DI SUSUN OLEH :
Dosen Pengampu :
Ns. Lisnawati Rahayu S.Kep
PROGRAM STUDI S1
KEPERAWATAN STIKes MEDIKA
NURUL ISLAM SIGLI TAHUN
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya Makalah asuhan
keperawatan PPOK . Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi
tentang asuhan keperawatan PPOK . Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir, dan juga
rasa terima kasih kami kepeda dosen pengampu yaitu Ns.Lisnawati Rahayu S.Kep
yang telah bersedia membimbing kami hingga makalah ini dapat kami selesaikan.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Masalah 2
BAB II
PEMBAHASAN 3
A. Pengertian PPOK 3
B. Tanda dan Gejala PPOK 4
C. Penyebab PPOK 5
D. Manifestasi Klinis PPOK 7
E. Komplikasi PPOK 9
F. Patofisiologi PPOK 12
G. Pemeriksaan Diag. PPOK 14
H. Diagnosa PPOK 17
I. Askep PPOK 20
BAB III
PENUTUP 25
A. Kesimpulan 25
DAFTAR PUSTAKA 26
ii
BAB l
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Paru Obstruksi Kronis atau PPOK sudah bukan suatu hal yang
asing terdengar di telinga masyarakat. PPOK adalah istilah yang menggambarkan
sejumlah penyakit yang menyerang paru-paru dalam jangka waktu yang panjang
dan ditandai dengan obstruksi aliran udara dan hiperinflasi paru. PPOK tergolong
penyakit tidak menular dan menjadi penyebab kematian terbesar ke-4 di dunia,
setelah penyakit kardiovaskuler, kanker, dan diabetes (WHO, 2010). Lebih dari 3
juta jiwa meninggal karena PPOK di tahun 2016 dan menyumbang 6% dari
seluruh kematian, sehingga diprediksi pada 2020 penyakit PPOK akan menduduki
peringkat ketiga sebagai penyebab utama kematian di Dunia (Guide dan Copd,
2010). Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013 mencatat sebesar 3,7 persen
penduduk Indonesia menderita PPOK dimana prevalensi lebih tinggi pada laki-
laki. Hal ini berkaitan dengan hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan
adanya keterkaitan penderita PPOK dengan kebiasaan merokok dan keterpajanan
asap rokok secara pasif di Indonesia, yang mana semakin tinggi prevalensi
merokok akan semakin tinggi resikoresiko terjadinya PPOK (Kusumawardani et
al., 2017).
B. Rumusan masalah
1. Apakah pengertian, tanda dan gejala dari PPOK?
2. Bagaimana etiologi dari PPOK?
3. Bagaimana manifetasi klinis dari PPOK?
4. Apa saja komplikasi dari PPOK?
5. Bagaimana patofisiologi dan pathway/ woc dari PPOK?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik PPOK?
7. Bagaimana diagnosa keperawatan PPOK?
8. Bagaimana proses asuhan keperawatan dari PPOK?
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi, tanda dan gejala dari PPOK
2. Untuk mengetahui etiologi dari PPOK Bagaimana manifetasi klinis
dari PPOK
3. Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari PPOK
4. Untuk mengetahui patofisiologi dan pathway/ woc dari PPOK
5. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik PPOK
6. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan PPOK
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari PPOK
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Bronkitis kronis
3
2. Emfisema
Emfisema secara bertahap merusak kantung udara (alveolus) di
paru-paru sehingga membuat Anda semakin sesak napas. Rusaknya
kantung udara, akan membuat jumlah alveolus dalam paru-paru Anda
semakin sedikit.
Akibatnya, oksigen akan kesulitan untuk masuk dan karbon
dioksida juga sulit keluar. Kondisi ini juga menjadi penyebab membuang
napas menjadi lebih sulit.Selama proses pernapasan, terdapat bagian-
bagian utama paru yang ikut bekerja, yaitu saluran bronkus (cabang
tenggorok atau disebut juga saluran udara), alveolus (kantung-kantung
udara), dan trakea (batang tenggorok).Saat menarik napas, udara bergerak
dari batang tenggorok melewati bronkus untuk kemudian menuju ke
alveolus. Dari alveolus, oksigen bergerak masuk ke darah sementara
karbon dioksida keluar dari darah.Begitulah pernapasan normal
seharusnya. Namun, pada orang PPOK prosesnya tak berjalan lancar.
Gangguan yang muncul akibat penyakit ini dapat menyebabkan sesak
napas.Hal ini menyebabkan paru-paru kekurangan oksigen, begitu juga
organ tubuh lainnya. Bila ini yang terjadi, Anda harus segera mencari
bantuan medis sedini mungkin.
4
sesak napas, terutama saat beraktivitas fisik
perasaan sesak di dada
mengi
Kelelahan
demam ringan dan panas-dingin
Pada awalnya, Anda mungkin tidak merasakan gejala apa pun. Atau,
kalaupun gejalanya muncul Anda hanya mengalami gejala ringan sehingga tidak
menyadari bahwa Anda memiliki PPOK. Oleh karena merupakan penyakit
progresif, gejalanya baru benar-benar mengganggu jika penyakit ini sudah cukup
lama bersarang dalam tubuh Anda.Saat gejala PPOK Anda telah mengalami.
1. Obstruktif Kronis
Penyakit paru obstruktif kronis terjadi ketika saluran pernapasan dan paru-
paru rusak serta mengalami peradangan. Beberapa kondisi yang dapat
meningkatkan risiko seseorang menderita penyakit ini adalah:
Memiliki kebiasaan merokok atau sering terpapar asap rokok (perokok
pasif)Terpapar polusi udara, misalnya dari debu jalanan, asap dari kendaraan, atau
asap pabrik dan industri Menderita penyakit asma, tuberkulosis, infeksi HIV, dan
kelainan genetik yang menyebabkan kekurangan protein alpha-1-antitrypsin
(AAt)
Memiliki keluarga dengan riwayat PPOK Berusia 40 tahun ke atas
Berjenis kelamin wanita Gejala Penyakit Paru Obstruktif Kronis PPOK
berkembang secara perlahan dan tidak menunjukkan gejala khusus pada tahap
awal. Gejalanya baru muncul setelah bertahun-tahun, ketika sudah terjadi
kerusakan yang signifikan pada paru-paru.
5
Napas tersengal-sengal, terutama saat melakukan aktivitas fisik
Berat badan menurun
Nyeri dada
Mengi
Pembengkakan di tungkai dan kaki
Lemas
a. Merokok
Merokok hingga saat ini masih menjadi penyebab utama dari
PPOK, termasuk perokok pasif. World Health Organitation (WHO)
memperkirakan pada tahun 2005, 5.4 juta orang meninggal akibat
konsumsi rokok. Kematian akibat rokok diperkirakan akan meningkat
hingga 8.3 juta kematian pertahun pada tahun 2030 [3].Merokok
merangsang makrofag melepaskan fator kemotaktik netrofil dan elastase
yang akan menyebabkan destruksi jaringan. Sebuah penelitian
menunjukkan bahwa penurunnan fungsi paru dan perubahan struktur paru
pada pasien yang merokok telah terjadi jauh sebelum gejala klinis PPOK
muncul.
b. Faktor Lingkungan
PPOK dapat muncul pada pasien yang tidak pernah merokok. Faktor
lingkungan dicurigai dapat menjadi penyebabnya namun mekanisme
belum diketahui pasti. Pada negara dengan penghasilan sedang hingga
tinggi, merokok merupakan penyebab utama PPOK, namun pada negara
dengan penghasilan rendah paparan terhadap polusi udara merupakan
penyebabnya. Faktor risiko yang berasal dari lingkungan antara lain adalah
polusi dalam ruangan, polusi luar ruangan, zat kimia dan debu pada
lingkungan kerja, serta infeksi saluran nafas bagian bawah yang berulang
pada usia anak.
6
Defisiensi enzim Alpha1-antitrypsin (AAT)
D. Manifestasi Klinis
7
pada pasien PPOK banyak yang mengalami penurunan berat badan yang cukup
drastis, sebagai akibat dari hilangnya nafsu makan karena produksi dahak yang
makin melimpah, penurunan daya kekuatan tubuh, kehilangan selera makan
(isolasi sosial) penurunan kemampuan pencernaan sekunder karena tidak
cukupnya oksigenasi sel dalam sistem (GI) gastrointestinal. Pasien dengan PPOK
lebih membutuhkan banyak kalori karena lebih banyak mengeluarkan tenaga
dalam melakukan pernafasan.
1. Dipeneu
2. batuk
Batuk kronis menjadi gejala pertama dari pasien PPOK, setelah merokok
atau terpapar oleh polutan lingkungan . Pada awalnya batuk hanya sebentar
kemudian lama kelamaan hadir sepanjang hari.
3. Pink Puffers
Pink puffers adalah timbulnya dipsneu tanpa disertai batuk dan produksi
sputum yang berarti. biasanya dipeneu timbul antara usia30-40 tahun dan semakin
lama semakin berat. Pada penyakit yang sudah lanjut pasien akan kehabisan nafas
sehingga tidak lagidapat makan dan tubuhnya bertambah kurus. Selanjutnya akan
terjadi gangguan keseimbangan 'entilasi dan perfusi minimal,sehingga dengan
hiperventilasi, pasien pink puffers dapat mempertahankan gas dalam darah dalam
batas normal sampai penyakitini mencapai tahap lanjut.
8
4. Blue Blaters
Pada tahap lanjut PPOK pasien akan mengalami blue blaters yaitu kondisi
batuk produktif dan berulang kali mengalami infeksi pernapasan yang dapat
berlangsung selama bertahun -tahun sebelum tampak gangguan fungsi paru.
Awitan penyakit biasanyadimulai dari usia 20-30 tahun yang akan diikuti
munculnya dipsneu pada saat melakukan aktifitas fisik. dampak gejala
berkurangnya nafas sehingga mengalami hio'entilasi menjadi hipoksia dan
hiperkapnia. hipoksia kronis ini akan merangsangginjal untuk eritropoietin
meningkatkan produksi sel darah merah sehingga terjadi polisitemia sekunder.
Kadar Hb dapat mencapai 20g/100ml atau lebih dan sianosis mudah tampak
karena homoglobin yang terduksi mudah mencapai kadar 5g/100ml,walaupun
hanya sebagian kecil dari hemoglobin yang tereduksi.Blue blaters adalah
gambaran khas pada bronkitis kronis, dimana pasien gemuk sianosis, terdapat
oedema tungkai dan ronki basah di basal paru, sisanosis ssentral dan perifer.
5. Produksi Sputum
E. Komplikasi Ppok
1. Hipoksia
beda hipoksemia dan hipoksia adalah Orang dengan penyakit paru obstruktif
kronis biasanya memiliki kerusakan pada jaringan paru-parunya. Kesulitan
bernapas jadi salah satu akibat yang muncul.PPOK merupakan kondisi gangguan
paru yang terdiri atas bronkitis kronis dan emfisema. Keduanya kondisi ini juga
akan membatasi aliran udara yang masuk ke dalam tubuh.Terbatasnya aliran udara
9
yang masuk ke dalam tubuh akan membuat paru-paru mengalami kesulitan dalam
mengambil oksigen dan melepaskan karbondioksida. Akibatnya, oksigen yang
masuk ke dalam tubuh menjadi lebih sedikit. Keadaan ini dapat meningkatkan
risiko hipoksia.Hipoksia adalah kondisi kurangnya oksigen bagi sel dan jaringan
tubuh. Kondisi ini dapat menyebabkan sejumlah komplikasi serius lainnya yang
terkadang bisa mengancam nyawa. Itu sebabnya mengetahui tanda-tanda dan
gejala hipoksia sangat penting agar dapat segera mengatasinya sebelum
berkembang menjadi keadaan yang lebih membahayakan.
2. Infeksi pernapasan
3. Gagal jantung
10
mencegah gagal jantung Salah satu komplikasi yang paling fatal dari
PPOK adalah gagal jantung. Hal ini terjadi karena fungsi paru-paru sangat
berkaitan dengan fungsi jantung. Ketika paru-paru bermasalah, jantung juga akan
terpengaruh seiring berjalannya waktu.Dikutip dari American Thoracic Society,
gagal jantung terjadi pada 5-10% orang dengan PPOK parah. Selain itu, PPOK
juga dapat meningkatkan penyakit jantung lainnya, seperti serangan jantung.
Namun, alasan terjadinya hal tersebut belum sepenuhnya dipahami.
4. Kanker paru-paru
5. Diabetes
manfaat cek gula untuk neuropati diabetesi saat puasa Diabetes muncul
lebih sering pada orang dengan PPOK. Namun, masih diperlukan penelitian lebih
lanjut untuk memastikan hubungan keduanya. Jurnal yang dipublikasikan oleh
BioMed Central menyebutkan bahwa diabetes merupakan komplikasi yang
dialami 2-37% pasien dengan PPOK. Penderita PPOK dengan diabetes mungkin
mengeluhkan gejala dari PPOK yang cenderung lebih buruk. Ini karena diabetes
11
dapat merusak sistem kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah) yang dapat
memengaruhi fungsi paru-paru mereka. Dampak merokok terhadap orang PPOK
dapat memperburuk gejala diabetes yang dimiliki. Itu sebabnya, berhenti merokok
menjadi salah satu cara utama untuk mencegah komplikasi PPOK dan membuat
penyakitnya meluas lebih jauh lagi.
F. Patofisiologi
12
folikel limfoid dan deposisi kolagen dalam dinding luar saluran nafas
mengakibatkan restriksi pembukaan jalan nafas.
Pengaruh radikal bebas yang berasal dari polusi udara dapat menginduksi
batuk kronisse hingga percabangan bronkus lebih mudah terinfeksi. Penurunan
13
fungsi paru terjadi sekunder setelah perubahan struktur saluran napas. Kerusakan
struktur berupa destruksi alveol yang menuju ke arah emfisema karena produksi
radikal bebas yang berlebihan oleh leukosit dan polusidan asap rokok.
G. Pemeriksaan Diagnostik
3) Forced expiratory volume in one second (FEV1) adalah besarnya udara yang
diekspirasi dalam satu detik, nilai fev1 selalu menurun sama dengan derajat
14
4) Forced vital capacity (FVC) adalah besarnya udara yang diekspirasi dalam
c. Pemeriksaan bronkhogram
d. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau chronic
obstructive pulmonary disease (COPD) yang bermanfaat diantaranya adalah
pemeriksaan fungsi paru dan pemeriksaan radiologis.
15
Global Initiative Lung Disease (GOLD) melakukan klasifikasi tingkat keparahan
keterbatasan aliran udara pada PPOK. Klasifikasi ini berdasarkan pemeriksaan
spirometri setelah dilakukan pemberian bronkodilator inhalasi kerja pendek untuk
meminimalisir variabilitas. Berikut klasifikasinya berdasarkan nilai FEV1 post-
bronkodilator dengan rasio FEV1/FVC <70%:
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan pada PPOK adalah foto rontgen
toraks dan CT Scan toraks.Pada foto rontgen thoraks anteroposterior-lateral, dapat
ditemukan hiperinflasi paru, hiperlusensi, diafragma tampak datar, bayangan
jantung yang sempit, dan gambaran jantung seperti pendulum (tear drop
appearance). Pada PPOK tipe bronkitis kronis dapat ditemukan pertambahan
corak vascular paru dan kardiomegali.Pemeriksaan CT scan toraks dapat
membantu dalam mendiagnosis berbagai tipe dari PPOK. CT Scan lebih spesifik
dalam mendiagnosa emfisema jika dibandingkan foto thoraks polos.
Pemeriksaan Echokardiografi
Pemeriksaan Laboratorium
16
dan serangan akut dari PPOK. Secara umum. pH < 7.3 menandakan adanya
gangguan pernafasan akut. Biasanya juga ditemukan kompensasi ginjal sehingga
nilai pH mendekati normal.Pemeriksaan darah lengkap dapat digunakan untuk
melihat apakah ada infeksi sekunder pada PPOK yang ditandai dengan
leukositosis Pemeriksaan kimia darah pada pasien PPOK dapat menunjukkan
retensi natrium. Obat-obatan PPOK (agonis beta adrenergic, teofiline) memiliki
efek penurunan kadar kalium serum, sehingga harus dilakukan monitor berkala.
Pemeriksaan Sputum
Pada bronchitis kronis, biasanya sputum bersifat mukoid dan penuh dengan
makrofag. Pada PPOK eksaserbasi, sputum akan menjadi purulent dan penuh
dengan neutrofil. Perlu juga dilakukan pemeriksaan kultur mikroorganisme,
sehingga dapat diberikan antibiotik yang definitif.
dapat membantu dalam membedakan sesak yang disebabkan oleh PPOK atau oleh
gagal jantung kongestif. Namun tetap harus memperhatikan gejala klinis pasien.
dapat ditemukan defisiensi AAT. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada pasien
yang memiliki riwayat keluarga menderita emfisema pada usia muda.
H. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang biasa ditemukan pada pasien dengan PPOK menurut NANDA
(2015) adalah sebagai berikut :
17
GG pertukaran gas
Batasan karakteristik:
pH arteri abnormal
- ventilasi-perfusi
18
Nic
Airway management
buka jalan nafas, gunakan tekhnik Chin lift atau Jawa thrust bila perlu
posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
pasang mayo nafas buatan
lakukan fisioterapi dada jika perle
keluarkan sekret dengan batuk atau suction
auskultasi suara nafas,catat adanya suara tambahan
lakukan suction pada mayo
berikan bronkodilator biak perlu
berikan pelembab udara
atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
monitor respirasi dan status O2
Respiratory monitoring
19
I. Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, penyusunan kriteria hasil, tindakan dan evaluasi. Perawat
menggunakan pangkajian dan penilaian klinis untuk merumuskan
hipotesis atau penjelasan tentang penyajian masalah aktual atau potensial,
risiko dan atau peluang promosi kesehatan. Semua langkah-langkah ini
membutuhkan pengetahuan tentang konsep-konsep yang mendasari ilmu
keperawatan sebelum pola diidentifikasikan sesuai data klinis atau
penetapan diagnosis yang akurat
(Herdman H, 2015).
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi : nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku, bangsa,
pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis, nomor
registrasi.
b. Keluhan utama
Biasanya pasien PPOK mengeluh sesak nafas dan batuk yang disertai
sputum.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pasien PPOK mengeluhkan sesak napas, kelemahan fisik, batuk
yang disertai dengan adanya sputum.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya ada riwayat paparan gas berbahaya seperti merokok, polusi
udara, gas hasil pembakaran dan mempunyai riwayat penyakit seperti
asma (Ikawati 2016).
e. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ditemukan ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat alergi
(asma) karna asma merupakan salah satu penyebab dari PPOK.
f. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
20
Biasanya pada penderita PPOK terjadi perubahan persepsi dan tata laksana
hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang PPOK. Biasanya
terdapat riwayat merokok karena merokok meningkatkan risiko terjadinya
PPOK 30 kali lebih besar ( Ikawati, 2016).
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Biasanya pada pasien PPOK terjadi penurunan nafsu makan.
3) Pola eliminasi
Pada pola eliminasi biasanya tidak ada keluhan atau gangguan
4) Pola istirahat dan tidur
Pola tidur dan istirahat biasanya terganggu karena karena sesak.
5) Pola aktifitas dan latihan
Pasien dengan PPOK biasanya mengalami penurunan toleransi terhadap
aktifitas. Aktifitas yang membutuhkan mengangkat lengan keatas setinggi
toraks dapat menyebabkan keletihan atau distress pernafasan (Suzanne,
2001).
6) Pola persepsi dan konsep diri
Biasa nya pasien merasa cemas dan ketakutan dengan kondisinya.
7) Pola sensori kognitif
Biasa nya tidak ditemukan gangguan pada sensori kognitif
8) Pola hubungan peran
Biasanya terjadi perubahan dalam hubungan intrapersonal maupun
interpersonal .
9) Pola penanggulangan stress
Biasanya proses penyakit membuat klien merasa tidak berdaya sehingga
menyebabkan pasien tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang
adaptif.
10) Pola reproduksi seksual
Biasanya pola reproduksi dan seksual pada pasien yang sudah menikah
akan mengalami perubahan
11) Pola tata nilai dan kepercayaan Biasanya adanya perubahan status
kesehatan dan penurunan fungsi tubuh mempengaruhi pola ibadah pasien.
21
g. Pemeriksaan fisik
1) Gambaran umum
Biasanya kesadaran pasien composmentis
2) Secara sistemik dari kepala sampai ujung kaki
a) Kepala
Biasanya rambut tidak bersih karena pasien dengan PPOK mengalami
penurunan toleransi terhadap aktifitas termasuk perawatan diri.
b) Mata
Biasanya mata simetris, sklera tidak ikterik
c) Telinga
Biasanya telinga cukup bersih,bentuk simetris dan fungsi pendengaran
normal
d) Hidung
Biasanya hidung simetris, hidung bersih
e) Leher
Biasanya tidak ditemukan benjolan.
f) Paru
1) Inspeksi
biasanya terlihat klien mempunya bentuk dada barrel chest penggunaan
otot bantu pernafasan
2) Palpasi
biasanya premitus kanan dan kiri melemah
3) Perkusi
bisanya hipersonor
4) Auskultasi
biasanya terdapat ronkhi dan wheezing sesuai tingkat keparahan obstruktif
22
g. Jantung
(1) Inspeksi
bisanya ictus cordis tidak terlihat
(2) Palpasi
biasanya ictus cordis teraba
(3) Auskultasi
Biasanya irama jantung teratur
h) abdomen
(1) inspeksi
biasanya tidak ada
asites
(2) palpasi
biasanya hepar tidak teraba
(3) perkusi
biasanya timphany
(4) Auskultasi
Biasanya bising usus normal
i) ekstremitas
biasanya didapatkan adanya jari tabuh (clubbing finger) sebagai dampak
dari hipoksemia yang berkepanjangan ( Muttaqin, 2012).
h. Pemeriksaan diagnostik
1) Pengukuran fungsi paru
a. Kapasitas inspirasi menurun dengan nilai normal 3500 ml
b. Volume residu meningkat dengan nilai normal 1200 ml
c. FEV1 (forced expired volume in one second) selalu menurun
: untuk menentukan derajat PPOK dengan nilai normal 3,2 L
d. FVC (forced vital capacity) awalnya normal kemudian
menurun dengan nilai normal 4l
e. TLC (Kapasitas Paru Total) normal sampai meningkat
sedang dengan nilai normal 6000 ml
23
2) Analisa gas darah
PaO2 menurun dengan nilai normal 75-100 mmHg, PCO2 meningkat
dengan nilai normal 35-45 mmHg dan nilai pH normal dengan nilai
normal 7,35-7,45
3) Pemeriksaan Laboratorium
a) Hemoglobin (Hb) meningkat dengan nilai normal pada wanita
12-14 gr/dl dan laki-laki 14-18 gr/dl , hematocrit (Ht)
meningkat dengan nilai normal pada wanita 37-43 % dan pada
laki-laki 40-48 %
b) Jumlah darah merah meningkat dengan nilai normal
pada wanita 4,2-5,4 jt/mm3 dan pada laki-laki 4,6-6,2
jt/mm3
c) Eosonofil meningkat dengan nilai normal 1-4 % dan total IgE
serum meningkat dengan nilai normal < 100 IU/ml
d) Pulse oksimetri , SaO2 oksigenasi meningkat dengan nilai
normal > 95 %.
e) Elektrolit menurun
4) Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan gram kuman / kultur adanya infeksi campuran. Kuman
pathogen yang biasa ditemukan adalah streptococcus pneumonia,
hemophylus influenzae.
5) Pemeriksaan radiologi Thoraks foto (AP dan lateral)
Menunjukkan adanya hiperinflasi paru, pembesaran jantung dan
bendungan area paru (Muttaqin, 2012)
24
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Manifestasi klinis pasien PPOK adalah batuk kronis, berdahak kronis, dan
sesak nafas. Diagnosis pada pasien PPOK dapat ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. PPOK eksaserbasi akut
adalah bila kondisi pasien PPOK mengalami perburukan yang bersifat akut dari
kondisi sebelumnya yang stabil yang ditandai dengan sesak napas yang bertambah
berat, produksi sputum yang meningkat dan perubahan warna sputum menjadi
lebih purulent.
25
DAFTAR PUSTAKA
WHO. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). Global
Strategy for The Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic Obstructive
Pulmonary Disease. Geneva: WHO Press.
Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner, C.M. 2013
Nursing Intervention Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta :
Mocomedia.
Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner, C.M. 2013
Nursing Outcome Classification (NOC) Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta :
Mocomedia.
26