Anda di halaman 1dari 13

PRESENTASI KASUS

ACNE VULGARIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas Kepaniteraan Klinik
Bagian Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Temanggung

Disusun Oleh :

Indira Putri Fiana Dewi


20194010146

Pembimbing :

dr. Rudi Agung Wuryanto., Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK KULIT DAN KELAMIN


RSUD KABUPATEN TEMANGGUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2020
BAB I
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. N
Usia : 14 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Bantengsari Purwosari Sukore
No RM : 313698

B. ANAMNESIS
- Keluhan Utama
- Gatal di bagian wajah dan punggung
- Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan gatal di bagian wajah yang semakin memberat
apabila diberi minyak air mawar. Lesi menyebar hingga ke punggung, keluhan sudah
dirasakan pasien sejak 1 tahun yang lalu. Keluhan tidak disertai dengan deman (-) nyeri
kepala (-) mual (-) muntah (-). Awal mulanya dari pemakaian sabun herbal selama 1 minggu
kemudian terasa gatal, perih dan mulai muncul bintik-bintik serta keluar cairan seperti nanah
lalu penyebarannya hingga ke punggung dengan lesi yang sama hanya tidak keluar cairan
nanah bila di garuk keluar butiran kecil dengan konsistensi padat. Sebelumnya pasien belum
pernah memeriksakan keluhannya.

- Riwayat Penyakit Dahulu


1. Keluhan serupa (-)
2. Riwayat alergi ikan asin (+)
3. Riwayat pneumonia (+)
- Riwayat Penyakit Keluarga
1. Keluhan serupa (-)
2. Riwayat alergi (-)

C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign :
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Frekuensi Nadi : 102 x/menit
Suhu : 36,9oC
Frekuensi Nafas : 20 x/menit

Head to Toe :
Kepala : konjungtiva (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thorax : simetris, suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
bunyi jantung I-II regular
Abdomen : datar, supel, bising usus (+), nyeri tekan (-)
Ekstremitas : akral hangat (+) Oedem (-)

Status Dermatologis :
Lokasi : wajah dan punggung
UKK : plak eritem dengan nodul serta komedo terbuka dan komedo
tertutup, berbatas tegas, multiple

Gambaran Klinis
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Pemeriksaan histopatologis : sebukan sel radang kronis di sekitar folikel polisebasea
dengan massa sebum di dalam folikel
b) Pemeriksaan mikrobiologi : terutama ditemukan bakteri P. acnes
c) Pemeriksaan laboratorium : androgen pada pasien dengan kecurigaan menderita
hiperandrogen

E. DIAGNOSIS KERJA
Acne Vulgaris

F. DIAGNOSIS BANDING
a) Erupsi akneiformis
b) Rosasea

G. PENATALAKSANAAN
Non- Medikamentosa :

a) Merawat wajah dan kulit dengan mencuci muka dua kali sehari.
b) Pengaturan diet makanan terutama hindari untuk makan coklat dan kacang-
kacang.
c) Pengendalian stress karena stress dapat menyebabkan peningkatan kadar
hormon kortisol yang bisa memicu produksi minyak pada kulit.

Medikamentosa :

R doksisiklin tab mg 100 No.

S 1 dd tab I

R\ lotio kumerfeldi 100ml No:

S 2 dd ue

R\ benzolac cream No:

S 1 dd ue (malam)
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Akne Vulgaris merupakan salah satu penyakit kulit yang paling umum. Penyakit
tersebut biasanya menyerang remaja walaupun bisa terdapat disegala umur. Akne Vulgaris
adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa
remaja dan dapat sembuh sendiri. Penyakit tersebut dicirikan dengan, komedo terbuka atau
tertutup yang tidak meradang, dan oleh papula, pustula, nodula yang meradang.

B. EPIDEMIOLOGI
Di Hong Kong, prevalensi akne vulgaris dilaporkan mencapai 91,3% sedangkan
52,2% menderita akne vulgaris yang aktif saat dilakukan pengamatan. Penderita pada usia
15-20 tahun mempunyai prevalensi lebih besar jika dibandingkan dengan penderita berumur
21-25 tahun. Pada penduduk Asia Tenggara yang tinggal di Amerika Serikat, 49% dari
penderita penyakit kulit yang diamati mendatangi tenaga klinis kulit dengan diagnosis akne
vulgaris menempati peringkat utama dengan 37%. Di Singapura, akne vulgaris adalah
diagnosis kedua paling banyak, terjadi 10,9% pada populasi dewasa dan diagnosis terbanyak
kedelapan dalam populasi orang tua dengan prosentase 3,1%. Pasien Asia memiliki ciri yang
berbeda dengan pasien ras Kaukasia di mana lebih sedikit terjadi insiden dari akne nodul
kista. Akne vulgaris nodulokistik dilaporkan lebih sering terjadi pada pria kulit putih
dibandingkan kulit hitam. Berdasarkan survey dikawasan Asia Tenggara, terdapat 40-80%
kasus akne vulgaris. Sedangkan di Indonesia, catatan kelompok studi dermatologi kosmetika
Indonesia menunjukkan terdapat 60% penderita akne pada tahun 2006 dan 80% pada tahun
2007. Kebanyakan penderitanya adalah remaja dan dewasa yang berusia antara 11-30 tahun
sehingga beberapa tahun belakangan ini para ahli dermatologi di Indonesia mempelajari
patogenesis terjadinya penyakit tersebut. Meskipun demikian akne dapat pula terjadi pada
usia lebih muda atau lebih tua daripada usia tersebut. Prevalensi penderita akne vulgaris pada
usia 20-an adalah 64% dan prevalensi pada penderita akne vulgaris usia 30-an adalah 43%.

C. ETIOLOGI
Akne vulgaris adalah penyakit yang disebabkan multifaktor, faktor- faktor yang
mempengaruhi terjadinya akne adalah:
1. Faktor genetik.

Faktor genetik memegang peranan penting terhadap kemungkinan seseorang


menderita akne. Penelitian di Jerman menunjukkan bahwa akne terdapat pada 45%
remaja yang salah satu atau kedua orang tuanya menderita akne, dan hanya 8% bila ke
dua orang tuanya tidak menderita akne.

2. FaktorRas.
Warga Amerika berkulit putih lebih banyak menderita akne dibandingkan dengan
yang berkulit hitam dan akne yang diderita lebih berat dibandingkan dengan orang
Jepang.

3. Hormonal.
Hormonal dan kelebihan keringat semua pengaruh perkembangan dan atau keparahan
dari jerawat (Ayer J dan Burrows N, 2006). Beberapa faktor fisiologis seperti
menstruasi dapat mempengaruhi akne. Pada wanita, 60- 70% akne yang diderita
menjadi lebih parah beberapa hari sebelum menstruasi dan menetap sampai seminggu
setelah menstruasi.

4. Diet.
Tidak ditemukan adanya hubungan antara akne dengan asupan total kalori dan jenis
makanan, walapun beberapa penderita menyatakan akne bertambah parah setelah
mengkonsumsi beberapa makanan tertentu seperti coklat dan makanan berlemak.
5. Iklim.
Cuaca yang panas dan lembab memperburuk akne. Hidrasi pada stratum koreneum
epidermis dapat merangsang terjadinya akne. Pajanan sinar matahari yang berlebihan
dapat memperburuk akne.
6. Lingkungan.
Akne lebih sering ditemukan dan gejalanya lebih berat di daerah industri dan
pertambangan dibandingkan dengan di pedesaan.
7. Stres.
Akne dapat kambuh atau bertambah buruk pada penderita stres emosional.
D. PATOGENESIS
Acne vulgaris merupakan penyakit yang multifaktorial, namun terdapat empat faktor
utama yang menyebabkan timbulnya akne, yaitu: (1) hiperproliferasi epidermis folikel kulit,
(2) produksi sebum berlebih, (3) inflamasi, dan (4) adanya aktivitas bakteri
Propionibacterium acnes. Terdang juga biasanya faktor yang menyebabkan termasuk
genetik, hormon, dan bakteri. Hormon (seperti androgen dan testosteron) mempunyai efek
yang besar terhadap produksi sebum pada kelenjar sebasea. Kondisi seperti polycystic
ovarian syndrome, hirsutisme, dan peningkatan dari serum testosteron berhubungan dengan
akne. Biasanya pasien wanita bermasalah dengan akne tepat sebelum atau selama fase
menstruasi, sedangkan remaja mengalaminya pada fase menjelang akhir remaja. Pada
komponen genetik, jumlah kelenjar sebasea merupakan sebuah warisan genetik. Jadi pada
anak kembar, anak kembar tersebut biasanya mengalami tingkat jerawat dengan keparahan
yang serupa. Terdapat bakteria yang bernama Propionibacterium acnes biasanya ada didalam
bersama folikel. Bakteria tersebut belum tentu sebuah pathogen, tetapi juga berkontribusi
pada progresi dari akne dimana memperburuk tingkat keparahan dari penyakit tersebut.
Jerawat muncul pada unit pilosebasea di lapisan dermis dimana terdapat folikel rambut dan
berhubungan dengan kelenjar sebasea. Kelenjar pilosebasea memproduksi sebum akibat
peningkaan hormone testosterone. Sebum adalah sebuah campuran antara lemak dan lilin
yang melindungi kulit dan rambut dengan memperlambat kehilangan air dan membentuk
penghalang melawan agen dari luar. Folikel rambut dilapisi dengan sel epitel yang menjadi
keratin saat mereka matang. Pada saat pubertas, produksi hormon androgenik dan hormon
testosteron meningkat. Jika kelenjar sebasea sensitif terhadap testosteron, mereka
memproduksi minyak berlebih sehingga menyebabkan kulit menjadi berminyak. Pada saat
yang sama, keratin di dinding epitel folikel mengalami perubahan. Sebelum pubertas, sel-sel
yang mati keluar dengan halus dari pembukaan saluran duktus, tetapi pada saat pubertas dan
pada pasien akne, proses ini terganggu. Sel-sel ini mengalami perkembangan abnormal dan
menutupi pembukaan di epidermis dan menurunkan pengeluaran sebum secara efektif.
Minyak terjebak pada folikel rambut saat duktus tertutup. Minyak menutupi pembukaan
folikel pada epidermis dan menyebabkan mereka membesar di bawah kulit. Jika mulut dari
kanal folikular terbuka secara cukup, material keratin akan melewati itu dan menghasilkan
komedo yang dikenal dengan komedo terbuka. Tetapi jika mulut kanal tidak cukup terbuka
akan menghasilkan komedo tertutup dimana inflamasi bisa terjadi. Kebanyakan akne
mengalami kombinasi antara komedo tertutup dan terbuka.

Lesi akne vulgaris tumbuh dalam folikel sebasea besar dan multilobus yang
mengeluarkan produknya ke dalam saluran folikel. Lesi permukaan akne adalah komedo,
yang merupakan kantong folikel yang berdilatasi berisi materi keratinosa berlapis, lipid dan
bakteri. Komedo sendiri terdiri atas dua jenis yaitu:
1. Komedo terbuka, dikenal sebagai kepala hitam, memiliki orifisium pilosebasea
patulosa yang member gambaran sumbatan. Komedo terbuka lebih jarang mengalami
radang.
2. Komedo tertutup atau kepala putih.
Papula radang atau nodula tumbuh dari komedo yang telah rupture dan mengeluarkan
isi folikel ke dermis bawahnya, menginduksi radang neutrofilik. Jika reaksi radang
mendekati permukaan, timbul papula dan pustule, jika infiltrat radang terjadi pada
dermis lebih dalam, terbentuk nodula. Supurasi dan reaksi sel raksasa yang kadang-
kadang terjadi pada keratin dan rambut di sebabkan oleh lesi nodulokistik.
Nodulokistik bukan merupakan kista yang sesungguhnya tetapi massa puing-puing
radang yang mencair.

E. GAMBARAN KLINIS
Penderita biasanya mengeluh adanya erupsi kulit pada tempat-tempat predileksi.
Tempat predileksi akne vulgaris adalah di muka, bahu, dada bagian atas, dan punggung
bagian atas. Lokasi kulit lain, misalnya leher lengan atas, dan glutea kadang-kadang terkena.
Erupsi kulit polimorfi, dengan gejala predominan salah satunya, komedo, papul yang tidak
beradang dan pustule, nodus dan kista yang beradang. Dapat disertai rasa gatal, namun
umumnya keluhan penderita adalah keluhan estetik. Komedo adalah gejala patognomonik
bagi akne berupa papul miliar yang ditengahnya mengandung sumbatan sebum, bila berwarna
hitam akibat mengandung unsur melanin disebut komedo hitam atau komedo terbuka (black
comedo, open comedo). Sedang bila berwarna putih karena letaknya lebih dalam sehingga
tidak mengandung unsur melanin disebut sebagai komedo putih atau komedo tertutup (white
comedo, close comedo).
F. KLASIFIKASI
1. Akne Vulgaris : yang terjadi pada masa remaja akibat berbagai factor
pencetus. Misalnya akne tropikalis, akne mekanik
2. Akne Venenata : yang terjadi akibat kontaktan eksternal kimiawi. Misalnya
akne kosmetik, akne pomade, akne deterjen
3. Akne Fisik : yang terjadi akibat agen fisik sinar matahari, sinar X.
Misalnya komedo solaris.

G. Gradasi
Komedo Pustul Kista Total Lesi
Ringan < 20 < 15 0 < 30
Sedang 20-100 15-50 <5 30-125
Berat > 100 > 50 >5 > 125

H. DIAGNOSIS BANDING

1. Erupsi akneiformis yang disebabkan oleh obat misalnya kortikosteroid, INH,


barbiturat, yodida, bromida, difenilhidantoin, trimetadion, ACTH, dan lain-lainya.
Klinis berupa erupsi papul-papul yang timbul di berbagai tempat pada kulit tanpa
adanya komedo, timbul mendadak, dan kadang-kadang disertai demam dan dapat
terjadi pada segala usia.
2. Rosasea (dulu: akne rosasea). Merupakan penyakit peradangan kronik di daerah muka
dengan gejala eritem, pustul, teleangiektasis dan kadang-kadang disertai hipertrofi
kelenjar sebasea di hidung, pipi, dagu, dan dahi. Dapat disertai papul, pustul, dan
nodulus, atau kista. Komedo tidak terdapat, faktor penyebab adalah makanan atau
minuman panas.

I. DIAGNOSA

1. Klinis dan pemeriksaan ekskohleasi sebum yaitu pengeluaran sebum dengan komedo
ekstraktor (sendok unna). Sebum yang menyumbat folikel tampak sebagai masa padat
seperti lilin atau massa lebih lunak bagai nasi yang ujungnya kadang berwarna hitam.
2. Pemeriksaan histologis tidak memperlihatkan suatu gambaran yang spesifik, hanya
berupa sebukan sel radang kronis di sekitar folikel pilosabasea dengan massa sebum
di dalam folikel
3. Pemeriksaan mikrobiologis terhadap jasad renik yang mempunyai peran pada etiologi
dan patogenesis penyakit, namun hasilnya sering tidak memuaskan.
4. Pemeriksaan pada susunan kulit dan kadar lipid permukaan kulit dapat pula dilakukan
untuk tujuan serupa. Pada akne vulgaris, kadar asam lemak bebas meningkat dan
karena itu pada pencegahan dan pengobatan digunakan cara untuk menurunkannya.
J. PENGOBATAN

K. KOMPLIKASI
Pada penderita Acne Vulgaris dapat terjadi komplikasi seperti hiperpigmentasi post
inflamasi (terutama pada ras berkulit hitam) dan pembentukan skar/jaringan parut.

L. PROGNOSIS
Prognosis Acne Vulgaris akan baik, umumnya akan sembuh sebelum mencapai 30-40
tahun.
BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Acne Vulgaris adalah penyakit
peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat
sembuh sendiri. Penyakit tersebut dicirikan dengan, komedo terbuka atau tertutup yang tidak
meradang, dan oleh papula, pustula, nodula yang meradang. Penderita biasanya mengeluh
adanya erupsi kulit pada tempat-tempat predileksi. Tempat predileksi akne vulgaris adalah di
muka, bahu, dada bagian atas, dan punggung bagian atas. Lokasi kulit lain, misalnya leher
lengan atas, dan glutea kadang-kadang terkena. Erupsi kulit polimorfi, dengan gejala
predominan salah satunya, komedo, papul yang tidak beradang dan pustule, nodus dan kista
yang beradang. Dapat disertai rasa gatal, namun umumnya keluhan penderita adalah keluhan
estetik. Komedo adalah gejala patognomonik bagi akne berupa papul miliar yang ditengahnya
mengandung sumbatan sebum, bila berwarna hitam akibat mengandung unsur melanin
disebut komedo hitam atau komedo terbuka (black comedo, open comedo). Sedang bila
berwarna putih karena letaknya lebih dalam sehingga tidak mengandung unsur melanin
disebut sebagai komedo putih atau komedo tertutup (white comedo, close comedo).

Diagnosis Acne Vulgaris ditegakkkan berdasarkan anamnesis dimana pasien


mengeluh gatal di bagian wajah yang semakin memberat apabila diberi minyak air mawar.
Lesi menyebar hingga ke punggung, keluhan sudah dirasakan pasien sejak 1 tahun yang lalu.
Pada status dermatologis di temukan lesi plak eritem dengan nodul serta komedo terbuka dan
komedo tertutup, berbatas tegas, kemudian multiple.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. Zaenglein, Andrea L. 2012. Chapter 80. Acne Vulgaris and Acneiform Eruptions:

th
Fitzpatrick’s dermatology in General Medicine. 8 edition. New York: McGrawHill.
P897-912.

2. James, William D.. 2012. Chapter 13. Acne: Andrews Diseases Of The Skin Clinical

th
Dermatology. 11 edition. USA: Elsevier’s Rights. P234.

3. American Family Physician. Acne Vulgaris: Treatment Guidelines From AAD. 2017;
95(11): 740-1.

4. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Edisi ke-7. New York: Mc Graw-


Hill. 2008

5. National Medicines Information Centre. Management of Acne Vulgaris. 2008; 14(1):


hlm 4.

6. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu Penyakit Kulit Kelamin. Edisi ke-7.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2015

7. Chim, Christine. Pharm.D., BCACP. Akne Vulgaris. ACSAP: Dermatologic Care


Book 2.2016. Hlm. 20

Anda mungkin juga menyukai