Anda di halaman 1dari 9

TUGAS GERIATRI SALAM SEJAHTERA

BOGOR

Cecillia Cynthia / 406162095

1. Bahaya peningkatan dan penurunan pO2 / pCO2 ?


2. Komposisi Ventolin
3. Komposisi combifen
4. Komposisi Pulmicort
5. Gol. Obat hipertensi dan sistem RAA
6. Gol. Obat anti DM
7. Siklus tidur REM dan Non-REM

Jawaban :
1. Saturasi oksigen normal = 95-99% O2
Saturasi oksigen digunakan untuk mengevaluasi kadar oksigenasi hemoglobin dan kecukupan
oksigen pada jaringan , sedangkan tekanan parsial oksigen yang terlarut di plasma
menggambarkan jumlah oksigen yang terikat pada hemoglobin
A. Nilai normal tekanan parsial oksigen (paO2) adalah 75-100 mmHg, paO2 adalah ukuran
tekanan parsial yang dihasilkan oleh sejumlah O2 terlarut dalam plasma. Nilai ini
menunjukkan kemampuan paru paru dalam menyediakan oksigen dalam darah. jadi jika
terjadinya penurunan nilai paO2 dapat terjadi pada PPOK, penyakit obstruksi paru, anemia,
hipoventilasi akibat gangguan fisik atau neuromuskular dan gangguan fungsi jantung. Jika
nilai paO2 kurang dari 40 mmHg perlu mendapatkan perhatian khusus . sedangkan jika
terjadi peningkatan nilai paO2 dapat terjadi pada peningkatan penghantaran oleh alat bantu
( contoh : nasal prongs, alat ventilasi mekanik), hiperventilasi dan polisitemia (peningkatan
sel darah merah dan daya angkut oksigen)
B. Nilai normal Tekanan parsial karbon dioksida (PaCO2) adalah 35-45 mmHg, PaCO2
menggambarkan tekanan yang dihasilkan oleh CO2 yang terlarut dalam plasma, nilai ini
dapat digunakan untuk menentukan efektifitas ventiilasi alveolar dan keadaan asam basa
dalam darah. Penurunan nilai paCO2 terjadi pada hipoksia, anxiety/nervousness dan emboli
paru. < 20 mmHg perlu mendapatkan penanganan khusus dan segera. sedangkan jika terjadi
peningkatan nilai paCO2 dapat terjadi gangguan paru atau penurunan fungsi pusat
pernafasan. Nilai > paCO2 > 60 mmHg perlu penanganan khusus. Umumnya peningkatan
paCO2 dapat terjadi hipoventilasi sedangkan penurunan nilai paCO2 menunjukkan
hiperventilasi

Sumber : PEDOMAN INTERPRETASI DATA KLINIK. Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia
tahun 2011

2. Ventolin
Isi : Salbutamol sulfate
Indikasi : Manajemen dan pencegahan serangan asma
Dosis : durasi kerja 4 hingga 6 jam pada kebanyakan pasien. Dosis awal salbutamol
adalah 2,5 miligram dapat ditingkatkan hingga 5 miligram. Perawatan dapat diulang empat
kali sehari. Pada orang dewasa, dosis yang lebih tinggi, hingga 40 miligram per hari, dapat
diberikan di bawah pengawasan medis untuk pengobatan obstruksi saluran pernapasan yang
parah.
Kemasan : 1 ampul ventolin nebulizer 2,5 mg (per 2,5 cc)
Mekanisme kerja: Ventolin adalah agonis adrenoseptor beta 2 selektif. Pada dosis terapeutik,
obat ini bekerja pada adrenoseptor beta dari otot bronkus, dengan sedikit atau tanpa efek pada
jantung.

Sumber :
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/ventolin%20nebules/?type=full#Description

3. Komposisi Combiven adalah


Isi : Ipratropium Br 0.52 mg, salbutamol sulphate 3.01 mg
Indikasi : pengelolaan bronkospasme reversibel terkait dengan penyakit paru obstruktif
dan serangan asma akut pada pasien yang membutuhkan lebih dari satu bronkodilator.
Dosis : Pengobatan serangan akut1 vial cukup untuk meredakan
gejala secara cepat dalam banyak kasus.
Dosis maintenance: 1 unit dosis vial tiga atau empat kali sehari.
Kemasan : 1 ampul combiven nebulizer ( 2,5 cc)
Mekanisme kerja: Adrenergik dalam kombinasi dengan antikolinergik untuk
penyakit saluran napas obstruktif.

Sumber :
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/combivent

4. Komposisi Pulmicort adalah


Isi : budesonide 0,25 mg dan 0,5 mg
Indikasi : asma bronkial
Dosis : Dewasa & anak ≥12 thn 1-2 mg dua kali sehari (pagi &
malam). Perawatan: 0,5-1 mg dua kali sehari. Anak 3 bln-12 thn 0,5-1 mg
dua kali sehari. Perawatan: 0,25-0,5 mg dua kali sehari.
Kemasan : 1 ampul pulmicort nebulizer ( 2 cc)

Sumber :
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/pulmicort?lang=id

5. Ada 5 kelompok obat lini pertama yang digunakan untuk hipertensi yaitu :
1. Diuretik bekerja dengan cara meningkatkan ekskresi natrium, air dan klorida sehingga
menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Contoh obat golongan ini adalah
golongan Tiazid ( Hidroklorotiazid )
2. B-bloker bekerja dengan cara menghambat reseptor B1 sehingga terjadi
a. penurunan frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas miokard sehingga
menurunkan curah jantung,
b. hambat sekresi renin di sel sel jukstaglomeruler ginjal dengan akibat penurunan
produksi angiotensin II,
c. efek sentral yang mempengaruhi aktifitas saraf simpatis, perubahan pada
sensitivitas baroreseptor, perubahan aktivitas neuro adrenergik perifer dan peningkatan
biosintesis prostasiklin contoh obat golongan B-bloker adalah atenolol 50-100 mg per oral 1
dd 1, metoprolol 50-100 mg 2 dd 1
3. Ace inhibitor, obat gol ini dibedakan atas 2 kelompok yaitu :
a. Yang bekerja langsung, contoh : kaptopril dan lisinopril
b. Prodrug, contoh : enalapril, kuinapril, perindopril, ramipril
4. ARB, terdiri dari 2 kelompok besar yaitu : reseptor AT1 yaitu losartan dan AT2
5. Antagonis kalsium, bekerja dengan cara menghambat infulks kalsium pada sel otot polos
pembuluh darah dan miokard. Di pembuluh darah antagonis kalsium terutama menimbulkan
relaksasi arteriol, sedangkan vena kurang dipengaruhi. Contoh obatnya adalah nifedipin,
verapamil, diltiazem, amlodipine Kerja utama angiotensin II dalam mempertahankan tekanan
darah adalah
1. Vasokonstriksi kuat dan langsung dari otot polos pembuluh darah arteriole
2. Penglepasan aldosteron dari cortex adrenal
3. Efek antinatriuretic langsung pada ginjal untuk meningkatkan reabsorpsi natrium di
tubulus proksimal sehingga menghasilkan retensi cairan dengan natrium
4. Efek lain dari angiotensin II adalah menyebabkan efek inotropik positif dan
mempengaruhi fungsi ventrikel kiri. Juga mempermudah pelepasan norepineprin dan aktifitas
simfatetis, menimbulkan celluler growth yang mungkin berakibat hipertrofi ventrikel kiri
(LVH)

6. Berdasarkan cara kerja obat anti hiperglikemia oral dibagi menjadi 5 kelompok yaitu :
a. Pemacu sekresi insulin (Insulin Secretagogue):
- Sulfonilurea, Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh
sel beta pankreas. Efek samping utama adalah hipoglikemia dan peningkatan berat badan.
Hati-hati menggunakan sulfonilurea pada pasien dengan risiko tinggi hipoglikemia (orang
tua, gangguan faal hati, dan ginjal).
- Glinid, merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea, dengan penekanan
pada peningkatan sekresi insulin fase pertama. Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu
Repaglinid (derivat asam benzoat) dan Nateglinid (derivat fenilalanin). Obat ini diabsorbsi
dengan cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat melalui hati. Obat ini
dapat mengatasi hiperglikemia post prandial. Efek samping yang mungkin terjadi adalah
hipoglikemia.
b. Peningkat sensitivitas terhadap insulin
- Metformin mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati (glukoneogenesis),
dan memperbaiki ambilan glukosa di jaringan perifer. Metformin merupakan pilihan pertama
pada sebagian besar kasus DMT2. Dosis Metformin diturunkan pada pasien dengan gangguan
fungsi ginjal (GFR 30- 60 ml/menit/1,73 m2 ).
- Tiazolidindion (TZD) , merupakan agonis dari Peroxisome Proliferator Activated Receptor
Gamma (PPAR-gamma), suatu reseptor inti yang terdapat antara lain di sel otot, lemak, dan
hati. Golongan ini mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan
jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan ambilan glukosa di jaringan
perifer. Tiazolidindion meningkatkan retensi cairan tubuh sehingga dikontraindikasikan pada
pasien dengan gagal jantung (NYHA FC III-IV) karena dapat memperberat edema/retensi
cairan. Hati-hati pada gangguan faal hati, dan bila diberikan perlu pemantauan faal hati
secara berkala. Obat yang masuk dalam golongan ini adalah Pioglitazone.
c. Penghambat absorpsi glukosa di saluran pencernaan
- Penghambat alfa glukosidase, Obat ini bekerja dengan memperlambat absorbsi glukosa
dalam usus halus, sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah
makan. Penghambat glukosidase alfa tidak digunakan pada keadaan: GFR≤30ml/min/1,73
m2 , gangguan faal hati yang berat, irritable bowel syndrome. Efek samping yang mungkin
terjadi berupa bloating (penumpukan gas dalam usus) sehingga sering menimbulkan flatus.
Guna mengurangi efek samping pada awalnya diberikan dengan dosis kecil. Contoh obat
golongan ini adalah Acarbose.
d. Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl PeptidaseIV) Obat golongan penghambat DPP-IV
menghambat kerja enzim DPP-IV sehingga GLP-1 (Glucose Like Peptide-1) tetap dalam
konsentrasi yang tinggi dalam bentuk aktif. Aktivitas GLP-1 untuk meningkatkan sekresi
insulin dan menekan sekresi glukagon bergantung kadar glukosa darah (glucose dependent).
Contoh obat golongan ini adalah Sitagliptin dan Linagliptin.
e. Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Cotransporter 2) Obat golongan penghambat SGLT-
2 merupakan obat antidiabetes oral jenis baru yang menghambat penyerapan kembali glukosa
di tubuli distal ginjal dengan cara menghambat kinerja transporter glukosa SGLT-2. Obat
yang termasuk golongan ini antara lain: Canagliflozin, Empagliflozin, Dapagliflozin,
Ipragliflozin. Dapagliflozin baru saja mendapat approvable letter dari Badan POM RI pada
bulan Mei 2015.
Yang termasuk anti hiperglikemia
suntik, yaitu insulin, agonis GLP-1 dan
kombinasi insulin dan agonis GLP-1.
a. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
§ HbA1c > 9% dengan kondisi
dekompensasi metabolik
§ Penurunan berat badan yang cepat
§ Hiperglikemia berat yang disertai
ketosis
§ Krisis Hiperglikemia
§ Gagal dengan kombinasi OHO dosis
optimal
§ Stres berat (infeksi sistemik, operasi
besar, infark miokard akut, stroke)
§ Kehamilan dengan DM/Diabetes
melitus gestasional yang tidak
terkendali dengan perencanaan makan
§ Gangguan fungsi ginjal atau hati yang
berat
§ Kontraindikasi dan atau alergi terhadap
OHO
§ Kondisi perioperatif sesuai dengan
indikasi

Berdasarkan lama kerja, insulin terbagi


menjadi 5 jenis, yakni :
§ Insulin kerja cepat (Rapid-acting
insulin)
§ Insulin kerja pendek (Short-acting
insulin)
§ Insulin kerja menengah
(Intermediateacting insulin)
§ Insulin kerja panjang (Long-acting
insulin)
§ Insulin kerja ultra panjang (Ultra
longacting insulin)
§Insulin campuran tetap, kerja pendek
dengan menengah dan kerja cepat dengan menengah (Premixed insulin)

b. Agonis GLP-1/Incretin Mimetic


Pengobatan dengan dasar peningkatan GLP-1 merupakan pendekatan baru untuk
pengobatan DM. Agonis GLP-1 dapat bekerja pada sel-beta sehingga terjadi peningkatan
pelepasan insulin, mempunyai efek menurunkan berat badan, menghambat pelepasan
glukagon, dan menghambat nafsu makan. Efek penurunan berat badan agonis GLP-1 juga
digunakan untuk indikasi menurunkan berat badan pada pasien DM dengan obesitas. Pada
percobaan binatang, obat ini terbukti memperbaiki cadangan sel beta pankreas. Efek
samping yang timbul pada pemberian obat ini antara lain rasa sebah dan muntah. Obat yang
termasuk golongan ini adalah: Liraglutide, Exenatide, Albiglutide, dan Lixisenatide. Salah
satu obat golongan agonis GLP-1 (Liraglutide) telah beredar di Indonesia sejak April 2015,
tiap pen berisi 18 mg dalam 3 ml. Dosis awal 0.6 mg perhari yang dapat dinaikkan ke 1.2
mg setelah satu minggu untuk mendapatkan efek glikemik yang diharapkan. Dosis bisa
dinaikkan sampai dengan 1.8 mg. Dosis
harian lebih dari 1.8 mg tidak
direkomendasikan. Masa kerja Liraglutide
selama 24 jam dan diberikan sekali sehari
secara subkutan.

Sumber : PERKENI (2015). Konsensus


Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes
Mellitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta. PB
PERKENI

7. Siklus tidur terdiri dari 5 gelombang yaitu


: 4 tingkatan tidur dalam yang disebut non
REM (non rapid eye movement ) atau slow
wave sleep (SWS) dan tingkat ke 5 yaitu
REM ( rapid eye movement ) atau
paradoxical sleep (PS). Pada waktu non
REM sleep gelombang otak makin lambat
dan teratur. Tidur paling dalam dan aktivitas listrik paling dalam yaitu pada tingkat 4. Pada
waktu REM Tidur REM lebih dangkal, ditandai dengan gerakan bola mata cepat di bawah
kelopak mata yang tertutup. Pada waktu REM, orang tidak lagi mendengkur, nafas menjadi
tak teratur, aliran darah ke otak bertambah dan temperatur tubuh naik, disertai banyak
gerakan tubuh. Gelombang listrik tampak seperti tingkat 1 dari tidur. Tiap proses tidur
melewati 5 tahap ini dalam 1 siklus, dan tiap siklus berlangsung kira-kira 90 menit
orang dewasa bila sudah tidur akan masuk ke tingkat 1,2,3,4 dan balik lagi ke tingkat 1 dan
setelah 2 periode siklus ini akan lengkap setelah diikuti oleh REM antara 5-15 menit. Putaran
ini berlangsung antara 4-5 kali dengan penambahan periode REM pada tahap berikutnya.

Sumber : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3500384/figure/F1

5. Ada 5 kelompok obat lini pertama yang digunakan untuk hipertensi yaitu :

Betablocker
Betablocker merupakan obat pilihan pertama dalam tatalaksana hipertensi pada pasien
dengan penyakit jantung koroner terutama yang menyebabkan timbulnya gejala angina. Obat
ini akan bekerja mengurangi iskemia dan angina, karena efek utamanya sebagai inotropik dan
kronotropik negative. Dengan menurunnya frekuensi denyut jantung maka waktu pengisian
diastolik untuk perfusi koroner akan memanjang. Betablocker juga menghambat pelepasan
renin di ginjal yang akan menghambat terjadinya gagal jantung. Betablocker cardioselective
(β1) lebih banyak direkomendasikan karena tidak memiliki aktifitas simpatomimetik
intrinsic. Contoh obat golongan B-bloker adalah atenolol 50-100 mg per oral 1 dd 1,
metoprolol 50-100 mg 2 dd 1

Calcium channel blocker (CCB)


Ada tiga subclass dari CCB : turunan fenilalkilamin (misalnya, verapamil), yang
benzothiazepin (misalnya, diltiazem), dan dihidropiridin (misalnya, amlodipine).
Obat ini juga berguna dalam angina pektoris, karena mereka merupakan inotropik negatif,
mereka harus digunakan dengan hati-hati dalam hipertensi pasien dengan gagal jantung.

CCB bekerja dengan cara menghambat infulks kalsium pada sel otot polos pembuluh darah
dan miokard. Di pembuluh darah antagonis kalsium terutama menimbulkan relaksasi arteriol,
sedangkan vena kurang dipengaruhi. Contoh obatnya adalah nifedipin, verapamil, diltiazem,
amlodipine

ACE inhibitor (ACEi)


Obat-obatan dalam kelompok ini menghambat enzim yang mengubah angiotensin I menjadi
angiotensin II — ACE. Agen-agen ini semakin meningkat pilihan populer untuk terapi awal.
Mereka berguna karena tidak hanya menghambat pembentukan vasokonstriktor kuat
(angiotensin II) tetapi juga menghambat degradasi vasodilator kuat (bradikinin), mengubah
produksi prostaglandin, dan dapat memodifikasi aktivitas adrenergik sistem saraf.
Efek samping obat golongan ini yaitu batuk pada 5 hingga 10% pasien, hiperkalemia pada
pasien dengan insufisiensi ginjal, dan reaksi idiosinkrasi dari angioedema.

a. Yang bekerja langsung, contoh : kaptopril dan lisinopril


b. Prodrug, contoh : enalapril, kuinapril, perindopril, ramipril

Angiotensin Receptor Blockers (ARB)


Indikasi pemberian ARBs adalah pada pasien yang intoleran terhadap ACEi. Beberapa
penelitian besar, menyatakan valsartan dan captopril memiliki efektifitas yang sama pada
pasien paska infark miokard dengan risiko kejadian kardiovaskular yang tinggi. Obat
golongan ini secara kompetitif menghambat
yang mengikat ke subtipe reseptor angiotensin II AT1. Obat ini menyebabkan lebih sedikit
efek samping dibanding ACEi . Secara khusus, mereka tidak menyebabkan batuk yang
berlebihan atau
angioedema.

Diuretik
Diuretik bekerja dengan cara meningkatkan ekskresi natrium, air dan klorida sehingga
menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Contoh obat golongan ini adalah
golongan Tiazid ( Hidroklorotiazid ), efek metabolik yang merugikan dari tiazid termasuk
hipokalemia karena kehilangan kalium ginjal, hyperuricemia karena retensi asam urat,
intoleransi karbohidrat, dan hiperlipidemia. Efek ini diminimalisir jika dosis disimpan di
bawah yang setara 25 mg / d hidroklorotiazid. Diuretik loop-acting yang lebih kuat yaitu
furosemide dan bumetanide juga telah terbukti bersifat antihipertensi tetapi telah digunakan
kurang ekstensif untuk indikasi ini, terutama karena durasi kerjanya yang lebih singkat.
Triamterene dan amiloride juga menghambat reabsorpsi natrium, meskipun triamterene
memiliki sedikit efek antihipertensi intrinsik. Kerugian utama mereka adalah dapat
menghasilkan hiperkalemia, terutama pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal.

Vasodilator
Agen-agen ini biasanya tidak digunakan untuk terapi awal. Hydralazine adalah obat yang
paling serbaguna yang menyebabkan relaksasi langsung otot polos vaskular; ia bertindak
terutama pada resistensi arteri. Minoxidil lebih kuat daripada hydralazine tetapi sayangnya
menghasilkan signifikan hipertrikosis dan retensi cairan dan, oleh karena itu, terutama
terbatas pada pasien dengan hipertensi berat dan insufisiensi ginjal. Diazoxide dibatasi dalam
aplikasinya untuk situasi akut. Ini berawal untuk segera bertindak untuk menurunkan tekanan
darah, dan efeknya mungkin berlangsung selama beberapa jam. Nitroprusside yang diberikan
secara intravena juga bertindak sebagai vasodilator langsung, dengan onset dan offset
tindakan yang hampir segera. Nitrogliserin adalah vasodilator kerja langsung ketiga yang
bermanfaat sebagai agen intravena. Ketiga obat terakhir ini hanya berguna untuk pengobatan
darurat hipertensi

Renin Angiotensin Aldosterone system:


Ginjal mengeluarkan hormon renin sebagai respons terhadap penurunan NaCl, volume CES,
dan tekanan darah arteri. Renin mengaktifkan angiotensinogen, suatu protein plasma yang
diproduksi di hati , menjadi angiotensin I. angiotensin I diubah menjadi Angiotensin II oleh
angiotensin-converting enzyme (ACE) yang diproduksi oleh paru. Angiotensin II merangsang
korteks adrenal untuk mengeluarkan hormone aldosterone yang merangsang reabsorbsi Na+
oleh ginjal. Retensi Na yang terjadi menimbulkan efek osmotik yang menahan lebih banyak
H2O di CES. Bersama-sama , konservasi Na+ dan H2O membantu mengkoreksi rangsangan
semula yang mengaktifkan system hormone ini. Angiotensin II juga memiliki efek lain yang
membantu mengoreksi rangsangan semula, misalnya dengan mendorong vasokonstriksi
arteriol.

Sumber:
Weber
MA,

Schiffrin EL, White WB, Mann S, Lindholm LH, Kenerson JG, et al. Clinical Practice
Guidelines for the Maganement of Hypertension in the Community. A Statement by the
American Society of Hypertension and the International Society of Hypertension. ASH paper.
The Journal of Clinical Hypertension, 2013.
Isselbacher dkk. 2012. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Alih bahasa Asdie
Ahmad H., Edisi 13, Jakarta: EGC
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai