Anda di halaman 1dari 30

A.

Pemeriksaan Sistem Integumen


Kulit, atau sistem integumen, adalah sistem organ yang bisa dengan mudah
dilakukan pemeriksaan. Kulit memberikan perlindungan antara individu dengan
lingkungan eksternal, yaitu:

1. Kulit akan bereaksi terhadap perubahan lingkungan eksternal.


2. Kulit juga mencerminkan adanya perubahan yang terjadi dalam tubuh.
3. Pemeriksaan yang seksama pada kulit akan mendapatkan informasi tentang status
kesehatan umum klien. kulit juga akan memberikan informasi spesifik yang
dibutuhkan untuk mengidentifikasi penyakit sistemik atau masalah pada kulit.

Kulit dan organ pendukung yaitu rambut, kuku, kelenjar sebasea, ekrin dan
apokrin; adalah organ tubuh terbesar. Fungsi penting kulit adalah menjaga kehilangan
atau keseimbangan cairan dan elektrolit, melindungi tubuh dari agen luar penyebab injuri
dan infeksi yang masuk ke dalam tubuh, menjaga regulasi temperatur dan tekanan darah,
organ perasa dari sentuhan, tekanan, suhu, dan nyeri, memelihara integritas permukaan
tubuh dengan penggantian sel berkelanjutan dan meningkatkan regenerasi untuk
penyembuhan luka, memelihara fungsi perlindungan kulit oleh ekrin dan kelenjar sebasea
untuk melindungi melindungi mikroorganisme dan jamur, membantu memproduksi
vitamin D, memperlambat reaksi hipersensitivitas substansi asing,mengindikasikan emosi
melalui perubahan kulit

Pemeriksaan kulit dilakukan untuk menilai warna, adanya sianosis, ikterus,


ekszema, pucat,purpura, eritema, makula, papula, vesikula, pustula, ulkus, turgor kulit,
kelembaban kulit, tekstur kulit, dan edema.Penilaian warna kulit untuk mengetahui
adanya pigmentasi dan kondisi normal yang dapat disebabkan oleh melanin pada kulit.
B. Teknik teknik pemeriksaan
Pemeriksaan Kulit
Periksa seluruh permukaan kulit dibawah cahaya yang baik.inspeksi dan palpasi setiap area.
Perhatikan :
Warna : sianosi, ikterus, kerotenemia,perubahan melamin
Kelembapan : lembap ,kering, berminyak
Temperatur : dingin, hangat
Tekstur : licin, kasar
Mobilitas-kemudahan : menurun pada idema
lipatan kulit untuk dapat
digerakkan.
Turgorkecepatan : menurun pada dehidrasi
lipatan kulit kembali ke
keadaan semula.
perhatikan adanya lesi dan
Lokasi dan distribusi : merata Terlokalisasi anatomisnya
Susunan dan bentuknya : linier, berkumpul, dermatomal
Tipe : makula, papula, pustula, bula, tumor
Warna : merah, putih, cokelat, lembayung muda
2. Pemeriksaan Rambut
Pemeriksaan rambut dilakukan untuk menilai adanya warna, kelebatan, distribusi, dan
karakteristik rambut lainnya. Dalam keadaan normal, rambut menutupi semua bagian tubuh
kecuali telapak tangan kaki, dan permukaan labia sebelah dalam. Rambut yang kering, rapuh,
dan kekurangan pigmen dapat menunjukkan adanya kekurangan gizi. Rambut yang jarang atau
tumbuh kurang subur dapat menunjukkan adanya malnutrisi, penyakit hipotiroidisme, efek obat
dan lain-lainnya.
Inspeksi dan palpasi rambut.
Perhatikan
Kuantitas : tipis, tebal
Distribusi : alopesia sebagian atau total
Tekstur : halus, kasar
3. Pemeriksaan Kuku
Pemeriksaan kuku dilakukan dengan mengadakan inspeksi terhadap warna, bentuk, dan
keadaan kuku. Adanya jari tubuh (clubbed fingers) dapat menunjukkan penyakit pernafasan
kronis, atau penyakit jantung. Bentuk kuku yang cekung atau cembung menunjukkan adanya
cedera defisiensi besi, atau infeksi.
Inspeksi dan palpasi kuku jari tangan dan kaki
Perhatikan
Warna : sianosis, pucat
Bentuk : jari tubuh (clubbing)
Adanya lesi : paronkia, onikolisis
Bantuan interpretasi

warna / mekanisme Penyebab khusus


Cokelat : peningkatan melanin (lebih Terpajan sinar matahari
besar kuantitasnya dari norma genetik Kehamilan (melasma)
seseorang) Penyakit addison

Biru (sianosis) :
Peningkatan deoksihemoglobin karena Ansietas atau lingkungan yang dingin
hipoksia Penyakit jantung paru paru
Perifer Methemoglobinemia, sulfhemoglobinemia
Sentral
Hemoglobin abnormal

Demam, kulit menyemu, asupan alkohol,


Merah : peningkatan visibilitas inflamasi setempat
oksihemoglobin karena : Pemajanan terhadap dingin

Dilatasi pembuluh darah superfisial atau (mis... telinga dingin)


peningkatan aliran darah kekulit
Penurunan penggunaan oksigen Penyakit hepar, hemilisis sel-sel darah merah
Peningkatan asupan karoten dari buah-
buahan atau sayuran yang berwana kuning
Albinisme, vitiligo, tinea versikolor
Kuning : peningkatan bilirubin ikterik Sinkope atau syok
(sklera tampak kuning) Anemia
Karotenemia (sklera tidak tampak kuning) Sindrom nefrotik
Pucat : penurunan melanin
Penurunan visibilitas oksihemoglobin
karena :
Penurunan aliran darah kekulit
Penurunan jumlah oksihemoglobin
Adema (dapat menyamarkan pigmen kulit)

Lesi kulit yang menonjol


Lesi primer
lesi datar, ada perubahan warna kulit
makula bercak datar dan keil, berukuran sampai 1,0 cm
vitiligo
Penonjolan dapat teraba : massa padat
nevus yang menonjol berukuran 1,0 cm
plak lesi permukaan yang menonjol 1,0 cm atau lebih, sering dibentk oleh
kumpulan papula

Elevasi yang dapat dipalpasi pada rongga yang berisi cairan


herpes simpleks
cacar (impetigo)
Lesi skunder (dapat muncul dari lesi primer)
kulit kering
keloid pembentukan jaringan parut hipertrofik yang meluas melewati batas cedera
aslinya
Lesi kulit dalam
ulkus hilangnya epidermis dan dermis dapat berdarah dan membentuk jaringan parut
erosi kehilangan epidermis superfisial tanpa jaringan parut; permukaannya lembap tetapi tidak
berdarah.
Lasi vaskular dan purpura kulit
Lesi Gambaran
Angioma ceri Tampilan : merah terang atau rubi, dapat menjadi
kecokelatan sesuai usia ; 1-3 mm; bulat, datar, kadang
Spider angioma menonjol; dapat dikelilingi suatu halo pucat
Penyebaran : ditemukan pada tubuh atau epidermistas
Spider nevi Makna : tidak ada; peningkatan ukuran dan jumlah sesuai
penuaan
Petekia dan purpura
Tampilan : merah api; sangat kecil sampai 2 cm; ditengah
Ekimosis tubuh;, kadang menonjol, menyebar seperti eritema
Penyebaran : wajah, leher, lengan, dan tubuh atas, tetapi
hampir ridak pernah dibawah pinggang
Makna : penyakit hati, kehamilan, defisiensi vitaminB;
normal pada beberapa orang

Tampilan : kebiruan; bervariasi dari yang berukuran


sangat kecil sampai beberapa inci; dapat menyerupai laba-
laba atau suatu bentuk linier, tidak teratur, atau kaskade
Penyebaran : sebagian besar sering terjadi di kaki, vena
terdekat; juga pada dada anterior
Makna : sering disertai dengan peningkatan tekanan dalam
vena superfisal, seperti pada verises vena
Tampilan : merah gelap atau ungu kemerahan; memudar
setiap saat; berukuran 1-3 mm atau lebih besar; melingkar,
kadang-kadang tidak teratur, datar
Distribusi : berveriasi
Makna : darah diluar pembuluh darah; dapat menunjukkan
gangguan perdarahan atau, jika itu merupakan petekia,
emboli pada kulit

Tampilan : ungu atau birukeunguan, memudar menjadi


berwarna hijau, kuning, dan cokelat setiap saat; brukuran
lebih lebar dari petekia; melingkar, oval, atau tidak teratur
Penyebab : bervariasi
Makna : darah diluar pembuluh darah; sering akibat
memar atau trauma;juga terlihat pada gangguan perdarahan

Tumor kulit
Keratosis Aktinik adalah papula superfisialn datar yang
dilapisi kerak kulit kering. Sering bersifat multipel,
bentuk melingkar atau tidak teratur, dan berwarna merah
muda, kecokelatan,atau keabu-abuan. Tampak pada
kulit lansia yang terpajan matahari dan individu yang
berkulit terang. Walaupun bersifat benigna, 1 dari 1,000
per tahun lesi ini mungkin berkembang menjadi
karsinoma sel skuamosa (ditandai dengan pertumbuhan
yang cepat, indurasi, kemerahan pada dasarnya, dan
ulserasi). Biasanya berlokasi pada wajah dan tangan.

Keratosis seborea merupakan lesi yang menonjol


berwarna kekuningan sampai cokelat, bersifat benigna
yang umum, teraba sedikit berminyak dan seperti
beludru atau berkutil. Biasanya bersifat multipael dan
distribusi simetrisdi batang tubuh pada lansia,
kemungkinan juga tampak pada wajah dan di bagian ini
mungkin tampak seperti papula terpigmentasi dalam,
kecil pada bagian pelipis (dermatosis papulosa nigra).

Karsioma sel basal walaupun bersifat maligna,


karsioma ini tumbuh perlahan dan jarang bermetastasis.
Karsioma ini sangat umum terjadi pada orang yang
berusia diatas 40 tahun. Berkulit terang, dan biasanya
muncul pada wajah. Awalnya, timbul sebagai pelebaran
dari nodul transparan, menyisakan bagian tengah yang
melesap berbatas tegas, dan menonjol. Pembuluh darah
telangiktatik sering terlihat.

Karsioma sel skuamosa biasanya muncul pada kulit


yang terpanjan sinar matahari pada lansia yang berkulit
terang yang berusia diatas 60 tahun. Karsioma ini dapat
berkembang menjadi keratosis aktinik. Biasanya tumbuh
lebih cepat dibandingkan dengan karsioma sel basal,
bentuknya tegas dan tampak lebih merah. Wajah dan
bagian punggung tangan merupakan bagian yang sering
terserang.

Sarkoma kaposi pada AIDS dapat muncul dalam


berbagai bentuk: makula, papula, plak, atau nodul pada
setiap bagian tubuh. Lesi sering bersifat multipel dan
dapat melibatkan struktur internal.
Karakteristik Nevus (Tahi Lalat)
Normal Diameter lebih kecil dari 6 mm
Simetris; batas terarur; bahkan distribusi warnanya
Melanoma maligna (ABCDE)

Asimetris

Batas tidak teratur

Warna (Colour) bervariasi


diameter lebih dari 6 mm
menonjol (Elevation)

Kerontokan rambut
Alopesia areata area kulit kepala tanpa
rambut berbatas bulat yang jelas atau oval,
biasanya mengerang dewasa, muda dan anak-
anak tidak ada jaringan parut atau inflamasi
yang tampak.
Trikolomania area tanpa rambut karena
penarikan, pencabutan atau pemuntiran
rambut. Batang rambut patah dan berbgai
ukuran. Lebih umum terjadi pada anak, sering
pada situasi stres keluarga atau stres
psikologis.
Tinea Kapitis (ringworm)
Area alopesia parut yang bulat. Rambut patah
sangat dekat dengan pangkalnya di kulit
kepala. Biasanya disebabkan oleh infeksi
jamur karena tinea tonsurans. Menyerupai
dermatitis seborea.

Kuku jari tangan


Jari tubuh Falang dorsal membulat dan menggelumbung,
Paronika kecembungan dari lempeng kuku meningkat.
Sudut antara lempeng dan lipatan kuku
proksimal bertambah sampai 180 atau lebih.
Lipatan kuku proksimal teraba seperti busa.
Banyak penyebab dari kondisi ini, termasuk
hipoksiakronis dan kanker paru.

Inflamasi pada lipatan kuku proksimal dan


lateral, dapat akut atau kronis. Lipatan
berwarna merah, bengkak, mungkin terdapat
nyeri tekan.

Pelepasan lempeng kuku yang tidak terasa sakit


dari bantalan kuku, dimulai dari distal. Banyak
penyebab dari kondisi ini.

Keputihan pada kuku disertai dengan pita distal


kemerahan atau cokelat. Terlihat pada penuaan
dan beberapa penyakit kronis.

Bercak putih yang disebabkan oleh trauma.


Tumbuh keluar bersama dengan tumbuhnya
kuku.
Garis kurva puth yang serupa dengan kurva
lunula. Pertumbuhan ini menyertai penyakit
dan tumbuh ke luar bersama pertumbuhan
kuku.

2.2 Pemeriksaan Kepala


Pemeriksaan ini melihat lingkar kepala. Lingkar kepala yang lebih besar dari normal
disebut makrosefanli, biasanya dapat di temukan pada penyakit hidrocephalus sedangkan lingkar
kepala yang kurang dari normal di sebut mikrosefali. pemeriksaan yang lain di lakukan pada
umbun-ubun atau fontanel. Dalam keadaan normal,ubun-ubun berbentuk datar.ubun-ubun besar
menonjol dapat di temukan pada keadaan tekanan intrakranial meninggi dan ubun-ubun cekung
dapat di temukan pada kasus dehidrasi dan malnutrisi.
1. Pemeriksaan Kepala terdiri atas :
A. Pemeriksaan Wajah
Pemeriksaan wajah menilai apakah wajah asimetris atau tidak. wajah asimetris dapat
disebabkan oleh adanya paralsisis fasialis, serta dapat menilai adanya pembengkakan daerah
wajah.
B. Pemeriksaan mata dan penglihatan
Pemeriksaan mata menilai adanya visus atau ketajaman penglihatan. Pemeriksaan visus ini
dapat dilakukan dengan pemberian rangsangan cahaya ( khusus pada umur neonatus ).
Pemeriksaan mata yang lain adalah menilai apakah palpebra simetris atau tidak. Kelainan
yang muncul antara lain ptosis, yaitu palpebra tidak dapat terbuka ; lagoftalmos, yaitu klopak
mata tidak dapat menutup sempurna sehingga sebagian kornea tidak di lindungi oleh kelopak
mata ; pseudo logoftamos di tandai dengan kedua belah mata tidak tertupup sempurna ; dan
hordeolum yang merupakan infeksi lokal pada palpebra.
Pemeriksaan kelenjar lakrimalis dan duktus nasolakrimalis juga dapat diketahui dengan
jumlah produksi air mata. Produksi air mata yang berlebihan disebut epifora. Selain itu,
pemeriksaan konjungtiva menilai ada atau tidaknya pendarahan subkonjungtifa yang dapat di
tandai dengan adanya hiperemia dan edema konjungtiva palpebra.
Pemeriksaan sklera bertujuan untuk menilai warna, yang dalam keadaan normal berwarna
putih. Apabila di temukan warna lain, kemungkinan ada indikasi penyakit lain. Pemeriksaan juga
menilai kejernihan kornea. Apabila ada radang, kornea akan tampak keruh.
Selanjutnya adalah pemeriksaan pupil. Secara normal, pupil berbentuk bulat, simetris, atau
apabila diberikan sinar dengan reflek cahaya langsung akan mengecil. Midriasis atau dilatasi
pupil menunjukkan adanya rangsangan simpatis, sedangkan miosis menunjukkan keadaan pupil
yang mengecil. Pupil yang berwarna putih menunjukkan kemungkinan adanya penyakit katarak.
Pemeriksaan jernih atau keruhnya lensa untuk memeriksa adanya kemungkinan katarak,
sebab lensa yang keruh dapat menjadi indikasi adanya katarak. Kondisi bola mata yang menonjol
di namakan eksoftalmos dan bola mata mengecil dinamakan enoftalmos. Strabismus atau juling
merupakan keadaan dimana sumbu visual tidak sejajar pada lapang gerakan bola mata. Selain itu
juga terdapat nistagmus yang merupakan gerakan bola mata ritmiuk yang cepat dan horisontal.
C. Pemeriksaan telinga dan pendengaran
Pemeriksaaan telinga dapat dilakukan mulai dari telinga bagian luar, telinga bagian tengah,
dan telinga bagian dalam.
Pemeriksaan telinga bagian luar dapat dimulai dengan pemeriksaan daun telinga dan liang
telinga dengan menentukan bentuk, besar, dan posisinya. Pemeriksaaan liang telinga dapat
dilakukan dengan bantuan otoskop. Pemeriksaan selanjutnya adalah membran timpani. Membran
timpani yang normal bentuknya sedikit cekung dan mengkilap. Kemudian, dapat dilihat apakah
terdapat perforasi atau tidak. Pemeriksaan mastoid bertujuan untuk melihat adanya
pembengkakan pada daerah mastoid. Pemeriksaaan pendengaran dilaksanakan dengan bantuan
garputala untuk mengetahui apakah pasien mengalami gangguan apa tidak.
D. Pemeriksaan hidung dan sinus
Pemeriksaan hidung bertujuan untuk menilai adanya kelainan bentuk hidung dan juga
menentukan ada atau tidaknya epistaksis. Pemeriksaan yang dapat digunakan adalah
pemeriksaan Rhinoskopi anterior dan posterior.
E. Pemeriksaan mulut dan kerongkongan
Pemeriksaaan mulut bertujuan untuk menilai ada atau tidaknya trimus, yaitu kesukaran
membuka mulut; halitosis yaitu bau mulut tidak sedap karena kurang dijaga kebersihannya; dan
labioskisis yaitu bibir yang tidak simetris. Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan pada gusi untuk
menilai adanya edema atau tanda-tanda radang.
Pemeriksaan lidah juga bertujuan untuk menilai apakah terjadi kelainan kogenital
atau tidak. Keadaan yang dapat ditemukan adalah makroglosia, yaitu lidah yang terlalu besar;
mikroglasia, yaitu lidah terlalu kecil; atau glosoktosis, yaitu lidak tertarik ke belakang.
Kemudian juga dapat diperiksa ada atau tidaknya tremor dengan cara menjulurkan lidah.
a. Faring
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat adanya hipermia, edema, absesretrofaringeal,
peritonsilar, atau lainnya. Edema faring umunya ditandai dengan mukosa yang pucat dan sembab
dan pada difteri dapat ditentukan dengan adanya bercak putih abu-abu yang sulit diangkat
(pseudomembran).
b. Laring
Pemeriksaan laring ini sangat berhubungan dengan pemeriksaan pernafasan. Apabila
ditemukan obstruksi pada laring, maka suara akan mengalami stridor yang disertai batuk dan
serak. Pemeriksaan laring dilakukan dengan menggunakan alat laringoskop, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dengan cara dimasukkan kedalam secara perlahan-lahan sementara lidah
tertarik keluar.
2. TEKNIK-TEKNIK PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Kepala dan Wajah Kemungkinan Temuan
Rambut, termasuk kuantitas, distribusi, dan Rambut kasar dan distribusinya jarang
tekstur terlihat pada miksedema, halus pada
hipertiroidisme
Kulit kepala, termasuk benjolan atau lesi Kista pilar, psoriasis
Tengkorak, termasuk ukuran dan kontur Hidrosefalus, depresi tulang tengkorak
karena trauma
Wajah, mencakup kesimetrisan dan ekspresi Paralisis fasial; afek depresi datar, mood
wajah seperti marah, kesedihan
Kulit, termasuk warna, tekstur, distribusi Pucat, halus, berbulu, berjerawat, kanker
rambut, dan lesi kulit
Pemeriksaan Mata Kemungkinan Temuan
Uji ketajaman penglihatan masing-masing Ketajaman penglihatan menurun
mata
Kaji lapang pandang penglihatan, jika Hemianopsia, defek kuadrantik pada stroke
diperlukan

Inspeksi Kemungkinan Temuan


Posisi dan kesejajaran mata Eksoftalmos, strabismus
Alis mata Dermatitis seborea
Kelopak mata Bengkak pada tepi kelopak mata, kalazion,
ektropion, ptosis, xantelasma
Aparatus lakrimal Pembengkakan sakus lakrimalis
Konjungtiva dan sklera Mata merah, ikterik
Kornea, iris, dan lensa Opasitas kornea, katarak

Teknik Pemeriksaan Kemungkinan temuan


Periksa pupil untuk
Ukuran, bentuk, dan kesimetrisan Miosis, midriasis, anisokor
Reaksi terhadap cahaya dan apakah Tidak ada paralisis Saraf Otak III
reaksi tersebut tidak normal
Reaksi dekat Bermanfaaat untuk pupil tonik dan
Argyll Robertson; melambat pada pupil
tonik; tidak ada pada pupil Argyll
Robertson yang sifilis

Kaji otot ekstraokular dengan


memantau
Reflek kornea terhadap cahaya Ketidakseimbangan muskular
tengah
Enam arah kardinal pandangan Strabismus paralitik atau nonparalitik,
nistagmus, kelambanan kelopak mata
Konvergensi Buruk pada hipertiroisme

Inspeksi fundus dengan oftalmoskop


Kiat menggunakan oftalmoskop
Gelap ruangan. Putae diskus lensa hingga lingkaran sorotan cahaya putih berukuran
besar. Kurangi brightness cahaya untuk membuat pemeriksaan nyaman bagi pasien.
Putar diskus lensa sampai diopter menunjukkan 0 (diopter mengukur kekuatan
lensa untuk menciptakan konvergensi cahaya).
Pegang oftalmoskop dengan tangan kanan untuk memriksa mata kanan pasien;
pegang dengan tangan kiri untuk memeriksa mata kiri pasien, untuk menghindari
menekan hidung pasien.
Pegang oftalmoskop dengan cara disangga kuat-kuat pada bagian media tulang
orbita anda dengan pegangannya miring ke atas sekitar 20 . Anjurkan pasien untuk
melihat langsung sebuah titik di dinding.
Posisikan diri anda sekita 38 cm dari pasien dan pada sudut 15 derajat lateral ke
arah garis penglihatan pasien, perhatikana adanya cahayaoranye pada pupil refleks
merah. Perhatikan adanya opasitas lensa katarak (lapisan buram) yang menutupi
refleks merah. Tidak adanya refleks merah menunjukkan opasitas lensa (katarak)
atau kemungkinan vitreous.
Letakkan ibu jari tangan yang lain menyilang terhadap alis pasien.pertahankan
sorotan cahaya berfokus pada refleks merah, gerakkan dengan sudut 15 ke arah
pupil sampai anda hampir menyentuh bulumata pasien. Atur posisi oftalmoskop
anda dan sudut penglihatan sebagai satu kesatuan sampai anda melihat fundus.

Infeksi fundus untuk hal berikut :


Refleks merah Katarak, mata palsu
Diskus optik Papiledemta, lengkung glaukomatosa,
atrofi optika.
Arteri, vena, dan persilangan A-V Perubahan hepertensi
Persambungan retina (perhatikan adanya Hemoragi, eksudat, tameng kain wool,
lesi) mikroaneurisma, pigmentasi

Teknik pemeriksaan Kemungkinan temuan


Area makular Degenerasi makular
Stuktur anterior Vitreous floater, katarak

Kiat pemeriksaan diskus optik dan retina


Temukan diskus optik. Perhatikan lingkungan struktur oranye kekuningan.
Sekarang fokuskan pada diskus optik dengan cara mengatur lensa pada
oftalmoskop anda
Inspeksi diskus optik. Perhatikan gambaran berikut ini:
Ketajaman atau kejelasan garis diskus
Warna diskus
Ukuran mangkuk fisiologis (pembesaran mangkuk menunjukkan glaukoma sudut
terbuka kronis)
Pulsasi vena dalam vena retina saat pulsasi muncul dibagia tengah diskus
(gungguan pulsasi vena dalam keadaan patologis seperti trauma kepala,
meningitis atau lesi massa kemungkinan merupakan tanda awal
peningkatantekanan intrakranial)
Inspeksi retina, bedakan arteri dengan vena berdasarkan gambaran karakteristik
berikut.
Arteri Vena
Warna Merah terang Merah gelap

Ukuran Berukuran lebih kecil ( ) Berukuran lebih besar

Terang
Tidak segera diketahui atau
Refleks tidak ada
cahaya
(refleksi)
Ikuti alur pembuluh darah prefer pada keempat arah.
Inspeksi fovena dan sekitar makula. Tipe degenerasi makular antara lain atrofik
kering (lebih lazim terjadi tetapi tidak terlalu parah) dan eksudat basah
(neovaskular). Debris seluler yang tidak diserap, disebut drusen, mungkin keras
atau lunak.
Kaji adanya pepiledema.

Telinga
Periksa masing-masing telinga:
Aurikula
Inspeksi aurikula keloid, kista epidermoid
Jika anda mencurigai otitis:
Gerakkan aurikula ke atas dan Nyeri pada otitis eksterna (uji tug)
kebawah, dan tekan pada tragunya.
Tekan dengan kuat belakang Kemungkinan nyeri tekan pada
telinga. kasus otitis media dan mastoiditis
Liang teling dan gendang telinga
Tarik aurikula ke atas, kebelakang, dan sedikit keluar.
Inspeksi, melalui spekulum otoskop:
Liang telinga Serumen, bengkak dan eritema pada
otitis eksterna
Gendang telinga Gendang yang menonjol kemerahan
terlihat pada otitis media akut; otitis
media serosa, timpanosklerosis,
perforasi.
Pendengaran
Kaji ketajaman pendengaran terhadap bisikan atau suara bicara.
Jika pendengaran menhilang, Tes tersebut membantu membedakan
gunakan garpu tala 512-Hz antara gangguan pendengaran
sensorineural dan gangguan
pendengaran konduksi
Uji lateralisasi (uji weber).
Letakkan garpu tala pada verteks
tulang tengkorak dan periksa
pendengaran.
Bandingkan koduksi tulang dan
konduksi tulang (uji rinne).
Letakkan garpu tala dengan garpu
getar pada os mastoideus, kemudian
angkat dan periksa pendengaran.

Hidung dan Sinus


Inspeksi hidung eksternal.
Inspeksi, melalui spekulum,
Mukosa nasal yang melapisi septum dan Pembengkakan dan kemerahan pada
turbinat, perhatikan warnanya dan rinitis virus, bengkak dan pucat pada
pembengkakan rinitis alergika; polip; ulkus kerena
penggunaan kkokain
Septum nasal terhadap posisi dan Deviasi, perforasi
integritas
Palpasi sinus frontalia dan maksilaris Nyeri tekan pada sinusitis akut
untuk adanya nyeri tekan.

Mulut dan Faring


Inspeksi
Bibir Sianosis, pucat, keilosis
Mukosa oral Luka syangker
Gusi Gingivitis
Gigi Karies dentis, ompong
Langit-langit mulut Torus palatinus
Lidah termasuk
Papila Glositis
Kesimetrisan Deviasi ke salah satu sisi karena
paralisis saraf otak XII akibat stroke
Adanya lesi Kanker
Dasar mulut Kanker
Faring, termasuk
Warna atau adanya eksudat Faringitis
Adanya dan ukuran tonsil Tonsilitis, abses peritonsilar
Kesimetrisan palatum durum ketika Palatum lunak gagal naik pada paralisis
pasien mengucapkan ah saraf otak X karena stroke

2.3 Pemeriksaan Leher


Pemeriksaan leher bertujuan untuk menilai adanya tekanan vena jugularis.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengondisikan pasien dalam posisi telentang
dengan deda dan kepala diangkat setinggi 15-30 derajat, kemudian dicek apakah
terdapat distensi pada vena jugularis. Selanjutnya, lakukan pemeriksaaan untuk
menilai ada atau tidaknya massa dalam leher. Pada bayi, posisikan tubuh dalam
keadaan telentang dan kelenjar tiroid diraba dari kedua sisi dengan jati-jari telunjuk
dan tengah, lalu perhatikan adanya pergerakan keatas tiroid apabila pasien menelan.
Inspeksi leher Jaringan parut, massa, tortikolis
Palpasi kelnjar limfe Limfadenopati servikal karena inflamasi,
keganasan
Inspeksi dan palpasi posisi trakea Deviasi trakea karena massa leher atau
pneumotoraks
Inspeksi kelenjar tiroid: Abnormalitas kelenjar tiroid
Pada saat istirahat
Ketika pasien menelan air
Dari arah belakang pasien, palpasi
kelenjar tiroid, termasuk ismus dan
lobus lateral :
Pada saat istirahat
Ketka pasien menelan air

Setelah memeriksa kelenjar tiroid dari arah belakang pasien, anda dapat
melanjutkan pemeriksaan muskuloskeletal dari bagian leher dan punggung atas serta
memeriksa nyeri tekan sudut kostovesterbral.

2.4 Pemeriksaan Thoraks (Dada)


Pemeriksaan dada hendaknya dilakukan se-efisien mungkin. Tidak baik membuat
pasien duduk kemudian berbaring secara terus menerus. Lebih baik, selesaikan
pemeriksaan yang mengharuskan pasien dalam keadaan duduk, setelah itu lakukan
pemeriksaan pasien dalam keadaan berbaring.

1. Pemeriksaan Thorax saat pasien duduk

a. Inspeksi

Melihat bentuk dada anterior dan posterior


Melihat ada tidaknya deviasi
Melihat ada tidaknya bendungan vena pada dinding dada

b. Palpasi

NOTE : Mulai dari palpasi hingga auskultasi, Posisi kedua skapula harus dalam
keadaan terbuka untuk memperluas lapang pemeriksaan. *minta pasien untuk
meletakkan kedua tangannya pada bahu

Membandingkan gerakan dada posterior kanan - kiri


Merasakan fremitus taktil suara dengan cara meminta pasien mengucapkan
"tujuh tujuh"

Gambar posisi kedua tangan pada pemeriksaan dada posterior :

c. Perkusi

Tujuan dari perkusi adalah berusaha menangkap getaran suara yang dihasilkan dari
phalange (tulang jari).
Ada beberapa jenis suara yang mungkin dihasilkan dari perkusi
Prosedur perkusi

Tempatkan jari pleksi meter pada dinding dada yang akan diperiksa *untuk
menghasilkan bunyi perkusi yang lebih keras, tekan jari dengan kuat. Cara ini
lebih baik dari pada melakukan pengetukan lebih keras.
Pada tangan lainnya, lakukan pengetukan tanpa pergerakan siku (lakukan
pengetukan dengan cepat dan seperti refleks)

Pengetukan dilakukan di bagian paling ujung (pada gambar), kemudian


pindahkan jari dengan cepat agar getaran tidak teredam.

Pemeriksaan :

Membandingkan bunyi perkusi paru kanan dan kiri secara berurutan

Menentukan batas bawah paru


d. Auskultasi

Auskultasi dinding dada posterior kurang kuat terdengar dibandingkan


auskultasi anterior. (kecuali di triangle of auscultation) walau begitu biasanya,
pemeriksaan ini tetap dilakukan oleh para dokter muda.

Auskultasi pada pernafasan normal :

2. Pemeriksaan Paru pada saat berbaring


a. Inspeksi
Melihat keadaan selaigase waktu bernafas (secara normal : sela iga akan
ekspansi atau meregang saat inspirasi dan kembali keposisi semula sewaktu
ekspirasi)

b. Palpasi
Membandingkan gerakan dinding dada sewaktu bernafas dan merasakan
getaran fremitus suara

Gambar posisi kedua tangan sewaktu palpasi thorax anterior


c. Perkusi

Membandingkan bunyi perkusi paru kanan - kiri anterior secara berurutan

Menentukan batas paru - hepar

Perkusi dilakukan di sepanjang garis midklavikula dextra. Batas paru hepar


ditentukan setelah terjadi perubahan suara dari sonor kepekak
Menentukan batas paru - lambung

Perkusi dilakukan di sepanjang garis axilla anterior sinistra. Batas paru


lambung ditentukan setelah terjadi perubahan suara dari sonorke timpani. (secara
normal : batasparu - lambung orang Indonesia berada di Intercostae VII atau
intercostae VIII)

Menentukan batas peranjakan paru

Perkusi dilakukan di batas paru - hepar. Setelah pasien diminta untuk menahan
nafas, batas paru- hepar yang semula berbunyi perkusi "pekak" akan berganti menjadi
"sonor".
Perkusi dilanjutkan sampai ditemukan batas paru - hepar yang baru, kemudian
tentukan seberapa besar batas peranjakan paru. (secara normal : batas peranjakan paru
adalah 2 cm atau sebesar 2 jari orang dewasa).

d. Auskultasi

Membandingkan bunyi nafas dasar paru anterior dan bronchial pada pasien

3. Pemeriksaan Jantung

a. Inspeksi

Melihat ada tidaknya bendungan vena pada dinding dada


Melihat pulsasi iktuscordis

b. Palpasi

Mencari pulsasi iktuscordis (secara normal : iktuscordis terletak di garis


midklavikulasi nistra Intercostae V)
Denyut jantung dapat dihitung pada iktuscordis (walaupun cara ini tidak lazim
dilakukan).

c. Perkusi

Menentukan batas kanan jantung

Batas kanan jantung ditentukan setelah batas paruh hepar ditemukan

Menentukan batas kiri jantung

Batas kiri jantung ditentukan setelah batas paru lambung ditemukan

d. Auskultasi

Mendengarkan bunyi jantung I (saat katup mitral dan trikuspidal menutup) dan
bunyi jantung 2 (saat katup aorta dan pulmonal menutup) pada masing
masing katup jantung.

4. Pemeriksaan Payudara
Payudara terletak secara bilateral pada dinding anterior diantara spasium interkostalis
kedua sampai keenam atu ketujuh payudara mengandung 3 jaringan:
-jaringan glandula
-jaringan fibrosa stroma
-jaringan adipose
Pada pemeriksaan payudara dapat dilakukan dengan cara :
a. Inspeksi
1. Bantu pasien mengatur posisi duduk meng hadap kedepan, telanjang dada dengan
kedua lengan rilex disisi tubuh.
2. Mulai inspeksi mengenau ukuran bentuk dan keseimbangan payudara normalnya
melingkar dan agak simetris dan dapat didiskripsikan kecil, sedang dan besar.
3. Inspeksi kulit payudara mengenai warna, lesi, vaskularisasi dan edema.
4. Inspeksi warna areola pada wanita hamil umumnya berwarna lebih gelap.
5. Inspeksi payudara dan puting susu mengenai setiap adanya penonjolan atau reaksi
akibat adanya sekar atau lesi
6. Inspeksi puting susu mengenai setiap adanya keluaran, ulkus, pergerakan, atau
pembengkakan, amati juga posisi kedua putting.
7. Inspeksi ketiak dan klapikula untuk mengetahui adanya pembengkakan atau tanda
kemerah merahan.
b. palpasi
1. Lakukan palpasi disekeliling puting susu untuk mengetahui adanya keluaran.
2. Palpasi daerah klapikula dan ketiak terutama pada area limfenodi.
3. Lakukan palpasi setiap payudara denagan tehnis bimanual terutama untuk payudara
yang berukuran besar dengan sabar.
- Tekankan telapak tangan / tiga jari tengah pada kuadran samping atas
- Lakukan palpasi dengan gerakan memutar terhadap dinding dada dari tepi menuju
areola dan memutar searah jarum jam
4. Lakukan palpasi payudara sebelahnya
5. Bila diperlukan pda pengkajian dengan posisi supi nasi dan diganjal bantal / selimut
dibawah bahunya.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pemeriksaan fisik pada kulit meliputi rambut dan kuku yang dilakukan adalah
Inspeksi dan palpasi pada warna, susunan bentuknya, tipe dll. Kalau
pada pemeriksaan fisik kepala meliputi inspeksi dan palpasi, sedangkan pemeriksaan
pada leher meliputi inspeksi dan palpasi yang memeriksa kelenjar tyroid, dan terakhir
pemeriksaan fisik pada thoraks,dada dan jantung meliputi inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi. Sedangkan pada pemeriksaan payudara hanya inspeksi dan palpasi saja
pada warna dan ukuran.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber dari Internet :

1. Buckman. 2009. Pemeriksaan SADARI. http://www.info-rollet.com. diakses


tanggal 29 Desember 2011
Sumber dari Buku :

1. Bickley, Lynn.2008.Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai