Anda di halaman 1dari 62

DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN PATOLOGI

Oleh: Rosalia Kusuma

1 Menyapa pasien, memperkenalkan diri dan menanyakan identitas pasien.


Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan. Meminta persetujuan pasien.
2 Menjaga privasi pasien dan mencucuci tangan sesuai posedur.
3 Berdiri disebelah kanan pasien. *critical point
4 Meminta penderita untuk membuka bajunya seperlunya agar daerah pemeriksaan
terbuka (dari bawah payudara sampai pelvis).
5 Meminta penderita untuk memberikan respons terhadap pemeriksaan (rasa sakit).
Pemeriksaan Ascites
6 Inspeksi : dilihat bagaimana bentuk perutnya, apakah datar, cembung, cekung.
Apakah ada tanda peradangan/inflamasi, apakah ada kemerahan?
Pada asitenperut cembung, mengkilat
Palpasi : test undulasi
Pada asites  undulasi positif
7 Meminta pasien / asiten meletakkan tangan di umbilikus / midline.
8 Letakkan kedua tangan di sisi kanan dan kiri pasien.
9 Lakukan pukulan dengan jari tangan di sisi kiri, rasakan hentaman cairan di sisi
kanan.
Perkusi: test pekak beralih
Pada asiten Karena cairan asites akan mengalir sesuai gravitasi, sedangkan gas dan
udara akan mengapung di atas, maka perkusi akan menghasilkan pola suara yang khas.
Pada posisi pasien terlentang, lakukan perkusi mulai dari bagian umbilicus atau bagian
tengan perut pasien, terus ke arah bawah/lateral. Suara yang terdengar pada orang yang
menderita asites adalah pada awalnya timpani, tetapi semakin ke bawah, yang dirasakan
adalah semakin redup dan akhirnya redup. Pada tahap ini tentukan batas perubahan suara
antara redup dan timpani.
Setelah batas ditemukan, maka pasien diminta untuk memiringkan badannya ke arah kita,
yaitu ke arah kiri, lalu kita perkusi lagi, formatnya dari perbatasan tadi ke atas. Suara yang
terdengar adalah redup, redup, redup sampai akhirnya timpani. Perlu diketahui, pada
pemeriksaan ini batas redup akan bergeser ke atas, hal ini disebabkan karena cairan yang
berada disebelah kiri pasien berpindah ke sebelah kanan.
Pemeriksaan ini dinamakan: Test suara redup berpindah/pekak beralih/ shifting
dullness.
Pelaporan : redup berpindah/pekek alih/shifting dullness positif
10 Perkusi dari umbilical ke bawah/lateral, perhatikan perubahan suara yang terjadi, beri
tanda pada batas perubahan timpani-redup.
11 Meminta pasien untuk miring ke arah kiri, lakukan perkusi dari batas tadi ke
atas/medial. Perhatikan perubahan suara yang terjadi.
Pemeriksaan Appendicitis
Pemeriksaan Mc Burney’s sign
Titik Mc Burney adalah titik imajiner yang dipergunakan untuk memperkirakan letak
appendiks, yaitu titik di 1/3 lateral dari garis yang dibentuk dari umbilikus dan SIAS
dekstra.

13 Memperkirakan letak titik Mc Burney (Mc Burney’s point).


Tarik garis imajiner dari umbilikus dan SIAS dekstra. Titik Mc Burney ada di 1/3
lateral.
14 Tekan Titik McBurney dengan jari telunjuk.
15 Interpretasi
Pada appendisitis positif. Tetapi appendisitis tidak selalu menimbulkan nyeri tekan di
titik Mc Burney karena letak appendiks sangat bervariasi,
Pemeriksaan Rebound tenderness
16 Menekan abdomen kanan bawah sedalam mungkin, lalu melepaskannya secara tiba-
tiba.
17 Interpretasi
Pada apendisitisTanda ini positif apabila pasien merasa kesakitan (saat dilepaskan
terasa lebih sakit dibandingkan saat ditekan).
Pemeriksaan Rovsing’s sign
18 Menekan abdomen di kwadran kiri bawah.

19 Interpretasi
Positif jika terasa nyeri di tempat yang mengalami inflamasi. Apabila terasa nyeri
hanya pada sisi kiri atau kedua sisi maka perlu dipikirkan diagnosis penyakit lain
pada vesika urinaria, uterus, kolon ascenden, tuba falopii, ovarium atau struktur
anatomi lain.
Pemeriksaan Psoas sign
20 Hiperekstensi hip pasien secara pasif atau meminta pasien melakukan flexi hip.

21 Interpretasi
Positif jika nyeri.
Pemeriksaan Obturator sign
22 Meminta pasien tidur terlentang dengan flexi hip kanan 90 derajat,

23 Memegang sendi ankle kanan pasien dengan tangan kanan dan melakukan
endorotasi.
24 Interpretasi
Positif jika nyeri
Pemeriksaan Cough test (Dunphy’s sign)
25 Meminta pasien untuk batuk
26 Interpretasi
Postif jika nyeri di abdomen menandakan adanya inflamasi di titik nyeri.
27 Pemeriksaan rektal (sebutkan saja) dengan interpretasinya
Pemeriksaan Hernia
Pemeriksaan Finger test
28 Masukkan jari ke 2 atau ke 5 lewat skrotum melalui anulus eksternus ke kanal
inguinal.

29 Meminta pasien untuk batuk


30 Interpretasi
1. Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
2. Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.

Pemeriksaan Zieman’s test


31 Meminta pasien berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh
penderita)

32 Letakkan tangan kanan di regio inguinal kanan


33 Interpretasi

Pemeriksaan Thumb test


34 Letakkan ibu jari di anulus internus
35 Meminta pasien untuk mengejan
36 Interpretasi
37 Resume hasil dan dokumentasi
38 Ucapkan terima kasih dan salam pada pasien
DAFTAR TILIK BORANG PEMERIKSAAN FISIK MAMMAE PATOLOGIS

Oleh: Katarina Frenka

No. Aspek Keterampilan yang Dinilai Skor

0 1 2

Persiapan (duduk di meja anamnesis dan memperkenalkan diri)

1 Meminta persetujuan penderita dan menjelaskan tujuan


pemeriksaan

Tujuan: untuk melihat apakah ada kelainan pada payudara pasien

Prosedur: akan melihat dan menekan-nekan pada bagian payudara


dan ketiak. Mungkin terasa tidak nyaman namun tenangkan pasien
dengan berkata bahwa akan melakukan sebaik mungkin.

Melakukan anamnesis khusus payudara, meliputi :

2 - Menanyakan keluhan yang berhubungan dengan mammae


dan aksila
- Benjolan di mammae, kecepatan tumbuhnya

- Rasa sakit yang berhubungan dengan menstruasi

- Cairan keluar dari puting, berdarah atau tidak

- Puting retraksi, meninggi atau melipat

- Perubahan kulit di mammae, borok atau ulserasi

- Benjolan dan rasa sakit di ketiak

- Edema lengan

3 - Menanyakan riwayat reproduksi


- Usia menarche

- Frekuensi menstruasi, lama menstruasi, teratur atau tidak

- Jumlah kehamilan, anak, laki-laki atau perempuan, abortus

- Riwayat menyusui, lamanya menyusui

- Usia menopause, sudah berapa lama menopause

- Penting : anamnesis keluarga lengkap

4 - Menanyakan riwayat penyakit sebelumnya


- Biopsi atau operasi mammae atau tempat lain

- Pemakaian obat-obatan, hormon, termasuk pil KB dan lama


pemakaiannya

5 - Menanyakan riwayat penyakit keluarga


- Sehubungan dengan penyakit kanker lain (Ca ovarium, Ca rekti,
sarcoma jaringan lunak)

- Hubungan keluarga : ibu, adik, kakak, bibi

6 - Menanyakan keluhan yang berhubungan dengan metastasis


- Sakit tulang, sakit punggung

- Batuk, sesak nafas

- Kelelahan umum

Pemeriksaan Fisik Payudara

7 Asepsis (cuci tangan dengan sabun/handsrub) dan keringkan


tangan dengan handuk

8 Meminta penderita membuka pakaian sebatas pinggang

a. Inspeksi  melakukan dan melaporkan hasil pemeriksaan inspeksi pada posisi pasien:
- Duduk, kedua lengan di samping badan
- Duduk, kedua lengan di atas kepala
- Duduk, kedua tangan di pinggang dan atau
- Duduk/berdiri dengan membungkukkan badan ke depan, jika mammae
besar/bentuk pendular
yang meliputi:

9 - Simetri
Bandingkan bentuk atau kontur dari kedua mammae, ukuran
dan isi dari kedua mammae. Letak papilla mammae juga
dibandingkan dari kedua mammae, jika didapatkan kelaianan
akan menyebabkan papilla mammae tidak simetris.

10 - Adanya nodul
Pada kulit yang berbentuk seperti papula yang dapat
merupakan nodul satelit pada keganasan. Bila ada, dilihat
bagaimana bentuknya, berapa jumlahnya, dimana letaknya,
warnanya.
11 - Adanya perubahan warna kulit
Perubahan warna kemerahan menunjukkan adanya
peningkatan aliran darah sekunder yang disebabkan oleh
inflamasi, keganasan. Keganasan bila segmen atas ditemukan
dilatasi dari vena.
12 - Adanya luka/borok
Erosi pada aerola atau puting mammae biasanya akan tertutup
oleh krusta sehingga bila krusta diangkat baru akan terlihat kulit
yang mengalami erosi. Erosi pada aerola karena kelainan kulit
biasanya melibatkan kedua sisi sedangkan pada keganasan atau
Paget’s disease biasanya hanya satu sisi.

13 - Adanya bengkak pada kulit


Bengkak bisa karena infeksi, sumbatan saluran limfe,
infiltrasi keganasan di limfe. Sumbatan karena mekanis atau
limfedema akan memberikan gambaran peau
d’orange/orange peel/ pig skin.
14 - Adanya kulit yang tertarik
Dimpling merupakan petunjuk ke arah keganasan, bekas
trauma, sikatriks pasca operasi atau bekas infeksi
sebelumnya. Lebih mudah dilihat jika penderita mengangkat
tangan di atas kepala.
15 - Adakah nipple discharge

16 - Melakukan dan melaporkan hasil pemeriksaan inspeksi pada


maneuver pektoralis
Digunakan untuk mengetahui hubungan nodul dengan
muskulus pektoralis. Dilakukan dengan cara penderita duduk
dengan tangan diletakkan di pinggang dan tangan menekan
pinggang, sehingga muskulus pektoralis akan berkontraksi.
Bila pada payudara terdapat benjolan atau ada area yang
terfiksasi maka ini akan tampak lebih jelas. Manuver ini juga
dapat untuk membedakan apakah benjolan pada payudara
tersebut terfiksasi atau dapat bergerak (mobile). Massa yang
terfiksasi akan lebih sulit untuk digerakkan pada saat
muskulus pektoralis dikontraksikan. Setelah dilakukan
inspeksi pada seluruh payudara, aksila dan supraklavikula,
kemudian kita lakukan palpasi.
Palpasi

Palpasi dilakukan pada kedua mammae, dengan memulai palpasi pada sisi yang sehat terlebih
dahulu agar tidak terlewat bila ada kelainan yang lain. Prosedur yang direkomendasikan yaitu
pemeriksaan dimulai dari lateral atas dari tiap mammae, melingkar searah jarum jam ke arah dalam
sampai ke tengah, dilakukan dengan tekanan yang ringan.

Duduk

- Pemeriksaan dilakukan dengan meletakkan mammae di antara kedua tangan pemeriksa.


- Teknik ini untuk mendeteksi lesi pada subareola atau daerah puting, karena duktus
laktiferus akan berkumpul di sekitar putting
- Bila terdapat massa di bawah puting kemungkinan tidak akan teraba bila penderita
berbaring
- Saat penderita duduk, mammae diletakkan di antara kedua tangan maka massa di bawah
putting sangat mungkin terab
- Untuk menentukan massa pada mammae mobile atau terfiksasi, dinilai menggunakan satu
tangan. Satu tangan menekan massa perlahan-lahan, bila massa dapat digerakkan atau
berkapsul maka massa akan menggelincir menjauh dan menghilang, bila tekanan
dihilangkan maka massa akan kembali.
Berbaring

- Posisi terlentang bahu dinaikkan sedikit dengan mengganjal punggung atas dengan bantal
- Pemeriksaan dilakukan dengan lembut menggunakan seluruh jari mendatar pada satu
tangan.
- Saat memeriksa bagian medial, tangan diletakkan di belakang kepala
- Bila memeriksa bagian lateral tangan penderita diletakkan di samping badan.

Melakukan dan melaporkan hasil pemeriksaan palpasi dengan benar pada pasien dalam posisi
berbaring dan duduk, meliputi: (palpasi pada kedua mammae kanan kiri)
17 - Ada tidaknya nodul/ lesi

18 - Letak/ lokasi (sesuai kuadran mammae)

19 - Jumlah (apakah tunggal/multiple, bagaimana hubungan


antarnodul (soliter/menyatu)?)
20 - Sensitivitas nyeri (apakah nyeri bila ditekan)

21 - Konsistensi (keras seperti batu/kenyal/lunak/kistik)

22 - Fiksasi dengan jaringan sekitar (melekat/dapat digerakkan)

23 - Perubahan warna kulit

24 - Perubahan suhu (bandingkan suhu diatas nodul dan kulit


sekitarnya)
25 - Mencari asal discharge dengan menekan aerola mammae dan
sebelah radial sekitar papila
Pemeriksaan fisik aksila

a. Inspeksi
26 - Meminta penderita duduk, kedua lengan rileks di samping
badan
27 - Inspeksi daerah aksila: adakah benjolan, infeksi, ulkus,
perubahan warna, (tambahan: sikatrik, luka)
b. Palpasi
28 - Pemeriksaan aksila kiri: Meminta penderita merilekskan
lengan kiri, tangan kiri pemeriksa menopang lengan kiri
penderita, melakukan palpasi dengan tangan kanan
29 - Pemeriksaan aksila kanan: Meminta penderita merilekskan
lengan kanan, tangan kanan pemeriksa menopang lengan
kanan penderita, melakukan palpasi dengan tangan kiri
30 - Melakukan palpasi nnll aksila sentralis, nnll aksila lateral,
nnll pectoral, nnll subskapular; meliputi: pembesaran nnll,
jumlah, konsistensi,bentuk, nyeri tekan
31 - Melakukan palpasi nnll supraklavikula dan infraklavikula;
meliputi: pembesaran nnll, jumlah, konsistensi,bentuk, nyeri
tekan; bandingkan kanan dan kiri
(posisi pemeriksa berdiri di belakang penderita)
32 Pemeriksaan selesai, penderita dipersilahkan mengenakan pakaian
kembali dan duduk di kursi

33 Asepsis (cuci tangan dengan sabun/handsrub) dan keringkan


tangan dengan handuk

34 Memberitahukan hasil pemeriksaan dan diagnosis kepada penguji


(TNM)

JUMLAH SKOR

Penjelasan :

0 : Tidak dilakukan mahasiswa

1 : Dilakukan, tapi belum sempurna

2 : Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena situasi
yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan dalam scenario yang sedang dilaksanakan).

Nilai Mahasiswa = Jumlah Skor x 100%

68

Kanker mammae berdasarkan klasifikasi Tumor Nodul Metastasis (TNM) menurut “The
American Joint Committee on Cancer Staging & End Result Reporting”:
1. Tumor primer (T)
TX Tumor primer tidak dapat ditentukan
Tis Karsinoma in situ dan penyakit paget pada papila tanpa teraba tumor
T0 Tidak ada bukti tumor primer
T1 Tumor <2 cm
T2 Tumor 2–5 cm
T3 Tumor >5 cm
T4 Tumor dengan penyebaran langsung ke dinding thoraks atau ke kulit dengan tanda
edema, tukak atau peau d’ orange 24
2. Nodule atau keterlibatan kelenjar getah bening (N)
NX Kelenjar regional tidak dapat ditentukan
N0 Tidak teraba kelenjar axilla
N1 Teraba kelenjar axilla homolateral yang tidak melekat
N2 Teraba kelenjar axilla homolateral yang melekat satu sama lain atau melekat pada
jaringan sekitarnya
N3 Terdapat kelenjar mamaria internal homolateral termasuk kelenjar supraklavicula
3. Metastase jauh (M)
MX Tidak dapat ditentukan metastase jauh
M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Terdapat metastasis jauh (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005).

Berdasar kriteria TNM, tahapan stadium kanker mammae dibagi menjadi:


a. Stadium 0 (Tis, N0, M0)
DCIS yang termasuk penyakit paget pada puting mammae dan LCIS.
b. Stadium I (T1, N0, M0)
Karsinoma invasif dengan ukuran 2 cm atau kurang serta kelenjar getah bening
negatif.
c. Stadium IIA (T0, N1, M0), (T1, N1, M0), (T2, N0, M0)
Karsinoma invasif dengan ukuran 2 cm atau kurang disertai dengan metastasis ke
kelenjar getah bening atau karsinoma invasif lebih dari 2 cm tetapi kurang dari 5 cm
dengan kelenjar getah bening negatif. 25
d. Stadium IIB (T2, N1, M0), (T3, N0, M0)
Karsinoma invasif berukuran garis tengah lebih dari 2 cm tetapi kurang dari 5 cm
dengan kelenjar getah bening positif atau karsinoma invasif berukuran lebih dari 5
cm tanpa keterlibatan kelenjar getah bening.
e. Stadium IIIA (T0, N2, M0), (T1 atau T2, N2, M0), (T3, N1 atau N2, M0)
Karsinoma invasif ukuran berapa pun dengan kelenjar getah bening terfiksasi
dengan invasi ekstranodus yang meluas diantara kelenjar getah bening atau
karsinoma berdiameter lebih dari 5 cm dengan metastasis kelenjar getah bening
nonfiksasi.
f. Stadium IIIB (T4, N1 atau N2 dan N3, M0)
Karsinoma inflamasi yang menginvasi dinding dalam, karsinoma yang mengivasi
kulit, karsinoma dengan nodus kulit satelit, atau setiap karsinoma dengan metastasis
ke kelenjar getah bening mamaria interna ipsilateral.
g. Stadium IV (T1–T4, N1–N4, M1)
Metastatis ke tempat jauh

Prognosis kanker mammae berdasarkan stadiumnya tersaji pada tabel 1.


Tabel 1. Prognosis kanker mammae.
Stadium Ketahanan hidup lima tahun
I 85%
II 65%
III 40%
IV 10%
PEMERIKSAAN FISIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI PATOLOGIS

Oleh: Katarina Frenka N. W.

N ASPEK YANG DINILAI NILAI


O
0 1 2

1. Membaca catatan medik pasien (dilakukan saat membaca kasus di pintu ruang
ujian dan narasikan “Membaca catatan medik pasien” di dalam ruang ujian)

2. Memperkirakan usia kehamilan pasien berdasarkan hari pertama haid terakhir


(HPHT)  hitung dan sebutkan hasilnya. Jika di kasus sudah dituliskan usia
kehamilan pasien, tidak perlu dihitung.

Rumus: tanggal sekarang – HPHT

Misal sekarang tanggal 28 juli 2017 dan HPHT tanggal 28 Januari 2017 maka

Usia Kehamilan:

Hr bln thn

28 07 17

28 01 17 −

00 06 00

Usia Kehamilan 6 bulan=180 hari=25 minggu

3. Mencuci tangan (6 langkah WHO) dan siapkan alat-alat

- Stetoskop laennec untuk DJJ


- microtoise staturmeter untuk ukur tinggi badan ibu
- timbangan berat badan untuk ukur berat badan ibu
- tensimeter untuk ukur TD ibu
- termometer untuk ukur suhu tubuh ibu
- midline untuk ukur TFU
- tenakulum (yang bentuknya mirip gunting panjang) untuk memegang
kapas saat toilet vulva
- spekulum vagina bentuk cocor bebek untuk inspekulo vagina
- handscoon, jelly pelumas untuk Vagina Touche saat kapasitas
panggul
- pelvimeter  tidak digunakan
Anamnesis

4. Memberi salam dan memanggil pasien dengan namanya

a. Perkenalkan diri
b. Tanya nama, usia, alamat, pekerjaan
c. Tanya usia kehamilan (di atas 36 minggu lakukan vagina touche)
d. Tanya kehamilan ke berapa (kehamilan pertama lakukan vagina
touche)
e. Tanya ada perdarahan pervaginam? Kalau ada nanti lakukan
inspekulo

Inspekulo (melihat vagina dan portio dengan spekulum

Indikasi: perdarahan pervaginam Kontraindikasi: belum pernah


melakukan hubungan seksual

Vagina touche

Indikasi: kehamilan 36 minggu, primigravida (pertama kali hamil), sedang hamil


janin besar, belum pernah melahirkan normal, riwayat melahirkan bayi
berukuran kecil (BBLR)

5. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan

Tujuan: memeriksa perkembangan janin, bagaimana presentasi (lokasi terbawah


janin), denyut jantung janin. Melakukan inspekulo dan VT jika ada indiaksi yang
sesuai

Prosedur: akan menekan-nekan perut mungkin akan terasa tidak nyaman namun
saya akan mengurangi ketidaknyamanan tersebut sebaik mungkin.

6. Memberi kesempatan bertanya kepada pasien

Persiapan Pasien

7. Menganjurkan pasien untuk berkemih sebelum melakukan tindakan

8. Memperhatikan privasi pasien (menutup gordin)

11. Melakukan pemeriksaan 4 T (Tinggi badan, Timbang Berat badan, Temperatur


tubuh, Tekanan darah ) sebelum meminta pasien membuka pakaian

9. Menganjurkan pasien untuk melepaskan pakaian luar dan dalam


10. Pasien diminta untuk berbaring ditempat tidur dengan satu bantal di bagian kepala.
Bagian tubuh pasien yang tidak diperiksa ditutupi dengan alat tenun.

12. Inspeksi kontur abdomen (striae gravidarum, bekas luka, bekas operasi, linea nigra,
striae albicans, dilatasi vena, gerakan janin) dan jarak fundus uteri dari prosesus
xifoideus (berapa jari/cm, jauh/sedang/dekat)

PEMERIKSAAN LEOPOLD

13. Perasat Leopold I

14. Posisi pemeriksa berdiri di sebelah kanan, menghadap ke kepala pasien

15. Menggosokkan telapak tangan, Meletakkan ujung-ujung jari kedua tangan di bagian
fundus uteri klien.

16. Melakukan palpasi dengan menggunakan ujung jari untuk menentukan bagian janin
yang berada di fundus uteri

17. Interpretasi hasil pemeriksaan.

Letak kepala : teraba bagian lunak dan besar (bokong)

Letak sungsang: teraba bagian bulat keras melenting/ballotable (kepala)

Letak lintang : kosong

Gemeli : teraba 2 bagian besar atau lebih

Hidramnion, obesitas, plasenta berimplantasi di anterior : sulit mengidentifikasi


bagian janin

Melakukan Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU)

18. Meletakkan ujung microtoise tape/midline di batas atas simphisis pubis.


19. Mengukur sepanjang garis tengah fundus uteri hingga batas atas mengikuti kurva
fundus (atau tanpa mengikuti fundus bagian atas), midline direntangkan pada skala
inchi, saat sudah selesai mengukur, balik ke skala cm untuk melihat hasil.

20. Menentukan TFU

Rumus McDonald’s

a. Hitungan Bulan
Usia kehamilan = TFU (cm) x 2/7
b. Hitungan Minggu
Usia kehamilan = TFU (cm) x 8/7

21. Membandingkan hasil taksiran usia kehamilan berdasakan TFU dengan usia
kehamilan berdasarkan HPHT

22. Intepretasi :

IUGR (intrauterine growth retardation  janin kurang gizi) : TFU lebih kecil di
bandingkan usia kehamilan

Gemelli/Hidramnion : TFU lebih besar di bandingkan usia kehamilan

Perasat Leopold II

23. Posisi pemeriksa di sebelah kanan menghadap ke kepala klien

24. Meletakkan kedua belah telapak tangan di kedua sisi abdomen klien.

25. Mempertahankan letak uterus dengan menggunakan tangan yang satu pada salah
satu sisi abdomen ibu (misal menggunakan tangan kiri).

26. Menggunakan tangan yang lain untuk melakukan palpasi uterus pada sisi yang lain
(tangan kanannya mempalpasi)

27. Interpretasikan hasil pemeriksaan


Normal: tahanan panjang (punggung) di kanan/kiri, bagian kecil-kecil dan mudah
digerakkan (ekstremitas) di kanan/kiri

Letak lintang ; teraba bagian bulat di bagian kanan/kiri (ada kepala dan bokong)

Letak kepala/sungsang : teraba tahanan dibagian kanan/kiri (ada punggung)

Perasat Leopold III

28. Posisi pemeriksa di sebelah kanan menghadap ke kepala klien.

29. Dengan menggunakan ibu jari dan empat jari lainnya pada satu tangan, bagian
terbawah abdomen maternal dicengkeram sedikit di atas symphisis pubis

30. Menganjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan menghembuskannya.

31. Lakukan penekanan jari tangan ke bawah secara perlahan dan dalam ke arah
panggul saat klien menghembuskan nafas.

32. Menentukan apakah bagian terbawah janin telah masuk panggul.

33. Interpretasikan hasil pemeriksaan

Letak kepala : Kepala masih dapat di goyang atau tidak

Letak bokong : teraba bagian lunak di atas simpisis

Letak lintang : kosong

Gemelli : teraba 2 bagian besar ata lebih

Hidramnion : sulit mengidentifikasi bagian terbawah (balotemen)

PerasatLeopold IV

(dilakukan jika bagian terbawah janin telah masuk panggul)


34. Posisi pemeriksa di sebelah kanan menghadap ke kaki klien

35. Meletakkan kedua telapak tangan di sisi kanan kiri abdomen

36. Menggerakkan jari tangan secara perlahan kearah pelvis sambil palpasi menyusuri
bagian bawah janin.

37. Menentukan seberapa jauh bagian bawah janin telah masuk ke dalam rongga
panggul dengan melihat sudut yang dibentuk oleh kedua tangan saat menyusuri
bagian bawah janin (konvergen, sejajar atau divergen ).(tidak dilakukan untuk letak
sungsang atau lintang)

38. Interpretasikan hasil pemeriksaan

Konvergen (jari-jari pemeriksa bertemu)= kepala belum masuk PAP

Sejajar = kepala masuk sebagian ke PAP

Divergen (jari pemeriksa tidak bertemu/berjarak)= kepala sudah masuk seluruhnya


ke PAP

Pemeriksaan Auskultasi Denyut Jantung Janin (DJJ)

39. Stetoskop Laennec diletakkan di punggung janin dekat kepala

berdasarkan Leopold II

40. Melakukkan penekanan stetoskop Laennec secara lege artis

kepala menghadap kaki pasien

Ingat! Corong laennec yang kecil menghadap telinga, yang corong besar
menghadap abdomen pasien

41. Menghitung DJJ pada tiap 5 detik pertama, ketiga dan kelima. Apabila hasilnya
regular, hasil pengukuran pada tiap 5 detik dijumlahkan dikalikan empat. Jika hasil
irregular lakukan penghitungan DJJ selama satu menit
42. Interpretasikan hasil pemeriksaan

Normal: 110-160 kali/menit

Takikardi: 150-170 kali/menit karena dua faktor yaitu faktor janin berupa
pergerakan janin, hipoksia, dan anemia serta faktor maternal berupa dehidrasi,
aktivitas simpatis, dan betamimetik

Bradikardi: <110 kali/menit karena blok jantung janin, hipoksia, kompresi tali
pusat, abriptio plasenta, dan hiperstimulasi uterus

Gemeli : Identifikasi 2 denyut jantung janin (terdengar dua denyut jantung


berjauhan letaknya dan berselisih minimal 10 denyut/menit)

PEMERIKSAAN KAPASITAS PANGGUL

43. Mencuci tangan dan memakai handscoon

Jelaskan tujuan (untuk memeriksa area panggul dan kewanitaan) dan prosedur
(akan memeriksa bagian kewanitaan dengan melihat dan meraba secara langsung
ataupun tidak langsung menggunakan alat. Akan terasa tidak nyaman, pasiean
boleh menolak kalau tidak bersedia. Memberikan kenyamanan pada pasien)

44. Memposisikan pasien dengan posisi litotomi

Meminta pasien untuk berbaring litotomi, tutupi perut dan paha dengan kain
penutup

45. Melakukan toilet vulva (desinfeksi area vulva)

a. Ambil kapas dengan tenaculum, bersihkan labia mayor dari atas ke


bawah, bergantian kanan dan kiri, ganti kapasnya
b. Lakukan masing-masing dua kali dan selalu ganti kapasanya
c. Ambil kapas lagi dengan tenaculum, bersihkan bagian tengah antara
labium mayor dari atas ke bawah, lakukan dua kali
46. Inspeksi area genital dari pubes hingga perineum dengan ibu jari dan telunjuk
meregangkan area labium mayor (apakah ada discharge, kemerahan, inflamasi,
luka)

47. Palpasi area genital (apakah ada nyeri tekan)

48. Melakukan tindakan inspekulo untuk mengamati organ genitalia dalam

a. Beri tahu pasien akan memasukkan spekulum


b. Spekulum sebaiknya dihangatkan ke dalam air hangat dan dibersihkan
dengan alkohol
c. Regangkan labia mayor dengan tangan kiri
d. Masukkan spekulum dengan tangan kanan dalam posisi menyamping
terlebih dahulu sambil memberi peringatan kepada pasien dan tanyakan
apakah nyeri
e. Seraya memasukkan spekulum, putar spekulum 90 derajat sehingga bautnya
menghadap ke atas
f. Masukkan spekulum sepenuhnya ke dalam vagina
g. Buka spekulum dan tahan posisinya dengan mengencangkan bautnya
h. Inspeksi: kondisi epitel, warna, discharge, bekas luka, polip
i. Keluarkan spekulum: buka baut pengencangnya, tutup spekulum,
putar 90 derajat, keluarkan spekulum, taruh di bengkok/bersihkan
dengan alkohol

50. Mengganti handscoon

Beri tahu pasien akan melakukan pemeriksaan colok vagina yaitu memasukkan jari
pemeriksa untuk mengetahui kondisi area kewanitaan bagian dalam.

51. Memberi jelly pada handscoon sebagai pelumas

52. Melakukkan vaginal touché dengan memasukkan jari telunjuk dan jari tengah

Menekan-nekan comisura labiorum posterior untuk merilekskan otot, saat


memasukkan jari tenangkan pasien (bisa dengan menyuruh tarik napas).

Memasukkan jari bisa dua jari sekaligus atau satu persatu.

Melakukan penilaian vagina touche, narasikan dan periksa apa yang harus dilakukan. Biasanya
penguji akan menyebutkan intrepetasinya

53. Menentukan diameter konjugata diagonalis dari promontorium os sacrum normal Untuk
>11,5 cm tetapi tidak bisa terukur dengan jari iden-

54. Menentukan diameter konjugata obstetrika (konjugata diagonalis – 1,5 cm) tifikasi

55. Menilai linea terminalis/inominata normal teraba 1/3 PAP

56. Menilai kelengkungan sacrum (nomal melengkung) PTP

57. Menilai penonjolan spina ischiadica normal teraba penonjolan

58. Menilai mobilitas/kelenturan os coxigis normal cukup lentur PBP

Untuk menilai PBP juga ditambah dengan melihat sudut os pubis yg normalnya
diatas 90 derajat

Dokumentasi

59. Menyimpulkan hasil pemeriksaan

a. Usia kehamilan berdasarkan HPHT dan TFU


b. Bagaimana presentasi bayi
c. DJJ
d. Tentukan apakah letak bayi normal/sungsang/lintang, gemeli,
hidroamnion, IUGR
e. Hasil pemeriksaan Kapasitas panggul:
-Inspeksi dan inspekulo: apa yang ditemukan
-Apakah jalan lahir cukup?
60. Membersihkan alat dan mencuci tangan

Cuci tangan sebelum melepas handscoon dan cuci tangan setelah lepas handscoon

61. Mencacat hasil pemeriksaan pasien pada rekam medik

TOTAL SKOR

Keterangan :
Penilaian : Jumlah Skor x 100% =
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan dengan perbaikan 122

2 = Dilakukan dengan sempurna


PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG ABNORMAL/PATOLOGIS
Oleh: Timotius Pratama
No Aspek yang dinilai

1. Anamnesis
Keluhan Utama
a. Sakit/nyeri dada
b. Berdebar-debar
c. Sesak napas atau napas pendek
d. Kebiruan
e. Lemah
f. Pembengkakan kaki
Keluhan utamanya itu, sisanya lanjutin pake sacred 7 sama fundamental 4

Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan jantung


Tujuan: Memeriksa apakah ada gangguan pada jantung bapak/ibu
2. Mempersiapkan ruangan yang tenang dan nyaman untuk pasien
Cuci tangan, jaga privasi pasien
3. Mempersiapkan pasien (memintanya berbaring dengan sedikit elevasi tubuh
bagian atas serta membuka pakaian sehingga seluruh area dada terbuka)
Minta pasien buka bajunya di area dada, kalau ga mau paksa aja bilang memang
pemeriksaannya begini pak, selama sama dosennya belum dicegah paksa aja biar
kejadian taun kemarin sama dr mimil ga terulang.

Elevasi kurang lebih 30o narasiin aja, kasih bantal aja si pasiennya
4. Berdiri di sebelah kanan pasien
5. Melakukan inspeksi untuk deteksi kelainan pada dinding dada
1. Bentuk dada
a. Pectus karinatus
b. Pectus ekskavatus
c. Barrel Chest
d. Voussure Cardiaque
e. Kesimetrisan
f. Kesimetrisan gerak dada
2. Denyutan (Normalnya denyutan hanya ada pada ictus cordis)
3. Pelebaran Vena
6. Menentukan posisi pulsasi ictus cordis melalui inspeksi
Dalam keadaan normal, ictus cordis dapat dilihat di intercostalis space (ICS) V
sinistra agak medial (2 cm) dari linea midclavicularis sinistra.
7. Melakukan palpasi ictus cordis dengan telapak tangan
Nilai: Teraba atau tidak, Kuat angkat atau tidak (Normalnya tidak kuat angkat),
Diameter (2cm/1 SIC), Amplitudo (Normalnya kecil), Durasi (Normalnya 2/3 awal
systol), Thrill/getaran (Normalnya tidak ada thrill)
8. Menilai ictus cordis (diameter, amplitudo, durasi) dengan ujung jari
9. Melakukan perkusi dengan teknik yang benar dan dapat menghasilkan perubahan
suara dari sonor ke redup jantung
10. Menentukan batas kiri jantung dengan melakukan perkusi dari sisi lateral kiri ke
medial
dilakukan dari arah lateral ke medial pada ICS V, ICS IV, ICS III dan ICS II
Pada keadaan normal, LBCD pada ICS V terletak pada 1-2 cm medial dari linea
midclavicularis. LBCD pada ICS IV dan III terletak 1 cm medial dari LBCD pada
ICS V. LBCD pada ICS II letaknya lebih dekat ke sternum kurang lebih di linea
parasternalis kiri.

*LBCD: Batas kiri jantung


*ICS: SIC (Spatium Intercostal)
11. Menentukan batas kanan jantung dengan melakukan perkusi dari sisi kanan ke kiri
dilakukan dari lateral ke medial pada ICS IV, ICS III dan ICS II
Pada keadaan normal, RCBD terletak di batas dalam sternum. Jika RCBD
dideteksi di luar batas kanan sternum menunjukkan adanya bagian jantung yang
membesar atau jantung yang bergeser ke kanan.

*RBCD: Batas kanan jantung


12. Menentukan batas atas jantung dengan melakukan perkusi dari atas (fossa
supraklavikula) ke bawah
dilakukan dari fossa supraclavicula kiri ke bawah sampai dengan ditemukan
perubahan dari sonor ke redup relatif jantung.
13. Menentukan bentuk dan ukuran jantung sesuai pemeriksaan batas jantung
Pas perkusi sambil diucapin aja sonor sonor sonor redupnya
Kalau batasnya ga sama kaya di atas berarti ada perbesaran jantung
14. Pasien diminta untuk rileks (agar dapat bernapas biasa)Penting
15. pSetiap melakukan auskultasi pada masing-masing area, pasien diminta membuang
nafas kemudian berhenti sebentar, kemudian bernapas biasa
Kalo bisa angetin dulu stetoskopnya, digosok aja pake tangan
16. Melakukan auskultasi pada ICS II garis parasternalis dextra (diafragma)
Katup Aorta
17. Melakukan auskultasi pada ICS II garis parasternalis sinistra (diafragma)
Katup Pulmonal
18. Melakukan auskultasi pada ICS III-IV garis parasternalis sinistra (diafragma)
Katup Trikuspid
19. Melakukan auskultasi pada apeks jantung (diafragma dan bell) ICS V garis
midclavicula sinistra
Katup Mitral/Bikuspid
20. Bila perlu, pasien diminta miring kiri (LLD) untuk auskultasi apeks jantung (bell)
Kalo aku ini sih ga diajari
21. Mengidentifikasi suara dasar jantung terlebih dahulu
22. Mengidentifikasi fase, irama dan frekuensi suara jantung
23. Mengidentifikasi adanya suara jantung tambahan
Murmur, galop (Hafalkan bunyi murmur dkk, katanya ntar pas osce diminta
dengerin lewat manekin yg bisa keluar suara itu terus nebak suaranya suara apa)

a. Derajat 1: murmur yang sangat lemah, sehingga murmur ini hanya dapat
didengar di ruangan yang benar-benar tenang dan biasanya perlu waktu
yang cukup lama untuk memastikan apakah benar-benar merupakan suara
murmur.
b. Derajat 2: murmur yang lemah namun dapat didengar segera
c. Derajat 3: murmur yang terdengar cukup keras
d. Derajat 4: murmur yang terdengar keras dan dapat teraba getaran pada
dinding dada
e. Derajat 5: murmur yang terdengar sangat keras dan dapat teraba getaran
dinding dada yang sangat jelas. Murmur dalam derajat ini dapat didengar
meskipun stetoskop hanya ditempelkan ringan atau hanya ditempelkan
sebagian.
f. Derajat 6: murmur yang terdengar sangat keras sehingga masih dapat
didengar meskipun dengan stetoskop yang diangkat dari permukaan
dinding dada (dapat didengar tanpa stetoskop)

24. Tentukan jenis suara tambahan apakah bising sistolik atau diastolik
Murmur yang terjadi pada fase systole adalah murmur yang terjadi antara S1-S2,
sedangkan murmur yang terjadi pada fase diastole adalah murmur yang terjadi
antara S2-S1.
25. Tentukan daerah penjalaran bising dan tentukan titik maksimumnya
26. 2Pencatatan dan pemberian informasi hasil pemeriksaan kepada pasien
Yang disampaikan kelainan yang kalian temukan aja, misal bentuk dada barrel chest,
ictus cordis kuat angkat, ada suara murmur sistolik. Bukan diagnosis penyakitnya
belum saatnya.

Total skor
PENILAIAN KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK PARU
Oleh: Indah Pusparani

No Nilai
Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1 Memperkenalkan diri dan menyapa pasien
2 Memberi penjelasan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan dan
meminta persetujuan pasien
3 Meminta pasien untuk membuka pakaian seperlunya dan berbaring
terlentang
4 Menjaga Privasi pasien
5 Melakukan cuci tangan 6 step WHO
6 Pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien
7 Memperhatikan dan menghitung frekuensi serta irama pernafasan
8 Melakukan inspeksi dari sisi anterior, untuk melihat:
a. bentukthoraks
b. mata anemis
c. napas cuping hidung
d. sianosis hidung/bibir
e. pembesaran KGB leher: colli, submandibula, supraclavicula
f. deviasi trakea
g. clubbing finger
h. pelebaran pembuluh vena cava di dada (vena cava syndrome)
i. tumor
j. retraksi supraclavicula dan intercostal
k. Perubahan pola nafas
9 Melakukan palpasi, untuk mengamati:
a. tumor, benjolan
b. rasa nyeri di tempat tertentu
c. limfonodi
d. fraktur iga
e. gerakan, excursion dinding dada
f. deviasi trakea
g. pembesaran limfonodi supraclavicula, para tracheal, dan aksilaris
h. Emfisemasubkutis
10 Membandingkan fremitus paru kanan dan kiri dengan meletakkan kedua
telapak tangan pada punggung penderita dan meminta penderita untuk
mengucapkan kata atau kalimat yang menimbulkan penjalaran getaran
suara pada dinding toraks, seperti “sembilan puluh sembilan” (atas,
tengah, bawah)
11 Melakukan perkusi pada isthmus Kronig, untuk mengetahui apex
pulmonum. Perkusi dilakukan pada supraclavicula, dimulai dari sisi
lateral (pundak) ke medial sampai terdengar suara sonor (diberi tanda),
kemudian dari medial (leher) ke lateral sampai terdengar suara sonor
(diberi tanda). Isthmus Kronig adalah area yang berada di antara ke-2
tanda tersebut.
12 Melakukan perkusi secara sistematis dari atas ke bawah,
membandingkan kiri dan kanan
13 Melakukan perkusi untuk menentukan batas paru – jantung
14 Melakukan perkusi untuk menentukan batas paru – hepar
15 Melakukan perkusi untuk menentukan peranjakan paru
16 Melakukan auskultasi secara sistematis dari atas ke bawah, depan dan
belakang, membandingkan kanan dan kiri. Auskultasi dilakukan
masing-masing pada satu siklus pernafasan (inspirasi-ekspirasi).
17 Meminta pasien untuk duduk
18 Melakukan inspeksi dari sisi posterior, untuk melihat:
a. bentuktoraks
b. tumor
19 Melakukan palpasi, untuk menilai:
a. tumor, benjolan
b. rasa nyeri di tempat tertentu
c. fraktur iga
d. gerakan, excursion dinding dada
e. Emfisemasubkutis
20 Membandingkan fremitus paru kanan dan kiri dengan meletakkan kedua
telapak tangan pada punggung penderita dan meminta penderita untuk
mengucapkan kata atau kalimat yang menimbulkan penjalaran getaran
suara pada dinding toraks, seperti “sembilan puluh sembilan” (atas,
tengah, bawah)
21 Melakukan perkusi secara sistematis dari atas ke bawah,
membandingkan kiri dan kanan. Perkusi dilakukan di paravertebra, pada
sela iga yang tertutup os scapula.
22 Melakukan perkusi untuk menentukan batas paru – hepar
23 Melakukan perkusi untuk menentukan batas paru – ginjal
24 Melakukan auskultasi secara sistematis dari atas ke bawah, depan dan
belakang, membandingkan kanan dan kiri. Auskultasi dilakukan
masing-masing pada satu siklus pernafasan (inspirasi-ekspirasi).
25 Membereskan alat dan mencuci tangan
26 Mencatat hasil pemeriksaan dan menyampaikan hasil pemeriksaan
kepada pasien
Jumlah

NOTES
Pada anamnesis, jangan lupa F4 dan S7 ya
Pertama tanya keluhan utama, umumnya batuk/sesak napas
Jika batuk, Tanya sejak kapan. Kalau lebih dari 2 minggu yang lalu mengarah keTB
Jika sesak napas, Tanya saat sedang apa, tapi semuanya sesak napas sih. Kalau ada triggernya bisa ke
asma
Kalau ada riwayat trauma, bisa hemothoraks atau pneumothoraks
Kalau ada demam berarti ada peradangan
Beberapa kemungkinan kasus :
1. Asma : riwayat alergi, kejadian berulang, auskultasi wheezing
2. PPOK: sering ada riwayat merokok, inspeksi terlihat barrel chest, nocturnal dyspnea
3. TB : batuk lama, bisa sesak napas, perkusi bisa redup
4. Pneumothoraks : bisa riwayat trauma, perkusi hipersonor
5. Hemothoraks : riwayat trauma, perkusi redup
6. Bronkhitis : orthopnea, auskultasi vesikuler mengeras dan memanjang
7. Dll
Jika ada sianosis, clubbing finger, mengarah ke penyakit jantung
DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN RECTAL TOUCHER
Oleh: Layalia Azka Fatharani
*NB: yang di miringin itu catatan tambahan ya (baca2 modul juga yay)
Nilai
No
Aspek Yang Dinilai 0 1 2 3

1 Menyapa pasien dengan ramah, memperkenalkan diri dan


menanyakan identitas pasien.
2 Menjelaskan dan meminta persetujuan kepada pasien tentang
tindakan yang akan dilakukan.
3 Mintalah pasien mengosongkan kandung kemih.
4 Menjaga privasi pasien (menutup jendela/pintu).
5 Membantu dan mempersilahkan pasien untuk menempatkan diri
dengan posisi yang benar (left lateral prone position/litothomy
position/knee-chest position/standing elbow-knee position),
diutamakan yang litotomi

6 Meminta pasien untuk menurunkan pakaian dalam (celana),


hingga regio analis terlihat jelas.
7 Mencuci tangan sesuai prosedur dan menggunakan sarung tangan
steril.
8 Menggunakan pelumas secukupnya pada jari tangan kanan.
9 Inspeksi regio analis, perineum dan perianal, periksa apakah
ada:
skin tag/hemoroid/ulkus/ fisura/cairan dari anus/kutil/ prolaps
recti?
10 Meminta pasien tenang, meletakkan ujung jari telunjuk kanan
pada anal orificium dan menekan dengan lembut sampai sfingter
relaksasi. Kemudian memasukkan jari perlahan-lahan sampai
sebagian besar jari berada di dalam canalis analis.
Ngomongnya:
“Saya akan melakukan pemeriksaan dalam melalui dubur anda bila terasa
tidak nyaman tolong buka mulut nafas dalam dan perlahan keluarkan melalui
mulut anda”
11 Menilai tonus sfingter ani (kekuatannya)
Tonus sfingter ani melemah  trauma pada saraf, trauma pada
tulang belakang, serta usia lanjut.
12 Menilai refleks bulbocavernosus
caranya:
1. Meraba penis/clitoris dgn tangan kontralateral, sedangkan
ujung jari telunjuk tangan yang lain tetap didalam anus.
2. Apabila, penis/clitoris jadi menegang dan terangkat maka
disebut refleks bulbocavernosus positif.
3. Refleks bulbocavernosus +: tidak ada gangguan saraf
(menyingkirkan kemungkinan neurogenic bladder pada
kasus kelemahan tonus sfingter ani)
13 Palpasi daerah canalis analis, menilai adanya kelainan
Pada laki-laki : gunakan prostat di sebelah ventral sebagai titik
acuan.
Pada wanita : gunakan serviks uteri di sebelah ventral sebagai
titik acuan.
14 Menilai ampula rekti kolaps atau tidak. Caranya jari pemeriksa
diputar 360o. Kolaps: pada ileus obstruktifus
15 Menilai struktur dalam rektum:
Mukosa rektum (licin atau tidak)
16 Jika teraba massa, deskripsikan: lokasi (arah jam), massa di intra
atau ekstra lumen, diameter, konsistensi, permukaan (kasar atau
halus), nyeri tekan.
16 Pemeriksaan khusus
Prostat : Menilai sulcus mediana (N: teraba cekung; terjadi
pembesaran: sulkus mendatar) , permukaan prostate (halus atau
bernodul), konsistensi (elastisnormal, keras, halus, fluktuan),
bentuk (bulat, datar), polus superior teraba/tidak, ukuran (normal,
hyperplasia).
Nilai juga apakah ada nyeri tekan atau tidak
Uterus dan adneksa : Memeriksa dan nilai kavum Douglas pada
forniks posterior vagina (arah jam 5 dan jam 7, adakah massa?
Lunak atau keras?ada nyeri tekan?)
17 Mengeluarkan jari telunjuk dari rectum, memperhatikan apakah
pada sarung tangan terdapat bekas feses, darah, dan lendir.
18 Membersihkan pasien dengan larutan antiseptik di sekitar regio
analis (dengan tangan yang lain)
19 Cuci tangan yang masih memakai sarung tangan dengan air
mengalir
20 Melepas sarung tangan dan meletakkan pada wadah yang
disediakan
21 Mencuci tangan sesuai prosedur.
22 Memberitahu pasien bahwa pemeriksaan sudah selesai dan
mempersilahkan pasien untuk duduk di tempat yang sudah
disediakan.
TOTAL
TAMBAHAN CATATAN SKILAB PF ANAK

Oleh: Layalia Azka Fatharani

(Catatan ini semata2 hanya ringkasan dan tambahan catatan, modul jangan lupa dibaca ya
guyz)

1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik: Inspeksi – Palpasi - Perkusi
a. Pemeriksaan umum:
 Keadaan umum
 Kesan sakit
 Kesadaran
 Kesan status gizi
Obesitas berlebih
b. Tanda vital (disesuaikan dengan usia anak)
 Tekanan darah-suhu-nadi-RR
c. Data Antropometri: BB dan TB
d. Pemeriksaan kulit
 Buka baju yaa
 Yang diperhatikan: warna kulit(enemis/tidak, ikterik, cyanosis), edema, tanda
perdarahan, dll.
e. Kepala
Yang dinilai, antara lain:
 Ukuran: meso/mikro/makrocephal  diukur pake midline ya
 Rambut: apakah mudah lepas atau tidak
 Fontanella:mayor dan minor (tergantung usia)
 Ubun2: cembung/cekung/normal
Pada dehidrasi: ubun2 cekung
 Benjolan
 dll
f. kelenjar getah bening kepala
yang diraba: submaksila, retroaurikula, leher, bawah lidah, suboksipital. Bila
teraba interpretasi ukuran dan mobile atau tidak.
g. Pemeriksaan muka
Periksa apakah ada hipertelorisme, facies cholerica (mata cekung, wajah kering,
lesu), facies mongoloid, dll
(((jangan lupa pelajari tanda2 pada kelainan kromosom kaya sindrom down, dll ya
)))
h. Mata
Apakah konjungtiva anemis/tidak, sklera ikterik/tidak,mata cekung/tidak, periksa
air mata, discharge, edem, palpebra.
Amati juga ada konjungtivitis, tumor, strabismus, nistagmus, ptosis, eksoftalmus,
dll.
i. Hidung: nafas cuping hidung, discharge, epistaksis, deviasi septum
j. Mulut
Ada sianosis/tidak, lidah (kotor/tidak, tremor/tidak,
makroglosia/mikroglosia/normal), palatum terbelah/tidak
k. Tenggorokan
Pakai spatle tongue disenterin: faring, tonsil, uvula hiperemis ngga. Tonsil
membesar atau tidak. Pasien suruh “aaaa”
l. Leher
Simetris/tidak, pembesaran KGB atau tidak, JVP normal/tidak
m. Telinga: low set ear, discharge, kalo memungkinkan lakukan otoskopi juga
n. Pemeriksaan Thorax
o Pemeriksaan paru:
 Inpeksi (bentuk, pengembangan, pernapasan, ada retraksi atau tidak)
 Palpasi (pengembangan, fremitus, pernapasan)
 Perkusi (batas paru-hepar)
 Auskultasi (suara dasar, suara tambahan)
o Pemeriksaan jantung:
 Inspeksi
 Palpasi (ictus cordis)
 Perkusi (batas jantung-paru)
 Auskultasi(SI, SII, normal/meningkat/lemah, ada galop gak)
o. Pemeriksaan KGB pada aksila. Teraba/tidak, jika ya bagaimana ukuran,
mobile/tidak
p. Pemeriksaan abdomen
 Inspeksi: bentuk
 Auskultasi: suara peristaltik/bising usus meningkat/tidak
 Perkusi: timpani/hipertimpani/hipotimpani
 Palpasi: ada massa?nyeri tekan? Perabaan hepar dan lien
 Pemeriksaan hepar
 Pemeriksaan lien
 Pemeriksaan ginjal
q. Pemeriksaan KGB inguinal
r. Pemerksaan genitalia
s. Pemeriksaan ekstrimitas
t. Pemeriksaan anus
Misal ada kasus gini...

1. Diare(dehidrasi)
a. Kesadaran umum:lemah
b. Kesadaran: sudah tidak komposmentis  apatis somnolen
c. Kesan status gizi:obes  berlebih
d. Tanda vital: TD ↓, RR↑, nadi ↓, suhu ↑
e. Kulit: warna anemis
f. Kepala: ubun2 cekung
g. KGB leher: normal
h. Wajah: facies cholerica
i. Mata:cekung, air mata kering, mata sayu, tidak ada discharge
j. Px hidung: normal
k. Mulut: sianosis, kering, lidah kering,mucosa buccal kering, tidak ada tanda2
infeksi
l. Telinga: normal
m. Leher: JVP normal
n. Thorax:
- Paru: normal
Tp kalo diare sampai menyebabkan asidosis  kussmaul
Takipneu, pengembangan dada normal
Cheyne stoke (ada fase apneu, nafas tidak teratur, terutama pada bayi)
Palpasi: vocal fremitus sama
Perkusi: normal
Auskultasi: normal
- Jantung: normal
o. KGB aksila: normal
p. Abdomen
Inspeksi: cekung
Auskultasi:bising usus meningkat
Perkusi: hipertimpani
Palpasi: nyeri tekan
Ginjal, hepar, ginjal normal
q. Genitalia normal
r. Ekstrimitas: akral dingin, refill lambat, tremor
2. Batuk, pilek, demam
a. KU: tampak sakit
b. Status gizi:cukup
c. Tanda vital: RR↑, nadi ↑, suhu↑, TD normal
d. Kulit: kemerahan (demam), sianosis(asma)
e. Kepala:normal pada dewasa; anak 18bulan ubun2 cembung
f. KGB leher: membesar
g. Wajah: normal/nyeri sinus
h. Mata: hiperemis, sklera normal, mata normal (berair), palpebra normal
i. Hidung: discharge, napas cuping hidung
j. Mulut: bibir kering
k. Tenggorok: faring hiperemis faringitis, tonsil bisa membesar/tidak,uvula
hiperemis
l. Leher: JVP normal
m. Thorax:
1) Paru:
Takipneu, pengembangan dada tidak normal, ada retraksi
Vocal fremitus normal
Perkusi: normal
Auskultasi: suara tambahan
2) Jantung: normal
n. KGB inguinal normal
o. Ekstrimitas: akral panas, bisaada sianosis
3. Hepatitis
a. KU:pasif
b. Kesadaran: komposmentis
c. Kesan sakit ada
d. Tanda vital:TD, RR, nadi, suhu dbn
e. Antropometri normal
f. Mata: sklera ikterik
g. Kepala: normal
h. KGB wajah dan leher normal
i. Hidung,mulut, tengorok, leher, thoraks, paru,jantung, KGB axillanormal
j. Abdomen:cembung, spide navy, venektasi kalo ada hepatitis kronis
k. Perkusi: pekak, timpani
l. Hepar: Pembesaran hepar  dilihat tepi (tegas/rata, lunak/lembut), nyeritekan
m. Limpa, ginjal, genitalia, KGB inguinal normal
n. Ekstrimitas normal
4. ISK
a. Keadaan umum normal
b. Suhu meningkat
c. Abdomen: nyeri kanan bawah, suprapubik nyeri
d. Ginjal; bisa membesar
e. ada nyeri ketok kostovertebrae
f. KGB inguinal besar
g. Akral hangat
PEMERIKSAAN FISIK NEONATUS
Oleh: Rosalia Kusuma Dewi

1. Menjelaskan tujuan dan prosedur kepada orang tua


2. Membaringkan neonatus pada meja pemeriksaan dan menjaga kehangatan.
3. Mencuci tangan sesuai dengan prosedur WHO
4. Pemeriksaan kondisi umum dan kesadaran neonatus
5. Pemeriksaan Tanda Vital
Tekanan darah
Suhu
Denyut nadi: frekuensi, regularitas (reguler/irreguler pola napasnya), kuat dan lemahnya
Keterangan: Frekuensi nafas dihitung dengan melihat gerakan abdomen selama satu
menit. Frekuensi normal respirasi neonatus sekitar 40-60 kali permenit. Selama inspeksi,
dokter mengamati apakah terdapat nafas cuping hidung dan retraksi.

Pernafasan: spontan/ tidak, frekuensi nafas, pola pernafasan (regularitas), lemah/kuat,


stridor, menangis/ tidak
6. Pemeriksaan Status Gizi
Menimbang berat badan (dg penimbang bayi) dan mengukur panjang badan
neonatus (dg midline)
7. Pemeriksaan Kulit
Identifikasi: kelainan warna kulit (merah muda, kebiruan, pucat, gelap, kutis
marmorata, atau kuning), lanugo, dan jejas. Apabila tampak ikterik, deskripsikan
luas area yang terlibat dan klasifikasikan berdasarkan kriteria Kramer.
Keterangan : kriteria Kramer dapat membantu memperkirakan kadar bilirubin
darah pada kasus ikterus neonatorum berdasarkan luas area yang terlibat.
Tabel . Kriteria Kramer untuk Ikterus Neonatorum
8. Pemeriksaan Kepala

Inspeksi kepala: caput succedaneum (edema kulit kepala anak yang terjadi karena
tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak), hematoma (kumpulan darah tidak normal di
luar pembuluh darah), anenchepali (sebagian besar tulang tengkorak dan otak bayi tidak
terbentuk)
Mengukur lingkar kepala dan menyimpulkan hasil pengukuran (mikrosefal, mesosefal,
atau makrosefal).
Keterangan: Paramater yang sering dipakai oleh seorang klinisi untuk menentukan batas
normal ukuran lingkar kepala dengan memakai skala Nellhaus. Ukuran lingkar kepala
normal sekitar 30 sampai 37 cm. Pertumbuhan lingkar kepala akan bertambah 2 cm
setiap bulan pada usia 0-3 bulan. Pada usia 4-6 bulan akan bertambah 1 cm per bulan,
dan pada usia 6-12 bulan pertambahannya 0,5 cm per bulan. Sampai usia 5 tahun
biasanya sekitar 50 cm. Usia 5-12 tahun hanya naik sampai 52-53 cm setelah usia 12
tahun akan menetap tidak akan membesar lagi.
Mengecek penutupan ubun-ubun: menutup atau belum, cembung/ cekung
9. Pemeriksaan Mata
Identifikasi: conjungtiva anemis, sklera ikterik, mata cekung, air mata, discharge,
edema, abnormalitas palpebrae.
10. Pemeriksaan Hidung
Identifikasi: nafas cuping hidung, discharge
11. Pemeriksaan Mulut
Identifikasi: bibir sianosis, basah/kering, dan mukosa bucal menggunakan tongue
spatel
12. Pemeriksaan Telinga
Identifikasi: low set ear, discharge, tulang rawan sempurna
13. Pemeriksaan Leher
Identifikasi: pembesaran limfa nodi (ln. cervicalis anterior, ln. Cervicalis posterior,
ln. Supraclavicula, ln.infraclavicula)
14. Pemeriksaan Thoraks
Pemeriksaan Pulmo
1. Inspeksi: pengembangan dinding dada, retraksi, maturitas payudara (lihat tabel
physical maturity di bawah bagian breast)
2. Perkusi: sonor/redup/pekak pada semua lapang paru
3. Palpasi: vremitus (pemeriksaan untuk mengetahui getaran suara dari saluran
nafas. dilakukan dengan cara palpasi taktil disuruh bilang sembilan puluh sembilan
atau yg lain, rasakan perambatan suaranya)
4. Auskultasi: air entry (masuknya udara) , suara dasar paru (normalnya vesikuler),
suara tambahan paru (wheezing, ronchy), dan grunting

Pemeriksaan Jantung
1. Inspeksi: letak ictus cordis (SIC 5 linea midclavicularis kiri)
2. Perkusi: deskripsikan batas jantung (normalnya batas kanan atas jantung di sic 2
linea parastrenal dekstra, batas kiri atas di sic 2 linea parasternal dektra, batas
kanan bawah di sic 4 linea parasternal sinistra, batas kiri bawah di sic 5 linea
midclavicularis sinistra)
3. Palpasi: deskripsikan ictus cordis (kuat angkat/ tidak)
4. Auskulasi: S1>S2, tidak terdengar S3 dan murmur

Pemeriksaan limfa nodi


15. Pemeriksaan Abdomen
1. Inspeksi: pengembangan dinding abdomen selama

pernafasan, umbilicus (deskripsikan apakah ada tanda-tanda infeksi atau tidak)


2. Auskultasi: bising usus (meningkat/normal/menurun)
3. Perkusi: timpani/redup/pekak pada semua region abdomen
4. Palpasi: batas hepar, supel/ tidak
Batas hepar diukur dengan menntukan titik persilangan line midclavicularis kanan dan
arcus aorta, dihubungkan dengan umbilicus.
16. Pemeriksaan Ekstremitas
Identifikasi: perabaan akral (dingin/hangat), sianosis, dan capillary reffil (Capillary refill
time adalah tes yang dilakukan cepat pada daerah dasar kuku untuk memonitor dehidrasi
dan jumlah aliran darah ke jaringan, normalnya <2 detik)
Melakukan pemeriksaan maturitas neonatus untuk kategori neuromuscular meliputi:
postur, square window, arm recoil, sudut popliteal, scarf sign dan heel to ear maneuver

Melakukan pemeriksaan permukaan plantar


17. Pemeriksaan Genitalia
Identifikasi: jenis kelamin, kelengkapan organ kelamin sekunder, desensus testis
(turunnya testis)
18. Pemeriksaan Anus
Identifikasi: memasukkan termometer pada anus untuk memeriksa adanya atresia
ani atau tidak
19. Pemeriksaan Refleks Primitif
Identifikasi: reflek moro, reflek menghisap, reflek palmar, dan reflek plantar
20. Mencuci tangan dan menyimpulkan hasil hasil pemeriksaan
TOTAL
PENILAIAN MONITORING EKG
Oleh: Indah Pusparani

NO KETERANGAN SCORE
0 1 2
1 Persiapan alat
2 Cek kaliberasi sebutin aja
3 Persiapan penderita
4 Oleskan jelly pada tempat pemasangan elektroda
5 Pasang elektrode pada kulit extremitas
6 Pasang elektrode precordial*
7 Lakukan perekaman di semua lead
8 Menulis identitas penderita, waktu perekaman pada elektrokardiogram
9 Memberikan tanda pemisah pada tiap lead
Tulis juga nama, usia, jenis kelamin, jam, tanggal.
10 Lepaskan eletroda, rapikan peralatan.
11 Menentukan Ritme
N: 60-100x/menit
> 100x/menit : Takikardi
< 60x/menit : Bradikardi
Aritmia: berubah-rubah tiap detik
12 Menentukan Rate
Itung jarak R-R 1500/jmlh kotak kecil atau 300/jmlh kotak besar
13 Menentukan gelombang P
Itung jarak awal P sampai P lagi n: 1-3 kotak kecil
14 Menentukan QRS Aksis
Liat di lead I dan AvF, bila dua-duanya positif berarti aksis normal
I AvF Aksis
+ + Normal
+ - Left Axis Deviation (LAD)
- + Right Axis Deviation (RAD)
- - Extreme Right Axis Deviation
15 Menentukan gelombang QRS
Liat di lead II dari titik rendah
Tinggi: 5-20 kotak kecil
Durasi: 1,5-3 kotak kecil
16 Menentukan QT interval
Durasi: ≤ 10 kotak kecil
17 Apakah ada atau tidak gelombang U

Normal : tidak ada/tidak muncul


18 Menentukan ST segmen
Normalnya isoelektrik (sejajar/menyentuh garis merah) atau < 1 kotak kecil
19 Menentukan gelombang T
(+) : naik, (-) : turun
20 Menentukan Kesimpulan hasil bacaan EKG
TOTAL

TENTUKAN ITU GELOMBANG SINUS / BUKAN


Sinus harus ada :
a. 1 gelombang P diikuti 1 kompleks QRS
b. HR 60-100x permenit regular
c. PR interval 3-5 kotak kecil (0.12-0.20 s)
d. P dan QRS positif di lead II dan negatif di lead AvR
Kalau tidak terpenuhi syarat itu BUKAN SINUS
Kelainannya :
a. AV Block (PR interval ngaco, tinggal tentuin derajat berapa)
DerajatI : PR interval memanjang, P dempet T (<5 kotak kecil)
Derajat II tipe Wenckebach : PR interval bertambah panjang, sampai QRS hilang
Derajat II tipe Mobitz : PR interval tetap disusul 1 QRS hilang
Derajat III : P dan QRS udah putus hubungan, jadi udah ga nyambung lagi iramanya.
b. Sinus takikardi, sinus bradikardi (syarat di atas terpenuhi kecuali HR)
c. Atrial Flutter, beberapa P diikuti 1 QRS, gambaran seperti gergaji
d. Atrial Fibrillation, RR interval (irama) irregular, P tidak jelas
e. SVT/ Supraventricular Tachycardia (QRS sempit, P tidak jelas, HR>150x/menit)
f. VT/ Ventricular Tachycardia ( HR>100x/menit, QT interval memanjang)
g. VF/ Ventricular Fibrillation, gajelas, menuju asistol

LAD bisa menjurus ke LVH (tidak selalu), RAD bisa menjurus ke RVH (tidak selalu), bisa
juga kelainan posisi anatomis missal dextro cardio, situs inversus
Untuk diagnosis LVH/RVH ada syarat gelombang lainnya, di materi ada kayaknya
ST segmen, kalau elevasi udah itu mah STEMI
DAFTAR TILIK PROSEDUR RESUSITASI JANTUNG PARU
Oleh: Dian Ayu Febrianti

SKOR
NO ASPEK KETRAMPILAN
0 1 2
Menilai kesadaran, pola nafas, dan nadi secara bersamaan dengan cara
memanggil nama atau panggilan (“Pak!, bu!, mas!, mbak! dll”), pukul
1 dengan keras dan atau rangsang nyeri (cubit di dada, pipi, kuping, tangan atau
daerah lainnya yg sensitive nyeri untuk dicubit), raba nadi arteri karotis, lihat
pergerakan dinding dada secara bersamaan. Dilakukan <10 detik.
Jika tidak merespon, tidak bernafas/tidak adekuat dan atau nadi tidak teraba
2 segera panggil bantuan (paramedis, orang disekitar kejadian untuk mencari
bantuan yang lebih ahli).
 Bila tidak teraba pulsasi memposisikan diri berlutut sejajar di samping
kanan atau kiri pasien. Persiapkan posisi pasien tidur terlentang, horizontal
pada permukaan yang keras.
 Bila teraba pulsasi tetapi pernapasan tidak normal berikan bantuan
pernapasan 1 napas setiap 5-6 detik atau 12 napas/menit dengan
sebelumnya membuka airway dan membersihkan jalan napas. Cek pulsasi
setiap 2 menit. Jika tidak ada pulsasi lakukan RJP.
3 Jgn lupa cek dulu mulutnya sblm kasih bantuan pernapasan. Apakah ada yg
menghambat seperti kotoran darah atau lainnya. Bersihkan terlebih dahulu
dan posisikan dengan tepat sesuai kondisi pasien.
a. head tilt-chin lift maneuver
dilakukan jika tidak ada trauma leher. 1 tangan penolong dorong dahi
kebawah supaya kepala tengadah, tangan lain dorong dagu hati-hati
tengadah, shg hidung menghadap keatas dan epiglottis terbuka, sniffing
position, posisi cium, posisi hirup.
b. Jaw-thrust maneuver
dilakukan jika curiga ada cedera cervical. bertujuan memindahkan
lidah ke anterior dengan menggerakkan rahang. Rahang bawah diangkat
didorong kedepan pada sendinya tanpa menggerakkan kepala-leher.
Karena lidah melekat pada rahang bawah, maka lidah ikut tertarik dan
jalan napas terbuka.

5 Menentukan titik tumpu yaitu 2 jari di atas processus xyphoideus


Meletakkan pangkal telapak tangan dominan di titik tumpu dengan telapak
tangan yang lain di atasnya/saling mengunci dan elevasi jari-jari tangan.
Posisi lengan dan tungkai atas tegak lurus terhadap lantai.

Melakukan kompresi dada dengan kecepatan 100-120x/menit dengan


kedalaman 2 inci (5 cm) dan memberikan kesempatan recoil antar kompresi
(30x). Berhitung dengan suara keras di setiap kompresi.
7 Tangan bebas mau kanan atau kiri yg di bawah yg dianggap kuat. Dorong
pakai badan yaa, tangan jgn sampai ketekuk, harus lurus terus agar dorongan
lebih maksimal. Posisi kaki nekuk yaa jarinya kayak lagi sujud, biar ada
tumpuan pas kita kasih dorongan. Pas ngitung teriak aja gpp biar lebih focus.
Buka dan bersihkan jalan napas lalu melakukan 2x ventilasi tekanan positif
dengan bag valve mask. Kompresi dilanjutkan kembali dengan perbandingan
8
kompresi-ventilasi 30:2 (1 siklus) dengan durasi 1 detik tiap ventilasi hingga
dinding dada anterior terangkat.
Setiap 5 siklus evaluasi pulsasi arteri carotis dan pernapasan
10 Jika pasien belum menunjukkan respon yg seseuai maka lanjutkan 5 siklus lg
dan evaluasi begitu seterusnya sampai responnya sesuai.
Pertolongan dapat dihentikan jika:
- ROSC sirkulasi darah, detak jantung, napas sudah kembali normal.
- pupil midriasis maksimal, reflek pupil (-), nadi (-), napas (-) udah
11
meninggal, mati batang otak.
- penolong yang lebih ahli datang
- penolong kelelahan (sudah tidak mampu, kelelahan, rasa spt mau pingsan)
Jika ROSC posisikan pada posisi recovery

12

SKOR TOTAL ……
PENILAIAN TES (BRODIE) TRENDELENBURG
Oleh: Timotius Pratama, Fardan Chaisar
NO ASPEK YANG DINILAI Keterangan
1. Mahasiswa mengucapkan salam dan mempersilakan pasien duduk
2. Mahasiswa memperkenalkan diri
3. Mahasiswa melakukan anamnesis
Tanyakan sesuai kasus, pada kasus ini tanyakan apakah pasien memiliki
pelebaran pembuluh darah di kaki (“pak/bu, apakah di kaki ada pembesaran
pembuluh darah?”)
4. Mahasiswa menjelaskan tujuandanprosedurpemeriksaanpadapasien
Tujuan: Untuk mengetahui kemampuan katup vena (saphena magna dan
vena komunikans tungkai)
Prosedur: bilang aja dijelaskan saat pemeriksaan berlangsung
5. Mahasiswa mempersilahkan pasien untuk bertanya
6. Meminta persetujuan pasien
7. Melakukan persiapan alat dengan benar
Alatnya: Torniquet
8. Melakukan persiapan pasien (meminta pasien melepas celana luar dan
mempersilakan pasien untuk berbaring di tempat tidur)
Dipaksa aja buat lepas celana coba 2-3x (Bilang aja “Maaf ini sudah
prosedur pemeriksaan”), daripada kejadian PF paru sama dr mimil terulang
pasien yg ga buka baju malah ga lulus. Tapi kalau emang pasiennya ga mau
tanyain dosennya, bagaimana dok, probandusnya ga mau buka celana tapi
kan harusnya dibuka
9. Mahasiswa mencuci tangan secara WHO
Telapak tangan, punggung tangan, sela sela jari, buku-buku jari, kuku, ibu
jari, pergelangan tangan
10. Mengangkat tungkai yang diperiksa 45-90°
11. Mengurut vena dari arah tungkai bawah ke arah paha
12. Memasang ikatanTorniquet dengan benar
13. Meminta pasien berdiri tegak
14. Mengamati pengisian vena perifer tungkai
15. Setelah pasien berdiri selama 20 detik, lepaskan ikatan tourniquet
16. Mengamati kembali pengisian vena perifer tungkai
17. Mahasiswa melakukan interpretasi hasil
Inkompetensi katub vena komunikans terjadi apabila hasil
pemeriksaan positif-negatif, yaitu terjadi pengisian cepat vena perifer
saat vena saphena terbendung. Darah dari vena profunda kembali ke
superfisial (retrograde) melewati katub vena komunikan yang
inkompeten.
Inkompetensi katub vena saphena terjadi apabila hasil
pemeriksaan negatif - positif, yaitu terjadi pengisian lambat vena
perifer saat vena saphena terbendung. Ketika torniquet dilepaskan,
Darah dari vena femoralis kembali ke vena saphena (retrograde)
melewati katub vena saphena yang inkompeten.

18. Membereskan peralatan


19. Cuci tangan
20. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada pasien
SKOR TOTAL

PENILAIAN TES Ankle–Brachial Index

No Aspek yang dinilai

1 Anamnesis
Tanyakan ini:
1. Berusia > 50 tahun, atau lebih muda ada diabetes melitus atau faktor aterosklerosis
(merokok, dislipidemia, hupertensi, hiperhomosisteinemia)
2. Gejala kaki berupa nyeri iskemik saat aktifitas atau istirahat
3. Denyut di ektremitas bawah yang abnormal
4. Adanya arteriosklerosis koroner/ karotis atau penyakit arteri ginjal
Menerangkan pada pasien tujuan dan prosedur
Tujuan: Mengetahui apakah aliran darah di pembuluh darah tepi lancar
Prosedur: Nanti akan diukur tekanan darah pada lengan dan pada tungkai
2 Melakukan persiapan alat dan pasien dengan benar dan mencuci tangan
Alat: Sfigmomanometer, stetoskop
3 Memasang ikatan sfigmomanometer di lengan atas dengan benar
4 Memberikan gel di sekitar arteri brakialis
Kalo ada gelnya kasih aja, kalo ga ada ga usah
5 Memompa sfigmomanometer hingga20 mmHg diatas tekanan
sistolik/ setelah suara hilang dengan benar
Intinya kaya nensi biasa aja
6 Menurunkan tekanan sfigmomanometer secara perlahan
7 Menentukan tekanan darah sistolik arteri brakialis
8 Melakukan pengukuran ini dua kali dan menentukan reratanya
Narasiin aja, ceritanya kamu dah lakuin 2x (Pasien banyak coy)
9 Melepaskan ikatan sfigmomanometer
10 Melakukan pemeriksaan ini pada sisi kontra lateralPenting, lakuin ya
11 Memasang ikatan sfigmomanometer di pergelangan kaki dengan benar
12 Memberikan berikan gel di sekitar arteri dorsalis pedis dan tibialis posterior
Kalau ada kasih, kalau ga ada ga usah
13 Memompa sfigmomanometer hingga 20 mmHg diatas tekanan
sistolik / setelah suara hilang dengan benar
Ini carinya pake palpasi, tunggu sampe denyutnya ilang berarti itu tekanan sistoliknya
14 Menurunkantekanan sfigmomanometer secara perlahan
15 Menentukan tekanan darah sistolik arteri dorsalis pedis
16 Melakukan pengukuran ini dua kali dan menentukan reratanya
Narasiin aja
17 Melakukan pengukuran ini pada arteri dorsalis pedis sebanyak 2 kali dan tentukan
reratanya
Narasiin aja
18 Melepaskan ikatan sfigmomanometer
19 Melakukan pemeriksaan ini pada sisi kontra lateral Penting
20 Membereskan peralatan dan mencuci tangan
21 Menginterpretasikan hasil tes ABI
Rerata tertinggi tekanan darah kaki kanan (Dorsalis pedis atau
ABI kanan = Tibialis posterior)
Rerata tekanan darah lengan tertinggi ( kanan atau kiri )
Rerata tertinggi tekanan darah kaki kiri (Dorsalis pedis atau Tibialis
ABI kiri = posterior)
Rerata tekanan darah lengan tertinggi ( kanan atau kiri )

Lokasi I II Rerata Lokasi I II Rerat


a
Arteri Brakialis kanan Arteri Brakialis kiri
Arteri dorsalis pedis kanan Arteri dorsalis pedis kiri
Arteri tibialis posterior Arteri tibialis posterior
kanan kiri

InterpretasiAnkle–Brachial Index
>0.90 (rentang 0.90 - 1.30) = Aliran darah ke ekstremitas inferior normal
0.6- 0.89 = penyakit arteri perifer ringan
0.4- 0.59 = penyakit arteri perifer sedang
<0.39 = penyakit arteri perifer berat

Skor Total

PENILAIAN TES RUMPLE LEEDE


NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1. Mahasiswa mengucapkan salam dan mempersilakan pasien duduk
2. Mahasiswa memperkenalkan diri
3. Mahasiswa melakukan anamnesis
Tanyakan apakah ada tanda-tanda demam yang sudah lebih dari 5 hari
4. Mahasiswa menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan pada pasien
Tujuan: Mengetahui apakah kemampuan pembekuan darah pasien
bagus atau ga
Prosedur: Nanti Tangan bapak akan dibendung oleh manset selama
kira-kira 5 menit
5. Mahasiswa mempersilahkan pasien untuk bertanya
6. Meminta persetujuan pasien
7. Melakukan persiapan pasien (meminta pasien menggulung lengan
baju yang akan diperiksa) dan alat dengan benar
Gulung beneran, kalu perlu dibantu
Alat: sfigmomanometer, stetoskop
8. Mahasiswa mencuci tangan secara WHO
9. Memasangikatansfigmomanometer3 jari diatas fossa cubiti
10. Mengukurtekanandarahpasien
Tensi biasa
11. Menilaitekananbendunganuntukpx rumple leeddengancara
𝑆𝐼𝑆𝑇𝑂𝐿𝐸 + 𝐷𝐼𝐴𝑆𝑇𝑂𝐿𝐸
tekanan bendungan =
2
12. Memompa
sfigmomanometerhinggatekananpertengahanantarasistolikdandiastolik
Pompa sampe ke tekanan hasil perhitungan yang ada di no 11
13. Mempertahankantekanantersebutselama 5 menit
Tanyain ke penguji, apakah dinarasikan saja atau bagaimana?
14. Melepaskanikatansfigmomanometer
15. Memastikan warna kulit pada bekas ikatan sfigmomanometer sama
dengan warna kulit tangan lainnya
Cek ada ptekie atau ga
16. Menggambar area yang akandiamati di volar lenganbawahukuran
2,5cm x 2,5 cm
Tanyain dokternya, gambar beneran apa akting aja, kalau dokternya
bilang terserah atau bilang pas diajarin gimana, gambar aja..
Cek ptekie di kotak itu aja
17. Mahasiswa melakukan interpretasihasil
Interpretasi : Normal : (-) : < 10 ptekie
Patologis: (+): > 10 ptekie  ketahanan kapiler
menurun
18. Membereskan peralatan
19. Cuci tangan
20. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada pasien
SKOR TOTAL
Oleh: Dian Ayu Febrianti

PENILAIAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN PEMILIHAN CAIRAN

No. Aspek yang dinilai Nilai

0 1 2 3

1 Menghitung kebutuhan cairan tubuh anak/dewasa normal

2 Menghitung kebutuhan cairan tubuh anak/dewasa pada kasus

3 Memilih jenis cairan intravena yang tepat

Formula kebutuhan total cairan per hari anak:


- 100 ml/kgBB untuk 10 kg pertama
- 50 ml/kgBB untuk 10 kg berikutnya
- 25 ml/kgBB untuk setiap tambahan kg BB-nya.

Kebutuhan total cairan per hari Dewasa:


- Perempuan: 65 ml/kgBB
- Laki-laki: 70 ml/kgBB

Jenis cairan berdasarkan kekurangan cairan


- Kekurangan 10%  RL 3x
- Kekurangan >10%  Koloid 1 : 1 (ex: kehilangan 1ml diganti 1ml)
- Kekurangan >20%  Darah 1 : 1

Contoh Soal
1. LK BB 60kg kehilangan darah 300ml. dikasih apa?
Itung kebutuhan dulu. Kebutuhan 60kg x 70ml/kgBB = 4200ml
Kehilangan darah 300ml itu <10 % dari 4200ml
Jadi <10% pakenya RL 3x dikali kehilangannya 300ml
Berarti kebutuhannya RL 900ml

2. LK BB 60kg kehilangan darah 500ml. dikasih apa?


Itung kebutuhan dulu. Kebutuhan 60kg x 70ml/kgBB = 4200ml
Kehilangan darah 500ml itu >10 % dari 4200ml
Jadi >10% pakenya RL 3x + Koloid 1:1
10% 4200 = 420  RL 3x = 1260ml
Sisanya 80  Koloid 1 : 1
Berarti kebutuhannya RL 1260ml + Koloid 80ml

3. LK BB 60kg kehilangan darah 1000ml. dikasih apa?


Itung kebutuhan dulu. Kebutuhan 60kg x 70ml/kgBB = 4200ml
Kehilangan darah 1000ml itu >20 % dari 4200ml
Jadi >20% pakenya RL 3x + Koloid 1:1 + Darah
10% 4200 = 420ml  RL 3x = 1260ml
10% berikutnya 420ml  Koloid 1 : 1
Sisanya 160ml  Darah 1 : 1
Berarti kebutuhannya RL 1260ml + Koloid 420ml + Darah 160ml

PENILAIAN PEMASANGAN INFUS

No Aspek yang dinilai Nilai

0 1 2 3

1 Cek catatan medik

2 Berikan salam, menyapa pasien dan memperkenalkan diri

3 Menanyakan / mengkonfirmasi identitas pasien, keluhan utama


Periksa adanya tanda kegawatan atau tidak, contoh: Demam, Dehidrasi,
Luka Bakar, Syok Hipovolemik. Beda kondisi beda penanganan (baca
lagi di modul yaa).
4 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
Sesuaikan dgn kebutuhan pasien misal:
5 Menanyakan riwayat alergi obat

6 Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya sebelum


kegiatan dilakukan dan meminta persetujuan pasien
7 Memposisikan pasien supine

8 Membebaskan lengan baju pasien, memeriksa kedua lengan untuk


mencari/menentukan vena yang akan dipilih (jelas, distal, fleksibel,
tidak ada tanda inflamasi pada jaringan sekitarnya)
9 Melakukan cuci tangan 6 step WHO

10 Menyiapkan alat dan obat yang akan disuntikkan


Wajib yaa siapin alat obatnya dulu semua yg lengkap jadiin satu wilayah
di depan mata jgn ampe bolak balik, krn itu bisa ngurangin penilaian.
Bedain tempatnya yg steril dan non steril.
Alat dan bahan tidak steril:
1. alas plastik
2. torniquet
3. alcohol swab (apabila tidak dalam kemasan/kasa+alkohol,
ditempatkan di tempat steril)
4. tiang infus
5. flabot cairan infus
6. bengkok kotor
7. sharp container
8. transparent dressing/ hypafix/ micropore/ plester
9. gunting
10. spalk + kasa balut (apabila perlu (pada bayi dan anak kecil))
11. sarung tangan disposable
Alat dan bahan steril:
1. kasa steril+ betadin (tidak wajib untuk asepsis, wajib untuk
dressing pasca pemasangan)
2. abbocath
3. infus set
4. obat yang akan diinjeksikan + spuit
11 Meletakkan pengalas dibawah lengan pasien

12 Meletakkan tournikuet/manset 5-15 cm diatas tempat tusukan (tidak


dikencangkan terlebih dahulu)
13 Melakukan cuci tangan 6 step WHO dan memakai handscoen

14 Menyiapkan cairan infus dengan infus set:


 Posisikan scroll clamp hingga mengunci selang
 Tusukkan penusuk pada ujung chamber ke dalam port “in” pada
flabot
 Gantungkan flabot pada tiang infus dengan ketinggian minimal 80
cm dari tempat tidur pasien
 Isi chamber hingga kira-kira setengahnya
15  Arahkan ujung keluar selang pada bengkok.
 Buka scroll clamp hingga selang terbuka sepenuhnya
 Alirkan cairan infus sehingga keluar dan tertampung pada bengkok
 Pastikan tidak ada gelembung udara didalam selang
16 Kencangkan scroll clamp sampai infus tidak menetes dan pertahankan
kesterilannya (dengan menutupnya dengan jarum yang tertutup cap
(penutup), posisikan di tempat tinggi pada tiang infus)
17 Kencangkan tournikuet/manset (tekanan dibawah tekanan sistolik)

18 Anjurkan pasien untuk mengepalkan tangan dan membuka beberapa


kali, palpasi dan pastikan tekanan yang akan ditusuk
19 Bersihkan kulit dengan cermat menggunakan alcohol
swab/kasa+alkohol, lalu diulangi dengan menggunakan kasa betain.
Arah melingkar dari dalam keluar lokasi tusukan ** (critical point)
20 Gunakan ibu jari untuk menekan jaringan dan vena 5 cm dibawah
tusukan
21 Pegang jarum pada posisi 30 derajat pada vena yang akan ditusuk, arah
ke proksimal/menuju jantung. Setelah pasti masuk (menembus kulit)
lanjutkan menusuk dengan perlahan dengan pasti hingga tampak ada
darah masuk pada chamber belakang jarum (yang berarti jarum telah
masuk dalam vena) ga perlu aspirasi ya.
22 Rendahkan posisi jarum sejajar dengan kulit dan secara bersamaan,
dorong plastik kateter iv ke depan/dalam vena sambil menarik jarum ke
belakang, (jangan sampai lepas) pelan2 saja jgn sampe ketarik.
Pertahankan keseimbangan tangan kita saat menarik jarum.
23 Tekan ujung plastik iv cateter dengan jari tangan non dominan (dominan
narik jarum) untuk menaham plastik kateter iv dan menghambat aliran
vena (supaya darah tidak menetes keluar saat jarum diambil)
24 Tarik jarum infus keluar ** (critical point), segera masukkan dalam
bengkok kotor/ langsung ke dalam sharp container
25 Sambungkan hub plastik iv cateter dengan ujung selang infus

26 Lepaskan torniquet (bisa juga dilepas setelah menahan ujung kateter


iv/sebelum melepas jarum)
27 Buka tahanan jari pada ujung plastik kateter iv, buka klem infus sampai
cairan mengalir lancar
28 Tahan posisi kateter iv, olesi sekitar tempat penusukan dengan salep
betadin (atau kasa+betadin) ga harus pake salep cukup betadine saja,
kemudian tutup dengan kassa steril + plester atau
hypafix/micropore/transparent dressing
29 Beri tambahan fiksasi selang infus di daerah distal dan atau proksimal
tempat penusukan dengan hypafix/micropore/plester. (Pada bayi dan
anak kecil, lanjutkan dengan pemasangan spalk+ balut untuk fiksasi)
Jgn lupa plester pita yaa. Pastikan kateter infus dan selang posisinya
nyaman untuk pasien. Rekatkan fiksasi dengan rapih.
30 Atur tetesan infus sesuai dengan ketentuan, pasang stiker informasi:
tanggal & jam cairan diberikan + obat yang dimasukkan (apabila ada)
31 Evaluasi hasil kegiatan
Cek apakah tetesan menetes konsisten sesuai hitungan. Pastikan darah
tidak mengalir naik di selang infus. Pastikan semuanya rapi tidak ada yg
tertinggal.
32 Bereskan alat dan bahan

33 Mencuci tangan

34 Dokumentasi
PENILAIAN INJEKSI INTRAVENA MELALUI INFUS
Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2 3

1. Cek program terapi /review pemberian obat secara intravena

2. Berikan salam, panggil klien dengan sopan

3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan

Memberikan kesempatan klien untuk bertanya sebelum kegiatan


4.
dilakukan

5. Cuci tangan dan memakai handscoen

6. Siapkan alat-alat (termasuk obat yang akan disuntikkan)

Menentukan tempat penyuntikan yaitu port infus intravena

Yg dilingkarin merah yaa

7.

8. Membersihkan port penyuntikan dengan kapas alkohol

9. Menyuntikkan obat melalui tengah port infus intravena

Menghambat aliran intravena dengan menekuk selang infus tepat


diatas port suntikan
10.
Knp harus dihambat selang infusnya?

- Agar obat tidak naik ke infus


- Mengurangi tekanan terhadap vena
Aspirasi, setelah melihat darah kemudian suntikkan obat secara
11.
perlahan. Lihat darahnya di ujung abocath infuse dikit aja

12. Menarik spuit dan atur kembali kecepatan infus

13. Bereskan alat dan bahan

14. Mencuci tangan

15. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai