PENDAHULUAN
BAB II
ISI
dilakukan
sinyalemen/registrasi
dan
anamnesa
maka
selanjutnya
dilakukan pemeriksaan umum yang meliputi, Inspeksi dan adspeksi diantaranya melihat,
membau, danmendengarkan tanpa alat bantu. Sebelum melakukan inspeksi, usahakan hewan
tidak menaruh curiga kepada pemeriksa dan usahakan agar hewan tenang. Inspeksi atau
melihatkeadaan pasien dari jarak jauh dan jarak dekat secara menyeluruh dari segala arah
serta perhatikan keadaan sekitarnya. Perhatikan ekspresi muka, kondisi tubuh, pernafasan,
keadaanabdomen, posisi berdiri, keadaan lubang alami, aksi dan suara.
a. Penampilan hewan
Waspada dan menyadari sekitarnya.
Berdiri dengan kedua kakinya, kaki yang sakit biasanya diletakkan agak ke depan
Inspeksi dimulai dari depan, samping kiri, samping kanan, dan belakang pada jarak 2-
atau tendo, atropi atau bengkak pada otot, dankelainan yang lain.
b. Gerakan
Berjalan dengan mudah dan dengan empat kaki
Langkah-lanhkahnya teratur
Kepincangan akan jelas dibedakan apabila hewan berjalan di tempat yang keras
sambungan costochondral
c. Permukaan Kulit
Warna kulit, karena selain warna kulit terpengaruh pigmen kulit juga dapat
Gb. Dermatophilosis
d. Mata dan Konjungtiva
Perhatikan konjungtiva mata apakah ada vasa injeksi atau lesi-lesi. Periksa pula
bola mata dari sebelah muka dan samping supaya dapat dibedakan dimana letak lesi,
apakah di cornea, atau di bagian sebelah belakangnya. Untuk pemeriksaan retina dan
fundus dapat digunakan opthalmoskope. Mata harus terang dan waspada tanpa ada
kotoran di sudut-sudut. Mata.
Penampakan mata normal sehat adalah jernih dan basah. Penampakan mata
yang tidak normal dapat menandakan adanya dehidrasi pada jaringan tubuh. Adanya lesi
padakornea, seperti keratitis dan corneal opacity, kemungkinan merupakan luka yang
bersifatlocal, tetapi lesi dapat terjadi juga merupakan gejala klinik dari penyakit yang
spesifik seperti canine distemper, dan lain-lain. Respon pada mata dapat dengan
menggunakancahaya dari penlight, jika cahaya didekatkan pada mata maka aka nada
reaksi dari pupilyaitu pupil akan berdilatasi, namun jika tidak terdapat reaksi apa- apa
berartikemungkinan adanya gangguan pada system saraf pusat dan berakibat pada system
refleknya.
Geser ke atas kelopak mata atas dengan ibu jari, gantikan ibu jari dengan
telunjuk dan sedikit ditekan, maka akan nampak selaput lendir mata. Lakukan pula pada
kelopak mata yang bagian bawah. Bandingkan antara conjuctiva mata kanan dan kiri,
apakah ada perbedaan. Selanjutnya usahakan melihat conjunctiva pada beberapa ekor
ternak dan berbagai spesies untuk meyakinkan bagaimana warna konjungtiva normal.
Pada waktu pemeriksaan konjungtiva, perhatikan apakah ada perubahan warna, apakah
lebih basah atau lebih kering, apakah ada lesi, kotoran, bercak-bercak dan lain
sebagainya. Bila ada perubahan apakah bilateral atau unilateral.
Inspeksi keadaan selaput lendir, apakah terjadi perubahan warna ataukah
terdapat lesi disekitarnya. Pada pemeriksaan ini dilakukan dengan melihat conjunctiva
palpebrum dengan menggeser ke atas kelopak mata atas dengan ibu jari,kemudian
gantikan ibu jari dengan telunjuk dan sedikit ditekan. Perlakuan ini juga berlaku pada
kelopak
mata
bawah.
Conjunctiva
kedua
mata
harus
diperiksa,
sehingga
keabnormalitasan tertuju sebagai local disease dinilai dan tidak dirancukan dengan gejala
klinik umum. Penampakan conjunctiva noramal berbeda- beda pada tiap hewan.
Padakuda berwarna pink pucat, pada sapid an domba warnanya lebih pucat daripada
milik kuda, pada babi adalah warna kemerahan, pada kucing tampak pucat. Variasi warna
pada hewan yang berbeda ini sebaiknya dihafalkan. Membrane mukosa yang tampak
Anemi(warna pucat) dan lembek merupakan indikasi anemia. Intensitas warna
conjunctiva dapat menunjukkan kondisi peradangan akut seperti enteritis, encephalonitis
dan kongesti pulmo akut. Cyanosis (warna abu- abu kebiruan) dikarenakan kekurangan
oksigen dalamdarah, kasusnya berhubungsn dengan pulmo atau system respirasi.
Jaundice (warnakuning) karena terdapatnya pigmen bilirubin yang menandakan
terdapatnya gangguan pada hepar. Hiperemi (warna pink terang) adanya hemoragi
petechial maenyebabkanhemoragi purpura dan ingusan pada kuda atau septisemia
hemoragi pada ternak.
e. Telinga
Sebagian besar hewan memiliki telinga tegak yang bergerak ke arah adanya
suara. Gerakan Telinga juga akan cepat untuk menyingkirkan lalat.
Gb. POX
f. Hidung dan Moncong
Hidung harus bersih. Pada domba dan kambing hidung dingin dan kering.
Hewan yang sehat sering menjilati hidung mereka dengan lidah mereka. Pada mukosa
Hidung. Pemeriksaan yang dilakukan adalah dengan melihat apakah terdapat kepucatan,
leleran, perubahan warna, petechiasi atau ulserasi. Perubahan ini penting untuk
identifikasi conjunctiva.
g. Mulut
Seharusnya tidak ada air liur menetes dari mulut. Jika mengunyah lambat
atautidak lengkap berarti ada masalah dengan gigi. Pemeriksaan mulut dengan cara
inspeksi membrane mukosa dan jaringan lain di dalam mulut. Buka mulut anjing dengan
menekan bibir kebawah gigi atau ke dalam mulut, kemudian lakukan inspeksi. Bila perlu,
tekanlidah dengan spatel agar dapat dilakukan inspeksi dengan leluasa. Perhatikan bau,
mulut, selaput lendir mulut, pharynx, lidah, gusi, dan gigi-geligih. Perhatikan
kemungkinanadanaya lesi, benda asing, perubahan warna, dan anomali lainnya.
Perhatikan pula limfoglandula regional dan kelenjar ludah. Dan deteksi abnormalitas
sepeti trismus. Diperiksa apakah ada iritasi local seperti ulserasi, vesikel, penyakit pada
Gb. FMD
Gb. PPR
h. Mantel/kulit/bulu
Singkatnya rambut hewan, misalnya kambing dan ternak, bulu atau mantel
hewan yang sehat akan halus dan mengkilap. Bulu teratur, bersih, rapi dan mengkilat.
Kulit mulus, tidak ada luka, keropeng, ulcer, atau lesi lainnya. Bulu kusam, tampak
kering dan acak-acakan menunjukkan hewan kurang sehat.
i. Alat Pencernaan
Nafsu makan dan memamah biak
Berikan pakan/minum untuk melihat nafsu makan dan minum. Perhatikan
juga keadaan abdomen dan bandingkan sebelah kanan dan kiri. Hewan harus makan
dan minum secara normal. Kegagalan untuk makan adalah tanda yang jelas dari
kesehatanyang buruk. Jika pakan tersedia hewan yang sehat akan memiliki perut
penuh. Domba dan kambing mengunyah biak (Ruminate) selama 6 sampai 8 jam
setiap hari. Ini adalah tanda kesehatan yang buruk ketika hewan-hewan ini berhenti.
rumen sebelah kanan, pada keadaan normal dinding itu tidak akan melampaui bidang
daerah rumen.
Usus, rectum dan anus. Lakukan asukultasi di daerah abdomen sebelah kanan.
Dengarkan peristaltik usus dengan baik, bagaimana kekuatan peristaltik pada hewan
yang normal, lakukan pula pada beberapa ekor sapi lain. Dengan membiasakan diri
secara ini akan dapat membedakan apakah persitaltik kekuatannya normal, lebih kuat
atau lemah. Gabungkan hasil auskultasi ini dengan pemeriksaan feses, suhu tubuh dan
pemeriksaan umum, maka akan diperoleh gambaran keadaan usus. Untuk memeriksa
rektum, lakukan palpasi dengan eksplorasi rektal, sedangkan anus cukup diinspeksi
j. Pernafasan
Pernapasan harus halus dan teratur pada saat istirahat. Ingat bahwa gerakan
dan cuaca panas akan meningkatkan laju pernapasan. Oksigen adalah salah satu
darikebutuhan-kebutuhan yang paling vital. Seekor hewan masih dapat bertahan
hidup beberapa hari tanpa air, atau beberapa minggu tanpa makanan, tetapi tanpa
oksigen hanyadalam ukuran menit saja. Sistem respirasi terdiri dari paru dan saluransaluran yangmemungkinkan udara dapat mencapai atau meninggalkan paru. Saluran
tersebut mencakup nostril (lubang hidung), rongga hidung, farinks, larinks, dan
trakea. Pemeriksaan nafas dengan menghitung frekuensi dan memperhatikan
kualitasnnya dengan : Melihat kembang kempisnya daerah toraco-abdominal.
Perhatikan adanya aksi-aksi atau pengeluaran seperti batuk, bersin hickup, perhatikan frekuensi dan amati tipe nafasnya.Selama respirasi yang relatif tenang,
kontraksi diafragma cukup mampumembesarkan toraks. Kontraksi bagian muskular
dari diafragma mendorong isi abdomenke arah kaudal, jadi meningkatkan panjang
(volume) toraks. Gerakan respirasi dapatdirekam dengan menggunakan alat yang
responsif terhadap perubahn tekanan di dalamrongga pleural atau di dalam trakea,
contohnya adalah pneumograf, stetograf, atau pletismograf.
Perhatikan adanya aksi-aksi atau pengeluaran-pengeluaran yang abnormal
seperti batuk, bersin, cegukan. Perhatikan frekuensi, ritme dan tipe nafas dan
perbandingan frekuensi nafas dengan pulsus. Perhatikan kelainan-kelainan pada organ
lain yang menunjang diagnosa alat pernafasan seperti conjunctiva, suhu tubuh, nafsu
makan dan produksi susu.
Pharing, laring dan trachea. Lakukan palpasi dari luar, perhatikan
kemungkinan adanya reaksi batuk dan suhunya. Perhatikan lg regional terutama
submandibularis baik konsistensi maupun besarnya, serta palpasi kemungkinan
adanya sumbatan.
Rongga dada. Lakukan perkusi di daerah rongga dada dengan pelksor dan
pleksimeter dan lakukan auskultasi dan perahatikan kemungkinan terjadinya
perluasan daerah perkusi, pada keadaan normal warna suaranya sama dengan
bronchus, tetapi dapat juga terganggu oleh rasa nyeri pada pleura, oedema subcutis
dan crepitasi.
k. Sistem Peredaran Darah
Gangguan peredaran darah yang kemungkinan dapat diderita oleh ternak
meliputi anemia, sianosis, dyspnoe, oedema, pulsus venosus, kelainan pada denyut nadi
dan sikap atau tingkah laku hewan.
Nadi. Diperiksa dengan menghitung frekuensi denyut nadi juga ritme dan
kualitasnya.
Jantung. Kerjakan pemeriksaan secara inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
Perhatikan frekuensi, ritme, kualitas dan kekuatan daerah pekak jantung. Perhatikan
apakah terjadi peningkatan kekuatan debar jantung, apakah detak jantung dapat terdengar
tanpa stetostkop, apakah teraba/tampak debar jantung pada dinding dada kanan, apakah
terjadi percepatan detak jantung. Juga dengan perkusi, apakah ada pelebaran daerah
pekak jantung.
Dengan auskultasi, dengarkan suara detak jantung dan hitung frekuensinya,
lakukan bersama-sama pemeriksaan pulsus, perhatikan apakah detak jantung sinkron
dengan pulsus, serta perhatikan ritmenya. Perhatikan perbedaan suara I (sistole) dan II
(diastole). Perhatikan kemungkinan adanya perubahan kekuatan detak jantung, sura I dan
II tidak dapat dibedakan, dan dupliksi suara I. Perhatikan pula kemungkinan adanya suara
tambahan (bising) baik berasal dari endocardium (bising endocardial) maupun yang
berasal dari pericardium (bising pericardial).
Vena. Vena jugularis cukup diperiksa dalam keadaan berdiri, perhatikan
kemungkinan adanya pulsus venosus tampak berupa pembesaran vena, aliran/desakan
darah kembali ke sebelah atas yang biasanya melampaui daerah leher 1/3 bawah. Coba
tekan pada batas antara daerah 1/3 tengah dan 1/3 bawah leher, apakah sebelah atas
bagian yang ditekan tetap ada gerakan dari vena.
l. Urine
Perhatikan sikap pada waktu kencing. Amati air seni (kemih) yang
keluar, perhatikan warnanya, baunya kekentalan dan adanya anomali (darah, jonjot,
kekeruhandan lain sebagainya). Urin harus jelas dan hewan tidak menunjukkan tandatanda sakit atau kesulitan dalam buang air kecil. Vesica urinaria (kandung kencing) dapat
diperiksa dengan pemeriksaan rectal. Ambil air kencing dengan menekan vesica urinaria
dan tampung dalam tabung reaksi untuk pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium (untuk
uji minimal yaitu pH, protein dan endapan).
m. Reproduksi
Examinasi scrotum ( Dermatophilus congolensis), inspeksi bentuk dan
perubahan warna pada scrotum, penis, vulva, dan vagina. Pada hewan pemerahan
perubahan mendadak dalam jumlah susu yang dihasilkan dapat berarti masalah
kesehatan. Tanda-tanda darah atau hal-hal lain dalam susu menunjuk infeksi pada
ambing. Seharusnya tidak ada pembengkakan pada ambing dan tidak ada tanda-tanda
nyeri bila disentuh. Seharusnya tidak ada cedera pada dot. Palpasi testis, ada tidaknya
benjolan dalam testis. Inspeksi pula kelicinan dari vulva.
n. Suhu
Suhu tubuh ternak perlu diketahui. Sebelum mengukur suhu tubuh, kolom air
raksa dalam termometer diturunkan terlebih dahulu, olesi ujung termometer dengan
bahan pelicin yang tidak merangsang misalnya (vaselin). Masukkan ujung termometer
dengan hati-hati ke lubang anus, bila ada hal yang meragukan misalnya (diduga ada
radang lokal atau anus terlalu kendor), lakukanlah pada rongga mulut, hati-hati jangan
sampai ujung termometer tergigit, pada cara ini hasilnya supaya ditambahkan 0,5C.
Spesies
Frekuensi
Frekuensi
Nafas/menit
pulsus/menit
Domba
26-32
63-90
38,0-40,0
5-10
Kambing
26-54
70-104
39,0-39,9
5-10
o. Sistem Pertahanan
Suhu (C)
Frekuensi
gerak
rumen/ 5 menit
Pemeriksaan klinik praktis hanya dapat dilakukan pada saluran lymphe dan
kelenjar getah bening (lgl) yang letaknya superfisial, pada keadaan normal lgl dapat
diraba, pada keadaan radang atau pembengkakan dapat diraba lebih jelas dan beberapa
diantaranya dapat dilakukan inspeksi, demikian pula pembuluh lumfe dengan klepklepnya. Pada waktu memeriksa, perhatikan perbedaan bentuk diantara spesies,
perbedaannya bila mengalami radang akut (bengkak, panas, nyeri, abses) dan tumbuh
ganda (tidak nyeri). Pada sapi lgl yang dapat diraba adalah lgl submaxilaris, parotidea
dan retropharyngealis (tekan kedua ujung jari tangan kanan dan kiri ke atas pharyng) dan
pada sapi betina dapat diraba lgl supramamaria. Pembengkakan lgl kemungkinan
disebabkan karena adanya penyakit menular ( lekosis, tuberkulosis).
p. Sistem Syaraf
Perhatikan sikap hewan ternak yang berkaitan dengan sistem syaraf, meliputi ekspresi
muka yang tegang, eksitasi, acuh tak acuh, tampak bodoh, kejang, paralisa, peka cahaya,
mudah terkejut, tanda-tanda kurang (tidak dapat melihat) dll. Perhatikan fungsi inervasi
syaraf otak :
- Syaraf I (Nervus olfactorius). Coba dekatkan rumput pada kambing yang
merangsang syaraf pembau tanpa mendengar atau melihat bahwa ada orang yang
-
pembengkakan fundus.
Syaraf III (Nervus occulomotorius). Perhatikan gerakan palpebrae mata, pupil dan
bola mata. Untuk pemeriksaan pupil, tutup salah satu mata, buka cepat-cepat,
atau stetockope, periksa adanya radang. Perhatikan bau yangkhas, bila ada runtuhan
-
menusuk, mencubit dengan jari atau arteri klem atau pinsep chirurgik.
q. Reflex
Conjunctiva dan cornea, untuk serabut sensorik dari cabang opthalmicus dan
reaksinya.
Reflek profundal, sangga paha dan pukul ligamentum patella mediale (lutut),
thorax).
Reflek defekasi (syaraf yang mengintervensi sphincter ani).
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Aroza
Muhammad.
2013.
Pemeriksaan
Hewan
Ternak
Sehat.
http://arozafkhunsyiah.blogspot.com/2013/12/pemeriksaan-hewan-ternak-sehat.html
[diakses tanggal 22/11/2014]
Keith Javic. 2003. Small Ruminant Physical Exam. New Bolton Center Field Service
Department.
http://cal.vet.upenn.edu/projects/fieldservice/SmallRum/physexam/smrumPE.htm
[diakses tanggal 22/11/2014]