Anda di halaman 1dari 16

G1P0 USIA 23 TAHUN

DENGAN AUB
(ABNORMAL UTERUS
BLEEDING)
OLEH :
INDIRA PUTRI FIANA DEWI
20194010146

PEMBIMBING :
DR. MIFTAHUL HADI ZAINUDDIN., SP.OG
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 19 Januari 2021 di bangsal Mawar
• Keluhan Utama :
Nyeri perut dan keluar darah menstruasi terus menerus
• Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang perempuan P1A0 usia 23 tahun datang ke IGD RSUD Temanggung dengan keluar darah terus
menerus saat menstruasi selama 10 hari SMRS. Sebelumnya pasien sempat di USG 1 hari SMRS di praktik
dr. kandungan dan terdapat hasil penebalan dinding rahim. Pasien mempunyai Riwayat terpasang IUD
selama 4 tahun dan IUD tersebut dikeluarkan agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut. Pasien mengeluh
selama 4 tahun belakangan ini siklus menstruasi terjadi 2 kali selama 1 bulan, dalam 1 kali keluar darah
menstruasi minimal 10 hari. Pasien mengeluh lemas dan terdapat nyeri perut bagian bawah namun untuk
keluhan mual serta muntah disangkal.
ANAMNESIS
• Riwayat Medis Lainnya :
a) Riwayat Hipertensi (-)
b) Riwayat DM (-)
c) Riwayat Penyakit Jantung (-)
d) Riwayat operasi (-)
e) Riwayat trauma/kecelakaan (-)
f) Riwayat alergi obat/makanan (-)

• Riwayat Kontrasepsi :
a) Kontrasepsi IUD selama 4 tahun
ANAMNESIS
• Riwayat Haid :
a) Menarche : 13 hari
b) Lama Haid : 10 hari
c) Siklus Haid : 14 hari

• Riwayat Personal, Sosial, Ekonomi :


a) Pasien menikah 1x, lama perkawinan 5 tahun, usia pertama kali nikah usia 18 tahun
b) Pasien dan keluarga merasa senang dengan kehamilan dan kelahiran anaknya
c) Pasien tinggal bersama suami dan satu anak
d) Pasien minum kurang lebih minum 5 gelas sehari, konsumsi sayur, buah dan daging rutin
e) Pasien merupakan ibu rumah tangga dan tidak terlalu rutin berolahraga
f) Pasien tidak merokok, konsumsi alcohol dan NAPZA
g) Pasien merupakan anggota BPJS
PEMERIKSAAN FISIK
• Kesadraan : compos mentis
• Keadaan Umum : lemas

• Vital Sign
• TD : 110/70 mmHg
• HR : 89 x/menit
• RR : 22 x/menit
• T : 36,8o C
• SpO2 : 98%
PEMERIKSAAN FISIK
• Kepala : Normocephal
Ca (-/-) SI (-/-)
• Leher : PKGB (-)
• Thorax :
• Inspeksi : simetris, retraksi dada (-)
• Palpasi : vocal fremitus sama di kedua lapang paru
• Perkusi : Sonor
• Auskultasi : SDV (+) ST (-/-) BJ I - II regular
• Abdomen :
• Inspeksi : Supel, jaringan parut (+)
• Auskultasi : bising usus (+)
• Perkusi : timpani
• Palpasi : supel, nyeri tekan (+)
• Ekstremitas : AD (-/-) OE (-/-)
PEMERIKSAAN FISIK
• Genitalia Eksterna • Status Ginekologi
• Perdarahan : aktif
• Edem vulva : (-/-)
• Labia mayor/ minor : dbn • Pemeriksaan Luar :
• Laserasi • Perdarahan aktif pada jalan lahir (+)
: (-)
• Pembekakan kelenjar bartholini : (-/-) • Pemeriksaan USG :
• Massa/kutil : (-/-) • Uterus :
• Length : 7.09 cm
• Discharge : (-/-) • Height : 4.74 cm
• Lendir : (-/-) • Volume : 85.870 cm3
• Endo. Thickness : 12,78 mm
• Darah : (+/+)
• Ro. Thorax :
• Terdapat gambaran bronchitis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Hb : 11,0 g/dL (L)
• PT + APTT
• HT : 33 % (L) • PT : 13.5 detik
• Leukosit : 81 10^3/uL • APTT : 28.5 detik
• Eritrosit : 4.16 10^6/uL • Golongan darah :B
• Trombosit : 179 10^3/uL
• Glukosa Darah Sewaktu : 67 (L)
• MCV : 79.3 fL (L)
• MCH : 26.4 pg • Imunologi :
• MCHC : 33.3 g/dL
• Anti Sars-Cov 2 DUO
• Anti Sars-Cov 2 IgM : Non reaktif
• Eosinofil : 0.7 % (L) • Anti Sars-Cov 2 IgG : Non reaktif
• Basofil : 0.1 %
• HbsAg : Non reaktif
• Netrofil : 80.5 % (H) • Anti HIV : Non reaktif
• Limfosit : 11.5 % (L)
• Kehamilan : Negatif
• Monosit : 7.2 5 %
TATALAKSANA

• Advice Obgyn :
• P.o Misoprostol 200 mcg (2x 1 hari)
• P.o Alprazolam 0,5 mg (1x1 hari)
DEFINISI

Pendarahan Uterus Abnormal (PUA) adalah istilah yang digunakan


untuk menggambarkan semua kelainan haid baik dalam hal jumlah
maupun lamanya. Manifestasi klinisnya dapat berupa pendarahan
dalam jumlah yang banyak atau sedikit, dan haid yang memanjang
atau tidak beraturan.
KLASIFIKASI

• Pendarahan uterus abnormal akut didefinisikan sebagai pendarahan haid


• yang banyak sehingga perlu dilakukan penanganan segera untuk mencegah kehilangan darah.
Pendarahan uterus abnormal akut dapat terjadi pada kondisi PUA kronik atau tanpa riwayat sebelumnya.
• Pendarahan uterus abnormal kronik merupakan terminologi untuk pendarahan uterus abnormal yang
telah terjadi lebih dari 3 bulan. Kondisi ini biasanya tidak memerlukan penanganan yang segera seperti
PUA akut.
• Pendarahan tengah (intermenstrual bleeding) merupakan pendarahan haid yang terjadi diantara 2
siklus haid yang teratur. Pendarahan dapat terjadi kapan saja atau dapat juga terjadi di waktu yang sama
setiap siklus. Istilah ini ditujukan untuk menggantikan terminologi metroragia.
POLA PENDARAHAN YANG PENTING SECARA
KLINIK PADA PEREMPUAN USIA 15 - 44 TAHUN
Menstruasi atau pendarahan regular pada
Scheduled bleeding penggunaan kontrasepsi hormonal kombinasi
(menggunakan pembalut)
Pendarahan di luar siklus haid
Pendarahan lebih dari lima episodea
Satu atau lebih episode pendarahan yang
Unscheduled bleeding berlangsung selama 14 hari atau lebih
- Frequent bleeding Prolonged bleeding Pendarahan yang terjadi antara 3 dan 5 episode
Irregular bleeding dengan kurang dari 3 hari bleeding free interval
Pendarahan sela (Breakthrough bleeding) berlangsung selama 14 hari atau lebih
Pendarahan di luar siklus haid (unscheduled
bleeding) pada perempuan yang menggunakan
kontrasepsi hormonal
Pendarahan bercak (spotting) Pendarahan yang tidak memerlukan pembalutb
PATOFISIOLOGI

Turunnya kadar hormon esterogen dan progesterone akan menyebabkan pelepasan enzyme degradasi di lapisan endometrium, pelepasan enzim dari
lisosom, pelepasan protease dan infiltrasi sel-sel inflamasi dan aktifitas dari matriks metalloproteinase (MMP).
Pada saat kadar hormone esterogen dan progesterone turun sebelum haid, akan terjadi destabilisasi dari membrane lisosom yang akan mengakibatkan
keluarnya enzim – enzim dari dalam lisosom. Enzim tersebut selanjutnya akan dilepaskan ke dalam sitoplasma epitel, stroma, dan sel endotel ke dalam
ruang intraseluler. Enzim proteolitik ini akan mengakibatkan terjadinya penghancuran penghalang seluler, membrane permukaan dan desmosome
(jembatan intraseluler). Selanjutnya akan berefek pada sel endotel pembuluh darah sehingga memicu terjadinya deposit trombosit pelepasan
prostaglandin, thrombosis vaskuler, ekstravasasi sel-sel darah merah dan akhirnya memicu terjadinya mekanisme jaringan.
Penurunan progesterone juga akan memicu respons inflamasi di lapisan endometrium. Sel-sel inflamasi (netrofil, eosinophil dan makrofag atau
monosit) akan bermigrasi di bawah panduan dari kemokin yang dihasilkan oleh sel-sel endometrium. Pada saat teraktivasi, leukosit akan menghasilkan
sejumlah molekul-molekul regulator, termasuk sitokin, kemokin dan enzim-enzim yang berkontribusi untuk mendegradasi matriks ekstraseluler.
Penurunan progesterone menyebabkan meningkatnya sekresi dan aktivasi dari enzim MMP, yang berakibat pada penghancuran matriks ekstraseluler.
Proses degradasi progesif dari enzim di lapisan endometrium dapat menyebabkan terganggunya sistem kapiler di bawah permukaan lapisan
endometrium dan sistem kapiler vena, yang dapat menyebabkan terjadinya pendarahan interstisial, penghancuran membrane permukaan sehingga
memungkinkan darah masuk ke dalam rongga endometrium. Pada akhirnya proses degenerasi dapat meluas ke dalam lapisan fungsional dimana
terjadinya rupture pada arteriole basal dapat semakin menambah jumlah pendarahan.
PENDARAHAN PADA PENGGUNAAN
KONTRASEPSI NON-HORMONAL

• Berdasarkan penelitian dan bukti yang ada, alat kontrasepsi non-


hormonal yang berpotensi dapat menyebabkan PUA adalah metode
kontrasepsi sterilisasi dan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
PUA KARENA EFEK SAMPING AKDR

• Meskipun AKDR tidak mempengaruhi ovulasi, dapat terjadi pendarahan menstruasi yang terjadi lebih awal daripada siklus menstruasi yang
normal. Efek samping paling sering dari kontrasepsi AKDR adalah pendarahan yang berlebihan pada saat menstruasi. Gangguan menstruasi
yang umum ditemukan pada penggunaan AKDR terutama dapat terjadi dalam kurun waktu antara tiga sampai enam bulan pertama pasca
insersi AKDR. Gangguan haid yang terjadi dapat berupa timbulnya rasa nyeri, maupun terjadinya pendarahan yang bersifat lama dan
berkepanjangan. Meskipun keluhan ini biasanya membaik, seringkali dapat menjadi alasan penyebab untuk penghentian penggunaan AKDR.
Kejadian infeksi maupun kemungkinan terdapatnya kelainan ginekologi perlu disingkirkan apabila pendarahan tidak teratur terus berlangsung.
• Jumlah pendarahan yang hilang selama menstruasi biasanya 2 kali lipat pasca insersi IUD. Pendarahan akibat penggunaan AKDR yang lebih
sering dengan jumlah yang berlebihan dan masa pendarahan yang memanjang berpotensi dapat menyebabkan terjadinya anemia defisiensi
besi. Dalam kurun waktu 1 tahun diperkirakan 10-155 perempuan akan menghentikan pemakaian AKDR karena efek samping pendarahan
yang cukup mengganggu.
• Terdapat beberapa mekanisme penyebab kelainan pendarahan pada pengguna AKDR. Beberapa studi melaporkan bahwa pemasangan AKDR
dapat meningkatkan produksi prostaglandin di endometrium yang mengakibatkan peningkatan vaskularisasi, peningkatan permeabilitas
pembuluh darah, dan menghambat aktivitas trombosit, yang pada akhirnya dapat memicu terjadinya peningkatan jumlah darah menstruasi.

Anda mungkin juga menyukai