Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat

BAB II
ISI

2.1 Anamnesa dan Sinyalemen


2.2 Pemeriksaan Umum
Setelah

dilakukan

sinyalemen/registrasi

dan

anamnesa

maka

selanjutnya

dilakukan pemeriksaan umum yang meliputi, Inspeksi dan adspeksi diantaranya melihat,
membau, danmendengarkan tanpa alat bantu. Sebelum melakukan inspeksi, usahakan hewan
tidak menaruh curiga kepada pemeriksa dan usahakan agar hewan tenang. Inspeksi atau
melihatkeadaan pasien dari jarak jauh dan jarak dekat secara menyeluruh dari segala arah
serta perhatikan keadaan sekitarnya. Perhatikan ekspresi muka, kondisi tubuh, pernafasan,
keadaanabdomen, posisi berdiri, keadaan lubang alami, aksi dan suara.
a. Penampilan hewan
Waspada dan menyadari sekitarnya.
Berdiri dengan kedua kakinya, kaki yang sakit biasanya diletakkan agak ke depan

dalam keadaan istirahat (pointeran)


Ternak sering berkelompok
Hewan yang tidak tertarik di sekitarnya dan tidak ingin pindah memiliki
masalah kesehatan. Pemisahan hewan dari yang lain dalam kelompok yang sering
merupakan tanda masalah kesehatan.

Inspeksi dimulai dari depan, samping kiri, samping kanan, dan belakang pada jarak 2-

3 meter memperhatikan kelainan-kelainan (asimetris, kebengkakan, perlukaan)


Ada kelainan tegak atau tidak seperti abduksi, adduksi, pointeren
Kelainan di kuku; Luas/menyempit, Mengkilat/tidak, Retak/tidak , Ceper, penuh.
Bagaimana perbandingan toon dan verzen, laserasi, pembengkakan pada persendian

atau tendo, atropi atau bengkak pada otot, dankelainan yang lain.
b. Gerakan
Berjalan dengan mudah dan dengan empat kaki
Langkah-lanhkahnya teratur

Kepincangan akan jelas dibedakan apabila hewan berjalan di tempat yang keras

(aspal, jalan batu) dengan di tempat yang lunak.


Musculi (otot). Bandingkan kaki kanan dan kiri, apakah ada perbedaan besar oto,
perbedaan contour dan palpasi apakah ada perbedaan ukuran, suhu, adanya rasa nyeri
dan pengerasan. Dari isnpeksi dan palpasi bila ditemui adanya atropi otot lalu dicari
penyebabnya (gangguan umum, saraf, persendian, tulang, teracak). Bila ada myositis
apakah merupakan radang lokal atau sebab umum atau spesifik (azoturia pada kuda,

blackleg pada sapi/kerbau).


Tulang. Perhatikan apakah kaki bengkok, ada pembesaran epiphyse tulang-tulang
panjang, jendolan pada

sambungan costochondral

(pada rachitis), adanya

pembengkakan pada persendian dan pembengkakan pada tulang maxilla mandibula.


Coba gerak-gerakkan apakah ada rasa nyeri atau mungkin crepitasi (pada fraktur).
Perhatikan foto rontgen tulang, makin padat suatu jaringan, makin putih warnya.

Makin longgar (makin banyak udara), maka makin hitam.


Persendian. Perhatikan apakah hewan pincang, ada pembengkakan pada persendian,
lakukan palpasi : apakah ada penebalan, cairan kemudian gerak-gerakkan, apakah ada

rasa nyeri atau kekakuan persendian.


Teracak. Perhatikan apakah ada pinang tumpu, apakah beban berat dipindahkan ke
kaki lainnya, apakah ada lesi (pada corona, interdigiti, bola tanduk, telapak), apakah
ada belatung atau lalat. Raba arteri digitalis, apakah teraba lebih kuat (jelas), apakah
suhunya naik. Ambil visiter tang, jepitkan pada teracak yang tidak tersangka dahulu,
kemudian baru pada yang tersangka sakit. Bersihkan teracak yang tersangka sakit,
cuci dengan air dan kapas, bersihkan bagian-bagian yang busuk, cari dan perhatikan
lesinya, mungkin terjadi laminitis, kemudian cari penyebabnya (dari anamnesa dan
pemeriksaan umum : indigesti, retensi secundarium, toxaemia dll).

c. Permukaan Kulit
Warna kulit, karena selain warna kulit terpengaruh pigmen kulit juga dapat

dipengaruhi oleh peredaran darah dibawahnya.


Hewan yang mendadak ketakutan, terkejut, marah, dan sebagainya dikarenakan
gangguan syaraf vegetative.

Gb. Dermatophilosis
d. Mata dan Konjungtiva
Perhatikan konjungtiva mata apakah ada vasa injeksi atau lesi-lesi. Periksa pula
bola mata dari sebelah muka dan samping supaya dapat dibedakan dimana letak lesi,
apakah di cornea, atau di bagian sebelah belakangnya. Untuk pemeriksaan retina dan
fundus dapat digunakan opthalmoskope. Mata harus terang dan waspada tanpa ada
kotoran di sudut-sudut. Mata.
Penampakan mata normal sehat adalah jernih dan basah. Penampakan mata
yang tidak normal dapat menandakan adanya dehidrasi pada jaringan tubuh. Adanya lesi
padakornea, seperti keratitis dan corneal opacity, kemungkinan merupakan luka yang
bersifatlocal, tetapi lesi dapat terjadi juga merupakan gejala klinik dari penyakit yang
spesifik seperti canine distemper, dan lain-lain. Respon pada mata dapat dengan

menggunakancahaya dari penlight, jika cahaya didekatkan pada mata maka aka nada
reaksi dari pupilyaitu pupil akan berdilatasi, namun jika tidak terdapat reaksi apa- apa
berartikemungkinan adanya gangguan pada system saraf pusat dan berakibat pada system
refleknya.
Geser ke atas kelopak mata atas dengan ibu jari, gantikan ibu jari dengan
telunjuk dan sedikit ditekan, maka akan nampak selaput lendir mata. Lakukan pula pada
kelopak mata yang bagian bawah. Bandingkan antara conjuctiva mata kanan dan kiri,
apakah ada perbedaan. Selanjutnya usahakan melihat conjunctiva pada beberapa ekor
ternak dan berbagai spesies untuk meyakinkan bagaimana warna konjungtiva normal.
Pada waktu pemeriksaan konjungtiva, perhatikan apakah ada perubahan warna, apakah
lebih basah atau lebih kering, apakah ada lesi, kotoran, bercak-bercak dan lain
sebagainya. Bila ada perubahan apakah bilateral atau unilateral.
Inspeksi keadaan selaput lendir, apakah terjadi perubahan warna ataukah
terdapat lesi disekitarnya. Pada pemeriksaan ini dilakukan dengan melihat conjunctiva
palpebrum dengan menggeser ke atas kelopak mata atas dengan ibu jari,kemudian
gantikan ibu jari dengan telunjuk dan sedikit ditekan. Perlakuan ini juga berlaku pada
kelopak

mata

bawah.

Conjunctiva

kedua

mata

harus

diperiksa,

sehingga

keabnormalitasan tertuju sebagai local disease dinilai dan tidak dirancukan dengan gejala
klinik umum. Penampakan conjunctiva noramal berbeda- beda pada tiap hewan.
Padakuda berwarna pink pucat, pada sapid an domba warnanya lebih pucat daripada
milik kuda, pada babi adalah warna kemerahan, pada kucing tampak pucat. Variasi warna
pada hewan yang berbeda ini sebaiknya dihafalkan. Membrane mukosa yang tampak
Anemi(warna pucat) dan lembek merupakan indikasi anemia. Intensitas warna
conjunctiva dapat menunjukkan kondisi peradangan akut seperti enteritis, encephalonitis
dan kongesti pulmo akut. Cyanosis (warna abu- abu kebiruan) dikarenakan kekurangan
oksigen dalamdarah, kasusnya berhubungsn dengan pulmo atau system respirasi.
Jaundice (warnakuning) karena terdapatnya pigmen bilirubin yang menandakan
terdapatnya gangguan pada hepar. Hiperemi (warna pink terang) adanya hemoragi
petechial maenyebabkanhemoragi purpura dan ingusan pada kuda atau septisemia
hemoragi pada ternak.

e. Telinga
Sebagian besar hewan memiliki telinga tegak yang bergerak ke arah adanya
suara. Gerakan Telinga juga akan cepat untuk menyingkirkan lalat.

Gb. POX
f. Hidung dan Moncong
Hidung harus bersih. Pada domba dan kambing hidung dingin dan kering.
Hewan yang sehat sering menjilati hidung mereka dengan lidah mereka. Pada mukosa
Hidung. Pemeriksaan yang dilakukan adalah dengan melihat apakah terdapat kepucatan,
leleran, perubahan warna, petechiasi atau ulserasi. Perubahan ini penting untuk
identifikasi conjunctiva.

g. Mulut
Seharusnya tidak ada air liur menetes dari mulut. Jika mengunyah lambat
atautidak lengkap berarti ada masalah dengan gigi. Pemeriksaan mulut dengan cara
inspeksi membrane mukosa dan jaringan lain di dalam mulut. Buka mulut anjing dengan
menekan bibir kebawah gigi atau ke dalam mulut, kemudian lakukan inspeksi. Bila perlu,
tekanlidah dengan spatel agar dapat dilakukan inspeksi dengan leluasa. Perhatikan bau,
mulut, selaput lendir mulut, pharynx, lidah, gusi, dan gigi-geligih. Perhatikan
kemungkinanadanaya lesi, benda asing, perubahan warna, dan anomali lainnya.
Perhatikan pula limfoglandula regional dan kelenjar ludah. Dan deteksi abnormalitas
sepeti trismus. Diperiksa apakah ada iritasi local seperti ulserasi, vesikel, penyakit pada

lidah, pipi ataurahang atau trauma langsung pada mulut.


Observasi/Inspeksi : warna, normal merah muda atau pink. Mulut anjing ada
pigmenkehitaman (normal).
Selaput lendir : selalu lembab. Pada Hipersalivasi, selaput lendir lembab berlebihan.
Bau mulut disebabkan oleh gangguan gigi atau jaringan membusuk.
Gusi/Gingiva
Warna normal merah muda. Petekhie : adanya bintik - bintik kemerahan.Hipertrofi : gusi

tumbuh berlebihan. Mendeteksi hipersalivasi apabila gusi Radang/Bengkak


Palatum/Langit langit
1. Pallatum durum/langit - langit depan tekstur keras.
2. Pallatum mole/langit - langit belakang tekstur lembut

Gb. Blue Tongue

Gb. FMD

Gb. PPR
h. Mantel/kulit/bulu
Singkatnya rambut hewan, misalnya kambing dan ternak, bulu atau mantel
hewan yang sehat akan halus dan mengkilap. Bulu teratur, bersih, rapi dan mengkilat.
Kulit mulus, tidak ada luka, keropeng, ulcer, atau lesi lainnya. Bulu kusam, tampak
kering dan acak-acakan menunjukkan hewan kurang sehat.
i. Alat Pencernaan
Nafsu makan dan memamah biak
Berikan pakan/minum untuk melihat nafsu makan dan minum. Perhatikan
juga keadaan abdomen dan bandingkan sebelah kanan dan kiri. Hewan harus makan

dan minum secara normal. Kegagalan untuk makan adalah tanda yang jelas dari
kesehatanyang buruk. Jika pakan tersedia hewan yang sehat akan memiliki perut
penuh. Domba dan kambing mengunyah biak (Ruminate) selama 6 sampai 8 jam
setiap hari. Ini adalah tanda kesehatan yang buruk ketika hewan-hewan ini berhenti.

Perhatikan pula fossa sublumbalis.


Esophagus
Perhatikan leher sebelah kiri, terutama bila kambing atau domba sedang
aructasi, regusgutasi atau menelan (deglutisi). Lakukan palpasi pangkal esophagus
lewat mulut, lakukan pula palpasi dari luar. Perhatikan kemungkinan adanya benda
asing atau sumbatan pada esophagus. Ambil sonde kerongkongan yang terbuat dari
spiral baja. Ukur dan beri tanda batas setelah diukur panjangnya dari mulut sampai
rumen. Olesi ujung sonde (bagian yang besar) dengan vaselin atau pelicin lain yang
tidak merangsang dan aman. Buka mulut sedikit dan masukkan ujung tersebut
kedalam mulut. Dorong pelan-pelan, biarkan zonde ditelan. Pada keadaan normal,
zonde dapat ditelan terus sampai tanda batas yang telah ditentukan tadi. Tetapi bila
ada sumbatan atau penyempitan, maka zonde akan berhenti atau sukar didorong

masuk (jangan dipaksakan).


Rumen, lakukan pemeriksaan secara inspeksi, palpasi (dengan tinju), auskultasi,
perkusi dan eksplorasi rektal. Bandingkan abdomen kiri dengan kanan, perhatikan
fossa sublumbalis pada waktu inspeksi. Lakukan palpasi dan auskultasi, hitung
frekuensi gerak per 5 menit dan kekuatan geraknya (tonus rumen). Usahakan untuk
melakukannya pada sapi lainnya agar dapat mengira-ira atau merasakan bagaimana
tonus yang normal. Lakukan perkusi pada dinding abdomen sebelah kiri. Tarik 2 garis
bayangan yang membagi dinding perut sebelah kiri menjadi sepertiga bagian atas,
sepertiga bagian tengah dan sepertiga bagian bawah. Perhatikan suara pukulan atau
resonansi masing-masing bagian. Untuk melakukan eksplorasi rektal, kuku harus
pendek/tumpul. Basahi atau olesi tangan dengan pelicin yang tidak merangsang.
Dengan jari-jari tangan yang dikuncupkan, masukkan tangan pelan-pelan menerobos
tekanan dari spinther ani (boleh agar dipaksakan), setelah melewati sphinter jari-jari
agak dikepalkan dan bila masih ada peristaltik di dalam rektum, tunggu dulu sampai
kendor, baru tangan didorong ke depan. Bila rektum berisi tinja, harus dikeluarkan
terlebih dahulu. Anggaplah rektum ini sekedar sebagai sarung tangan. Raba dinding

rumen sebelah kanan, pada keadaan normal dinding itu tidak akan melampaui bidang

median (linea alba).


Reticulum, lakukan auskultasi pada sambungan costoshondral rusuk ke 7 sebelah
kiri, perhatikan suara aliran ingesta cair dari reticulum ke rumen. Untuk mengetahui
adanya logam yang mungkin ada dalam reticulum, dapat dilacak dengan metal

detector dan rontgen.


Omasum dan abomasum.
Omasum praktis tidak dapat diperiksa secara fisik, hal ini disebabkan
karena letak anatomiknya yang tidak dapat dijangkau. Sehingga diagnosa hanya
dapat dilakukan secara indirect (tidak langsung). Sebagian dinding abomasum
menempel pada dinding perut bawah sebelah kanan belakang dari proc xyphoideus.
Lakukan perkusi di daerah ini, bila lambung berisi gas akan terdengar resonansi atau
pekak bila terjadi impaction. Coba tekan keras-keras dengan tinju pada daerah yang
sama, bila terjadi gastritis akan terasa nyeri dan sapi akan melenguh kesakitan dan
mungkin menggeretakkan gigi (kerot = Jawa). Kerot terjadi pada peristiwa
abomasitis terutama pada waktu gerakan berbaring atau berdiri. Lakukan asukultasi
dan perkusi pada dinding perut sebelah kiri setengah bagian muka, bagian bawah

daerah rumen.
Usus, rectum dan anus. Lakukan asukultasi di daerah abdomen sebelah kanan.
Dengarkan peristaltik usus dengan baik, bagaimana kekuatan peristaltik pada hewan
yang normal, lakukan pula pada beberapa ekor sapi lain. Dengan membiasakan diri
secara ini akan dapat membedakan apakah persitaltik kekuatannya normal, lebih kuat
atau lemah. Gabungkan hasil auskultasi ini dengan pemeriksaan feses, suhu tubuh dan
pemeriksaan umum, maka akan diperoleh gambaran keadaan usus. Untuk memeriksa
rektum, lakukan palpasi dengan eksplorasi rektal, sedangkan anus cukup diinspeksi

dan palpasi dari luar.


Kotoran atau Feses
Kotoran dari hewan yang sehat akan keras. Kotoran yang sangat lembut
(diare) adalah tanda kesehatan yang buruk. Jika hewan memiliki kesulitan dalam
buang air besar (konstipasi) ini juga merupakan tanda kesehatan yang buruk. Daerah
Anus bersih tanpa ada kotoran, darah, dan luka. Apabila hewan diare, kotoran akan
menempel pada daerah sekitar anus.

j. Pernafasan
Pernapasan harus halus dan teratur pada saat istirahat. Ingat bahwa gerakan
dan cuaca panas akan meningkatkan laju pernapasan. Oksigen adalah salah satu
darikebutuhan-kebutuhan yang paling vital. Seekor hewan masih dapat bertahan
hidup beberapa hari tanpa air, atau beberapa minggu tanpa makanan, tetapi tanpa
oksigen hanyadalam ukuran menit saja. Sistem respirasi terdiri dari paru dan saluransaluran yangmemungkinkan udara dapat mencapai atau meninggalkan paru. Saluran
tersebut mencakup nostril (lubang hidung), rongga hidung, farinks, larinks, dan
trakea. Pemeriksaan nafas dengan menghitung frekuensi dan memperhatikan
kualitasnnya dengan : Melihat kembang kempisnya daerah toraco-abdominal.
Perhatikan adanya aksi-aksi atau pengeluaran seperti batuk, bersin hickup, perhatikan frekuensi dan amati tipe nafasnya.Selama respirasi yang relatif tenang,
kontraksi diafragma cukup mampumembesarkan toraks. Kontraksi bagian muskular
dari diafragma mendorong isi abdomenke arah kaudal, jadi meningkatkan panjang
(volume) toraks. Gerakan respirasi dapatdirekam dengan menggunakan alat yang
responsif terhadap perubahn tekanan di dalamrongga pleural atau di dalam trakea,
contohnya adalah pneumograf, stetograf, atau pletismograf.
Perhatikan adanya aksi-aksi atau pengeluaran-pengeluaran yang abnormal
seperti batuk, bersin, cegukan. Perhatikan frekuensi, ritme dan tipe nafas dan
perbandingan frekuensi nafas dengan pulsus. Perhatikan kelainan-kelainan pada organ

lain yang menunjang diagnosa alat pernafasan seperti conjunctiva, suhu tubuh, nafsu
makan dan produksi susu.
Pharing, laring dan trachea. Lakukan palpasi dari luar, perhatikan
kemungkinan adanya reaksi batuk dan suhunya. Perhatikan lg regional terutama
submandibularis baik konsistensi maupun besarnya, serta palpasi kemungkinan
adanya sumbatan.
Rongga dada. Lakukan perkusi di daerah rongga dada dengan pelksor dan
pleksimeter dan lakukan auskultasi dan perahatikan kemungkinan terjadinya
perluasan daerah perkusi, pada keadaan normal warna suaranya sama dengan
bronchus, tetapi dapat juga terganggu oleh rasa nyeri pada pleura, oedema subcutis
dan crepitasi.
k. Sistem Peredaran Darah
Gangguan peredaran darah yang kemungkinan dapat diderita oleh ternak
meliputi anemia, sianosis, dyspnoe, oedema, pulsus venosus, kelainan pada denyut nadi
dan sikap atau tingkah laku hewan.
Nadi. Diperiksa dengan menghitung frekuensi denyut nadi juga ritme dan
kualitasnya.
Jantung. Kerjakan pemeriksaan secara inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
Perhatikan frekuensi, ritme, kualitas dan kekuatan daerah pekak jantung. Perhatikan
apakah terjadi peningkatan kekuatan debar jantung, apakah detak jantung dapat terdengar
tanpa stetostkop, apakah teraba/tampak debar jantung pada dinding dada kanan, apakah
terjadi percepatan detak jantung. Juga dengan perkusi, apakah ada pelebaran daerah
pekak jantung.
Dengan auskultasi, dengarkan suara detak jantung dan hitung frekuensinya,
lakukan bersama-sama pemeriksaan pulsus, perhatikan apakah detak jantung sinkron
dengan pulsus, serta perhatikan ritmenya. Perhatikan perbedaan suara I (sistole) dan II
(diastole). Perhatikan kemungkinan adanya perubahan kekuatan detak jantung, sura I dan
II tidak dapat dibedakan, dan dupliksi suara I. Perhatikan pula kemungkinan adanya suara
tambahan (bising) baik berasal dari endocardium (bising endocardial) maupun yang
berasal dari pericardium (bising pericardial).
Vena. Vena jugularis cukup diperiksa dalam keadaan berdiri, perhatikan
kemungkinan adanya pulsus venosus tampak berupa pembesaran vena, aliran/desakan
darah kembali ke sebelah atas yang biasanya melampaui daerah leher 1/3 bawah. Coba

tekan pada batas antara daerah 1/3 tengah dan 1/3 bawah leher, apakah sebelah atas
bagian yang ditekan tetap ada gerakan dari vena.
l. Urine
Perhatikan sikap pada waktu kencing. Amati air seni (kemih) yang
keluar, perhatikan warnanya, baunya kekentalan dan adanya anomali (darah, jonjot,
kekeruhandan lain sebagainya). Urin harus jelas dan hewan tidak menunjukkan tandatanda sakit atau kesulitan dalam buang air kecil. Vesica urinaria (kandung kencing) dapat
diperiksa dengan pemeriksaan rectal. Ambil air kencing dengan menekan vesica urinaria
dan tampung dalam tabung reaksi untuk pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium (untuk
uji minimal yaitu pH, protein dan endapan).
m. Reproduksi
Examinasi scrotum ( Dermatophilus congolensis), inspeksi bentuk dan
perubahan warna pada scrotum, penis, vulva, dan vagina. Pada hewan pemerahan
perubahan mendadak dalam jumlah susu yang dihasilkan dapat berarti masalah
kesehatan. Tanda-tanda darah atau hal-hal lain dalam susu menunjuk infeksi pada
ambing. Seharusnya tidak ada pembengkakan pada ambing dan tidak ada tanda-tanda
nyeri bila disentuh. Seharusnya tidak ada cedera pada dot. Palpasi testis, ada tidaknya
benjolan dalam testis. Inspeksi pula kelicinan dari vulva.
n. Suhu
Suhu tubuh ternak perlu diketahui. Sebelum mengukur suhu tubuh, kolom air
raksa dalam termometer diturunkan terlebih dahulu, olesi ujung termometer dengan
bahan pelicin yang tidak merangsang misalnya (vaselin). Masukkan ujung termometer
dengan hati-hati ke lubang anus, bila ada hal yang meragukan misalnya (diduga ada
radang lokal atau anus terlalu kendor), lakukanlah pada rongga mulut, hati-hati jangan
sampai ujung termometer tergigit, pada cara ini hasilnya supaya ditambahkan 0,5C.
Spesies

Frekuensi

Frekuensi

Nafas/menit

pulsus/menit

Domba

26-32

63-90

38,0-40,0

5-10

Kambing

26-54

70-104

39,0-39,9

5-10

o. Sistem Pertahanan

Suhu (C)

Frekuensi

gerak

rumen/ 5 menit

Pemeriksaan klinik praktis hanya dapat dilakukan pada saluran lymphe dan
kelenjar getah bening (lgl) yang letaknya superfisial, pada keadaan normal lgl dapat
diraba, pada keadaan radang atau pembengkakan dapat diraba lebih jelas dan beberapa
diantaranya dapat dilakukan inspeksi, demikian pula pembuluh lumfe dengan klepklepnya. Pada waktu memeriksa, perhatikan perbedaan bentuk diantara spesies,
perbedaannya bila mengalami radang akut (bengkak, panas, nyeri, abses) dan tumbuh
ganda (tidak nyeri). Pada sapi lgl yang dapat diraba adalah lgl submaxilaris, parotidea
dan retropharyngealis (tekan kedua ujung jari tangan kanan dan kiri ke atas pharyng) dan
pada sapi betina dapat diraba lgl supramamaria. Pembengkakan lgl kemungkinan
disebabkan karena adanya penyakit menular ( lekosis, tuberkulosis).
p. Sistem Syaraf
Perhatikan sikap hewan ternak yang berkaitan dengan sistem syaraf, meliputi ekspresi
muka yang tegang, eksitasi, acuh tak acuh, tampak bodoh, kejang, paralisa, peka cahaya,
mudah terkejut, tanda-tanda kurang (tidak dapat melihat) dll. Perhatikan fungsi inervasi
syaraf otak :
- Syaraf I (Nervus olfactorius). Coba dekatkan rumput pada kambing yang
merangsang syaraf pembau tanpa mendengar atau melihat bahwa ada orang yang
-

membawa makanan. Lihat reaksinya.


Syaraf II (Nervus opticus). Bawa hewan naik turun trap/rintangan, coba gerakkan
jari telunjuk di muka matanya, perhatikan apakah hewan mengikuti arah gerak jari.
Periksa bola mata, cari penyebab gangguan penglihatan dan apakah ada

pembengkakan fundus.
Syaraf III (Nervus occulomotorius). Perhatikan gerakan palpebrae mata, pupil dan
bola mata. Untuk pemeriksaan pupil, tutup salah satu mata, buka cepat-cepat,

bagaimana reksinya terhadap sinar.


Syaraf IV (Nervus trochlearis). Perhatikan gerakan bola mata.
Syaraf V (Nervus trigeminus) yang fungsinya adalah sensorik, motorik dan
secretorik. Lakukan rangsangan dan lihat reaksinya pada otot-otot daerah kepala dan
mata, perhatikan adanya sekresi saliva dan lacrimasi, diperaestehesi, paralysa,

mastikasi dan jumlah sekresi apakah berlebihan atau berkurang.


Syaraf VI (Nervus abducens). Bersama N III dan N IV dalam pergerakan bola mata.
Syaraf VIII (Nervus auditorius). Perhatikan, apakah hewan miring sebelah,
sempoyongan (tidak dapat mempertahankan keseimbangan).Periksa lubang telinga
ambil kerikan/apus periksa fisik dan mikroskopik, periksa denganlampu (pen light)

atau stetockope, periksa adanya radang. Perhatikan bau yangkhas, bila ada runtuhan
-

yang membusuk pada otitis eksterna.


Syaraf IX (Nervus glossopharyngeus), perhatikan apakah ada gangguan menelan.
Syaraf X (Nervus Vagus), distribusinya adalah pharing, palatus mollus, pita suara,
trachea, larung, bronchus, esophagus, abdomen, intestinum. Kerja nervus vagus
sebagai motorik dan sensorik. Paa jantung berjanya sebagai inhibitor. Jantung akan

berdetak lebih epat, peristaltik usus berkurang atau hilang.


Syaraf Perifer. Perhatikan aktivitas otot, coba rangsang dengan meraba, memijit,

menusuk, mencubit dengan jari atau arteri klem atau pinsep chirurgik.
q. Reflex
Conjunctiva dan cornea, untuk serabut sensorik dari cabang opthalmicus dan

cabang maxillaris syaraf cranial V).


Reflek pupil, lakukan dengan menutup salah satu mata, buka dan lihat kecepatan

reaksinya (Nervus optic : sensorik, Nervus occulomotorius : motorik).


Reflek perineal : sentuh perineus, perhatikan reaksi reflek syaraf spinal.
Reflek pedal : sentuh, pijit, pinset (cubit) telapak kai/interdigiti, perhatikan

reaksinya.
Reflek profundal, sangga paha dan pukul ligamentum patella mediale (lutut),

apabila reflek bagus, maka otot paha akan kontraksi mendadak.


Reflek organik.
Reflek menelan (koordinasi neuromusculer di daerah pharyng dan esophagus).
Gangguan mekanisme ini terjadi pada tetanus, keracunan strichnin, paralysis N

XII dan N X).


Reflek respirasi (pusat reflek di media oblongata, otak, medulla spinalis daerah

thorax).
Reflek defekasi (syaraf yang mengintervensi sphincter ani).

BAB III
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
Aroza

Muhammad.

2013.

Pemeriksaan

Hewan

Ternak

Sehat.

http://arozafkhunsyiah.blogspot.com/2013/12/pemeriksaan-hewan-ternak-sehat.html
[diakses tanggal 22/11/2014]
Keith Javic. 2003. Small Ruminant Physical Exam. New Bolton Center Field Service
Department.
http://cal.vet.upenn.edu/projects/fieldservice/SmallRum/physexam/smrumPE.htm
[diakses tanggal 22/11/2014]

Anda mungkin juga menyukai