Kulit dan organ pendukung yaitu rambut, kuku, kelenjar sebasea, ekrin dan
apokrin; adalah organ tubuh terbesar. Fungsi penting kulit adalah menjaga kehilangan
atau keseimbangan cairan dan elektrolit, melindungi tubuh dari agen luar penyebab injuri
dan infeksi yang masuk ke dalam tubuh, menjaga regulasi temperatur dan tekanan darah,
organ perasa dari sentuhan, tekanan, suhu, dan nyeri, memelihara integritas permukaan
tubuh dengan penggantian sel berkelanjutan dan meningkatkan regenerasi untuk
penyembuhan luka, memelihara fungsi perlindungan kulit oleh ekrin dan kelenjar sebasea
untuk melindungi melindungi mikroorganisme dan jamur, membantu memproduksi
vitamin D, memperlambat reaksi hipersensitivitas substansi asing,mengindikasikan emosi
melalui perubahan kulit
Biru (sianosis) :
Peningkatan deoksihemoglobin karena Ansietas atau lingkungan yang dingin
hipoksia Penyakit jantung paru paru
Perifer Methemoglobinemia, sulfhemoglobinemia
Sentral
Hemoglobin abnormal
Tumor kulit
Keratosis Aktinik adalah papula superfisialn datar yang
dilapisi kerak kulit kering. Sering bersifat multipel,
bentuk melingkar atau tidak teratur, dan berwarna merah
muda, kecokelatan,atau keabu-abuan. Tampak pada
kulit lansia yang terpajan matahari dan individu yang
berkulit terang. Walaupun bersifat benigna, 1 dari 1,000
per tahun lesi ini mungkin berkembang menjadi
karsinoma sel skuamosa (ditandai dengan pertumbuhan
yang cepat, indurasi, kemerahan pada dasarnya, dan
ulserasi). Biasanya berlokasi pada wajah dan tangan.
Asimetris
Kerontokan rambut
Alopesia areata area kulit kepala tanpa
rambut berbatas bulat yang jelas atau oval,
biasanya mengerang dewasa, muda dan anak-
anak tidak ada jaringan parut atau inflamasi
yang tampak.
Trikolomania area tanpa rambut karena
penarikan, pencabutan atau pemuntiran
rambut. Batang rambut patah dan berbgai
ukuran. Lebih umum terjadi pada anak, sering
pada situasi stres keluarga atau stres
psikologis.
Tinea Kapitis (ringworm)
Area alopesia parut yang bulat. Rambut patah
sangat dekat dengan pangkalnya di kulit
kepala. Biasanya disebabkan oleh infeksi
jamur karena tinea tonsurans. Menyerupai
dermatitis seborea.
Terang
Tidak segera diketahui atau
Refleks tidak ada
cahaya
(refleksi)
Ikuti alur pembuluh darah prefer pada keempat arah.
Inspeksi fovena dan sekitar makula. Tipe degenerasi makular antara lain atrofik
kering (lebih lazim terjadi tetapi tidak terlalu parah) dan eksudat basah
(neovaskular). Debris seluler yang tidak diserap, disebut drusen, mungkin keras
atau lunak.
Kaji adanya pepiledema.
Telinga
Periksa masing-masing telinga:
Aurikula
Inspeksi aurikula keloid, kista epidermoid
Jika anda mencurigai otitis:
Gerakkan aurikula ke atas dan Nyeri pada otitis eksterna (uji tug)
kebawah, dan tekan pada tragunya.
Tekan dengan kuat belakang Kemungkinan nyeri tekan pada
telinga. kasus otitis media dan mastoiditis
Liang teling dan gendang telinga
Tarik aurikula ke atas, kebelakang, dan sedikit keluar.
Inspeksi, melalui spekulum otoskop:
Liang telinga Serumen, bengkak dan eritema pada
otitis eksterna
Gendang telinga Gendang yang menonjol kemerahan
terlihat pada otitis media akut; otitis
media serosa, timpanosklerosis,
perforasi.
Pendengaran
Kaji ketajaman pendengaran terhadap bisikan atau suara bicara.
Jika pendengaran menhilang, Tes tersebut membantu membedakan
gunakan garpu tala 512-Hz antara gangguan pendengaran
sensorineural dan gangguan
pendengaran konduksi
Uji lateralisasi (uji weber).
Letakkan garpu tala pada verteks
tulang tengkorak dan periksa
pendengaran.
Bandingkan koduksi tulang dan
konduksi tulang (uji rinne).
Letakkan garpu tala dengan garpu
getar pada os mastoideus, kemudian
angkat dan periksa pendengaran.
Setelah memeriksa kelenjar tiroid dari arah belakang pasien, anda dapat
melanjutkan pemeriksaan muskuloskeletal dari bagian leher dan punggung atas serta
memeriksa nyeri tekan sudut kostovesterbral.
a. Inspeksi
b. Palpasi
NOTE : Mulai dari palpasi hingga auskultasi, Posisi kedua skapula harus dalam
keadaan terbuka untuk memperluas lapang pemeriksaan. *minta pasien untuk
meletakkan kedua tangannya pada bahu
c. Perkusi
Tujuan dari perkusi adalah berusaha menangkap getaran suara yang dihasilkan dari
phalange (tulang jari).
Ada beberapa jenis suara yang mungkin dihasilkan dari perkusi
Prosedur perkusi
Tempatkan jari pleksi meter pada dinding dada yang akan diperiksa *untuk
menghasilkan bunyi perkusi yang lebih keras, tekan jari dengan kuat. Cara ini
lebih baik dari pada melakukan pengetukan lebih keras.
Pada tangan lainnya, lakukan pengetukan tanpa pergerakan siku (lakukan
pengetukan dengan cepat dan seperti refleks)
Pemeriksaan :
b. Palpasi
Membandingkan gerakan dinding dada sewaktu bernafas dan merasakan
getaran fremitus suara
Perkusi dilakukan di batas paru - hepar. Setelah pasien diminta untuk menahan
nafas, batas paru- hepar yang semula berbunyi perkusi "pekak" akan berganti menjadi
"sonor".
Perkusi dilanjutkan sampai ditemukan batas paru - hepar yang baru, kemudian
tentukan seberapa besar batas peranjakan paru. (secara normal : batas peranjakan paru
adalah 2 cm atau sebesar 2 jari orang dewasa).
d. Auskultasi
Membandingkan bunyi nafas dasar paru anterior dan bronchial pada pasien
3. Pemeriksaan Jantung
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Auskultasi
Mendengarkan bunyi jantung I (saat katup mitral dan trikuspidal menutup) dan
bunyi jantung 2 (saat katup aorta dan pulmonal menutup) pada masing
masing katup jantung.
4. Pemeriksaan Payudara
Payudara terletak secara bilateral pada dinding anterior diantara spasium interkostalis
kedua sampai keenam atu ketujuh payudara mengandung 3 jaringan:
-jaringan glandula
-jaringan fibrosa stroma
-jaringan adipose
Pada pemeriksaan payudara dapat dilakukan dengan cara :
a. Inspeksi
1. Bantu pasien mengatur posisi duduk meng hadap kedepan, telanjang dada dengan
kedua lengan rilex disisi tubuh.
2. Mulai inspeksi mengenau ukuran bentuk dan keseimbangan payudara normalnya
melingkar dan agak simetris dan dapat didiskripsikan kecil, sedang dan besar.
3. Inspeksi kulit payudara mengenai warna, lesi, vaskularisasi dan edema.
4. Inspeksi warna areola pada wanita hamil umumnya berwarna lebih gelap.
5. Inspeksi payudara dan puting susu mengenai setiap adanya penonjolan atau reaksi
akibat adanya sekar atau lesi
6. Inspeksi puting susu mengenai setiap adanya keluaran, ulkus, pergerakan, atau
pembengkakan, amati juga posisi kedua putting.
7. Inspeksi ketiak dan klapikula untuk mengetahui adanya pembengkakan atau tanda
kemerah merahan.
b. palpasi
1. Lakukan palpasi disekeliling puting susu untuk mengetahui adanya keluaran.
2. Palpasi daerah klapikula dan ketiak terutama pada area limfenodi.
3. Lakukan palpasi setiap payudara denagan tehnis bimanual terutama untuk payudara
yang berukuran besar dengan sabar.
- Tekankan telapak tangan / tiga jari tengah pada kuadran samping atas
- Lakukan palpasi dengan gerakan memutar terhadap dinding dada dari tepi menuju
areola dan memutar searah jarum jam
4. Lakukan palpasi payudara sebelahnya
5. Bila diperlukan pda pengkajian dengan posisi supi nasi dan diganjal bantal / selimut
dibawah bahunya.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pemeriksaan fisik pada kulit meliputi rambut dan kuku yang dilakukan adalah
Inspeksi dan palpasi pada warna, susunan bentuknya, tipe dll. Kalau
pada pemeriksaan fisik kepala meliputi inspeksi dan palpasi, sedangkan pemeriksaan
pada leher meliputi inspeksi dan palpasi yang memeriksa kelenjar tyroid, dan terakhir
pemeriksaan fisik pada thoraks,dada dan jantung meliputi inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi. Sedangkan pada pemeriksaan payudara hanya inspeksi dan palpasi saja
pada warna dan ukuran.
DAFTAR PUSTAKA