19 Interpretasi
Positif jika terasa nyeri di tempat yang mengalami inflamasi. Apabila terasa nyeri
hanya pada sisi kiri atau kedua sisi maka perlu dipikirkan diagnosis penyakit lain
pada vesika urinaria, uterus, kolon ascenden, tuba falopii, ovarium atau struktur
anatomi lain.
Pemeriksaan Psoas sign
20 Hiperekstensi hip pasien secara pasif atau meminta pasien melakukan flexi hip.
21 Interpretasi
Positif jika nyeri.
Pemeriksaan Obturator sign
22 Meminta pasien tidur terlentang dengan flexi hip kanan 90 derajat,
23 Memegang sendi ankle kanan pasien dengan tangan kanan dan melakukan
endorotasi.
24 Interpretasi
Positif jika nyeri
Pemeriksaan Cough test (Dunphy’s sign)
25 Meminta pasien untuk batuk
26 Interpretasi
Postif jika nyeri di abdomen menandakan adanya inflamasi di titik nyeri.
27 Pemeriksaan rektal (sebutkan saja) dengan interpretasinya
Pemeriksaan Hernia
Pemeriksaan Finger test
28 Masukkan jari ke 2 atau ke 5 lewat skrotum melalui anulus eksternus ke kanal
inguinal.
0 1 2
- Edema lengan
- Kelelahan umum
a. Inspeksi melakukan dan melaporkan hasil pemeriksaan inspeksi pada posisi pasien:
- Duduk, kedua lengan di samping badan
- Duduk, kedua lengan di atas kepala
- Duduk, kedua tangan di pinggang dan atau
- Duduk/berdiri dengan membungkukkan badan ke depan, jika mammae
besar/bentuk pendular
yang meliputi:
9 - Simetri
Bandingkan bentuk atau kontur dari kedua mammae, ukuran
dan isi dari kedua mammae. Letak papilla mammae juga
dibandingkan dari kedua mammae, jika didapatkan kelaianan
akan menyebabkan papilla mammae tidak simetris.
10 - Adanya nodul
Pada kulit yang berbentuk seperti papula yang dapat
merupakan nodul satelit pada keganasan. Bila ada, dilihat
bagaimana bentuknya, berapa jumlahnya, dimana letaknya,
warnanya.
11 - Adanya perubahan warna kulit
Perubahan warna kemerahan menunjukkan adanya
peningkatan aliran darah sekunder yang disebabkan oleh
inflamasi, keganasan. Keganasan bila segmen atas ditemukan
dilatasi dari vena.
12 - Adanya luka/borok
Erosi pada aerola atau puting mammae biasanya akan tertutup
oleh krusta sehingga bila krusta diangkat baru akan terlihat kulit
yang mengalami erosi. Erosi pada aerola karena kelainan kulit
biasanya melibatkan kedua sisi sedangkan pada keganasan atau
Paget’s disease biasanya hanya satu sisi.
Palpasi dilakukan pada kedua mammae, dengan memulai palpasi pada sisi yang sehat terlebih
dahulu agar tidak terlewat bila ada kelainan yang lain. Prosedur yang direkomendasikan yaitu
pemeriksaan dimulai dari lateral atas dari tiap mammae, melingkar searah jarum jam ke arah dalam
sampai ke tengah, dilakukan dengan tekanan yang ringan.
Duduk
- Posisi terlentang bahu dinaikkan sedikit dengan mengganjal punggung atas dengan bantal
- Pemeriksaan dilakukan dengan lembut menggunakan seluruh jari mendatar pada satu
tangan.
- Saat memeriksa bagian medial, tangan diletakkan di belakang kepala
- Bila memeriksa bagian lateral tangan penderita diletakkan di samping badan.
Melakukan dan melaporkan hasil pemeriksaan palpasi dengan benar pada pasien dalam posisi
berbaring dan duduk, meliputi: (palpasi pada kedua mammae kanan kiri)
17 - Ada tidaknya nodul/ lesi
a. Inspeksi
26 - Meminta penderita duduk, kedua lengan rileks di samping
badan
27 - Inspeksi daerah aksila: adakah benjolan, infeksi, ulkus,
perubahan warna, (tambahan: sikatrik, luka)
b. Palpasi
28 - Pemeriksaan aksila kiri: Meminta penderita merilekskan
lengan kiri, tangan kiri pemeriksa menopang lengan kiri
penderita, melakukan palpasi dengan tangan kanan
29 - Pemeriksaan aksila kanan: Meminta penderita merilekskan
lengan kanan, tangan kanan pemeriksa menopang lengan
kanan penderita, melakukan palpasi dengan tangan kiri
30 - Melakukan palpasi nnll aksila sentralis, nnll aksila lateral,
nnll pectoral, nnll subskapular; meliputi: pembesaran nnll,
jumlah, konsistensi,bentuk, nyeri tekan
31 - Melakukan palpasi nnll supraklavikula dan infraklavikula;
meliputi: pembesaran nnll, jumlah, konsistensi,bentuk, nyeri
tekan; bandingkan kanan dan kiri
(posisi pemeriksa berdiri di belakang penderita)
32 Pemeriksaan selesai, penderita dipersilahkan mengenakan pakaian
kembali dan duduk di kursi
JUMLAH SKOR
Penjelasan :
2 : Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena situasi
yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan dalam scenario yang sedang dilaksanakan).
68
Kanker mammae berdasarkan klasifikasi Tumor Nodul Metastasis (TNM) menurut “The
American Joint Committee on Cancer Staging & End Result Reporting”:
1. Tumor primer (T)
TX Tumor primer tidak dapat ditentukan
Tis Karsinoma in situ dan penyakit paget pada papila tanpa teraba tumor
T0 Tidak ada bukti tumor primer
T1 Tumor <2 cm
T2 Tumor 2–5 cm
T3 Tumor >5 cm
T4 Tumor dengan penyebaran langsung ke dinding thoraks atau ke kulit dengan tanda
edema, tukak atau peau d’ orange 24
2. Nodule atau keterlibatan kelenjar getah bening (N)
NX Kelenjar regional tidak dapat ditentukan
N0 Tidak teraba kelenjar axilla
N1 Teraba kelenjar axilla homolateral yang tidak melekat
N2 Teraba kelenjar axilla homolateral yang melekat satu sama lain atau melekat pada
jaringan sekitarnya
N3 Terdapat kelenjar mamaria internal homolateral termasuk kelenjar supraklavicula
3. Metastase jauh (M)
MX Tidak dapat ditentukan metastase jauh
M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Terdapat metastasis jauh (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005).
1. Membaca catatan medik pasien (dilakukan saat membaca kasus di pintu ruang
ujian dan narasikan “Membaca catatan medik pasien” di dalam ruang ujian)
Misal sekarang tanggal 28 juli 2017 dan HPHT tanggal 28 Januari 2017 maka
Usia Kehamilan:
Hr bln thn
28 07 17
28 01 17 −
00 06 00
a. Perkenalkan diri
b. Tanya nama, usia, alamat, pekerjaan
c. Tanya usia kehamilan (di atas 36 minggu lakukan vagina touche)
d. Tanya kehamilan ke berapa (kehamilan pertama lakukan vagina
touche)
e. Tanya ada perdarahan pervaginam? Kalau ada nanti lakukan
inspekulo
Vagina touche
Prosedur: akan menekan-nekan perut mungkin akan terasa tidak nyaman namun
saya akan mengurangi ketidaknyamanan tersebut sebaik mungkin.
Persiapan Pasien
12. Inspeksi kontur abdomen (striae gravidarum, bekas luka, bekas operasi, linea nigra,
striae albicans, dilatasi vena, gerakan janin) dan jarak fundus uteri dari prosesus
xifoideus (berapa jari/cm, jauh/sedang/dekat)
PEMERIKSAAN LEOPOLD
15. Menggosokkan telapak tangan, Meletakkan ujung-ujung jari kedua tangan di bagian
fundus uteri klien.
16. Melakukan palpasi dengan menggunakan ujung jari untuk menentukan bagian janin
yang berada di fundus uteri
Rumus McDonald’s
a. Hitungan Bulan
Usia kehamilan = TFU (cm) x 2/7
b. Hitungan Minggu
Usia kehamilan = TFU (cm) x 8/7
21. Membandingkan hasil taksiran usia kehamilan berdasakan TFU dengan usia
kehamilan berdasarkan HPHT
22. Intepretasi :
IUGR (intrauterine growth retardation janin kurang gizi) : TFU lebih kecil di
bandingkan usia kehamilan
Perasat Leopold II
24. Meletakkan kedua belah telapak tangan di kedua sisi abdomen klien.
25. Mempertahankan letak uterus dengan menggunakan tangan yang satu pada salah
satu sisi abdomen ibu (misal menggunakan tangan kiri).
26. Menggunakan tangan yang lain untuk melakukan palpasi uterus pada sisi yang lain
(tangan kanannya mempalpasi)
Letak lintang ; teraba bagian bulat di bagian kanan/kiri (ada kepala dan bokong)
29. Dengan menggunakan ibu jari dan empat jari lainnya pada satu tangan, bagian
terbawah abdomen maternal dicengkeram sedikit di atas symphisis pubis
31. Lakukan penekanan jari tangan ke bawah secara perlahan dan dalam ke arah
panggul saat klien menghembuskan nafas.
PerasatLeopold IV
36. Menggerakkan jari tangan secara perlahan kearah pelvis sambil palpasi menyusuri
bagian bawah janin.
37. Menentukan seberapa jauh bagian bawah janin telah masuk ke dalam rongga
panggul dengan melihat sudut yang dibentuk oleh kedua tangan saat menyusuri
bagian bawah janin (konvergen, sejajar atau divergen ).(tidak dilakukan untuk letak
sungsang atau lintang)
berdasarkan Leopold II
Ingat! Corong laennec yang kecil menghadap telinga, yang corong besar
menghadap abdomen pasien
41. Menghitung DJJ pada tiap 5 detik pertama, ketiga dan kelima. Apabila hasilnya
regular, hasil pengukuran pada tiap 5 detik dijumlahkan dikalikan empat. Jika hasil
irregular lakukan penghitungan DJJ selama satu menit
42. Interpretasikan hasil pemeriksaan
Takikardi: 150-170 kali/menit karena dua faktor yaitu faktor janin berupa
pergerakan janin, hipoksia, dan anemia serta faktor maternal berupa dehidrasi,
aktivitas simpatis, dan betamimetik
Bradikardi: <110 kali/menit karena blok jantung janin, hipoksia, kompresi tali
pusat, abriptio plasenta, dan hiperstimulasi uterus
Jelaskan tujuan (untuk memeriksa area panggul dan kewanitaan) dan prosedur
(akan memeriksa bagian kewanitaan dengan melihat dan meraba secara langsung
ataupun tidak langsung menggunakan alat. Akan terasa tidak nyaman, pasiean
boleh menolak kalau tidak bersedia. Memberikan kenyamanan pada pasien)
Meminta pasien untuk berbaring litotomi, tutupi perut dan paha dengan kain
penutup
Beri tahu pasien akan melakukan pemeriksaan colok vagina yaitu memasukkan jari
pemeriksa untuk mengetahui kondisi area kewanitaan bagian dalam.
52. Melakukkan vaginal touché dengan memasukkan jari telunjuk dan jari tengah
Melakukan penilaian vagina touche, narasikan dan periksa apa yang harus dilakukan. Biasanya
penguji akan menyebutkan intrepetasinya
53. Menentukan diameter konjugata diagonalis dari promontorium os sacrum normal Untuk
>11,5 cm tetapi tidak bisa terukur dengan jari iden-
54. Menentukan diameter konjugata obstetrika (konjugata diagonalis – 1,5 cm) tifikasi
Untuk menilai PBP juga ditambah dengan melihat sudut os pubis yg normalnya
diatas 90 derajat
Dokumentasi
Cuci tangan sebelum melepas handscoon dan cuci tangan setelah lepas handscoon
TOTAL SKOR
Keterangan :
Penilaian : Jumlah Skor x 100% =
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan dengan perbaikan 122
1. Anamnesis
Keluhan Utama
a. Sakit/nyeri dada
b. Berdebar-debar
c. Sesak napas atau napas pendek
d. Kebiruan
e. Lemah
f. Pembengkakan kaki
Keluhan utamanya itu, sisanya lanjutin pake sacred 7 sama fundamental 4
Elevasi kurang lebih 30o narasiin aja, kasih bantal aja si pasiennya
4. Berdiri di sebelah kanan pasien
5. Melakukan inspeksi untuk deteksi kelainan pada dinding dada
1. Bentuk dada
a. Pectus karinatus
b. Pectus ekskavatus
c. Barrel Chest
d. Voussure Cardiaque
e. Kesimetrisan
f. Kesimetrisan gerak dada
2. Denyutan (Normalnya denyutan hanya ada pada ictus cordis)
3. Pelebaran Vena
6. Menentukan posisi pulsasi ictus cordis melalui inspeksi
Dalam keadaan normal, ictus cordis dapat dilihat di intercostalis space (ICS) V
sinistra agak medial (2 cm) dari linea midclavicularis sinistra.
7. Melakukan palpasi ictus cordis dengan telapak tangan
Nilai: Teraba atau tidak, Kuat angkat atau tidak (Normalnya tidak kuat angkat),
Diameter (2cm/1 SIC), Amplitudo (Normalnya kecil), Durasi (Normalnya 2/3 awal
systol), Thrill/getaran (Normalnya tidak ada thrill)
8. Menilai ictus cordis (diameter, amplitudo, durasi) dengan ujung jari
9. Melakukan perkusi dengan teknik yang benar dan dapat menghasilkan perubahan
suara dari sonor ke redup jantung
10. Menentukan batas kiri jantung dengan melakukan perkusi dari sisi lateral kiri ke
medial
dilakukan dari arah lateral ke medial pada ICS V, ICS IV, ICS III dan ICS II
Pada keadaan normal, LBCD pada ICS V terletak pada 1-2 cm medial dari linea
midclavicularis. LBCD pada ICS IV dan III terletak 1 cm medial dari LBCD pada
ICS V. LBCD pada ICS II letaknya lebih dekat ke sternum kurang lebih di linea
parasternalis kiri.
a. Derajat 1: murmur yang sangat lemah, sehingga murmur ini hanya dapat
didengar di ruangan yang benar-benar tenang dan biasanya perlu waktu
yang cukup lama untuk memastikan apakah benar-benar merupakan suara
murmur.
b. Derajat 2: murmur yang lemah namun dapat didengar segera
c. Derajat 3: murmur yang terdengar cukup keras
d. Derajat 4: murmur yang terdengar keras dan dapat teraba getaran pada
dinding dada
e. Derajat 5: murmur yang terdengar sangat keras dan dapat teraba getaran
dinding dada yang sangat jelas. Murmur dalam derajat ini dapat didengar
meskipun stetoskop hanya ditempelkan ringan atau hanya ditempelkan
sebagian.
f. Derajat 6: murmur yang terdengar sangat keras sehingga masih dapat
didengar meskipun dengan stetoskop yang diangkat dari permukaan
dinding dada (dapat didengar tanpa stetoskop)
24. Tentukan jenis suara tambahan apakah bising sistolik atau diastolik
Murmur yang terjadi pada fase systole adalah murmur yang terjadi antara S1-S2,
sedangkan murmur yang terjadi pada fase diastole adalah murmur yang terjadi
antara S2-S1.
25. Tentukan daerah penjalaran bising dan tentukan titik maksimumnya
26. 2Pencatatan dan pemberian informasi hasil pemeriksaan kepada pasien
Yang disampaikan kelainan yang kalian temukan aja, misal bentuk dada barrel chest,
ictus cordis kuat angkat, ada suara murmur sistolik. Bukan diagnosis penyakitnya
belum saatnya.
Total skor
PENILAIAN KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK PARU
Oleh: Indah Pusparani
No Nilai
Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1 Memperkenalkan diri dan menyapa pasien
2 Memberi penjelasan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan dan
meminta persetujuan pasien
3 Meminta pasien untuk membuka pakaian seperlunya dan berbaring
terlentang
4 Menjaga Privasi pasien
5 Melakukan cuci tangan 6 step WHO
6 Pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien
7 Memperhatikan dan menghitung frekuensi serta irama pernafasan
8 Melakukan inspeksi dari sisi anterior, untuk melihat:
a. bentukthoraks
b. mata anemis
c. napas cuping hidung
d. sianosis hidung/bibir
e. pembesaran KGB leher: colli, submandibula, supraclavicula
f. deviasi trakea
g. clubbing finger
h. pelebaran pembuluh vena cava di dada (vena cava syndrome)
i. tumor
j. retraksi supraclavicula dan intercostal
k. Perubahan pola nafas
9 Melakukan palpasi, untuk mengamati:
a. tumor, benjolan
b. rasa nyeri di tempat tertentu
c. limfonodi
d. fraktur iga
e. gerakan, excursion dinding dada
f. deviasi trakea
g. pembesaran limfonodi supraclavicula, para tracheal, dan aksilaris
h. Emfisemasubkutis
10 Membandingkan fremitus paru kanan dan kiri dengan meletakkan kedua
telapak tangan pada punggung penderita dan meminta penderita untuk
mengucapkan kata atau kalimat yang menimbulkan penjalaran getaran
suara pada dinding toraks, seperti “sembilan puluh sembilan” (atas,
tengah, bawah)
11 Melakukan perkusi pada isthmus Kronig, untuk mengetahui apex
pulmonum. Perkusi dilakukan pada supraclavicula, dimulai dari sisi
lateral (pundak) ke medial sampai terdengar suara sonor (diberi tanda),
kemudian dari medial (leher) ke lateral sampai terdengar suara sonor
(diberi tanda). Isthmus Kronig adalah area yang berada di antara ke-2
tanda tersebut.
12 Melakukan perkusi secara sistematis dari atas ke bawah,
membandingkan kiri dan kanan
13 Melakukan perkusi untuk menentukan batas paru – jantung
14 Melakukan perkusi untuk menentukan batas paru – hepar
15 Melakukan perkusi untuk menentukan peranjakan paru
16 Melakukan auskultasi secara sistematis dari atas ke bawah, depan dan
belakang, membandingkan kanan dan kiri. Auskultasi dilakukan
masing-masing pada satu siklus pernafasan (inspirasi-ekspirasi).
17 Meminta pasien untuk duduk
18 Melakukan inspeksi dari sisi posterior, untuk melihat:
a. bentuktoraks
b. tumor
19 Melakukan palpasi, untuk menilai:
a. tumor, benjolan
b. rasa nyeri di tempat tertentu
c. fraktur iga
d. gerakan, excursion dinding dada
e. Emfisemasubkutis
20 Membandingkan fremitus paru kanan dan kiri dengan meletakkan kedua
telapak tangan pada punggung penderita dan meminta penderita untuk
mengucapkan kata atau kalimat yang menimbulkan penjalaran getaran
suara pada dinding toraks, seperti “sembilan puluh sembilan” (atas,
tengah, bawah)
21 Melakukan perkusi secara sistematis dari atas ke bawah,
membandingkan kiri dan kanan. Perkusi dilakukan di paravertebra, pada
sela iga yang tertutup os scapula.
22 Melakukan perkusi untuk menentukan batas paru – hepar
23 Melakukan perkusi untuk menentukan batas paru – ginjal
24 Melakukan auskultasi secara sistematis dari atas ke bawah, depan dan
belakang, membandingkan kanan dan kiri. Auskultasi dilakukan
masing-masing pada satu siklus pernafasan (inspirasi-ekspirasi).
25 Membereskan alat dan mencuci tangan
26 Mencatat hasil pemeriksaan dan menyampaikan hasil pemeriksaan
kepada pasien
Jumlah
NOTES
Pada anamnesis, jangan lupa F4 dan S7 ya
Pertama tanya keluhan utama, umumnya batuk/sesak napas
Jika batuk, Tanya sejak kapan. Kalau lebih dari 2 minggu yang lalu mengarah keTB
Jika sesak napas, Tanya saat sedang apa, tapi semuanya sesak napas sih. Kalau ada triggernya bisa ke
asma
Kalau ada riwayat trauma, bisa hemothoraks atau pneumothoraks
Kalau ada demam berarti ada peradangan
Beberapa kemungkinan kasus :
1. Asma : riwayat alergi, kejadian berulang, auskultasi wheezing
2. PPOK: sering ada riwayat merokok, inspeksi terlihat barrel chest, nocturnal dyspnea
3. TB : batuk lama, bisa sesak napas, perkusi bisa redup
4. Pneumothoraks : bisa riwayat trauma, perkusi hipersonor
5. Hemothoraks : riwayat trauma, perkusi redup
6. Bronkhitis : orthopnea, auskultasi vesikuler mengeras dan memanjang
7. Dll
Jika ada sianosis, clubbing finger, mengarah ke penyakit jantung
DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN RECTAL TOUCHER
Oleh: Layalia Azka Fatharani
*NB: yang di miringin itu catatan tambahan ya (baca2 modul juga yay)
Nilai
No
Aspek Yang Dinilai 0 1 2 3
(Catatan ini semata2 hanya ringkasan dan tambahan catatan, modul jangan lupa dibaca ya
guyz)
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik: Inspeksi – Palpasi - Perkusi
a. Pemeriksaan umum:
Keadaan umum
Kesan sakit
Kesadaran
Kesan status gizi
Obesitas berlebih
b. Tanda vital (disesuaikan dengan usia anak)
Tekanan darah-suhu-nadi-RR
c. Data Antropometri: BB dan TB
d. Pemeriksaan kulit
Buka baju yaa
Yang diperhatikan: warna kulit(enemis/tidak, ikterik, cyanosis), edema, tanda
perdarahan, dll.
e. Kepala
Yang dinilai, antara lain:
Ukuran: meso/mikro/makrocephal diukur pake midline ya
Rambut: apakah mudah lepas atau tidak
Fontanella:mayor dan minor (tergantung usia)
Ubun2: cembung/cekung/normal
Pada dehidrasi: ubun2 cekung
Benjolan
dll
f. kelenjar getah bening kepala
yang diraba: submaksila, retroaurikula, leher, bawah lidah, suboksipital. Bila
teraba interpretasi ukuran dan mobile atau tidak.
g. Pemeriksaan muka
Periksa apakah ada hipertelorisme, facies cholerica (mata cekung, wajah kering,
lesu), facies mongoloid, dll
(((jangan lupa pelajari tanda2 pada kelainan kromosom kaya sindrom down, dll ya
)))
h. Mata
Apakah konjungtiva anemis/tidak, sklera ikterik/tidak,mata cekung/tidak, periksa
air mata, discharge, edem, palpebra.
Amati juga ada konjungtivitis, tumor, strabismus, nistagmus, ptosis, eksoftalmus,
dll.
i. Hidung: nafas cuping hidung, discharge, epistaksis, deviasi septum
j. Mulut
Ada sianosis/tidak, lidah (kotor/tidak, tremor/tidak,
makroglosia/mikroglosia/normal), palatum terbelah/tidak
k. Tenggorokan
Pakai spatle tongue disenterin: faring, tonsil, uvula hiperemis ngga. Tonsil
membesar atau tidak. Pasien suruh “aaaa”
l. Leher
Simetris/tidak, pembesaran KGB atau tidak, JVP normal/tidak
m. Telinga: low set ear, discharge, kalo memungkinkan lakukan otoskopi juga
n. Pemeriksaan Thorax
o Pemeriksaan paru:
Inpeksi (bentuk, pengembangan, pernapasan, ada retraksi atau tidak)
Palpasi (pengembangan, fremitus, pernapasan)
Perkusi (batas paru-hepar)
Auskultasi (suara dasar, suara tambahan)
o Pemeriksaan jantung:
Inspeksi
Palpasi (ictus cordis)
Perkusi (batas jantung-paru)
Auskultasi(SI, SII, normal/meningkat/lemah, ada galop gak)
o. Pemeriksaan KGB pada aksila. Teraba/tidak, jika ya bagaimana ukuran,
mobile/tidak
p. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi: bentuk
Auskultasi: suara peristaltik/bising usus meningkat/tidak
Perkusi: timpani/hipertimpani/hipotimpani
Palpasi: ada massa?nyeri tekan? Perabaan hepar dan lien
Pemeriksaan hepar
Pemeriksaan lien
Pemeriksaan ginjal
q. Pemeriksaan KGB inguinal
r. Pemerksaan genitalia
s. Pemeriksaan ekstrimitas
t. Pemeriksaan anus
Misal ada kasus gini...
1. Diare(dehidrasi)
a. Kesadaran umum:lemah
b. Kesadaran: sudah tidak komposmentis apatis somnolen
c. Kesan status gizi:obes berlebih
d. Tanda vital: TD ↓, RR↑, nadi ↓, suhu ↑
e. Kulit: warna anemis
f. Kepala: ubun2 cekung
g. KGB leher: normal
h. Wajah: facies cholerica
i. Mata:cekung, air mata kering, mata sayu, tidak ada discharge
j. Px hidung: normal
k. Mulut: sianosis, kering, lidah kering,mucosa buccal kering, tidak ada tanda2
infeksi
l. Telinga: normal
m. Leher: JVP normal
n. Thorax:
- Paru: normal
Tp kalo diare sampai menyebabkan asidosis kussmaul
Takipneu, pengembangan dada normal
Cheyne stoke (ada fase apneu, nafas tidak teratur, terutama pada bayi)
Palpasi: vocal fremitus sama
Perkusi: normal
Auskultasi: normal
- Jantung: normal
o. KGB aksila: normal
p. Abdomen
Inspeksi: cekung
Auskultasi:bising usus meningkat
Perkusi: hipertimpani
Palpasi: nyeri tekan
Ginjal, hepar, ginjal normal
q. Genitalia normal
r. Ekstrimitas: akral dingin, refill lambat, tremor
2. Batuk, pilek, demam
a. KU: tampak sakit
b. Status gizi:cukup
c. Tanda vital: RR↑, nadi ↑, suhu↑, TD normal
d. Kulit: kemerahan (demam), sianosis(asma)
e. Kepala:normal pada dewasa; anak 18bulan ubun2 cembung
f. KGB leher: membesar
g. Wajah: normal/nyeri sinus
h. Mata: hiperemis, sklera normal, mata normal (berair), palpebra normal
i. Hidung: discharge, napas cuping hidung
j. Mulut: bibir kering
k. Tenggorok: faring hiperemis faringitis, tonsil bisa membesar/tidak,uvula
hiperemis
l. Leher: JVP normal
m. Thorax:
1) Paru:
Takipneu, pengembangan dada tidak normal, ada retraksi
Vocal fremitus normal
Perkusi: normal
Auskultasi: suara tambahan
2) Jantung: normal
n. KGB inguinal normal
o. Ekstrimitas: akral panas, bisaada sianosis
3. Hepatitis
a. KU:pasif
b. Kesadaran: komposmentis
c. Kesan sakit ada
d. Tanda vital:TD, RR, nadi, suhu dbn
e. Antropometri normal
f. Mata: sklera ikterik
g. Kepala: normal
h. KGB wajah dan leher normal
i. Hidung,mulut, tengorok, leher, thoraks, paru,jantung, KGB axillanormal
j. Abdomen:cembung, spide navy, venektasi kalo ada hepatitis kronis
k. Perkusi: pekak, timpani
l. Hepar: Pembesaran hepar dilihat tepi (tegas/rata, lunak/lembut), nyeritekan
m. Limpa, ginjal, genitalia, KGB inguinal normal
n. Ekstrimitas normal
4. ISK
a. Keadaan umum normal
b. Suhu meningkat
c. Abdomen: nyeri kanan bawah, suprapubik nyeri
d. Ginjal; bisa membesar
e. ada nyeri ketok kostovertebrae
f. KGB inguinal besar
g. Akral hangat
PEMERIKSAAN FISIK NEONATUS
Oleh: Rosalia Kusuma Dewi
Inspeksi kepala: caput succedaneum (edema kulit kepala anak yang terjadi karena
tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak), hematoma (kumpulan darah tidak normal di
luar pembuluh darah), anenchepali (sebagian besar tulang tengkorak dan otak bayi tidak
terbentuk)
Mengukur lingkar kepala dan menyimpulkan hasil pengukuran (mikrosefal, mesosefal,
atau makrosefal).
Keterangan: Paramater yang sering dipakai oleh seorang klinisi untuk menentukan batas
normal ukuran lingkar kepala dengan memakai skala Nellhaus. Ukuran lingkar kepala
normal sekitar 30 sampai 37 cm. Pertumbuhan lingkar kepala akan bertambah 2 cm
setiap bulan pada usia 0-3 bulan. Pada usia 4-6 bulan akan bertambah 1 cm per bulan,
dan pada usia 6-12 bulan pertambahannya 0,5 cm per bulan. Sampai usia 5 tahun
biasanya sekitar 50 cm. Usia 5-12 tahun hanya naik sampai 52-53 cm setelah usia 12
tahun akan menetap tidak akan membesar lagi.
Mengecek penutupan ubun-ubun: menutup atau belum, cembung/ cekung
9. Pemeriksaan Mata
Identifikasi: conjungtiva anemis, sklera ikterik, mata cekung, air mata, discharge,
edema, abnormalitas palpebrae.
10. Pemeriksaan Hidung
Identifikasi: nafas cuping hidung, discharge
11. Pemeriksaan Mulut
Identifikasi: bibir sianosis, basah/kering, dan mukosa bucal menggunakan tongue
spatel
12. Pemeriksaan Telinga
Identifikasi: low set ear, discharge, tulang rawan sempurna
13. Pemeriksaan Leher
Identifikasi: pembesaran limfa nodi (ln. cervicalis anterior, ln. Cervicalis posterior,
ln. Supraclavicula, ln.infraclavicula)
14. Pemeriksaan Thoraks
Pemeriksaan Pulmo
1. Inspeksi: pengembangan dinding dada, retraksi, maturitas payudara (lihat tabel
physical maturity di bawah bagian breast)
2. Perkusi: sonor/redup/pekak pada semua lapang paru
3. Palpasi: vremitus (pemeriksaan untuk mengetahui getaran suara dari saluran
nafas. dilakukan dengan cara palpasi taktil disuruh bilang sembilan puluh sembilan
atau yg lain, rasakan perambatan suaranya)
4. Auskultasi: air entry (masuknya udara) , suara dasar paru (normalnya vesikuler),
suara tambahan paru (wheezing, ronchy), dan grunting
Pemeriksaan Jantung
1. Inspeksi: letak ictus cordis (SIC 5 linea midclavicularis kiri)
2. Perkusi: deskripsikan batas jantung (normalnya batas kanan atas jantung di sic 2
linea parastrenal dekstra, batas kiri atas di sic 2 linea parasternal dektra, batas
kanan bawah di sic 4 linea parasternal sinistra, batas kiri bawah di sic 5 linea
midclavicularis sinistra)
3. Palpasi: deskripsikan ictus cordis (kuat angkat/ tidak)
4. Auskulasi: S1>S2, tidak terdengar S3 dan murmur
NO KETERANGAN SCORE
0 1 2
1 Persiapan alat
2 Cek kaliberasi sebutin aja
3 Persiapan penderita
4 Oleskan jelly pada tempat pemasangan elektroda
5 Pasang elektrode pada kulit extremitas
6 Pasang elektrode precordial*
7 Lakukan perekaman di semua lead
8 Menulis identitas penderita, waktu perekaman pada elektrokardiogram
9 Memberikan tanda pemisah pada tiap lead
Tulis juga nama, usia, jenis kelamin, jam, tanggal.
10 Lepaskan eletroda, rapikan peralatan.
11 Menentukan Ritme
N: 60-100x/menit
> 100x/menit : Takikardi
< 60x/menit : Bradikardi
Aritmia: berubah-rubah tiap detik
12 Menentukan Rate
Itung jarak R-R 1500/jmlh kotak kecil atau 300/jmlh kotak besar
13 Menentukan gelombang P
Itung jarak awal P sampai P lagi n: 1-3 kotak kecil
14 Menentukan QRS Aksis
Liat di lead I dan AvF, bila dua-duanya positif berarti aksis normal
I AvF Aksis
+ + Normal
+ - Left Axis Deviation (LAD)
- + Right Axis Deviation (RAD)
- - Extreme Right Axis Deviation
15 Menentukan gelombang QRS
Liat di lead II dari titik rendah
Tinggi: 5-20 kotak kecil
Durasi: 1,5-3 kotak kecil
16 Menentukan QT interval
Durasi: ≤ 10 kotak kecil
17 Apakah ada atau tidak gelombang U
LAD bisa menjurus ke LVH (tidak selalu), RAD bisa menjurus ke RVH (tidak selalu), bisa
juga kelainan posisi anatomis missal dextro cardio, situs inversus
Untuk diagnosis LVH/RVH ada syarat gelombang lainnya, di materi ada kayaknya
ST segmen, kalau elevasi udah itu mah STEMI
DAFTAR TILIK PROSEDUR RESUSITASI JANTUNG PARU
Oleh: Dian Ayu Febrianti
SKOR
NO ASPEK KETRAMPILAN
0 1 2
Menilai kesadaran, pola nafas, dan nadi secara bersamaan dengan cara
memanggil nama atau panggilan (“Pak!, bu!, mas!, mbak! dll”), pukul
1 dengan keras dan atau rangsang nyeri (cubit di dada, pipi, kuping, tangan atau
daerah lainnya yg sensitive nyeri untuk dicubit), raba nadi arteri karotis, lihat
pergerakan dinding dada secara bersamaan. Dilakukan <10 detik.
Jika tidak merespon, tidak bernafas/tidak adekuat dan atau nadi tidak teraba
2 segera panggil bantuan (paramedis, orang disekitar kejadian untuk mencari
bantuan yang lebih ahli).
Bila tidak teraba pulsasi memposisikan diri berlutut sejajar di samping
kanan atau kiri pasien. Persiapkan posisi pasien tidur terlentang, horizontal
pada permukaan yang keras.
Bila teraba pulsasi tetapi pernapasan tidak normal berikan bantuan
pernapasan 1 napas setiap 5-6 detik atau 12 napas/menit dengan
sebelumnya membuka airway dan membersihkan jalan napas. Cek pulsasi
setiap 2 menit. Jika tidak ada pulsasi lakukan RJP.
3 Jgn lupa cek dulu mulutnya sblm kasih bantuan pernapasan. Apakah ada yg
menghambat seperti kotoran darah atau lainnya. Bersihkan terlebih dahulu
dan posisikan dengan tepat sesuai kondisi pasien.
a. head tilt-chin lift maneuver
dilakukan jika tidak ada trauma leher. 1 tangan penolong dorong dahi
kebawah supaya kepala tengadah, tangan lain dorong dagu hati-hati
tengadah, shg hidung menghadap keatas dan epiglottis terbuka, sniffing
position, posisi cium, posisi hirup.
b. Jaw-thrust maneuver
dilakukan jika curiga ada cedera cervical. bertujuan memindahkan
lidah ke anterior dengan menggerakkan rahang. Rahang bawah diangkat
didorong kedepan pada sendinya tanpa menggerakkan kepala-leher.
Karena lidah melekat pada rahang bawah, maka lidah ikut tertarik dan
jalan napas terbuka.
12
SKOR TOTAL ……
PENILAIAN TES (BRODIE) TRENDELENBURG
Oleh: Timotius Pratama, Fardan Chaisar
NO ASPEK YANG DINILAI Keterangan
1. Mahasiswa mengucapkan salam dan mempersilakan pasien duduk
2. Mahasiswa memperkenalkan diri
3. Mahasiswa melakukan anamnesis
Tanyakan sesuai kasus, pada kasus ini tanyakan apakah pasien memiliki
pelebaran pembuluh darah di kaki (“pak/bu, apakah di kaki ada pembesaran
pembuluh darah?”)
4. Mahasiswa menjelaskan tujuandanprosedurpemeriksaanpadapasien
Tujuan: Untuk mengetahui kemampuan katup vena (saphena magna dan
vena komunikans tungkai)
Prosedur: bilang aja dijelaskan saat pemeriksaan berlangsung
5. Mahasiswa mempersilahkan pasien untuk bertanya
6. Meminta persetujuan pasien
7. Melakukan persiapan alat dengan benar
Alatnya: Torniquet
8. Melakukan persiapan pasien (meminta pasien melepas celana luar dan
mempersilakan pasien untuk berbaring di tempat tidur)
Dipaksa aja buat lepas celana coba 2-3x (Bilang aja “Maaf ini sudah
prosedur pemeriksaan”), daripada kejadian PF paru sama dr mimil terulang
pasien yg ga buka baju malah ga lulus. Tapi kalau emang pasiennya ga mau
tanyain dosennya, bagaimana dok, probandusnya ga mau buka celana tapi
kan harusnya dibuka
9. Mahasiswa mencuci tangan secara WHO
Telapak tangan, punggung tangan, sela sela jari, buku-buku jari, kuku, ibu
jari, pergelangan tangan
10. Mengangkat tungkai yang diperiksa 45-90°
11. Mengurut vena dari arah tungkai bawah ke arah paha
12. Memasang ikatanTorniquet dengan benar
13. Meminta pasien berdiri tegak
14. Mengamati pengisian vena perifer tungkai
15. Setelah pasien berdiri selama 20 detik, lepaskan ikatan tourniquet
16. Mengamati kembali pengisian vena perifer tungkai
17. Mahasiswa melakukan interpretasi hasil
Inkompetensi katub vena komunikans terjadi apabila hasil
pemeriksaan positif-negatif, yaitu terjadi pengisian cepat vena perifer
saat vena saphena terbendung. Darah dari vena profunda kembali ke
superfisial (retrograde) melewati katub vena komunikan yang
inkompeten.
Inkompetensi katub vena saphena terjadi apabila hasil
pemeriksaan negatif - positif, yaitu terjadi pengisian lambat vena
perifer saat vena saphena terbendung. Ketika torniquet dilepaskan,
Darah dari vena femoralis kembali ke vena saphena (retrograde)
melewati katub vena saphena yang inkompeten.
1 Anamnesis
Tanyakan ini:
1. Berusia > 50 tahun, atau lebih muda ada diabetes melitus atau faktor aterosklerosis
(merokok, dislipidemia, hupertensi, hiperhomosisteinemia)
2. Gejala kaki berupa nyeri iskemik saat aktifitas atau istirahat
3. Denyut di ektremitas bawah yang abnormal
4. Adanya arteriosklerosis koroner/ karotis atau penyakit arteri ginjal
Menerangkan pada pasien tujuan dan prosedur
Tujuan: Mengetahui apakah aliran darah di pembuluh darah tepi lancar
Prosedur: Nanti akan diukur tekanan darah pada lengan dan pada tungkai
2 Melakukan persiapan alat dan pasien dengan benar dan mencuci tangan
Alat: Sfigmomanometer, stetoskop
3 Memasang ikatan sfigmomanometer di lengan atas dengan benar
4 Memberikan gel di sekitar arteri brakialis
Kalo ada gelnya kasih aja, kalo ga ada ga usah
5 Memompa sfigmomanometer hingga20 mmHg diatas tekanan
sistolik/ setelah suara hilang dengan benar
Intinya kaya nensi biasa aja
6 Menurunkan tekanan sfigmomanometer secara perlahan
7 Menentukan tekanan darah sistolik arteri brakialis
8 Melakukan pengukuran ini dua kali dan menentukan reratanya
Narasiin aja, ceritanya kamu dah lakuin 2x (Pasien banyak coy)
9 Melepaskan ikatan sfigmomanometer
10 Melakukan pemeriksaan ini pada sisi kontra lateralPenting, lakuin ya
11 Memasang ikatan sfigmomanometer di pergelangan kaki dengan benar
12 Memberikan berikan gel di sekitar arteri dorsalis pedis dan tibialis posterior
Kalau ada kasih, kalau ga ada ga usah
13 Memompa sfigmomanometer hingga 20 mmHg diatas tekanan
sistolik / setelah suara hilang dengan benar
Ini carinya pake palpasi, tunggu sampe denyutnya ilang berarti itu tekanan sistoliknya
14 Menurunkantekanan sfigmomanometer secara perlahan
15 Menentukan tekanan darah sistolik arteri dorsalis pedis
16 Melakukan pengukuran ini dua kali dan menentukan reratanya
Narasiin aja
17 Melakukan pengukuran ini pada arteri dorsalis pedis sebanyak 2 kali dan tentukan
reratanya
Narasiin aja
18 Melepaskan ikatan sfigmomanometer
19 Melakukan pemeriksaan ini pada sisi kontra lateral Penting
20 Membereskan peralatan dan mencuci tangan
21 Menginterpretasikan hasil tes ABI
Rerata tertinggi tekanan darah kaki kanan (Dorsalis pedis atau
ABI kanan = Tibialis posterior)
Rerata tekanan darah lengan tertinggi ( kanan atau kiri )
Rerata tertinggi tekanan darah kaki kiri (Dorsalis pedis atau Tibialis
ABI kiri = posterior)
Rerata tekanan darah lengan tertinggi ( kanan atau kiri )
InterpretasiAnkle–Brachial Index
>0.90 (rentang 0.90 - 1.30) = Aliran darah ke ekstremitas inferior normal
0.6- 0.89 = penyakit arteri perifer ringan
0.4- 0.59 = penyakit arteri perifer sedang
<0.39 = penyakit arteri perifer berat
Skor Total
0 1 2 3
Contoh Soal
1. LK BB 60kg kehilangan darah 300ml. dikasih apa?
Itung kebutuhan dulu. Kebutuhan 60kg x 70ml/kgBB = 4200ml
Kehilangan darah 300ml itu <10 % dari 4200ml
Jadi <10% pakenya RL 3x dikali kehilangannya 300ml
Berarti kebutuhannya RL 900ml
0 1 2 3
33 Mencuci tangan
34 Dokumentasi
PENILAIAN INJEKSI INTRAVENA MELALUI INFUS
Nilai
No. Aspek yang dinilai
0 1 2 3
7.
15. Dokumentasi