Anda di halaman 1dari 6

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HEMOROID PADA PASIEN DI RUANGAN POLI

BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TENRIAWARU


KABUPATEN BONE

Risma Desy Purnamasari Idrus1, Rifatunnisa2, Edy Supardi3


1
STIKES Nani Hasanuddin Makassar
2
STIKES Nani Hasanuddin Makassar
3
STIKES Nani Hasanuddin Makassar

(Alamat Respondensi :rpurnamasariidrus@gmail.com/082253500440))

ABSTRAK

Hemoroid atau lebih sering dikenal dengan sakit ambeien merupakan beban kesehatan
utama di negara-negara yang sedang berkembang yang sedang mengalami transisi demografi dan
perubahan pola hidup dalam masyarakat. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor risiko
kejadian hemoroid pada pasien di Ruangan Poli Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Tenriawaru
Kabupaten Bone. Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei analitik dengan rancangan
case control study. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel
sebanyak 30 responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dianalisa menggunakan
Odds Ratio (OR). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konstipasi merupakan faktor risiko kejadian
hemoroid pada pasien (91,000>1), obesitas bukan merupakan faktor risiko kejadian hemoroid pada
pasien (1,000=1), dan aktivitas fisik merupakan faktor risiko kejadian hemoroid pada pasien (1,750>1)
di Ruangan Poli Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Tenriawaru Kabupaten Bone. Kesimpulan dalam
penelitian ini adalah konstipasi dan aktivitas fisik merupakan faktor risiko kejadian hemoroid pada
pasien, sedangakan obesitas bukan merupakan faktor risiko kejadian hemoroid pada pasien di
Ruangan Poli Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Tenriawaru Kabupaten Bone

Kata kunci: Aktivitas Fisik, Kejadian Hemoroid, Konstipasi, Obesitas

PENDAHULUAN hemoroid ekternal maupun internal (Sunarto,


Hemoroid atau lebih sering dikenal 2016).
dengan sakit ambeien merupakan penyakit Hemoroid memiliki faktor risiko yang
yang disebabkan oleh pembengkakan cukup banyak antara lain kurangnya
pembuluh darah dibagian poros usus, baik mobilisasi, konstipasi, cara buang air besar
disebelah dalam maupun disebelah luar yang tidak benar, kurang minum, kurang
lubang dubur. Sepintas bentuknya mirip bisul memakan makanan berserat (sayur dan
yang berwarna merah kebiruan. buah), faktor genetika, kehamilan, penyakit
Pembengkakan ini menyebabkan yang meningkatkan tekanan intraabdomen
terhambatnya aliran darah ke perut. Secara (tumor abdomen, tumor usus), dan sirosis hati
anatomi hemoroid bukanlah suatu penyakit, (Kasron & Susilawati, 2018).
melainkan suatu perubahan pada bantalan Hasil penelitian Fridolin, Saleh, &
pembuluh-pembuluh darah di anus berupa Hernawan, (2015), menunjukkan bahwa ada
pelebaran dan pembengkakan pembuluh hubungan yang bermakna antara riwayat
darah dan jaringan disekitarnya (Fridolin, konstipasi dengan kejadian hemoroid pada
Saleh, & Hernawan, 2015). pasien di RSUD Dr Soedarso. Penelitian
Berdasarkan data World Health Nugroho (2014), terdapat hubungan yang
Organization (WHO), angka kejadian signifikan antara aktivitas fisik dengan derajat
hemoroid terjadi di seluruh Negara, dengan hemoroid. Sedangkan hasil penelitian Lee,
presentasi 54% mengalami gangguan Kim, Kang, Shin, & Song (2014),
hemoroid (Sunarto, 2016). Di Amerika Serikat mengemukakan bahwa obesitas memiliki
lima ratus ribu orang didiagnosa menderita hubungan yang signifikan dan menjadi faktor
hemorrhoid setiap tahunnya. Bahkan 75% risiko terhadap kejadian penyakit hemoroid.
penduduk dunia pernah mengalami Berdasarkan data dari Ruangan Poli
hemorrhoid (Ulima, 2012). Di Indonesia Bedah RSUD Tenriawaru Kabupaten Bone
berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa jumlah pasien yang
yang diperoleh dari rumah sakit di 33 provinsi mengalami hemoroid pada tahun 2016
terdapat 355 rata-rata kasus hemoroid, baik sebanyak 77 pasien mengalami peningkatan

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 15 Nomor 4 Tahun 2020 ● eISSN : 2302-2531
383
98 pada tahun 2017 dan kembali meningkat Dewasa awal (26-35 tahun) 8 26.7
pada tahun 2018 sebanyak 118 pasien. Dewasa akhir (36-45 tahun) 8 26.7
Sedangkan penderit hemoroid pada bulan Lansia awal (46-55 tahun) 7 23.3
Januari sampai Maret 2019 sebanyak 30 Jenis kelamin
Laki-laki 16 53.3
pasien (Data Sekunder RSUD Tenriawaru
Perempuan 14 46.7
Kabupaten Bone, 2019). Pendidikan
Insidensi hemoroid di negara–negara SD 3 10.0
maju dan berkembang, termasuk Indonesia SMP 3 10.0
semakin meningkat dan perlu mendapat SMA 11 36.7
perhatian. Orang-orang dari kelompok risiko Program DIII 3 10.0
tinggi di Indonesia khususnya di Kabupaten S1 10 33.3
Bone, belum menyadari bahaya penyakit ini Pekerjaan
karena tidak memberikan gejala berat pada IRT 5 16.7
tingkatan awal dan baru menjadi perhatian PNS 9 30.0
Pegawai swasta 4 13.3
setelah memasuki grade tiga atau empat dan
Wiraswasta 10 33.3
sudah memerlukan tindakan bedah Petani 1 3.3
Mahasiswa 1 3.3
BAHAN DAN METODE
Lokasi, Populasi, Sampel Berdasarkan tabel 1 menunjukkan
Penelitian ini dilaksanakan di Ruangan bahwa dari 30 responden didapatkan
Poli Bedah Rumah Sakit Umum Daerah bahwa karakteristik umur responden
Tenriawaru Kabupaten Bonepada tanggal 27 terbanyak berada pada rentan dewasa
Mei sampai 1 Juni 2019. Populasi dalam awal (26-35 tahun) dan dewasa akhir (36-
penelitian ini adalah semua pasien yang 45 tahun) sebanyak 8 responden (26.7%).
berkunjung di Ruangan Poli Bedah Rumah Karakteristik jenis kelamin responden
Sakit Umum Daerah Tenriawaru Kabupaten terbanyak yaitu laki-laki sebanyak 16
Bonedengan jumlah sampel sebanyak30 responden (53.3%). Karakteristik
pasien dengan 15 pasien yang mengalami pendidikan responden terbanyak yaitu SMA
hemoroid dan 15 pasien yang tidak mengalami sebanyak 11 responden (36.7%).
hemoroid dengan purposive sampling. Karakteristik pekerjaan responden
terbanyak yaitu wiraswasta sebanyak 10
Pengumpulan Data responden (33.3%)
1. Data primer
Pengumpulan data primer diperoleh Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden
dengan menggunakan kuesioner yang Berdasarkan Konstipasi di Ruangan Poli
telah disediakan. Bedah RSUD Tenriawaru Kabupaten Bone
2. Data sekunder Konstipasi n %
Pengumpulan data sekunder diperoleh Konstipasi 14 56.7
dari buku register Rumah Sakit Umum
Tidak konstipasi 16 53.3
Daerah Tenriawaru Kabupaten Bone.
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan
Analisis Data
bahwa dari 30 responden terdapat 14
1. Analisis Univariat
responden (56.7%) yang mengalami
Analisa univariat bertujuan untuk
konstipasi dan 16 responden (53.3%) yang
mendeskripsikan karakteristik setiap
tidak mengalami konstipasi
variabel penelitian. Bentuk jenis analisis
univariat tergantung dari jenis datanya.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden
2. Analisis Bivariat
Berdasarkan Obesitas di Ruangan Poli
Analisis bivariat yang dilakukan terhadap
Bedah RSUD Tenriawaru Kabupaten Bone
dua variabel yang diduga berhubungan atau
berkorelasi (Notoatmodjo, 2014). Obesitas n %
Obesitas 4 13.3
HASIL PENELITIAN Tidak obesitas 26 86.7
1. Analisis Univariat Total 30 100.0
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Demografi
di Ruangan Poli Bedah RSUD Tenriawaru Berdasarkan tabel 3 menunjukkan
Kabupaten Bone (n=30) bahwa dari 30 responden terdapat 4
Data demografi n % responden (13.3%) yang mengalami
Umur obesitas dan 26 responden (86.7%) yang
Remaja akhir (17-25 tahun) 7 23.3 tidak mengalami obesitas.

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 15 Nomor 4 Tahun 2020 ● eISSN : 2302-2531
384
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden di Ruangan Poli Bedah Rumah Sakit
Berdasarkan Aktivitas Fisik di Ruangan Poli Umum Daerah Tenriawaru Kabupaten
Bedah RSUD Kabupaten Bone Bone.
Aktivitas fisik n %
Berat 18 60.0 Tabel 7. Risiko Faktor Aktivitas Fisik
Ringan 12 40.0 dengan Kejadian Hemoroid di Ruangan
Total 30 100.0 Poli Bedah RSUD Tenriawaru Kabupaten
Bone
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan Kejadian hemoroid
bahwa dari 30 responden terdapat 18 Tidak Jumlah
Obesitas Hemoroid
responden (60.0%) yang aktivitas fisiknya hemoroid
n % n % n %
berat dan 12 responden (40.0%) yang
Berat 10 55.6 8 44.4 18
aktivitas fisiknya ringan). 100.0
Ringan 5 41.7 7 58.3 12
2. Analisis Bivariat 100.0
Tabel 5. Risiko Faktor Konstipasi Jumlah 15 50.0 15 50.0 30 100.0
dengan Kejadian Hemoroid di Ruangan OR(CI95%) = 1,750 (0.400-7.664)
Poli Bedah RSUD Tenriawaru Kabupaten
Bone Berdasarkan hasil analisa tabel silang
Kejadian hemoroid menggunakan uji Odds Ratio didapatkan
Tidak Jumlah nilai Odds Ratio (OR) sebesar 1.750
Konstipasi Hemoroid
hemoroid (OR>1) dengan Interval (CI) 95% = 0.400-
n % n % n % 7.664, artinya aktivitas fisik merupakan
Konstipasi 13 92.9 1 7.1 14 100.0 faktor risiko kejadian hemoroid pada pasien
Tidak
konstipasi
2 12.5 14 87.5 16 100.0 di Ruangan Poli Bedah Rumah Sakit
Jumlah 15 50.0 15 50.0 30 100.0 Umum Daerah Tenriawaru Kabupaten
OR(CI95%) = 91.000 (7.349-1126.895) Bone

Berdasarkan hasil analisa tabel silang PEMBAHASAN


menggunakan uji Odds Ratio didapatkan 1. Risiko konstipasi dengan kejadian
nilai Odds Ratio (OR) sebesar 91.000 hemoroid
(OR>1) dengan Interval (CI) 95% = Hasil penelitian menunjukkan bahwa
7.3491126.895, artinya konstipasi konstipasi merupakan faktor risiko kejadian
merupakan faktor risiko kejadian hemoroid hemoroid pada pasien di Ruangan Poli
pada pasien di Ruangan Poli Bedah Bedah Rumah Sakit Umum Daerah
Rumah Sakit Umum Daerah Tenriawaru Tenriawaru Kabupaten Bone.
Kabupaten Bone. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Fridolin, Saleh, & Hernawan
Tabel 6. Risiko Faktor Obesitas (2015), Nugroho (2014) mengemukakan
dengan Kejadian Hemoroid di Ruangan bahwa ada hubungan yang bermakna
Poli Bedah RSUD Tenriawaru Kabupaten antara riwayat konstipasi dengan kejadian
Bone hemoroid pada pasien. Dalam penelitian
Kejadian hemoroid Peery, et al., (2015), mengemukakan
Tidak Jumlah bahwa kostipasi penyebab peningkatan
Obesitas Hemoroid kejadian hemoroid.
hemoroid
n % n % n % Konstipasi adalah gangguan buang air
Obesitas 2 50.0 2 50.0 4 besar. Defekasi tidak teratur yang
100.0
abnormal dan juga pengerasan feses tidak
Tidak normal yang membuat pasasenya sulit dan
13 50.0 13 50.0 26
obesitas 100.0 kadang menimbulkan nyeri. Konstipasi
merupakan etiologi hemoroid yang paling
Jumlah 15 50.0 15 50.0 30 100.0
sering. Biasanya orang akan buang air
OR(CI95%) = 1,000 (0.122-8.210)
besar setiap hari 1-2 kali, tetapi kadang-
kadang ada pula mereka buang air besar
Berdasarkan hasil analisa tabel silang
3-4 hari sekali. Selain itu, fisura anal juga
menggunakan uji Odds Ratio didapatkan
dapat diakibatkan oleh pasase feses yang
nilai Odds Ratio (OR) sebesar 1.000
keras melalui anus, merobek lapisan kanal
(OR=1) dengan Interval (CI) 95% = 0.122-
anal. Hemoroid terjadi sebagai akibat
8.210, artinya obesitas bukan merupakan
kongesti vaskuler perianal yang
faktor risiko kejadian hemoroid pada pasien
disebabkan oleh peregangan. Konstipasi

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 15 Nomor 4 Tahun 2020 ● eISSN : 2302-2531
385
terjadi apabila feses menjadi terlalu kering, Peningkatan tekanan intra abdomen
yang timbul karena defekasi yang tertunda pada orang obesitas dengan lemak tubuh
terlalu lama. Jika isi kolon tertahan dalam tinggi dan lemak visceral diperkirakan
waktu lebih lama dari normal, jumlah H2O memicu kemacetan vena rektum distal dan
(air) yang diserap akan melebihi normal, berkontribusi pada pengembangan
sehingga feses menjadi kering dan keras. hemoroid. Mekanisme lain yang bisa
Buang air yang keras dapat menyebabkan menjadi peradangan kronis pada obesitas.
dubur luka sehingga menimbulkan Obesitas menginduksi peningkatan
pendarahan anus terasa perih sehabis pelepasan sitokin inflamasi dan protein
buang air(Syadan, 2011; Nugroho, 2014; fase akut misalnya Protein C-reaktif, yang
Kasron & Susilawati, 2018). secara aktif mengaktifkan sistem imun
Dari hasil penelitian ini sebelumnya bawaan dan memengaruhi homeostasis
dengan hasil penelitian ini menunjukkan metabolik(Lee, Kim, Kang, Shin, & Song,
adanya persamaan dimana kejadian 2014).
hemoroid lebih banyak terjadi pada Dari hasil penelitian ini sebelumnya
konstipasi. Hasil penelitian sebelumnya dengan hasil penelitian ini menunjukkan
dan hasil penelitian ini menunjukkan adanya persamaan dimana secara statistik,
konsistensi dengan teori yang ada, bahwa obesitas tidak menjadi faktor risiko kejadian
konstipasi merupakan faktor risiko kejadian hemoroid. Namun secara teori dan hasil
hemoroid pada pasien, karena responden penelitian lainnya menyatakan obesitas
yang mengalami konstipasi lebih merupakan faktor risiko kejadian hemoroid.
cenderung mengalami hemoroid begitu Hal ini kemungkinan dapat dipengaruhi
juga responden yang tidak konstipasi lebih oleh faktor lain seperti asupan serat.
cenderung tidak mengalami hemoroid. Kurangnya asupan serat seperti (sayur,
Konstipasi bisa disebabkan karena pola buah serta kacang-kacangan) yang masuk
atau jenis makanan yang dikonsumsi, ke dalam tubuh akan mempengaruhi
makanan yang memiliki kandungan serat pemasukan cairan dalam tubuh sehingga
tinggi dapat membantu proses percepatan dapat mempengaruhi kesulitan proses
defekasi. Selain itu asupan cairan juga defekasi. Hal ini yang dapat mengakibatkan
dapat mempengaruhi pemasukan cairan terjadinya hemoroid apabila tidak dilakukan
yang kurang dalam tubuh membuat penanganan. Selain itu faktor jumlah
defekasi menjadi keras oleh karena proses sampel obesitas yang sedikit kemungkinan
absorpsi air yang kurang sehingga dapat bisa mempengaruhi hasil uji statistik.
mempengaruhi kesulitan proses defekasi. 3. Risiko aktivitas fisik dengan kejadian
Dengan demikian kebiasaan pasien diatas hemoroid
masih bisa terjadi konstipasi apabila Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dilakukan dalam waktu yang lama bisa aktivitas fisik merupakan faktor risiko
menyebabkan terjadinya hemoroid kejadian hemoroid pada pasien di Ruangan
2. Risiko obesitas dengan kejadian hemoroid Poli Bedah Rumah Sakit Umum Daerah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tenriawaru Kabupaten Bone.
obesitas bukan merupakan faktor risiko Hasil penelitian ini sejalan dengan
kejadian hemoroid pada pasien di Ruangan penelitian Nugroho (2014), terdapat
Poli Bedah Rumah Sakit Umum Daerah hubungan antara aktivitas fisik dengan
Tenriawaru Kabupaten Bone . derajat hemoroid. Penelitian Khan, Itrat,
Hasil penelitian ini sejalan Fridolin, Ansari, & Zulkifle (2015), mengemukakan
Saleh, & Hernawan (2015), bahwa prevalensi hemoroid ditemukan
mengemukakan bahwa tidak ada pada mereka yang tidak melakukan jalan
hubungan yang bermakna antara obesitas pagi atau sore hari atau kegiatan fisik
dengan kejadian hemoroid pada pasien. tambahan lainnya. Sedangkan penelitian
Penelitian Peery, et al., (2015), Fridolin, Saleh, & Hernawan (2015),
mengemukakan bahwa baik kelebihan mengemukakan bahwa tidak ada
berat badan maupun obesitas bukan hubungan yang bermakna antara riwayat
merupakan faktor risiko kejadian hemoroid. aktivitas fisik dengan kejadian hemoroid
Sedangkan penelitian yang telah dilakukan pada pasien.
oleh Lee, Kim, Kang, Shin, & Song (2014), Apabila aktivitas kurang merupakan
mengemukakan bahwa obesitas memiliki inseden terjadinya hemoroid semakin
hubungan yang signifikan dan menjadi tinggi. Aktivitas dapat mempengaruhi
faktor risiko terhadap kejadian penyakit proses defekasi karena mempengaruhi
hemoroid.. aktivitas tonus otot abdomen, pelvis, dan
diafragma dapat membantu kelancaran

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 15 Nomor 4 Tahun 2020 ● eISSN : 2302-2531
386
proses defekasi, sehingga proses Bedah Rumah Sakit Umum Daerah
pergerakan peristaltic pada daerah kolon Tenriawaru Kabupaten Bone.
dapat bertambah baik, dan memudahkan 2. Obesitas bukan merupakan faktor risiko
untuk membantu kelancaran proses kejadian hemoroid pada pasien di Ruangan
defekasi. Sebaliknya imobilisasi dapat Poli Bedah Rumah Sakit Umum Daerah
menyebabkan gangguan fungsi Tenriawaru Kabupaten Bone.
gastrointestinal hal ini disebabkan karena 3. Aktivitas fisik merupakan faktor risiko
imobilitas dapat menurunkan hasil kejadian hemoroid pada pasien di Ruangan
makanan yang dicerna, sehingga Poli Bedah Rumah Sakit Umum Daerah
menyebabkan gangguan proses eliminasi Tenriawaru Kabupaten Bone
dan akan menyebabkan terjadinya
hemoroid (Nugroho, 2014) SARAN
Dari hasil penelitian sebelumnya 1. Diharapkan pasien hemoroid mampu
dengan hasil penelitian ini menunjukkan melakukan aktivitas fisik yang cukup serta
adanya persamaan dimana kejadian memakan makanan yang tinggi serat untuk
hemoroid lebih banyak terjadi pada mengurangi terjadinya konstipasi yang
responden yang memiliki aktivitas fisik akan menyebabkan terjadinya hemoroid.
yang kurang dan berat. Hasil penelitian Diharapkan penelitian ini dapat.
sebelumnya dan hasil penelitian ini 2. Diharapkan penelitian ini dapat
menunjukkan konsistensi dengan teori mempertahankan peran petugas
yang ada, bahwa aktivitas fisik merupakan kesehatan khususnya perawat dengan
faktor risiko kejadian hemoroid pada tetap memberikan edukasi kepada pasien
pasien, karena responden yang memiliki khususnya pasien hemoroid dan sebagai
aktivitas fisik yang berat lebih cenderung sarana pembanding bagi dunia ilmu
mengalami hemoroid. Orang dengan pengetahuan dalam memperkaya
aktivitas fisik yang berat mempunyai informasi tentang kejadian hemoroid.
resikoyang berat pula terhadap 3. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan
kesehatannya dari pada pekerjaan ringan. sebagai studi pendahuluan untuk
Suatu aktivitas fisik berat yang dilakukan mengembangkan penelitian lainnya
dapat menyebabkan kenaikan tekanan terutama dalam upaya mencegah
vena hemoroidalis. Apabila hal ini terjadinya hemoroid. Selain itu, perlu
dilaksanakan dalam waktu yang lama dan dilakukan penelitian lanjutan dengan
frekuensi yang berat maka hal ini dianggap memperluas variabel yang diduga juga
sebagai salah satu faktor yang berperan dapat mempengaruhi terjadinya hemoroid,
dalam insiden hemoroid. antara lain faktor aktivitas fisik, pola
makan, kebiasaan bab, konstipasi, kurang
KESIMPULAN mobilisasi, pekerjaan, anatomi, dan usia
1. Konstipasi merupakan faktor risiko kejadian
hemoroid pada pasien di Ruangan Poli

DAFTAR PUSTAKA

ridolin, W., Saleh, I., & Hernawan, A. D. (2015). Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Hemoroid
pada Pasien di RSUD Dr Soedarso Pontianak. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Pontianak, 1-17

Kasron, & Susilawati. (2018). Buku Ajar Anatomi Fisiologi dan Gangguan Sistem Pencernaan. Jakarta Timur:
Trans Info Media..

Khan, R. M., Itrat, M., Ansari, A. H., & Zulkifle, M. (2015). A Study on Associated Risk Factors of Haemorrhoids.
Journal of Biological & Scientific Opinion, Volume 3 (1), 36-38

ee, J. H., Kim, H. E., Kang, J. H., Shin, J. Y., & Song, Y. M. (2014). Factors Associated with Hemorrhoids in
Korean Adults: Korean National Health and Nutrition Examination Survey. Korean Journal of Family
Medicine, Vol. 35, No. 5, 227-236

Notoatmodjo, S. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.


ugroho, S. H. (2014). Hubungan Aktivitas Fisik dan Konstipasi dengan Derajat Hemoroid di URJ Bedah RSUD
Dr. Soegiri Lamongan. Jurnal Surya, Vol. 02, No. XVIII, 41-50.

peery, A. F., Sandler, R. S., Galanko, J. A., Bresalier, R. S., Figueiredo, C., Ahnen, D. J., et al. (2015). Risk
Factors for Hemorrhoids on Screening Colonoscopy. Plos One, 10 (9), 1-9.

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 15 Nomor 4 Tahun 2020 ● eISSN : 2302-2531
387
Sunarto. (2016). Analisis Faktor Aktifitas Fisik Resiko Terjadi Hemoroid di Klinik Etika. Jurnal Keperawatan
Global, Volume 1, No. 2, 55-103

Syadan, G. (2011). Memahami Berbagai Penyakit (Penyakit Pernapasan dan Gangguan Pencernaan). Bandung:
Alfabeta

Ulima, B. (2012). Faktor Risiko Kejadian Hemorrhoid pada Usia 21-30 Tahun. Jurnal Media Medika Muda, 1-16

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 15 Nomor 4 Tahun 2020 ● eISSN : 2302-2531
388

Anda mungkin juga menyukai