Anda di halaman 1dari 64

PELAYANAN

KESEHATAN
DI INDONESIA
MENGHADAPI

COVID-19
Stase PJJ IKM Periode 11-16 Mei 2020
Koass RSUD Temanggung
COVID-19?
“Timely, evidence-based information is the
best vaccine against rumors and
misinformation”

—DR. JARBAS BARBOSA, PAHO’s ASSISTANT DIRECTOR


SISTEM PELAYANAN
COVID-19

Memberitahu penduduk tentang risiko


kesehatan yang ditimbulkan oleh penyakit
coronavirus, serta apa yang dapat mereka
lakukan untuk melindungi diri mereka
sendiri, adalah cara terbaik untuk
mengurangi penyebaran dan mengurangi
jumlah kasus penularan lebih lanjut.
DATA REAL TIME COVID-19 DI
INDONESIA
SAMPAI 11 Mei 2020
DAN
KEKURANGAN
KEBIJAKAN DI
INDONESIA
1. RAPID TEST

2. PSBB

3. TELEMEDICINE

STRATEGI PENYEDIA PELAYANAN KESEHATAN DI INDONESIA


MENGHADAPI COVID-19
KEBIJAKAN PEMERINTAH
01. MENGENAI RAPID TEST
1. ODP (Orang Dalam
2. PETUGAS KESEHATAN
Pemantauan)
"Yang pertama, rapid test akan kita "Prioritas yang kedua adalah kita melakukan
laksanakan kepada kontak dekat kasus pemeriksaan kepada semua tenaga kesehatan
positif yang sudah terkonfirmasi dan dirawat yang kemudian terkait dengan layanan
di rumah sakit atau kasus konfirmasi positif terhadap pasien Covid-19. Ini harus kita
yang harus dilaksanakan isolasi rumah," periksa termasuk front office rumah sakit juga
ujar Juru Bicara Percepatan Penanangan kita lakukan pemeriksaan. Karena kita tahu
Covid-19, Achmad Yurianto saat konpers di bahwa mereka adalah kelompok yang sensitif
Graha BNPB yang disiarkan secara langsung untuk rentan terinfeksi Covid-19," katanya.
melalui Youtube, Selasa (24/3/2020)
KELEBIHAN KEBIJAKAN RAPID TEST

01 02 03
CARA KERJA DAPAT DILAKUKAN CEPAT
RAPID TEST MASSAL
SEDERHANA
Virus corona tidak hidup di darah, Rapid test punya kelebihan "Untuk skrining di
tetapi seseorang yang terinfeksi lebih mungkin dilakukan bandara misalnya, rapid
akan membentuk antibodi yang secara massal karena tidak diagnostik cukup
disebut immunoglobulin, yang bisa membutuhkan menjanjikan karena
dideteksi di darah. Immunoglobulin pemeriksaan di hanya 20 menit," kata
inilah yang kemudian dideteksi laboratorium biosecurity Ahmad Rusdan Handoyo
dengan rapid test. level II. Hampir semua Utomo PhD, Principal
Sederhananya rapid test bisa laboratorium kesehatan di Investigator dari Stem-
mendeteksi apakah seseorang Indonesia bisa cell and Cancer Research
pernah terpapar atau tidak. melakukannya. Institute.
KEKURANGAN KEBIJAKAN RAPID TEST

01 02
“FALSE NEGATIVE” SENSITIVITAS
RENDAH
Rapid test bisa memberikan hasil 'false negative'
yakni tampak negatif meski sebenarnya positif. Ini Dalam jurnal berjudul 'Antibody responses to
terjadi bila tes dilakukan pada fase yang tidak SARS-CoV-2 in patients of novel coronavirus
tepat. disease 2019', Ahmad mengatakan sensitivitas
Ahmad menjelaskan sistem imun membutuhkan rapid test serologi sekitar 36 persen dari 100 kasus
waktu sekitar satu hingga dua minggu untuk COVID-19.
mulai memproduksi antibodi. Artinya bila "Jadi dari 100 kasus yang terkonfirmasi COVID-
seseorang yang terinfeksi corona dites sebelum 19 dia bisa mendeteksi sekitar 30. Jadi itu harus
antibodi terbentuk, maka hasil yang akan keluar hati-hati," kata Ahmad.
adalah negatif.
KEBIJAKAN PEMERINTAH
02. MENGENAI PSBB
PSBB
adalah pembatasan
kegiatan tertentu bagi
penduduk dalam satu
wilayah yang diduga
terinfeksi virus corona.

Tujuannya, untuk
mencegah adanya
penyebaran virus corona
yang lebih besar lagi.

(Permenkes No. 9 th 2020)


Kebijakan pemerintah mengenai PSBB

KELEBIHAN KEKURANGAN

Mencegah munculnya kerumunan dan Penerapan PSBB ini dianggap agak lamban
berbagai aktivitas publik yang berpotensi dalam penerapannya sehingga tidak
menjadi medium penularan Covid-19. signifikan menekan angka kasus Corona

Pembatasan sosial ini dapat dilakukan tanpa PSBB ini dinilai hanya mengendalikan
karantina wilayah sepenuhnya (lockdown), aktivitas tanpa menjamin biaya hidup
sehingga kegiatan perekonomian masih dapat masyarakat sehingga masyarakat tetap harus
berlangsung mencari nafkah.

Penerapan PSBB dianggap tidak tegas,


sehingga banyak masyarakat yang tidak
mematuhi aturan tersebut.
03. KEBIJAKAN Penyelenggaraan pelayanan telemedicine
antar fasilitas pelayanan kesehatan

Telemedicine adalah pemberian pelayanan kesehatan


jarak jauh oleh profesional kesehatan dengan
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi,
meliputi pertukaran informasi diagnosis, pengobatan,
pencegahan penyakit dan cedera, penelitian dan
evaluasi, dan pendidikan berkelanjutan penyedia
layanan kesehatan untuk kepentingan peningkatan
kesehatan individu dan masyarakat.
KEBIJAKAN Penyelenggaraan pelayanan telemedicine
antar fasilitas pelayanan kesehatan

Pelayanan telemedicine merupakan pelayanan


kesehatan yang dilakukan oleh Dokter dengan
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi
untuk mendiagnosis, mengobati, mencegah, dan
mengevaluasi kondisi kesehatan pasien. Kegiatan itu
dilakukan sesuai dengan kompetensi dan
kewenangannya, yang dibuktikan dengan surat tanda
registrasi (STR) dengan tetap memperhatikan mutu
pelayanan dan keselamatan pasien.

Pelayanan telemedicine dilakukan antara Dokter dengan


pasien, atau antara Dokter dengan Dokter lain.
KEBIJAKAN Penyelenggaraan pelayanan telemedicine

KELEBIHAN

Dapat mengurangi jumlah pasien yang berkunjung ke rumah sakit, sehingga akan mengurangi
keramaian.

Dapat mengurangi penggunaan APD.

Masyarakat lebih mudah dan cepat dalam mendapat informasi tentang penyakitnya.

Resiko penularan covid-19 akan berkurang dengan pengurangan mobilisasi pasien ke rumah sakit
atau fasilitas kesehatan lain.

Lebih mudah diakses, menghemat biaya kesehatan, meningkatkan kualitas pelayanan pasien, metode
modern, dan dapat menyimpan rekam medis.
KEBIJAKAN Penyelenggaraan pelayanan telemedicine

KEKURANGAN

Memerlukan tenaga kesehatan yang terlatih

Membutuhkan peralatan yang canggih dan biaya yang besar

Kurangnya sosialisasi tentang penggunaan telemedicine, sehingga banyak masyarakat yang


tidak mengetahuinya.

Kurangnya pemeriksaan fisik langsung dokter ke pasien. Hal ini membuat dokter biasanya
masih belum memberikan diagnosis pasti saat melayani konsultasi menggunakan fitur ini.
Keberhasilan
negara lain dalam
pelayanan
kesehatan saat
pandemi
STRATEGI PENYEDIA PELAYANAN KESEHATAN DI INDONESIA
MENGHADAPI COVID-19
COVID-19 DI VIETNAM

Vietnam melaporkan
kasus covid-19 pada
tanggal
23 Januari 2020

Hingga 10 Mei tercatat


288 kasus positif,
241 dinyatakan sembuh,
dan 0 kematian serta tidak
ada penambahan kasus
positif
Kebijakan DI VIETNAM

Sejak Februari semua orang yang datang ke bandara harus mengisi Heath
01 declare yang mengisi riwayat perjalanan dan diperiksa skrining temperature
suhu tubuh.
Bila >38oC langsung dibawa ke Rumah Sakit terdekat tanpa terkecuali.
Yang membantah dianggap telah melakukan tindakan kriminal
Kementrian Kesehatan memanggil semua penumpang dari pesawat
02 untuk segera melaporkan ke BNPB per kota di Vietnam untuk
pemantauan.
Sejak 14 Februari 2020 sekolah dan universitas telah ditutup
03
Semua warga yang datang ke Vietnam sejak pertengahan Februari
wajib karantina mandiri selama 14 hari meskipun saat screening
04
tanpa gejala.
Peraturan karantina juga sama diterapkan pada orang asing
Kebijakan DI VIETNAM

Vietnam tidak melakukan rapid test massal seperti Korea Selatan karena
05 keterbatasan alat dan sumber daya. Untuk menekan penyebaran Vietnam
menggunakan peraturan karantina yang ketat dan tracing total terhadap orang-
orang yang pernah berhubungan dengan pasien positif.

Sejak 5 Maret 2020 Vietnam menggunakan 3 alat tes untuk mendeteksi


covid yang hasilnya dapat keluar dalam waktu 90 menit buatan dalam
negeri dan membangun testing station di seluruh penjuru negara untuk
melakukan tes Covid-19.

Vietnam mewajibkan untuk seluruh warganya menggunakan masker saat di


06 luar dan menjamin alat pelindung diri bagi petugas
COVID-19 DI NEW ZEALAND

Selandia Baru
memberlakukan
4 LEVEL ALERT
New Zealand sekarang berada
pada Level 3 – Restrict dan
akan turun ke level 2 pada
tanggal 14 Mei 2020

Setiap Level Kementerian


kesehatan mengatur tentang
kebijakan pada disabilitas,
pendidikan, mendapatkan
makanan, dan obat,
transportasi dan perjalanan
COVID-19 DI NEW ZEALAND
LEVEL 1

LEVEL 2
COVID-19 DI NEW ZEALAND
LEVEL 3

LEVEL 4
COVID-19 DI KOREA SELATAN
COVID-19 DI TAIWAN

01 Pencegahan awal sebelum terjadinya covid19

02 Menciptakan 60 lini produksi masker baru

Pengujian antibodi untuk mengidentifikasi corona


03 virus dan pengembangan vaksin
KEBIJAKAN
YANG PERLU
DILAKUKAN
PEMERINTAH
STRATEGI PENYEDIA PELAYANAN KESEHATAN DI INDONESIA
MENGHADAPI COVID-19
KEBIJAKAN YANG PERLU DILAKUKAN
Untuk mengambil kebijakan suatu
PEMERINTAH Sejauh ini langkah yang telah diambil
negara harus mempertimbangkan pemerintah dalam rangka memutus
hal-hal seperti kondisi infrastruktur mata rantai covid-19 adalah jaga jarak
kesehatan, perekonomian, dan dan PSBB di beberapa wilayah
kondisi masyarakat luas
Penanganan kebijakan Medis dan
Ekonomi harus saling menguatkan

SALING
MENGUATKAN

KEBIJAKAN MEDIS KEBIJAKAN EKONOMI


KEBIJAKAN YANG PERLU
DILAKUKAN PEMERINTAH
KEBIJAKAN MEDIS

01 02
Menambah sarana prasarana RS Memperbaiki sitem RS terkait Covid-19
• Berdasarkan laporan WHO mencantumkan bahwa Karena dilapangan masih ada beberapa rumah
indonesia hanya memiliki 1,6 tempat tidur rumah sakit yang menolak menerima pasien covid-19
sakit per sepuluh ribu orang
• Persediaan APD yang terbatas
KEBIJAKAN YANG PERLU
DILAKUKAN PEMERINTAH
KEBIJAKAN EKONOMI

Pemerintah harus menerapkan kebijakan at all cost


01 Seperti pengadaan alat kesehatan penunjang pemeriksaan, ruang isolasi dan Alat Pelindung Diri (APD);
menggratiskan biaya pemerikan baik yang terbukti atau tidak

Mengurangi beban biaya yang secara langsung dalam kendali pemerintah


02 Terutama listrik, BBM, dan air bersih. Karena krisis ini bersifat global sehingga mungkin kebijakan ini tidak
akan terlalu membebani BUMN dan BUMD karena harga minyak dunia pun juga turun

Memberikan BLT ke masyarakat


03 Terutama bantuan ke masyarakat menengah dan menengah kebawah yang mengalami penurunan pendapatan
bahkan PHK

Ketepatan penerima BLT


04 Meliputi tepat data penerima agar bantuan ini tepat sasaran. Bisa melibatkan lembaga-lembaga terkait kalau
memungkinkan hingga level kecamatan
ANALISA MASALAH
“PELAYANAN
KESEHATAN dalam
menghadapi covid19”
STRATEGI PENYEDIA PELAYANAN KESEHATAN DI INDONESIA
MENGHADAPI COVID-19
PROBLEM SOLVING CYCLE
pendahuluan

Sistem kesehatan  Suatu jaringan penyedia pelayanan kesehatan


(supply side) dan orang yang menggunakan pelayanan tersebut di setiap
wilayah (WHO, 1996)

Pelayanan kesehatan  Setiap upaya yg diselenggarakan sendiri atau


secara bersama dalam suatu organisasi untuk memelihara, meningkatkan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan, kelompok dan masyarakat (Depkes RI, 2009)

Sebuah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah:


Pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan)
dengan sasarannya  Masyarakat
01
Analisis situasi

Sistem pelayanan kesehatan masyarakat:


• INPUT  Potensi masyarakat, tenaga kesehatan, sarana
kesehatan
• PROSES  Berbagai kegiatan dalam pelayanan kesehatan
• OUTPUT  Pelayanan kesehatan yg berkualitas, efektif, efisien
• DAMPAK  Mortalitas menurun, (waktu lama) masyarakat
sehat
• UMPAN BALIK  Kualitas tenaga kesehatan
input
POTENSI MASYARAKAT, TENAGA KESEHATAN,
SARANA KESEHATAN

(Sumber : Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan Tahun 2011 – 2025)


input
POTENSI
MASYARAKAT,
TENAGA KESEHATAN,
SARANA KESEHATAN
proses
KEGIATAN DALAM
PELAYANAN
KESEHATAN
proses
KEGIATAN DALAM
PELAYANAN
KESEHATAN
proses
KEGIATAN DALAM
PELAYANAN
KESEHATAN
output
PELAYANAN
KESEHATAN YG
BERKUALITAS,
EFEKTIF, EFISIEN

1. Menurunkan penyebaran COVID19 disertai menurunnya jumlah kasus


harian
2. Menurunnya mortalitas karena COVID19
3. Meningkatnya angka kesembuhan karena COVID19
02
IDENTIFIKASI MASALAH

Rasio Pasien Sembuh & Meninggal karna COVID19 di


Indonesia
02
IDENTIFIKASI MASALAH

Jumlah Total Kasus Harian COVID19 di


Indonesia
03
prioritas MASALAH

• Penentuan prioritas masalah untuk mengetahui sejauh mana


masalah itu penting dan apakah masalah tersebut dapat teratasi

• Penentuan prioritas masalah dapat dilakukan secara kualitatif


dan kuantitaf

• Cara Pemilihan prioritas masalah banyak macamnya. Secara


sederhana dapat dibedakan menjadi dua macam; yaitu
-Scoring metode
-Non scoring metode
TEKNIK SCORING KRITERIA MATRIX
No Daftar Importancy Feasibility (I) Tecnology Resource Total
Masalah Feasibility Feasibility Skor
P S RI DU SB PB PC (T) (R) IxTxR

1. Pelayanan 5 3 3 5 5 5 2 5 5 700
kesehatan pada
saat Covid19
2. Peran pemerintah 3 5 4 4 3 3 5 5 1 135
dalam
penanganan
Covid19
Keterangan: Skor 1 tidak penting – Skor 5 sangat penting

P= Prevalence SC = Social benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)


S= Severity (akibat yang ditimbulkan) PB= Public concern (prihatin masyarakay terhadap masalah)
RI= Rate of increase (kenaikan besarnya masalah) PC= Political climate (suasana politik)
DU= Degree of unmeet need (derajat keinginan masyarakat yang tidak
terpenuhi)
04
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

MASALAH PENYEBAB ALTERNATIF


Ketidak akuratan Cara kerja dari Edukasi kepada
Rapid Test Rapid Test yang pasien tentang cara
melacak antibodi kerja Rapid Test ini
sering kali dan apa yang harus
menyebabkan hasil dilakukan oleh
negatif palsu pasien setelahnya
05
PELAKSANAAN & PERGERAKAN

PENDAHULUAN

Virus corona tidak hidup di darah, tetapi seseorang yang terinfeksi akan
membentuk antibodi yang disebut immunoglobulin, yang bisa dideteksi di
darah. Immunoglobulin inilah yang kemudian dideteksi dengan rapid test.
Sederhananya rapid test bisa mendeteksi apakah seseorang pernah terpapar
atau tidak. Namun, keberadaan alat tes diagnostik cepat (rapid diagnostic
test) di Indonesia saat ini bukan malah memecahkan masalah tapi justru
menimbulkan kegelisahan baru di kalangan masyarakat.
05
PELAKSANAAN & PERGERAKAN

ANALISA SITUASI

Rapid test bisa memberikan hasil 'false negative' yakni tampak negatif
meski sebenarnya positif. Ini terjadi bila tes dilakukan pada fase yang
tidak tepat. Padahal, pemerintah Indonesia sudah menyebar 500.000 rapid
test untuk mendeteksi penyakit COVID-19 ke berbagai daerah beberapa
waktu yang lalu.
05
PELAKSANAAN & PERGERAKAN

TUJUAN DAN MASALAH

Pemerintah sudah mengakui ketidakakuratan dan ketidakefektifan rapid


test dan berencana memperbanyak tes yang menggunakan sampel dari
lendir hidung atau tenggorokan dengan tes real-time reverse transcriptase
Polimerase Chain Reaction (rRT-PCR) untuk mendeteksi virus di molekul
RNA. Tes PCR lebih akurat mendeteksi virus dibanding tes diagnostik
cepat.
05
PELAKSANAAN & PERGERAKAN

PELAKSANAAN KEBIJAKAN DAN POKOK KEGIATAN

Kategori orang yang berisiko tinggi terpapar COVID-19 sendiri, yakni


tenaga medis serta orang-orang yang memiliki riwayat kontak dengan
kasus pasien dalam pengawasan (PDP). Lalu, orang yang memiliki
riwayat kontak dengan kasus pasien konfirmasi atau kemungkinan
COVID-19 dan orang dalam pemantauan (ODP).

Terhadap orang yang dinyatakan positif, kemudin akan ditindaklanjuti


dengan swab tes PCR (Polymerase Chain Reaction). Sehingga hasilnya
akan disesuaikan dengan hasil tes pertama sesuai dengan protocol
kesehatan.
05
PELAKSANAAN & PERGERAKAN

PELAKSANAAN KEBIJAKAN DAN POKOK KEGIATAN

Kategori orang yang berisiko tinggi terpapar COVID-19 sendiri, yakni


tenaga medis serta orang-orang yang memiliki riwayat kontak dengan
kasus pasien dalam pengawasan (PDP). Lalu, orang yang memiliki
riwayat kontak dengan kasus pasien konfirmasi atau kemungkinan
COVID-19 dan orang dalam pemantauan (ODP).

Terhadap orang yang dinyatakan positif, kemudin akan ditindaklanjuti


dengan swab tes PCR (Polymerase Chain Reaction). Sehingga hasilnya
akan disesuaikan dengan hasil tes pertama sesuai dengan protocol
kesehatan.
05
PELAKSANAAN & PERGERAKAN

PERGERAKAN PELAKSANAAN

Mengadakan pemeriksaan swab massif yang diharapkan mampu


mempercepat pemetaan dan pencegahan penyebaran Covid-19 di daerah
Jawa Barat
05
PELAKSANAAN & PERGERAKAN

SUMBER DAYA YANG DIMANFAATKAN

Sebanyak 12 provinsi diketahui belum memiliki laboratorium pemeriksa


covid-19 sehingga spesimen harus dikirim ke provinsi lain. Guna
mempercepat pemeriksaan, Badan Pengawas Obat dan Makanan
meminjamkan alat Polymerase Chain Reaction (PCR) miliknya.
05
PELAKSANAAN & PERGERAKAN

SUMBER DAYA YANG DIMANFAATKAN

Sebanyak 12 provinsi diketahui belum memiliki laboratorium pemeriksa


covid-19 sehingga spesimen harus dikirim ke provinsi lain. Guna
mempercepat pemeriksaan, Badan Pengawas Obat dan Makanan
meminjamkan alat Polymerase Chain Reaction (PCR) miliknya.
05
PELAKSANAAN & PERGERAKAN

PERKIRAAN FAKTOR PENUNJANG DAN FAKTOR PENGHAMBAT

Faktor Penunjang
• Memiliki spesifisitas tinggi
• Sangat cepat, dapat memberikan hasil yang sama pada hari yang sama
• Dapat membedakan varian mikroorganisme
• Mikroorganisme yang dideteksi tidak harus hidup

Faktor Penghambat
• Sangat mudah terkontaminasi
• Biaya peralatan dan reagen mahal
• Interpretasi hasil PCR yang positif belum tervalidasi untuk semua penyakit infeksi
(misalnya infeksi pasif atau laten)
• Teknik prosedur yang kompleks dan bertahap membutuhkan keahlian khusus untuk
melakukannya.
05
PELAKSANAAN & PERGERAKAN

PENGAWASAN PENGENDALIAN DAN PENILAIAN

Sampel lendir yang diambil dengan metode swab akan diperiksa


menggunakan metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Hasil akhir dari
pemeriksaan ini, nantinya akan benar-benar memperlihatkan apabila ada
virus SARS-COV2 (penyebab COVID-19) di tubuh .
05
PELAKSANAAN & PERGERAKAN

PENUTUP

Keberadaan alat tes diagnostik cepat (rapid diagnostic test) di Indonesia


saat ini bukan malah memecahkan masalah tapi justru menimbulkan
kegelisahan baru di kalangan masyarakat.

Pemerintah berencana memperbanyak tes yang menggunakan sampel dari


lendir hidung atau tenggorokan dengan tes  real-time reverse transcriptase
Polimerase Chain Reaction (rRT-PCR) untuk mendeteksi virus di molekul
RNA. Tes PCR lebih akurat mendeteksi virus dibanding tes diagnostik
cepat
06
MONITORING & EVALUASI

Tujuan Evaluasi

• Menjamin bahwa “Tes Swab Massal” dilakukan sesuai rencana,


sesuai dengan biaya, SDM dan prosedur yang sudah ditetapkan
• Memberikan hasil dari pelaksanaan Tes Swab Massal”
• Mengukur keberhasilan dan manfaat dari Tes Swab Massal”
06
MONITORING & EVALUASI

Kriteria/Indikator Keberhasilan

• Tersedianya alat untuk Tes Swab Massal” di seluruh Indonesia


dengan jumlah yang cukup.
• Tersedianya laboratorium yang dapat melakukan Tes Swab Massal”
serta SDM lainnya.
• Biaya yang dikeluarkan digunakan secara efektif dan efisien.
• Deteksi dan tracing COVID19 dapat dilakukan >50% target
(10.000/hari) pada masyarakat high risk.
06
MONITORING & EVALUASI

Metode Evaluasi

Metode evaluasi: evaluasi formatif, evaluasi yang dilakukan saat


program masih berlangsung
06
MONITORING & EVALUASI

Analisis Data

11 Mei 2020 12 Mei 2020


Jumlah lab: 58 lab (0) Jumlah lab: 60 lab (+2)
Jumlah spesimen yang diperiksa: Jumlah spesimen yang diperiksa:
161.351 spesimen (+3.078) 165.128 spesimen (+3.777)
Jumlah kasus yang diperiksa Jumlah kasus yang diperiksa
spesimen: 116.358 orang (+2.906) spesimen: 119.728 orang (+3.370)
06
MONITORING & EVALUASI

Keberhasilan program

Belum memenuhi kriteria keberhasilan


06
MONITORING & EVALUASI

Rekomendasi dan Saran

• Pelaksanaan tes massal dilakukan dengan drive thru swab, dimana


pengambilan sampel dapat dilakukan secara cepat.
• Persediaan alat swab dan reagen PCR yang ditambah.
• APD di laboratorium untuk petugas pengambil swab perlu
diperhatikan, agar meminimalisir penularan.
COVID-19 RANGERS

Irving burham sulistya Dewi puspita sari BINTAN LAUDA

SHIDQI ZAIDAN SUPRAPTO Dina nurfitria ulfah INDIRA PUTRI FIANA DEWI
THANK YOU!

Anda mungkin juga menyukai