermis dan jaringan subkutan.
• Fisura
– Retak lurus dan dalam pada kulit.
• Striae
– Garis-garis tipis ungu atau putih pada abdomen.
• Petekie
– Massa rata, bulat, merah tua, atau keunguan < 3 mm.
• Ekimosis
– Massa dengan ukuran dan bentuk bervariasi, mula-mula ungu, memudar menjadi hijau kuning,
kemudian coklat.
Pemeriksaan Kuku
 Inspeksi
 Warna, bentuk, dan keadaan kuku
 Adanya jari tabuh (clubbed finger) dapat menunjukkan penyakit
pernapasan kronis atau penyakit jantung.
 Bentuk kuku yang cekung atau cembung menunjukkan adanya
cedera, defisiensi besi, atau infeksi.
Pemeriksaan Rambut
 Inspeksi
 warna, kelebatan, distribusi, dan karakeristik rambut lainnya.
 Normal : rambut menutupi semua bagian tubuh kecuali telapak
tangan, telapak kaki, dan permukaan labia sebelah dalam.
 Rambut yang kering, rapuh, dan kekurangan pigmen dapat
menunjukkan adanya kekurangan gizi.
 Rambut yang jarang atau tumbuh kurang subur dapat menunjukkan
adanya malnutrisi, penyakit hipotiroidisme, efek obat, dan lain-lain.
Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening

 Palpasi : daerah leher atau inguinal.


Pembesaran dengan diameter > 10 mm
menunjukkan adanya kemungkinan tidak normal
atau indikasi penyakit tertentu.
Pemeriksaan Kepala dan Leher
Kepala
 Menilai lingkar kepala.
 Lingkar kepala yang lebih besar dari normal : makrosefali, biasanya
ditemukan pada penyakit hidrosefalus.
 Lingkar kepala yang kurang dari normal disebut mikrosefali.

 Ubun-ubun atau fontanel


 Normal : berbentuk datar.
 Ubun-ubun besar menonjol dapat ditemukan pada keadaan tekanan
intracranial meninggi.
 Ubun-ubun cekung dapat ditemukan pada kasus dehidrasi dan malnutrisi.
• Wajah
– Menilai wajah asimetris atau tidak.
– Wajah asimetris disebabkan oleh adanya paralisis fasialis, serta dapat menilai adanya pembengkakan
daerah wajah.
• Mata
1. Visus atau ketajaman penglihatan. Pemeriksaan dilakukan dengan pemberian rangsangan cahaya.
2. Palpebra simetris atau tidak.
a. Ptosis : palpebral tidak dapat terbuka.
b. Lagoftalmos : kelopak mata tidak dapat menutup dengan sempurna sehingga sebagian kornea
tidak dilindungi oleh kelopak mata.
c. Pseudo lagoftalmos : ditandai dengan kedua belah mata tidak tertutup sempurna.
d. Hordeolum : infeksi local pada palpebra.
3. Kelenjar lakrimalis dan duktus nasolakrimalis : diketahui dengan jumlah produksi air mata.
• Epifora : produksi air mata yang berlebihan.
4. Konjungtiva : ada tidaknya perdarahansubkonjungtiva yang dapat ditandai dengan adanya hiperemia
dan edema konjungtiva palpebral.
5. Sklera : normal berwarna putih. Warna lain mengindikasikan adanya penyakit lain.
6. Kornea : kejerniahan. Kornea yang keruh mengindikasikan adanya radang.
7. Pupil : normal berbentuk bulat, simetris, apabila diberi sinar dengan reflex cahaya langsung akan
mengecil. Midrasis atau dilatasi pupil menunjukkan adanya rangsangan simpatis, sedangan miosis
menunjukkan keadaan pupil yang mengecil.
• Pupil berwarna putih : adanya penyakit katarak.
8. Lensa : jernih atau keruhnya untuk memeriksa kemungkinan adanya katarak.
9. Bola mata. Bola mata menonjol (eksoftalmos) dan bola mata mengecil (enoftalmos). Strabismus atau
juling : sumbu visual tidak sejajar pada lapang gerakan bola mata. Nistagmus : gerakan bola mata
ritmik yang cepat dan horizontal.
 Telinga
 Telinga bagian luar : dimulai dengan pemeriksaan daun telinga dan liang
telinga dengan menentukan bentuk, besar, dan posisinya.
 Pemeriksaan liang telinga dapat dilakukan dengan bantuan otoskop.
 Membran timpani, normal berbentuk sedikit cekung dan mengilat. Lihat
adanya perforasi atau tidak.
 Mastoid : lihat adanya pembengkakan.
 Pendengaran : menggunakan garputala.
 Uji kemampuan kepekaan telinga :
 dengan bisikan pada jarak 4,5 – 6 M untuk menguji
kemampuan pendengaran telinga kiri dan kanan
 dengan arloji dengan jarak 30 Cm, bandingkan kemapuan
mendengar telinga kanan dan kiri
 dengan garpu tala lakukan uji weber: mengetahui
keseimbangan konduksi suara yang didengar klien,
normalnya klien mendengar seimbang antara kanan dan
kiri
 dengan garpu tala lakukan uji rinne: untuk
membandingkan kemampuan pendengaran antara
konduksi tulang dan konduksi udara, normalnya klien
mampu mendengarkan suara garpu tala dari kondusi udara
setelah suara dari kondusi tulang
 dengan garpu tala lakukan uji swabach: untuk
membandingkan kemampuan hantaran konduksi udara
antara pemeriksa dan klien, dengan syarat pendengaran
pemeriksa normal.
 Hidung
 Menilai kelainan bentuk hidung dan ada tidaknya epistaksis atau
mimisan.
 Pemeriksaan yang digunakan adalah pemeriksaan rinoskopi anterior
dan posterior.
Pemeriksaan rinoskopi anterior adalah pemeriksaan rongga hidung dari depan dengan
memakai spekulum hidung yang dimasukan ke dalam kavum nasi. Kemudian struktur
kavum nasi dilihat dengan menundukkan dan menegakan posisi kepala penderita. Yang
dilihat antara lain konka inferior nasi apakah ada tumor atau tanda-tanda radang
Rinoskopi Posterior: pemeriksaan dilakukan seperti pada pemeriksaan nasofaring.
dengan menggunakan spatel lidah
Mulut
 Trismus : kesukaran membuka mulut.
 Halitosis : bau mulut tidak sedap karena kurang dijaga kebersihannya.
 Labioskisis : bibir yang tidak simetris.
 Gusi : edema atau tanda-tanda radang.
 Lidah : adanya kelaian kongenital. Makroglosia : lidah yang terlalu besar.
Mikroglosia : lidah terlalu kecil. Glosoptosis : lidah tertarik ke belakang.
 Tremor : dengan cara menjulurkan lidah.

Faring
 Inspeksi : hiperemia, edema, abses retrofaringeal, peritonsial, atau lainnya.
 Edema faring : ditandai dengan mukosa yang pucat dan sembab, pada difteri dapat
ditentukan dengan adanya bercak putih abu-abu yang sulit diangkat
(pseudomembran).

Laring
 Berhubungan dengan pemeriksaan pernapasan.
 Obstruksi pada laring : suara mengalami stridor yang disertai batuk dan serak.
 Leher
 Tekanan vena jugularis
 Dilakukan dengan cara mengkondisikan pasien dalam posisi
terlentang dengan dada dan kepala diangkat setinggi 15-30 derajat,
dicek apakah terdapat distensi pada vena jugularis.
 Ada tidaknya masa pada leher
 Pada bayi, posisikan tubuh dalam keadaan terlentang dan kelenjar tiroid
diraba dari kedua sisi dengan jari-jari telunjuk dan tengah, perhatikan
adanya pergerakan ke atas tiroid apabila pasien menelan.
 inspeksi dan palpasi :
Bentuk leher simetris atau tidak, ektomorf/kurus ditemukan
pada orang dengan gizi jelek, atau TBC, sedangkan endomorf
ditemukan pada pasien obesitas, adakah peradangan ,jaringan
parut, perubahan warna, dan massa
Kelenjar tiroid. Palpasi kelenjar tiroid dengan cara:
Berdiri di depan pasien dan letakkan tangan anda pada
leher pasien
Palpasi fosa suprasternal dengan jari telunjuk dan jari
tengah
Minta pasien untuk minum atau menelan untuk
memudahkan palpasi
Jika teraba kelenjar tiroid, identifikasi bentuk, ukuran,
dan konsistensi.
Hasil pemeriksaan leher normal:
Bentuk simetris antara kanan dan kiri
Warna sama dengan warna kulit
Tidak ada pembesaran limfe
Tidak ada peningkatan tekanan vena jugularis (jugularis
vena presure, JVP), nilai normal JVP= 5-2 cmHg
Pergerakan bebas ke semua arah tidak ada nyeri
Hasil pemeriksaan leher abnormal
Bentuk tidak simetris, ditemukan pembengkakan
karena aneurisma arteri karotis atau tumor;ada
pembesaran kelenjar tiroid; dan pembesaran kelenjar
limfe yang terjadi akibat infeksi sistemik, leukemia atau
limfoma malignum
Pergerakan leher terbatas, ditemukan kaku kuduk
karena meningitis atau tetanus
Peningkatan JVP yang dapat disebabkan oleh gagal
jantung atau tumor intratorakal.
Trakea bergeser ke salah satu sisi akibat fibrosis paru
atau tumor mediastinum.
Pemeriksaan Dada
• Garis atau batas dada
– a. garis midsternal
• Garis ventrikal melalui pertengahan sternum
– b. garis sternal
• Garis sejajar dengan garis midsternal melalui tepi sternum kanan dan kiri.
– c. garis parasternal
• Garis sejajar dengan garis midsternal melalui titik 1 cm lateral dari garis sternal kanan dan kiri.
– d. garis midklavikularis
• Garis sejajar dengan garis midsternal melalui pertengahan klavikula kanan dan kiri.
– e. garis aksilaris anterior
• Garis sejajar dengan garis midsternal melalui lipatan aksilaris anterior.
– f. garis midaksilaris (aksilaris medial)
• Garis sejajar dengan garis midsternal melalui pertengahan garis aksilaris anterior dan posterior.
– g. garis aksilaris posterior
• Garis sejajar dengan garis midsternal melalui lipatan aksilaris posterior.
– h. garis midspinalis
• Garis vertical di tengah punggung melalui prosesus spinosus tulang belakang.
– i. garis midskapularis
• Garis sejajar dengan garis midspinalis melalui puncak scapula.
Inspeksi

1. Menilai bentuk dan besar dada


2. Kesimetrisan
3. Gerakan dada
4. Adanya deformitas
5. Penonjolan
6. Pembengkakan
Inspeksi
 Beberapa bentuk dada
Barrel chest : dada berbentuk bulat seperti tong,
sternum terdorong ke arah depan dengan iga horizontal
yang dapat ditemukan pada penyakit obstruksi paru
seperti asma, emfisema, dan lain-lain.
Pigeon chest : sering disebut dada burung, bagian
sternum menonjol ke arah luar, yaitu biasanya disertai
dengan depresi ventrikel pada daerah kostokodral.
Kelaianan ini dapat dilihat pada kasus osteoporosis.
Funnel chest : sternum bagian bawah serta iga masuk
ke dalam, terutama saat inspirasi, yang dapat
disebabkan oleh hipertrofi adenoid yang berat
Palpasi Dada
 Ekspansi Dada
 Posisikan diri anda di depan pasien dan letakan kedua telapak
tangan anda secara mendatar pada dinding dada pasien, dengan
kedua ibu jari menempel dan jari diregangkan ke arah lateral
dada.
 Minta pasien untuk menarik nafas dalam
 Amati pergerakan kedua tangan anda dan bandingkan antara
tangan kanan dan kiri
 Posisikan diri anda dibelakang pasien, kemudian letakan tangan
anda di sisi lateral dada pasien. perhatikan ekspansi dada ke
samping saat pasien bernafas
 Letakkan kedua tangan anda dipunggung pasien, dengan ibu jari
di sepanjang tonjolan tulang belakang setinggi kosta ke 10 dan
telapak tangan menyentuh punggung pasien.
 Setelah eksahalasi, minta pasien untuk bernafas dalam, observasi
pergerakan ibu jari pemeriksa.
 Bandingkan pergerakan kedua sisi dinding dada.
Fremitus Taktil.
1. Letakkan telapak tangan anda di punggung pasien, dekat
dengan apeks paru
2. Minta pasien untuk mengucapkan bilangan Tujuh puluh
tujuh
3. Ulangi langkah tersebut dengan tangan bergerak ke
bagian dasar paru
4. Bandingkan fremitus pada kedua sisi paru dan antara
apeks dengan dasar paru.
5. Lakukan palpasi fremitus taktil pada dinding dada pasien
6. Minta pasien untuk berbicara lebih keras atau dengan
nada lebih rendah jika fremitus redup
7. Area dan urutan palpasi fremitus taktil pada dada . A
Posterior B. Anterior

Gambar : Vokal fremitus
Gambar: kedua tangan digeser membandingkan
getaran ke bawah
Perkusi
Menempelkan jari tengah pemeriksa pada intercosta klien dan
mengetuk dengan jari tangan yang satunya, normalnya suara
dinding torak saat diperkusi adalah sonor. Hipersonor
menandakan adanya pemadatan jaringan paru atau penimbunan
cairan dalam dinding torak (pnemotorak)
Auskultasi
Suara nafas
 Vesikuler : terdengar di seluruh lapang paru dengan intensitas suara
rendah, lembut dan bersih.
 Bronchial : di atas manubrium sterni, suara tinggi, keras dan bersih
 Bronkovesikuler : Intercosta 1 dan 2, dan antara scapula, intensitas sedang
dan bersih
 Trakeal : di atas trakea pada leher, intensitas sangat tinggi ,keras
dan bersih

Suara Ucapan
 Anjurkan klien mengucapkan “tujuh puluh tujuh” berulang-ulang, dengan
stetoskop dengarkan pada area torak, normalnya intensitas suara kakan
dan kiri sama
 Kelainan yang dapat ditemuka :
 Bronkophoni : Suara terdengar lebih keras di banding sisi lain
 Egophoni : Suara bergema ( sengau )
 Pectoriloquy : Suara terdengar jauh dan tidak jelas
Suara tambahan
 Rales : Suara yang terdengar akibat exudat lengket saat inspirasi
 Rales halus , terdengar merintik halus pada akhir inspirasi
 Rales kasar , terdengar merintik sepanjang inspirasi
 Rales tidak hilang dengan batuk, tanda adanya cairan atau pus
di alveoli. Pada klien gagal jantung, atau pneumonia, atau fibrosis
paru.
 Ronchi : Akibat penumpukan exudat pada bronkus-bronkus besar,
terdengar pada fase inspirasi dan ekspirasi, hilang bila klien batuk.
Tanda-tanda pasien Bronkhitis
 Wheezing : Terdengar ngiik-ngiik saat ekspirasi akibat penyempitan
bronkus. Nada tinggi, seperti peluit. Tanda-tanda pasien Astma, atau
tumor,atau terdapat benda asing
 Pleural tricion rub : terdengar kasar seperti gosokan amplas akibat
peradangan pleura terdengar sepanjang pernafasan lebih jelas pada
antero lateral bawah dinding torak. Tanda-tanda pasien inflamasi
pada pleura
PEMERIKSAAN PAYUDARA DAN AKSILA
 Tujuan
 Mengkaji adanya massa dalam jaringan payudara
 Mendeteksi awal timbulnya kanker payudara
 Persiapan Alat
 Sarung tangan sekali pakai jika terdapat lesi
 Prosedur pelaksanaan
Inspeksi
1. Posisikan pasien duduk menghadap anda dengan
bertelanjang dada dan kedua lengan rileks di sisi tubuh
2. Lakukan observasi sesuai garis imajiner, yang membagi
payudara menjadi empat kuadran dan ekor spence
3. Amati ukuran bentuk, dan kesimetrisan payudara
4. Amati warna kulit, adanya lesi, edema, pembengkakan,
massa, pendataran dan lengkungan ke dalam
5. Amati puting dan areola untuk ukuran, warna dan bentuk,
arah titik puitng serta rabas
6. Amati adanya retraksi dengan meminta pasien melakukan :
 Mengangkat lengan ke atas kepala
 Menekankan kedua tangan ke pinggang
 Menekan salah satu tangan dengan tangan yang lain
sambil menekuk siku.
7. Amati aksila dan klavikula untuk mengkaji adanya kemerahan,
pembengkakan, infeksi atau pigmentasi
Palpasi
1. Lakukan palpasi pada areola untuk mengkaji
adanya rabas
2. Palpasi area klavikula dan aksila, terutama pada
daerah nodus limfa.
3. Palpasi payudara dengan cara menekankan telapak
tangan atau tiga jari bagian tengah anda ke
permukaan payudara kuadran luar atas. Lakukan
palpasi dengan gerakan memutar terhadap dinidng
dada dari tepi menuju areola dan memutar searah
jarum jam
4. Dokumentasikan hasil pemeriksaan
Paru
Isnpeksi
 Melihat apakah terdapat kelaianan patologis ataukah hanya fisiologis dengan
melihat pengembangan paru saat bernafas.

Palpasi
 Simetris atau asimetris dada yang dapat diperoleh dari adanya benjolan
abnormal, pembesaran kelenjar limfe pada aksila, dan lain-lain.
 Vocal fremitus : getaran pada daerah toraks saat bicara atau menangis yang
sama dalam kedua sisi thoraks. Penilaiananya apabila meninggi suaranya maka
terjadi kosolidasi seperti pneumonia dan apabila menurun terjadi obstruksi,
atelektasi, pleutitis, efusi pleura, tumor pada paru. Caranya dengan
meletakkan telapak tangan kanan dan kiri pada daerah dada atau punggung.
 Krepitasi subkutis : udara pada daerah bawah jaringan kulit. Krepitasi ini dapat
terjadi spontan, setelah trauma atau tindakan trakeostomi, dan lain-lain.
• Perkusi
– Dapat dilakukan dengan cara langsung (mengetuk ujung jari atau jari telunjuk
langsung ke dinding dada), dan cara tidak langsung (meletakkan satu jari pada
dinding dada dan mengetuknya dengan jari tangan lainnya) dimulai dari atas ke
bawah atau dari kanan ke kiri, kemudian dibandingkan hasilnya.
– Hasil pemeriksaan :
• Sonor : suara paru normal
• Redup atau pekak : suara perkusi yang berkurang normalnya pada daerah
scapula, diafragma, hati, dan jantung. Suara pekak atau redup biasanya
merupakan konsolidasi jaringan paru seperti pada atelectasis, pneumonia
lobaris. Pekak pada daerah hati terdapat di daerah iga keenam pada garis
aksilaris media kanan yang menunjukkan adanya gerakan pernapasan, yaitu
turun pada saat inspirasi dan naik pada ekspirasi, dan pada anak khususnya di
bawah 2 tahun, akan mengalami kesulitan.
• Hipersonor atau timpani : udara dalam paru bertambah atau pleura
bertambah seperti pada emfisema paru atau pneumotoraks.
• Auskultasi
– Menilai suara napas dasar dan suara napas tambahan yang dilakukan di seluruh
dada dan punggung.
– Bandingkan suara napas dari kanan ke kiri, kemudian dari bagian atas ke bawah,
dan tekan daerah stetoskop dengan kuat. Khusus pada bayi, suara napasnya akan
lebih keras karena dinding dada masih tipis.
Suara Napas Dasar
 Vesikuler : suara napas normal. Udara masuk dan keluar melalui jalan
napas dan suara inspirasi lebih keras dan panjang daripada suara ekspirasi.
 Apabila suara vesikuler ini melemah, maka terjadi penyempitan pada daerah
bronkus, atau keadaan ventilasi yang kurang seperti pada pneumonia,
atelectasis sedema paru, efusi pleura, emfisema, pneumotoraks, dan vesikuler
mengeras apabila konsolidasi bertambah seperti pneumonia, adanya tumor,
dll. Khususnya pada asma, suara napas saat ekspirasi lebih panjang disbanding
inspirasi.
 Bronkial : suara napas yang inspirasinya keras, disusul dengan ekspirasi
yang jga keras. Suara ini normal terdengan pada daerah bronkus besar
kanan dan kiri, di daerah parasternal atas dada depan, dan daerah
interskapular di belakang. Apabila terjadi pada daerah lain, kemungkinan
terjadi konsolidasi paru.
 Amforik : suara yang menyerupai bunyi tiupan di atas mulut botol kosong.
 Cog wheel breath sound : suara napas yang terdengar secara putus-putus,
tidak terus-menerus pada saat inspirasi ataupun saat ekspirasi. Hal ini
dapat menunjukkan adanya kelainan pada bronkus kecil.
 Metamorphosing breath sound : suara napas dengan awalnya yang halus
kemudian mengeras, namun dapat pula dimulai dari suara vesikuler
kemudian menjadi bronkial
Suara Napas Tambahan
• Ronki basah (rales) : suara seperti vibrasi terputus-putus tidak terus-
menerus yang terjdi akibar getaran karena cairan dalam jalan napas dilalui
oleh udara.
Ronki kering (ronchi) : suara terus menerut yang terjadi karena udara
melalui jalan napas yang menyempit akibat proses penyempitan jalan
napas atau adanya jalan napas yang obstruksi dan lebih terdengar pada
saat ekspirasi daripada saat inspirasi.
• Wheezing : suara napas yang termasuk dalam ronki kering, akan tetapi
terdengar secara musical atau sonor apabila dibandingkan dengan ronki
kering, dan lebih terdengar pada saat ekspirasi.
• Krepitasi : suara napas yang terdengar abibat membukanya alveoli. Suara
krepitasi terdengar normal pada daerah belakang bawah dan samping
pada saat inspirasi yang dalam, sedangkan patologis terdapat pada
pneumonia lobaris.
• Gesekan pleura (pleura friction rub) : suara akibat gesekan pleura yang
terdengar kasar seolah-olah dekat dengan telinga pemeriksa, terjadi pada
saat inspirasi maupun ekspirasi, namun terdengar lebih jelas pada saat
akhir inspirasi.
Jantung
• Inspeksi dan Palpasi
– Denyut apeks atau aktivitas ventrikel (iktus kordis) : denyut jantung yang dapat
dilihat pada daerah apeks, yaitu sela iga keempat pada garis midklavikularis
kiri atau sedikit lateral. Denyut ini dapat terlihat apabila trjadi pembesaran
ventrikel. Apabila pada daerah ventrikel kiri besar, maka apeks jantung
bergeser ke bawah dan ke lateral.
– Detak pulmonal : detak jantung yang apabila tidak teraba pada bunyi jantung
II, maka dalam keadaan normal. Sebaliknya, apabila bunyi jantung II mengeras
dan dapat diraba pada sela iga kedua tepi kiri sternum, maka disebut sebagai
detak pulmonal (pulmonary tapping)
– Getaran bising (thrill) : getaran dinding dada akibat bising jantung keras yang
terjadi pada kelainan organik.

• Perkusi
– Menilai adanya pembesaran pada jantung (kardimegali) serta batasan dari
organ jantung, dilakukan di daerah sekitar jantung dari perifer hingga ke
tengah
 Auskultasi
 Mendengarkan mulai dari apeks, ke tepi kiri sternum bagian bawah, bergeser ke atas sepanjang
tepi kiri sternum, tepi kanan sternum daerah infra dan suoraklavikula kanan/kiri, lekuk
suprasternal daerah karotis di leher kanan atau kiri, dan seluruh dada.
 Secara tradisional auskultasi dilakukan di daerah mitral, yaitu di apkes, untuk trikuspidalis di
parasternal kiri bawah, daerah pulmonal pada sela iga iga kedua tepi kiri sternum dan daerah
aorta di sela iga kedua tepi kanan sternum.
 Bunyi jantung I : katup mitral dan trikuspidalis menutup pada permulaan sistol (kontraksi),
bersamaan dengan iktus kordis, denyut karotis terdengar jelas di apkes. Bunyi jantung II : katup
aorta dan katup pulmonal menutup pada permulaan diastole (relaksasi jantung), paling jelas di
sela iga kedua tepi kiri sternum, terpecah pada inspirasi dan tunggal pada ekspirasi. Bunyi
jantung III : vibrasi yang disebabkan oleh pengisisan ventrikel yang cepat (bernada rendah
terdengar baik di apeks atau parasternal kiri bawah dan lebih jelas bila miring ke kiri),
kemudian abnormal bila ada pengerasan dan takikardia serta iramanya derap. Bunyi jantung IV
: tahanan terhadap pengisian ventrikel setelah kontraksi atrium (bernada rendah, tidak terdengar
pada bayi dan anak), keadaan patologis bila ada bunyi derap.
 Irama derap : terdengar apabila bunyi jantung III dan IV terdengar secara keras kemudian
disertai dengan adanya takikardia seperti derap kuda yang berlari.
 Bising jantung : adanya arus darah turbulen yaitu melalui jalan yang abnormal atau sempit
dengan penilaian seperti fase bising (antara lain fase sistolik terdengar antara bunyi jantung I
dan II; sedangkan fase diastolok terdengar antara bunyi jantung II dan I), bentuk bising, derajat,
atau intensitas bising (antara lain derajat 1/6: bising lemah hanya terdengar oleh para ahli yang
berpengalaman; derajat 2/6: bising lemah mudah terdengar dengan penjalaran minimal; derajat
3/6: bising keras, tidak disertai getaran bising penjalaran sedang; derajat 4/6: bising keras
disertai getaran bising dengan penjalaran lurus; derajat 5/6: bisisng sangat keras, tetapi keras
bila stetoskop ditempelkan saja, penjalaran lurus; derajat 6/6: bising paling keras, meskipun
stetoskop diangkat dari dinding dada dengan penjalaran luas.
Pemeriksaan Abdomen
 Inspeksi : ukuran dan bentuk perut
 Bentuk perut simetris : indikasi adanya hipokalemi, hipotiroid,
penimbunan lemak, perforasi, asites, dan ileus obstruksi.
 Buncit asimetris : poliomyelitis, pembesaran organ intraabdominal,
dan ileus.
 Gerakan dinding perut : ditemukan pada usia 6-7 tahun, gerakan
berkurang pada apendisitis, peritonitis, dan ileus.
 Auskultasi
 Peristaltik usus : normal terdengar setiap 10-30 detik.
 Peristaltik usus meningkat (nyaring) pada obstruksi traktus
gastrointestinal dan menurun pada peritonitis atau ileus. Suara bising
(bruit) dapat terdengar di seluruh permukaan perut pada koarktasio
aorta abdominalis, dan apabila suara ini dapat terdengar pada daerah
ginjal bagian posterior, kemungkinan dapat terjadi adanya kontriksi
salah satu arteri renalis.
 Perkusi
 Dilakukan melalui epigastrium secara simetris menuju bagian bawah
abdomen.
 Penilaian normal (bunyi timpani) pada seluruh lapang abdomen,
sedangkan bunyi abnormal menunjukkan adanya obstruksi saluran
gastrointestinal, ileus, dan lain-lain, dan adanya asites dapat diketahui
melalui redup yang berpindah perkusi dari umbilicus ke sisi perut
(shifting dullnes)
 Palpasi
 Dilakukan dengan cara monomanual (satu tangan) atau bimanual (dua
tangan) seperti pada palpasi lapang atau dinding abdomen dengan
adanya nyeri tekan, ketegangan dinding perut, palpasi pada hati
(normal umur 5-6 tahun teraba 1/3 dengan tepi tajam, konsistensi
kenyal, permukaan rata, dan tidak ada nyeri tekan), palpasi limfa
(normal masih teraba 1-2 cm di bawah arkus kosta), dan palpasi ginjal
(normal tidak teraba, kecuali pada neonates) dengan cara meletakkan
tangan kiri pemeriksa di bagian posterior tubuh dan jari telunjuk
menekan masa ke atas, sedangkan tangan kanan melakukan palpasi.
 Pemerikasaan juga dilakukan pada anus dan rectum : menilai keadaan
kongenital, seperti adanya fisura, polip, atau tanda-tanda radang.
Palpasi pasien yang mengalami Asites
1. Karena pengkajian gelombang cairan asites memerlukan tiga
tangan, minta pasien atau perawat lain untuk membantu
2. Minta pasien untuk berbaring telentang
3. Minta pasien, atau perawat lain menekan area tepat sepanjang
garis tengah vertikal dari abdomen menggunakan tepi tangan
4. Letakkan tangan anda disetiap sisi abdomen pasien dan ketuk
tajam salah satu sisi dengan ujung jari
5. Rasakan impuls gelombang cairan dengan ujung jari tangan
yang lainnya
Palpasi Ginjal
1. Posisikan diri anda berdiri di sisi kanan pasien
2. Saat melakukan palpasi ginjal kanan, letakan tangan kiri
anda di bawah panggul pasien dan elevasi ginjal ke arah
anterior
3. Letakkan tangan kanan anda pada garis midklavikula di tepi
bawah batas kosta
4. Tekankan tangan kanan anda saat pasien menarik nafas
dalam. Ginjal tidak akan teraba pada pasien dewasa yang
sehat, namun bagian bawah ginjal dapat terasa jika pasien
sangat kurus
5. Jika ginjal teraba, kaji kontur, ukuran, dan adanya nyeri
tekan
6. Lakukan palpasi ginjal kiri dengan anda tetap berdiri di sisi
kanan pasien
7. Letakan tangan kiri anda di bawah panggul pasien,
kemudian lakukan tindakan yang sama dengan prosedur
memalpasi ginjal kanan

Perkusi. Perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan memberikan
ketokan pada sudut kostovertebra. Perkusi pada pasien pielonefritis, batu
ginjal pada pelvis, dan batu ureter akan memberikan stimulus nyeri.
Auskultasi. Tanda yang penting adalah adanya bruit ginjal. Bruit ginjal paling
jelas terdengar tepat diatas umbilikus, kira-kira 2 cm dari sisi kiri atau sisi kanan
garis tengah. Dengarkan dengan permukaan diafragma dari stetoskop pada
kedua daerah tersebut.
Pemerikasaan Genetalia
Perempuan
 Amati kuantitas dan penyebaran rambut pubis, bandingkan dengan
masa perkembangan pasien
 Kaji adanya lesi, eritema, fisura, leukoplakiadan ekskoriasi pada area
pubis
 Buka labia mayora menggunakan jari tangan yang tidak dominan
untuk mengkaji klitoris, labia minora, orifisium vagina dan perineum
 Kaji setiap pembengkakan, ulkus, rabas dan nodul
 Palpasi kelenjar Skene untuk mengkaji adanya rabas atau kekakuan
 Perhatikan adanya epispadia (terbelahnya mons pubis, klitoris dan
uretra membuka di dorsal), adanya tanda-tanda seks sekunder, seperti
pertumbuhan rambut, payudara, serta cairan yang keluar dari lubang
genital.
Inspeksi dan Palpasie Genitalia Eksterna Pria
– Pada pria yang belum kitan, tarik prepusium untuk mengkaji glans
penis dan meatus uretra terhadap adanya cairan, lesi, edema dan
inflamasi
– Kaji batang penis untuk mengetahui adanya lesi, jaringan parut, atau
edema
– Palpasi batang penis menggunakan ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah
untuk mengetahui adanya area pengerasan atau nyeri lokal
– Kaji skrotum untuk ukuran warna bentuk, kesimetrisan, adanya lesi
atau edema
– Palpasi skrotum dan testis menggunakan ibu jari dan tiga jari bagian
tengah. Palpasi setiap testis dan amati ukuran, konsistensi dan bentuk
– Perhatiakn ukuran, bentuk penis, testis, serta kelaian yang ada seperti
hipospadia (orifisum uretra di ventrikel penis, biasanya dekat glans atau
sepanjang penis), epispadia (muara uretra pada dorsal pedis, mungkin
di glans atau batang penis), fimosis (permukaan prepusium sangat kecil
sehingga tidak dapat ditarik ke glans penis), adanya radang pada testis,
dan skrotum.
Laki-laki
Perhatiakn ukuran, bentuk penis, testis, serta kelaian yang ada
seperti hipospadia (orifisum uretra di ventrikel penis, biasanya
dekat glans atau sepanjang penis), epispadia (muara uretra pada
dorsal pedis, mungkin di glans atau batang penis), fimosis
(permukaan prepusium sangat kecil sehingga tidak dapat ditarik
ke glans penis), adanya radang pada testis, dan skrotum.
Pemeriksaan Tulang Belakang dan Ekstremitas
Inspeksi
 Kelainan tulang belakang
 Lordosis (devisiasi tulang belakang ke arah anterior)
 Kifosis (deviasi tulang belakang ke arah posterior)
 Skoliosis (deviasi tulang belakang ke arah samping)
 Kelemahan, perasaan nyeri yang ada pada tulang belakang dengan cara
mengobservasi pada posisi terlentang, tengkurap, atau duduk.
 Pemeriksaan tulang, otot, dan sendi dimulai dengan inspeksi pada jari-jari
seperti pada jari tabuh (clubbed finger). Pemerikassan ini dapat
mengidentifikasi adanya penyakit jantung bawaan atau paru kronis, nyeri
tekan, gaya berjalan, ataksia (inkoordinasi hebat), spasme otot, paralisis,
atrofi/hiperatrifi otot, kontraktur, dan sebagainya.
Pemeriksaan Neurologis
• Inspeksi
1. Kejang
2. Tremor/gemetar (gerakan halus yang konstan)
3. Twitching (gerakan spasmodic yang berlangsung singkat seperti otot lelah,
nyeri setempat)
4. Korea (gerakan ifolunter/tidak disadari, kasar, tanpa tujuan, cepat, tersentak-
sentak, tidak terkoprdinasi), parese (kelumpuhan otot tidak sempurna)
5. Paralisis (kelumpuhan otot yang smepurna)
6. Diplegia (kelumpuhan pada dua anggota gerak)
7. Paraplegia (kelumpuhan pada anggota gerak bawah)
8. Tetraplegia (kelumpuhan pada keempat anggota gerak)
9. Hemiparese/plegi (kelumpuhan pada sisi tubuh atau anggota gerak yang
dibatasi garis tengah di daerah tulang belakang)
Pemeriksaan Refleks
• Refleks superfisial
– Menggores kulit abdomen dengan empat goresan yang membentuk
segi empat di bawah xifoid ( di atas simpisis).
• Refleks tendon
– Biseps : terjadi fleksi sendi siku
– Triseps : ekstensi sendi siku
– Patela : ekstensi sendi lutut
– Achilles : terjadi fleksi plantar kaki
– Penilaian skala refleks 0 – 4+
• Refleks patologis
– Refleks Babinski : menggores permukaan plantar kaki dengan alat yang
sedikit runcing. Apabila terjadi reaksi ekstensi ibu jari, maka hasilnya
positif.
 Pemeriksaan tanda meningeal
 Kaku kuduk : pasien pada posisi terlentang, leher ditekuku. Apabila
dagu tertahan atau tidak menempel atau mengenai bagian dada,
maka terjadi kakukuduk (positif).
 Brudznski I : pasien posisi terlentang, letakan satu tangan di bawah
kepala pasien yang terlentang, tangan lain diletakan di dada untuk
mencegah badan terangkat, kemudian kepala difleksikan ke dada.
Apabila kedua tungkai bawah akan fleksi (terangkat) pada sendi
panggul dan lutut, maka terdapat tanda meningeal.
 Brundzski II : pasien posisi terlentang, fleksikan secara pasif tungkai
atas pada sendi panggul, ikuti fleksi tungkai lainnya. Apabila sendi
lutut lainnya dalam keadaan ekstensi, maka terdapat tanda meningeal.
 Kernig : pasien posisi terlentang, fleksikan tungkai atas agar tegak
lurus, kemudian luruskan tungkai bawah pada sendi lutut. Dalam
keadaan normal, tungkai bawah dapat membentuk sudut 135 derajat
terhadapt tungkai atas.
Pemeriksaan kekuatan dan tonus otot
Nilai kekuatan otot (tonus Keterangan
otot)

0 (0%) Paralisis, tidak ada kontraksi otot sama sekali


1 (10%) Terlihat atau teraba getaran kontraksi otot tetapi
tidak ada gerakan anggota gerak sama sekali
2 (25%) Dapat menggerakan anggota gerak tetapi tidak kuat
menahan berat dan tidak dapat melawan tekanan
pemeriksa
3 (50%) Dapat menggerakan anggota gerak untuk menahan
berat, tetapi dapat menggerakkan anggota badan
untuk melawan tekanan pemeriksa
4 (75%) Dapat menggerakan sendi dengan aktif untuk
menahan berat melawan tekanan secara stimultan
5 (100%) normal
Pemeriksaan status kesadaran
• Penilaian kualitatif
1. Compos mentis : kesadaran penuh dengan memberikan respons yang
cukup terhadap stimulus yang diberikan.
2. Apatis : acuh tak acuh terhadap kesadaran sendiri.
3. Somnolen : kesadaran yang lebih rendah ditandai dengan tampak
mengantuk, selalu ingin tidur, tidak responsive terhadap rangsangan
ringan, dan masih memberikan respons terhadap rangsangan yang
kuat.
4. Sopor : tidak memberikan respons ringan ataupun sedang, tetapi
masih memberikan sedikit respons terhadapa rangsangan yang kuat
dengan adanya reflex pupil terhadap cahay yang masih positif.
5. Koma : tidak dapat bereaksi terhadap stimulus atau rangsangan
apapun, reflex pupil terhadap cahaya tidak ada
6. Delirium : tingkat kesadaran paling bawah ditandai dengan
disorientasi sangat iritatif, kacau, dan salah presepsi terhadap
rangsangan sensoris.
Penilaian kuantitatif : Skala Koma Glasgow
(Glasgow Coma Scale-GCS)

Anda mungkin juga menyukai