Anda di halaman 1dari 27

ASMA BERAT PADA ANAK

Indira Putri Fiana Dewi


20194010146
RSUD TEMANGGUNG
PEMBAHASAN
Asma merupakan penyakit saluran respiratori kronik yang sering dijumpai baik pada
anak maupun dewasa. Prevalens asma pada anak sangat bervariasi di antara negara-
negara di dunia, berkisar antara 1-18%. Meskipun tidak menempati peringkat teratas
sebagai penyebab kesakitan atau kematian pada anak, asma merupakan masalah
kesehatan yang penting. Jika tidak ditangani dengan baik, asma dapat menurunkan
kualitas hidup anak, membatasi aktivitas sehari-hari, mengganggu tidur, dan
menyebabkan prestasi akademik di sekolah menurun.

Asma terjadi karena inflamasi kronik, hiper-responsif dan perubahan struktur akibat
penebalan dinding bronkus (remodeling) saluran respiratori yang berlangsung kronik
bahkan sudah ada sebelum munculnya gejala awal asma. Penyempitan dan obstruksi
pada saluran repiratori terjadi akibat penebalan dinding bronkus, kontraksi otot polos,
edema mukosa, dan hipersekresi mucus.
Definisi
Klasifikasi

Asma episodik jarang Asma episodik sering Asma kronik atau persisten
(Asma ringan) (Asma sedang) (Asma berat)

70-75% populasi asma anak 28% populasi asma anak 25% pada umur < 6 bulan

Anak umur 3-6 tahun Anak umur 8-13 tahun 75% sebelum umur 3 tahun

ISPA Pada malam hari

4 kali dalam setahun


Klasifikasi
Parameter klinis Asma Episodik Asma Episodik Asma Persisten
Jarang Sering

1. Frekuensi serangan < 1 x / bulan > 1 x / bulan Sering


2. Lama serangan < 1 minggu > 1 minggu Hampir sepanjang
tahun
3. Intensitas serangan Biasanya ringan Biasanya sedang Biasanya berat
4. Diantara serangan Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang dan
malam
5. Tidur dan aktivitas Tidak terganggu Sering terganggu Sangat terganggu

6. Pemeriksaan fisik di luar Normal (tidak Mungkin terganggu Tidak pernah


serangan ditemukan kelainan) (ditemukan normal
kelainan)
Derajat Keparahan Serangan Asma
Faktor Resiko

Usia

Jenis Kelamin Lingkungan

Riwayat Atopi

Asap rokok Outdoor air pollution Infeksi Respiratorik


Patofisiologi
Patofisiologi
Anamnesis
◦ Keluhan wheezing atau batuk berulang merupakan manifestasi klinis yang diterima luas sebagai titik awal diagnosis
asma. Gejala respiratori asma berupa kombinasi dari batuk, wheezing, sesak napas, rasa dada tertekan, dan produksi
sputum. Chronic recurrent cough (batuk kronik berulang) dapat menjadi petunjuk awal untuk membantu diagnosis
asma. Karakteristik yang mengarah ke asma adalah :
◦ Gejala timbul secara episodic atau berulang
◦ Timbul bila ada factor pencetus :
◦ Iritan : asap rokok, asap bakaran sampah, asap obat nyamuk, suhu dingin, udara kering, makanan minuman dingin,
penyedap rasa, pengawet makanan, dan pewarna makanan.
◦ Alergen : debu, tungau debu rumah, rontokan hewan, serbuk sari
◦ Infeksi respiratori akut karena virus, selesma, common cold, ring orofaringitis
◦ Aktivitas fisik : berlarian, berteriak, menangis atau tertawa berlebihan
◦ Adanya riwayat alergi pada pasien atau keluarganya
◦ Variabilitas, yaitu intensitas gejala bervariasi dari waktu ke waktu, bahkan dalam 24 jam. Biasanya gejala lebih berat
pada malam hari (nocturnal).
◦ Reversibilitas, yaitu gejala dapat membaik secara spontan atau dengan pemberian obat pereda asma.
Pemeriksaan Fisik
Dalam keadaan sedang bergejala batuk atau sesak, dapat terdengar
wheezing, baik yang terdengar langsung (audible wheeze) atau yang
terdengar dengan stetoskop. Selain itu, perlu dicari gejala alergi lain
pada pasien seperti dermatitis atopi atau rhinitis alergi dan dapat pula
dijumpai tanda alergi seperti allergic shiners atau geographictongue.
Pemeriksaan Penunjang

Uji fungsi paru


Foto rontgen thoraks
dengan spirometri

Uji provokasi
Skin Prick Test
bronkus
Diagnosis
Tatalaksana
1. Medikamentosa :
a. Bronkodilator
b. Beta 2 agonis selektif :
a. salbutamol oral dosis 0,1-0,15 mg/kgBB/kali setiap 6 jam
b. terbutaline oral 0,05-0,1 mg/kgBB/kali setiap 6 jam)
c. Aminofilin dosis 16-20 mg/kgBB/hari
d. Antikolinergik : Ipratropium bromide nebulisasi 0,1 mL/KgBB setiap 4 jam
e. Antiinflamasi : prednison, prednisolon atau triaminisolon dengan dosis 1-2 mg/kgBB/hari diberikan 2-3 kali/hari
selama 3-5 hari

2. Non- Medikamentosa :
c. Identifikasi dan pengendalian factor pencetus
d. Kontrol secara teratur
e. Pola hidup sehat
Komplikasi

Emfisema Bronkiektasis

Atelektasis Gagal Napas


Prognosis
◦ Pasien anak dengan asthma yang masuk rumah sakit empat kali atau lebih dalam tahun pertama sejak
didiagnosis asthma cenderung mengalami asthma persisten. Kematian akibat asthma meningkat pada
anak usia pra sekolah (5 tahun ke bawah). Pasien anak dengan asthma cenderung mengalami remisi pada
masa remaja akhir. Anak laki-laki lebih tinggi tingkat remisinya dibandingkan dengan anak perempuan.

◦ Pasien dewasa yang hanya memiliki asthma mempunyai prognosis yang baik dan tidak mengalami
penurunan kapasitas paru yang signifikan. Seiring penuaan, tumpang tindih asthma dan penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK) semakin sering. Penurunan fungsi paru yang lebih signifikan ditemui pada
pasien asthma dewasa yang tumpang tindih mengalami PPOK. Kematian yang berhubungan dengan
asthma pada pasien dewasa jarang ditemui. Namun meningkat pada pasien asthma yang juga mengalami
PPOK.
Laporan Kasus
◦ Identitas : Ayah
Nama : Tn. H
:

◦ Nama : An. S Pendidikan


Pekerjaan
: SMA
: Pedagang
◦ Jenis kelamin : Perempuan Alamat : Jl. Trisakti RT. 35 Kel. Telaga
Biru No. 60 Banjarmasin
◦ Umur : 6 tahun Ibu :
Nama : Ny. A
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Trisakti RT. 35 Kel. Telaga
Biru No. 60 Banjarmasin
ALLO-ANAMNESIS
◦ Keluhan Utama : Sesak

◦ Riwayat Penyakit Sekarang :


◦ Sejak 1 hari SMRS anak mengeluh sesak napas. Sesak napas terjadi pada malam hari dan tidak
berubah dengan perubahan posisi, sehingga anak tidak bisa tidur pada malam tersebut. Saat
sesak tidak disertai warna biru pada bibir, akan tetapi terdengar adanya mengi pada saat
bernapas. Anak tidak mengalami batuk, pilek, muntah maupun berak cair sebelum terjadinya
sesak. Anak mengaku tidak ada tersedak sebelumnya. Pada pagi hari sebelum terjadinya sesak,
anak mengikuti kegiatan olahraga berlari di sekolahnya. Anak mempunyai riwayat asma,
namun jarang terjadi serangan (sekali dalam setahun). Anak tidak memiliki riwayat keluarga
penderita asma. Anak juga tidak memiliki riwayat kontak dengan penderita batuk lama.
ALLO-ANAMNESIS
◦ Riwayat Penyakit Dahulu :
◦ Anak pernah dirawat di rumah sakit karena sesak napas pada umur 3 tahun.
◦ Kontak dengan penderita batuk lama disangkal

◦ Riwayat Penyakit Keluarga :


◦ Keluarga mengalami sesak napas disangkal
◦ Kontak dengan penderita batuk lama pada keluarga di sangkal

◦ Riwayat Kehamilan dan Persalinan :


◦ Riwayat Antenatal :
◦ Selama kehamilan, ibu memeriksakan kehamilannya ke bidan tiap bulan.
ALLO-ANAMNESIS
◦Riwayat Natal :
◦Spontan/tidak spontan: Spontan
◦Berat badan lahir: 1700 gram

◦Riwayat Neonatal :
◦Anak langsung menangis dengan gerakan aktif dan warna kulit seluruh badan kemerahan.

◦Riwayat perkembangan :
◦Tiarap : 6 bulan
◦Merangkak : 8 bulan
◦Duduk : 11 bulan
◦Berdiri : 13 bulan
◦Berjalan : 15 bulan
ALLO-ANAMNESIS
◦ Riwayat Imunisasi : Lengkap sesuai usia Riwayat Sosial Lingkungan :
Nama Ulangan (umur
Dasar dalam bulan) Anak tinggal bersama kedua orangtuanya
(bulan)
di sebuah rumah yang terbuat dari kayu
BCG 2
Polio 2 3 4 5
-
berukuran 8 m x 6 m dengan ventilasi
-
Hepatitis B 3 4 5 -
dan penerangan yang cukup. Keluarga ini
DPT 4 5 6 - menggunakan air dari sumur untuk
Campak 9 - minum dan memasak, serta untuk mandi
dan mencuci. Jarak rumah penderita
dengan rumah di sekitarnya kurang lebih
sejauh 4 meter.
Pemeriksaan Fisik
◦ Keadaan umum : Tampak sakit sedang
◦ Kesadaran : Kompos mentis GCS : 4-5-6
◦ Denyut Nadi : 160 kali/menit
◦ Pernafasan : 60 kali/menit
◦ Suhu : 35,6 oC
Pemeriksaan Fisik
◦ Kulit : Sawo matang
◦ Kepala : Simetris dengan UUB dan UUK datar
◦ Mata : Anemis (-), Ikterik (-), konjungtiva tidak edem dan tidak cekung
◦ Telinga : Simeris, sekret (-), serumen minimal
◦ Mulut : Mukosa bibir basah dan berwarna merah muda
◦ Thorak/paru : Simetris, sonor, suara napas vesikuler, ronkhi (+/+), wheezing (+/+) ekspirasi,
retraksi (+) suprasternal
◦ Jantung : S1 dan S2 tunggal
◦ Abdomen: Simetris, bising usus (+) normal
◦ Ekstremitas : Akral hangat, edem (-), dan parese (-)
◦ Susunan saraf : Tidak ada kelainan
◦ Genitalia : Perempuan dengan tidak ada kelainan
◦ Anus : Ada, tidak ada kelainan
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Darah Rutin : Hasil
Hb 14,9 g/dL (n = 11,5 – 15,5 g/dL)
Ht 44,2 % (n = 35 – 45 %)
Leukosit 19.670 /mmk (n = 5,5-15,5 x 103/mmk)
Eritrosit 5,50 x 106 /mmk (n = 4,0 – 5,2 x 106 /mmk)
Trombosit 550 x 103 /mmk (n = 150 – 400 /mmk)
Hitung Jenis Leukosit
Basofil 0,2 % (n = 1-3%)
Eosinofil 0,1 % (n = 0-1%)
Netrofil 91 % (n = 54-67%)
Limfosit 6,3 % (n = 25-32%)
Monosit 2,4 % (n = 3-7%)
DIAGNOSIS
◦ Diagnosis Kerja :
◦ Asma serangan berat episodik jarang

◦ Diagnosis Banding :
◦ Bronkiolitis
◦ Rhinitis alergik

◦ Diagnosis Gizi : Gizi cukup


◦ Diagnosis Imunisasi : Lengkap sesuai usia
PENATALAKSANAAN
◦ Tatalaksana :
◦ - O2 2-3 liter/menit
◦ - Nebulisasi fenoterol (Berotec) 0,5 mg + NaCl 2 ml
◦ - IVFD D5 ¼ NS + Drip Aminofilin 150 mg dengan pemberian 12 tetes/menit
◦ - Injeksi Deksametason 3 x 2 mg
◦ - Injeksi Ampisilin 3 x 500 mg

◦ Rencana Tindakan :
◦ Pemeriksaan laboratorium darah rutin
◦ Pemeriksaan radiologis foto toraks
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai