Anda di halaman 1dari 36

DRAFT

OSCE
Tim Akademik SPEKATRIA
GUS
1. Pediatric Blood Pressure Measurement

2. Catheterization Procedure

3. HT and PE patient with kidney diseases

4. Suprapubic puncture

5. DRE ( Digital Rectal Examination)

6. Veneorological Examinatio of Male

7. Mikrobiology: Gram staining of


urethral discharge

8. Circumcision
Pediatric Blood Pressure
Measurement
Indikasi pemeriksaan: Gangguan hemodinamik (diare, dll); Flu (untuk anak ≥ 3 tahun
harus diperiksa BP-nya).

1. Menyapa, perkenalan dan tanyakan identitas/pastikan identitas. “selamat pagi bu,


perkenalkan saya dokter…, dengan ibu siapa? Ibu datang kesini untuk memriksakan anak
ibu? Siapa namanya bu? Umurnya bu? Ada yang bias saya bantu ibu?”
2. Cuci tangan.
3. Preparation/Persiapan
- Sesuaikan ukuran cuff dan bladder yang dibutuhkan pada anak.
- Pilih cuff dengan lebar cuff harus menutupi ½ - ¾ lengan atas atau setidaknya 40%
dari olecranon (bahu) dan acromion (siku) ; Panjang cuff harus menutupi 80-100%
lingkar lengan atas.
- Cek sphygmomanometer mungkin ada yang rusak, yang dapat mempengaruhi
pengukuran.
Coba pompa. Raksanya naik/tidak? Jikatidak, mungkin ada obstruksi selang atau
kunci sphygmonya belum dibuka. Buka kunci sphygmo. Coba pompa lagi,
naik/tidak? Jika naik berarti tidak ada kebocoran; jika naik tapi turun lagi artinya ada
kebocoran.
Kunci: Searah jarum jam (ke kiri).
Buka: Ke kanan.
Kalau ada udara, buka katup sphygmo, goyangkan sphygmo ke kanan dan kiri.
- Pasien harus dalam keadaan tenang dan dalam suasana yang kondusif.
- Pastikan bahwa pasien tidak sedang mengonsumsi obat stimulan atau makanan.
Pak/bu, adiknya habis minum obat/makan apa?
[Jika habis minum obat/makanan] Tulis di medrec atau dicek nanti lagi sesuai dengan
DOA obatnya.
- Untuk anak yang lebih besar: Duduk selama 5 menit sambil didampingi, lengan
yang diperiksa (tangandominan) harus sejajar jantung. Duduk dengan kaki
menggantung.
Untuk anak yang lebih kecil: Berbaring dengan lengan lurus di samping badan.
4. Blood Pressure Measureent
- Tutup lengan atas dengan cuff bladder ±3 cm dari fossa cubiti/siku. (3 cm kalau
anaknya sudah besar/remaja). Strap-nya longgarin sedikit untuk menaruh stetoskop.
- Raba fossa cubiti untuk menentukan letak arteri brachialis. Dan tempatkan
stetoskop.
- Raba arteri radialis. Pompa, naiknya 20-30 mmHg setiap kali pompa. Setelah
denyut di palpasi hilang, Lalu tambahkan 20-30 mmHg lagi tekanannya.
- Buka valvenya, turunkan dengan kecepatan 2-3 mmHg. Ketika terdengar suara
tegas pertama, itu adalah systole atau Korotkoff I. Lanjutkan sampai terdengar
suara tegas terakhir dan suaranya menghilang. Suara tegas terakhir tersebut adalah
diastole atau Korotkoff IV.
- Kempeskan bladder, turunin raksanya sampai habis. Kunci sphygmo.
- Lalu, sesuaikan hasil yang didapat dengan chart umur dan persentil tekanan darah.

Contoh: 10 y.o. boy, height 137 cm, weight 35 kg. Setelah diperiksa, BP 170/100
mmHg
Cara menilai:
a. Plot pada chart stature-for-age dulu. (Sesuaikan dengan jenis kelamin anak.)
(lihat kurva CDC). Kurang lebih berada di persentil 50
b. Lihat di table tekanan darah berdasarkan jenis kelamin (plot kan umur dan
persentil)
Dengan persentil 50 dan umur 10 tahun adalah 102mmHg (ini adalah normalnya)
c. Selanjutnya kita lihat 170/100 termasuk yang mana:

Klasifikasi:

- Prehipertensi : jika nilai BP > 90persentil nilai BP berdasarkan umur dan


tinggibadan
- Hipertensi stad. 1 : jika nilai BP >95 persentil + 5 nilai BP berdasarkan
umur dan tinggi badan
- Hipertensi stad. 2 : jika nilai BP >99 persentil + 5 nilai BP berdasarkan
umur dan tinggi badan
Di kasus ini dia sudah termasuk hipertensi stad.2, karena:
Normal 50: 102
Prehipertensi: >115
Hipertensi stad.1 :>119 +5
Hipertensi stad.2: >126+5 = 131 (dicase sudah lebih dari ini)

5. Penutup
Pemeriksaan sudah selesai bu, Terimakasih bu.
Cheat sheat
1. Pendahuluan (salam, perkenalan dan identitas pasien)
2. Cuci tangan
3. Persiapan
- Sesuaikan ukuran cuff dan bladder untuk anak.
- Pastikan panjang dan lebar Cuff
- Cek sphygmomanometer
- Pasien dalam keadaan tenang
- Pasien tidak mengkonsumsi obat stimulant
- Untuk anak yang lebih besar: Duduk selama 5 menit ,lengan yang diperiksa (tangan
dominan) harus sejajar jantung. Duduk dengan kaki menggantung.
Untuk anak yang lebih kecil: Berbaring dengan lengan lurus di sampingbadan.
4. Pengukuran tekanan darah
- Tutup lenganatas dengan cuff bladder ±3 cm dari fossa cubiti
- Raba fossa cubiti tentukan letak arteri brachialis. Tempatkan stetoskop.
- Raba arteri radialis. Pompa, naiknya 20-30 mmHg setiap kali pompa. Setelah denyut di
palpasi hilang, Lalu tambahkan 20-30 mmHg lagi tekanannya.
- Buka valvenya, turunkan dengan kecepatan 2-3 mmHg. Tentukan systole dan diastolenya.
- Kempeskan bladder. Kunci sphygmo.
- Tentukan tekanan darah pasien dengan chart (interpretasi).
5. Penutup
Catheterization Procedure
Assessment

1. Pastikan Pasien mana yang membutuhkan kateterisasi.


2. Butuh kateter yang sementara atau yang untuk waktu lama.
3. Jenis kateter yang dibutuhkan, apakah straight catheter, condom catheter, atau
indwelling catheter.
4. Butuh perineal care/tidak.
5. Butuh pengumpulan spesimen/tidak.

Planning

1. Siapkan alat (sebut dan tujuk) jika memungkinkan sekalian dibukain semua dulu supaya
pada saat penanganantinggal dipakai.
Steril:
 Catheterization set (bilang: jenis indwelling catheter ukuran G – ada di
plastiknya)
 Duk bolong
 Cotton swab
 Syringe 10 cc
 Gloves steril
 Mangkuk + povidone iodine
 Gel
 Lidokain
 Kassa steril

Non-steril:

 Kantung urin
 Aquadest 10 cc
 Kidney basin
 Lampu
 Guntingkain
 Plester (potongin dulu)
Action

1. Informed consent.
Selamat pagi pak, saya dr. A yang sedang berjaga di klinik ini. Dengan bapak siapa?
Umurnya berapa? Alamatnya dimana pa? (biarkan kita yang bertanya)
Baik bapa menurut rekam medis, bapak membutuhkan penanganan kateterisasi. Yaitu nanti
saya akan memasukkan selang kateter ke dalam kemaluan bapak, gunanya untuk
mengeluarkan urin bapak. Mungkin akan terasa kurang nyaman, karena nanti bapak juga
akan diminta untuk membuka celananya. Namun saya akan membius lokal pada kemaluan
bapak agar bapak merasa lebih nyaman. Bagaimana, sudah mengerti pak? Bersedia? Silakan
berbaring di meja pemeriksaan, buka celananya ya pak.
2. Cuci tangan, pakai gloves. Pastikan privasi pasien dengan menutup tirai. Pastikan
pencahayaan cukup.
3. Posisi kita di sebelah kanan pasien.
4. Lakukan drapping dengan cara Celupkan kassa ke povidone iodine, pegang tip of penis.
Dengan tangan satunya, ambil cotton swab, celupkan ke povidone iodine, lalu swab
sirkuler dari dalam keluar atau dari tip of penis sampai ke pubis.
5. Letakkan duk bolong di atas penis.
6. Ambil syringe, isi dengan lidokain 2 cc atau 1-1.5 cc dan gel sampai 10 cc, lalu kocok
syringenya. Buka jarumnya, masukkan syringenya ke meatus uretra. Pencet tip of penis
5-10 menit, dengan cara menutup meatus urethra supaya cairan yang tadi dimasukkan tidak
keluar. (Tangan jangan dilepaskan).
7. Pegang ujung penisnya 90˚ terhadap sumbu tubuh (tegak lurus). Tarik keatas sedikit.
Jangan terlalu kencang.
8. Masukkan kateternya perlahan-lahan sampai bagian kateter yang bercabang, pastikan
urine keluar. (pastikan kateter tersambung dengan urine bag dimana Pasang kantung urin
pada bagian bercabang yang warna kuning.). Catatan: Lilit aja kateternya di tangan kalau
ribet.
9. Kembangkan balon kateter dengan cara mengambil aquadest 10 cc dengan syringe ,lalu
tusuk di bagian kateter yang bercabang (warna merah), masukkan aquadestnya, nanti
balonnya mengembang.
10. Tarik sedikit kateter sampai terasa mentok, artinya balonnya sudah mengembang.
(catatan: jangan sekali2 mengembangkan balon ketika urin belum keluar, takutnya kateter
belum sampe bladder yang akan menyebabkan rupture uretra).

11. Lepaskan duk bolong.


12. Fiksasi kateter di paha pasien dengan plester, temple berbentuk seperti omega (temple
biasa, Cuma lebih dilingkarkan di sekeliling selangnya.)
13. Pastikan juga urin mengalir dengan baik ke kantung urin dan pasien merasa nyaman.
14. Lepas gloves dan buang semua peralatan bekas pakai ke tong sampah. (hanya sekali pakai).
15. Dokumentasi:
- Tanggal dan waktu
- Tipe dan ukuran kateter
- Spesimen diambil/tidak
- Jumlah urin
- Deskripsi urin
- Respon pasien
- Nama dan tandatangan operator
Catheterization Removal
1. Informed consent, bilang jika kateter akan dicopot.
2. Cuci tangan, pakai gloves.
3. Taruh duk bolong.
4. Bersihkan meatusnya dengan kassa dan povidone iodine.
5. Aspirasi aqua zdest lewat yang cabang merah sampai kempis. Jumlah yang masuk
harus sama dengan yang diaspirasi.
6. Pegang ujung penis tegak lurus.
7. Tarik keluar kateternya secara perlahan.
8. Bungkus kateternya dengan handuk/tisu.
9. Bilang kepasien bahwa prosedur telah selesai.
10. Buang peralatan, cuci tangan.
11. Dokumentasi:
- Tanggal dan waktu
- Jumlah urin yang keluar
- Respon pasien
- Nama dan tandatangan operator
Cheat sheat
1. Assessment :Pastikan Pasien mana yang membutuhkan kateterisasi/ sementara atau
lama/ jenis kateter/butuh perinela care atau tidak / Butuh pengumpulan spesimen atau
tidak?
2. Planning :Siapkan alat (sterildan non steril)
3. Action:
1. Informed consent.
2. Cuci tangan, pakai gloves. Privasi pasien, pencahayaan cukup.
3. Posisi kita di sebelah kanan pasien.
4. Lakukan drapping
5. Letakkan duk bolong di atas penis.
6. Ambil syringe, isi dengan lidokain 2 cc dan gel sampai 10 cc, lalu kocok
syringenya. Buka jarumnya, masukkan syringenya ke meatus uretra. Pencet tip of
penis 5-10 menit.
7. Pegang ujung penisnya 90˚.
8. Masukkan kateternya perlahan-lahan sampai bagian kateter yang bercabang,
pastikan urine keluar. (pastikan kateter tersambung dengan urine bag dimana
Pasang kantung urin pada bagian bercabang yang warna kuning).
9. Kembangkan balon kateter.
10. Tarik sedikit kateter sampai terasa mentok.
11. Lepaskan duk bolong.
12. Fiksasi kateter di paha pasien dengan plester.
13. Pastikan juga urin mengalir dengan baik kekantung urin dan pasien merasa nyaman.
14. Lepas gloves dan buang semua peralatan bekas pakai ke tong sampah.
15. Dokumentasi.
4. Removal
1. Informed consent
2. Cuci tangan, pakai gloves.
3. Taruh duk bolong.
4. Bersihkan meatusnya dengan kassa dan povidone iodine.
5. Aspirasi aquadest.
6. Pegang ujung penis tegak lurus.
7. Tarik keluar kateternya secara perlahan.
8. Bungkus kateternya dengan handuk/tisu.
9. Bilang ke pasien bahwa prosedur telah selesai.
10. Buang peralatan, cuci tangan.
11. Dokumentasi
HT PE in GUS
History Taking
1. Sapa pasien, bangun suasana yang hangat. Perkenalkan diri
 Selamat pagi pak, perkenalkan saya dokter X yang sedang bertugas disini.
2. Tanya identitas pasien dengan sopan: nama, alamat, umur, berat badan
 Dengan bapak siapa? Alamatnya dimana? Usianya berapa? Berat badan bapak berapa?
Apakah ada penurunan berat badan dari sebelumnya?
3. Tanya keluhan utama
 Ada keluhan apa pak dating kemari? misal: celana saya basah terus-terusan dan bau
pesing dok.
 Munculnya sejak kapan?
 Sudah berapa lama?
 Semakin lama keadaannya bagaimana pak, apakah ada progresifitas?
4. Gejala lain
Nyeri
 Apakah ada nyeri?
 Jika ada, Nyeri-nya tajam atau tumpul?
 Lokasi nyeri yang paling terasa dimana?
 Nyeri-nya hanya ada pada bagian tubuh tertentu atau menyebar?
 Nyeri-nya terus menerus atau hilang timbul?
 Nyeri-nya sudah berapa lama?
Berkemih
 Bapak sehari kencing berapa kali?
 Sering merasa ingin kencing?
 Apakah kencingnya masih bisa ditahan?
 Apakah begitu ingin kencing langsung keluar saat itu juga urinnya (ngompol)?
 Malam hari sering terbangun karena ingin kencing?
 Pernah ingin kencing tapi saat berdiri tidak keluar?
 Apakah kencingnya terputus-putus?
 Apakah kencingnya alirannya lambat?
 Apakah saat kencing bapak harus mengejan?
 Apakah jika sudah selesai kencing masih ada urin yang menetes di akhir?
 Apakah jika sudah selesai kencing ada perasaan masih ada urin yang tersisa belum
keluar?
 Warna urinnya bagaimana pak? Kemerahan? Keruh?
 Apakah saat bapak kencing pernah ada pasir atau kerikil yang ikut keluar?
 Jumlah urin bapak belakangan berapa? oligouria, anuria, polyuria
 Apakah bapak pernah kencing disertai dengan keluarnya udara? (pneumaturia)
 Apakah bapak pernah kencing disertai dengan cairan putih seperti susu? (chyluria)ada
sumbatan pembuluh getah bening. Chylomicron tidak bisa masuk jadi dikeluarkan.
 Apakah bapak pernah kencing tanpa disadari?
-Jika ya, Ada keinginan untuk kencing dulu tidak?
Ya urge
No overflow
-Dicetuskan oleh sesuatu, seperti batuk, bersin, tertawa, lari? stress
Note: Kencing itu hanya disaat yang dia inginkan. Incontinence: tidak bisa mengontrol.
Yang menyebabkan:
1. Stress (saat jongkok, bersin, naik tangga, dll)
2. Urge (baru mau kencing gabisa ditahan langsung keluar)
3. Mixed (karena dua-duanya)
4. True incontinence (e.g vesico vaginal fistula, uretro vaginal fistula, oretero vaginal
fistula)
5. Overflow incontinence (meluap, adaretensi, paradoxical)

5. Riwayat Penyakit

 Apakah bapak pernah mengalami nyeri hilang timbul pada pinggang? (Renal colic)
 Pernah terkena infeksi saluran kemih?
 Apakah bapak mengidap diabetes?
 Apakah bapak menderita penyakit asam urat?
 Apakah bapak pernah operasi?
 Apakah bapak pernah memiliki gangguan ginjal sebelumnya?

Informed Consent
 Iya pak, selanjutnya saya akan melakukan pemeriksaan fisik. Nanti bapak tolong dibuka
baju dan celananya ya. Tujuan pemeriksaan ini ialah untuk membantu saya menentukan
diagnosis dan selanjutnya dapat member pengobatan yang sesuai. Mungkin aka nada
sedikit rasa tidak nyaman, namun saya akan berusaha sebaik mungkin. Apakah bapak
setuju?
Physical Examination
1. Keadaan umum (tergantung soal osce nanti, kalo skenarionya udah dilakukan berarti sebut
aja)
 Tinggi badan
 Berat badan
 Warna konjungtiva (icterus, anemis)
 Vital sign (TNRS: tensinadirespisuhu)
 Inspeksi adakah pembesaran, masa atau abnormalitas lain.
2. Persiapan
 Cuci tangan 6 steps dengan sabun dan keringkan dengan handuk bersih
 Pakai gloves
 Pastikan pencahayaan cukup dan ruangan tertutup untuk menjaga privasi
3. Inspeksi
 Pasien sudah berbaring di meja pemeriksaan dan sudah membuka pakaian
 Pemeriksa berdiri di samping kanan pasien
 Inspeksi bagian abdomen, panggul, suprapubic dan external genitalia (external genitalia
bisa di inspeksi di akhir supaya pasien mengekspos genitalnya 1x saja dan tidak lama)
4. Palpasi Ginjal Kanan
 Palpasi area sudut costovertebral dengan menggunakan 2 tangan.
 Letakkan tangan kiri dibawah pasien sejajar rusuk ke 12. Letakkan tangan kanan di right
upper quadrant (RUQ) abdomen, di lateral dan sejajar rectus muscle.
 Minta pasien untuk melipat lutut kaki kanan.
 Minta pasien untuk menarik nafas dalam. Saat puncak inspirasi, tangan kanan menekan
dengan perlahan dan dalam ke RUQ persis dibawah costal margin.
 Rasakan adanya ginjal diantara 2 tangan. Jika ginjal teraba, deskripsikan:
-ukuran
-garis pinggir (contour)
-nyeri tekan (tenderness), jika tidak ada tenderness, lakukan fist percussion test.

Note: cara tau itu ginjal gimana?


1. Lokasi: di retroperitoneal
2. Ginjal itu paling mobile di banding organ lain di RUQ  bias dilakukan ballottement
maneuver (pemantulan ginjal)

(Kanan) (Kiri)
5. Palpasi Ginjal Kiri
Lakukan hal yang sama, namunsesuaikan.
6. Fist Percussion
 Pasien dalam posisi duduk atau tiduran miring kekanan/kiri.
 Letakkan tangan yang tidak dominan di punggung dimana ginjal
berada (costovertebral angle).
 Pukul tangan yang tidak dominan menggunakan tangan dominan
dengan teknik meninju. Gunakan tenaga yang cukup.

7. Area Suprapubis
 Inspeksi: sudah diawal (ada distensi di suprapubis?)
 Palpasi : (ada nyeri? Ada benjolan seperti balon?) chronic bladder distention biasanya
tidak ada nyeri.
 Perkusi : untuk mengetahui baldder sedang penuh/tidak. (Tympanic/dull?)
8. External Male Genitalia Examination
 Pastikan sudah memakai gloves
 Penis
 Inspeksi pubis: ada lesi? Persebaran rambut? Kutu rambut?
 Inspeksi glans penis:
- Preputium apa masih ada? (belum sunat),
- Cari adakah ulcer? scar/luka? nodul?vesikel? erosi? kutil? Dan tanda inflamasi?
 Inspeksi urethral meatus
- Jika preputium masih ada, tarik untuk mengekspos urethral meatus. Bisa dilakukan
oleh pasien atau oleh kita.
- Letak urethral meatus (normalnya di ujung glans penis)
- Stenosis urethral meatus
- Lesi intrauretral
- Discharge
- Tanda inflamasi seperti bengkak, panas, dll.
 Palpasi glans penis
Jika saat di anamnesis pasien mengatakan ada discharge, namun saat pemeriksaan
tidak ada, minta pasien untuk milking. Namun jika dilakukan oleh kita, milking glans
penis perlahan dengan menggunakan jari telunjuk diatas dan jempol di bawah.
Milking dari proximal penis ke distal.
[Jika ada discharge] Warna?Konsistensi?Jumlah?
 Palpasi shaft (batang penis)
- Palpasi dengan menggunakan jempol dan 2 jari ya itu telunjuk dan jari tengah.
- Tenderness
- Induration/pengerasan
- Kembalikan posisi preputium yang tadinya di retraksi ke posisi semula.
 Inspeksi Scrotum
- Pembesaran/swelling
- Lumps/benjolan
- Veins
 Palpasi skrotum
- Palpasi masing-masing testis dan epididymis dengan menggunakan jempol dan 2
jari.
Perhatikan ukuran, bentuk, konsistensi, dan nyeri tekan/tenderness, nodules.
- Palpasi spermatic cords, termasuk vas deferens dengan menggunakan jempol dan
jari dari epididymis ke superficial inguinal ring.
Perhatikan nodules dan swelling.
- Jika ada pembesaran di skrotum, lakukan transillumination.
Gelapkan ruangan, nyalakan center dan tempelkan pada pembesaran.
Jika nyala terangisinya cairan bening
Jika gelap bisa isi cairan atau padatan
 DRE (Digital Rectal examination)/colok dubur (sebut)
9. External Female Genitalia Examination
 Inspeksi
- Inspeksi vulva dan perineum secara menyeluruh.
- Pisahkan labia mayor untuk membuka vulva dengan jempol dan telunjuk tangan kiri.
- Inspeksi urethral meatus dan vaginal intruitus.
 Palpasi
- Dengan menggunakan jempol dan telunjuk tangan kanan.
- Palpasi kedua sisi labia mayor di area bartholin’s gland.
 DRE (Digital Rectal examination)/colokdubur (sebut)

Penutup
Ya bapak, pemeriksaannya telah selesai. Silahkan pakaiannya dipakai kembali. Terimakasih.

10. Kesimpulan
 Tulis hasil pemeriksaan di medical record.
 Nyatakan kondisi pasien dalam kesimpulan.
Cheat Sheet
History Taking

Physical Examination
Suprapubic Puncture
I. Sapa, Perkenalan, Informed Consent
 Selamat pagi pak, perkenalkan saya dokter X yang hari ini sedang bertugas.
 Betul dengan bapak Y?
 Ya pak, jadi bapak kan sulit untuk buang air kecil walaupun dirasakan kandung kemihnya
sudah penuh. Sebelumnya kami sudah berusaha memasang kateter urin namun tidak
berhasil. Jadi selanjutnya kami akan melakukan prosedur lain untuk membantu bapak
mengosongkan kandung kemih, namanya Suprapubic Puncture. Nanti saya akan
memasukan jarum di bagian perut bawah untuk mengeluarkan urin. Mungkin akan ada rasa
tidak nyaman dan sakit sedikit, namun sebelumnya saya akan member obat anti nyeri atau
anestesi. Dan nanti saat pemeriksaan saya akan meminta bapak membuka bagian perut.
Bagaimana pak, apakah dimengerti? Kalau begitu, apakah bapak setuju?

II. Persiapan
a. Pasien
 Pasien diminta berbaring di meja pemeriksaan.
b. Alat dan bahan (sambil dipersiapkan)
Steril Non Steril
- Kasa steril - Urine container/kidney basin
- Povidone iodine - Lampu
- Alkohol - Plester(potongdulu)
- Drapper/Duk bolong - Sabun cuci tangan dan air
- Meja instrument - Lidocaine 2%
- Wadah/Mangkok steril, tuangkan povidone iodine dan alcohol pada tempat terpisah
- Forcep/Kurentang
- Syringe 5 cc sekali pakai (buka bungkusnya)
- Intravenous catheter no 16 (buka bungkusnya)
c. Dokter
 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, lalu keringkan dengan handuk kering dan
bersih.
 Menggunakan handgloves steril. Sebutkan detail step-step nya
III. Indikasi Suprapubic Puncture
- Semua pasien dengan acute urinary retention dan di urinary catheter
tidakberhasil/tidakmungkin.
- Ketika urinary catheter tidak tersedia.

IV. Tentukan lokasi urinary bladder


 Inspeksi
 Palpasi
 Perkusi
 Beri tanda dengan spidol pada urinary bladder.

V. Prosedur
 Minta pasien untuk berbaring relaks, dokter berdiri di sebelah kiri pasien.
 Ekspos bagian suprapubic pasien, jika ada rambut-rambut bisa dicukur dulu.
 Ambil kasa steril dengan forcep, celupkan ke wadah berisi larutan povidone iodine.
 Oleskan kasa tersebut di atas area suprapubic dengan circular motion dari dalam keluar.
Setiap 1 kasa hanya digunakan sekali mengusap, jangan dipakai berulang-ulang atau
kembali ke tengah.
 Letakkan drapper/duk bolong dengan posisi lubang pada area yang sudah diberi antiseptic.
 Bersihkan lagi area povidone iodine dengan kasa yang telah dicelupkan alcohol agar kulit
menjadi jelas terlihat.
 Berikan anestesi local dengan lidocaine 2% 5cc pada midline suprapubis sekitar 2 cm diatas
tulang pubis.
Suntik subkutannya. (Di manekin ada lubangnya gitu, suntik di situ). Tusuk dengan
kemiringan 600dan seperti memegang pensil, aspirasi, masukkan obat, lalu pindah
arahkan ke 4 arah mata angin (kanan-bawah-kiri-atas). Setiap masuk ketempat baru harus
diaspirasi dulu. Masukkan masing-masing 1 cc.
 Tunggu sekitar 5 menit agar anestesi bekerja.
 Masukkan IV catheter secara tegak lurus kekandung kemih.
 Ketika terlihat ada urin yang keluar, dekatkan urine container untukmenampung urin.
 Setelah urin telah keluar semua dan kandung kemih kosong, tarik IV catheter keluar dengan
memegang bagian kulit yang ada IV catheter dicabut menggunakan kasa steril.
 Bersihkan urin yang meluber jikaada. Kemudian tutup luka puncture dengan kasa steril dan
plester.

VI. Penutup
 Beritahu pasien bahwa prosedur telah selesai.
Bapak, prosedurnya sudah selesai. Bapak bisa memakai pakaian dan duduk kembali. Setelah
ini bapak saya rujuk kerumah sakit ya untuk penanganan lebih lanjut.
 Bersihkan alat, lepas gloves dan cuci tangan.
 Rujuk pasien ke departemen bedah (urologi) di rumah sakit.
 Perhatikan jika terdapat tanda komplikasi, seperti:
- Hematoma
- Intraabdominal pelvic visceral injury
- Laserasi atau penetrasi di bowel
- Disruption of mesenteric vessels
 Dokumentasi pada medrek.

CHEAT SHEET

 1. Sapa, perkenalan, informed consent (jelaskan ini tindakan sementara).


 2. Siapkan alat.
 3. Cuci tangan.
 4. Pakai gloves (skin-to-skin & gloves-to-gloves).
 5. Pasien berbaring, posisi kita di kiri pasien. Rambut pubis cukur.
 6. Cek bladder dengan palpasi (atas-bawah) dan perkusi (kanan-kiri dan bawah-
atas).
 7. Swab dengan forceps+kassa+povidone iodine. Sirkuler, dalam keluar.
 8. Letakkan duk bolong.
 9. Suntik anestesi lidocaine 2% 5 cc pada titik tengah yang ditentukan perkusi tadi.
Tusuk di tengah, atas, kanan, kiri, bawah @ 1cc Tunggu 5 menitCubit
suprapubis untuk cek baal.
 10. Tusuk kateter IV 90˚, jangan terlalu dalamCek urin keluarCabut jarum
sambil masukkin kateter ke dalamTampung urin dengan kidney basin
Selesai? Cabut kateter.
 11. Tutup bekas tusukan dengan kassa steril+plester.
 12. Bersih-bersih, lepas gloves.
 13. Rujuk ke dep. Bedah..
 14. Lihat tanda komplikasi: Hematoma, intraabdominal pelvic visceral injury, laserasi,
dan disruption pada mesenteric vessels. Dokumentasi.
Digital Rectal Exam
1. Tentukan indikasi dan kontraindikasi untuk melakukan DRE pada pasien.
2. Informed consent.
Selamat pagi pak, perkenalkan saya dr. X yang sedang berjaga di klinik ini.
Sekarang saya akan melakukan prosedur colok dubur pada bapak untuk
mengetahui diagnosis pasti bapak. Mungkin akan terasa tidak nyaman pak, namun
saya menggunakan lubrikasi untuk membuat bapak lebih nyaman. Nanti bapak
akan diminta untuk membuka celananya selama pemeriksaan. Bagaimana pak,
sudah mengerti? Bersedia?
3. Minta pasien untuk berbaring dengan posisi litotomi atau lateral decubitus atau bisa
juga nungging di pinggir meja pemeriksaan.
Pak, tolong buka celananya, lalu silakan berbaring dengan paha dibuka lebar seperti
posisi orang melahirkan.
4. Pastikan privasi pasien. Tutup tirai. Selimuti bagian perut pasien ke atas. Kalau mau
minta ditemani boleh.
5. Pastikan pencahayaan cukup dengan lampu berdiri atau penlight.
6. Cuci tangan, keringkan, pakai glove pada tangan dominan.
7. Inspeksi bagian perianalnya, lihat apakah ada fissure, fistula, pendarahan, massa,
kemerahan, hemorrhoid.
[Jika ada massa] Inspeksi ukurannya, regularitas, batas, konsistensi.
8. Palpasi perianal, rasakan apakah ada nyeri dan benjolan.
[Jika ada benjolan] Ukuran, regularitas, batas, mobilitas, konsistensi.
9. Gunakan jelly di ujung jari telunjuk yang berglove. Lumuri jelly pada lubang anus
juga.
10. Masukkan jari telunjuk ke dalam anus secara perlahan-lahan, bisa diputar dulu jarinya di
perianal agar lubang anus lebih rileks atau minta pasien untuk tarik buang napas. Saat
pasien buang napas, kita masukkan jarinya. Jarinya menghadap ke bawah dulu saat
masuk.
Pak, sekarang saya akan memasukkan jari telunjuk saya ke lubang anus bapak. Bapak
rileks ya, coba tarik-buang napas pak.
11. Saat masuk, tentukan apakah tahanan sphincter ani kuat atau tidak.
12. Pada ujung jari, terdapat ampulla. Rasakan apakah ampullanya kolaps atau tidak.
Normal: Terasa kosong di ujung jari.
13. Putar jari mengelilingi mukosa rektum, tentukan apakah smooth/tidak. Normal:
Smooth.
14. Pada arah jam 9-12, pasien dengan appendicitis akan merasa nyeri bila ditekan.
15. Pada arah jam 12 (udah muter 180˚), periksa prostatnya.
- Teraba/tidak?
Normal: Teraba, namun tidak besar (ujung prostat masih dapat kita pegang dengan
ujung jari; 20-40 gram).
Kalau kita sudah tidak bisa meraba ujungnya, berarti terjadi pembesaran prostat (>
60 gram).
- Konsistensinya bagaimana? Normal: Kenyal.
- Terdapat nyeri tekan/tidak? Normal: Tidak.
- Permukaan rata atau terdapat nodul? Normal: Rata.
- Simetris/tidak kedua sisi prostat? Normal: Simetris.
16. Pada pasien dengan indikasi gangguan neurologis, lakukan bulbocavernosus reflex.
Caranya dengan memencet glans penisnya atau dengan menggaruk sedikit lipat
paha dengan jari kita tetap di dalam rektum. Terasa ada kontraksi spincter ani/tidak?
(+) Ya, (-) Tidak.
17. Keluarkan jari kita dari rektum, lihat gloves kita apakah terdapat darah, mukus, pus,
atau feses.
18. Lap anus menggunakan tisu kering.
19. Buka gloves dan buang.
20. Cuci tangan.
21. Bilang:
Pak, pemeriksaan sudah selesai, silakan gunakan kembali
celananya. Terima kasih.
22. Dokumentasi:
- Tanggal dan waktu pemeriksaan
- Temuan pemeriksaan
- Respon pasien
- Nama dan tanda tangan operator
Teraba, ada
pembesaran. pembesaran. pembesaran. pembesaran. pembesaran.
Konsistensi: Konsistensi: Konsistensi: Kanan Konsistensi: Konsistensi:
Keras. kenyal, kiri keras.
Kanan kenyal, kiri Kanan kenyal, kiri Kenyal.
keras. Permukaan: Ada keras.
Permukaan: Tidak : Rata.
nodul kecil di sebelah
Permukaan: Ada rata. Permukaan: Rata. Simetris: Tidak.
kiri.
nodul di sebelah Simetris: Tidak. : Tidak.
Simetris: Tidak,
kiri. besar sebelah
Simetris: Tidak.
CHEAT SHEET

1. Indikasi dan Kontraindikasi


2. Informed Consent
3. Pasien berbaring – Litotomi
4. Privasi pasien (tutup tirai, tempat
nyaman)
5. Cukup pencahayaan
6. Cuci tangan , gloves
7. Inspeksi perianal
8. Palpasi perianal
9. Pakai jelly
10. Masukkan jari ke anal
11. Cek tahanan sphincter
12. Rasakan ampulla
13. Putar kea rah jam 9-12
14. Periksa prostat di arah jam 12
15. Cek bulbocavernosus reflex
16. Keluarkan jari, lihat ada darah atau
mucus
17. Bersihkan area anus
18. Buka gloves, Cuci tangan
19. Dokumentasi
Venerological Examination in Male
1. Sapa, perkenalan, informed consent.
Selamat pagi pak, perkenalkan saya dr. X yang sedang berjaga di klinik ini. Jadi sekarang
saya akan melakukan pemeriksaan fisik pada kelamin bapak untuk mengetahui diagnosis
pasti dari penyakit bapak. Nanti saya akan meminta bapak untuk membuka celana
bapak, lalu saya akan melihat, memegang, dan mengambil contoh cairan dari tubuh
bapak. Mungkin akan terasa tidak nyaman, namun saya akan berusaha sebaik-baiknya
agar bapak tetap merasa nyaman. Bagaimana pak, sudah mengerti? Bersedia?
Kapan bapak terakhir kali buang air kecil? (Harus tunggu sampai 3 jam setelah BAK
terakhir.)
2. Minta pasien untuk berbaring di atas meja pemeriksaan dan buka celananya.
3. Cuci tangan, pakai gloves.
4. Suprapubis
 Inspeksi: Distensi?
 Palpasi: Distensi?
5. Inguinal
 Inspeksi: Ada benjolan? [Jika ya] Jumlah? Ukuran?
 Palpasi: Ada benjolan? [Jika ya] Jumlah? Ukuran? Nyeri? Mobilitas? Konsistensi?
6. Pubis
 Kulit pubis: Ada lesi seperti makula, papula, pustula, vesikel, molluscum
contagiosum (papule berwarna kulit yang di tengahnya ada depresi), dst?
 Rambut pubis: Kutu? Distribusi?
7. Minta pasien berdiri, lalu letakkan jari kita di root skrotum, lalu minta pasien valsalva
maneuver (mengedan, tiup tangan, pop ear, dst). Kalau ada sesuatu yang mengenai
jari kita berarti ada hernia.
8. Glans penis
Retraksi preputium terlebih dahulu bagi yang belum disunat. Lalu inspeksi glans penis:
 Apakah terdapat lesi seperti makula, papula, pustula, vesikel, kutil/warts, tumor,
atau ulcer?
 Balanitis.
 Posthitis (pembengkakan preputium).
9. External urinary meatus
Lihat apakah terdapat:
 Kelainan kongenital seperti hipospadia dan epispadia.
 Discharge. Jika ada discharge, tentukan jumlah, warna, dan konsistensinya.
Jika tidak ada: Milking dengan mengurut penis dari root sampai ke meatus.
 Lesi di sekeliling meatus.
 Pinch meatusnya dengan jempol dan jari telunjuk pada jam 6 dan 12 untuk
melihat adanya stenosis meatus dan lesi intrauretra seperti warts.
10. Shaft penis:
Lihat apakah ada:
 Lesi seperti makula, papula, pustula, vesikel, warts, erosi, dan ulcer.
[Jika ada ulcer] Pinggirnya menonjol/tidak? Lukanya bersih/tidak? Nyeri/tidak?
 Peyronie’s disease (penis bengkok karena patah).
 Fibrosis
 Ambil sampel spesimen discharge.
 Bersihkan meatusnya dengan menggunakan kassa.

Pengambilan Specimen

Neisseria gonorrhoeae

a. Ambil swab yang gagangnya dari plastik. (Kayak cotton bud biasa.)
b. Masukkan swabnya ke dalam meatus secara perlahan, pegangnya kayak pegang pisau.
Masukkan sedalam 2-4 cm. Diamkan, lalu tarik.
c. Ambil object glass yang sudah dibersihkan, roll swab 1x. (Gram staining)
d. Ambil lagi spesimennya dengan cotton swab yang sama, kali ini masukkan ke tabung
kultur (yang tutupnya warna merah).

Chlamydia trachomatis
a. Ambil swab yang gagangnya dari kawat.
b. Masukkan ke dalam meatusnya sedalam 2-4 cm, putar di dalam meatusnya sambil
sedikit scrub epitelnya selama 5-10 detik.
c. Masukkan swabnya ke tabung PCR (yang tutupnya warna ungu).

Trichomonas vaginalis
a. Siapkan slidenya dengan meneteskan NaCl.
b. Ambil spesimen menggunakan cotton swab gagang kawat, masukkan 2-4 cm lalu
diamkan, tarik.
c. Campur spesimen dengan NaCl di slide.
d. Tutup dengan cover glass.
e. Boleh dikasih vaselin di pinggir-pinggir cover glassnya untuk mencegah kekeringan.

11. Skrotum
Lihat apakah:
 Ada pembengkakan/tidak?
 Simetris/tidak?
 Ada lesi seperti sebaceous cyst dan hemangioma.
 Eritema.
12. Testis:
Pegang dengan 2 tangan.
 Rasakan: Ukuran, ada massa/tidak, ada indurasi/tidak.
 Nyeri/tidak?
 Transillumination test: Gelapin ruangan, lalu pilih senter seukuran skrotumnya,
senter dari belakang skrotum. (+): cairan; (-): massa.

13. Epididimis
 Raba pada posterosuperior testis.
 Ada groove di antara epididimis dan testis. Teraba/tidak? Kalau tidak berarti ada
pembengkakan/indurasi.
 Ukuran.
 Ada nyeri/tidak?
14. Spermatic cord
Raba dengan jempol dan jari telunjuk dari root of penis lalu diraba
sampai ke neck of penis (ke arah atas).
 Ada penebalan/tidak?
 Simetris/tidak?
 Nyeri/tidak?
15. Perianal
Minta pasien litotomi atau tidur miring. Lihat apakah ada lesi seperti warts,
erosi, ulcer, atau vesikel.

Pak, pemeriksaan sudah selesai, silakan kenakan lagi celananya. Terima kasih.
Cheat Sheet

1. Perkenalan, informed consent


2. Pasien buka celana
3. Cuci tangan , gloves
4. Suprapubis (inspeksi,palpasi)
5. Inguinal
6. Pubis
7. Pasien berdiri, cek hernia
8. Glans penis
9. Meatus
10. Shaft penis
11. Pengambilan specimen (N. gonorrhoeae, Chlamydia,
trichomonas)
12. Skrotum
13. Testis
14. Epididimis
15. Spermatic cord
16. Perianal
SMEAR PREPARATIONGRAM STAINING
MICROSCOPIC INTERPRETATION
Gram Staining
1. Bersihkan object glass dengan kapas beralkohol 70% dan/atau dibakar untuk membebaskannya dari
lemak.
2. Tandai slide dengan pensil putih, gambar oval

3. Bakar inoculation loop sampai merah, dinginkan.


Cara pegang: Seperti memegang pensil.
4.Buka tutup tabung reaksi berisikan urin. Masukkan inoculation loop kedalam tabung. Lalu ambillah

5. Untuk specimen cair (urin, darah, cairan tubuh): Tetes 2-3 loop, smear tipis. [Kita yang ini.]

Untuk spesimen semi-solid (sputum, swab, feses) dan solid: Buat suspense dengan cara meneteskan
aquadest steril /NaCl fisiologis. Ambil specimen dengan inoculation loop yang sudah dipanaskan dan
didinginkan, lalu sentuhkan loopnya ke aquadest sebanyak 2-3 loop. Ratakan.
Untuk pus: Roll swabnya di atas slide.

6. Keringkan. Dengan diangin-anginkan.

7. Fiksasi slide dengan cara dibakar, dilewatkan di api 3-5x.

1. Letakkan slide di rak slide, siram dengan crystal violet. Biarkan 1 menit, bilas dengan air selama5 detik.
Warna=Violet. [Primary staining]
2. Siram dengan iodine, biarkan 1 menit, bilas dengan air selama 5 detik. Warna=Blue-violet. [Mordant]

3. Celup ke etanol 96% sampai warna ungunya hilang, bilas dengan air selama 5 detik. [Decolorization]

4. Siram dengan safranin, biarkan 1 menit, bilas dengan air selama 5 detik. Warna=Biru. [Counterstaining]

5. Keringkan dengan kertas saring dengan cara ditekan-tekan, jangan digosok-gosok.

Microscopic Intrepetation
1. Nyalakan mikroskop.
2. Atur lensa objektif ke perbesaran 100x.
3. Naikkan kondensor, buka diafragma.
4. Letakkan object glass di meja preparat mikroskop. Hati-hati terbalik! Raba dulu, yang kasar yang benar.
5. Teteskan dengan minyak imersi 1 tetes.
6. Naikkan meja preparat sampai mentok, lalu turunkan perlahan-lahan dengan pemutar makro sampai
terlihat bayangan seperti titik-titik.
7. Fokuskan dengan menggunakan pemutar mikro.
8. Cari bentuk kayak 2 biji kopi berhadapan warna merah, entah di dalam sel atau di luar sel. (N.
gonorrhoeae)
9. Kalau pakai yang binokuler, di salah satu lensa okuler nya dipasangin penunjuk. Arahkan slidenya ke
penunjuk untuk menunjuk target. Baru kasih tau ke penguji.

10. Laporkan:
Saya menemukan bakteri gram (-) diplokokus di intraseldan/atau ekstrasel.
CHEAT SHEET

Gram Staining
1. Bersihkan object glass dengan kapas + alkohol 70% lalu bakar.
2. Beri tanda, balik slide.
3. Bakar inoculation loop, dinginkan.
4. Buka tabung reaksi, ambil specimen dengan loop, teteskan ke slide.
5. Smear tipis ke object glass Keringkan.
6. Fiksasi slide, bakar 3-5x.
(proses selanjutnya 1 menit fiksasi, 5 detikbilas)
1. Siram crystal violet
2. Siram iodine
3. Celup ke etanol 96% sampai warna ungu hilang
4. Siram safranin
5. Keringkan.

Microscopic Interpretation
1. Nyalakan mikroskop.
2. Putar lensa objektif ke 100x.
3. Naikkan kondensor, buka diafragma.
4. Letakkan glass slide di meja preparat, hati-hati kebalik.
5. Teteskan minyak imersi.
6. Naikkan meja preparat sampai mentok, turunkan perlahan dengan pemutar makroTerlihat titik-titik.
7. Fokuskan dengan pemutar mikro.
8. Cari bakteri merah 2 buah bentuk seperti biji kopi.
9. Laporkan: Bakteri gram (-) diplokokus di intrasel/ekstrasel/keduanya.
CIRCUMCISION
1. Sapa, perkenalan, pastikan identitas pasien.
Selamat pagi pak, dik, perkenalkan saya dr. X yang sedang berjaga di klinik ini. Apakah benar dengan dik
Y? Usia __ tahun?(Tanya jawab kalau adenya masih kecil lakukan kepada orang tua yang mendampingi)
2. Periksa kondisi penisnya, normal/tidak normal untuk sirkumsisi.
- Ada fimosis, parafimosis, Balonophitis? [definite indication]
-Reccurrent UTI [Relative Indication]
- Ada infeksi, bleeding, hipospadia, epispadia, curved penis? Ada gangguan hemostasis (e.g. hemofilia)?
[Kontraindikasi]
Normal? Informed consent.
3. Informed consent.
Baik pak, sekarang saya akan melakukan prosedur sirkumsisi atau sunat pada anak bapak. Tujuannya agar
membuang kulup pada kemaluan anak bapak. Mungkin akan terasa tidak nyaman, namun saya akan
melakukan prosedur pembiusan lokal terlebih dahulu. Bekas luka akan dijahit. Nanti anak bapak akan
diminta untuk buka celananya.
Bagaimana pak bersedia?
4. Siapkan alat-alat

Steril:
Klem hemostat (4 buah)
Non-steril:
Pinset anatomis (1 buah)
Lidocaine 2% 2 cc
Pinset sirurgis (1 buah)
Salep antibiotik
Needle holder (1 buah)
Kidney basin
Gunting jaringan (yang tajam-tumpul; 1 buah)
Lampu
Jarum (1 buah)

Catgut (1 rol)

Syringe 3 cc

Kassa antiseptik 10%

Mangkuk+povidone iodine
5. Cuci tangan, pakai gloves.
Duk bolong

Gloves
6. Bersihkan penis dengan kassa ber-povidone iodine secara sirkuler dari distal ke proksimal.
7. Ambil syringe, isi dengan lidokain 1-2 cc.
8. Bevel needle harus menghadap atas. Sudut 45˚. Suntik kulit (jangan sampai kena mukosa) di root of
penis pada arah jam 10/11, aspirasi, lalu masukkan 0.5-1 cc. Tarik tapi jangan seluruhnya, arahkan ke arah
jam 6. Lakukan hal yang sama di arah jam 1 atau 2, terakhir boleh diarahkan sedikit ke arah jam setengah 1.
9. Tunggu 5-10 menit, lalu cek anestesinya dengan mencubit preputiumnya dengan pinset sirurgis. Tanya
berasa/tidak.
10. Retraksi preputiumnya. Kalau lengket, bisa menggunakan klem arteri (yang ujungnya bengkok), arahkan
ke bawah. Masukkan ke preputiumnya, buka lebar-lebar klemnya sambil ditarik preputiumnya oleh tangan
yang lain. Lakukan terus sampai sulcus coronalis-nya kelihatan.
11. Bersihkan smegma (kotoran putih-putih lengket) di glans dengan kassa ber-povidone iodine.
(Sebenarnya dilakukannya sambil dilakukan retraksi preputium, sih.) Kembalikan lagi preputiumnya ke
tempat semula.
12. Tandai preputium dengan mencubit kulit arah jam 12 0.5 cm proksimal dari sulcus coronalis pada penis
yang ereksi atau 0.5 cm distal dari sulcus coronalis pada penis yang tidak
ereksi dengan pinset sirurgis. Gunanya untuk patokan seberapa jauh
menggunting.
13. Pasang klem hemostat di 4 titik:
- Jam 12: Klem lurus. Klemnya sampai sulcus coronalis.
- Jam 1 – 11: Klem bebas. Klemnya di ujung-ujungnya aja.
- Jam 6: Klem lurus. Klemnya sepanjang frenulum sampai sulcus
coronalis.
14. Copot klem jam 12. Nanti ada bekasnya, itu dipakai untuk panduan menggunting. Klem jam 1 dan 11
agak ditarik agar gampang mengguntingnya.
15. Gunting bekas klem tadi, lalu gunting melingkar ke kanan dan kiri. Sisakan 1-2 mm preputium untuk
menjahit. Frenulum (jam 6) jangan di gunting. Buang kulitnya.
16. Kontrol perdarahan dengan dep bagian yang berdarah dengan kassa steril. Lalu klem dengan klem
arteri. Untuk pendarahan besar, klemnya hadapkan ke atas ; pendarahan kecil hadapkan ke bawah.
Kalau pendarahannya terlalu masif, dahulukan kontrol pendarahan dulu!
17. Setelah reda, ligasi:
a. Jepit mukosa dengan pinset (apa aja, tapi lebih enak sirurgis) bagian jam 12, tarik.
b. Lingkarkan/kalungkan catgut di mukosa yang ditarik tadi. Sisi satunya lebih pendek daripada yang
lainnya.
c. Dengan needle holder (bisa apa aja sih), buat Reeve knot (puntir 1x – puntir 1x).
INGAT! Posisi instrumen/needle holder selalu menghadap dalam/menghadap penis.
Yang narik itu bagian benang yang panjang, yang pendek (yang dijepit) diem aja.
d. Buat surgical knot (puntir 2x – puntir 1x)/Reeve knot, bebas.
e. Gunting benangnya hingga tersisa kira-kira 0.5 cm.
18. Jahit jam 12, jam 3, dan jam 9-nya. Jarum harus menghadap luar. Knotnya
sama seperti ligasi.
19. Jahit jam 6:
a. Pisahkan kulit dan mukosanya.

“Figure of eight”/Horizontal mattress suture


b. Masukkan jarum dari kulit sebelah kiri, lalu keluar
di mukosa sebelah kanan.
c. Masukkan lagi jarumnya dari mukosa sebelah kiri,
lalu keluar di kulit sebelah kanan.

(Menurut WHO, jahitnya mestinya pakai yang di gambar


(horizontal mattress), gak disilang. Kalau di skills lab harus
disilang (figure of 8).)
d. Buat Reeve knot lalu surgical knot.
e. Gunting preputium distal (di depan) knotnya.
20. Bersihkan penis menggunakan kassa lembab
(kassa+normal saline).
21. Evaluasi: Lihat apakah ada pendarahan. Kalau tidak
ada pendarahan, berikan salep antibiotik di bagian
yang digunting secara melingkar dan biarkan tanpa dressing.
(Sebenarnya, di guideline WHO disuruhnya pakai dressing tapi orangnya harus rajin ganti perban. Disuruh
gak usah soalnya orang suka nggak tertib ganti perbannya.)
22. Bilang pada pasien bahwa prosedur sudah selesai.
23. Buka gloves dan buang semua alat yang digunakan. Surgical set dimasukkan ke dalam cairan klorin.
24. Cuci tangan.
25. Evaluasi post-operasi (follow-up) 30 menit setelah operasi, dilihat ada pendarahan/tidak? Ada
anafilaksis?
26. Dokumentasi:
- Tanggal dan waktu.
- Tindakan yang dilakukan.
-Metode sirkumsisi

-Jenis dan jumlah jahitan


- Respon pasien (pendarahan, anafilaksis).
- Nama dan tanda tangan operator.

CHEET SHEAT

Sapa, perkenalan, informed consent.


2. Cek kondisi penis.
3. Cek alat.
4. Cuci tangan, pakai gloves.
5. Bersihkan penis dengan kassa+povidone iodine, sirkuler, distal-proximal.
6. Ambil syringe, isi lidokain 1-2 cc.
7. Suntik, bevel menghadap atas, di jam 11 dan 2. Arahkan ke jam 6 juga.
8. Tunggu 5-10 menit, cek baal dengan cubit preputium oleh pinset sirurgis.
9. Retraksi preputium dengan klem arteri.
10. Bersihkan smegma dengan kassa+povidone iodine.
11. Kembalikan preputium.
12. Tandai preputium dengan pinset sirurgis Ereksi: 0.5 cm proksimal sulcus coronalis.
Tidak ereksi: 0.5 cm distal sulcus coronalis.
13. Pasang klem di jam 12 (klem lurus, ampe mentok sulcus), dan jam 1, 11, dan 6 (klem bebas, jepit
ujungnya aja).
14. Copot klem jam 12.
15. Gunting sesuai bekas klem di jam 12. Potong sirkuler. Jangan potong frenulum!
16. Kontrol perdarahan di jam 12: Dep dengan kassa Klem arteri Ligasi mukosa dengan benang.
17. Jahit jam 12, 3, dan 9.
18. Jahit jam 6: Pisahkan mukosa dan kulit Jarum masuk kulit kiri tembus mukosa kanan Masuk
mukosa kiri tembus kulit kanan Knot Gunting preputium di depan knot.
19. Bersihkan penis menggunakan kassa lembab.
20. Ada pendarahan? [Tidak] Kasih salep antibiotik.
21. Buka gloves, buang. Surgical set dimasukkin ke klorin. Cuci tangan.
22. Follow-up 30 menit

Anda mungkin juga menyukai