Anda di halaman 1dari 8

TERAPI PLASMA KONVALESEN PADA COVID-19

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas Pembelajaran Jarak Jauh


Bagian Ilmu Kesehatan Penyakit Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung

Disusun Oleh :
Bintan Lauda
Indira Putri Fiana Dewi
Shidqi Ahmad Zaidan Suprapto

Pembimbing :
dr. Yushartiani., Sp. A

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT ANAK RSUD TEMANGGUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terapi plasma konvalesen (TPK) disebut sebagai salah satu terapi yang
menjanjikan bagi penanganan pasien covid-19. Terapi ini berupa pemberian
plasma dari donor pasien covid-19 yang masih menderita penyakit tersebut.
Terapi plasma konvalesen (TPK) sebelumnya telah diterapkan dalam mengatasi
penyakit akibat virus ebola dan merupakan terapi yang direkomendasikan WHO
pada 2014. Terapi ini juga diterapkan di HongKong saat terjadi wabah SARS-
CoV-pada 2003, H1N1 pada 2009-2010, dan MERS-CoV pada 2012.

Terapi plasma konvalesen (TPK) untuk pasien covid-19 juga sudah


dipraktikan di Wuhan, Tiongkok, dan di New York, AS. Food and Drug
Administration (FDA) Amerika Serikat pun sudah mengizinkan penggunaan
plasma konvalesen sebagai salah satu terapi bagi penderita covid-19. Otoritas
Kesehatan China juga telah mendaftarkan plasma darah sebagai salah satu
langkah perawatan pasien virus corona yang berada dalam kondisi kritis dalam
pedoman pengobatan terbarunya. Sebab, orang yang telah terinfeksi virus
corona dapat memulai pembentukan antibody sendiri dalam hitungan hari.
Antibodi ini dibuat khusus oleh sistem kekebalan tubuh untuk melawan virus
corona baru dan dianggap sebagai komponen penting untuk masa pemulihan.
Sejumlah ahli kesehatan percaya bahwa antibody dapat bekerja dengan cara
menetralkan virus. Plasma darah diberikan dari mantan pasien Covid-19 yang
telah menjalani masa perawatan sekitar 21 hingga 28 hari.

Di Indonesia, ahli genetika dan biologi molekuler Fakultas Kedokteran


Universitas Kristen Maranatha, Theresia Monica Rahardjo Bersama timnya
telah berinisiatif mengusulkan kepada pemerintah agar Terapi plasma
konvalesen (TPK) dapat segera dilakukan di Indonesia.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana cara kerja plasma konvalesen untuk mengatasi covid-19?
2. Bagaimana kriteria yang harus dipenuhi seseorang agar bisa menjadi
donor plasma darah?
3. Target penerima Terapi Plasma Konvalsen?
4. Bagaimana screening sebelum dilakukan donor?
5. Bagaimana kriteria orang yang akan didonorkan?
6. Bagaimana proses Terapi plasma konvalesen (TPK) dijalankan?
7. Apakah Indonesia memiliki kapasitas untuk melakukan Terapi plasma
konvalesen (TPK) secara massif?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Adapun makalah ini dibuat memenuhi tugas Pembelajaran Jarak Jauh
yang diberikan kepada mahasiswa/i supaya mengetahui efektivitas terapi plasma
konvalesen (TPK) pada covid-19.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

a. Cara kerja plasma konvalesen untuk mengatasi covid-19


Terapi plasma konvalesen (TPK) merupakan bentuk vaksinasi pasif
karena pada terapi ini plasma darah pasien covid-19 yang sembuh
mengandung kekebalan atau antibodi diambil dan diberikan kepada
pasien yang masih sakit. Maka diharapkan antibodi atau kekebalan pasien
yang sudah sehat bisa membantu pasien yang masih sakit untuk
mengatasi penyakitnya dengan cara mengeliminasi virus di tubuh
tersebut.

b. Kriteria yang harus dipenuhi seseorang agar bisa menjadi donor


plasma darah
Pemilihan donor yang baik dan benar agar terapi bisa berjalan
maksimal harus memenuhi syarat-syarat :
a) Sebelumnya pendonor telah didiagnosis positif covid-19
melalui hasil pemeriksaan laboratorium standar.
b) Resolusi gejala atau hilangnya gejala secara menyeluruh
minimal 14 hari sebelum donor plasma, setelah itu di tes
PCR lagi harus 2x negatif
c) Donor wanita harus negative terhadap antibodi HLA, atau
sebaiknya donor adalah pria atau wanita yang belum pernah
hamil. Supaya tidak terjadi reaksi transfuse yang dapat
mengganggu pernapasan.
d) Hasil negatif covid-19 baik dari satu ataupun lebih apusan
nasofaring dan orofaring.
e) Menentukan titer antibodi dan antibodi netralisasi SARS-
CoV-2 bila memungkinkan (titer optimal antibodi > 1:320
dan titer antibodi neutralisasi > 1:80)

c. Target penerima Terapi Plasma Konvalsen


Terapi ini bukan merupakan terapi pencegahan, dalam arti terapi ini
tidak boleh di berikan ke orang yang sehat. Yang di utamakan pada terapi
ini adalah ke mereka yang benar-benar membutuhkan, dilihat dari gejala
klinis pasien. Pertimbangannya karena jumlah donor saat ini jauh lebih
sedikit daripada pasien. Jadi pemberianyya di seleksi ke pasien-pasien
yang benar-benar membutuhkan yaitu pasien-pasien yang terinfeksi dan
dengan gejala yang berat tetapi belum sampai tahap end stage.

d. Bagaimana screening sebelum dilakukan donor


Semua donor akan dilakukan screening sesuai dengan permenkes
no. 91 yaitu Hepatitis B, Hepatitis C, Sifilis dan HIV dan harus dijamin
Non-Reaktif. Dilakukan juga pemeriksaan Trombosit, HB, dan Albumin
untuk menjamin agar tidak mengganggu sistem sirkulasi darah dalam
tubuh. Selain itu di cek juga seberapa banyak darah dari calon pendonor
mengandung antibodi, titer minimal 1/640. Sehingga antibodi tersebut
bisa mengeliminasi virus tersebut

e. Kriteria orang yang akan didonorkan


Lebih diberikan ke pasien dalam keadaan umum buruk seperti
sesak napas, yang di rawat ICU dengan pemakaian ventilator yang sudah
lama karena efektivitasnya tidak akan maksimal. Jikalau pasien mulai
sesak, langsung diberikan terapi plasma konvalesen (TPK) sehingga cepat
dalam penanganan.
Untuk pasien covid-19 sebagai penerima atau resipien plasma
harus memenuhi syarat-syarat :
a) Harus memiliki hasil pemeriksaan laboratorium positif covid-19.
b) Mengalami covid-19 yang berat atau kritis. Untuk covid-19 berat,
mengalami sesak napas, frekuensi napas > 30 kali/menit, saturasi
oksigen darah < 93%, rasio tekanan parsial oksigen arteri terhadap
fraksi oksigen inspirasi < dari 300, dan infiltrasi paru > 50% dalam
24 sampai 48 jam. Penderita covid-19 kritis mengalami setidaknya
salah satu keadaan misalnya gagal napas (Rasio tekanan parsial
oksigen arteri terhadap fraksi oksigen inspirasi < dari 200), syok
septic dan disfungsi atau gagal organ multiple.

f. Proses Terapi plasma konvalesen (TPK) dijalankan


Terapi plasma konvalesen (TPK) sama dengan proses transfusi
darah yang diambil plasma pasien covid-19 yang sembuh. Satu pasien
sembuh dapat diambil plasma sebesar 500 cc. Ini sama seperti proses
donor darah. Satu donor dapat mendonorkan untuk dua pasien dan dapat
memberikan plasmanya selama 14 hari sekali. Kemudian pemberian
kepada pasien covid-19 dilakukan selama 4 jam secara perlahan. Dalam 1
jam pertama dimonitor apakah ada efek atau tidak, lewat dari waktu
tersebut dinyatakan aman. Sejauh ini belum ada efek samping terhadap
pendonor

g. Indonesia memiliki kapasitas untuk melakukan Terapi plasma


konvalesen (TPK) secara massif
Terapi ini bisa diberikan dengan dua jalur :
a) Otonomi pasien. Pasien memiliki hak untuk meminta atau
menolak terapi yang akan diberikan kepadanya.
b) Melalui Penelitian. Bisa dilakukan berdasarkan hospital
based, dilakukan di rumah sakit.
Di Tiongkok ada beberapa penelitian yang dilakukan kepada 10
pasien yang berat dan kritis. Ternyata hasilnya sangat sesuai,
karena semuanya hidup. Ada lima orang yang kondisinya lebih
kritis dan sudah menggunakan ventilator dan kelimanya sembuh.
Di Korea dua orang sangat kritis dan keduanya sembuh. Di AS uji
coba tiga kelompok pasien dan hasilnya juga sembuh.
Di Indonesia jelas sudah mampu namun untuk melakukannya
diperlukan kerja sama berbagai sektor dari seluruh rumah sakit,
unit transfusi darah, PMI, Lembaga Eijkman, Biofarma, dan
seluruh pemegang kepentingan dan masyarakat. Hal ini bisa
langsung dilaksanakan di Indonesia sesuai dengan operasional
standar yang berlaku. Terapi plasma konvalesen (TPK) bisa
dilakukan di seluruh rumah sakit hingga di daerah terpencil. Kalau
tidak ada unit PMI, yang mempunyai tempat penyimpanan darah
atau plasma, bisa dikirim dari pusat. Karena plasma ini bisa dikirim
asal sesuai dengan suhu pengirimannya yakni 2-8oC.
BAB III
PENUTUP

Terapi plasma konvalesen (TPK) merupakan bentuk vaksinasi pasif karena


pada terapi ini plasma darah pasien covid-19 yang sembuh mengandung
kekebalan atau antibodi diambil dan diberikan kepada pasien yang masih sakit.
Adapun beberapa kriteria yang digunakan dalam pemberian terapi plasma
konvalesen ini, karena tidak semua orang bisa mendapatkan terapi ini yang di
utamakan pada terapi ini adalah ke mereka yang benar-benar membutuhkan,
dilihat dari gejala klinis pasien. Di Indonesia, ahli genetika dan biologi
molekuler Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Theresia
Monica Rahardjo Bersama timnya telah berinisiatif mengusulkan kepada
pemerintah agar Terapi plasma konvalesen (TPK) dapat segera dilakukan di
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai