Anda di halaman 1dari 19

FAKULTAS KEDOKTERAN UNTAR

UNIVERSITAS TARUMANAGARA JAKARTA


Jl. Taman S. Parman No. 1 - Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNTAR
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
SMF ILMU PENYAKIT MATA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI – BOGOR

Nama : Cecillia Cynthia Tanda Tangan


NIM : 406162095 ........................................
Dr Pembimbing / Penguji : dr. Kantika, Sp M
.........................................

I. IDENTITAS
Nama : Tn M
Umur : 54 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kp. Batu Kasur
Tanggal pemeriksaan : 23 Februari 2018

II. ANAMNESIS
Auto anamnesis pada tanggal 23 Februari 2018

Keluhan utama:
Pasien datang ke poliklinik dengan keluhan mata kanan buram sejak ± 1 bulan SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke poliklinik mata kanan RSUD Ciawi Bogor dengan keluhan mata kanan
buram sejak ± 1 bulan SMRS. Pandangan dirasakan buram seperti berkabut sudah
dirasakan sejak ± 1 tahun SMRS, namun sejak 1 bulan terakhir pandangan menjadi
semakin buram sampai hanya terlihat bayangan-bayangan saja. 3 bulan SMRS pasien

1
mengaku sempat kemasukan serpihan serbuk kayu pada mata kanan. Lalu pasien sudah
berobat ke dokter dan diberikan obat tetes dan obat minum yang pasien lupa namanya.
Keluhan mata merah pun membaik, tetapi mata tetap buram. Pasien juga merasa lebih silau
ketika melihat cahaya/lampu. Pasien mengaku bahwa mata kiri juga buram namun tidak
seburam mata kanan. Pasien juga sering terpapar sinar matahari sehari-hari sebagai petani.
Keluhan saat ini mata merah, nyeri, belekan di pagi hari disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah memiliki keluhan serupa sebelumnya, alergi, kencing manis, dan darah
tinggi juga disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga lain yang memiliki keluhan serupa, tidak ada riwayat alergi,
kencing manis, dan darah tinggi pada keluarga pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : TD 130/80 mmHg, HR 88x/menit, Suhu 36,5 C, RR 20x/menit
Kepala/Leher : Normocephali, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Mulut : Tidak dilakukan pemeriksaan
Thorax, Jantung : Tidak dilakukan pemeriksaan
Paru : Tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Dalam batas normal

2
Status Ophtalmologi

KETERANGAN OD OS
1. VISUS
- Visus 1/300 20/30
- Koreksi - Ph(-)
- Addisi - -
- Distansia pupil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
2. KEDUDUKAN BOLA MATA
- Ukuran Normal Normal
- Eksoftalmus - -
- Endoftalmus - -
- Deviasi - -
- Gerakan Bola Mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
3. SUPERSILIA
- Warna Hitam Hitam
- Simetris Normal Normal
4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
- Edema - -
- Nyeri tekan - -
- Ekteropion - -
- Entropion - -
- Blefarospasme - -
- Trikiasis - -
- Sikatriks - -
- Punctum lakrimal Normal Normal
- Fissure palpebral - -
- Tes anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan
5. KONJUNGTIVA SUPERIOR DAN INFERIOR
- Hiperemis - -
- Folikel - -
- Papil - -
- Sikatriks - -
- Hordeolum - -
- Kalazion - -

6. KONJUNGTIVA BULBI
- Sekret - -
- Injeksi Konjungtiva - -
- Injeksi Siliar - -
- Injeksi Episklera - -
- Perdarahan - -

3
Subkonjungtiva/kemosis
- Pterigium - -
- Pinguekula - -
- Flikten - -
- Nevus Pigmentosus - -
- Kista Dermoid - -
7. SKLERA
- Warna Putih Putih
- Ikterik - -
- Nyeri Tekan - -
8. KORNEA
- Kejernihan Jernih jernih
- Permukaan Rata Rata
- Ukuran Normal Normal
- Sensibilitas Baik Baik
- Infiltrat - -
- Keratik Presipitat - -
- Sikatriks - -
- Ulkus - -
- Perforasi - -
- Arcus senilis - -
- Edema - -
- Test Placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan
9. BILIK MATA DEPAN
- Kedalaman Cukup Dangkal
- Kejernihan Jernih Jernih
- Hifema - -
- Hipopion - -
- Efek Tyndall Tidak dilakukan Tidak dilakukan
10. IRIS
- Warna Coklat Coklat
- Kripta - -
- Sinekia - -
- Koloboma - -
11. PUPIL
- Letak Tengah Tengah
- Bentuk Bulat Bulat
- Ukuran 3 mm 3 mm
- Refleks Cahaya Langsung + +
- Refleks Cahaya Tidak Langsung + +
12. LENSA
- Kejernihan Keruh Agak Keruh
- Letak Tengah Tengah

4
- Test Shadow - +
13. BADAN KACA
- Kejernihan Tidak dapat dinilai Jernih
14. FUNDUS OCCULI
- Batas Tidak dapat dinilai Tegas
- Warna Tidak dapat dinilai Kuning kemerahan
- Ekskavasio Tidak dapat dinilai -
- Rasio arteri : vena Tidak dapat dinilai 2/3
- C/D rasio Tidak dapat dinilai 0.3
- Eksudat Tidak dapat dinilai -
- Perdarahan Tidak dapat dinilai -
- Sikatriks Tidak dapat dinilai -
- Ablasio Tidak dapat dinilai -
15. PALPASI
- Nyeri tekan - -
- Masa tumor - -
- Tensi Occuli Normal per palpasi Normal per palpasi
- Tonometry Schiotz 18.6 mmHg 11.7 mmHg
16. KAMPUS VISI
- Tes Konfrontasi Sesuai Pemeriksa Sesuai Pemeriksa
FOTO MATA (Setelah diberi midriatikum)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan GDS
Pemeriksaan USG OD

V. RESUME
Telah diperiksa seorang Laki-laki berusia 54 tahun datang ke poliklinik mata RSUD
Ciawi dengan keluhan mata kanan buram sejak ± 1 bulan SMRS. Pandangan dirasakan

buram seperti berkabut sudah dirasakan sejak ± 1 tahun SMRS, namun sejak 1 bulan

5
terakhir pandangan menjadi semakin buram sampai hanya terlihat bayangan-bayangan saja.
3 bulan SMRS pasien mengaku sempat kemasukan serpihan serbuk kayu pada mata kanan.
Lalu pasien sudah berobat ke dokter dan diberikan obat tetes dan obat minum yang pasien
lupa namanya. Keluhan mata merah pun membaik, tetapi mata tetap buram. Pasien juga
merasa lebih silau ketika melihat cahaya/lampu. Pasien mengaku bahwa mata kiri juga
buram namun tidak seburam mata kanan. Pasien juga sering terpapar sinar matahari sehari-
hari sebagai petani. Keluhan saat ini mata merah, nyeri, belekan di pagi hari disangkal.

Pada pemeriksaan status ophtalmologi:


OD OS

Visus 1/300 20/30 PH(-)

TIO Normal per Palpasi Normal per Palpasi

Cts Tenang Tenang

Cti Tenang Tenang

Cb Tenang Tenang

C Jernih Jernih

CoA Cukup Dangkal

P Bulat Bulat

I Coklat Coklat

L Keruh Keruh

F Tidak dapat dinilai Dalam batas normal

VI. DIAGNOSIS KERJA


Katarak matur OD dan Katarak Imatur OS

6
VII. DIAGNOSIS BANDING
- Katarak traumatika OD

VIII. PENATALAKSANAAN
- USG OD

IX. PROGNOSIS
OD OS

Ad Vitam Dubia Dubia ad bonam

Ad Fungsionam Dubia Dubia ad bonam

Ad Sanationam Dubia Dubia ad bonam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya. Biasanya
kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami
perubahan dalam waktu yang lama.

2.2 Epidemiologi

7
Diperkirakan 253 juta orang hidup dengan gangguan penglihatan: 36 juta buta dan 217 juta
memiliki gangguan penglihatan moderat hingga berat. 81% orang yang buta atau memiliki
penglihatan penglihatan sedang atau berat sudah berusia 50 tahun ke atas. Katarak yang tidak
dioperasi berkontribusi sebesar 35% sebagai penyebab terbesar kebutaan di seluruh dunia.
Penyebab utama kebutaan di Indonesia adalah katarak (70-80%)

2.3 Klasifikasi
A. Klasifikasi etiologi
I. Katarak kongenital
II. Katarak akuisita
1. Katarak senilis
2. Katarak traumatik
3. Katarak komplikata
B. Klasifikasi morfologis
1. Katarak kapsular: meliputi kapsul
i. Katarak kaspular anterior
ii. Katarak kapsular posterior
2. Katarak subkapsular: mengenai bagian superfisial dari korteks (dibawah kapsul)
i. Katarak subkapsular anterior
ii. Katarak subkapsular posterior
3. Katarak kortikal: meliputi sebagian besar dari
korteks
4. Katarak supranuklear: meliputi bagian dalam
korteks (diluar nukelus)
5. Katarak nuklear: meliputi nukelus dari lensa
6. Katarak polaris: meliputi kapsul dan bagian
superfisial dari korteks pada daerah polar
i. Katarak polaris anterior
ii. Katarak polaris posterior

II.4 Faktor Risiko

8
1. Diabetes melitus
2. Hipertensi
3. Paparan sinar UVB
4. Merokok
5. Obesitas
6. Keturunan
7. Penggunaan steroid jangka panjang
8. Kekurangan vit E

II.5 Katarak Senilis


Katarak senilis (age-related cataract) merupakan jenis katarak didapat (akuisita) yang
paling sering ditemukan pada laki-laki maupun perempuan, biasanya berusia di atas 50
tahun. Pada usia sekitar 70 tahun, hampir 90% individu menderita katarak. Kondisi
kekeruhan biasanya bilateral akan tetapi hampir selalu kondisi salah satu mata lebih berat
dari mata lainnya. Secara morfologis katarak senilis dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu
katarak kortikal dan katarak nuklear. Kedua jenis katarak ini sering terjadi secara
bersamaan.

2.5.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi tipe, maturasi dan usia munculnya katarak
senilis

- Keturunan : mempengaruhi peran genetik dalam mulainya awitan seorang individu


terkena katarak dan maturasi dari kataraknya tersebut,

- Radiasi Ultraviolet: paparan UV yang tinggi mempercepat maturasi dan usia munculnya
katarak.

- Faktor diet: Defisiensi dari beberapa jenis protein, asam amino dan vitamin C, E serta
riboflavin dihubungkan dengan kecepatan maturasi dan usia munculnya katarak

- Krisis dehidrasi: Riwayat dehidrasi berat seperti pada kolera meningkatkan resiko.

- Merokok: merokok mempercepat munculnya katarak. Merokok menyebabkan


penumpukan molekul berpigmen -3 hydroxykhynurine dan chromophores, yang
menyebabkan terjadinya penguningan warna lensa, yang menyebabkan kekuningan.
Sianat dalam rokok juga menyebabkan terjadinya karbamilasi dan denaturasi protein.

2.5.2 Gejala Klinis

9
Kekeruhan lensa dapat terjadi tanpa menimbulkan gejala, dan dijumpai pada pemeriksaan mata
rutin. Gejala katarak yang sering dikeluhkan adalah :

1. Silau
Pasien katarak sering mengeluh silau, yang bisa bervariasi keparahannya mulai dari
penurunan sensitivitas kontras dalam lingkungan yang terang hingga silau pada saat siang hari
atau sewaktu melihat lampu mobil atau kondisi serupa di malam hari. Keluhan silau tergantung
dengan lokasi dan besar kekeruhannya, biasanya dijumpai pada tipe katarak posterior
subkapsular.

2. Diplopia monokular atau polypia


Terkadang, perubahan nuklear terletak pada lapisan dalam nukleus lensa, menyebabkan
daerah pembiasan multipel di tengah lensa sehingga menyebabkan refraksi yang ireguler karena
indeks bias yang berbeda.

3. Halo
Hal ini bisa terjadi pada beberapa pasien oleh karena terpecahnya sinar putih menjadi
spektrum warna oleh karena meningkatnya kandungan air dalam lensa.

4. Distorsi
Katarak dapat menyebabkan garis lurus kelihatan bergelombang

5. Penurunan tajam penglihatan


Katarak menyebabkan penurunan penglihatan progresif tanpa rasa nyeri. Umumnya
pasien katarak menceritakan riwayat klinisnya langsung tepat sasaran. Dalam situasi lain, pasien
hanya menyadari adanya gangguan penglihatan setelah dilakukan pemeriksaan. Pada katarak
kupuliform (opasitas sentral) gejala lebih buruk ketika siang hari dan membaik ketika malam
hari. Pada katarak kuneiform (opasitas perifer) gejala lebih buruk ketika malam hari.

6. Myopic shift
Seiring dengan perkembangan katarak, dapat terjadi peningkatan dioptri kekuatan lensa,
yang pada umumnya menyebabkan miopia ringan atau sedang. Umumnya, pematangan katarak
nuklear ditandai dengan kembalinya penglihatan dekat oleh karena meningkatnya miopia akibat
kekuatan refraktif lensa nuklear sklerotik yang menguat, sehingga kacamata baca atau bifokal

10
tidak diperlukan lagi. Perubahan ini disebut ”second sight”. Akan tetapi, seiring dengan
penurunan kualitas optikal lensa, kemampuan tersebut akhirnya hilang.
2.5.3 Patofisiologi

2.5.4 Stadium maturasi katarak senilis :


A. Maturasi dari katarak senilis tipe kortikal
I. Stadium katarak insipien
Merupakan stadium yang paling dini,
yang belum menimbulkan gangguan
visus.Kekeruhan terutama terdapat pada
bagian perifer berupa berca-bercak seperti
jari-jari roda, terutama mengenai korteks
anterior, sedang aksis relatif masih
jernih.Gambaran berupa Spokes of a wheel.

11
Gambar : Katarak stadium insipien “Spokes of a wheel”
II. Katarak senilis imatur:
Lensa terlihat putih keabu-abuan, namun masih terdapat korteks yang jernih, maka
terdapat iris shadow.Kekeruhan terdapat dibagian posterior dan bagian belakang nukleus
lensa.Pada stadium ini mungkin terjadi hidrasi kroteks, yang mengakibatkan lensa menjadi
cembung, sehingga indeks refraksi berubah karena daya biasnya bertambah dan mata menjadi
miopia.
III. Katarak senilis matur:
Kekeruhan korteks secara total sehingga iris shadow tidak ada.Lensa telah menjadi keruh
seluruhnya.Pada pupil nampak lensa yang seperti mutiara.Pada stadium ni, lensa akan berukuran
normal kembali akibat terjadi pengeluaran air.
IV. Katarak senilis hipermatur
i. Katarak hipermatur tipe Morgagni: Pada kondisi ini, korteks mencair dan lensa menjadi seperti
susu. Nukleus yang berwarna coklat tenggelam ke dasar.Pada stadium ini juga terjadi kerusakan
kapsul lensa, sehingga isi korteks yang cair dapat keluar dan lensa menjadi kempis, yang
dibawahnya terdapat nukleus lensa.
ii. Katarak hipermatur tipe sklerotik: Pada kondisi ini, korteks terdisintegrasi dan lensa menjadi
berkerut yang menyebabkan COA menjadi dalam

Gambar : Katarak hipermatur tipe Morgagni


B. Maturasi dari katarak senilis tipe nuklear:
Pada keadaan ini, lensa menjadi keras dan tidak elastis, sehingga menurunkan
kemampuan akomodasi serta menghalangi cahaya. Perubahan dimulai dari tengah, lalu secara
perlahan menyebar ke perifer sampai hampir meliputi seluruh kapsul, namun masih terdapat

12
sedikit bagian dari korteks yang masih jernih. Warna yang dapat dilihat ialah coklat (cataracta
brunescens), hitam (cataracta nigra) dan merah (cataracta rubra)

Gambar : A.Cataracta brunescens, B.Cataracta nigra, C.Cataracta rubra

2.5.5 Penatalaksanaan
Tindakan non-bedah:
1. Pengobatan dari penyebab katarak: Penyebab katarak harus dicari, karena apabila penyakit
tersebut dapat ditemui dan diobati seringkali memberhentikan progresi dari penyakit tersebut,
contohnya adalah:
- Kontrol gula darah pada pasien DM
- Menghentikan penggunaan obat-obatan seperti kortikosteroid
- Pengobatan uveitis untuk mencegah komplikasi

13
2. Memperlambat progresi: penggunaan yodium, kalsium, kalium, vitamin E dan aspirin
dihubungkan dengan perlambatan dari kataraktogenesis.
3. Meningkatkan penglihatan pada katarak insipien dan imatur dengan:
- Refraksi
- Pencahayaan: Pada opasitas sentral menggunakan penerangan yang terang. Pada opasitas perifer
menggunakan penerangan yang sedikit redup.
4. Pengunaan kacamata hitam ketika beraktifitas diluar ruangan pada pasien dengan opasitas sentral
5. Midriatikum pada pasien dengan katarak aksial yang kecil.
Indikasi operasi katarak ialah:
1. Fungsi penglihatan: Ini merupakan indikasi yang paling sering. Operasi katarak dilakukan ketika
cacat visus menjadi menyebabkan gangguan signifikan pada kehidupan sehari-hari pasien.
2. Indikasi medis: meskipun pasien merasa nyaman dari aspek penglihatan, operasi dapat
dianjurkan apabila pasien menderita:
- Glaukoma lens-induced
- Endoftalmitis fakoanafilaktik
- Penyakit retina seperti retinopati diabetikum dan ablasio retina yang terapinya terganggu karena
adanya kekeruhan lensa.
3. Indikasi kosmetik: Terkadang pasien dengan katarak matur meminta ekstraksi katarak agar pupil
kembali menjadi hitam.
Evaluasi Preoperatif
1. Pemeriksaan umum: untuk melihat apakah pasien memiliki penyakit diabetes mellitus, hipertensi
dan masalah jantung, PPOK dan daerah potensi infeksi seperti periodontitis dan infeksi saluran
kemih. Gula darah harus terkontrol dan hipertensi tidak boleh diatas 160/100 mmHg
2. Pemeriksaan fungsi retina:
a. Persepsi sinar: apakah operasi tersebut akan menguntungkan dengan melihat apakah fungsi
retina masih baik atau tidak.
b. RAPD: apabila positif maka kemungkinan ada lesi nervus optikus
c. Persepsi warna
d. Pemeriksaan diskriminasi dua sinar
e. Pemeriksaan objektif seperti elektroretinogram, EOG dan VOR.

14
3. Mencari sumber infeksi lokalis: infeksi konjungktiva, meibomitis,blefaritis dan infeksi sakus
lakrimalis harus disingkirkan. Dilakukan uji anel untuk melihat patensi sakus lakrimalis apabila
pasien memiliki riwayat mata berair. Apabila terdapat penyakit dakriosistitis, maka harus
dilakukan dakriosistektomi ato dakriosistorinostomi.
4. Evaluasi segmen anterior: apakah ada tanda-tanda uveitis seperti keratic precipitate, efek Tyndall

dan harus diobati sebelum operasi katarak


5. Pengukuran TIO: tekanan intraokuler yang tinggi merupakan prioritas pengobatan sebelum
ekstraksi katarak
Pembedahan Katarak Senilis
1. Ekstraksi katarak intrakapsular (ICCE)
Pada teknik ini, keseluruhan lensa katarak dan kapsulnya diangkat. Zonula yang lemah dan
terdegenerasi merupakan syarat dari operasi ini. Karena hal ini, teknik ini tidak bisa dilakukan
pada pasien yang muda karena zonula yang kuat. Pada usia 40-50 tahun, digunakan enzim
alphachymotrypsin yang melemahkan zonula.
Indikasi: Subluksasi dan dislokasi lensa.
2. Ekstraksi katarak ekstrakapsular (ECCE)
Pada teknik ini, bagian besar dari kapsula anterior dan epitel, nukleus dan korteks diangkat;
kapsula posterior ditinggalkan sebagai penyangga lensa implant.
Indikasi: Operasi katarak pada anak-anak dan dewasa.
Kontraindikasi: Subluksasi dan dislokasi lensa.
3. Fakoemulsifikasi
Pembedahan menggunakan vibrator ultrasonik untuk menghancurkan nukleus yang kemudian
diaspirasi melalui insisi 2.5-3 mm, dan kemudian dimasukan lensa intraokular yang dapat dilipat.

15
Keuntungan yang didapat ialah pemulihan visus lebih cepat, induksi astigmatis akibat operasi
minimal, komplikasi dan inflamasi pasca bedah minimal.

Lensa
Tanam

Intraokuler
Implantasi lensa intraokular merupakan metode pilihan untuk koreksi afakia. Biasanya bahan
lensa intraokuler terbuat dari polymethylmethacrylate (PMMA).
Pembagian besar dari lensa intraokular berdasarkan metodi fiksasi pada mata ialah:
1. IOL COA: Lensa di depan iris dan disangga oleh sudut dari COA.

16
2. Lensa yang disangga iris: lensa dijahit kepada iris, memiliki tingkat komplikasi yang tinggi.
3. Lensa Bilik Mata Belakang: Lensa diletakan di belakang iris, disangga oleh sulkus siliaris atau
kapsula posterior lensa.
2.5.6 Penyulit yang mungkin timbul pada operasi katarak :

◦ Preoperatif
◦ Anxiety
◦ Konjungtivitis alergi
◦ Retrobulbar hemorhage
◦ Operatif
◦ Perdarahan
◦ iridodialisis
◦ Vitreous loss
◦ Post operatif
◦ Hifema
◦ Prolaps iris
◦ Endoftalmitis

2.5.7 Prognosis
Prognosis tergantung pada:
 Unilateral/bilateral
 Maturitas katarak
 Derajat gangguan visual

2.6. Katarak Traumatika

Katarak traumatika adalah

Tanda:

17
 Cincin Vossius pigmen coklat yang tampak pada capsul anterior disebabkan oleh
terbenturnya margin pupil yang sedang berkontraksi terhadap lensa kristalin. Ukuran
selalu lebih kecil dibandingkan pupil.

 Katarak akibat konkusio:

o Katarak rosette tipe yang paling sering ditemukan pada katarak karena
konkusio. Seperti bentuk bintang biasanya di korteks posterior

o Maturasi awal dari katarak senilis setelah trauma tumpul/

DAFTAR PUSTAKA

1. Roy Hampton, Episcleritis in Http://www.emedicine.com/oph/topic641.htm


2. Kanski J. Jack, Disorders of the Cornea and Sclera in Clinical Ophthalmology 5 th Edition pp. 151-
2. Great Britain. 2003. Butterworth-Heinemann.
3. Pavan-Langston, Cornea and External Disease in Manual of Ocular Diagnosis and Therapy 5th
Edition pp. 125-126. Philadelphia. 2002. Lippincott Williams & Wilkins
4. Riordan Paul-Eva, Episkleritis dalam Oftalmologi Umum edisi 14 hal.170-171. Jakarta. 2000.
Widya Medika.
5. Kanski J. Jack, Disorders of the Cornea and Sclera in Clinical Ophthalmology 4 th Edition pp. 151-
2. Great Britain. 1999. Butterworth-Heinemann.
6. Rhee Douglas and Pyfer Mark, Episcleritis in The Wills Eye Manual 3 rd Edition pp133-134.
United States of America. 1999. Lippincott Williams & Wilkins
7. FeinbergEdward,EpiscleritisinHttp://www.pennhealthj.com/ency/article/001019.htm.

18
19

Anda mungkin juga menyukai