Anda di halaman 1dari 5

Artikel Penelitian

Profil Pasien Undescensus Testis di


Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta
Periode 2002-2010

Dimas Nugroho, Irfan Wahyudi, Arry Rodjani

Departemen Bedah, Divisi Urologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia


Departemen Urologi, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta

Abstrak
Pendahuluan: Undescensus testis (UDT) adalah kelainan endokrin anak yang paling banyak
terjadi. Bentuknya dapat berupa testis tersembunyi, tidak turun, atau ektopik. Tujuan dari
penelitian ini adalah mengetahui profil pasien UDT selama 8 tahun (periode 2002-2010) di
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif potong lintang bersifat retrospektif
dengan melihat data sekunder dari status urologi.
Hasil: Didapatkan sebanyak 59 pasien laki-laki yang didiagnosis UDT pada saat masuk rumah
sakit, usia 8 bulan - 32 tahun. Dari jumlah tersebut, 3 pasien didiagnosis anorchia, sedangkan
56 pasien dikonfirmasi sebagai UDT dengan median usia 5 tahun (8 bulan - 32 tahun). Sebagian
besar pasien UDT (96,4%) datang pada usia di atas 1 tahun, bahkan 53,6 % datang pada usia
di atas 5 tahun dan hanya 3,6 % yang datang pada usia di bawah 1 tahun. Sebanyak 39,3%
UDT ditemukan di sisi kanan, 30,4% kiri, dan 30,4% bilateral.
Keseimpulan: Sebagian besar kasus UDT di RSCM datang terlambat. Hal ini dapat disebabkan
keterlambatan diagnosis, dan pengetahuan orang tua yang rendah. J Indon Med Assoc.
2012;62:51-5.
Kata Kunci: UDT, Gejala, Komplikasi

Korespondensi: Dimas Nugroho, Email: dimas_md@yahoo.com

J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 2, Februari 2012 51


Profil Pasien Undescensus Testis di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

Profile of Undescended Testis Patients in


Cipto Mangunkusumo Hospital from 2002 to 2010

Dimas Nugroho, Irfan Wahyudi, Arry Rodjani

Department of Surgery, Division of Urology, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia


Department of Urology, Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta

Abstract
Background: Undescended Testis (UDT) is the most common endocrine disorder of child. It can
be hidden testis, pure undescended, or ectopic. The purpose of this study was to know the profile
of UDT patients for 8 years period (2002-2010) at RSCM, Jakarta.
Method: This study is a descriptive study with a retrospective cross-sectional approach using
secondary data from medical record.
Result: A much as 59 male patients were diagnosed with UDT at the time of admission, age 8
months - 32 years. Of them, 3 patients were diagnosed as anorchia, while the rest (56 patients)
were confirmed as a UDT with median age of 5 years (8 months - 32 years). Most of the UDT
patients (96.4%) came to the hospital after 1 year old, 53.6% patients came after 5 years old.
There is only 3.6% that came before 1 year old. UDT were found 39.3% in the right side, 30.4%
in the left, and 30.4 % bilateral.
Conclussion: Most cases of UDT came late, this might be due to delay in diagnosis, and low
educated parents. J Indon Med Assoc. 2012;62:51-5.
Keywords: UDT, Symptoms, Complications

Pendahuluan Hasil
Undescensus Testis (UDT) adalah kelainan endokrin Didapatkan sebanyak 59 pasien laki-laki yang
yang paling banyak terjadi pada anak, bentuknya dapat salah didiagnosis UDT pada saat masuk rumah sakit, dengan
satu/kedua testis tersembunyi, tidak turun, atau ektopik.1 rentang usia 8 bulan – 32 tahun. Dari jumlah tersebut,
Insiden UDT bervariasi antara 2-4% pada bayi laki-laki baru sebanyak 3 pasien didiagnosis anorchia, sedangkan 56 pasien
lahir, dan menurun sampai 1% pada bayi berumur 6 bulan - 1 sisanya dikonfirmasi sebagai UDT. Sebagian besar (96,4%)
tahun.2 Faktor predisposisi terjadinya UDT antara lain berat pasien UDT datang berobat pada usia di atas 1 tahun, bahkan
badan lahir rendah (BBLR), bayi kecil untuk masa kehamilan, sebanyak 53,6 % datang pada usia di atas 5 tahun dan hanya
prematur, dan terpaparnya estrogen pada ibu selama 3,6 % yang datang pada usia di bawah 1 tahun. Sebanyak
kehamilan. Elert A, et al (2003)4 menunjukkan bahwa 23% 39,3% UDT ditemukan di sisi kanan, 30,4% ditemukan di sisi
pasien UDT memiliki riwayat keluarga dengan kelainan kiri, dan 30,4% bilateral.
serupa.4 Efek jangka panjang yang dapat terjadi bila UDT UDT inguinal merupakan tipe terbanyak, yaitu sebesar
tidak ditangani berupa gangguan fungsi testis, risiko kanker 87,5%, sedangkan tipe abdominal dan tipe retraktil masing-
testis, torsio, infark, dan hernia inguinalis.5,6 Diagnosis, masing ditemukan pada 10,7% dan 1,8% kasus. Sebanyak
evaluasi, dan penanganan pada waktu yang tepat sangat 24,6% kasus UDT disertai kelainan penyerta lain, terbanyak
penting untuk mencegah timbulnya dampak tersebut. Tujuan hipospadia dan hernia masing-masing sebesar 5,3%.
penelitian ini adalah mengetahui profil pasien UDT selama 8 Sebanyak 9 kasus memerlukan evaluasi lanjutan secara
tahun pada periode 2002-2010 di RSCM, Jakarta. laparoskopik. Hasilnya didapatkan 3 kasus yang murni
anorkhia, dan pada 6 kasus (10,2%) ditemukan testis intra
Metode abdominal sehingga dapat dilanjutkan orkidopeksi. Sebagian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan besar kasus (84,7%) langsung dilakukan operasi orkidopeksi
pendekatan potong lintang, retrospektif dengan melihat data terbuka.
sekunder dari rekam medik Departemen Urologi RSCM
periode 1 Januari 2002 - 31 Desember 2010. Diagnosis UDT Diskusi
ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik, dan UDT biasanya terdiagnosis pada saat pemeriksaan bayi
sebagian menggunakan USG atau laparoskopi. baru lahir. Identifikasi awal, evaluasi diagnosis lanjutan, dan

52 J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 2, Februari 2012


Profil Pasien Undescensus Testis di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

Tabel 1. Profil Pasien UDT di RSCM Periode 2002-2010 penanganan yang cepat menjadi penting dalam terapi UDT
terkait masalah fertilitas sehingga penanganan UDT direko-
Variabel Keterangan Frekuensi (%)
mendasikan secepatnya pada usia enam bulan dan harus
Usia 0-11,9 bulan 2 (3,6 %) selesai sebelum usia satu tahun.6
12-23,9 bulan 8 (14,3 %) Sekitar 10% tumor sel germinal berasal dari UDT. Hal ini
24-35,9 bulan 10 (17,9 %) mengindikasikan bahwa terdapat peningkatan potensi
36-47,9 bulan 4 (7,1 %)
48-59,9 bulan 2 (3,6 %) keganasan pada UDT. Resiko keganasan pada UDT di-
60 bulan 30 (53,6 %) perkirakan 2,23 kali lebih besar daripada yang normal.14,15
Sisi Kanan 22 (39,3 %) Peningkatan risiko ini juga berhubungan dengan letak UDT.
Kiri 17 (30,4 %) Testis yang berada intra abdomen memiliki risiko enam kali
Bilateral 17 (30,4 %)
Tipe Abdominal 6 (10,7 %) lebih besar untuk menjadi keganasan daripada testis yang
Inguinal 49 (87,5 %) letaknya lebih rendah. Penyebab terjadinya keganasan pada
Retraktil 1 (1,8 %) UDT masih belum diketahui, tetapi terdapat hubungan
Kelainan Penyerta Tanpa Kelainan 43 (75,4 %) langsung antara derajat disgenesis tubulus seminiferus
Hernia 3 (5,3 %)
Hipospadia 3 (5,3 %) dengan timbulnya keganasan.16
Hidrokel 1 (1,8 %) Hubungan antara UDT dengan terjadinya torsio pada
Buried Penis 1 (1,8 %) UDT masih belum dapat dijelaskan. Pada penelitian yang
Mikropenis 1 (1,8 %) dilakukan Wallenstein, dari 150 kasus torsio testis, sebanyak
Fimosis 2 (3,5 %)
Prune Belly Syndome 1 (1,8 % 90 kasus ditemukan pula UDT.17 Dari penelitian lain yang
Varikokel 1 (1,8 %) dilakukan Hand, dari 153 pasien UDT, hanya terdapat 3 kasus
Webb Penis 1 (1,8 %) torsio testis akut.18 Pada mayoritas kasus torsio pada UDT
Duchenne Muscular Dystrophy 3 (5,3 %) ditemukan testis yang tidak viabel, hal ini disebabkan karena
Tindakan Laparoskopi 3 (5,1 %)
Laparoskopi + Orkidopeksi 6 (10,2 %) sulitnya penegakan diagnosis penyakit ini.19
Orkidopeksi Terbuka 50 (84,7 %) Menurut laporan yang dilakukan Gross RE, insiden her-
nia inguinalis pada UDT sebesar 65% sementara menurut
laporan lain dari David hanya sebesar 10%.19,20 Prosesus
waktu yang tepat saat merujuk ke spesialis urologi untuk vaginalis yang paten terjadi pada lebih dari 90% kasus UDT.21
intervensi merupakan langkah yang penting untuk mencegah Hernia inguinalis yang simtomatik menyebabkan UDT tidak
komplikasi UDT.6 Dari penelitian ini didapatkan bahwa 96,4% cukup mendapat vaskularisasi hingga dapat terjadi atrofi tes-
pasien datang pada usia lebih dari 1 tahun dan 53,6% datang tis, hal ini terutama terjadi pada kasus hernia inkarserata.22
pada usia di atas 5 tahun. Hal itu dapat disebabkan kurangnya Meskipun testis masih cukup viabel saat operasi dan telah
pengetahuan orang tua mengenai dampak UDT ataupun dilakukan orkidopeksi, atrofi testis masih dapat terjadi.23
masalah finansial untuk pengobatan. UDT hampir tidak Penelitian yang dilakukan Ibrahim et al menyimpulkan bahwa
pernah menimbulkan keluhan akut yang mengganggu pada orkidopeksi yang dilakukan dalam 3 bulan setelah kelahiran
bayi/anak sehingga dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat mengurangi insiden terjadinya komplikasi torsio tes-
mengganggu. Dari penelitian yang dilakukan Guven et al,7 tis, hernia inkarserata dan kerusakan testis lebih lanjut akibat
Darvey 8 dan Cendron 9 keterlambatan dilakukannya komplikasi tersebut.24
orkidopeksi (operasi pada usia >4 tahun) disebabkan karena Hal penting pada UDT adalah apakah testis teraba atau
keterlambatan diagnosis, keterlambatan tindakan, dan tidak pada pemeriksaan fisik. Sekitar 80% UDT teraba pada
ketidaktahuan orangtua akan pentingnya operasi dan dampak pemeriksaan fisik dan 20% tidak teraba. Pada testis yang
UDT. Efek jangka panjang yang dapat terjadi bila UDT tidak tidak teraba kemungkinan testis intra abdomen atau memang
dikoreksi berupa gangguan fungsi testis, risiko kanker tes- tidak ada testis (anorkhia). Pada testis yang teraba mungkin
tis, torsio, infark dan hernia inguinal.5,6 tidak turun, ektopik, atau retraktil.5 Alat kelamin harus
Perbedaan ultrastruktur tubulus seminiferus antara diperiksa apakah ada kelainan kongenital lain yang menyertai
UDT dengan testis normal sudah tampak pada usia satu seperti hipospadia atau disorder of sexual development
tahun.10 Pada tahun ketiga terdapat penurunan spermatogo- (DSD). Keadaan yang timbul bersamaan antara hipospadia
nia dan pertumbuhan tubular yang signifikan.11 Maturasi dan UDT biasanya dihubungkan dengan tingkat inter-
testis pada UDT hanya sampai pada tahap dua, dan testis seksual, terutama mixed gonadal dysgenesis dan herma-
kontralateral normal yang berhasil menjadi matur hanya phrodit.25 Dari data di RSCM terdapat 5,3% kasus dengan
sebanyak 40% kasus.12 Huff et al menjelaskan bahwa sudah hipospadia dan 5,3% kasus dengan DSD.
terjadi kegagalan pertumbuhan gonosit hingga atrofi testis Jenis UDT dapat diklasifikasikan berdasarkan temuan
pada UDT di atas 18 bulan. Gangguan spermatogenesis pemeriksaan fisik dan temuan operasi. Peran dari pencitraan
disebabkan adanya kelainan genetik yang dapat mening- dalam diagnosis UDT masih dianggap kontroversial, terutama
katkan risiko terjadinya neoplasma sel germinal. Waktu pada kasus non palpable testis. Berbagai macam alat

J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 2, Februari 2012 53


Profil Pasien Undescensus Testis di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

diagnostik yang dapat dipakai antara lain ultrasonografi, CT- Laparaskopik diagnostik dan orkidopeksi sudah mulai
Scan, MRI, arteriografi testis, venografi, nuklir scan.26,27 digunakan di RSCM, namun dibutuhkan pencatatan status
Menurut penelitian Sumaira et al yang membandingkan yang lebih detail untuk mengevaluasi tindakan ini di masa
sensitifitas dan spesifisitas antara laparas-kopik diagnostik yang akan datang.
dengan ultrasonografi dan CT-Scan dalam mendiagnosis
UDT non palpable, didapatkan hasil bahwa laparaskopik Daftar Pustaka
diagnostik jauh lebih superior dibandingkan dengan 1. Kolon TF, Patel RP, Huff DS. Cryptorchidism: diagnosis, treat-
ment and long term prognosis. Urol Clin N Am. 2005;31:469-
ultrasonografi dan CT-Scan. Sensitifitas dalam mendeteksi 80.
UDT untuk ultrasonografi hanya 20%, CT-Scan 63%, dan 2. Barthold JS, Gonzales R. The epidemiology of congenital cryp-
laparaskopi 100%, sedangkan spesifisitas dalam mendeteksi torchidism, testicular ascent and orchiopexy. J Urol. 2003;170:
UDT untuk ultrasonografi hanya 10%, CT-Scan 50% dan 2396-401.
3. Virtanen HE, Toppari J. Epidemiology and pathogenesis of cryp-
laparaskopi 100%. Laparaskopi dinilai aman, akurat, minimal torchidism. Hum Reprod Update. 2008;14:49-58.
invasif, dan memiliki keunggulan melakukan tindakan definitif 4. Elert A, Jahn K, Heidenreich A, Hofmann R. The familial unde-
sekaligus dalam satu waktu.28 Berdasarkan penelitian yang scended testis. Klin Padiat. 2003;215:40-5.
dilakukan Herbinko et al CT-Scan memberikan hasil negatif 5. Wang F, Roberts SM, Butfi loski EJ, Sobel ES. Acceleration of
autoimmunity by organochlorine pesticides: a comparison of
palsu dalam mendiagnosis UDT non palpable sebesar 15%, splenic B-cell effect of chlordecone and estradiol in F1 mice.
namun masih lebih baik dibandingkan dengan ultrasonografi Toxicological Science. 2007;99:141-52.
dimana CT-Scan berhasil mendiagnosis UDT non palpable 6. Docimo SG, Silver RI, Cromie W. The undescended testicle: diag-
pada 64% kasus, sedangkan ultrasonografi hanya pada 25% nosis and management. Am Fam Physician. 2000; 62:2037-44.
7. Guven A, Kogan BA. Undescended in older boys: further evidence
kasus, dan laparaskopik diagnostik 100% kasus. CT-Scan that ascending testes are common. J Pediatr Surg. 2008;43:1700-
memiliki kelemahan tidak dapat mendeteksi terjadinya atrofi 4.
testis atau agenesis testis, ditambah kerugian terekspos 8. Davey RB. Undescended testes: early versus late maldescent.
radiasi yang cukup besar. Menurut penelitian yang dilakukan Pediatr Surg Intl. 1997;12:165-7.
9. Cendron M, Huff DS, Keating MA, Snyder HM. Duckett JW.
oleh Gerald et al tidak ada satu pun modalitas pencitraan Anatomical, morphological and volumetric analysis: a review of
yang berguna dalam menentukan bahwa testis tidak ada 759 cases of testicular maldescent. J Urol. 1993;149:570-3.
sehingga keputusan tindakan operasi bukan berdasarkan 10. Hadziselimovic F, Herzog B, Seguchi H. Surgical correction of
hasil pemeriksaan pencitraan. Pencitraan dapat berguna cryptorchidism at two years: electromicroscopic and morpho-
logic investigation. J Pediatr Surg. 1975;10:9.
dalam situasi berikut: 11. Mengel W, Hienz HA, Sippe WG, Heckel WC. Studies on cryp-
1. Untuk evaluasi lanjutan testis setelah dilakukan torchidism: a comparison of histological findings in the germina-
orkidopeksi tive epithelium before and after the second year of life. J Pediatr
2. Untuk evaluasi lanjutan kemungkinan terjadinya Surg. 1974;9:224-450.
12. Hecker W, Hienz HA. Cryptorchidism and fertility. J Pediatr
keganasan testis setelah diturunkan ke skrotum Surg. 1967;2:513.
3. Untuk evaluasi lanjutan terjadinya keganasan pada 13. Huff DS, Fenig DM, Canning DA, Carr MG, Zderk SA, Snyder
pasien UDT dengan umur lebih dari 32 tahun yang belum HM. Abnormal germ cell development in cryptorchidism. Horm
Res. 2001;55:11-7.
dioperasi
14. Pettersson A, Richiardi L, Nordenskjold A, Kaijser M, Akre O.
4. Untuk staging bila keganasan terjadi pada pasien UDT Age at surgery of undescended testis and risk of testicular cancer.
N Engl J Med. 2007;356:1835-41.
Penanganan Laparaskopik diagnosis untuk UDT di 15. Swerdlow AJ, Higgins CD, Pike MC. Risk of testicular cancer in
cohort of boys with cryptorchidism. BMJ 1997; 314:1507-11.
RSCM sudah dilakukan pada 8 kasus, mulai dikerjakan sejak
16. Sohvai AR. Histopathology of crypthorchidism. Am J Med.
tahun 2009. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan secara 1954;16:346.
prospektif untuk mengevaluasi tindakan ini. 17. Wallenstein S. Torsion of an intra-abdominal testis. J Urol.
1929;21:229.
Kesimpulan 18. Hand JR. Treatment of the undescended testis and its complica-
tions. JAMA. 1957;164:1185.
Sebagian besar kasus UDT di RSCM terlambat ditangani 19. Man DWK, Li AKC. Cryptorchidism: an approach to manage-
dimana 96,4% pasien datang pada usia di atas 2 tahun dan ment. Hong Kong Pract. 1987;9:2813-2816.
53,6% datang di usia di atas 5 tahun. Hal ini mungkin 20. Gross RE, Jewett TC Jr. Surgical experiences from 1222 opera-
disebabkan karena keterlambatan diagnosis, ketidaktahuan tions for undescended testes. JAMA. 1956;160: 634.
21. Elder JS. Epididymal anomalies associated with hydrocel/hernia
orang tua akan pentingnya penanganan cepat dan komplikasi and cryptorchidism: implications regarding testicular descent. J
yang dapat ditimbulkan UDT. Laparaskopi adalah modalitas Urol. 1992;148: 624-6.
yang paling superior dalam mendeteksi UDT non palpable 22. Romero FP, Amat CM, Santoz-SL, Uokat ET, Benlloch MMS,
dibandingkan modalitas pencitraan, sekaligus dapat Paricio TJM, et al. Necrosis of undescended testis caused by in-
carcerated inguinoscrotal hernia in a newborn. Actas Urol Esp.
mengkoreksi kelainan tersebut. Pencitraan tidak direko- 1995;19:150-65.
mendasikan sebagai modalitas diagnostik pada UDT kecuali 23. Williamson RCN. Torsion of the testis and allied conditions. Br J
sebagai sarana untuk evaluasi lanjutan pasca operasi. Surg. 1976;63:465.

54 J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 2, Februari 2012


Profil Pasien Undescensus Testis di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

24. Ibrahim AHM, Al-Maliki TA, Ghali AM, Musalam AO. Unde- 28. Kanwal S, Zubair M, Mehmood S, Dab RH. Ultrasound, CT-scan,
scended testes: do we need to fix them earlier? Ann Ped Surg. and laparoscopy; diagnostic observations on palpable testis. Prof
2005;1:21-5. Med J. 2008;15:171-4.
25. Rajfer J, Walsh PC. The incidence of intersexuality in patient 29. Friedland GW, Chang P. The role of imaging in the management
with hypospadias and cryptorchidism. J Urol. 1976;116:769-70. of the impalpable undescended testis. Am J Radiol. 1988;151:1107-
26. Perovic S, Janic N. Laparoscopy in diagnosis of the impalpable 11.
testis. Br J Urol. 1994;73:310-3.
27. Herbinko R, Belling MR. The limited role of imaging technique
in imaging children with undescended testis. J Urol. 1993;150:458- FAS
60.

J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 2, Februari 2012 55

Anda mungkin juga menyukai