Anda di halaman 1dari 40

Case Report Session

Tonsilitis Kronis

OLEH
AYU DWI ZULIA
1410070100096

ROZY HARDIANSYAH
1410070100092

PRESEPTOR : DR. LYDIA ASWATI, SP.A, M. BIOMED


Tonsilitis Kronis

DEFINISI
merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada tenggorokan terutama
pada usia muda. Penyakit ini terjadi disebabkan peradangan pada tonsil oleh
karena kegagalan atau ketidaksesuaian pemberian antibiotic pada penderita
tonsilitis akut
epidemiologi

 Tonsilitis paling sering terjadi pada anak-anak, terutama berusia 5 tahun dan
10 tahun dimana penyebarannya melalui droplet infection yaitu alat makan dan
makanan

ETIOLOGI

25% disebabkan oleh Streptokokus β hemolitikus


25% disebabkan oleh Streptokokus golongan lain
Sisanya adalah Pneumokokus, Stafilokokus, Hemofilus influenza.
Faktor Prediposisi

 Rangsangan kronis (rokok, makanan)

 Higiene mulut yang buruk

 Pengaruh cuaca (udara dingin, lembab, suhu yang berubah- ubah)

 Alergi (iritasi kronis dari allergen)

 Keadaan umum (kurang gizi, kelelahan fisik)

 Pengobatan Tonsilitis Akut yang tidak adekuat.


patofisiologi
patofisiologi

 Infeksi berulang pada tonsil  kuman bersarang pd tonsil  Kuman dan

toksin menyebar keseluruh tubuh

 Radang berulang  Epitel Mukosa dan Jaringan limfoid terkikis  menjadi

jar. Parut yg mengerut  kripta melebar

 Proses berjalan terus menerus  tembus kapsul tonsil  perlekatan dengan

jaringan disekitar fossa tonsilaris.


patofisiologi

Tonsilitis Kronis terjadi akibat pengobatan yang tidak tepat sehingga penyakit
pasien menjadi Kronis.

Faktor-faktor yang menyebabkan kronisitas antara lain:

 terapi antibiotika yang tidak tepat dan adekuat,

 gizi atau daya tahan tubuh yang rendah sehingga terapi medikamentosa kurang

optimal

 jenis kuman yg tidak sama antara permukaan tonsil dan jaringan tonsil.
klasifikasi
Gejala klinis

 serangan tonsilitis akut yang berulang ulang

 adanya rasa sakit (nyeri) yang terus-menerus pada tenggorokan

(odinofagia)

 nyeri waktu menelan atau ada sesuatu yang mengganjal di

kerongkongan bila menelan,

 terasa kering dan pernafasan berbau.


Gejala klinis

 Tampak pembesaran tonsil oleh karena hipertrofi dan perlengketan ke

jaringan sekitar, kripta yang melebar, tonsil ditutupi oleh eksudat yang
purulen atau seperti keju.

 Mungkin juga dijumpai tonsil tetap kecil, mengeriput, kadang-kadang

seperti terpendam di dalam tonsil bed dengan tepi yang hiperemis,


kripta yang melebar dan ditutupi eksudat yang purulen.
 T0 : Tonsil masuk di dalam fossa
 T1 :<25% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
 T2: 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
 T3 : 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
 T4 :>75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
Diagnosis

Anamnesis Pem. Fisik Pem. Penunjang

rasa sakit pada tenggorok Tampak tonsil membesar kultur dan uji resistensi
yang terus menerus, sakit dengan adanya hipertrofi (sensitifitas) kuman dari
waktu menelan, nafas bau dan jaringan parut. sediaan apus tonsil.
busuk, malaise, sakit pada Sebagian kripta
sendi, kadang-kadang ada mengalami stenosis,. Pada
demam dan nyeri pada beberapa kasus, kripta
leher. membesar, dan suatu
bahan seperti keju atau
dempul amat banyak
terlihat pada kripta.
penatalaksanaan

 pemberian antibiotika penisilin yang lama, irigasi tenggorokan sehari-

hari dan usaha untuk membersihkan kripta tonsilaris dengan alat


irigasi gigi (oral)

 Tonsilektomi
tonsilektomi
Indikasi Absolut Indikasi Relatif Kontra Indikasi
a) Pembengkakan tonsil a) Terjadi 3 episode atau gangguan perdarahan,
yang menyebabkan lebih infeksi tonsil per risiko anestesi yang besar
obstruksi saluran napas, tahun dengan terapi atau penyakit berat,
disfagia berat, gangguan antibiotik adekuat. anemia, dan infeksi akut
tidur dan komplikasi b) Halitosis akibat yang berat.
kardio-pulmoner. Tonsilitis kronik yang
b) Abses peritonsil yang tidak membaik dengan
tidak membaik dengan pemberian terapi medis.
pengobatan medis dan c) Tonsilitis kronik atau
drainase. berulang pada karier
c)Tonsilitis yang streptokokus yang tidak
menimbulkan kejang membaik dengan
demam. pemberian antibiotik β-
d) Tonsilitis yang laktamase resisten.
membutuhkan biopsi
untuk menentukan
patologi anatomi
Komplikasi

 dapat terjadi secara perkontinuitatum ke daerah sekitar atau secara hematogen atau

limfogen ke organ yang jauh dari tonsil

Komplikasi Organ jauh


Demam rematik dan penyakit
 Peritonsilitis
jantung rematik
 Abses Peritonsilar (Quinsy) Glomerulonefritis
Episkleritis,
 Abses Parafaringeal
konjungtivitis berulang dan
 Abses Retrofaring koroiditis
Psoriasiseritema multiforme,
 Kista Tonsil
kronik urtikaria dan purpura
Artritis dan fibrositis.
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
 Nama : An. H
 Umur : 12 tahun
 Pekerjaan : Pelajar
 Tanggal masuk: 27 September 209
 Alamat : Tanah datar, batu sangkar

Anamnesis
 Keluhan Utama :
 Demam meningkat sejak 1 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang :
 Demam sejak 5 hari yang lalu, demam hilang timbul tidak
menggigil.
 Nyeri menelan sejak 1 hari yang lalu. Nyeri menelan dirasakan
hilang timbul. Nyeri menelan dirasakan terutama saat menelan
makanan .Pasien juga mengeluh perasaan tidak enak di
tenggorokan, terasa ada yang mengganjal ditenggorokan dan bau
mulut
 Mulut nyeri saat dibuka awalnya 2 hari yang lalu dan meningkat 1
hari yang lalu.
 Batuk berdahak sejak 5 hari yang lalu, dahak sulit dikeluarkan
 Nyeri ulu hati sejak 1 hari yang lalu
 Nafsu makan berkurang sejak 5 hari yang lalu
 BAB dalam batas normal
 BAK Buang air kecil warna dan jumlah biasa
 Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat asma (+)
Riwayat keluhan yang sama (+)

 Riwayat Penyakit Keluarga


Ayah memilki riwayat penyakit TB Paru dan selesai pengobatan OAT tahun
2018.
 Riwayat Persalinan
Lama hamil : cukup bulan Ditolongoleh : bidan
Cara lahir : Persalinan normal Indikasi:
Beratlahir :2700 gram PanjangLahir : 45 cm
Saat lahir langsung menangis: kuat
Kesan : normal
Riwayat Makanan dan Minuman
-Bayi ASI :umur: bulan Susu Formula :umur: -bulan
Bubur susu :umur: bulan
Nasitim :umur: 6 bulan
-Anak : Makanan utama :Nasi 3x/hari menghabiskan 1 porsi
 Daging : 2-3x/minggu
 Ikan : 4x/minggu
 Telur :4x/minggu
 Sayur : 5x/minggu
 Buah :1x/minggu
 Kesan: normal
Riwayat Imunisasi

Imunisasi Dasar/Umur Booster/Umur


BCG 1 bulan Tidak ada
DPT: 1 2 bulan
2 3 bulan Tidak ada
3 4 bulan
Polio: 1 1 bulan
2 2 bulan Tidak ada
3 3 bulan
Hepatitis B: 1 2 bulan
2 3 bulan Tidak ada
3 4 bulan
Haemofilus Influenza B:1 2 bulan
2 3 bulan Tidak ada
3 4 bulan
Campak 9 bulan Tidak ada

Kesan : Imunisasi dasar lengkap


Imunisasi belum dilakukan
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Riwayat Riwayat gangguan


Pertumbuhan dan Umur Perkembangan Umur
Perkembangan mental
Ketawa 3 bulan Isap jempol -

Miring 3 bulan Gigit kuku -

Tengkurap 4 bulan Sering mimpi -

Duduk 7 bulan Mengompol -

Merangkak 9 bulan Aktif sekali -

Berdiri 10 bulan Apatik -

Lari 12 bulan Membangkang -

Gigi pertama 12 bulan Ketakutan -

Bicara 12 tahun Pergaulan jelek -

Membaca 5 tahun Kesukaran belajar -

Prestasi Baik
 Riwayat Perumahan dan lingkungan
 Rumah tempat tinggal : Semi permanen
 Sumber air minum : PDAM
 Buang air besar : Jamban dalam rumah
 Pekarangan : Luas, bersih
 Sampah : Dibunag ketempat sampah
 Kesan : hygiene baik
 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum
Keadaaan umum : Tampak sakit sedang Berat badan : 35 kg
Kesadaran : composmetis cooperatif Tinggi badan :149 cm
BB/U :(-3)SD-

-(2)SD=gizi baik
Nadi : 92X/menit TB/U : (-3)SD-
(-2)SD=gizi Baik
Nafas : 28x/menit BB/TB
:(2)SD(2)SD=normal

Suhu : 38,7ºC Status gizi: Gizi baik


Edema : tidak ada Anemia: tidak anemia
Ikterus : tidak ada Sianosis :tidak sianosis
Kulit : tidak sianosis
Kelenjar getah bening: tidak ada pembesaran KGB
Kepala : normochepal, lingkar kepala 43cm, UUK tidak cekung
Rambut :hitam, tidak mudah rontok
Mata :konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, mata tidak
cekung
Telinga : daun telinga simetris kanan&kiri, liang telinga lapang,
• serumen tidak ada
Hidung : deformitas tidak ada,sekret ada,bibir tidak sianosis.
Tenggorok : tonsil T3-T3 Hiperemis (+) plaque putih (+) tidak
berdarah , faring hiperemis (+) kripta melebar (+/+),
Gigi dan mulut : mukosa bibir lembab, tidak ada sianosis
Leher : JVP 5-1cm H2O, tidak ada pembesaran KGB,tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid
 Thorax
Paru-paru
Inspeksi : Simetris kiri & kanan, tidak ada bagian paru yang tertinggal
selama ekspirasi dan inspirasi.
Palpasi : taktil fremitus sama kanan dan kiri
Perkusi : sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : brokovesikuler dikedua lapang paru, tidak ada wheezing,
tidak ada ronki
 Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat


Palpasi : ictus cordis teraba di RIC V linea midclavicularis sinistra.
Perkusi :
batas jantung kanan di RIC IV linea parasternalis dextra.
Batas jantung kiri di RIC V linea parasternalis sinistra
Batas atas jantung : RIC II linea parasternalis sinistra.
auskultasi : Irama reguler, murmur tidak ada, gallop tidak ada
 Abdomen
Inspeksi : perut membuncit tidak ada, tidak ada sikatrik
Palpasi : nyeri tekan tidak ada, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : tympani diseluruh regio abdomen
Auskultasi : bising usus (+) normal
Punggung : tidak ada kelainan
Genetalia : tidak ada kelainan
Anggota gerak: akral hangat
CRT <2detik
REFLEKS FISIOLOGIS KANAN KIRI
REFLEKS PATELLA + +
REFLEKS ACHILLES + +

REFLEKS FISIOLOGIS KANAN KIRI


REFLEKS BICEPS + +

REFLEKS TRICEPS + +

REFLEKS + +
BRACIORADIALIS

REFLEKS PATOLOGIS KANAN KIRI


REFLEKS HOFFMAN - -
REFLEKS TROMNER - -

- -

REFLEKS BABINSKY
REFLEKS GORDON - -
REFLEKS OPPENHEIM - -
REFLEKS CHADDOKS - -
 Pemeriksaan Laboratorium
 Darah
 Hb :14,4 g/dl
 HT : 44,27 %
 Leukosit :21.840/uL
 Trombosit : 243.000 /uL
 Kesan : leukositosis
 Urine
 Warna : kuning tua
 Kekeruhan :+
 Kimia urin
 Protein :-
 Glukosa :-
 Bilirubin :-
 Benda keton : -
 Urobilinogen : +2
 Darah samar / Hb : -
 BJ : 1.020
 Leukosit :+
 PH : 7,0
 Nitrit :-
 Sedimen
 Leukosit : 3/ul
 Eritrosit :-
 Epitel :+
 Kristal :-
 Bakteri :-
 Jamur :+
 Makroskopik
 Warna : coklat
 Konsistensi : lunak
 Darah lendir :-
 Mikroskopik
 Eritrosit :-
 Leukosit :-

 Amuba
 Telur cacing : -
 Parasit lain :-
 Mikrobiologi
 Secret
 Tenggorok ( difteri ) : tidak ditemukan C. Difteri (-)
 Diagnosis Kerja
Tonsilitis Kronis

Penatalaksanaan
 IVFD kaEn 1B 12 ttes (makro)
 paracetamol 3 x ¾ tab (p.o)
 Ambroxol 3 x ¾ tab ( p.o)
 Cetirizine 1 x 5 mg (p.o)
 Eritromisin 4 x 350 mg (p.o)
 Diet MB 2000 kkal

Pemeriksaan Anjuran
 Swab tenggorokan
FOLLOW UP

27-09-2019 28-09-2019

- S/ Demam berkurang - S/ Demam berkurang


- Nyeri menelan (+) - Nyeri menelan berkurang
- Nafsu makan berkurang - Nafsu makan baik
- Muntah (-) - Tonsil T3/T3 hiperemis, faring hiperemis (+) kripti melebar
- Tonsil T3/T3 hiperemis, faring hiperemis (+) kripti melebar - BAB dan BAK normal
- BAB dan BAK normal
- KU : Baik - KU : Baik
- Kesadaran : CMC - Kesadaran : CMC
- TD : 100/70 mmHg - TD : 100/80 mmHg
- Nadi : 60/kali/menit - Nadi : 72/kali/menit
- Nafas : 20 kali/menit - Nafas :20 kali/menit
- Suhu : 36,5c - Suhu : 36,7c
A/ tonsilitis kronis A/ tonsilitis kronis

P : IVFD kaEn 1B 12 ttes (makro) P : IVFD kaEn 1B 12 ttes (makro)


paracetamol 3 x ¾ tab (p.o) paracetamol 3 x ¾ tab (p.o)
Ambroxol 3 x ¾ tab ( p.o) Ambroxol 3 x ¾ tab ( p.o)
Cetirizine 1 x 5 mg (p.o) Cetirizine 1 x 5 mg (p.o)
Eritromisin 4 x 350 mg (p.o) Eritromisin 4 x 350 mg (p.o)
Diet MB 2000 kkal Diet MB 2000 kkal
29-09-2019

- S/ Demam berkurang
- Nyeri menelan berkurang
- Nafsu makan baik
- Tonsil T3/T3 hiperemis, faring hiperemis (+) kripti melebar
- BAB dan BAK normal
- KU : Baik
- Kesadaran : CMC
- TD : 100/70 mmHg
- Nadi : 75/kali/menit
- Nafas :20 kali/menit
- Suhu : 36,6c
A/ tonsilitis kronis

P : IVFD kaEn 1B 12 ttes (makro)


paracetamol 3 x ¾ tab (p.o)
Ambroxol 3 x ¾ tab ( p.o)
Cetirizine 1 x 5 mg (p.o)
Eritromisin 4 x 350 mg (p.o)
Diet MB 2000 kkal
BAB IV
ANALISA KASUS

 Pasien datang dengan keluhan nyeri dan sulit menelan yang sebelumnya diawali
oleh demam, batuk, dan pilek. Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesa dan
pemeriksaan fisik. Pada anamnesa ditemukan : Demam sejak 5 hari yang lalu,
demam hilang timbul tidak menggigil.
 Nyeri menelan sejak 1 hari yang lalu. Nyeri menelan dirasakan hilang timbul.
Nyeri menelan dirasakan terutama saat menelan makanan .Pasien juga mengeluh
perasaan tidak enak di tenggorokan, terasa ada yang mengganjal ditenggorokan dan
bau mulut
 Mulut nyeri saat dibuka awalnya 2 hari yang lalu dan meningkat 1 hari yang lalu.
 Batuk berdahak sejak 5 hari yang lalu, dahak sulit dikeluarkan.
 Pemeriksaan fisik didapatkan : pemeriksaan pada daerah tenggorok, terlihat tonsil
membesar T3 (dextra) dan T3 (sinistra) dengan tampilan hiperemis, bengkak,
kripte melebar, dan terlihat detritus. Keterangan tersebut dapat digunakan sebagai
acuan untuk mendiagnosa pasien dengan tonsillitis kronis. Hal ini diperkuat dengan
riwayat infeksi yang sedang diderita pasien saat ini yaitu demam, batuk, dan pilek
yang menandakan adanya eksaserbasi akut.
 Dilihat dari ukurannya T3 dan T3, keadaan pasien merasa kesulitan untuk makan
dan minum, dan seringnya keadaan ini kambuh dalam 1 bulan terakhir, maka
disarankan untuk dilakukan operasi tonsilektomi.
 Pemeriksaan Laboratorium :
 Hb :14,4 g/dl
 HT : 44,27 %
 Leukosit :21.840/uL
 Trombosit : 243.000 /uL
 Farmakoterapi yang diberikan adalah : IVFD kaEn 1B 12 ttes (makro) ,
paracetamol 3 x ¾ tab (p.o), Ambroxol 3 x ¾ tab ( p.o), Cetirizine 1 x 5 mg
(p.o), Eritromisin 4 x 350 mg (p.o)
 Diet MB 2000 kkal. Pada pasien ini dianjurkan untuk dilakukan operasi
tonsilektomi.
kesimpulan

 Tonsilitis adalah inflamasi atau pembengkakan akut pada tonsil atau


amandel. Tonsilitis terdapat pada tonsil palatina yang merupakan
bagian dari Cincin Waldeyer. Tonsilitis paling sering terjadi pada anak-
anak, terutama berusia 5 tahun dan 10 tahun dimana penyebarannya
melalui droplet infection yaitu alat makan dan makanan.

 Bakteri merupakan penyebab pada 50% kasus. Antara


lainstreptococcus B hemoliticus grup A,
streptococcus,Pneumoccoccus,Virus, Adenovirus, Virus influenza serta
herpes..
 Tonsilitis dibagi menjadi tonsilitis akut, membranosa, dan Angina
Plout Vincent. Gejala yang timbul biasanya berupa nyeri tenggorokan,
demam, sulit menelan, dan gangguan lain pada daerah tonsil dan
tenggorokan. Untuk diagnosis tonsilitis biasanya hanya dengan melihat
tonsil secara langusng dengan pemeriksaan pada orofaring.

 Penatalaksanaan pada tonsilitis akut meliputi antibiotik peroral,


antipiretik, kortikostreroid jika perlu untuk mengurangi edema, dan
tonsilektomi dilakukan sesuai indikasi .
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai