KATA PENGANTAR
“Om Swastyastu”
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa
atas berkat dan karunia-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Transkultural pada Tn.D Dengan Diagnosa Kanker Paru” ini
tepat pada waktunya untuk memenuhi tugas di STIKES WIRA MEDIKA BALI.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan
kemampuan penulis, sehingga masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya
membutuhkan kritik dan saran dari semua pihak yang membaca, sehingga saya dapat
menyempurnakan makalah ini untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan agar bisa lebih baik
lagi.
“Om Santih, Santih, Santih, Om”
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Konsep Transkultural Dalam Keperawatan
B. Proses Keperawatan Transkultural
BAB III PEMBAHASAN KASUS
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan transkultural merupakan suatu arah utama dalam keperawatan yang
berfokus pada study komparatif dan analisis tentang budaya dan sub budaya yang berbeda
di dunia yang menghargai perilaku caring, layanan keperawatan, niai-nilai, keyakinan
tentang sehat sakit, serta pola-pola tingkah laku yang bertujuan mengembangkan body of
knowladge yang ilmiah dan humanistik guna memberi tempat praktik keperawatan pada
budaya tertentu dan budaya universal (Marriner-Tomey, 1994). Teori keperawatan
transkultural ini menekankan pentingnya peran keperawatan dalam memahami budaya
klien.
Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai budaya klien, baik individu,
keluarga, kelompok, maupun masyarakat, dapat mencegah terjadinya culture shock maupun
culture imposition. Cultural shock terjadi saat pihak luar (perawat) mencoba mempelajari
atau beradaptasi secara efektif dengan kelompok budaya tertentu (klien) sedangkan culture
imposition adalah kecenderungan tenaga kesehatan (perawat), baik secara diam-diam
mauoun terang-terangan memaksakan nilai-nilai budaya, keyakinan, dan kebiasaan/perilaku
yang dimilikinya pda individu, keluarga, atau kelompok dari budaya lain karena mereka
meyakini bahwa budayanya lebih tinggi dari pada budaya kelompok lain.
Teori keperawatan transkultural matahari terbit, sehingga disebut juga sebagai
sunrise model matahari terbit (sunrise model ) ini melambangkan esensi keperawatan dalam
transkultural yang menjelaskan bahwa sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada
klien (individu, keluarga, kelompok, komunitas, lembaga), perawat terlebih dahulu harus
mempunyai pengetahuan mengenai pandangan dunia (worldview) tentang dimensi dan
budaya serta struktur sosial yang, bersyarat dalam lingkungan yang sempit. Dimensi budaya
dan struktur sosial tersebut menurut Leininger di pengaruhi oleh tujuh faktor, yaitu
teknologi, agama dan falsafah hidup, faktor sosial dan kekerabatan,
Peran perawatan pada transcultural nursing teory ini adalah menjebatani antara
sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan prosfesional
melalui asuhan keperawatan. Eksistensi peran perawat tersebut digambarkan oleh
leininger.oleh karena itu perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana tindakan
keperawatan yang akan diberikan kepada masyarakat. Jika di sesuaikan dengan proses
keperawatan, hal tersebut merupakan tahap perencanaan tindakan keperawatan.
B. Tujuan
1. Mahasiswa memahami konsep transkultural dalam keperawatan
2. Mahasiswa memahami bagaimana proses keperawatan transkultural
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Transkultural Dalam Keperawatan
1. Keperawatan Transkultural dan Globalisasi dalam Pelayanan Kesehatan
Sebelum mengetahui lebih lanjut keperawatan transkultural, perlu kita ketahui apa
arti kebudayaan terlebih dahulu. Kebudayaan adalah suatu system gagasan, tindakan,
hasil karya manusia yang diperoleh dengan cara belajar dalam rangka
kehidupan masyarakat. (koentjoroningrat, 1986)
Wujud-wujud kebudayaan antara lain :
a. Kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma dan peraturan
b. Kompleks aktivitas atau tindakan
c. Benda-benda hasil karya manusia
Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge
yang dapat dikembangkan dan diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Teori
transkultural dari keperawatan berasal dari disiplin ilmu antropologi dan
dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konteks atau konsep
keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai
cultural yang melekat dalam masyarakat.
Menurut Leinenger, sangat penting memperhatikan keragaman budaya dan
nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut
diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock
akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya.
Keperawatan transkultural adalah ilmu dengan kiat yang humanis yang difokuskan
pada perilaku individu/kelompok serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan
perilaku sehat atau sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang
budaya. Sedangkan menurut Leinenger (1978), keperawatan transkultural adalah
suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada analisa dan studi perbandingan
tentang perbedaan budaya.
Tujuan dari transcultural nursing adalah untuk mengidentifikasi, menguji,
mengerti dan menggunakan norma pemahaman keperawatan transcultural dalam
meningkatkan kebudayaan spesifik dalam asuhan keperawatan. Asumsinya adalah
berdasarkan teori caring, caring adalah esensi dari, membedakan, mendominasi serta
mempersatukan tindakan keperawatan. Perilaku caring diberikan kepada manusia
sejak lahir hingga meninggal dunia. Human caring merupakan fenomena universal
dimana , ekspresi, struktur polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat
lainnya.
2. Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural
Konsep dalam transcultural nursing adalah :
a) Budaya
Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dibagi serta
memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
b) Nilai budaya.
Keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau suatu tindakan yang
dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan
keputusan
c) Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan
Merupakan bentuk yang optimal dalam pemberian asuhan keperawatan
d) Etnosentris
Budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi yang dimiliki
individu menganggap budayanya adalah yang terbaik
e) Etnis.
Berkaitan dengan manusia ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan
menurut cirri-ciri dan kebiasaan yang lazim
f) Ras
Perbedaan dasar dasar manusia dibedakan bedasarkan pengdeskredian asal muasal
manusia. Jenis ras umum dikenal kaukasoid, negroid,mongoloid.
g) Etnografi: Ilmu budaya
Pendekatan metodologi padapenelitian etnografi memungkinkan perawat untuk
mengembangkan kesadaran yang tinggi pada pemberdayaan budaya setiap
individu.
h) Care.
Fenomena yang berhubungan dengan bimbingan bantuan, dukungan
perilaku pada individu, keluarga dan kelompok dengan adanya kejadian untuk
memenuhikebutuhan baik actual maupun potensial untuk meningkatkan
kondisi dan kualitas kehidupan manusia
i) Caring
Tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan
mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata
atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia
j) Culture care
Kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi
digunakan untuk membimbing, mendukung atau member kesempatan
individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat dan
berkembang bertahan hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan
damai.
k) Cultural imposition
Kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktek dan
nilai karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi dari
kelompok lain.
4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien
tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya
klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang
mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui
evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang
budaya klien.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Klien Tn. D berusia 35 tahun, tinggal bersama istri dan kedua orang anaknya di Tegal
Jawa Tengah. Pendidikan terakhir klien adalah SMP. Klien bekerja di pabrik. Istri klien bernama
Ny. E berusia 28 tahun, pendidikan terakhir SMP. Istri klien seorang buruh cuci. Setiap bulan
penghasilan klien sekitar 800.000. dan penghasilan istrinya 15.000 per hari. Klien dan
keluarganya beragama Islam. Setiap harinya klien selalu melaksanakan shalat berjamah bersama
keluarga kecilnya. Sehari-hari klien menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia.
Sehari-hari klien tidak dapat lepas dari kebiasaannya untuk merokok. Baginya merokok
merupakan suatu identitas bahwa dirinya seorang laki-laki sejati. Klien telah merokok selama 10
tahun. Kebiasaan tersebut tidak dapat di hentikan oleh klien karena jika tidak merokok klien
merasa mulutnya pahit. Bahkan klien lebih memilih untuk menahan lapar dari pada harus
menahan untuk tidak merokok. Dan karena sibuk bekerja klien jarang untuk berolahraga
Dalam seminggu terakhir ini klien mengalami batuk dan sering kambuh ketika cuaca
dingin. Merasakan sakit pada bagian dada, pundak, punggung, dan lengan disertai dengan
penurunan berat badan. Klien dan istrinya menganggap bahwa itu adalah hal yang biasa dan
efek dari kelelahan karena bekerja. Untuk memperbaiki kondisinya, klien mendapatkan
wejangan dari mertuanya untuk banyak memberikan buah dan sayur seperti kembang kol,
brokoli, kubis, kentang, jus apel dan manggis. Karena menurut kepercayaan buah dan sayur yang
berwana hijau dapat menambah tenaga dan kesehatan, sedangkan buah dan sayur berwarna
merah dipercaya menambah tenaga dan kesungguhan. (yang dimaksud kesungguhan adalah
kesungguhan untuk sembuh). Namun dalam pengolahan buah dan sayur tersebut istri klien
memotongnya terlebih dahulu baru kemudian dicuci dan saat merebusnya tidak di tutup.
Karena dirasa kondisi klien tidak membaik maka istrinya, membawa klien ke RS Cepat
Sembuh untuk periksa. Oleh dokter yang memeriksa klien dicurigai mengidap kanker paru,
untuk memastikan hal tersebut klien harus melakukan pemeriksaan MRI. Setelah hasilnya keluar
ternyata dugaan dokter tersebut benar. Klien menderita kanker paru-paru. Dan saat ini didiagnosa
kanker paru stadium IIB. Dimana kanker tersebut telah menyebar ke kelenjar getah bening,
dinding dada, diafragma, lapisan yang mengelilingi jantung.
Setelah dianamnesa oleh perawat ternyata klien mempunyai kebiasaan merokok dan jarang
berolahraga. Akhirnya klien disarankan untuk melakukan kemoterapi. Namun klien menolak
untuk melakukan kemoterapi.
Karena klien dan istrinya merupakan orang Jawa asli sehingga mereka masih kental
menganut tradisi dan budaya Jawa. Klien percaya bahwa dengan melakukan pernafasan segitiga
yang berasal dari nenek moyangnya akan dapat menyembuhkan segala macam penyakit
termasuk kanker paru yang dideritanya. Dan menurut klien dengan pernafasan segitiga ini klien
tidak perlu mengeluarkan banyak biaya.
Asuhan Keperawatan Transkultural Nursing pada Tn.D dengan Kanker Paru
A. Pengkajian
1. Faktor Teknologi
a. Klien dibawa ke pelayanan kesehatan yaitu ke RS Cepat Sembuh, klien di periksa
oleh dokter
b. Klien melakukan pemeriksaan MRI, dan diketahui bahwa klien menderita kanker
paru-paru stadium IIB
2. Faktor agama dan falsafah hidup
a. Agama yang dianut yaitu Islam
b. Setiap harinya klien selalu melaksanakan shalat berjamah bersama keluarga
kecilnya.
3. Faktor sosial dan keterikatan kekeluargaan
Identitas klien
Nama : Tn. D
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Sudah menikah
Pendidikan : Lulusan SMP
Pekerjaan : Bekerja di Pabrik
Penghasilan : Rp. 800.000
Mempunyai tanggungan 2 orang anak
4. Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup
a. Sehari-hari klien menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia.
b. Bagi klien merokok merupakan suatu identitas bahwa dirinya seorang laki-laki sejati.
c. Menurut kepercayaan di keluarga klien buah dan sayur yang berwana hijau dapat
menambah tenaga dan kesehatan, sedangkan buah dan sayur berwarna merah dipercaya
menambah tenaga dan kesungguhan. (yang dimaksud kesungguhan adalah
kesungguhan untuk sembuh)
d. Klien percaya bahwa dengan melakukan pernafasan segitiga yang berasal dari nenek
moyangnya akan dapat menyembuhkan segala macam penyakit termasuk kanker paru
yang dideritanya.
5. Faktor politik
a. Kebijakan dan peraturan pelayanan kesehatan, yaitu:
Alasan datang ke RS Cepat Sembuh
Klien mengalami batuk dan sering kambuh ketika cuaca dingin. Merasakan sakit pada
bagian dada, pundak, punggung, dan lengan disertai dengan penurunan berat badan.
b. Kebijakan yang didapat di RS Cepat Sembuh
Klien melakukan pemeriksaan MRI dan disarankan untuk melakukan kemoterapi
6. Faktor ekonomi
a. Sumber biaya pengobatan
Biaya dari penghasilan klien dan istrinya. Karena klien tidak mengikuti asuransi
kesehatan
b. Sumber ekonomi yang dimanfaatkan klien
Biaya hidup sehari-hari dari penghasilan klien (800.000) dan istrinya (15.000 per hari)
7. Faktor pendidikan
a. Klien merupakan lulusan SMA
b. Kemampuan dan pemahaman klien tentag penyakitnya masih minim dan masih lebih
percaya pada tradisi dan budaya Jawa dalam pengobatannya sehingga klien lebih percaya
melakukan pernafasan segitiga yang berasal dari nenek moyangnya untuk
menyembuhkan penyakitnya.
B. Analisa Data Dan Diagnosa Keperawatan Transkultural
No Data Problem
1 DS :
klien menolak untuk melakukan kemoterapi.
Klien mengatakan bahwa dengan melakukan
pernafasan segitiga yang berasal dari nenek
moyangnya akan dapat menyembuhkan segala
Ketidakpatuhan dalam
macam penyakit termasuk kanker paru yang
pengobatan
dideritanya. Dan menurut klien dengan pernafasan
segitiga ini klien tidak perlu mengeluarkan banyak
biaya
DO : -
2 DS : Potensial peningkatan
- Klien mendapatkan wejangan dari pengetahuan
mertuanya untuk banyak memberikan buah
dan sayur seperti kembang kol, brokoli,
kubis, kentang, jus apel dan sirsak.
- Menurut kepercayaan di keluarga klien
buah dan sayur yang berwarna hijau dapat
menambah tenaga dan kesehatan,
sedangkan buah dan sayur berwarna merah
dipercaya menambah tenaga dan
kesungguhan. (yang dimaksud
kesungguhan adalah kesungguhan untuk
sembuh)
- Dalam pengolahan buah dan sayur tersebut
istri klien memotongnya terlebih dahulu
baru kemudian dicuci dan saat merebusnya
tidak di tutup.
DO : -
3 DS :
- Klien tidak dapat lepas dari kebiasaannya
untuk merokok. Baginya merokok
merupakan suatu identitas bahwa dirinya
seorang laki-laki sejati.
- Klien telah merokok selama 10 tahun.
- Kebiasaan tersebut tidak dapat di
hentikan oleh klien karena jika tidak Kurang Pengetahuan
merokok klien merasa mulutnya pahit.
- Klien lebih memilih untuk menahan
lapar dari pada harus menahan untuk
tidak merokok
- Karena sibuk bekerja klien jarang untuk
berolahraga
- Pendidikan klien SMP.
No
Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Intervensi
Merestrukturisasi budaya
1. Diskusikan kesenjangan budaya yang
dianut klien dengan terapi kesehatan yang
harus di jalani klien
2. Jelaskan kepada klien dan keluarganya
bahwa penyakit kanker merupakan penyakit
yang ganas dan perkembangannya sangat
cepat sehingga harus segera mendapatkan
pertolongan dengan segera
3. Jelaskan kepada klien dan keluarga
apabila klien tidak segera mengikuti
kemoterapi akan membahayakan
keselamatan klien.
4. Jelaskan kepada klien dan keluarga bahwa
kemoterapi bertujuan untuk menghambat
dan membunuh sel-sel kanker, sehingga
tidak semakin menyebar ke organ lain
5. Berikan gambaran kepada klien tentang
keberhasilan kemoterapi terhadap orang-
orang yang sebelumnya menderita penyakit
kanker paru-paru dan melakukan
kemoterapi.
Hari/ Ttd
No Dx Tindakan Keperawatan Evaluasi proses
Tgl/Jam
Selasa, 16 1 - Menjelaskan dan memberi pengertian DS :
Mei 2023 mengenai kondisi klien bahwa klien - Klien mengatakan yakin bahwa dengan
Pkl 09.00 didiagnosa kanker dan membutuhkan pernafasan segitiga penyakitnya akan
wita perawatan dan kemoterapi di RS sembuh.
- Berikan dukungan kepada klien dan - klien mengatakan akan tetap melakukan
keluarga untuk tetap melakukan pernafasan segitiga
pernafasan segitiga selama tidak - klien mengatakan belum siap untuk
mengganggu pelaksanaan kemoterapi kemoterapi
- Beri fasilitas dan waktu kepada klien DO :
untuk melaksanakan budayanya yaitu - klien melakukan teknik pernafasan
“pernafasan segitiga”. segitiga
Pkl 10.00 2 - Beri penjelasan kepada klien dan DS :
keluarga bahwa kembang kol, brokoli, - klien mengatakan menurut kepercayaan di
kubis, apel dan manggis baik untuk keluarga klien buah dan sayur yang berwana
membantu menyembuhkan penyakit hijau dapat menambah tenaga dan
kanker paru-paru kesehatan, sedangkan buah dan sayur
- Jelaskan kepada klien dan keluarganya berwarna merah dipercaya menambah
bahwa pengolahan buah dan sayur yang tenaga dan kesungguhan. (yang dimaksud
salah dapat mengurangi atau kesungguhan adalah kesungguhan untuk
menghilangkan manfaat yang di sembuh)
terkandung dalam buah dan sayur - Klien mengatakan akan mengkonsumsi
tersebut buah dan sayur lebih banyak.
- Jelaskan mengenai cara pengolahan yang - Istri klien mengatakan akan mengubah cara
baik dan benar. Sebelum diolah memasak sayur sesuai dengan yang
sebaiknya buah dan sayur dicuci terlebih dianjurkan.
dahulu baru kemudian di potong, DO : -
kemudian saat merebus atau
mengolahnya harus ditutup agar vitamin
dan mineral yang terkandung tidak ikut
menguap
A. KESIMPULAN
Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise Model” yaitu :
B. SARAN
Dalam melaksanakan praktik keperawatan dan menerapkan asuhan keperawatan
diharapkan perawat dapat memandang klien secara holistik dimana tidak hanya melakukan
pendekatan dari segi bio-psiko-sosial-spiritual saja atapi juga dapat mempertimbangkan
aspek kultural pasien yang kemungkinan besar akan berpengaruh terhadap proses
keperawatan terhadap klien.
DAFTAR PUSTAKA
Dochter, Joanne Mecloskey, Phd dkk. 2004. Nursing Intervention Classification. Jakarta : Mosby
Elevier
Doengoes, Marilyann E Dkk. 1993 Rencana Asuhan Keperawatan. Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan. Jakarta : EGC