Anda di halaman 1dari 27

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan

Pada Pasien Dengan Bronkitis Kronis

Oleh :
DIV Kepererawatan Tingkat II Semester 3

1) Triana Savitri (P07120215008)


2) Ni Luh Yuning Juniana Dewi (P07120215009)
3) Ni Komang Ayu Arista (P07120215010)
4) Ni Putu Dewi Ayu Sulaksmi (P07120215011)
5) Luh Gde Dwirini Novitha Putri (P07120215012)
6) Ni Ketut Sinta Dewi (P07120215013)
7) Putu Nabila Eka Shanti Diah P. P (P07120215014)

Politeknik Kesehatan Denpasar


Jurusan Keperawatan
Tahun 2016
KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Tuhan Yang
Maha Esa karena atas berkat rahmat-Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Adapun
judulnya yaitu Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan Bronkitis. Dalam
menyelesaikan makalah ini, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga kendala-kendala yang dihadapi dapat diatasi. Makalah ini penulis susun
guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah ikut
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Mengingat kompetensi dan pengetahuan peneliti masih terbatas, sudah
tentunya makalah ini tidak luput dari kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran dari
pembaca sangat penulis harapkan untuk dapat dijadikan pegangan dalam
penyusunan makalah berikutnya. Akhir kata, semoga makalah ini ada manfaatnya
bagi pembaca.

Denpasar, Oktober 2016

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Bab 1 ( Pendahuluan ) 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 1
Tujuan 2
Manfaat 2
Bab 2 ( Pembahasan ) 3
Konsep Dasar Penyakit 3
Pengertian 3
Tanda Dan Gejala 4
Penyebab 4
Patofisiologis 5
Pohon Masalah 8
Penatalaksanaan Medis 9
Pemeriksaan Diagnostik 9
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 14
Pengkajian Keperawatan 14
Diagnosa Keperawan 17
Intervensi Keperaatan 18
Bab 3 ( Penutup ) 27
Kesimpulan 27
Saran 27
Daftar Pustaka 28

BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bronchitis adalah suatu penyakit yang ditandai danya dilatasi
(ektasis)bronkus local yang bersifat patologis dan berjalan kronik.perubahan
bronkus tersebut oleh perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen
elastis dan otot polos bronkus.bronkus yang terkena biasanya bronkus kecil
(medium side), sedangkan bronkus besar jarang terjadi. Bronchitis dan emfisema
paru sering terdapat bersamaan pada seorang pasien dalam keadaan
lanjut,penyakit ini sering menyebabkan obstruksi saluran nafas yang menetap
yang dinamakan kronik obstruksi pulmonary desease.
Bronchitis merupakan penyakit pada paru-paru yang peradangannya
menyerang bronchus dengan prevalensi kesakitan di Indonesia cukup besar
jumalahnya. Hal ini disebabkan karena peningkatan pertumbuhan industri yang
mengakibatkan terjadinya populasi udara, juga meningkatkan terjadinya polusi
udara,juga meningkatnya angka perokok terutama diusia remaja dan produktif.
Biasanya penyakit bronchitis ini mengalami batuk-batuk kering, nafas agak sesak
lama-kelamaan batuk disertai juga adanya peningkatan suhu tubuh.
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan berperan membantu klien
penyakit ini dengan memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif
sehingga kebutuhan dasar klien yang terganggu dapat ditanggulangi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan Bronkitis?
2. Bagaiamakah tanda dan gejala bronkitis?
3. Apa sajakah penyebab penyakit bronchitis?
4. Bagaimanakah patofisiologi daripenyakit bronchitis?
5. Bagaimanakah pohon masalah dari penyakit bronchitis?
6. Bagaiamanakah penatalaksanaan medis dari penyakit bronchitis?
7. Apa sajakah pengkajian dari penyakit bronchitis?
8. Diagnosa apa sajakah yang dapat muncul pada pasien dengan bronchitis?
9. Bagaimanakah intervensi penyakit bronchitis?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan bronchitis.
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala bronchitis
3. Untuk mengetahui penyebab penyakit bronchitis
4. Untuk mengetahui patofisiologi daripenyakit bronchitis
5. Untuk mengetahui pohon masalah dari penyakit bronchitis
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari penyakit bronchitis
7. Untuk mengetahui pengkajian dari penyakit bronchitis
8. Untuk mengetahui yang dapat muncul pada pasien dengan bronchitis
9. Untuk mengetahui intervensi penyakit bronchitis

D. MANFAAT
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk membantu para
pembaca/mahasiswa untuk menemukan masalah mengenai penyakit
bronchitis.

BAB 2
PEMBAHASAN

I. LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Bronkitis adalah suatu infeksi saluran pernapasan yang menyebabkan
inflamasi yang mengenai trakea, bronkus utama dan menengah yang
bermanifestasi sebagai batuk, dan biasanya akan membaik tanpa terapi dalam 2
minggu. Bronkitis umumnya disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus, RSV,virus
influenza, virus para influenza, adenovirus, virus rubeola, dan Paramyxo virus dan
bronkitis karena bakteri biasanya dikaitkan dengan Mycoplasma pneumonia,
Bordetella pertussis, atau Corynebacterium diphtheriae.
Bronkitis kronis ditandai dengn gejala yang berlangsung lama (3 bulan
dalam setahun selama 2 tahun berturut-turut). Pada bronkitis kronik peradangan
bronkus tetap berlanjut selama beberapa waktu dan terjadi obstuksi/hambatan
pada aliran udara yang normal di dalam bronkus (NANDA, 2015)
Bronkitis kronik merupakan suatu gangguan klinis yang ditandai oleh
pembentukan mukus yang berlebihan di dalam bronkus dan bermanifestasi
sebagai batuk kronik dan pembentukan sputum selama sedikitnya 3 bulan dalam
setahun, sekurang-kurangnya dalam dua tahun berturut-turut. Definisi ini tidak
menyangkut penyakit-penyakit seperti bronkiektasis dan tuberkulosis yang juga
menyebabkan batuk kronik dan pembentukan sputum. Sputum yang terbentuk
pada bronkitis kronik dapat mukoid atau mukopurulen (Price, Sylvia A., 2005).
B. TANDA DAN GEJALA
1. Batuk yang parah pada pagi hari dan pada kondisi lembab
2. Sering mengalami infeksi saluran napas (seperti misalnya pilek atau flu)
yang dibarengidengan batuk
3. Gejala bronkitis akut lebih dari 2-3 minggu
4. Demam tinggi
5. Sesak napas jika saluran tersumbat
6. Produksi dahak bertambah banyak berwarna kuning atau hijau
C. PENYEBAB
Ada 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu asap
rokok, infeksi dan polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor
keturunan dan status sosial.
1.    Rokok
Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok
adalah penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara
merokok dan penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis
rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia
skuamus epitel saluran pernafasan juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut.
2.      Infeksi
Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus
yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi
paling banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie.
3. Polusi
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila
ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat–zat kimia dapat juga
menyebabkan bronchitis adalah zat –zat pereduksi seperti O 2, zat – zat pengoksida
seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
4. Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak,
kecuali pada penderita defisiensi alfa – 1– antitripsin yang merupakan suatu
problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini
menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan
merusak jaringan, termasuk jaringan paru.
5.  Faktor sosial ekonomi
Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial
ekonomi rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih
buruk.
D. PATOFISIOLOGIS
Pada orang dewasa, bronkitis kronik terjadi akibat hipersekresi mukus
dalam bronkus karena hipertrofi kelenjar submukosa dan penambahan jumlah
sel goblet dalam epitel saluran nafas. Pada sebagian besar pasien, hal ini
disebabkan oleh paparan asap rokok. Pembersihan mukosiliar menjadi terhambat
karena produksi mukus yang berlebihan dan kehilangan silia, menyebabkan
batuk produktif. Pada anak-anak, bronkitis kronik disebabkan oleh respon
endogen, trauma akut saluran pernafasan, atau paparan alergen atau iritan secara
terus-menerus. Saluran nafas akan dengan cepat merespon dengan
bronkospasme dan batuk, diikuti inflamasi, udem, dan produksi mukus. Apabila
terjadi paparan secara kronik terhadap epitel pernafasan, seperti aspirasi yang
rekuren atau infeksi virus berulang, dapat menyebabkan terjadinya bronkitis
kronik  pada anak-anak. Bakteri patogen yang paling banyak menyebabkan
infeksi saluran respirasi bagian bawah pada anak-anak adalah Streptococcus
pneumoniae. Haemophilus influenzae dan Moraxella catarrhalis dapat patogen
pada balita (umur <5 tahun), sedangkan Mycoplasma pneumoniae pada anak
usia sekolah (umur >5-18 tahun).
E. POHON MASALAH

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Sinar x dada : Dapat menyatakan hiperinflasi paru – paru,
mendatarnya diafragma, peningkatan area udara
retrosternal, hasil normal selama periode remisi.
2. Tes fungsi paru : Untuk menentukan penyebab dispnoe, melihat
obstruksi, memperkirakan derajat disfungsi.
3. TLC : Meningkat
4. Volume residu : Meningkat.
5.  FEV1/FVC : Rasio volume meningkat.
6. GDA : PaO2 dan PaCO2 meningkat, pH Normal.
7. Bronchogram : Menunjukkan di latasi silinder bronchus saat
inspirasi, pembesaran duktus mukosa.
8. Sputum : Kultur untuk menentukan adanya infeksi,
mengidentifikasi patogen.
9.  EKG : Disritmia atrial, peninggian gelombang P pada lead
II, III, AVF.
10. Polisetemia : (peningkatan konsentrasi sel darah merah) terjadi
akibat hipoksia kronik yang disertai sianosis,
menyebabkan kulit berwarna kebiruan.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita
dewasa bisa diberikan aspirin atau acetaminophen, kepada anak-anak sebaiknya
hanya diberikan acetaminophen. Dianjurkan untuk beristirahat dan minum banyak
cairan.
Antibiotik diberikan kepada penderita yang gejalanya menunjukkan bahwa
penyebabnya adalah infeksi bakteri (dahaknya berwarna kuning atau hijau dan
demamnya tetap tinggi) dan penderita yang sebelumnya memiliki penyakit paru-
paru. Kepada penderita dewasa diberikan trimetoprim-sulfametoksazol,
tetracyclin atau ampisilin. Erythromycin diberikan walaupun dicurigai
penyebabnya adalah Mycoplasma pneumoniae. Kepada penderita anak-anak
diberikan amoxicillin. Jika penyebabnya virus, tidak diberikan antibiotik.
Jika gejalanya menetap atau berulang atau jika bronkitisnya sangat berat,
maka dilakukan pemeriksaan biakan dari dahak untuk membantu menentukan
apakah perlu dilakukan penggantian antibiotik.
1. Pengelolaan umum
Pengelolaan umum ditujukan untuk semua pasien bronchitis,  meliputi :
Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat untuk pasien :
Contoh
a. Membuat ruangan hangat, udara ruangan kering.
b. Mencegah / menghentikan rokok
c. Mencegah / menghindari debu,asap dan sebagainya.
d. Memperbaiki drainase secret bronkus, cara yang baik untuk dikerjakan
adalah sebagai berikut :
1) Melakukan drainase postural
Pasien dilelatakan dengan posisi tubuh sedemikian rupa sehingga dapat
dicapai drainase sputum secara maksimum. Tiap kali melakukan drainase postural
dilakukan selama 10 – 20 menit, tiap hari dilakukan 2 sampai 4 kali. Prinsip
drainase postural ini adalah usaha mengeluarkan sputum ( secret bronkus ) dengan
bantuan gaya gravitasi. Posisi tubuh saat dilakukan drainase postural harus
disesuaikan dengan letak kelainan bronchitisnya, dan dapat dibantu dengan
tindakan memberikan ketukan padapada punggung pasien dengan punggung jari.
2) Mencairkan sputum yang kental
Dapat dilakukan dengan jalan, misalnya inhalasi uap air panas,
mengguanakan obat-obat mukolitik dan sebagainya. Mengatur posisi tempt tidur
pasien. Sehingga diperoleh posisi pasien yang sesuai untuk memudahkan drainase
sputum.
3) Mengontrol infeksi saluran nafas.
Adanya infeksi saluran nafas akut ( ISPA ) harus diperkecil dengan jalan
mencegah penyebaran kuman, apabila telah ada infeksi perlu adanya antibiotic
yang sesuai agar infeksi tidak berkelanjutan.

2. Pengelolaan khusus.
a. Kemotherapi pada bronchitis
Kemotherapi dapat digunakan secara continue untuk mengontrol infeksi
bronkus ( ISPA ) untuk pengobatan aksaserbasi infeksi akut pada bronkus/paru
atau kedua-duanya digunakan Kemotherapi menggunakan obat-obat antibiotic
terpilih, pemkaian antibiotic antibiotic sebaikya harus berdasarkan hasil uji
sensivitas kuman terhadap antibiotic secara empiric.
Walaupun kemotherapi jelas kegunaannya pada pengelolaan bronchitis,
tidak pada setiap pasien harus diberikan antibiotic. Antibiotik diberikan jika
terdapat aksaserbasi infeki akut, antibiotic diberikan selama 7-10 hari dengan
therapy tunggal atau dengan beberapa antibiotic, sampai terjadi konversi warna
sputum yang semula berwarna kuning/hijau menjadi mukoid ( putih jernih ).
Kemotherapi dengan antibiotic ini apabila berhasil akan dapat mengurangi gejala
batuk, jumlah sputum dan gejala lainnya terutama pada saat terjadi aksaserbasi
infeksi akut, tetapi keadaan ini hanya bersifat sementara. Drainase secret dengan
bronkoskop. Cara ini penting dikerjakan terutama pada saat permulaan perawatan
pasien. Keperluannya antara lain:
1) Menentukan dari mana asal secret
2) Mengidentifikasi lokasi stenosis atau obstruksi bronkus
3) Menghilangkan obstruksi bronkus dengan suction drainage daerah
obstruksi.
b. Pengobatan simtomatik
Pengobatan ini diberikan jika timbul simtom yang mungkin mengganggu
atau mebahayakan pasien.
c. Pengobatan obstruksi bronkus
Apabila ditemukan tanda obstruksi bronkus yang diketahui dari hasil uji faal
paru (%FEV 1 < 70% ) dapat diberikan obat bronkodilator.
d. Pengobatan hipoksia.
Pada pasien yang mengalami hipoksia perlu diberikan oksigen.
e. Pengobatan haemaptoe.
Tindakan yang perlu segera dilakukan adalah upaya menghentikan
perdarahan. Dari berbagai penelitian pemberian obat-obatan hemostatik
dilaporkan hasilnya memuaskan walau sulit diketahui mekanisme kerja obat
tersebut untuk menghentikan perdarahan.
f. Pengobatan demam.
Pada pasien yang mengalami eksaserbasi inhalasi akut sering terdapat
demam, lebih-lebih kalau terjadi septikemi. Pada kasus ini selain diberikan
antibiotic perlu juga diberikan obat antipiretik.
g. Pengobatan pembedahan
Tujuan pembedahan : mengangkat ( reseksi ) segmen/ lobus paru yang
terkena.
1) Indikasi pembedahan :
Pasien bronchitis yang yang terbatas dan resektabel, yang tidak berespon
yang tidak berespon terhadap tindakan-tindakan konservatif yang adekuat. Pasien
perlu dipertimbangkan untuk operasi
Pasien bronchitis yang terbatas tetapi sering mengaami infeksi berulang atau
haemaptoe dari daerakh tersebut. Pasien dengan haemaptoe massif seperti ini
mutlak perlu tindakan operasi.

2) Kontra indikasi
Pasien bronchitis dengan COPD, Pasien bronchitis berat, Pasien bronchitis
dengan koplikasi kor pulmonal kronik dekompensasi.
3) Syarat-ayarat operasi.
a) Kelainan ( bronchitis ) harus terbatas dan resektabel
b) Daerah paru yang terkena telah mengalami perubahan ireversibel
c) Bagian paru yang lain harus masih baik misalnya tidak ada bronchitis
atau bronchitis kronik.

4) Cara operasi.
a) Operasi elektif : pasien-pasien yang memenuhi indikasi dan tidak terdaat
kontra indikasi, yang gagal dalam pengobatan konservatif dipersiapkan
secara baik utuk operasi. Umumnya operasi berhasil baik apabila syarat
dan persiapan operasinya baik.
b) Operasi paliatif : ditujukan pada pasien bronchitis yang mengalami
keadaan gawat darurat paru, misalnya terjadi haemaptoe masif
( perdarahan arterial ) yang memenuhi syarat-syarat dan tidak terdapat
kontra indikasi operasi.

5) Persiapan operasi :
a) Pemeriksaan faal paru : pemeriksaan spirometri,analisis gas darah,
pemeriksaan broncospirometri ( uji fungsi paru regional )
b) Scanning dan USG
c) Meneliti ada atau tidaknya kontra indikasi operasi pada pasien
Memperbaiki keadaan umum pasien.

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Biodata Pasien
Data yang dikaji disini meliputi Nama, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan,
Pekerjaan, Alamat, Penanggung
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
b. Keluhan utama pada klien dengan bronchitis kronis meliputi batuk
kering dan produktif dengan sputum purulen, demam dengan suhu tubuh
dapat mencapai >40°C dan sesak nafas.
c. 2.      Riwayat Penyakit Sekarang
d. Pasien pada umumnya mengeluh sering batuk sering terjadi pada pagi
hari dan dalam jangka waktu yang lama desertai dengan produksi
sputum, demam,  suara serak dan kadang nyeri dada
e. 3.      Riwayat Penyakit Dahulu
f. Biasanya pada pengkajian riwayat penyakit dahulu ditemukan adanya
batuk yang berlangsung lama (3 bulan atau lebih)
g. 4.      Riwayat Penyakit Keluarga
h. Tanyakan apakah ada anggota keluarga pasien yang mempunyai penyakit
berat lainnya atau penyakit yang sama dengan. Dari keterangan tersebut
untuk penyakit familial dalam hal ini bronchitis kronik berkaitan dengan
polusi udara rumah, dan bukan penyakit yang diturunkan.

3. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
a. Bernafas
Pasien umumnya mengeluh sesak dan kesulitan dalam bernafas karena
terdapat sekret.
b. Makan dan Minum
Pasien umumnya mengalami anoreksia karena mual yang dialaminya dan
ketakutan terhadap penyakitnya.

c. Eliminasi
Pada pasien bronkitis biasanya tidak ditemukan data yang menyimpang
dalam kebutuhan eliminasinya.
d. Gerak dan aktivitas
Pada pasien bronkitis biasanya mengalami penurunan gerak dan aktivitas
karena suplai oksigen menurun dalam tubuhnya.
e. Istirahat tidur
Pasien umumnya mengalami gangguan tidur dan jam tidurnya berkurang
karena batuk yang dialami.
f.Kebersihan diri
Mengungkapkan bagaimana kebersihan diri pasien itu, dari personal hygine,
oral hygine, dan lain-lain. Kebersihan diri tergantung dari pasien itu sendiri.
g. Pengaturan suhu tubuh
Pasien umumnya mengalami peningkatan suhu tubuh terkait proses
inflamasi yang dialaminya.
h. Rasa nyaman
Pada pasien bronkitis kronis terkadang mengeluh nyeri pada bagian dada.
i. Rasa aman
Pasien terkadang kurang mengetahui tentang penyakit yang dideritanya
sehingga mengalami ketakutan terhadap apa yang dialami.
j. Sosialisasi dan komunikasi
Mengungkapkan bagaimana hubungan pasien dengan orang-orang
disekitarnya dan petugas medis.
k. Ibadah
Menjelaskan bagaimana pasien menjalankan ibadahnya sebelum dan
sesudah sakit sesuai kepercayaan yang dianutnya.
l. Produktivitas
Mengungkapkan apa yang biasa dikerjakan dan dilakukan oleh pasien dalam
kesehariannya dan perubahan yang dialami selama ia sakit.
m. Rekreasi
Mengungkapkan bagaimana manajemen stress yang biasa dilakukan oleh
pasien dan yang dilakukan ketika ia sakit.
n. Pengetahuan
Menjelaskan sejauhmana pasien mengetahui tentang kondisi penyakit yang
dideritanya.

4.    Pemeriksaan Fisik

a.       Keadaan umum


1)   Tingkat keamanan
2)   GCS
3)   Tanda-tanda vital : Tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi rate
b.      Keadaan fisik
1)      Kepala dan leher
Kepala          : Kaji bentuk dan ada tidaknya benjolan.
Mata             : Kaji warna sklera dan konjungtiva.
Hidung          : Kaji ada tidaknya pernafasan cuping hidung.
Telinga          : Kaji kebersihannya
Mulut            : Kaji mukosa dan kebersihannya.
Leher            : Ada tidaknya pembesaran vena jugularis.
2)      Sistem Integumen
Rambut         : Kaji warna dan kebersihannya.
Kulit              : Kaji warna dan ada tidaknya lesi.
Kuku             : Kaji bentuk dan kebersihannya.
3)      Sistem Pernafasan
Inspeksi : biasanya pada klien bronkhitis terjadi sesak, bentu dada
barrel chest, kifosis.
Palpasi : Iga lebih horizontal.
Auskultasi : Adakah kemungkinan terdapat bunyi napas tembahan,
biasanya terdengar ronchi.
4)      Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi         : Kaji apakah ada pembesaran vena ingularis.
Palpasi : Kaji apakah nadi teraba jelas dan frekwensi nadi.
Auskultasi      : Kaji suara s1, s2 apakah ada suara tambahan.

5)      Sistem Pencernaan


Inspeksi         : Kaji bentuk abdomen, ada tidaknya lesi.
Palpasi          : Kaji apakah ada nyeri tekan
Perkusi          : Kaji apakah terdengar bunyi thympani
Auskultasi      : Kaji bunyi peristaltik usus.
6)      Sistem Reproduksi
Kaji apa jenis kelamin klien dan apakah klien sudah menikah.
7)      Sistem Pergerakan Tubuh
Kaji kekuatan otot klien.
8)      Sistem Persyaratan
Kaji tingkat kesadaran klien dan GCS.
9)      Sistem Perkemihan
Kaji apakah ada gangguan eliminasi urin.

5.     Data Penunjang


a. Analisa gas darah
- Pa O2 : rendah (normal 80 – 100 mmHg)
- Pa CO2: tinggi (normal 36 – 44 mmHg).
- Saturasi hemoglobin menurun.
- Eritropoesis bertambah
b. 2.       Sputum : Kultur untuk menentukan adanya infeksi,
mengidentifikasi patogen
c. 3.      Tes fungsi paru : Untuk menentukan penyebab dispnoe, melihat
obstruksi.
d. Foto sinar X rontgen

B. DIAGNOSA KEPERAWAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
2. Gangguan pertukaran gas
3. Pola nafas tidak efektif
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

C. INTERVENSI KEPERAATAN
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan Dan
Kriteria Hasil
Ketidakefektifan Setelah Pengkajian
bersihan jalan dilakukan 1. Auskultasi bunyi 1. Beberapa derajat
napas b.d tindakan nafas spasme bronkus
peningkatan keperawatan terjadi dengan
produksi sekret 3x24 jam obstruksi jalan
ketidakefektifan nafas dan dapat
bersihan jalan dimanifestasikan
nafas teratasi dengan adanya
KH : bunyi nafas.
a. Suara nafas
(vesicular): 2.Kaji/pantau frekuensi 2. Tachipnoe biasanya
nilai 3 pernafasan. ada pada beberapa
b. Secret (-) : derajat dan dapat
nilai 3 ditemukan selama /
2. - RR: 16- adanya proses
24x/menit : infeksi akut.
nilai 4 3.Observasi 3. Batuk dapat
karakteristik batuk menetap tetapi
tidak efektif,
khususnya pada
lansia, penyakit
akut atau
kelemahan

HE
4. informasikan kepada 4. informasi diberikan
pasien dan keluarga untuk
bahwa merokok menimbulkan
merupakan kegiatan sikap kooperatif
yang dilarang dari pasien dan
didalam ruang keluarga
perawatan

5. intruksikan kepada 5. membantu pasien


pasien tentang batuk mendapatkan
dan teknik napas ventilasi yang
dalam untuk adekuat
memudahkan
keluarnya sekresi

Kolaborasi
6. Berikan obat sesuai 6.megurangi efek
indikasi : penyakit penyebab
bronkodilator,
Xantin, Kromolin,
Steroid oral/IV dan
inhalasi,
antimikrobial,
analgesik

7.Berikan humidifikasi 7. kelembaban udara


tambahan(nebulizer) menurunkan
Aktivitas Lain kekentalan sekret,
mempermudah
pengeluaran dan
dapat membantu
menurunkan/menc
egah pembentukan
mukosa tebal pada
bronkus
8. Pertahankan polusi 8. meningkatkan
lingkungan kualitas oksigen
minimum lingkungan untuk
ambilan nafas
Gangguan Setelah Pengkajian
pertukaran gas dilakukan 1. Kaji frekuensi, 1. Berguna dalam
behubungan tindakan kedalaman evaluasi derajat
dengan keperawatan pernafasan. distress pernafasan
ketidakseimban selama 3x24 dan kronisnya
gan perfusi- jam gangguan proses penyakit.
ventilasi pertukaran gas
teratasi 2. Auskultasi bunyi 2. Bunyi nafas makin
KH : nafas redup karena
- pCO3 (3) penurunan aliran
- pO2 (3) udara atau area
- sianosis (3) konsolidasi
- Hemoglobin 3. Awasi tanda vital 3. Takikardia,
(3) dan irama jantung disritmia dan
dan Awasi GDA perubahan tekanan
darah dapat
menunjukkan efek
hipoksemia
sistemik pada
fungsi jantung
serta PaCO2
biasanya
meningkat, dan
PaO2 menurun
sehingga hipoksia
terjadi derajat lebih
besar/kecil.
HE
4. Ajarkan pasien 4. Membantu pasien
pernafasan memperpanjang
diafragmatik dan waktu ekspirasi.
pernafasan bibir Dengan teknik ini
pasien akan
bernafas lebih
efisien dan efektif.

5. Jelaskan kepada 5. Supaya tidak terjadi


pasien dan keluarga salah paham antra
alasan pemberian pasien,keluarga
oksigen dan terhadap perawat
tindakan lainnya. yang melakukan
tindakan.
Kolaborasi
6. Berikan O2 6. Dapat
tambahan sesuai memperbaiki/
dengan indikasi mencegah
hasil GDA buruknya hipoksia.

7. Berikan obat yang 7. Untuk


diresepkan(misalnya mempertahankan
:natrium bikaronat) asam basah.

Aktivitas Lain
8 Jelaskan kepada 8 Mempertahankan
pasien sebelum keadaan umum
memulai pasien agar tetap
pelaksanaan stabil saat
prosedur,untuk dilakukan tindakan
menurunkan tersebut.
ansietas dan
meningkatkan rasa
kendali.
9. Lakukan hygiene 9 Mempertahakan
mulut secara teratur. kebersihan mulut
supaya pasien bias
berkomunikasi
dengan baik tanpa
ada rasa malu.
Pola nafas tidak Setelah 1.      Ajarkan pasien 1.      Membantu
efektif dilakukan pernafasan pasien
berhubung tindakan diafragmatik dan memperpanjang
andenganb keperawatan pernafasan bibir waktu ekspirasi.
roncokontr 3x24 jam  pola Dengan teknik ini
iksi, nafas tidak pasien akan
mukus. efektifteratasi bernafas lebih
KH: efisien dan efektif.
-    Pola nafas 2.      Berikan dorongan 2.      Memungkinkan
teratur untuk menyelingi pasien untuk
-   Pernafasan aktivitas dan periode melakukan
normal istirahat aktivitas tanpa
-    Mengguna distres berlebihan.
kan otot bantu
pernafasan 3.      Berikan dorongan 3.      Menguatkan dan
seperlunya penggunaan mengkondisikan
pelatihan otot-otot otot-otot
pernafsan jika pernafasan
diharuskan

Perubahan Setelah Pengkajian


nutrisi dilakukan 1. Tentukan motivasi 1. Membantu pasien
kurang tindakan pasien untuk untuk menambah
dari keperawatan mengubah kebiasaan nafsu makan.
kebutuhan selama 4x24 jam makan.
Berhubungan perubahan 2. Kaji kebiasaan 2. Pasien distress
dengan nutrisi kurang diet,masuakan saat pernapasan akut
hilangnya dari kebutuhan ini Catat derajat sering anoreksia
nafsu teratasi kesulitan karena
makan KH : makan.Evaluasi dispnea,produksi
- Makan berat badan dan sputum,dan
(3x/hr) ukuran tubuh. obat.Selain
(4) itu,banyak pasien
- Minum Bronkitis kronis
(8gr/hr) (4) mempunyai
- Mual (4) kebiasaan makan
- BB ideal (2) buruk,meskipun
kegagalan
pernapasan
membuat status
hipermetabolik
dengan
meningkatkan
kebutuhan
kalori.Sebagai
akibat,pasien
sering masuk
rumah sakit dengan
beberapa derajat
malnutrisi.
HE

3. Ajarkan 3. Menghilangkan
pasien/keluarga persepsi bahwa
tentang makanan makanan yang
yang bergizi dan bergizi tidak selalu
tidak mahal. mahal.
4. Ajarkan metode 4. Memberikan
untuk perencanaan ketraturan makan
makan. agar nutrisi yang
masuk tercukupi.

Aktivitas Kolaboratif
5. Konsul ahli 5. Metode makan dan
gizi/nutrisi kebutuhan kalori
pendukung tim didasarkan pada
untuk memberikan situsi/kebutuhan
makanan yang individu untuk
mudah memberikan nutrisi
dicerna,secara maksimal dengan
nutrisi upaya minimal
seimbang,misalnya pasien
nutrisi tambahan menggunakan
oral/selang,nutrisi energi.
parenteral total agar
asupan yang kalori
yang adekuat dapat
dipertahankan.
6. Berikan oksigen 6. Menurunkan
tambahan selama dispnea dan
makan sesuai meningkatkan
indikasi. energi untuk
Aktivitas lain makan
meningkatkan
masukan.
7. Hindari makanan 7 . Dapat
penghasil gas dan menghasilkan
minuman karbonat distensi abdomen
yang mengganggu
napas abdomen
dan gerakan
diafragma,dan
dapat meninkatkan
dispnea.
8. Timbang berat badan 8 . berguna untuk
sesuai indikasi menentukan
kebutuhan
kalori,menyusun
tujuan berat
badan,dan evaluasi
keadekuatan.
BAB 3
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bronkitis adalah suatu infeksi saluran pernapasan yang menyebabkan
inflamasi yang mengenai trakea, bronkus utama dan menengah yang
bermanifestasi sebagai batuk, dan biasanya akan membaik tanpa terapi dalam 2
minggu. Bronkitis umumnya disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus, RSV,virus
influenza, virus para influenza, adenovirus, virus rubeola, dan Paramyxo virus dan
bronkitis karena bakteri biasanya dikaitkan dengan Mycoplasma pneumonia,
Bordetella pertussis, atau Corynebacterium diphtheriae.
Bronkitis kronis ditandai dengn gejala yang berlangsung lama (3 bulan
dalam setahun selama 2 tahun berturut-turut). Pada bronkitis kronik peradangan
bronkus tetap berlanjut selama beberapa waktu dan terjadi obstuksi/hambatan
pada aliran udara yang normal di dalam bronkus (Untuk menegakkan diagnosis
dari penyakit ini harus disingkirkan kemungkinan adanya penyakit pernapasan
lainnya seperti pneumonia, common cold, asma akut, eksaserbasi akut bronkitis
kronik dan PPOK.
Pada penatalaksanaan bronkitis kronis, antibiotik diperbolehkan bila
dicurigai penyebabnya adalah bakteri. Pemberian bronkodilator diperbolehkan
bila gejala batuk berbarengan dengan asma. Pemberian agen mukolitik tidak
direkomendasikan dan pemberian antitusif dengan Dekstrometorphan Hbr terbukti
dapat menekan gejala batuk.

B. SARAN
Penulis menyarankan kepada para pembaca/mahasiswa/tenaga kesehatan
lainnya agar lebih memahami mengenai penyakit Bronkitis Kronis lebih dalam
sehingga mampu menekan jumlah penderita penyakit ini.

DAFTAR PUSTAKA

Carolin, Elizabeth J. 2002. Buku Saku Patofisiologi. EGC: Jakarta.


Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, alih bahasa; I
Made Kariasa, editor; Monica Ester, Edisi 3. EGC: Jakarta.
E, Marilynn Doenges, Mary Frances Moorhouse and Alice C. Geissler. 1999.
EGC:Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta: EGC
NANDA. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC: Jilid 2. Jogjakarta: Mediaction.
Herdman, T. Haether. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi
2015-2017 Edisi 10. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth,  alih bahasa; Agung Waluyo, editor; Monica Ester, Edisi 8. EGC:
Jakarta.
Soeparman, Sarwono Waspadji. 1998. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II. Penerbit
FKUI: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai