Anda di halaman 1dari 6

ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK

Pendahuluan

Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya


kelainan-kelainan dari suatu sistem atau suatu organ tubuh dengan cara inspeksi
(melihat), palpasi, perkusi dan auskultasi. Pada umumnya pemeriksan dilakukan
secara berurutan dari inspeksi sampai auskultasi.
Sebelum kita melakukan pemerikaan fisik, maka terlebih dahulu kita harus
mekakukan komunikasi dengan pasien yang biasa dikenal dengan anamnesis
(history taking). Anamnesis penting sebelum pemeriksaan fisik dilakukan dan
dapat membantu pemeriksa di dalam mengarahkan diagnosis penyakit. Begitu
pentingnya anamnesis ini, sehingga kadang-kadang pemeriksaan fisik belum
dilakukan diagnosis sudah dapat diprediksi.
Secara khusus pemeriksaan diagnostik fisik hematologi tidak berbeda jauh
dengan sistem lain yaitu secara berurutan (anamnesis-auskultasi). Disamping
anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka tes laboratorium sangat menentukan di
dalam menegakkan diagnosis.

Indikasi
Pemeriksaan diagnostik fisik sistem hematologi dilakukan untuk :
1. Kelengkapan dari rangkaian anamnesis yang dilakukan pada pasien.
2. Mengetahui diagnosis penyakit.
3. Membantu dokter untuk melakukan tindakan selanjutnya.
4. Mengetahui dan perkembangan serta kemajuan terapi.
5. Dipakai sebagai standar pelayanan di dalam memberikan pelayanan
paripurna.
ANAMNESIS SISTEM HEMATOLOGI

No Langkah Klinik Kasus


1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2. Melakukan Inform Consent
3. Menanyakan identitas seperti nama dan umur, alamat dan
pekerjaan serta asal usul pasien
4. Menanyakan keluhan utama
5. Menggali riwayat penyakit sekarang dengan keterangan yang
teratur sedapat mungkin secara kronologis berkenaan dengan
perkembangan penyakit yang diderita, mulai dari timbulnya gejala
sampai sekarang.
6. Memperluas anamnesis yang kemungkinan berkaitan dengan
sistem lain
- Sistem kulit
- Sistem saraf dan indera
- Sistem otot, tulang dan sendi
- Sistem endokrin
- Sistem respirasi
- Sistem kardiovaskuler
- Sistem reproduksi

7. Menggali riwayat penyakit terdahulu


8. Menelusuri penyakit keluarga
- Menanyakan apakah ada anggota keluarga yang
menderita/pernah menderita gangguan yang sama.

9. Menggali riwayat Psikososial


10. Menggali riwayat pengobatan dan alergi
11. Melakukan cek silang
12. Menarik kesimpulan dari anamnesis
13. Menentukan Diagnosis Differential
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM HEMATOLOGI

NO LANGKAH KLINIK KASUS


1. Pasien dibaringkan mendatar, kepala disanggah 1 bantal,
pemeriksa berada disebelah kanan pasien
2. Melihat penampilan umum dari kepala sampai ujung kaki.
Perhatikan apakah pasien pucat, ikterus, ada tanda-tanda
perdarahan dan bekas garukan.
3. Kepala/Wajah
- Perhatikan rambut, kedua belah mata dan
mulut.
- Catat apakah ditemukan anemia (pucat,
ikterus, injeksi dan perdarahan)
4. Tangan
Perhatikan secara cermat:
- Koilonikia kuku, inspeksi lipatan palmaris
untuk menunjukkan kepucatan.
- Periksa nadi pasien. Takikardi dapat
ditemukan pada pasien anemia.
- Apabila terdapat purpura, perhatikan luas
dan distribusinya (dari petekia sampai
ekimosis).
- Petekia teraba atau tidak. Purpura yang
teraba menunjukkan vaskulitis sistemik.
- Perhatikan adanya kelainan arthritis
rematoid atau arthritis gout.
5. Thorax
Lakukan pemeriksaan auskultasi paru dan jantung
6. Pemeriksaan Abdomen
- Pasien dibaringkan mendatar lagi.
Periksa abdomen secara cermat terutama untuk menentukan
splenomegali, hepatomegali, kelenjar para-aorta, kelenjar
inguinal dan adanya massa pada testis
7. Pasien disuruh duduk tegak dan lakukan pemeriksaan
kelenjar dari arah belakang. Usahakan mengidentifikasi
setiap kelompok kelenjar dengan jari-jari tangan.
- Mula-mula lakukan palpasi kelenjar
submental yang terletak tepat di bawah
dagu, lalu kelenjar submandibula yang
teraba di bawah sudut rahang.
- Palpasi rantai juguler yang terletak anterior
dari m. sternokleidomastoideus dan
kemudian kelenjar triangularis posterior
yang terletak di bagian posterior m.
sternokleidomastoideus.
- Palpasi regio oksipital untuk menentukan
kelenjar oksipital.
- Selanjutnya periksa kelenjar post aurikuler
di belakang telinga dan pre aurikuler di
depan telinga.

- Pemeriksa berpindah ke depan pasien.


Mintalah pasien untuk sedikit mengangkat
bahu, lalu pemeriksa meraba fossa
supraklavikula dan nodus supraklavikula
pada dasar m. sternomastoideus.

- Periksa kelenjar aksila dengan cara


mengangkat lengan pasien dan dengan
tangan kiri lakukan palpasi pada aksila
kanan. Pemeriksa meraba dengan jari-
jarinya setinggi mungkin ke dalam aksila.
Pemeriksaan pada aksila kiri dilakukan
sebaliknya.
8. Nyeri Tekan Tulang
- Pasien tetap di dalam posisi tegak.
- Lakukan ketokan pada tulang belakang
dengan kepalan tangan untuk menentukan
nyeri tekan tulang.
- Tekan dengan lembut pada sternum dan
kedua klavikula dengan pangkal telapak
tangan.
- Kemudian periksa bahu dengan menekannya
kearah satu sama lain dengan kedua tangan.
9. Tungkai
- Inspeksi tungkai apakah terdapat memar, pigmentasi atau
bekas garukan. Purpura yang menonjol (teraba) ditemukan
pada purpura Henoch-Schonlein.
- Perhatikan adanya ulkus pada tungkai, biasanya di atas
maleolus medial atau lateral
10. Pada dugaan trombositopenia atau gangguan fragilitas
kapiler maka dilakukan tes pembendungan sbb:
- Pasang manset di lengan atas.
- Pompa sampai kira-kira ½ TD sistolik +
diastolik.
- Pertahankan selama 5 menit.

Anda mungkin juga menyukai