Anda di halaman 1dari 29

ANEMIA PADA

KECACINGAN
INDIRA PUTRI FIANA DEWI
20194010146
HOMEBASE RSUD TEMANGGUNG
LAPORAN KASUS

• Nama : An. M
• Umur : 5 tahun
• Jenis kelamin : laki - laki
ALLO-ANAMNESIS

Keluhan Utama :
Badan tampak pucat sejak ±2 minggu SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang :


2 minggu SMRS sakit ibu pasien mengeluh tubuh pasien tampak pucat, kemudian disertai pusing
dan lemas. Keluhan mual, muntah dan perdarahan disangkal. 1 minggu SMRS nafsu makan
pasien berkurang. Ibu pasien juga mengatakan bahwa pasien tampak malas untuk bermain.
Pasien hanya diam dan duduk saja sambil memperhatikan temannya bermain, Ibu pasien juga
mengaku jika pasien tidak pernah menggunakan sandal dan jarang untuk cuci tangan sebelum
makan dan minum. 4 hari SMRS anak tersebut mengalami demam pada malam hari dan suhu
diukur mencapai 38,5oC, demam naik turun disertai batuk tidak berdahak dan pilek. BAK dan
BAB dalam batas normal
ALLO-ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Dahulu :
1. Pernah terdiagnosis Anemia disangkal
2. Kontak dengan penderita cacingan disangkal
3. Alergi obat dan susu formula disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :


4. Riwayat terdiagnosis Anemia pada keluarga disangkal,
5. Riwayat kontak dengan penderita cacingan pada keluarga disangkal

Riwayat Sosial dan Lingkungan :


Pasien tinggal di lingkungan yang padat penduduk, kebersihan dalam rumah cukup di perhatikan
namun pasien sering bermain ke luar rumah tanpa menggunakan sandal dan jarang mencuci
tangan sebelum makan dan minum
PEMERIKSAAN FISIK

• Keadaan umum : tampak lemah


• Kesadaran : compos mentis
• Nadi : 104 kali/menit
• Pernafasan : 28 kali/menit
• Suhu : 37,90 C
• Berat badan : 10 kg
Kulit
•Warna sawo matang, turgor kembali cepat, sianosis (-), scar (-), pucat pada telapak tangan dan kaki (+), pertumbuhan
rambut normal.

PKGB
•Tidak ada pembesaran KGB pada daerah aksila, leher, inguinal dan submandibula serta tidak ada nyeri penekanan.

Kepala
•Bentuk oval, simetris, warna rambut hitam.

Mata
•Eksoftalmus dan endoftalmus (-), edema palpebra (-), konjungtiva pucat (+/+), sklera ikterik (-), pupil isokor, reflek
cahaya normal, pergerakan mata ke segala arah baik.
 
Hidung
•Bagian luar tidak ada kelainan, septum dan tulang-tulang dalam perabaan baik, tidak ditemukan penyumbatan maupun
perdarahan, pernapasan cuping hidung(-)
Telinga
• nyeri tekan processus mastoideus (-), pendengaran baik.

Mulut
• Tonsil tidak ada pembesaran, pucat pada lidah (-), atrofi papil (-), gusi berdarah (-),
stomatitis (-), bau pernapasan khas (-), faring hiperemis (+).
 
Leher
• Pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, kaku kuduk (-).
 
Dada
• Bentuk dada simetris, nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-)
Paru-paru • Extremitas atas
I : Simetris kanan dan kiri, Eutoni, eutrophi, gerakan bebas, kekuatan
+5, nyeri sendi (-), edema (-), jaringan parut
P : Stemfremitus kanan = kiri (-), pigmentasi normal, acral hangat, jari
P : Sonor pada kedua lapangan paru tabuh (-), turgor kembali cepat, clubbing
finger (-). Anemis palmaris (+/+), CRT
A: Suara nafas Vesikuler (+/+) whz (-/-) Rh (-/-)
<2dtk.

Jantung
• Extremitas bawah
• Bunyi jantung 1 & 2 Regular, murmur (-) gallop (-) Eutoni, eutrophi, gerakan bebas, kekuatan
+5, nyeri sendi (-), edema pretibial(-/-),
jaringan parut (-), pigmentasi normal,
Perut
clubbing finger (-), turgor kembali cepat.
• I : Datar dan tidak ada pembesaran, venektasi (-) Arteri dorsalis pedis teraba lancar.
• P : Supel ,nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba, turgor kulit normal.
• P : timpani
• A: bising usus (+) normal
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium di IGD


Pemeriksaan Hasil

Hb 6 gr/dL
HT 19%
Leukosit 7500/mm3
LED 52 mm/jam
Trombosit 328.000
GDS 95
Albumin 2,8 mg/dL
DIAGNOSIS

• Diagnosis Kerja :
• Anemia e.c Kecacingan

• Diagnosis Banding :
• Anemia e.c defisiensi Asam Folat
PENATALAKSANAAN

•Istirahat
•Paracetamol syr 4 x 1 cth
•Apialys syr 1x1 cth
•Rencana tranfusi PRC 210cc habis dalam 3 jam 

RENCANA PEMERIKSAAN DAN TINDAKAN


•Pemeriksaan mikroskopik Feces
•Pemeriksaan Lab darah lengkap kembali
PENDAHULUAN

Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah eritrosit atau


hemoglobin (protein pembawa O2) dari nilai normal dalam darah

Pada anak hampir sebagian kasus penyebab terjadinya anemia akibat


dari infeksi parasit, contohnya infeksi cacing pada usus

Infeksi yang di sebabkan oleh cacing merupakan infeksi parasit yang kosmopolit
yaitu tersebar di seluruh dunia,
Pada umumnya lebih banyak ditemukan pada anak-anak berusia 5–10 tahun
ANEMIA

Anemia merupakan keadaan di mana masa


eritrosit dan masa hemoglobin yang
beredar tidak memenuhi fungsinya untuk
menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh

Definisi

Anemia dapat mengganggu


perkembangan dan
pertumbuhan pada anak
KLASIFIKASI
Anemia dapat diklasifikasikan berdasarkan umur dan jenis kelamin dengan melihat jumlah hemoglobin,
hematokrit, dan ukuran eritrosit. Selain itu dengan dasar ukuran eritrosit (mean corpuscular volume/MCV )
dan kemudian dibagi lebih dalam berdasarkan morfologi eritrositnya. Klasifikasi jenis ini, anemia dibagi
menjadi anemia mikrositik, normositik dan makrositik.
Anemia berdasarkan ukuran eritrosit :
ANEMIA

Anak tampak anemis terutama pada


konjungtiva, telapak tangan, dan kuku

Napas cepat atau terengah-engah


Gejala
Jantung sering berdebar-debar

Anak mudah lelah


ANEMIA

gangguan produksi eritrosit yaitu kecepatan


pembentukan eritrosit menurun
Penyebab

terjadi gangguan maturasi eritrosit dan perusakan


eritrosit yang lebih cepat
TATALAKSANA

• Jenis-jenis terapi yang dapat diberikan adalah:


• Terapi gawat darurat
• Pasien perdarahan hebat diberikan PRC
• Terapi khas untuk masing-masing anemia
• Contoh pasien defisien FE di berikan preparat besi
KECACINGAN

Infeksi cacing => penyakit yang


ditularkan melalui makanan dan cacingan bisa menimbulkan
Cacingan banyak terdapat
minuman atau melalui kulit gangguan gizi serta anemia
dimana tanah sebagai media pada anak usia sekolah dasar
defisiensi zat besi
penularannya
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Keadaan Tanah dan Sosial Ekonomi


Iklim Tropis

Personal Hygiene
Kepadatan Penduduk
(Lingkungan)
SPESIES CACING

Cacing Tambang Cacing Kremi

Cacing Gelang
CACING TAMBANG

Cacing tambang dalam bentuk larva dan dewasa dapat hidup


dalam usus halus manusia dan dapat menyerang binatang
peliharaan, termasuk kucing dan anjing. Umumnya 
infeksi cacing tambang terjadi karena bersentuhan dengan
tanah di lingkungan hangat dan lembap yang di dalamnya
terdapat telur atau cacing tambang.Cacing tambang dewasa
dengan panjang sekitar 5-13 milimeter dapat menembus
kulit, misalnya melalui telapak kaki yang tidak menggunakan
alas, kemudian masuk ke sirkulasi darah dan ikut terbawa ke
dalam paru-paru dan tenggorokan. Jika tertelan, maka cacing
akan memasuki usus. Infeksi cacing tambang masih umum
terjadi di daerah iklim tropis dan lembap dengan sanitasi
lingkungan yang buruk, termasuk Indonesia
CACING KREMI
Cacing Kremi adalah berwarna putih dan halus,
dengan panjang sekitar 5-13 milimeter. Infeksi
cacing kremi paling banyak dialami oleh anak-
anak usia sekolah.Infeksi cacing kremi umumnya
disebabkan oleh menelan telur cacing kremi
yang sangat kecil secara tidak sengaja. Telur
cacing ini sangat mudah menyebar. Bisa melalui
makanan, minuman atau jari yang
terkontaminasi. Telur cacing kemudian masuk ke
usus dan berkembang menjadi cacing dewasa
dalam beberapa minggu. Jika telur cacing
mencapai anus dan digaruk, maka telur cacing
dapat berpindah ke jari, lalu menyentuh
permukaan benda atau orang lain.
CACING GELANG

Cacing ini berukuran cukup besar, dengan


panjang sekitar 10 -35 cm. Cacing gelang
 dapat masuk ke dalam tubuh manusia
melalui tanah yang telah terkontaminasi telur
cacing. Ketika masuk ke dalam tubuh, telur
akan menetas di usus, kemudian menyebar
melalui pembuluh darah atau saluran getah
bening ke organ tubuh lain seperti paru-paru
atau empedu.
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI

Telur yang dikeluarkan dari usus keluar bersama tinja, di lingkungan embrio dalam
telur berubah menjadi larva yang infektif. Apabila manusia memakan telur yang
infektif, larva akan keluar di duodenum dan menembus dinding usus halus menuju
vena mesenterika, masuk ke sirkulasi portal => jantung kanan => paru ke jaringan
alveolar => bermigrasi ke saluran nafas atas hingga tertelan turun ke esophagus
menjadi cacing dewasa diusus. Siklus hidup 2-3 bulan. Umur cacing 1 tahun. Cacing
memakan produk pencernaan dari penjamu => defisiensi zat gizi
PATOFISIOLOGI

Infeksi ringan cacing ini ditandai dengan sedikit gejala atau tanpa gejala sama sekali. Pada infeksi
yang berat, kelainan patologi yang terjadi disebabkan oleh tiga fase sebagai berikut :
1. Fase cutaneus, yaitu cutaneus larva migrans, berupa efek larva yang menembus kulit,
menyebabkan dermatitis yaitu Ground itch. Timbul rasa nyeri dan gatal pada tempat penetrasi
2. Fase pulmonary, berupa efek yang disebabkan oleh migrasi larva dari pembuluh darah kapiler ke
alveolus. Larva ini menyebabkan batuk kering dan asma yang disertai dengan wheezing serta
demam.
3. Fase intestinal, berupa efek yang disebabkan oleh perlekatan cacing dewasa pada mukosa usus
halus dan pengisapan darah. Cacing ini dapat mengiritasi usus halus menyebabkan mual,
muntah, nyeri perut, diare, dan feses yang berdarah serta berlendir. Anemia defisiensi besi
dijumpai pada infeksi cacing tambang kronis akibat kehilangan darah. Jumlah darah yang hilang
per hari per satu ekor cacing adalah 0,03 ml pada infeksi N. americanus dan 0,15 ml pada infeksi
A. duodenale. Pada anak, infeksi cacing ini dapat menganggu pertumbuhan fisik dan mental.
TATALAKSANA

Pengobatan penderita yang terinfeksi cacing dilakukan :


1. Terapi spesifik, yaitu :
memberantas cacing penyebabnya dengan
antihelminthic: mebendazole, Oksantel-pirantel, dan Albendazol
2. Supportive
Pada penderita dengan keadaan gizi yang buruk juga perlu ditambah obat-obatan
untuk memulihkan keadaan umumnya seperti preparat Fe, diet yang baik, dan
vitamin
• Komplikasi :
• Sumbatan di usus terjadi ketika sekumpulan cacing dewasa memblok
usus dan menyebabkan nyeri hebat dan muntah. Sumbatan di usus
dianggap sebagai kegawatan medis dan membutuhkan terapi cepat.
• Sumbatan di ductus terjadi ketika cacing memblok aliran di hepar
atau pancreas.

• Prognosis :
• Pada kasus ini baik apabila terapi antihelmintik dan terapi zat besi
diberikan secara tepat. Selain itu, perbaikan anemia dan malnutrisi
yang adekuat juga mendukung pada perbaikan infeksi cacing ini.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai