Anda di halaman 1dari 41

PENGISIAN FORM

PEMERIKSAAN FISIK PADA


HEWAN

PPDH DIVISI PENYAKIT DALAM


DEPARTEMEN KRP FKH
IPB BOGOR
(2020)
PEMERIKSAAN FISIK :

Pemeriksaan fisik pada kewan meliputi aktivitas :


-Inspeksi
-Palpasi
-Auskultasi
-Perkusi
-Pemeriksaan penunjang diagnosa bila diperlukan yaitu melalui
pemeriksaan laboratorium : feces, cerumen, darah

Hasil pemeriksaan fisik harus diungkapkan secara objektif ,


sedapat mungkin tidak menggunakan istilah normal .
SINYALEMEN HEWAN mencakup :
1. Nama Hewan: berdasarkan keterangan pemilik
2. Jenis Hewan: jelas
3. Ras Hewan: jelas (pelajari kembali ras hewan)
4. Jenis Kelamin: jantan /betina
5. Umur: berdasarkan keterangan pemilik, gigi
6. Warna Rambut/Kulit: jelas
7. Berat Badan: jelas
8. (Hewan Besar) tujuan pemeliharaan: sebagai
hewan kesayangan atau untuk produksi
9. Tanda/ciri khusus turunan/buatan: merupakan
tanda yang tidak bisa hilang (tatto, berkaki tiga dll)

3
ANAMNESIS
Riwayat Kesehatan mencakup status kesehatan, keluhan kesehatan
Merupakan upaya mendapatkan informasi sekitar ‘KELUHAN’ yang
melibatkan ‘concern’ pemilik hewan atas ‘derita’ hewan yang
dikonsultasikan

 ISI ANAMNESIS :

1. Riwayat saat ini (immediate/berdasarkan keterangan pemilik)


2. Riwayat masa lalu (past/berdasarkan keterangan pemilik atau
rekam medik bila pernah datang sebelumnya)
3. Histori umum (present examinations/saat pemeriksaan)
4. Pelibatan lingkungan (environment)
KEADAAN UMUM
-Perawatan: baik /buruk (perhatikan kondisi fisik hewan saat
datang apakah terawat baik ataukah tidak)

-Habitus/tingkah laku : merupakan sikap hewan, bila bisa berdiri


perhatikan tulang punggung apakah kifosis, lordosis, skoleosis ;
ataukah hewan tidak dapat berdiri. Kemudian perhatikan pula
bagaimana tingkah lakunya.

-Gizi:baik/cukup/buruk berdasarkan pada penonjolan tulang costae,


tuber coxae , vertebrae apakah tertutupi dengan otot yang sesuai.

-Pertumbuhan badan: baik atau buruk ( berlaku untuk hewan


muda)
-Suhu tubuh: diukur dengan termometer melalui rektum

-Frekuensi nadi : pengukuran frekuensi nadi dapat dilakukan selama


15 detik hasilnya dikali 4 untuk mendapatkan nilai selama 1 menit.
Pengukuran dilakukan dengan menghitung denyut pada arteri : a.
femoralis (anjing/kucing), a. coccygealis (sapi), a. fascialis (kuda, sapi)

-Frekuensi napas : (dapatkan penghitungan frekuensi napas selama 15


detik , hasilnya dikali 4 untuk mendapatkan nilai 1 menit.
Penghitungan dapat dilakukan dengan menghitung udara masuk –
keluar rongga hidung dengan menggunakan punggung tangan; dapat
pula dengan memperhatikan kembang-kempisnya rongga thoraks;
penghitungan pada anjing dilakukan dengan mulut ditutup untuk
menghilangkan efek “panting “ pada anjing karena suhu ruang yang
tinggi.
-Adaptasi lingkungan: baik / buruk (perhatikan apakah hewan sejak datang
sampai saat pemeriksaan dapat beradaptasi dengan lingkungan baru)

-Pemeriksaan kulit dan rambut: perhatikan terhadap :


- Aspek rambut: aspek rambut dapat kering, patah-patah, licin,
mengkilat

- Kerontokan : untuk mengecek apakah ada/tidak kerontokan


rambut dengan mengusap permukaan tubuh yang berambut .
Bila terjadi kerontokan perhatikan apakah kerontokannya merata
atau hanya pada area tertentu saja

- Kebotakan : apakah ada suatu kebotakan pada permukaan kulit,


bila ada apakah merata, simetris bilateral atau hanya pada area
tertentu saja

-
-Turgor kulit: turgor kulit dapat ditentukan dengan menarik kulit
pada area kulit longgar (leher, punuk, punggung) kemudian
lepaskan dan dalam hitungan 3 detik harus kembali pada posisi
semula.
Penilaian <3 (dalam waktu kurang dari atau dalam waktu 3 detik
sudah kembali pada posisi semula berarti turgor baik; namun bila
kulit kembali pada posisi awal lebih lama dari hitungan 3 detik
menunjukan turgor buruk atau kondisi dehidrasi)

-Permukaan kulit: perhatikan pada permukaan kulit apakah ada


keropeng,luka, runtuhan kulit kering (seperti ketombe). Jika Kulit
normal maka permukaan akan licin, halus
-Bau kulit : bau kulit yang normal khas bau hewannya (bau kucing
akan berbeda dengan anjing). Bau yang abnormal dapat bau yang
menyengat karena lama tidak dimandikan , atau bau urine pada
hewan yang tidak dapat berdiri karena terkena urine)
- Sikap berdiri : perhatikan sikap berdiri hewan saat diperiksa ,
pada kondisi normal berdiri dengan ke empat kaki. Adanya rasa
sakit pada salah satu ekstrimitas maka hewan akan mengangkat
kaki yang sakit dan berdiri dengan 3 kaki.

- Sikap berdiri abduksi kaki depan (melebarkan siku kaki depan )


dapat mengindikasikan sebagai usaha hewan untuk memperluas
lapangan paru-paru pada kondisi gangguan pernapasan atau
sebagai kondisi yang menunjukkan adanya rasa sakit pada area
kaki depan .
STATUS PRESENT
Regio Kepala dan leher :
-Inspeksi :
Posisi Kepala : perhatikan posisi kepala saat hewan berdiri, kondisi
normal maka posisi kepala akan lebih tinggi dari tulang punggung.
Kondisi abnormal dapat dilihat kepala terkulai , atau pada hewan yang
berbaring dapat dilihat apakah kepala bengkok kearah flank (khas
hipokalsemia pada sapi)

-Ekspresi wajah: ekspresi wajah dapat : tenang, apathis, kesakitan,


ketakutan, ceria, marah.

-Pertulangan kepala : palpasi kepala dengan kedua tangan diurut


mulai dari pertengahan dahi kearah belakang. Rasakan bagaimana
konformasinya (kokoh, kuat ), tidak ada benjolan , dan tidak ada
abnormalitas lainnya.
Mata dan orbita mata kiri/kanan
-Palpebrae: perhatikan apakah:
-dapat membuka dan menutup secara sempurna(normal)
-ada kebengkakan, enteropion, ekteropion

-Cilia: cilia normal akan melekuk kearah luar,


beberapa abnormalitas yang dapat terjadi antara lain :
- cilia melekuk kedalam
- cilia tidak ada
- trichiasis
- dichiasis
-Konjungtiva : buka bagian dalam palpebrae perhatikan:
- warna mukosa konjungtiva (normal : merahmuda/rose/pink
abnormal dapat : pucat, hiperemis, ikterus, cyanotis)
- aspek permukaan : normal licin , mengkilat , basah,rata
abnormal dapat : ada lesio, suram, lembab, lengket
(penilaian konjungtiva berlaku sama dengan pemeriksaan mukosa
lainnya)
-Membrana nictitans : (nama lain: kelopak mata ketiga)
Pada keadaan normal membrana nictitans berada pada sudut medial
mata dan tidak tampak dari luar (disebut tersembunyi) kecuali
kelopak mata dikuakan terbuka lebar.

Bila terdapat suatu penonjolan keluar yang berwarna rose/merah


dari sudut medial mata menunjukan adanya prolapsus membrana
nictitans (cerry eyes).
Bola mata :

-Sklera : perhatikan sklera mata terhadap warna , warna skelera


normal adalah putih ,dengan kapiler pembuluh darah halus.
Perubahan yang dapat terjadi pada sklera mata antara lain
-warna : hiperemis, ikterus, cyanotis
-vatsa injectio : dilatasi pembuluh darah pada skelera
Bila skelera tampak hiperemis perhatikan kemerahan karena
pecahnya pembuluh darah (mis. Akibat berkelahi), atau karena
dilatasi pembuluh darahnya (mis, akibat peningkatan intra ocular)

-Kornea: Perhatikan kornea terhadap kejernihan, terang tembus


(normal), pada keadaan abnormal dapat menjadi seperti
berawan, keruh atau ada ulcus.
Uji terhadap ulcus cornea dapat dilakukan dengan Fluorescent test
-Limbus : perhatikan garis batas antara cornea dan sklera , apakah
datar/rata mengelilingi kornea (dalam keadaan normal), atau tidak
rata (biasanya karena adanya tekanan intra ocular (karena pada
limbus banyak terdapat kapiler halus) Iris: Perhatikan apakah ada
perlekatan (synecsia anterior/posterior)

-Pupil: pupil merupakan jendela yang dibentuk oleh kontraksi iris


untuk mengatur sinar yang masuk
Perhatikan bentuk dan ukuran pupil apakah sesuai dengan kondisi
normal ( disebut tidak ada kelainan) sebelum dirangsang dengan sinar.

-Refleks pupil : beri sinar dari depan kornea (gunakan pen light),
perhatikan apakah ada reaksi iris melebar yang menyebabkan
pengecilan pupil , bila ada reaksi tersebut berarti refleks pupil positif.
Hidung dan sinus hidung :
- Perhatikan cermin hidung (normal lembab)
- Apakah ada discharge yang keluar dari hidung (normal tidak
ada)
- Bila ada perhatikan sifat discharge (serous, mucous,
mucopurulenta, purulenta)
- Rasakan dengan punggung tangan udara yang keluar dari
hidung (lancar, tidak tersendat)

- Lakukan perkusi pada area sinus hidung (normal nyaring ),


ataukah ada keredupan.
Telinga :
Inspeksi :
-Perhatikan posisi daun telinga (tegak, tegak kesamping, jatuh)
-Apakah simetris
-Perhatikan permukaan daun telingan apakah rata, berkeropeng,
membesar
-Bau : bau telinga pada kondisi normal akan tercium bau khas
cerumen
-Uji krepitasi : dilakukan dengan mengucek wilayah batas pangkal
telinga dan tulang kepala bila terasa gemericik , menunjukan adanya
cairan dalam telinga yang merupakan pertanda adanya peradangan
pada telinga.
-Perhatikan cerumen bila warnanya hitam seperti tir, periksa secara
mikroskopis cerumen yang hitam diatas objek glas dengan
menambahkan 1tetes KOH 10%, untuk deteksi kemungkinan infestasi
ear mites.
-Refleks panggilan: uji fungsi mendengaran dengan membuat suara
dari arah belakang telinga, apakah telinga bereaksi.
Mulut dan Rongga mulut :
-Kerusakan /luka bibir: perhatikan apakah ada perlukaan atau
kerusakan pada bibir
-Mukosa : penilaian sama dengan pemeriksaan konjungtiva , pada
beberapa ras anjing mukosa terdapat pigmentasi sehingga
berwarna hitam, maka pemeriksaan mukosa dapat dilakukan pada
area samping dari rongga mulut
-Gigi geligi : perhatikan apakah gigi lengkap,tidak ada yang patah,
tidak ada plaque, karang gigi

-Lidah : perhatikan warna lidah , apakah ada perlukaan (pada


hewan kecil cukup dilihat saat membuka mulut , pada hewan besar
dapat diperiksa dengan menarik lidah keluar dari arah samping)
-Bau Mulut : saat membuka rongga mulut apakah tercium bau yang
tidak sedap (seperti bau busuk ).
Leher :
Inspeksi : perhatikan perototan leher terhadap kesimetrisan dan
kebengkakan
Palpasi : apakah ada respos sakit

- Trachea:
Palpasi trachea :- apakah ada perubahan bentuk dari cincin
trachea
- respons batuk saat dipalpasi ada/tidak

- Esophagus : palpasi esophagus pada sisi kanan pertengahan


leher , apakah ada sisa makanan/tidak
Pertahanan regional :
Ln . Retropharingealis dan Ln. Mandibularis, perhatikah terhadap :
- Ukuran : apakah ada perubahan/tidak .
Ada perubahan dapat membesar/ mengecil
- Rasa sakit : apakah ada /tidak rasa sakit saat dipalpasi
- Lobulasi : jelas/tidak
- Perlekatan : ada /tidak
Ket : lobulasi jelas artinya Ln. teraba dibawah kulit dan dapat
digerakkan terasa terpisah dari jaringan yang juga menunjukan tidak
ada perlekatan.
Pada lobulasi tidak jelas bermakna Ln. Tidak dapat teraba dengan
jelas , tak dapat digerakan yang berarti ada perlekatan
- Kesimetrisan : apakah kanan/kiri simetris
- Suhu : apakah suhu kulit diatas Ln. sama dengan suhu kulit
sekitarnya (gunakan punggung tangan)
Regio Thoraks
Sistim Respirasi

Inspeksi
-Bentuk rongga Thoraks: perhatikan apakah perubahan regio thoraks
(besar, bentuk)
-Tipe pernapasan:
- Costalis : hewan kecil (anjing, kucing)
- Abdominalis : ruminansia
- Costoabdominalis : kuda
-Ritme : Perhatikan keteraturan saat inspirasi dan ekspirasi

- Intensitas : Perhatikan kedalaman saat bernapas, yang berhubungan


dengan frekuensi napas, intensitas napas yang normal adalah dalam
dangan frekuensi kisaran normal . Bila frekuensi nafas lebih tinggi
biasanya intensitas akan dangkal, intensitas abnormal lainnya termasuk
sangat dalam

- Frekuensi : lihat pada kemeriksaan keadaan umum


Palpasi :
-Trachea: sudah dilakukan pada saat pemeriksaan regio leher

-Penekanan rongga thoraks: tekan rongga thoraks pada kedua sisi ,


perhatikan bagaimana responsnya (kesakitan, batuk atau tidak
ada kelainan)

-Palpasi intercostalis: tekan intercostalis perhatikan bagaimana


responsnya, bila ada kesakitan dapat diperlihatkan dengan respon
marah, batuk , pada hewan besar (scapula,humerus gemetar).
Auskultasi dan Perkusi lapangan paru-paru:
Sebelum melakukan auskultasi dan perkusi lapangan paru-paru
harus tahu wilayah lapangan paru paru. Untuk menentukan lapang
paru-paru dapat diperkirakan dengan penentuan wilayah akhir
belakang paru-paru karena kita tidak tahu posisi costae 1 yang
tertutup perototan bahu.

Penentuan lapang paru-paru pada ruminansia, anjing, kucing sama


karena jumlah tulang rusuk sama yaitu 13 sedangkan pada kuda
berbeda karena jumlah tulang rusuk 16.

-Penentuan batas atas akhir paru-paru dapat ditarik garis dari tuber
coxae kearah depan yang berpotongan dengan costae 11.
-Penentuan batas tengah akhir paru-paru ditarik garis dari tuber
ischii kedepan dan perpotongan dengan costae 9
-Penentuan batas bawah paru –paru dapar ditarik garis dari
persendian scapulo-humeri kearah belakang pada perpotongan
costae ke 5/6.

-Auskultasi dilakukan pada lapangan paru-paru:


Bedakan dahulu inspirasi (menarik napas) dan ekspirasi
(mengeluarkan napas). Pada saat inspirasi maupun ekspirasi akan
terdengar suara bronchial dan vesicular/alveolar

suara bronchial yaitu suara yang terdengar saat udara masuk dari
bronchus ke bronchioli dan sebaliknya

Suara vesicular/alveolar yaitu suara yang terdengar saat udara


masuk dari bronchioli ke alveolar dan sebaliknya.
-Pada ruminansia dengan tipe pernapasan abdominalis saat inspirasi
suara bronchial akan lebih jelas dari pada suara vesicular, sedangkan
saat ekspirasi suara vesicular akan lebih jelas daripada suara
bronchial. Namun bila dibandingkan maka suara bronchial inspirasi
tetap lebih besar daripada suara vesicular ekspirasi. Maka dapat
dikatakan suara pernapasan pada kondisi normal “ suara bronchial
inspirasi lebih jelas dibandingkan vesikular ekspirasi”

*)Penjelasan : saat inspirasi udara dari luar masuk kedalam saluran


napas yang makin dalam makin mengecil, demikian pula dengan
udara yang masuk makin halus karena tersaring sehingga saat
inspirasi suara bronchial lebih jelas daripada suara vesicular
Saat ekspirasi udara yang dikeluarkan sangat halus , melewati media
saluran pernapasan yang makin besar menuju keluar, sehingga
suara vesicular ekspirasi lebih besar dibanding suara bronchial
ekspirasi.
Pada carnivora dengan tipe pernapasan costalis ,demikian pula
pada saat inspirasi suara bronchial akan lebih jelas dari pada
suara vesicular, sedangkan saat ekspirasi suara vesicular akan
lebih jelas daripada suara bronchial.
Namun saat inspirasi suara vesikular masih dapat terdengar
dengan jelas (tipe pernapasan costalis), walaupun bila
dibandingkan tetap lebih jelas suara bronchial inspirasi .
Sehingga suara pernapasan dalam keadaan normal dapat
dikatakan “suara vesikular inspirasi terdengar jelas”
Pada kondisi abnormal dapat terjadi , Misalnya suara bronchial
meningkat, vesikular meningkat

Suara ikutan antara inspirasi dan ekspirasi : apakah terdengar


suara ikutan yang menyertai inspirasi atau eksprasi.
Perkusi : dilakukan pada lapangan paru-paru dengan
menggunakan palu perkusi (flexor-fleximeter) pada hewan besar,
menggunakan jari pada hewan kecil. Rasakan gema /resonansi
yang timbul pada wilayah lapangan paru-paru , pada kondisi
normal maka gema perkusi akan “nyaring” kemudian tentukan
Lapangan paru-paru: apakah ada suatu perluasan, pengecilan ,
adanya keredupan pada focal-focal tertentu

Perkusi dapat pula membantu memperkirakan titik orientasi


paru –paru yang mengalami abnormalitas yang ditemukan pada
saat auskultasi dengan menemukan suatu keredupan atau suara
yang sangat nyaring
Sistim sirkulasi :
Inspeksi
Ictus cordis : ictus cordis mencerminkan kontraksi jantung yang
menyentuh dinding thoraks . Pada kondisi normal ictus cordis
tidak terlihat. Ictus kordis akan tampak pada hewan yang dangat
kurus, atau kelainan jantung (pembesaran jantung)

Auskultasi :
Frekuensi: hitung denyut jantung dalam waktu 15 detik hasilnya
X 4 , dalam menghitungfrekuensi jantung posisikan stetoskop
pada ketiak kaki kiri depan.
Intensitas: tentukan kekuatan saat jantung berdenyut (normal :
kuat; abnormal dapat lemah, sangat kuat)
Ritme : menentukan keteraturan jantung dalam berdenyut
Suara sistolik dan diastolik: saat auskultasi jantung apakah suara
yang timbul saat sistolik dan diastolik jelas/tidak

Suara ekstra sistolik : saat auskultasi jantung apakah terdengar


suara diluar suara sistolik dan diastolik normal. Pada kondisi normal
suara ikutan tidak ada

Lapangan jantung : tentukan pula apakah ada perluasan pada


jantung ( jantung terdapat pasa posisi intercostalis (3,4,6) pada sisi
kiri dari thoraks

Sinkron antara pulsus dan jantung : saat auskultasi suara jantung


salah satu tangan menyentuh arteri untuk merasakan pulsus ,
rasakan apakah sinkron antara pulsus dan denyut jantung
Pemeriksaan tambahan pada regio thoraks dilakukan untuk
ruminansia besar (SAPI) : Uji Gumba, Uji alu
Uji Gumba : dilakukan dengan menarik kulit longgar diatas
gumba (punuk) untuk menentukan adanya suatu kesakitan di
wilayah thoraks ke arah depan.
Respon yang dapat terjadi pada uji gumba :
- terkejut
- kegelian
- kesakitan
Uji gumba harus dilakukan lebih dari 1 kali, biasanya bila baru
pertama kali hewan akan berespon, kemungkinan hewan terkejut
sehingga harus diulang . Bila setelah diulang menjadi tidak
berespons berarti hewan hanya terkejut dan normal.
Bila saat uji gumba diulang hewan tetap bereaksi namun tidak
marah hanya menggeliat kekiri-kanan, kearah bawah
mengindikasikan hewan kegelian.
Bila saat pengulangan uji gumba hewan bereaksi makin jelas ,
kadang disertai kemarahan, siaga akan menyerang balik atau
menjulurkan leher mengindikasikan ada sesuatu yang membuat
hewan tidak nyaman.
Uji Gumba positif (+) : bermakna
1. Pleuritis : hasil uji gumba (+), pada penekanan intercostalis
memberikan reaksi kesakitan (dapat ditunjukkan dengan reaksi
gemetar pada perototan siku , sikap abduksi lebih jelas)
2. Retikulitis traumatika dan pericarditis traumatika
Ditunjang dengan uji alu (uji tinju), uji alu dilakukan
dengan menggunakan alu panjang ditekankan proc.
Xiphoideus oleh 2 orang pemegang alu yang berdiri pada
posisi bersebrangan dari sisi thorak
Uji tinju dapat dilakukan oleh 1 orang yang menekan langsung proc.
Xyphoideus dengan kepalan tangan (tinju) dengan berlutut sebagai
bantalan lengan. Reaksi positif menunjukkan adanya rasa sakit
karena adanya perlukaan pada diafragma.
Untuk membedakan antara retikulitis traumatika dan perikarditis
traumatika , dengarkan suara jantung bila ada murmur
mengindikasikan perlukaan sudah sampai melukai perikardium

4. Laminitis kaki depan: uji gumba (+) tetapi kelainan pada 2) dan
3) diatas memberikan hasil negatif, periksa kaki depan dengan
mengangkat kaki dan perhatikan bagian solar kuku apakah ada
kelainan.
5. Bila hasil semua diatas negatif , uji gumba (+) dan tampak hewan
menjulurkan leher kedepan , saat perkusi lapangan paru-paru
apakah ada perluasan terutama pada sisi kiri yang menunjukan
adanya emphysema pulmonum.
ABDOMEN DAN ORGAN PENCERNAAN YANG BERKAITAN

Inspeksi
Besar: perhatikan besar apakah ada pembesaran
Bentuk: simetris atau tidak (pada ruminansia pada kondisi makanan
penuh biasanya abdomen lebih menonjol kekiri karena adanya rumen
disebelah kiri
Suara peristaltik lambung /usus: apakah terdengan suara peristaltik
lambung /usus
Palpasi Profundal hewan kecil

Untuk mempermudah pemeriksaan regio abdominal dalam


memperkirakan posisi organ dalam abdominal maka dapat dibuat
dengan bantuan garis imaginasi :
Regio abdominal dibagi dalam tiga area kearah belakang yaitu
Epigastrikus ,Mesogastrikus dan Hipogastrikus. Kemudian masing –
masing area dibagi menjadi 3 dari atas ke bawah yaitu, dorsal ,
medial dan ventral , sehingga regio abdominal terdiri dari 9 area.
Dalam pemeriksaan regio ini tidak mencari organ tetapi mencari
apakah ada pembesaran ,kesakitan atau sensitivitas yang tinggi
saat dipalpasi . Bila diketahui ada pembesaran atau reaksi pada
satu area maka dapat diketahui organ mana yang mengalami
abnormalitas.
Pada kondisi normal atau hewan sehat maka hasil palpasi regio
abdiminal dapat ditulis sebagai:
Palpasi epigastrikus : tidak ada rasa sakit
mesogastrikus : tidak ada rasa sakit
mesogastrikus : tidak ada rasa sakit
Palpasi lain pada regio abdominal yaitu pada area mesogastrikus
yang berisi sebagia besar usus halus , pada kondisi normal tidak
akan teraba isi usus halus, pada kondisi tertentu dapat terasa
adanya benda asingpada usus halus misalnya pada kucing yang
sering menjilat rambutnya sebagai usaha membersihkan diri , jika
ini terjadi pada saat musim pergantian rambut maka akan banyak
rambut yang tertelan membentuk hair ball dalam usus, yang
terasa saat palpasi.
Isi usus besar : Selain usus halus dapat juga dipalpasi usus besar
area perbatasan meso gastrikus –hipogastrikus dorsalis, untuk
menentukan apakah terjadi konstipasi dimana feces tertahan
dalam usus besar, atau terdapat megacolon.

Pemeriksaan regio abdominal pada hewan besar


Perhatikan apakah ada ketegangan pada regio abdominal
Pada ruminansia : perhatikan fossa paralumbaris apakah ada
ketegangan .
Selain itu lakukan penghitungan frekuensi kontraksi rumen , pada
fossa paralumbaris normal 5 – 8x/5menit.
Anus:
Kebersihan anus : perhatikan kebersihan anus terhadap feces , pada
kondisi diarrhea akan terlihat sekitar anus terdapat feces cair

Refleks spingter ani : dapat dilihat respons anus terhadap rangsangan


dengan menyentuhkan sekitar anus menggunakan ujung termometer.
Kelenjar perianalis (pada anjing) : Kelenjar perianalis dapat diperiksa
pada anus (bila jam pada posisi jam 4 , jam 8) gunakan tissu rasakan
apakah ada pembengkakan, atau rasa sakit
Megacolon (kucing): Pada saat palpasi regio abdominal mesogastrikus
juga rasakan apakah ada pembesaran colon
Kebersihan perinealis : perhatikan kebersihan perineal,pada kondisi
diarrhea area ini akan tampak kotor
Hub . Antara vagina dan rectum (kuda): kondisi ini hanya terjadi pada
kuda yang merupakan abnormalitas yang bersifat herediter
Alat Kelamin

Jantan
Preputium : perhatikan preputium terhadap adanya peradangan
yang ditandai dengan adanya kebengkakan, kemerahan , kesakitan,
discharge purulenta.

Pada kondisi tertentu dapat ditemukan adanya discharge purulenta


pada preputium tanpa disertai gejala peradangan, dan merupakan
sisa cairan sperma yang keluar.
Keluarkan penis :

Perhatikan terhadap warna, besar, bentuk , sensitivitas . Warna


biasanya sama denga warna mukosa pada umumnya. Besaran pada
kondisi normal tidak berubah ,bentuk sesuai dan tidak ada rasa sakit.
Scrotum : pada pemeriksaan alat kelamin jangan dilewatkan
pemeriksaan scrotum.

Inspeksi : perhatikan apakah ada kebengkakan scrotum


Palpasi :scrotum rasakan apakah testis ada lengkap dua, hanya satu
(monorchid) atau tidak ada testis (cryptorchid atau karena kastrasi).
Adakah rasa sakit saat dipalpasi, bila kedua testis teraba apakah
simetris.

Urethra : pemeriksaan urethra hanya dapat dilakukan dengan


inspeksi saat urinasi yang lancar tanpa hambatan. Tidak
diperkenankan menggunakan cateter urine untuk pemeriksaan
urethra , karena akan membuat iritasi dan infeksi pada urethra
Ekstrimitas :

Inspeksi
Perototan kaki depan
Perototan kaki belakang
Perhatikan bagaimana perototan kaki depan. Kaki belakang
terhadap kesimetrisan, adakah kebengkakan, spasmus, tremor

Cara berjalan : koordinatif/tidak


Cara berlari : koordinatif/tidak
Sudut persendian : membesar/mengecil atau tidak ada perubahan
Panjang kaki depan : hanya berlaku untuk hewan kecil, dilakukan
dengan menaruh hewan diatas meja pada posisi baring sternal,
kemudian tarik kedua kaki depan lurus kearah depan. Perhatikan
panjang kedua kaki dan apakah ada respon sakit

Panjang kaki belakang: posisi hewan baring sternal diatas meja


Tarik lurus kedua kaki belakang kearah belakang pada tepian
meja. Perhatikan panjang kedua kaki dan respon sakit

Ln. poplitea (pada hewan kecil) pada kaki belakang perhatikan


terhadap ukuran, lobulasi, besar, kesimetrisan, panas, rasa sakit
Kestabilan pelvis
Konformasi : perhatikan konformasi pelvis tegas, kokoh
Kesimetrisan: apakah simetris
Tuber coxae : bagaimana penonjolan dan kesimetrisannya
Tuber ischii : apakah ada perlukaan , kebengkakan
Pemeriksaan Lanjutan :
Pemeriksaan lanjutan dilakukan bila perlu dilakukan pemeriksaan
untuk menegakan diagnosa dapat berupa pemeriksaan
laboratorium (darah, urine ,faeces ) , pemeriksaan radiografi seperti
X’ray, USG
Prognosa: perkiraan kondisi hewan dapat/tidak dapat membaik
atau bahkan tidak tentu
Diagnosa : ditegakan berdasarkan rangkuman pemeriksaan fisik
yang diperkuat dengan pemeriksaan lanjutan

Anda mungkin juga menyukai