HERPES ZOSTER
Oleh:
Yaumil Khalida Putri, S.Ked*
G1A217037
Pembimbing:
dr. Fitriyanti ,Sp.KK,FINSDV**
1
LEMBAR PENGESAHAN
HERPES ZOSTER
Oleh:
Yaumil Khalida Putri, S.Ked
G1A217037
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
sebab karena rahmatnya, tugas Case Report Session (CRS) yang berjudul “Herpes
Zoster” ini dapat terselesaikan. Tugas ini dibuat agar penulis dan teman – teman
sesama koas periode ini dapat memahami tentang patogenesis, komplikasi, dan
pengobatan dari kasus ini. Selain itu juga sebagai tugas dalam menjalankan
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin RSUD
Raden Mattaher Jambi.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
Herpes zoster adalah radang kulit akut dan setempat ditandai adanya rasa
nyeri radikuler unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada
dermatom yang dipersarafi serabut spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik
dari nervus kranialis. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus varisela zoster dari
infeksi endogen yang menetap dalam bentuk laten setelah infeksi primer oleh
virus.1
Herpes zoster terjadi secara sporadis sepanjang tahun tanpa prevalensi
musiman. Terjadinya herpes zoster tidak tergantung pada prevalensi varisela, dan
tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa herpes zoster dapat diperoleh oleh kontak
dengan orang lain dengan varisela atau herpes. Sebaliknya, kejadian herpes zoster
ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan host-virus.2 Salah
satu faktor risiko yang kuat adalah usia lebih tua.2,3,4 Ada peningkatan insidens
dari zoster pada anak – anak normal yang terkena chicken pox ketika berusia
kurang dari 2 tahun.5 Faktor resiko utama adalah disfungsi imun selular. Pasien
imunosupresif memiliki resiko 20 sampai 100 kali lebih besar dari herpes zoster
daripada individu imunokompeten pada usia yang sama.2 Immunosupresif kondisi
yang berhubungan dengan risiko tinggi dari herpes zoster termasuk “human
immunodeficiency virus” (HIV), transplantasi sumsum tulang, leukimia dan
limfoma, penggunaan kemoterapi pada kanker, dan penggunaan kortikosteroid.2
Pasien dengan herpes zoster kurang menular dibandingkan pasien dengan
varisela. Virus dapat diisolasi dari vesikel dan pustula pada herpes zoster tanpa
komplikasi sampai 7 hari setelah munculnya ruam, dan untuk waktu yang lebih
lama pada individu immunocompromised. Pasien dengan zoster tanpa komplikasi
dermatomal muncul untuk menyebarkan infeksi melalui kontak langsung dengan
lesi mereka.2 Pasien dengan herpes zoster dapat disebarluaskan, di samping itu,
menularkan infeksi pada aerosol, sehingga tindakan pencegahan udara, serta
pencegahan kontak diperlukan untuk pasien tersebut.7
Manifestasi dari herpes zoster biasanya ditandai dengan rasa sakit yang
sangat dan pruritus selama beberapa hari sebelum mengembangkan karakteristik
erupsi kulit dari vesikel berkelompok pada dasar yang eritematosa.
4
Gejala prodormal biasanya nyeri, disestesia, parestesia, nyeri tekan
intermiten atau terus menerus, nyeri dapat dangkal atau dalam terlokalisir,
beberapa dermatom atau difus.1 Nyeri prodormal tidak lazim terjadi pada
penderita imunokompeten kurang dari usia 30 tahun, tetapi muncul pada penderita
mayoritas diatas usia 60 tahun.4 Nyeri prodormal : lamanya kira –kira 2 – 3 hari,
namun dapat lebih lama.5
Tujuan dari pengobatan adalah menekan inflamasi, nyeri dan infeksi. 7
Pengobatan zoster akut mempercepat penyembuhan, mengkontrol sakit, dan
mengurangi resiko komplikasi .7 Obat yang biasa digunakan ialah asiklovir dan
modifikasinya,
5
BAB II
STATUS PASIEN
2.2 Anamnesis
Dilakukan secara alloanamnesis di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD H.
Abdul Manap pada tanggal 30 November 2018.
A. Keluhan Utama
Lepuh disertai rasa nyeri, panas dan gatal pada dada kanan sejak 3 hari
SMRS .
B. Keluhan Tambahan
- Demam, nyeri kepala, badan pegal-pegal
C. Riwayat Perjalanan Penyakit
± 7 hari SMRS pasien mengeluhkan demam. demam dirasakan hilang
timbul. Demam turun ketika pasien sudah mengkonsumsi obat penurun panas.
menggigil (-), berkeringat (-), nyeri kepala (+), badan terasa lemas dan nafsu
makan berkurang. Selain itu pasien juga mengeluh seluruh badan pegal – pegal.
± 3 hari SMRS pasien mengeluhkan timbul lepuh berisi cairan pada bagian
dada kanan. lepuh tersebut berbentuk bulat dan terlihat seperti ada cairan di
dalamnya awalnya kecil seperti bintik kemerahan makin lama makin banyak,
bergerombol dan berisi cairan . Selain keluhan tersebut, pasien juga mengeluhkan
rasa gatal, nyeri dan panas pada bagian dada tersebut. Nyeri seperti di tusuk dan
panas seperti di bakar. Oleh karena keluhan tersebut, pasien berobat ke dokter,
dan di berikan obat acyclovir 200 mg yang di minum 5 x 1, dan salep yang dioles
6
3x sehari. Pasien baru mengkonsumsi obat tersebut 2 hari, dan pasien mengurangi
dosis obat minum nya sendiri menjadi 3x1 karena merasa terlalu banyak.
7
a. Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), refleks
cahaya (+/+), pupil isokor
b. THT
- Telinga : Lesi kulit (-)
- Hidung : Deviasi septum (-)
- Tenggorok : Pembesaran tonsil (-), ulkus (-)
c. Leher : Pembesaran KGB (-), lesi kulit (-)
j. Thoraks
a. Jantung : Bunyi jantung I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
b. Paru : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
k. Genitalia : Tidak dilakukan
l. Ekstremitas
a. Superior : Edema (-), lesi kulit (-)
b. Inferior : Edema (-), lesi kulit (-)
B. Status Dermatologi
1. Regio Thoracal dextra
8
Regio : Thoracal dextra
Efloresensi :
Vesikel multipel, bulat, diameter terkecil 0,1cm dan terbesar 0,4cm, herpetiformis
segmental setinggi dermatom T3-T5 dextra, berbatas tegas, diatas kulit yang
eritem.
Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan, seharusnya dilakukan :
Pemeriksaan Tzanck
Pecahkan bulla, lalu dikerok kulit luarnya.
Kerokan di fiksasi pada preparat dengan cara dilewatkan di atas api 3x.
Rendam di alkohol 96% selama 5 menit, lalu bilas.
Tetesi larutan giemsa (1:10) selama 30 menit. Bilas dengan air mengalir,
lalu keringkan.
Periksa di mikroskop dengan 100x perbesaran.
9
2.6 Tatalaksana
- Non medikamentosa :
Menjaga kebersihan tangan
Kuku di potong pendek
Pakaian tetap kering dan bersih
Lepuh jangan dipecahkan
Istirahat cukup
Menjelaskan tentang penyakit dan penatalaksanaannya
- Medikamentosa :
Oral
Acyclovir 5 x 800 mg diberikan selama 7 hari
Asam Mefenamat 500 mg tab 3x1
Topikal
Salicyl talk 2 %
2.7 Pemeriksaan Anjuran
Pemeriksaan Tzanck
Kultur Virus
direct imunofluorescence
2.8 Prognosis
- Quo ad vitam : ad bonam
- Quo ad functionam : ad bonam
- Quo ad sanationam : ad bonam
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela-
zoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus
yang terjadi setelah infeksi primer.(2)
3.2 Sinonim
3.3 Epidemiologi
Penyebaran herpes zoster sama seperti varisela. Penyakit ini, seperti yang
diterangkan dalam definisi, merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah
penderita mendapat varisela. Kadang – kadang varisela ini berlangsung subklinis.
Tetapi ada pendapat yang menyatakan kemungkinan transmisi virus secara
aerogen dari pasien yang sedang menderita varisela atau herpes zoster.(2)
11
Faktor risiko herpes zoster diperantarai oleh cell mediated immunity
(CMI). Pasien dengan penyakit neoplastik (khususnya kanker
lymphoproliferative), pengguna obat imunosupresif (termasuk kortikosteroid),
dan penerima transplantasi organ berada di risiko tinggi untuk terjadinya herpes
zoster. Namun, hal yang mendasari terjadinya kanker tidak dibenarkan pada orang
sehat yang mengalami herpes zoster. (6)
Herpes zoster terjadi dengan frekuensi yang lebih tinggi di antara orang-
orang yang seropositif untuk human immunodeficiency virus (HIV) dari kalangan
mereka yang seronegatif. Sebuah studi longitudinal menunjukkan suatu kejadian
29,4 kasus herpes zoster per 1000 orang-tahun di antara HIV-seropositif orang,
seperti dibandingkan dengan 2,0 kasus per 1000 orang-tahun di antara HIV-
seronegatif kontrol. Karena herpes zoster mungkin terjadi pada orang yang
terinfeksi HIV yang dinyatakan asimtomatik, pengujian serologi mungkin tepat
pada pasien tanpa faktor risiko jelas untuk herpes zoster (Misalnya, orang sehat
yang lebih muda dari usia 50 tahun). (6)
3.4 Etiologi
(4)
12
Varicella zoster virus (VZV) adalah penyebab diantara varicella (cacar air)
dan zoster (shingles). Tiga genotipe dari α-herpesvirus telah diidentifi kasi dan
terbukti memiliki variasi geografis. (4)
3.5 Patogenesis
Selama perjalanan dari varicella, VZV lewat melalui lesi di kulit dan
permukaan mukosa ke ujung saraf sensorik dan diangkut secara sentripetal sampai
serabut saraf sensorik ke ganglia sensoris. Di ganglia, virus membentuk infeksi
laten yang bertahan untuk hidup. Herpes zoster terjadi paling sering pada
dermatom dimana ruam varicella terbanyak yang diinervasi oleh saraf oftalmikus
dari ganglia sensoris trigeminal dari T1 ke L2(3)
Ketika kekebalan seluler VZV spesifik berada pada beberapa tingkat kritis,
reakticasi virus tidak terkandung lagi. Virus berkembang biak dan menyebar di
dalam ganglion, menyebabkan nekrosis neuronal dan peradangan parah, sebuah
proses yang sering disertai dengan neuralgia parah. Infeksi VZV kemudian
menyebar secara antidromikal menuruni saraf sensorik, menyebabkan neuritis
parah, dan dilepaskan dari saraf sensorik yang berakhir di kulit, di mana ia
menghasilkan karakteristik dari vesikel zoster. Penyebaran infeksi ganglionic
13
proksimal sepanjang akar saraf posterior ke meninges dan hasil serabut di
leptomeningitis lokal, pleocyosis cairan serebrospinal, dan myelitis segmental.
Infeksi motor neuron di kornu anterior dan radang akun akar saraf anterior untuk
palsi lokal yang mungkin menyertai erosi kulit, dan infeksi berkelanjutan dalam
sistem saraf pusat (SSP) dapat mengakibatkan komplikasi herpes zoster
(meningoenchepalitis, myelitis melintang).(3)
Varicella dan herpes zoster A. Selama infeksi (varicella dan cacar air) primer
varicella-zoster virus (VZV) virus menginfeksi ganglia sensoris. B. VZV
tetap dalam fase laten dalam ganglia untuk kehidupan C. Indiviual dengan
fungsi kekebalan tubuh berkurang, VZV aktif kembali dalam ganglia
sensoris, turun melalui saraf sensorik, dan direplikasi di kulit.(3)
Nyeri adalah gejala utama dari herpes zoster. Didahului dengan gejala ini
dan umumnya disertai ruam, dan gejala ini sering berlanjut walau ruam sudah
sembuh, dengan komplikasi yang dikenal sebagai postherpetic neuralgia (PHN).
Sejumlah mekanisme yang berbeda tetapi tumpang tindih tampaknya terlibat
dalam patogenesis nyeri pada herpes zoster dan PHN.(3)
Cedera pada saraf perifer dapat memicu sinyal rasa nyeri pada saraf di
ganglion aferen. Peradangan di kulit memicu sinyal nosiseptif yang lebih terasa
14
nyeri di kulit. Rilis yang berlebihan dari pengeluaran asam amino dan
neuropeptida yang disebabkan oleh rentetan berkelanjutan dari impuls afferent
selama fase akut dan prodormal pada herpes zoster kemungkinan dapat
menyebabkan cedera eksitotoksik dan hilangnya hambatan interneuron di sumsum
tulang belakang. Kerusakan neuron di sumsum tulang belakang, ganglion dan
saraf perifer, adalah penting dalam patogenesis PHN. Kerusakan saraf aferen
primer dapat menjadi aktif secara spontan dan peka terhadap rangsangan perifer
dan simpatis. Aktivasi nosiseptor yang berlebihan dan impuls ektopik mungkin,
menurunkan sesitivitas SSP. penambahan dan perpanjangan rangsangat pada pusat
itu berbahaya. Pada klinis, ini dinamakan allodynia (nyeri dan / atau sensasi yang
tidak menyenangkan yang ditimbulkan oleh rangsangan yang biasanya tidak
menyakitkan (sentuhan ringan) dengan rangsang sensori sedikit atau tidak ada
sama sekali. (3)
15
Patognesis PHN(3)
Stadium prodromal :
Biasanya berupa rasa sakit dan parestesi pada dermatom yang terkena
disertai dengan panas, malaise dan nyeri kepala.
Stadium erupsi :
Mula-mula timbul papul atau plakat berbentuk urtika yang setelah 1-2 hari
akan timbul gerombolan vesikel diatas kulit yang eritematus, sedangkan kulit
diantara gerombolan tetap normal, usia lesi pada satu gerombolan lain adalah
16
sama sedangkan usia lesi dengan gerombolan lain adalah tidak sama. Lokasi lesi
sesuai dermatom, unilateral dan biasanya tidak melewati garis tengah dari tubuh.
Stadium krustasi :
Vesikel menjadi purulen, mengalami krustasi dan lepas dalam waktu 1-2
minggu. Sering terjadi neuralgi pasca herpetica terutama pada orang tua yang
dapat berlangsung berbulan-bulan parestesi yang bersifat sementara.(7,8)
Masa tunasnya 7-12 hari. Masa aktif penyakit ini berupa lesi – lesi baru
yang tetap timbul berlangsung kira-kira seminggu, sedangkan masa resolusi
berlangsung kira-kira 1-2 minggu. Disamping gejala kulit dapat juga dijumpai
pembesaran kelenjar getah bening regional. Lokalisasi penyakit ini adalah
unilateral dan bersifat dermatomal sesuai dengan tempat persarafan. Pada susunan
saraf tepi jarang timbul kelainan motorik, tetapi pada susunan saraf pusat kelainan
ini lebih sering karena struktur ganglion kranialis memungkinkan hal tersebut.
Hiperestesi pada daerah yang terkena member gejala yang khas. Kelainan pada
muka sering disebabkan oleh karena gangguan pada nervus trigeminus (dengan
ganglion gaseri) atau nervus fasialis dan otikus (dari ganglion genikulatum).(2)
17
Dermatome Tubuh(10)
Dermatome Wajah(11)
18
(3)
(3)
Herpes zoster abortif artinya penyakit ini berlangsung dalam waktu yang
singkat dan kelainan kulitnya hanya berupa beberapa vesikel dan eritem.(2)
19
orang yang kondisi fisikny sangat lemah, misalnya pada penderita limfoma
malignum.(2)
Neuralgia pascahepatik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas
penyembuhan lebih dari sebulan setelah penyakitnya sembuh. Nyeri ini dapat
berlangsung sampai beberapa bulan bahkan bertahun-tahun dengan gradasi nyeri
yang bervariasi dalam kehidupan sehari –hari. Kecenderungan ini dijumpai pada
orang yang mendapat herpes zoster diatas usia 40 tahun.(2)
3.7 Diagnosis
Kultur virus adalah dimungkin, tetapi virus varicella-zoster itu labil dan
relatif sulit untuk pulih dari penyeka lesi kulit. Sebuah uji direct
imunofluorescence lebih sensitif dibandingkan kultur virus dan memiliki
tambahan keuntungan dari biaya yang lebih murah dan waktu yang lebih cepat.
Seperti kultur virus, direct imunofluorescence assay dapat membedakan infeksi
virus herpes simplex dengan infeksi virus varisela-zoster. Polymerase-chain-
reaction techniques yang berguna untuk mendeteksi DNA virus varicella-zoster di
cairan dan jaringan.(6)
20
Tzanck smear dan Direct Immunoflouscene assay(6)
Herpes simplex zosteriform bisa dengan hasil positif untuk Tzanck smear,
namun jumlah lesi biasanya lebih terbatas dan derajat nyeri substansialnya kurang.
Persiapan selain Tzanck, uji DFA lebih disukai untuk kultur virus, karena cepat,
identifikasi jenis virus, dan memiliki hasil yang lebih akurat. Bila dibandingkan
pada VZV, Tzanck smear adalah 75% positif (sampai dengan 10% false-positif
(6)
dan variabilitas yang tinggi, tergantung pada keterampilan edema interseluler dan
intraseluler.(5)
Bagian atas dari dermis, dilatasi pembuluh darah, edema, dan infiltrasi
perivaskular limfosit dan leukosit polimorfonuklear, Limfosit atipikal mungkin
juga ditemukan. Sebuah vaskulitis leukocytoclastic mendasari kesan infeksi VZV
selama HSV. Inflamasi dan perubahan degeneratif juga dicatat dalam serabut
ganglia posterior dan serabut saraf dorsalis yang terkena. Lesi sesuai dengan
sistem persarafan dari ganglon saraf yang terkena, dengan nekrosis sel-sel saraf.(5)
21
Gejala klinis :Lesi primer didahului gejala prodromal
berupa rasa panas ( terbakar ) dan gatal. Setelah timbul
lesi dapat terjadi demam, malaise dan nyeri otot.
Predileksi : mukosa
(3)
22
kedalam. Distribusinya bersifat sentripetal.(7)
(3)
(3)
23
Predileksi : pada kepala, kuduk, lipatan ketiak bagian
belakang, sakrum, bokong dan lengan bawah.
Distribusinya simetris, akut dan polimorf.(9)
(3)
24
((3)
3.9 Penatalaksanaan
Umum
1. Analgetika : Metampiron sehari 4 x 1 tablet
2. Bila ada infeksi sekunder :
- Erytromycin 250-500 mg sehari 3 x 1 tablet
- Dicloxacillin 125-250 mg sehari 3 x 1 tablet
3. Lokal :
25
- Bila basah : kompres larutan garam
- Bila erosi : salep sodium fusidate
- Bila kering : bedak salycil 2%
Khusus
1. Acyclovir
Dosis: dewasa : 800 mg sehari 5 kali selama 7-10 hari
Anak : 20 mg/kgBB sampai 800 mg sehari 4 kali
Acyclovir tidak dapat menghilangkan neuralgi pasca herpetik
2. Neuralgia pasca herpetik
Aspirin : 500 mg sehari 3 kali.
Anti depresan trisiklik : Amitriptylin 50- 100 mg/hari
- Hari pertama : 1 tablet (25mg)
- Hari kedua : sehari 2 kali satu tablet
- Hari ketiga : sehari 3 kali satu tablet
Carbamazepine:200mg sehari 1-2 kali ( untuk trigeminal
neuralgia).
3. Herpes zoster ophtalmicus perlu konsul ke spesialis mata atau dapat
diberikan:
- acyclovir salep mata 5 kali setiap 4 jam
- dan juga ofloxacin atau ciprofloxacin obat tetes mata
o hari 1 dan 2 : 1 tetes/2-4 jam,
o hari 3-7 :1 tetes 4 kali/hari.(7,8)
Pencegahan
Pemberian vaksin varicella virus vaccine (oka strain)
Indikasi :
- usia tua (>60 tahun)
- pasien imunokompromais dengan penyakit kronik (7)
26
3.10 Komplikasi
27
kelainan kulit pada daerah persarafannya. Kelainan yang muncul dapat
berupa: ptosis paralitik, keratitis, skleritis, uveitis, korioratinitis dan
neuritis optic.(9)
Ramsay Hunt Sindrom
Paralisa wajah akut yang disertai dengan vesikel-vesikel virus
herpes zoster pada kulit telinga, liang telinga ataupun keduanya,
diakibatkan oleh gangguan nervus fasialis dan nervus optikus, sehingga
memberikan gejala paralisa otot muka ( paralisa bell ), kelainan kulit
yang sesuai dengan tingkat ;persarafan, tinitus, vertigo, gangguan
pendengaran, nistagmus dan nausea juga terdapat gangguan pengecapan.
Herpes zoster ini terjadi bila mengenai ganglion genikulatum.(9)
Paralisis motorik
Paralisis motorik dapat terjadi pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat
perjalanan virus secara kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem
saraf yang berdekatan. Paralisis ini biasanya muncul dalam 2 minggu
sejak munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat terjadi seperti: di wajah,
diafragma, batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria dan anus.
Umumnya akan sembuh spontan.(2)
28
3.11 Prognosis
29
BAB IV
ANALISA KASUS
Pasien Tn. M datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD H. Abdul Manap
tanggal 30 November 2018 dengan keluhan utama Timbul lepuh-lepuh berisi
cairan, berwarna kemerahan terasa nyeri, panas dan gatal pada dada kanan sejak
±3 hari SMRS . Pada pasien ini ditegakkan diagnosis kerja Herpes Zoster. Hal ini
diperoleh dengan dilakukannya anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Dari anamnesis, didapatkan pasien laki-laki 59 tahun, pasien mengeluhkan
timbul lepuh-lepuh berisi cairan pada bagian dada kanan. Lepuh tersebut
berbentuk bulat dan terlihat seperti ada cairan di dalamnya awalnya kecil seperti
bintik kemerahan makin lama makin banyak, bergerombol dan berisi cairan.Hal
ini sesuai dengan teori dimana lesi herpes zoster berupa timbul eritema yang
dalam waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit yang
eritematosa dan edema. Vesikel ini berisi cairan jernih, dan daerah yang paling
sering terkena adalah daerah torakal dan biasanya mengenai umur lebih sering
pada orang dewasa.2
30
diameter terkecil 0,1 cm, dan terbesar 0,4 cm, segmental setinggi persarafan
dermatom T3-T5 dextra ,multipel, konfluens herpetiformis, berbatas tegas,
konsistensi lunak, fluktuasi (+).
Menurut kepustakaan, penyakit herpes zoster ini, ruamnya berupa eritema
yang dalam waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit
yang eritematosa dan edema.1-6 Vesikel ini berisi cairan jernih, kemudian menjadi
keruh (berwarna abu-abu), dapat menjadi pustule dan krusta. Kadang-kadang
vesikel mengandung darah dan disebut sebagai herpes zoster hemoragik. Dapat
pula timbul infeksi sekunder sehingga menimbulkan ulkus dengan penyembuhan
berupa sikatriks. Berdasarkan tempat predileksi herpes zoster yaitu daerah yang
1-6
paling sering terkena adalah daerah torakal. Pada kasus ini sama seperti herpes
zoster yaitu di daerah dada kanan setinggi dermatom torakal T3-T5.5
31
vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit yang eritematosa dan edema. Tetapi
tempat predileksinya berbeda, pada herpes simpleks predileksinya di daerah mulut
dan hidung serta daerah genital. Sedangkan pada kasus ini kelainan terdapat di
daerah dada dan punggung dan sesuai dengan dermatom saraf.
32
dengan DNA virus yang akan mengakibatkan terhentinya aktifitas enzim DNA
polymerase.8,9 Kemudian secara topikal diberikan bedak salisil 2 % dengan tujuan
protektif untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder,
juga diberikan terapi simptomatik seperti asam mefenamat sebagai analgetik,
paracetamol sebagai antipiretik dan vitamin B12. Pengobatan secara umum
dengan menjelaskan kepada pasien tentang penyakit yang dideritanya, disarankan
kepada pasien agar cukup istirahat, kemudian pasien disarankan banyak makan
makanan yang bergizi seperti sayur dan buah-buahan.
33
BAB V
KESIMPULAN
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela-
zoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus
yang terjadi setelah infeksi primer. Dengan gejala Mula-mula timbul papul atau
plakat berbentuk urtika yang setelah 1-2 hari akan timbul gerombolan vesikel
diatas kulit yang eritematus, sedangkan kulit diantara gerombolan tetap normal.
Lokasi lesi sesuai dermatom, unilateral dan biasanya tidak melewati garis tengah
dari tubuh.Masa tunasnya 7-12 hari. Masa aktif penyakit ini berupa lesi – lesi baru
yang tetap timbul berlangsung kira-kira seminggu, sedangkan masa resolusi
berlangsung kira-kira 1-2 minggu. Disamping gejala kulit dapat juga dijumpai
pembesaran kelenjar getah bening regional. Lokalisasi penyakit ini adalah
unilateral dan bersifat dermatomal sesuai dengan tempat persarafan. Pada susunan
saraf tepi jarang timbul kelainan motorik, tetapi pada susunan saraf pusat kelainan
ini lebih sering karena struktur ganglion kranialis memungkinkan hal tersebut.
Hiperestesi pada daerah yang terkena member gejala yang khas..
34
DAFTAR PUSTAKA
7. Barakbah, Pohan, Sukanto, et al, 2007, Atlas Penyakit Kulit & Kelamin
cetakan kedua Bagian SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Hal 14-19,
Surabaya, Airlangga University Press
8. Murtiastutik. Dwi, 2005, Pedoman Diagnostik Dan Terapi RSU Dr. Soetomo
edisi III, hal 56-58, Surabaya
9. Abdullah. Benny, Kurniawan. Ovaldo, dr, SpKK, 2009, Dermatologi
Pengetahuan Dasar dan Kasus di Rumah Sakit, Surabaya : Pusat Penerbitan
dan Percetakan Universitas Surabaya hal: 86-90
10. http://drugline.org/medic/term/dermatome/
11. http://zizaidermatology.wordpress.com/2012/02/19/shingles-part-1-viral-
phases/
35
DISKUSI
Infeksi primer VZV 90% terjadi pada anak-anak berusia kurang dari 10
tahun dan 5% pada usia di atas 15 tahun. Pada anak imunokompetan gejala klinis
biasanya ringan, dapat sembuh sendiri dan jarang terjadi komplikasi. Pada
sebagian individu, infeksi VZV tidak menimbulkan gejala klinis.
Manusia akan terinfeksi oleh VZV ketika virus berkontak dengan mukosa
traktus respiratorius bagian atas atau konjungtiva. Varicella zoster virus tersebut
bisa berasal dari sekret mukosa traktus respiratorius bagian atas, cairan vesikel
penderita varisela atau cairan vesikel penderita herpes zoster. Dari mukosa traktus
respiratorius bagian atas VZV menuju kelenjar limfe regional dan mengalami
replikasi pertama.
Viremia primer
Pada sebagian besar individu replikasi virus tidak dapat diatasi oleh sistim
pertahanan tubuh yang belum berkembang. Sehingga terjadi viremia sekunder
dalam jumlah virus yang lebih banyak.
36
Viremia sekunder
37
Skema viremia sekunder
Pada fase laten ini VZV tidak infeksius dan sebagian besar ekspresi gen
VZV tidak ditemukan pada sel neuron dari ganglion dorsalis yang merupakan
tempat infeksi laten VZV. Sehingga virus tidak bisa dideteksi dan dibersihkan
oleh sistim imun. Sistim imun yang berperan dalam mempertahankan keadaan
laten ini adalah sistim imun seluler.
38
Schwann dan astrosit. Berbeda pada fase reaktivasi, gen-gen tersebut terdapat di
dalam nukleus sel neuron yang terinfeksi VZV. Gen 63 berfungsi sebagai protein
yang menekan apoptosis neuron selama fase laten. Gen 62 berfungsi sebagai
regulator transkripsi ketika gen tersebut berada di dalam nukleus pada fase
reaktivasi. Tidak adanya gen-gen regulator transkripsi lainnya menyebabkan tidak
terjadi replikasi VZV selama fase laten.
39
Tidak seperti nyeri yang menyertai kerusakan jaringan akut dimana pada
NPH tidak ditemukan kelainan biologik. Nyeri pada herpes merupakan hasil dari
aktifitas jaras spinotalamikus dan pontin hipotalamik. Nyeri ini adalah suatu
bentuk nyeri neuropati yang disebabkan oleh kerusakan pada sistim saraf. Sensasi
nyeri tersebut merupakan hasil dari proses komplek sensorik pada level tertinggi
di susunan saraf pusat.
6) Vitamin apa yang dapat diberikan pada pasien dengan herpes zoster?
40
Vitamin C: Membantu mencegah wabah HSV-1 saat diminum dalam
waktu 48 jam sejak timbulnya ruam atau gatal di lokasi lesi.
Vitamin D: Memerangi herpes dan ruam herpes zoster, tingkat vitamin D
yang lebih tinggi berhubungan dengan lebih banyak antibodi terhadap
HSV-2.
Umum
1. Analgetika : Metampiron sehari 4 x 1 tablet
2. Bila ada infeksi sekunder :
- Erytromycin 250-500 mg sehari 3 x 1 tablet
- Dicloxacillin 125-250 mg sehari 3 x 1 tablet
3. Lokal :
- Bila basah : kompres larutan NaCl 0,9%
- Bila erosi : salep sodium fusidate
- Bila kering : bedak salycil 2%
Khusus
4. Acyclovir
Dosis: dewasa : 800 mg sehari 5 kali selama 7-10 hari
Anak : 20 mg/kgBB sampai 800 mg sehari 4 kali
Acyclovir tidak dapat menghilangkan neuralgi pasca herpetik
5. Neuralgia pasca herpetik
Aspirin : 500 mg sehari 3 kali.
Anti depresan trisiklik : Amitriptylin 50- 100 mg/hari
- Hari pertama : 1 tablet (25mg)
- Hari kedua : sehari 2 kali satu tablet
- Hari ketiga : sehari 3 kali satu tablet
Carbamazepine:200mg sehari 1-2 kali ( untuk trigeminal
neuralgia).
6. Herpes zoster ophtalmicus perlu konsul ke spesialis mata atau dapat
41
diberikan:
- acyclovir salep mata 5 kali setiap 4 jam
- dan juga ofloxacin atau ciprofloxacin obat tetes mata
o hari 1 dan 2 : 1 tetes/2-4 jam,
o hari 3-7 :1 tetes 4 kali/hari.
42