Anda di halaman 1dari 10

Korelasi antara Indeks Morfologi Wajah dan Hubungan

Kaninus pada Orang Dewasa – Sebuah Studi Antropometrik

Abstrak
Tujuan utama dari penelitian adalah menghubungkan indeks morfologi wajah dan hubungan
kaninus pada orang dewasa.

Bahan dan metode


Penelitian ini dilakukan pada 1000 subjek (563 pria dan 437 wanita), usia 18-40 tahun,
dipilih secara random. Parameternya adalah tinggi wajah morfologis dan lebar wajah.
Rentang standar caliper dengan skala yang digunakan untuk mengukur dari perameter wajah.
Hubungan caninus yang diamati secara intraoral dengan subjek duduk dikursi dental.

Hasil
Tipe wajah Euryprosopric (53.2%) yang paling umum disebagian besar subjek diikuti dengan
Mesoprosopic (21.6%), Hypereuryprosopic (19%), Leptoprosopic (5.6%)) dan yang paling
tidak umum adalah Hyperleptoprpsopic (0.6%). Hubungan caninus sebagian besar Kelas I di
kedua jenis kelamin, pada wanita menunjukan nilai yang lebih tinggi pada hubungan kaninus
Kelas II dan Kelas III.

Kesimpulan

Sebagian besar secara keseluruhan memilliki tipe wajah euryprosopic dan tidak ada
hubungan yang signifikan antara tipe morfologi wajah dan hubungan kaninus pada kedua
jenis kelamin di kelompok usia yang berbeda pada kedua sisi. Hubungan kaninus denga tipe
morfologi wajah hanya signifikan untuk sisi kiri.

Kata Kunci: Lebar Wajah, Tinggi Wajah, Indeks Morfologi Wajah, Hubungan Kaninus

Pendahuluan

Dalam aplikasi forensik, identitas seseorang merupakan salah satu bidang dimana
pengukuran wajah memainkan peran yang sangat penting, khususnya dalam berbagai
prosedur rekontrukis wajah dimana pengukuran membantu tim forensik untuk membuat hasil
akhir wajah terlepas dari metode yang digunakan. Pengukuran antoprmetrik khususnya
pengukuran wajah penting dalam menetukan bentuk wajah sebelumnya [1]. Indeks Prosopik
(PI) klasifikasi individu menjadi Hypereuryprosopic, Euryprosopic, Mesoprosopic,
Leptoprosopic dan Hyperleptoptosopic berdasarkan dari rasio panjang dari wajah dan lebar
wajah. Perbedaan dari tipe wajah dapat ditemui di setiap populasi. Penelitian menunjukan
bahwa budaya yang bervariasi memiliki tipe wajah diantara individu [2].

Sejak maloklusi mempengaruhi skala besar populasi, berdasarkan definisi dari masalah
kesehatan masyarakat. Maloklusi merupakan endemik dan tersebar luas di seluruh dunia
namun secara luas ditemukan di komunitas yang berbeda dan pengetahuan dasar tentang
maloklusi merupakan langkah yang penting dalam pelayanan rencana orthodontik dalam
komunitas [3].

Sistem klasifikasi angle berdasarkan American Orhodontist, Edward Angle 1899 [4].
Kalsifikasi masih digunakan setelah hampir satu abad dipekernalkan dikarenakan
kesedehanaannya dalam aplikasi. Prevalensi kaninus yang asimetris juga sangat terbatas,
seperti informasi yang mungkin lebih berhubungan dalam menentukan indeks morfologi
wajah dalam membangun hunungan kaninus kelas I yang sempurna di praktik klinis setiap
hari diikuti dengan hubunngan molar sebagai hasil dari alternatif ekstraksi. Hal tersebut
secara luias diterima bahwa kaninus rahang atas dan rahang bawah merupakan bagian penting
dari wajah dan estetik gigi, secara signifikan kaninus sebagai petunjuk dan penting untuk
stabilitas oklusal [5]. Tujuan dari penelitian ini menghubungkan Indeks Morfologi Wajah dan
Angle hubungan kaninus pada orang dewasa.

Bahan dan Metode

Penelitian ini telah dilakukan pada 1000 subjek (563 pria dan 437 wanita), umur 18-40
tahun, dimana dipilih secara random. Subjek duduk di kursi dental dalam posisi tegak dan
tenang. Pengekuran dilakukan dibawah cahaya alami. Semua pengukuran dlakukan
pengulangan sebanyak tiga kali dan nilai rata-rata pengukuran dilakukan untuk analisis lebih
lanjut. Semua pengukuran dilakukan dengan kesalahan yang diizinkan dari 1 mm.
Pengukururan caliper standar dengan mengukur skala yang digunakan untuk pengukururan
dari parameter wajah. Titik penanda digunakan dalam pengukuran dari parameter (Gambar 1)
:

I. N = Nasion: titik tengah dari sutura nasofrontal


II. Gn = Gnasion garis tengah titik terrendah dari batas bawah dagu;
III. Zy = Zygion: bagian zygomatik yang menonjol, paling titik lateral dari lengkung
zygomatik.

Tinggi morfologi wajah (FH) merupakan jarak antara nasion dan gnation (N-gn).
Pengukuran dilakukan dengan cliper rentang dengan skala yang diikuti (Gambar 2):

- Tip fix caliper rentang di tempatkan di gnation subjek dan bagian yang bergerak di
tempatkan di nation. Lebar maksimal morofologi dari wajah (FW) merupakan jarah
antara kedua prominance zygomatik (zygion ke zygion). Pengukuran dengan caliper
rengtang dengan skala cara berikut (Gambar 3):
- Setelah di palpasi dengan jari, titik terluar dari lengkung zygomatik (arcus zygomatic)
dari kedua sisi lokasi wajah ujung dar caliper rentang ditempatkan pada titik tersebut
dengan sedikit tekanan agar merasakan tulang yang dibawah caliper rentang. Caliper
rentang sedikit bergeser pada arah dari atas dan bawah depan dan belakang, sampai
menunjukan nilai maksimum.

Indeks wajah (IF) merupakan rasio dari tinggi morfologi wajah (FH) dan lebar maksimal
wajah (FW) dan dapat dikalkulasikan berdasarkan dalam rumus :

FH
FI = FW x 100

Nilai dari Indeks Wajah (FI) digunakan untuk menentukan kejadian tipe wajah tertentu
berdasarkan skala Martin-Saller’s [3]. Berdasarkan Indek Wajah (FI), kalifikasi fenotip
wajah seperti:

Pasien ditempatkan dalam masing-masing kategori berdasarkan nilai indeks.


Hubungan kaninus dan molar di catat dengan batuan cermin menggunakan kalifikasi
Angel. Penilaiam hubungan antero-posterior dari kaninus berdasarkan modifikasi
klasifikasi Angel termasuk dalam tiga kelas dasar [4] :

 Kelas I: ujung dari kaninus rahang atas berada di embrasure diantara kaninus
rahang bawah dan premolar pertama.
 Kelas II : ujung dari kaninus rahang atas berada di mesial embrasure diantara
kaninus rahang bawah dan premolar pertama.
 Kelas III : ujung dari kaninus rahang atas berada di distas embrasure diantara
kaninus rahang bawah dan premolar pertama.

Analisis statistik

Analisis statistik menggunakan SPSS (Statistical Package for social Sicences) (Versi
15) perangkat lunak analisis statistik. Data subjek bersifat analisis deskriptif untuk rata-rata.
Standar deviasi, median (nilai tengah). Menggunakan Student t-test untuk menunjukan dua
rata-rata.

Hasil

Secara keseluruhan dari sebagian besar memiliki tipe Euryprosopic (53.2%) diikuti
dengan tipe Mesoprosopic (21.6%), tipe Hypereruyprosopic (19%), Leptoprosopic (5.6%)
dan tipe Hyperleptoptosopic (0.6%) (Tabel 1). Namun pada pria, sebagian besar
Euryprosopic (58.4%) akan tetapi pada urutan selanjutnya tipe Hypereuryprosopic dan
Mesoprosopic dengan nilai distribusi (masing-masing 18.8%) diikuti oleh Leptoprosopic
(3,6%) dan tipe Hyperleptoprosopic (0.4%). Di antra wanita, meskipun maksimum adalah
Euryprosopic, namum terdiri dari 46.5% dari keseluruhan wanita diikuti oleh tipe
Mesoprosopic (25.2%) dan Hypereuryprosopic (19.2%). Tipe Leptoprosopic dan
Hyperleptoprosopic terdiri 82% dan 0.9% dati keseluruhan wanita didukung dari penelitian
ini. Secara statistik signifikan berbeda antara kedua jenis kelamin yang berhubungan dengan
tipe morfologi wajah (p<0.001).

Hubungan kaninus dari kedua sisi kanan dan kiri, Kelas I yang palinh umum. Namun,
prevalensi kedua sisi dari Kelas I dan II signifikan tinggi pada wanita dibandingkan dengan
pria (p<0.05) (Tabel 2). Terlepas dari apa pun tipe morfologi wajah, hubungan kaninus Kelas
I lebih umum. Meskipun prevalensi daki ihun=bungan kaninus Kelas I maksimum untuk tipe
Hyperleptoprosopic dibandingkan tipe morfologi wajah lainnya belum dihubungkan secara
statistik tidak signifikan untuk hubungan kaninus dari salah satu sisi (p<0.05) (Tabel 3).

Diskusi

Manusia akan berusaha untuk memperbaiki nasib mereka. Menggunakan teknik bedah
wajah, craniofasial, dan maksilofasial tujuan kami adalah mendapatkan hasil estetik yang
terbaik untuk pasien kami. Untuk menilai daya tarik wajah, dibandingkan dengan nilai norma
yang saat ini didefinisikan oleh porposi antopometri atau canons. Ketersediaan nilai untuk
ukuran dan porposi wajah untuk pasien [6]. Antopometri craniofasial digunakan untuk
menentukan karakteristik morfologi dari kepala dan wajah, bentuk wajah ditentukan dari
banyak faktor, seperti jenis kelamin, suku, dan budaya, ilkim, dan sosial ekomoni, nutrisi dan
faktor genetik. Parameter wajah digunakan untuk menentukan trauma wajah, kelainan
bawaan dan trauma perubahan bentuk dan memudahkan identifikasi dari banyak kemainan
malformasi. Data dikumpulkan dapat digunakan dalam antropometri dan kedokteran forensik
untuk identifikasi membedakan ras dan jenis kelamin seperti operasi rekontruksi untuk
rekontruksi wajah [7].

Keberagaman dan perbedaan dari seseorang terlihat dari variasi bentuk fisik dari wajah
mereka. Penelitian pada hubungan craniofasial dan variasi pada manusia akan membantu
pengertian dari frekuesi dan distribusi dari morfologi manusia. Antropometri craniofacial
menjadi alat yang dibutukan untuk konsuler(penentu) genetik untuk indentifikasi sindron
dismorfik. Pengukuran dilakukan pada seseorang yang dapat dibandingkan nilai normal yang
didapat dari populasi penentu, dan deviasi (simpangan) dari nilai normal yang dapat di
evaluasi [8]. Indikasi cepalik dan prosopic penting untuk parameter digunakan penelitian
antropometri untuk menunjukan variasi perbedaaan diantara jenis kelamin seperti kelompok
budaya (etnic)[9].
Pada penelitian ini mengamati tinggi wajah maksimal (FH) pada pria sebesar 133 mm
dan pada wanita sebesar 129 mm. Perbandingan dara statistik ditemukan adanya perbedaan
yang signifikan. Hasil yang sama didapat dari penelitian yang serupa Jeremic et al. [7] di
populasi Serbian Pusat, mereka mengamati tinggi wajah menjadi 121.4 mm pada pria dan
110.8 mm pada wnita. Penelitian saat ini menunjukan pada pria memiliki tinggi wajah yang
lebih tinggi dibandingkan wanita.

Lebar wajah maksimal (FW) pada pria 137 mm dan pada wanita 135 mm. Lebar wajah
minimun pada pria 103 mm dan pada wanita 100 mm. Perbandingan data statistik ditemukan
adanya perbedaan yang signifikan (p<0.001). Penemuan yang serupa dengan hasil yang
diperoleh pada penelitian Young et al [10] dimana lebar wajah maksimal 139.9 mm pada
bruxer (bruxism) dan 131.9 mm pada non bruxem (bruxism). Jeremic et al [7] pengukuran
lebar wajah 129.1 mm pada pria dan 119.9 mm pada wanita menunjukan lebar wajah pria
lebih tinggi dibandingkan wanita.

Secara keseluruhan jarak nilai indeks wajah darui 70.4 ke 121% dengan nilai rata-rata
89.94 ± 4.54%. Pada pria nilai jarak dari 76.6 ke 114.6% dengan nialai rata-rata 90.16 ±
3.97% mengingat pada wanita jarak nilai dari 70.4 kek 121% dengan nilai rata-rata dari 86.65
± 5.16 %. Perbandingan data statistik terdapat perbedaan signifikan (p<0.001).

Penemuan yang sama dengan hasil yang diperoleh dari penelitian Shetti et al. [11], rata-
rata indeks wajah diamati 87.19% pada pria dan niali sedikit lebih tinggi 87.71% pada wanita
dengan indikasi bentuk Mesoprosopic. Penemuan yang sama ditemukan pada penelitian
Kurania et al. [12], indeks wajah 89.5% pada pria dan 86.6% pada wanita. Pada penelitian
lain yang telah diamati indeks wajah 85.4% pada wanita dan 85.5% pada pria dimana tidak
sama pada pengamatan dari penelitian kami [13]. Kemungkinan penyebab dapat berasal dari
penelitian mereka pada perbedaan ras (bangsa) (Malaysian dan Indian).

Secara keseluruhan seperti dari kedua jenis kelamin, sebagian besar dari subjek berusia
18-25 tahun. Namun proporsi dari wanita pada kelompok umur 18-25 tahun (83.1%) lebih
tinggi dibandingkan proporsi koresponding dari pria (68.4%) sedangkan proporsi relatif
tinggi dari pria pada usia 26-30 dan 31-40 tahun (masing- masing 20.8% dan 10.8%)
dibandingkan dengan wanita (masing-masing 11.7% dan 5.3%). Secara statistik berbeda
signifikan antara dua jenis kelamin dengan masing-msaing distribusi pada kelompok umur
yang berbeda (p<0.001). sesuai dengan penelitian yang ada dari Rexhepi A dan Meka V [14]
pada 2008 pada populasi Albanian Kosova.

Pada penelitian ini keseluruhan sebagian besar memiliki tipe wajah Euryprosopic
(53.2%) diikuti tipe mesoprosopic (21.6%), tipe hypereuryprosopic (19%), leptoprosopic
(5.6%) dan tipe Hyperleptoprosopic (0.6%).

Namun pada pria, sebagan besar euryprosopic (58.4%) namun urutan selanjutnya tipe
Hypereuriprosopic dan Mesoprosopic dengan nilai distribusi (masing-masing 18.8%) diikuti
oleh tipe Leptoprosopic (3.6%) dan tipe Hyperleptoprosopic (0.4%) masing-msing.

Diantara wanita meskipun maksimal euryprosopic mereka belum membandingkan


46.5% dari total wanita diikuti oleh Mesoprosopic (25.2%) dan tipe Hyperuryprosopic
(19.2%). Perbandingan Tipe Leptoprosopic dan Hyperleptoprosopic 8.2% dan 0.9 % dari
toyal wanita didukung pada penelitian ini. Secara statistik signifikan berbeda diantara kedua
jenis kelamin dengan masing-masing tipe morfologi (p<0.001).

Jeremic et al. [7] pada populasi Serbian Pusat ditemukan tipe wajah yang dominan
Leptoprosopic dengan insidensi 81.7 % dimana diikuiti dengan 14.28% Mesoprosopic dan
Hyperleptoprosopic dengan frekuensi 4 % dimana perbedaan dari hasil penelitian kami.
Golalipour et al 2003 [15] mengamati populasi Turkman dan Fars dan menemukan yang
dominan dan jarang masing-masing tipe wajah hyperuriprosopic dan leptoprosopic. Temuan
dari penelitian perbedaan dari penelitian ini dari segi jenis wajah yang dominan yang
euryprosopic.
Pada penelitian Heidari Z et al. [16], mereka menemukan pada usia 18-25 tahun
Baluchi dan Sistani remaja wanita tipe wajah yang dominan dan jarang Euryprosopic dan
Hyperleptoprosopic masing-masing pada kedua populasi. Hal ini sesuai dengan penelitian ini
karena pada wanita dari kelompok usia 18-25 tahun, sebagian besar subjek merupakan tipe
wajah Euryprosopic dan Hyperleptoprosopic ditemukan kurang umum.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rexhepi A dan Meka V [14] pada tahun 2008,
mereka menemukan bahwa Leptoprosopic merupakan tipe wajah yang dominan pada pria
diikuti oleh Hyperleptoprosopic sementara pada wanita; Hyperleptoprosopic sangat umum
pada kelompok usia 18-35 tahun populasi Albania Kosova. Hyperuryprosopic merupakan
paling jarang diikuti oleh tipe jenis wajah euyprosopic diantara kedua jenis kelamin. Hasil ini
berbeda dengan penelitian kami.

Penelitian yang dilakukan oleh Bayat PD dan Ghanbari A [17] pada tahun 2009, di Ark,
Fars dan Turkmen (populasi baru lahir Iran pusat dan subkelompok ras Iran) menemukan
bahwa tipe wajah yang dominan adalah Hyperuryprosopic untuk Fras dan Ark sementara
Mesoprosopic untuk Turkmen tahun 2010, Raji et al.[9] ditemukan di populasi Timur laut
Nigeria tipe wajah yang dominan dan yang paling langka dikedua jenis kelamin
Hyperleptoprosopic dan Hypereuyprosopic. Sehubung dengan hubungan kaninus untuk sisi
kanan dan kiri, Kelas I merupakan yang paling. Namun, dari kedua sisi prevalensi dari kelas
II dan III signifikan tinggi pada wanita dibandingkan wanita (p<0.05). Ketika hubungan antar
morfologi tipe wajah, hubungan kaninus telah diteliti untuk kedua sisi kanan dan kiri dari
kelas II dan III signifikan tinggi pada wanita dibandingkan pria (p<0.05). Ketika hubungan
antara morfologi tipe wajah, hubungan kaninus telah diteliti, ditemukan hubungan kaninus
kelas I yang paling umum. Perbandingan wajah yang berbeda hubungan kaninus
Euryprosopic ditemukan tipe wajah yang dominan yang didukung dengan penelitian Young
et al. [10]. Terlepas dari apa pun tipe morfologi wajah, hubungan kaninus kelas I yang paling
umum. Meskipun prevalensi dari hubungan kaninus kelas 1 maksimal untuk tipe
Hyperleptoprosopic dibandingkan dengan tipe morfologi wajah namun hubungan ini tidak
secara statistik tidak signifikan untuk hubungan kaninus dari kedua sisi (p>0.05). Dalam hal
hubungan kaninus, hubungan yang signifikan antara hubungan kaninus dan tipe morfologi
wajah setelah diamati dari kedua sisi kana dan kiri (p<0.05). Perbandingan data ditemukan
adanya hubungan yang tidak signifikan anatra tipe morfologi wajah, hubungan kaninus
dikedua jenis kelamin di kelompok umur yang berbeda kedua sisi. Hanya hubungan kaninus
yang berhubungan dengan tipe morfologi wajah yang signifikan untuk sisi kiri.

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini :

 Secara umum tipe morfologi wajah tidak menunjukan hubungan yang signifikan
dengan hubungan kaninus keluali pada jenis kelamin. Pada usia menunjukan
hubungan yang membingungkan yang erlihat dari pola empiris untuk semua
kelompok umur ketika dievaluasi secara independen.
 Tipe wajah Euryprosopic (53.2% merupakan yang paling umum di sebagian besar
dari subjek diikuti oleh Mesoprosopic (21.6%) Hypereuryprosopic (19%),
Leptoprosopic (5.6%) dan yang paling tidak umum Hyperleptoptosopic (0.6%)
 Pria dan wanita keduanya sebagian besar menunjukan masing-masing 58.4% dan
46.5% pada tipe wajah Euryprosopic dalam perbandingan data pada jenis kelamin.
Menunjukan perbedaan yang signifikan antara kedua jenis kelamin yang berhubungan
dengan morfologi wajah.
 Hubungan kaninus menunjukan kelas 1 pada kedua jenis kelamin sementara kelas II
dan kelas III sedikit meningkat pada wanita.
 Hubungan antara tipe morfologi wajah molar dan hubungan kaninus yang diamati dan
ditemukan hubungan kaninus dan molar kelas I yang paling umum.
 Pada pria prevalensi hubungan kaninus kelas I signifikan tinggi Mesoprosopic dan
Hyperleptoprosopic dibandingkan tipe lain untuk kedua sisi.
 Padqa wanita, tiak ada hubunganyang signifikan yang di temukan antara tipe
morfologi wajah, hubungan kaninus pada kedua sisi.
 Tidak ada hubungan yang dignifikan antara tipe morfologi wajah dan kaninus pada
kedua jenis kelamin pada kedua sisi. Hubungan kaninus berhubungan dengan tipe
morfologi wajah signifikan untuk sisi kiri.

Anda mungkin juga menyukai