Anda di halaman 1dari 9

JOURNAL READING

THE VALUE OF FORAMEN MAGNUM DIAMETERS FOR GENDER


IDENTIFICATION AMONG IRANIAN POPULATION

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan


Klinik Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh
Indira Putri FD
201940100146

Pembimbing
dr. Dirwan Suryo Sularto, Sp.F, M.Sc
dr. Mardhatillah Marsa, M.Sc, Sp.F

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2021
ABSTRAK
Latar Belakang: Dengan menilai ukuran foramen magnum, maka dimungkinkan
untuk membedakan dua jenis kelamin, serta ketergantungan antargenerasi dari
individu yang terdampak. Penelitian ini bertujuan untuk menilai diameter foramen
magnum untuk identifikasi jenis kelamin pada populasi Iran.
Metode: Studi cross-sectional analitik komparatif ini dilakukan pada 200 orang
mayat Iran (100 pria dan 100 wanita) yang dikirim ke Balai Otopsi Kahrizak di
Teheran pada tahun 2017-2018. Dalam setiap kasus, foramen magnum diobservasi
dan diukur dalam diameter anterior-posterior dan diameter transversal menggunakan
jangka sorong terkalibrasi.
Hasil: Rata-rata ± SD diameter anterior-posterior foramen magnum pada pria dan
wanita adalah 35,59 ± 0,49 mm dan 33,90 ± 1,07 mm, yang secara signifikan lebih
tinggi pada pria (P <0,001). Demikian pula, mean ± SD diameter transversal dari
foramen magnum pada laki-laki dan perempuan adalah 29,49 ± 0,56 mm dan 28,5 ±
0,50 mm, yang secara signifikan lebih tinggi pada pria (P <0,001). Berdasarkan
analisis area di bawah kurva Receiver Operating Characteristic (ROC), diameter
anterior-posterior dan transversal dari foramen magnum memiliki nilai yang tinggi
dalam diferensiasi jenis kelamin laki-laki dan perempuan (masing-masing AUC =
0,953 dan 0,896, P <0,001). Rata-rata ± SD indeks foramen magnum pada pria dan
wanita adalah 84.15 ± 3.02 dan 82.87 ± 1.95, yang memiliki perbedaan signifikan
antara kedua jenis kelamin.
Kesimpulan: Diameter anterior-posterior dan transversal dari foramen magnum
pada pria Iran lebih besar daripada wanita Iran, diameter ini dapat digunakan untuk
membedakan antara dua jenis kelamin dalam bidang hukum yang tepat.

PENDAHULUAN
Salah satu persyaratan penting pemeriksaan jenazah dalam ilmu forensik adalah
mengenali identitas dan identifikasi menggunakan kerangka manusia adalah salah
satu cara keterampilan rekam medis [1]. Penentuan jenis kelamin adalah salah satu
masalah terpenting dalam identifikasi. Jika semua kerangka individu tersedia,
penentuan jenis kelamin tidak menjadi masalah dan penentuan jenis kelamin dapat
tercapai 100% dengan kerangka yang lengkap [1]. Namun, terkadang hanya ada sisa-
sisa kerangka manusia atau fragmen kerangka yang runtuh, misalnya pada kecelakaan
udara, bencana alam, kebakaran, atau mutilasi, di mana penentuan jenis

1
kelamin tidak mudah [2]. Ilmuwan di bidang ini selalu mencari cara untuk mengatasi
masalah ini dan menemukan tanda otentikasi dalam kasus-kasus ini. Sebagai solusi
dalam kasus ini, ahli dalam bidang ini mencoba menggunakan fitur biologis kerangka
manusia untuk menentukan jenis kelamin [3].
Tengkorak adalah bagian kerangka yang paling mudah untuk penentuan jenis
kelamin [1]. Kerangka manusia mungkin masih tersisa selama berabad-abad dan salah
satu bagian yang paling kuat di kerangka manusia adalah foramen magnum pada basis
cranii. Foramen magnum adalah foramen terbesar pada basis cranii, yang menurut
penelitian menunjukkan bahwa parameter foramen ini berguna dalam menentukan
jenis kelamin [4]. Foramen ini adalah tanda pada basis cranii yang berguna dan
bentuk intuitifnya dapat berguna dalam mengidentifikasi ras dan identitas [5].
Selain pentingnya memahami anatomi foramen magnum dan variasinya pada
tatalaksana berbagai jenis penyakit, bisa jadi sangat penting untuk mengevaluasi
variasinya pada jenis kelamin [6, 7]. Oleh karena itu, diameter foramen magnum
digunakan dalam metode forensik dan antropologis untuk menentukan jenis kelamin
embrio manusia [8-10]. Perlu dicatat bahwa area foramen magnum seluruhnya
tertutup oleh jaringan lunak. Oleh karena itu, pada area foramen magnum seharusnya
dievaluasi terlebih dahulu perubahan jaringan lunaknya. Secara total, analisis
morfometrik foramen memiliki nilai diagnostik yang tinggi dan berguna dalam kasus
cedera traumatis, kecelakaan, dan kebakaran. Bahkan, adanya perubahan besar dalam
diameter pada cedera, terkadang memungkinkan untuk mendeteksi jenis kelamin
jenazah hanya melalui beberapa indikator, seperti mengevaluasi besarnya foramen
magnum [11, 12]. Dalam beberapa penelitian, diameter foramen magnum memiliki
telah digunakan untuk mengidentifikasi jenis kelamin pada mayat [13, 14].
Telah ditentukan bahwa diameter anterior-posterior dan transversal dari foramen
magnum, secara umum, lebih tinggi pada pria daripada wanita [15, 16]. Pada
beberapa kasus, perbedaan struktural dalam foramen magnum pada ras yang berbeda
juga telah ditunjukkan [17]. Juga, hubungan diameter foramen magnum pada
seseorang dengan antargenerasinya juga ditampilkan [18]. Oleh karena itu, dengan
menilai ukuran foramen, memungkinkan untuk membedakan antara dua jenis kelamin,
ketergantungan antargenerasi dari individu yang terkena dampak. Penelitian ini
bertujuan untuk menilai diameter foramen magnum untuk identifikasi jenis kelamin
pada populasi Iran.
MATERIAL DAN METODE
Penelitian analitik komparatif cross-sectional ini dilakukan pada 200 mayat Iran
(100 pria dan 100 perempuan) yang dikirim ke Balai Otopsi Kahrizak di Teheran pada
tahun 2017-2018. Subjek berusia dalam rentang 20-60 tahun dan menggunakan
simple consecutive sampling. Mayat yang menjalani eksplorasi forensik karena
kematian yang tidak wajar dimasukkan dalam penelitian dan tidak ada yang dibedah
untuk tujuan penelitian ini. Mayat dengan trauma tulang di tengkorak dieksklusikan.
Dalam setiap kasus, foramen magnum diobservasi dan diukur diameter
longitudinal anterior-posterior dan transversal menggunakan jangka sorong
terkalibrasi. Indeks foramen magnum dan luasnya diukur berdasarkan rumus spesifik.
Bentuk dari foramen magnum ditentukan berdasarkan pola yang ditentukan dari daftar
periksa eksterior yaitu bulat, oval, segilima, segienam, dan tidak beraturan dengan
pengamatan yang tepat.
Diameter longitudinal foramen magnum diukur sebagai jarak maksimum
antartitik anterior dan posterior foramen magnum dengan coulis digital. Diameter
transversal foramen magnum diukur sebagai jarak maksimum antara ujung kanan dan
kiri (lebar maksimum) dari foramen magnum dengan coulis digital. Indeks foramen
magnum dan luas foramen magnum dihitung berdasarkan rumus 1, 2, 3 dan 4 berikut
ini:
1. Foramen magnum index =(Sagittal diameter/Transverse diameter)×100
Luas foramen magnum menggunakan Teixeira’s Formula [4]
2. FM Area =π [(Sagittal diameter + Transverse diameter) /4]²
Luas foramen magnum menggunakan Ritual’s Formula [4]
3. FM Area=Sagittal diameter × Transverse diameter ×π/4
Rata-rata diameter longitudinal dan transversal foramen magnum
4. (Sagittal diameter + Transverse diameter) /2

Untuk analisis statistik, hasilnya disajikan sebagai rata-rata ± SD untuk variabel


kuantitatif dan diringkas dalam frekuensi dan persentase untuk variabel kategori.
Variabel kategori dibandingkan menggunakan uji Chi-square atau uji Fisher jika
lebih dari 20% sel dengan jumlah yang diharapkan kurang dari lima. Variabel
kuantitatif juga dibandingkan dengan uji t atau uji Mann-Whitney U. Pearson's
corellation test digunakan untuk mengukur korelasi nilai diameter antara pria dan
wanita. Untuk menilai perbedaan antara pria dan wanita tentang diameter foramen
magnum dengan variabel baseline menggunakan analisis regresi linier multivariabel.
Untuk analisis statistik menggunakan perangkat lunak statistik SPSS V. 16 for
windows (SPSS Inc., Chicago, IL). Nilai P≤0,05 dianggap signifikan secara statistik.

HASIL
Dalam penelitian ini diambil 100 sampel laki-laki dan 100 sampel perempuan
untuk mempelajari indeks foramen magnum, termasuk diameter anterior-posterior dan
diameter transversal. Populasi sampel berusia antara 20 dan 60 tahun (Tabel 1).

Rata-rata ± SD diameter anterior-posterior foramen magnum pada laki-laki dan


perempuan adalah 35,59 ± 0,49 mm dan 33,90 ± 1,07 mm. Rata-rata ± SD diameter
transversal foramen magnum pada pria dan wanita adalah 29,49 ± 0,56 mm dan 28,50
± 0,50 mm. Rata-rata ± SD indeks foramen magnum pada pria dan wanita adalah
82,87 ± 1,95 dan 84,15 ± 3,02.
Rata-rata ± SD luas area foramen magnum berdasarkan Teixeira Formula pada
pria dan wanita adalah 831,33 ± 18,98 dan 764.58 ± 29.18. Rata-rata ± SD luas area
foramen magnum berdasarkan Ritual Formula pada pria dan wanita adalah 823,92 ±
19,35 dan 758,59 ± 27,80. Semua parameter yang dihitung secara signifikan lebih
tinggi pada pria dibandingkan wanita (P <0,001) (Tabel 2).
Berdasarkan analisis area di bawah kurva Receiver Operating Characteristic
(ROC) (Gambar 1), semua indeks memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi
dalam diferensiasi jenis kelamin pria dan wanita (Tabel 3).

Hubungan antara jenis kelamin dan dimensi yang diukur mungkin dikacaukan
oleh indeks massa tubuh (IMT), yang tidak cocok di kedua grup. Untuk menemukan
prediktor independen jenis kelamin antara variabel yang diukur dan juga untuk
menyesuaikan IMT diperlukan analisis regresi logistik (Tabel 4). Analisis regresi
logistik multivariat mengungkapkan bahwa semua parameter yang dihitung adalah
prediktor independen jenis kelamin.
DISKUSI
Berbagai indeks kerangka digunakan untuk membedakan jenis kelamin dalam
kasus di mana menentukan jenis kelamin tidak memungkinkan dengan evaluasi
jaringan lunak (terutama dalam kasus luka bakar, trauma, dan ledakan). Dalam studi
sebelumnya, evaluasi parameter seperti panjang dan diameter tungkai atas dan tungkai
bawah, berbagai ukuran tengkorak, diameter tulang, serta fitur tulang wajah telah
mengarahkan indeks pembeda pria dan wanita. Dalam studi ini, kami memeriksa nilai
diagnostik dari diameter foramen magnum, termasuk diameter anterior-posterior,
diameter transversal, indeks foramen magnum, dan luas foramen magnum pada pria
dan wanita. Dengan memeriksa parameter tersebut, nilai diagnostik yang tinggi untuk
identifikasi jenis kelamin telah dikonfirmasi, dan semua parameter menunjukkan jauh
lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita. Karenanya, diameter ini dapat digunakan
untuk membedakan antara dua jenis kelamin pada populasi Iran.
Review dari studi sebelumnya juga sepenuhnya konsisten dengan hasil penelitian
ini tetapi pada populasi manusia lainnya. Sebagian besar studi dilakukan pada CT
scan yang mengevaluasi parameter foramen magnum dan di beberapa di antaranya,
seperti penelitian saat ini, diameter foramen magnum dihitung pada kerangka dan
mayat [19].
Dalam studi Soltani et al. pada tahun 2016, diameter foramen magnum pada
populasi Iran dihitung berdasarkan CT scan. Jumlah sampel adalah 100 orang (50
orang pria dan 50 orang wanita). Diameter sagital, diameter transversal, indeks
foramen magnum, dan luas foramen magnum memiliki hasil yang serupa dengan
penelitian saat ini dan perbedaan kecil bisa jadi karena metode pengukuran [4].
Hasilnya dibandingkan pada Tabel 5.
Dalam studi Tellioglu et al. di Turki, diameter foramen magnum dievaluasi dalam
100 CT scan [20]. Rata-rata diameter anterior-posterior, diameter transversal, dan luas
permukaan kavitas secara signifikan lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita
(Tabel 5). Mereka menggunakan analisis univariat dan multivariat diskriminan
mengungkapkan bahwa diameter anteroposterior dapat mendeteksi 64% wanita dan
70% pria. Dalam penelitian ini, parameter foramen magnum memiliki tingkat
sensitivitas dan spesifisitas yang dapat diterima dalam penentuan jenis kelamin (Tabel
3).
Dalam penelitian kami, ada hubungan yang signifikan antara IMT dan jenis
kelamin. Untuk mengungkap parameter prediktor independen, kami menggunakan
regresi logistik multivariat dan menemukan semua parameter yang dihitung untuk
diprediksi jenis kelamin terlepas dari IMT (Tabel 4).
Dalam sebuah studi oleh Madadin et al. di Arab Saudi, diameter sagital, diameter
transversal, dan luas foramen magnum secara signifikan lebih tinggi pada pria
dibandingkan wanita. Semua dimensi lebih besar daripada yang kami temukan dalam
penelitian ini. Mereka menghitung indeks foramen magnum 84,96 pada wanita dan
85,22 pada pria. Dalam penelitian kami, indeks foramen magnum adalah 82,87 pada
wanita dan 84,15 pada laki-laki. Variasi ini bisa jadi karena perbedaan etnis kelompok
dan kami menyarankan bahwa dimensi harus dievaluasi secara terpisah dalam
masyarakat dan ras yang berbeda [21]. Studi Kamath et al. di India [22] juga
menunjukkan perbedaan signifikan parameter foramen magnum antara duajenis
kelamin (Tabel 5).
Dalam menilai dan membandingkan nilai-nilai dimensi foramen magnum dalam
masyarakat yang berbeda, kami menyimpulkan bahwa pengukuran diameter ini sangat
efektif dalam diferensiasi kedua jenis kelamin dan juga berbeda antara masyarakat
dan ras. Ini menentukan asal muasal semua ras manusia dalam hal pertumbuhan dan
perkembangan kerangka struktur. Teknik mengukur diameter yang sesuai
(menggunakan metode manual atau menggunakan teknik pencitraan), serta kriteria
inklusi sangat efektif dalam mengukur indeks tersebut dalam berbagai penelitian.
Oleh karena itu, dalam menentukan batas akhir tengkorak diameter dalam masyarakat
yang berbeda dan untuk mencapai diameter manusia yang komprehensif, penggunaan
umum teknik pengukuran dan penyelarasan kriteria inklusi diperlukan.

KESIMPULAN
Sebagai kesimpulan umum, diameter anterior-posterior dan transversal dari
foramen magnum, indeks foramen magnum, dan luas foramen magnum pada pria Iran
jauh lebih besar daripada wanita Iran. Diameter ini dapat digunakan untuk
membedakan antara dua jenis kelamin di bidang hukum yang tepat.

REFERENSI
Soltani, S., Aghakhani, K., Saboori-Shekofte, H., Rismantab-Sani, S., Faress, F., &
Khayamdar, T. (2019). The Value of Foramen Magnum Diameters for Gender
Identification Among Iranian Population. International Journal of Medical
Toxicology and Forensic Medicine, 9(4), 205-212.

Anda mungkin juga menyukai