Anda di halaman 1dari 20

STATION 1

ANAMNESIS ?, PEMERIKSAAN KANULA INTRAVENA DAN PEMERIKSAAN


RUMPLED TEST

KANULA INTRAVENA

1. Salam, perkenalan diri (membuka pertemuan)


2. Menanyakan identitas pasien?
3. Informed consent
4. Siapkan alat dan bahan kanulasi intravena.
Beberapa langkah dalam menyiapkan alat dan bahan kanulasi intravena adalah:
- Persiapkan torniquet, kapas alkohol, povidone iodine dan kain kasa.
Tempatkan dalam satu wadah dan letakkan didekat anda agar mudah diperoleh;
- Siapkan kanula intrvena, sesuaikan ukuran kanula dengan usia dan kondisi
vena pasien;
- Pilih cairan infus yang akan digunakan sesuai dengan kondisi pasien;
- Siapkan tiang infus beserta plaster yang akan digunakan untuk memfiksasi kanula
intrvena sejumlah 3-4 buah;
- Persiapkan infus set dengan memasukkan spike infus set ke dalam botol cairan
infus dan pastikan seluruh tube sudah dialiri oleh cairan infus. Pastikan juga
tidak dijumpai emboli pada tube.
- Minta pasien untuk berbaring dengan posisi tangan pronasi.

5. Cuci tangan 7 langkah.


6. Gunakan sarung tangan.
7. Pasang torniquet pada bagian atas posisi vena yang akan dikanulasi dan tentukan
vena yang akan dikanulasi. Dokter dapat meminta pasien untuk mengepalkan
tangannya untuk memudahkan identifikasi vena.
8. Lakukan tindakan aseptik pada daerah kanulasi dengan mengoleskan kapas yang
telah diolesi alkohol 70% dengan gerakan sentrifugal (melingkar kearah luar).
9. Tusukkan vena dengan kanula intravena:
- Fiksasi vena dengan cara meletakkan ibu jari di atas vena, dan regangkan kulit
melawan arah penusukan jarum kanulasi.
- Peganglah tabung bening kateter, tempatkan bevel jarum dengan lubang
menghadap ke atas.
- Tusuk kulit di samping vena, lalu arahkan jarum untuk menembus sisi di
samping vena membentuk sudut 5-300 terhadap permukaan kulit, sampai
terlihat aliran darah yang masuk mengisi tabung bening kanula.
- Sudut penusukan jarum tergantung dari letak vena, semakin superfisial letak
vena, semakin kecil sudut penusukan jarum terhadap permukaan kulit.
– Rendahkanlah jarum sampai hampir sejajar dengan permukaan kulit.
Tindakan ini dilakukan agar jarum tidak menembus vena sewaktu pendorongan
kanula intravena.
- Pelan-pelan dorong kateter ke dalam vena kira-kira 2-3 mm untuk memastikan
kanul plastik telah berada di dalam vena.
- Tarik jarum sedikit kira-kira 5-10 mm ke arah luar.
- Tahan kanul agar tidak bergerak sewaktu penarikan jarum. Dorong kanul
masuk sampai ke pangkalnya ke dalam vena, sambil menahan jarum. Bila kanul
masuk ke dalam pembuluh vena, sewaktu mendorong akan terasa mulus.
- Tekan daerah proksimal kanulasi untuk mencegah darah menetes keluar.
- Lepaskan tourniket dan tarik jarum keluar.
8. Sambungkan kanul dengan ujung selang infus (connector), bila kanul (kateter)
masuk ke vena, tetesan infus akan terlihat lancar dan tidak terjadi pembengkakan
(ekstravasasi).
9. Pasang balutan steril untuk menutupi tempat masuk kanul pada daerah yang
dikanulasi yang sebelumnya telah diberi cairan antiseptik seperti povidone iodine.
10. Fiksasi kateter dengan plester. Caranya kateter difiksasi dengan plester,
membentuk simpul yang menyilang melalui bagian bawah kanul kateter. Agar fiksasi
lebih kuat dapat diberi plester dengan arah melintang diatas fiksasi pertama. Gulung
selang intravena ke dekat kanul untuk mencegah kekusutan atau tertarik, lalu fiksasi
selang dan balutan steril dengan plester.
PEMERIKSAAN RUMPLEED TEST
1.Jelaskan tindakan medis yang akan dilakukan kepada pasien dan mintalah
persetujuan pasien bila ia setuju.
2. Lakukan cuci tangan 7 langkah.
3.Ukur tekanan darah pasien. Tentukan tekanan darah sistolik dan diastolik pasien.
4. Lakukan pembendungan pembuluh darah dengan cara memberikan tekanan pada
manset sebesar: Besar tekanan manset = Tekanan Sistolik Pasien + Tekanan Diastolik
Pasien 2 Pertahankan tekanan manset tersebut selama 5 menit. Setelah 5 menit, lepas
tekanan manset dan tunggu selama 2 menit.
5. Buatlah lingkaran bergaris tengah 5 cm pada volar lengan bawah kira-kira 4 cm
distal fossa cubiti.
6.Nilai pemeriksaan rumple leed test (torniquet test) dengan panduan:
 positif (+) bila ditemukan > 10 petekie dalam lingkaran, dan
 negatif (-) bila tidak ditemukan petekie atau jumlah petekie < 10.
 Seandainya dalam lingkaran tersebut tidak ada ptekie, tetapi terdapat
ptekie pada bagian distal yang lebih jauh, tes rumple leed juga dikatakan
positif.
STATION 2
ANAMNESIS PENYAKIT HEPATOBILIER, PEMERIKSAAN FISIK
HEPATOBILIER DAN PEMERIKSAAN SHIFTING DULLNES

ANAMNESIS

1. Salam, perkenalan diri (membuka pertemuan)


2. Menanyakan identitas pasien
3. Menanyakan keluhan utama(OLDCART)
d : Maaf bu, sebelumnya apakah ada yang bisa saya bantu?
p : Ini dok, Nyeri pada perut kanan atas dan ulu hati dok
d : sudah sejak kapan nyerinya bu ?
p : secara tiba - tiba dok
d : nyerinya di bagian mana saja bu?
p : nyerinya di kepala bagian kanan dan kiri dok
d : nyerinya kira-kira sudah berapa lama ya bu?
p : nyerinya sejak 8 jam yang lalu.
d: Bisa ibu ceritakan bagaimana awal mula nyeri yang ibu rasakan? Jika saya beri
skala nyeri dari 1-10 sakitnya ada di skala berapa bu?
p : Nyeri dirasakan pertama kali muncul pada perut bagian atas, kemudian menjalar
ke pundak (subskapula) atau bahu kana, kira-kira di skala 7 dok
d : Apa yang memperberat nyerinya bu?
p : Ketika saya makan dalam jumlah yang banyak, terutama makanan yang berlemak
d : Apa yang dapat meringankan nyerinya bu?
p : Ketika saya istirahat/tidur dok
d: apakah ada keluhan lain bu?
p : : Demam (subfebris), mual dan muntah (ditanya lagi OLDCART jika ada)
d : Apakah sebelumnya ibu ada mengkonsumsi obat ?
p : Belum ada dok
d : Apakah ibu memiliki riwayat penyakit sebelumnya?
p : Belum ada dok
d : Bagaimana dengan keluarga ibu, apakah ada memiliki penyakit keturunan, seperti
hipertensi misalnya bu?
p : Ada dok, orang tua saya mempunyai riwayat hipertensi
d : Bagaimana dengan pola tidur dan pola makannya bu?
p : Saya sering makan berlemak dengan porsi besar dan sering begadang dok

d : Baik selanjutnya kita akan melakukan pemeriksaan fisik hati dan kandung empedu untuk
melihat apakah ada kelainan pada bapak apakah bapak bersedia?

p : Bersedia dok

PEMERIKSAAN FISIK HEPATOBILIER

1. Salam, perkenalan diri (membuka pertemuan)


2. Menanyakan identitas pasien?
3. Informed consent
4. Siapkan alat dan bahan
5. cuci tangan terlebih dahulu (simple hand washing).
-Sebelum melakukan pemeriksaan, mintalah pasien untuk menekuk kedua tungkainya
pada pangkal paha dan lutut.
- Posisi pemeriksa dalam pemeriksaan ini adalah berdiri di sebelah kanan pasien.
-Pemeriksaan palpasi hati menggunakan dua tangan atau palpasi bimanual.
Palpasi hati terbagi dua, yaitu palpasi lobus kanan hati, dan palpasi lobus kiri hati.
a. Palpasi Lobus Kanan Hati
• Tentukan titik pedoman pemeriksaan, yaitu titik arkus kosta kanan yang dilalui
oleh garis midklavikula kanan.
• Letakkan telapak tangan kiri pemeriksa dalam posisi supinasi pada bagian
posterior tulang iga yang terbawah sebelah kanan (iga ke-12).
• Letakkan telapak tangan kanan pemeriksa dalam posisi pronasi pada regio iliaka
kanan pasien, sebelah lateral muskulus rektus abdominis.
• Lakukan palpasi dari regio iliaka kanan menuju ke arkus kosta kanan yang
dilalui oleh garis midklavikula kanan.
• Palpasi hati dilakukan dengan melakukan penekanan dinding perut dengan
menggunakan sisi lateral telunjuk jari tangan kanan.
• Pasien diminta untuk menarik nafas panjang ketika jari-jari tangan kanan
pemeriksa ditekan ke arah dalam dan ke arah atas (dorsokranial), sementara pada
saat yang bersamaan jari-jari tangan kiri menekan ke arah atas.
• Gerakan ini dilakukan berulang-ulang, dan posisinya digeser 1-2 jari ke arah
lengkung iga.
• Diharapkan bila hati membesar, akan terjadi sentuhan antara sisi lateral jari
telunjuk tangan kanan pemeriksa dengan tepi hati pada saat inspirasi maksimal.
• Pada keadaan normal, hati pada pasien dewasa tidak terpalpasi.
• Bila pada palpasi didapatkan pembesaran hati, lakukanlah penilaian antara lain,
berapa lebar jari tangan di bawah arkus kosta (BAC) kanan, misalnya 2 jari BAC,
bagaimana keadaan tepi hati, apakah tajam, misalnya pada hepatitis akut, atau
tumpul, misalnya pada tumor hati, bagaimana konsistensi hati yang teraba,
apakah keras, atau kenyal, bagaimana pemukaan hati yang dirasakan, apakah rata
atau berbenjol-benjol, dan apakah terdapat nyeri tekan atau fluktuasi, misalnya
pada abses hati. Gambar 12. Pemeriksaan Palpasi Hati

b. Palpasi Lobus Kiri Hati


• Tentukan titik pedoman pemeriksaan, yaitu processus xyphoideus yang dilalui
oleh garis midsternalis.
• Letakkan telapak tangan kiri pemeriksa dalam posisi supinasi pada bagian
posterior tulang iga yang terbawah sebelah kanan (iga ke-12).
• Letakkan telapak tangan kanan pemeriksa dalam posisi pronasi pada regio
hipogastrium pasien.
• Lakukan palpasi dari regio hipogastrium menuju ke processus xyphoideus yang
dilalui oleh garis midsternalis.
• Palpasi hati dilakukan dengan melakukan penekanan dinding perut dengan
menggunakan sisi lateral telunjuk jari tangan kanan.
• Pasien diminta untuk menarik nafas panjang ketika jari-jari tangan kanan
pemeriksa ditekan ke arah dalam dan ke arah atas, sementara pada saat yang
bersamaan jari-jari tangan kiri menekan ke arah atas (dorsokranial).
• Gerakan ini dilakukan berulang-ulang, dan posisinya digeser 1-2 jari ke arah
processus xyphoideus.
• Diharapkan bila hati membesar, akan terjadi sentuhan antara sisi lateral jari
telunjuk tangan kanan pemeriksa dengan tepi hati pada saat inspirasi maksimal.
• Pada keadaan normal, hati pada pasien dewasa tidak terpalpasi.
• Bila pada palpasi didapatkan pembesaran hati, lakukanlah penilaian antara lain,
berapa lebar jari tangan di bawah processus xyphoideus (BPX), misalnya 2
jari BPX, bagaimana keadaan tepi hati, apakah tajam, misalnya pada hepatitis
akut, atau tumpul, misalnya pada tumor hati,
bagaimana konsistensi hati yang teraba, apakah keras, atau kenyal,
bagaimana pemukaan hati yang dirasakan, apakah rata atau berbenjol-benjol,
dan apakah terdapat nyeri tekan atau fluktuasi, misalnya pada abses hati

PEMERIKSAAN SHIFTING DULLNES/ Pekak Beralih


untuk mengetahui ada tidaknya ascites daripada pemeriksaan gelombang
cairan,untuk menentukan ada tidaknya bunyi perkusi suara redup yang berpindah,
untuk memperkuat dugaan adanya cairan bebas yang cukup banyak di dalam
rongga abdomen.
1. Sebelum melakukan pemeriksaan, pemeriksa menjelaskan terlebih
dahulu prosedur pemeriksaan shifting dullnesss yang akan dilakukan
secara lisan, dengan bahasa yang dimengerti oleh pasien, kemudian
mintalah persetujuan pasien.
2. Dokter melakukan cuci tangan (simple hand washing).
3. Bila pasien setuju, aturlah posisi pasien agar berbaring supinasi
dengan kepala rata dengan dada.
4. Mulailah perkusi dari daerah umbilikus yang biasanya akan
menimbulkan suara timpani.
5. Lanjutkan perkusi secara bertahap ke arah sisi samping abdomen,
dengan interval jarak perkusi dari satu titik ke titik lain kira-kira 1 cm,
sampai terdengar suara redup.
6. Tandailah titik yang menimbulkan suara redup pada perkusi
abdomen.
7. Mintalah pasien untuk berbaring miring ke arah kirinya, dan tunggulah
beberapa saat sekitar 1-2 menit.
8. Setelah 1 menit, lakukanlah perkusi pada titik yang telah ditandai tadi,
dan lakukan penilaian ada tidaknya perubahan bunyi perkusi yang
tadinya redup menjadi timpani.
9. Nilai pemeriksaan shifting dullnes
positif, bila terjadi perubahan bunyi perkusi pada titik yang telah
ditandai tadi, dari bunyi redup menjadi timpani, karena pengaruh
gaya gravitasi.
10. Dokter melakukan cuci tangan kembali setelah melakukan
pemeriksaan
STATION 3
ANAMNESIS MALARIA,PEMERIKSAAN SHUFFNER DAN
PEMERIKSAAN HACKET

ANAMNESIS MALARIA

1. Salam, perkenalan diri (membuka pertemuan)


2. Menanyakan identitas pasien
3. Menanyakan keluhan utama(OLDCART)
d : Maaf bu, sebelumnya apakah ada yang bisa saya bantu?
p : Ini dok, Demam dok
d : sudah sejak kapan demamnya bu ?
p : lebih dari 7 hari ini dok
d : demamnya kira-kira sudah berapa lama ya bu?
p : demamnya sejak 6 jam yang lalu.
d: Bisa ibu ceritakan bagaimana awal mula nyeri yang ibu rasakan?
p : demam dirasakan pertama kali muncul menggigil selama 15 menit hingga satu
jam, puncak demam antara 2-6 jam dan berkeringat antara 2-4 jam Demam akan
mereda secara bertahap
d : Apa yang memperberat demamnya bu?
p : Ketika saya beraktivitas dok
d : Apa yang dapat meringankan nyerinya bu?
p : Ketika saya istirahat/tidur dok
d: apakah ada keluhan lain bu?
p : pusing, muntah-muntah, muka memerah dan dapat terjadi kejang pada anak.(digali
OLDCART jika ada keluhan)
d : Apakah sebelumnya ibu ada mengkonsumsi obat ?
p : Belum ada dok
d : Apakah ibu memiliki riwayat penyakit sebelumnya?
p : Belum ada dok
d : Bagaimana dengan keluarga ibu, apakah ada memiliki penyakit keturunan, seperti
hipertensi misalnya bu?
p : Ada dok, orang tua saya mempunyai riwayat hipertensi
d : Bagaimana dengan pola tidur dan pola makannya bu?

p : Saya sering makan berlemak dengan porsi besar dan sering begadang dok

d : Baik selanjutnya kita akan melakukan pemeriksaan pemeriksaan pada limpa bapak untuk
melihat apakah ada kelainan pada bapak apakah bapak bersedia?

p : Bersedia dok

Palpasi Limpa( Menurut Garis Schuffner )


1. Informed consent
2. Lakukan cuci tangan terlebih dahulu sebelum melakukan pemeriksaan.
3. Minta pasien untuk membuka pakaian dan menutupi dengan selimut bagian yang akan
diperiksa serta menekuk kedua kakinya.
4. Tentukan titik pedoman pemeriksaan, yaitu titik arkus kosta kiri yang dilalui oleh
garis midklavikula kiri.
5. Letakkan telapak tangan kiri pemeriksa dalam posisi supinasi pada bagian posterior
tulang iga yang terbawah sebelah kiri (iga ke-12).
6. Letakkan telapak tangan kanan pemeriksa dalam posisi pronasi pada regio iliaka
kanan pasien

.
7. Lakukan palpasi secara diagonal ke arah kiri atas, dari regio iliaka kanan menuju ke
umbilikus, selanjutnya dilanjutkan ke arah arkus kosta kiri mengikuti garis Schuffner.

8. Bila pada palpasi teraba tepi bawah limpa, lakukanlah penilaian antara lain
berapa jauh tepi bawah limpa yang teraba dari arkus kosta kiri pada garis Schuffner
(S-I sampai S-VIII),
bagaimana konsistensi limpa, apakah kenyal atau keras, dan apakah teraba lekukan
(insisura) limpa.
9. Cuci tangan kembali setelah selesai pemeriksaa dan persilahkan pasien kembali
ketempatnya.
Palpasi Limpa Menurut Garis Hacket
1. Sebelum memulai pemeriksaan, minta persetujuan tindakan medis pada pasien.
2. Lakukan cuci tangan terlebih dahulu sebelum melakukan pemeriksaan.
3. Minta pasien untuk menekuk kedua kakinya.
4. Tentukan titik pedoman pemeriksaan, yaitu titik arkus kosta kiri yang dilalui oleh
garis midklavikula kiri.
5. Letakkan telapak tangan kiri pemeriksa dalam posisi supinasi pada bagian
posterior tulang iga yang terbawah sebelah kiri (iga ke-12).
6. Letakkan telapak tangan kanan pemeriksa dalam posisi pronasi pada regio SIAS
kiri pasien.
7. Lakukan palpasi ke arah atas, dari regio iliaka kiri menuju ke titik arcus costa kiri
setentang garis midklavikula kiri sesuai dengan garis Hacket

8. Bila pada palpasi teraba tepi bawah limpa, lakukanlah penilaian antara lain,
berapa jauh tepi bawah limpa yang teraba dari arkus kosta kiri pada garis Hacket
(H-I sampai H-V), bagaimana konsistensi limpa, apakah kenyal atau keras, dan
apakah teraba lekukan (insisura) limpa.
9. Cuci tangan kembali setelah selesai pemeriksaa dan persilahkan pasien kembali
ketempatnya
STATION 4

ANAMNESIS VITAL SIGN(TD,NADI,SUHU,NAFAS), PALPASI KELENJAR


TIROID, PALPASI KELENJAR GETAH BENING

VITAL SIGN

- INFORMED CONSENT : Keluhan pembengkakan leher, lakukan pem Vital


Sign, Pem Fisik umum (GCS) dan
- MENCUCI TANGAN dan Handscoun,persiapkan alat

d : Baik pak dari pemeriksaan fisik tadi, respon mata,gerak dan suara semuanya
normal, suhu tubuh juga normal, tekanan darah tanya sebelum berapa, lalu naikkan
30mmHG, TD bapak tidak normal 140/90 itu diatas batas normal pak normal 120/80,
denyut nadi bapak juga tidak normal yaitu 110/menit pak, normalnya 60-100/menit.
Frekuensi napas bapak juga cepat diatas batas normal yaitu 25/menit, normalnya itu
frekuensi pernafasan adalah antara 14-20 kali per menit. Pada bayi, frekuensi
pernafasan normalnya dapat lebih cepat yaitu 24-32 kali per menit.
d : Nah untuk pemeriksaan selanjutnya yaitu pemeriksaan pada leher yang bertujuan
untuk melihat apakah ada kelainan atau tidak pada leher bapak, apakah bapak
bersedia?
P : bersedia dr

PALPASI KELENJAR TIROID(inspeksi,auskultasi?)

1. Minta pasien untuk duduk, pemeriksa berdiri tepat di belakang pasien. Minta pasien
sedikit menunduk untuk merilekskan otot-otot sternokleidomastoideus.
2. Lakukan palpasi menggunakan dua tangan pada leher pasien dari arah belakang,
dengan posisi jari telunjuk berada tepat di bawah tulang krikoid.
3. Minta pasien untuk menelan, dengan demikian pemeriksa dapat merasakan
pergerakan tiroid ismus.
4. Menggunakan tangan kiri, dorong trakea ke arah kanan, kemudian menggunakan
tangan kanan, lakukan palpasi lateral tiroid lobus kanan, tentukan batasnya.
5. Nilai ukuran, bentuk, dan konsistensi dari kelenjar tiroid, perhatikan apakah
terdapat nodul, massa, atau nyeri tekan

PALPASI KELENJAR GETAH BENING

A. Palpasi Kelenjar Getah Bening di Area kepala dan leher

1. Jelaskan kepada pasien jenis pemeriksaan yang akan dilakukan dan prosedurnya

2. Cuci tangan 7 langkah

3. Minta pasien untuk duduk berhadapan dengan pemeriksa

4. Inspeksi daerah leher

a. Perhatikan kesimetrisan, massa atau scars

b. Lihat apakah ada kelenjar limfe yang terlihat

5. Palpasi menggunakan bantalan dari jari telunjuk dan jari tengah dengan gerakan memutar yang
lemah lembut, minta pasien untuk relax, dengan leher fleksi. Palpasi secara berurutan:

a. Preauricular : di depan telinga


b. Posterior auricular : superfisial di mastoid
c. Occipital : dasar tulang kepala posterior
d. Tonsillar : di bawah angulus mandibula
e. Submandibular : di tengah di antara sudut dan ujung mandibula
f. Submental :di garis tengah beberapa sentimeter di belakang ujung mandibula
g. Superficial cervical : superfisial di sternomastoid
h. Posterior cervical ; sepanjang tepi anterior dari trapezius
i. Deep cervical chain : bagian dalam di sternomastoid dan terkadang sulit untuk diperiksa.
Kaitkan kedua ibu jari dengan jari-jari di sekitar otot sternomastoid
j. Supraclavicular : di dalam sudut yang dibentuk oleh klavikula dan sternomastoid
6. Nilai pembesaran kelenjar getah bening dengan cara merasakan ukuran, bentuk,
batas, mobility, konsistensi, dan nyeri.

B. Palpasi Kelenjar Getah Bening di Area lengan dan tungkai

1. Jelaskan kepada pasien jenis pemeriksaan yang akan dilakukan dan prosedurnya

2. Cuci tangan 7 langkah

3. Minta pasien untuk duduk berhadapan dengan pemeriksa

4. Inspeksi kedua lengan pasien, nilai dari ujung jari hingga bahu

a. Minta pasien untuk mengangkat kedua lengannya ke arah depan.

b. Nilai ukuran, kesimetrisan dan lihat apakah ada pembengkakan

5. Palpasi epitrochlear node

a. Minta pasien untuk memfleksikan siku 90° dan angkat serta tahan lengan pasien dengan tangan
pemeriksa (bagian kanan dengan bagian kanan dan sebaliknya).

b. Palpasi di lekukan di antara otot biceps dan triceps, sekitar 3 cm di atas epikondilus medial. Jika
teraba, nilai ukuran, konsistensi dan nyeri.
PALPASI AREA LENGAN

6. Inspeksi kedua ekstremitas bawah pasien dari pangkal paha dan pantat hingga kaki:

a. Minta pasien untuk berdiri dengan santai

b. Nilai ukuran, kesimetrisan dan lihat apakah ada pembengkakan.

7. Palpasi kelenjar limfe inguinal superfisial, termasuk grup vertikal dan horizontal. Palpasi inguinal
kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya.
8. Nilai pembesaran kelenjar getah bening berupa ukuran, konsistensi, persebaran dan nyeri
STATION 5

ANAMNESIS IMT,LINGKAR PERUT, KONSELING DAN EDUKASI DM

Pengukuran IMT

1. Jelaskan kepada pasien jenis dan prosedur pemeriksaan yang dilakukan. Mintalah persetujuan
pasien terhadap prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan.

2. Persiapkan pasien dan alat-alat yang akan digunakan. Pengukuran berat badan dan tinggi badan
sebaiknya dilakukan dengan tidak menggunakan pakaian yang dapat mempengaruhi pengukuran
seperti jaket, tas, alas kaki, dan topi.

3. Dokter melakukan cuci tangan.

4. Mengukur Tinggi Badan Pasien:

a. Tempatkan stature meteran pada dinding.

b. Minta pasien berdiri tegak dengan tumit menempel pada lantai dan pandangan lurus kedepan. c.
Ukur tinggi badan pasien dan catat hasilnya.

5. Mengukur Berat Badan Pasien:

a. Minta pasien berdiri di atas timbangan.

b. Posisi pasien berdiri tegak dengan pandangan lurus ke depan.

c. Ukur berat badan pasien dan catat hasilnya.

6. Setelah selesai pengukuran, pasien dipersilahkan kembali ke tempat duduknya dan dokter kembali
mencuci tangannya.
- Pengukuran Lingkar Perut

1. Jelaskan kepada pasien tentang prosedur pemeriksaan. Mintalah persetujuan pasien setelah
mereka memahami prosedur pemeriksaan.

2. Persiapkan pasien dan alat-alat yang dibutuhkan. Beritahu kepada pasien untuk tidak menahan
napas/perutnya dan bernapas secara normal. Minta pasien untuk mengangkat baju dibagian
perutnya.

3. Dokter melakukan cuci tangan.

4. Mengukur lingkar perut:

- Tetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling bawah (poin 1).

- Beri tanda titik batas tepi tulang rusuk bagian bawah menggunakan spidol/pulpen (poin 2).

- Tetapkan batas atas ujung lengkung tulang pangkal panggul (SIAS).

- Beri titik pada batas atas ujung lengkung tulang pangkal panggul (poin 3).

- Tetapkan dan beri tanda titik tengan antara batas tepi tulang rusuk paling bawah dengan
titik batas atas ujung lengkung tulang pangkal panggul (poin 4 & 5).

- Lakukan pada kedua sisi tubuh orang yang diukur.

- Pengukuran pada saat akhir ekspirasi (mengeluarkan nafas) normal (poin 6).

- Lakukan pengukuran lingkar perut mulai dari titik tengah bagian kanan, secara sejajar
horizontal melingkar pinggang dan titik tengah bagian kiri melewati bagian perut dan
kembali menuju ke titik tengan bagian kanan tubuh orang yang diukur (poin 7).

4. Setelah selesai pengukuran, persilahkan pasien kembali ke tempat duduknya dan dokter
mencuci tangannya.
STATION 6

ROSERPLASTY

Roser Plasty Kuku

1. Informed consent
2. Persiapan
a) Siapkan alat dan bahan
b) cuci tangan terlebih dahulu (simple hand washing) 7 step dan handscoun
c) Pasien dipersilahkan untuk berbaring.
d) Lakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada daerah kuku yang akan diekstraksi.
e) Berikan anastesi blok pada kuku yang akan diekstirpasi.
3. Pencabutan kuku:
a) Masukkan sonde pada 1/3 kuku yang akan dibuang hingga ke matriks kuku
(matrix nail).
b) Gunting kuku di atas sonde tersebut.
c) Masukkan klem, jepit bagian kuku yag akan dibuang, putar ke arah sisi jari
hingga kuku terlepas dari dasarnya.
d) Kuku ditarik hingga terlepas. Kemudian keroklah dasar kuku yang telah
dibuang dengan kuret kuku (nail currete).
e) Gunting matriks bekas tempat kuku tertanam pada sisi jari, bila perlu kulit
penutup matriks dijahit.
4. Pembalutan:
a) Bersihkan perdarahan yang muncul. Bersihkan pula bagian dari kuku yang
terinfeksi (bila dijumpai).
b) Berikan salep antibiotik pada bekas pencabutan kuku untuk mencegah terjadinya
infeksi.
c) Tutup kuku dengan kasa dan balut agar tidak terlepas.

Anda mungkin juga menyukai