Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

MODUL XIV (REPRODUKSI)


LAKTASI

Nadhif Musyaffa
71210811010

SGD 8

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA


2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Laktasi.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
tutorial sgd 8 pada bidang studi Small Group Discussion (SGD). Makalah ini disusun
berdasarkan pengamatan saya selama melakukan kegiatan sgd. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas saya dalam bidang studi kedokteran yang menggunakan metode PBL
(Problem Based Learning).

Laporan ini diharapkan dapat sebagai bahan acuan untuk mencapai penggunaan metode
baru tersebut secara berkelanjutan. Saya berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan
mudah dimengerti oleh semua kalangan untuk mempermudah dalam penyampaian informasi
metode pembelajaran ini.

Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen tutorial 8 Fakultas Kedokteran UISU
yang telah membimbing saya selama proses pembelajaran SGD. Saya menyadari makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 28 Mei 2023

Nadhif Musyaffa

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah...............................................................................................................1


1.2 Skenario…...................................................................................................................................1
1.3 Rumusan
Masalah........................................................................................................................................1
1.4 Maksud dan Tujuan......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................................3

BAB III PENUTUP............................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses
bayi menghisap dan menelan ASI. Masa laktasi bertujuan untuk meningkatkan pemberian
ASI eksklusif dan meneruskan pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan
benar serta anak mendapat kekebalan tubuh secara alami.

1.2 Skenario

1.3 Rumusan Masalah

Learning Issue:

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan:

1. Definisi, proses fisiologi, faktor yang mempengaruhi, dan perawatan payudara


(Laktasi)

2. Kelainan dan gangguan pada proses laktasi


1
3. Penatalaksanaan gangguan laktasi

4. Edukasi pada ibu hamil mengenai laktasi

2
1.4 Maksud dan Tujuan

Adapun makalah ini dibuat dengan tujuan :

1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran modul reproduksi di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera
Utara
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan
pembelajaran diskusi kelompok
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial. Dalam hal ini yaitu tentang
reproduksi

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi, Proses fisiologi, Faktor yang mempengaruhi dan Perawatan payudara

 Definisi Laktasi

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses
bayi menghisap dan menelan ASI. Masa laktasi bertujuan untuk meningkatkan pemberian
ASI eksklusif dan meneruskan pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan
benar serta anak mendapat kekebalan tubuh secara alami.

 Proses fisiologis laktasi

Laktasi atau proses menyusui merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara
rangsangan mekanik, saraf dan beberapa jenis hormon. Pengaturan hormon terhadap
pengeluaran ASI dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu:

1. Pembentukan kelenjar payudara

a) Masa kehamilan

Pada awal kehamilan terjadi peningkatan ductus yang baru, percabangan dan lobulus,
yang dipengaruhi oleh hormon plasenta dan korpus luteum, Hormon yang ikut membantu
mempercepat pertumbuhan adalah prolaktin, laktogen plasenta, karionik gonadotropin,
insulin, kortisol, hormon tiroid, hormon paratoroid, hormon pertumbuhan.

4
5
b) Pada 3 bulan kehamilan

Prolaktin dari adenohipofise atau hipofise anterior mulai merangsang kelenjar air susu
untuk menghasilkan air susu yang disebut kolostrum. Pada masa ini pengeluaran kolostrum
masih dihambat oleh estrogen dan progesterone, tetapi jumlah prolaktin meningkat hanya
aktivitas dalam pembuatan kolostrum yang ditekan.

c) Pada trimester kedua kehamilan

Laktogen plasenta mulai merangsang untuk pembuatan kolostrum. Keaktifan dari


rangsangan hormon terhadap pengeluaran air susu telah didemontrasikan kebenaranya bahwa
seorang Ibu yang melahirkan bayi berumur 4 bulan dimana bayinya meninggal, tetap keluar
kolostrum.

2. Produksi ASI

Pada proses laktasi tedapat 2 refleks yang berperan yaitu refleks prolaktin dan refleks
aliran yang timbul akibat perangsangan puting karena isapan bayi.

a) Refleks prolactin

Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum


terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang
masih tinggi. Pasca persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi
korpus luteum maka estrogen dan progesteron menjadi berkurang. Isapan bayi akan
merangsang puting susu dan kalang payudara, karena ujung saraf sensoris yang
berfungsi sebagai reseptor mekanik,

Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus malalui medulla spinalis hipotalamus dan


akan menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya
merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin. Hormon ini merangsang sel
alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.

Produksi hormon prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti anastesi, operasi,
stress atau pengaruh psikis, hubungan seks, rangsangan puting susu. Sedangkan
keadaan yang menghambat pengeluaran hormon prolaktin adalah gizi ibu yang jelek

6
serta penggunaan obat-obatan (KB).

b) Refleks aliran (let down refleks)

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang


berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior yang kemudian dikeluarkan
oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan
kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli
dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk
ke mulut bayi.

7
Faktor yang meningkatkan let down refleks adalah melihat bayi, mendengarkan
suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi. Sedangkan faktor yang
menghambat refleks let down adalah keadaan bingung / pikiran kacau, takut dan cemas.

3. Pengeluaran ASI

Apabila bayi disusui maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan
rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria posterior sehingga keluar
hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel disekitar alveoli akan
berkontraksi dan mendorong ASI masuk alam pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin
selain dipengarui oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Bila
duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis.

 Faktor yang mempengaruhi laktasi

● Kondisi payudara dan perawatannya kurang baik


● Teknik menyusui yang kurang baik
● Posisi menyusui yang baik
● Frekuensi dan durasi pemberian ASI yang baik
● Status nutrisi yang baik saat menyusui

 Perawatan payudara pada waktu laktasi

Pada usia kehamilan setelah usia 26 minggu (trimester 3) sebaiknya dilakukan perawatan
pada payudara, Saat kehamilan payudara akan membesar dan daerah sekitar puting susu akan
lebih gelap warnanya dan juga sensitive.

1) Kedua telapak tangan dibasahi dengan minyak kelapa


2) Puting susu sampai areola mammae (daerah sekitar puting dengan warna lebih gelap)
dikompres dengan minyak kelapa selama 2-3 menit. Tujuannya untuk memperlunak
kotoran atau kerak yang menempel pada puting susu sehingga mudah dibersihkan.
3) Jangan membersihkan puting susu dengan alkohol atau sabun yang bersifat iritasi
karena dapat menyebabkan puting susu lecet dan daerah disekitar puting menjadi
kering.
4) Kedua puting susu dipegang lalu ditarik, diputar ke arah dalam dan ke arah luar

8
(searah dan berlawanan jarum jam)
5) Setelah selesai kedua puting susu dan sekitarnya dibersihkan dengan handuk kering
dan bersih.
6) Pakailah bra yang tidak ketat dan bersifat menopang payudara, jangan memakai bra
yang ketat dan menekan payudara

9
2.2 Kelainan dan Gangguan pada proses laktasi

Masalah Menyusui Masa Antenatal

Pada masa antenatal, masalah yang sering timbul adalah: kurang/salah informasi putting susu
terbenam (retracted) atau putting susu datar.

1) Kesalahan Informasi

Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya atau malah lebih baik
dari ASI sehingga cepat menambah susu formula bila merasa bahwa ASI kurang. Petugas
kesehatanpun masih banyak yang tidak memberikan informasi pada saat pemeriksaan
kehamilan atau saat memulangkan bayi. Sebagai contoh, banyak ibu/petugas kesehatan yang
tidak mengetahui bahwa:

• Bayi pada minggu-minggu pertama terjadi defekasinya encer dan sering kali petugas
kesehatan dapat menyuruh menghentikan menyusui. Padahal sifat defekasi bayi yang
mendapat kolostrum memang demikian karena kolostrum bersifat sebagai laksans.
• ASI belum keluar pada hari pertama sehingga bayi dianggap perlu diberikan minuman
lain, padahal bayi yang baru lahir cukup bulan dan sehat mempunyai persediaan
kalori dan cairan yang dapat mempertahankannya tanpa minuman selama beberapa
hari.
• Karena payudara berukuran kecil dianggap kurang menghasilkan ASI padahal ukuran
payudara tidak menentukan apakah produksi ASI cukup atau kurang karena ukuran
ditentukan oleh banyaknya lemak pada payudara

2) Putting susu datar atau terbenam

Putting yang kurang menguntungkan seperti ini sebenarnya tidak selalu menjadi
masalah. Secara umum ibu tetap masih dapat menyusui bayinya dan upaya selama
antenatal umumnya kurang berfaedah.

10
Masalah Menyusui Pada Pasca Persalinan Dini

Pada masa ini, kelainan yang sering terjadi antara lain : putting susu datar, atau
terbenam, putting susu lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat dan mastitis atau
abses.

1) Putting susu lecet

Suatu tonjolon (nipple) retakan yang kering, sakit, gatal, dan pecah-pecah.
Puting lecet saat menyusui biasanya terjadi di minggu pertama setelah melahirkan.

2) Payudara bengkak

Dibedakan antara payudara penuh, karena berisi ASI, dengan payudara


bengkak. Pada payudara penuh; rasa berat pada payudara, panas dan keras. Bila diperiksa
ASI keluar, dan tidak ada demam.

Pada payudara bengkak; payudara udem, sakit, puting kencang, kulit mengkilat walau
tidak merah, dan bila diperiksa/isap ASI tidak keluar. Badan bisa demam setelah 24 jam.
Hal ini terjadi karena antara lain produksi ASI meningkat, terlambat menyusukan dini,
perlekatan kurang baik, mungkin kurang sering ASI dikeluarkan dan mungkin juga ada
pembatasan waktu menyusui.

11
3) Mastitis atau abses payudara

Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah, bengkak


kadangkala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat. Di dalam terasa ada masa
padat (lump), dan diluarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3
minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut.
Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI diisap/dikeluarkan atau pengisapan yang tak
efektif.

Ada dua jenis Mastitis:

1. Non Infective Mastitis (karena milk statis)


2. Infective Mastitis (karena terinfeksi bakteri)

Lecet pada puting dan trauma pada kulit juga dapat mengundang infeksi bakteri.

Masalah Menyusui Pada Masa Persalinan Lanjut

Yang termasuk dalam masa pasca persalinan lanjut adalah sindrom ASI kurang dan
ibu bekerja.

1) Sindrom ASI berkurang

Sering kenyataannya ASI tidak benar-benar kurang. Tanda-tanda ASI kurang

12
antara lain:

● Bayi sering menangis atau bayi menolak menyusu


● Tinja bayi keras, kering atau berwarna hijau
● Payudara tidak membesar selama kehamilan (keadaan yang jarang), atau ASI tidak
“dating”, pasca lahir.
● BB (berat badan) bayi meningkat kurang dari rata-rata 500 gram per bulan
● BB lahir dalam waktu 2 minggu belum kembali
● Ngompol rata-rata kurang dari 6 kali dalam 24 jam; cairan urin pekat, baud an warna
kuning

13
2.3 Penatalaksanaan Gangguan Laktasi

Tata Laksana Masalah Menyusui Masa Antenatal

1) Putting susu datar atau terbenam

Maka sebaiknya tidak dilakukan apa-apa, tunggu saja sampai bayi lahir, segera
setelah pasca lahir lakukan :

• Skin-to-skin kontak dan biarkan bayi mengisap sedini mungkin


• Biarkan bayi “mencari” putting kemudian mengisapnya, dan bila perlu coba berbagai
posisi untuk mendapat keadaan yang paling menguntungkan. Rangsang putting biar
dapat “keluar” sebelum bayi “mengambil”nya.
• Apabila putting benar-benar tidak bisa muncul, dapat “ditarik” dengan pompa putting
susu (nipple puller), atau yang paling sederhana dengan sedotan spuit yang dipakai
terbalik.
• Jika tetap mengalami kesulitan, usahakan agar bayi tetap disusui dengan sedikit
penekanan pada areola mammae dengan jari sehingga terbentuk dot ketika
memasukkan putting susu ke dalam mulut bayi.
• Bila terlalu penuh ASI dapat diperas dahulu dan diberikan dengan sendok atau
cangkir, atau teteskan langsung ke mulut bayi. Bila perlu lakukan ini hingga 1-2
minggu.

Tata Laksana Masalah Menyusui Pada Masa Pasca Persalinan Dini

1) Putting susu lecet

Pada keadaan ini seringkali seorang ibu menghentikan menyusui karena putingnya
sakit. Yang perlu dilakukan adalah :

• Cek bagaimana perlekatan ibu-bayi


• Apakah terdapat Infeksi Candida (mulut bayi perlu dilihat). Kulit merah, berkilat,
kadang gatal, terasa sakit yang menetap, dan kulit kering bersisik (flaky)

Pada keadaan putting susu lecet, yang kadang kala retak-retak atau luka, maka dapat
dilakukan dengan cara-cara seperti ini :

14
• Ibu dapat terus memberikan ASI nya pada keadaan luka tidak begitu sakit.
• Olesi putting susu dengan ASI akhir (hind milk), jangan sekali-sekali memberikan
obat lain, seperti krim, salep, dan lain-lain.
• Putting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih 1x24
jam, dan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2x24 jam.
• Selama putting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan,
dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri.
• Cuci payudara sekali sehari dan tidak dibenarkan untuk menggunakan sabun

15
2) Payudara bengkak

Apabila terlalu tegang, atau bayi tidak dapat menyusu sebaiknya ASI dikeluarkan
dahulu, agar ketegangan menurun dan untuk merangsang reflex Oxytocin maka
dilakukan:

• Kompres panas untuk mengurangi rasa sakit.


• Ibu harus rileks
• Pijat leher dan punggung belakang (sejajar daerah payudara)
• Pijat ringat pada payudara yang bengkak (pijat pelan-pelan kearah tengah)
• Stimulasi payudara dan putting

Selanjutnya kompres dingin pasca menyusui, untuk mengurangi udem. Pakailah bra
yang sesuai. Bila terlalu sakit dapat diberikan obat analgetik.

3) Mastitis atau abses payudara

Lecet pada puting dan trauma pada kulit juga dapat mengundang infeksi bakteri.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan:
• Kompres hangat/panas dan pemijatan
• Rangsang Oxtocin; dimulai pada payudara yang tidak sakit, yaitu stimulasi putting,
pijat leher-punggung, dan lain-lain.
• Pemberian antibiotik; Flucloxacilin atau Erythromycin selama 7-10 hari.
• Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk penghilang rasa nyeri.
• Kalau sudah terjadi abses sebaiknya payudara yang sakit tidak boleh disusukan karena
mungkin memerlukan tindakan bedah

Tata Laksana Masalah Menyusui Pasca Persalinan Lanjut

1) Sindrom ASI kurang

Ibu dan bayi dapat saling membantu agar produksi ASI meningkat dan bayi terus
memberikan isapan efektifnya. Pada keadaan-keadaan tertentu dimana produksi ASI
memang tidak memadai maka perlu upaya yang lebih, misalnya pada relaktasi, maka bila
16
perlu dapat dilakukan pemberian ASI dengan suplementer yaitu dengan pipa nasogastrik
atau pipa halus lainnya yang ditempelkan pada putting untuk diisap bati dan ujung
lainnya dihubungkan dengan ASI atau formula.

17
2.4 Edukasi atau perawatan pada ibu mengenai laktasi

Edukasi perawatan payudara selama hamil merupakan salah satu hal yang penting untuk
menjadi perhatian ibu hamil. Karena jika disepelekan, dapat mengakibatkan proses menyusui
menjadi terhambat bahkan gagal.

Penyebabnya bisa karena ASI tidak keluar karena sumbatan kotoran atau kerak. Ada juga
karena puting yang masuk ke dalam dan berbagai masalah lainnya.

Perawatan Payudara Saat Hamil:

1. Menggunakan bra yang nyaman

Pada siang hari, gunakan bra khusus ibu hamil atau bra khusus olahraga yang mampu
menopang seluruh payudara dan menyokong punggung. Sementara untuk malam hari,
gunakan bra khusus tidur yang ringan dan lembut agar Bumil dapat tidur dengan lebih
nyaman.

2. Mengoleskan pelembap pada payudara

Payudara yang membesar bisa membuat kulit payudara jadi meregang dan muncul
stretch mark. Perubahan pada payudara ini terkadang bisa menimbulkan rasa gatal.

Untuk meredakan gatal di payudara, Bumil dapat mengoleskan pelembab setelah


mandi dan menjelang tidur. Bumil juga bisa menggunakan pelembap jika kulit payudara
terasa gatal karena kulit payudara yang kering.

3. Menggunakan breast pad

Jika cairan yang keluar dari puting payudara berjumlah banyak hingga membasahi
baju, Bumil disarankan untuk menggunakan breast pad di dalam bra. Bumil bisa memilih
breast pad sekali pakai atau yang bisa dicuci dan digunakan berulang kali.

4. Mengompres payudara

18
Ketika payudara terasa nyeri dan sensitif, Bumil bisa mencoba memberikan kompres
hangat dengan air yang sudah direndam air hangat pada payudara. Jika suhu hangat membuat
Bumil merasa kurang nyaman, cobalah memberi kompres dingin dengan kain yang
dibungkus es atau yang sudah direndam air dingin pada payudara.

5. Memijat payudara

Jika muncul benjolan di areola, Bumil bisa meredakannya dengan menempelkan


handuk yang sudah dibasahi air hangat. Setelah itu, pijat payudara agar saluran susu menjadi
lancar. Cara memijat payudara yang benar adalah dari bagian atas payudara menuju ke
puting.

19
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses
bayi menghisap dan menelan ASI. Masa laktasi bertujuan untuk meningkatkan pemberian
ASI eksklusif dan meneruskan pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan
benar serta anak mendapat kekebalan tubuh secara alami. Proses laktasi merupakan suatu
interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik, saraf dan beberapa jenis
hormone. Pengaturan hormone terhadap pengeluaran asi dapat dibedakan menjadi 3 bagian
yaitu: 1. pembentukan kelenjar payudara, 2. produksi asi, 3. Pengeluaran asi.

Faktor yang mempengaruhi laktasi:

● Kondisi payudara dan perawatannya kurang baik


● Teknik menyusui yang kurang baik
● Posisi menyusui yang baik
● Frekuensi dan durasi pemberian ASI yang baik
● Status nutrisi yang baik saat menyusui

1.2 Saran

Dengan berakhirnya makalah yang saya buat saya menyadari bahwa masih banyak
kekurangan selama pembuatan makalah tersebut sehingga dengan senang hati saya menerima
kritik dan saran dari dokter pembimbing teman-teman, serta para pembaca. Saya menyadari
bahwa selama pembuatan makalah ini saya memiliki banyak kekurangan sehingga dengan
senang hati saya menerima segala tanggapan. Sekian dari saya terima kasih.

20
DAFTAR PUSTAKA

Kiaei, Y. A. (2014). The relationship between metacognition, self-actualization,


and well-being. (Dissertation. FIU Digital Commons, FIU Electronic Theses
and Dissertations). Florida International University.

Kurniawan, B. (2013). Determinan keber- hasilan pemberian air susu ibu


eksklu- sif. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 27(4), 236-240.

Maga, I., Hakim, B.H.A dan Zulkifli, A. 2017. Faktor Determinan

Wiji, R.N. 2013. ASI dan Pedoman Ibu Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika.

21

Anda mungkin juga menyukai