Tipe Muka
Berdasarkan analisis frontal perbandingan panjang dan lebar dengan menggunakan
perhitungan :
Indeks Morfologi Fasial = Tinggi Morfologi Wajah/ Lebar Bizigomatik
Klasifikasinya :
(a) Datar : jika garis yang dibentuk titik acuan relatif lurus
(b) Cembung/ konveks : jika garis yang dibentuk titik acuan membentuk sudut lebih ke
belakang (posterior divergen, kelas II hubungan rahang)
(c) Cekung/ konkaf : jika garis yang dibentuk titik acuan membentuk sudut lebih ke
depan (anterior divergen, kelas III hubungan rahang)
mengindikasikan relasi kelas III skeletal. Jika profil hampir tegak, tidak masalah
jika terdapat kecondongan lebih anterior (divergen anterior) atau ke posterior
(divergen posterior). Kecembungan muka dapat dipengaruhi oleh latar belakang
ras dan etnik pasien. Orang Eropa Utara posterior divergen, dan orang Eropa
Timur profil muka sangat tegak. Evaluasi postur bibir dan kecenderungan gigi
incisive. Deteksi peningkatan protusif incisive (sering) atau retrusi (jarang) sangat
penting sebab berpengaruh terhadap lengkung gigi. Jika gigi incisive protusif,
lengkung rahang akan menjadi lebih besar dan tempat yang tersedia cukup luas.
Sedangkan pada kasus retrusi tidak ada tempat yang cukup. Pada kasus ekstrim,
protusi incisive akan menyebabkan adanya crowding parah incisive hingga ke
protusi dentoalveolar bimaksiler. Protusi dentoalveolar bimaksiler adalah suatu
kondisi dimana kedua rahang mengalami gigi protusi (divergen anterior). Protusi
gigi akan meningkat jika dua kondisi bertemu
1. Bibir kedepan (lip prominence) dan gerakan bibir dari dalam ke luar
2. Bibir terpisah saat istirahat > 3-4 mm (bibir incompetent).
b. Evaluasi postur bibir dan kecembungan gigi incisive adalah dengan melihat bibir
pasien dalam keadaan istirahat. Dilakukan dengan menarik garis vertikal melewati
dasar mulut dan dengan menghubungkan bibir bawah ke dagu. Jika bibir lebih
depan dari garis, maka dapat dipastikan prominent, jika bibir dibelakang garis
maka retrusi. Jika bibir prominent dan incompetent maka protrusive berlebihan
c. Evaluasi proporsi wajah vertikal dan sudut bidang mandibula. Proporsi wajah
yang benar dapat dibagi menjadi 3 bagian vertikal. Pada pemeriksaan klinis,
inklinasi bidang mandibula secara horizontal. Hal ini penting karena tingginya
sudut bidang mandibular berhubungan dengan panjang dimensi vertikal anterior
wajah dan maloklusi open bite anterior. Terkadang sudut bidang mandibula yang
datar berhubungan dengan lebar wajah yang sempit dan maloklusi deep bite.
C. Bibir
Konfigurasi bibir dilihat melalui beberapa kriteria yaitu : lebar, panjang, dari keadaan otot
bibir. Dalam keadaan normal panjang bibir atas adalah 1/3 (diukur dari subnasal sampai
dengan stomion), bibir bawah dan dagu 2/3 panjang wajah bagian bawah.
A. Tonus normal : bibir menutup dengan mudah tidak ada kontraksi berlebih.
B. Hipotonus : keadaan bibir yang pendek sehingga harus berkontraksi jika akan
menutup bibir
C. Hipertonus : keadaan bibir yang panjang dimana pada saat menutup tonus otot
berlebih
D. TMJ
Pemeriksaan klinis TMJ dapat dilakukan dengan auskultasi dan palpasi. Penemuan klinis
dapat berupa :
(a) sakit saat ditekan
(b) clicking pada joint :
Pemeriksaan TMJ :
a. Auskultasi TMJ
Suara dapat didengar menggunakan stetoskop. Lamanya kliking selama membuka
dan menutup mulut harus dicatat apakah inisial, intermedia, terminal, atau
resiprokal.
b. Palpasi
i. TMJ lateral : gunakan tekanan pada prosesus kondiloid dengan jari
telunjuk. Palpasi kedua sisi secara bersamaan. Catat jika terdapat rasa
sakit saat TMJ dipalpasi dan jika terdapat perbedaan pergerakan
kondilus selama gerakan membuka dan menutup mulut.
ii. TMJ posterior : posisikan jari kelingking di meatus auditorius
eksternus dan palpasi permukaan posterior kondilus selama pergerakan
membuka dan menutup mandibula. Palpasi harus dilakukan hati-hati
karena kondilus akan memindahkan posisi jari kelingking saat
menutup dengan oklusi penuh.
iii. Otot pterigoid lateral : proyeksi daerah sakit pada otot pterigoid lateral
adalah dengan palpasi daerah proksimal leher kondilus dan kapsul
joint dibelakang tuberositas maksilaris. Pemeriksaan dilakukan dalam
keadaan mulut terbuka dan mandibula dan mandibula bergerak secara
lateral. Pada tahapan inisial disfungsi TMJ, otot akan terasa sakit saat
dipalpasi hanya pada satu sisi. Pada tahap selanjutnya, sakit biasanya
bilateral.
iv. Otot temporal : otot temporal dipalpasi secara ekstraoral dan bilateral. Otot
anterior, media, dan posterior diperiksa secara terpisah. Palpasi dilakukan
ketika otot kontraksi secara bersamaan. Perlekatan otot temporal pada
prosesus koronoideus, yaitu pada regio postolateral pada vestibulum atas,
juga dipalpasi. Posisi mulut saat diperiksa harus terbuka setengah.
c. Mengukur jarak interincisal dalam keadaan mulut terbuka maksimum : pada pembukaan
maksimal rahang, jarak antara incisal edge atas dan bawah gigi incisive sentral diukur
dengan alat ukur Boley. Pada kasus overbite, jumlah ini ditambah dengan nilai yang
diperoleh pada saat gigitan terbuka. Besarnya pembukaan maksimal mulut antar incisal
edge biasanya 40-45 mm. Pada kasus disfungsi TMJ, hipermobiliti biasanya terjadi pada
tahap inisial dan keterbatasan membuka mulut akan terjadi pada tahap lanjut (Rakosi,
1993).
E. Tipe Kepala
Agar dapat melihat perbedaan manusia secara lebih teliti antropologi ragawi telah
menciptakan indeks, diantaranya adalah indeks kepala. Indeks ialah bilangan yang digunakan
sebagai indikator untuk menerangkan suatu keadaan tertentu atau sebuah rasio proporsional yang
dapat disimpulkan dari sederetan observasi yang terus menerus dilakukan. Sedangkan indeks
kepala merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan kraniofasial dengan variasi
manusia, yang telah lama digunakan untuk berbagai kelompok ras antropologi fisik (Mahajan,
2010). Indeks kepala merupakan parameter penting dalam mengevaluasi perbedaan ras dan jenis
kelamin. Oleh karena itu, informasi terperinci dari suatu data populasi merupakan hal penting
dalam studi dan perbandingan untuk menilai pertumbuhan danpengembangan individu serta
berguna
dalam
diagnosis
kelainan
bentuk
dan
ukuran
tengkorak
kepala
(Isurani,
Gambar 1.
Pengukuran indeks kepala (Sony, 2003)
Keterangan gambar :
1. Panjang kepala maksimum, yaitu jarak lurusantara titik yang paling menonjol pada
tulang frontal di atashidung (glabella)dan bagian paling menonjol dari tulang
oksipital. Inidiukur dengan menempatkan mistar pada ujung anteriorglabella
sementara ujung yang lain digeser hingga memungkinkan sampai pada ujung
posteriordari tulang oksipital sampaipanjang maksimum kepala tercapai.
1. Lebar
kepala
maksimum,
yaitu
jarak
maksimum
antara
titik
paling