Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

CHRONIC OBSTRUCTIVE PULMONARY DISEASE /


PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF COPD/PPOK

DI SUSUN OLEH :

Natasya Salsabila ( 20010041 )


Nina Almuna ( 20010042 )
Nita Zahara ( 2001018 )
Nora Ratna Fila (
20010044) Nora Aldia
( 20010043 ) Nur Fadhilla (
20010046 ) Nur Afzah (
20010045 ) Nurul Rahmah (
20010047 )
Nur Hafni Zahara ( 20010004 )
Nurul Dahliana ( 20010012 )

Dosen Pengampu :
Ns. Lisnawati Rahayu S.Kep

PROGRAM STUDI S1
KEPERAWATAN STIKes MEDIKA
NURUL ISLAM SIGLI TAHUN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya Makalah asuhan
keperawatan PPOK . Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi
tentang asuhan keperawatan PPOK . Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir, dan juga
rasa terima kasih kami kepeda dosen pengampu yaitu Ns.Lisnawati Rahayu S.Kep
yang telah bersedia membimbing kami hingga makalah ini dapat kami selesaikan.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I
PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Masalah 2

BAB II
PEMBAHASAN 3
A. Pengertian PPOK 3
B. Tanda dan Gejala PPOK 4
C. Penyebab PPOK 5
D. Manifestasi Klinis PPOK 7
E. Komplikasi PPOK 9
F. Patofisiologi PPOK 12
G. Pemeriksaan Diag. PPOK 14
H. Diagnosa PPOK 17
I. Askep PPOK 20
BAB III
PENUTUP 25
A. Kesimpulan 25
DAFTAR PUSTAKA 26

ii
BAB l
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Paru Obstruksi Kronis atau PPOK sudah bukan suatu hal yang
asing terdengar di telinga masyarakat. PPOK adalah istilah yang menggambarkan
sejumlah penyakit yang menyerang paru-paru dalam jangka waktu yang panjang
dan ditandai dengan obstruksi aliran udara dan hiperinflasi paru. PPOK tergolong
penyakit tidak menular dan menjadi penyebab kematian terbesar ke-4 di dunia,
setelah penyakit kardiovaskuler, kanker, dan diabetes (WHO, 2010). Lebih dari 3
juta jiwa meninggal karena PPOK di tahun 2016 dan menyumbang 6% dari
seluruh kematian, sehingga diprediksi pada 2020 penyakit PPOK akan menduduki
peringkat ketiga sebagai penyebab utama kematian di Dunia (Guide dan Copd,
2010). Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013 mencatat sebesar 3,7 persen
penduduk Indonesia menderita PPOK dimana prevalensi lebih tinggi pada laki-
laki. Hal ini berkaitan dengan hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan
adanya keterkaitan penderita PPOK dengan kebiasaan merokok dan keterpajanan
asap rokok secara pasif di Indonesia, yang mana semakin tinggi prevalensi
merokok akan semakin tinggi resikoresiko terjadinya PPOK (Kusumawardani et
al., 2017).

B. Rumusan masalah
1. Apakah pengertian, tanda dan gejala dari PPOK?
2. Bagaimana etiologi dari PPOK?
3. Bagaimana manifetasi klinis dari PPOK?
4. Apa saja komplikasi dari PPOK?
5. Bagaimana patofisiologi dan pathway/ woc dari PPOK?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik PPOK?
7. Bagaimana diagnosa keperawatan PPOK?
8. Bagaimana proses asuhan keperawatan dari PPOK?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi, tanda dan gejala dari PPOK
2. Untuk mengetahui etiologi dari PPOK Bagaimana manifetasi klinis
dari PPOK
3. Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari PPOK
4. Untuk mengetahui patofisiologi dan pathway/ woc dari PPOK
5. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik PPOK
6. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan PPOK
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari PPOK

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Penyakit paru obstruktif kronis atau PPOK adalah penyakit pernapasan


yang menyebabkan seseorang sulit bernapas karena tersumbatnya saluran udara di
paru-paru. PPOK merupakan penyakit progresif, artinya penyakit ini akan
semakin memburuk seiring berjalannya waktu.Pada tahun 2012, lebih dari tiga
juta orang yang meninggal akibat PPOK. Angka itu setara dengan 6 persen jumlah
kematian di seluruh dunia pada tahun itu. Dikutip dari badan kesehatan dunia,
WHO, PPOK sendiri terdiri atas dua jenis utama, yaitu bronkitis dan emfisema.
Menurut GOLD (Global Inisiative for Chronic Obstructive Lung Disease),
PPOK adalah penyakit paru yang dapat dicegah diobati dengan beberapa efek
ekstrapulmonal yang signifikan berkontribusi terhadap tingkat keparahan
penderita.
Menurut kemenkes Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah
penyakit yang ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran nafas yang tidak
sepenuhnya reversibel. Hambatan aliran udara ini bersifat progresif dan
berhubungan dengan respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang
beracun atau berbahaya.
Beberapa orang bisa hanya memiliki salah satunya, sedangkan yang
lainnya memiliki keduanya. Dua jenis penyakit paru obstruktif kronis yang terjadi,
yaitu:

1. Bronkitis kronis

Bronkitis kronis adalah peradangan dinding saluran bronkus (cabang


tenggorok) yang terjadi menahun. Penyakit ini menyebabkan dinding pada
saluran bronkus di paru-paru menjadi merah, bengkak, dan dipenuhi lendir.
Lendir inilah yang kemudian menyumbat saluran napad dan membuat
bernapas menjadi lebih sulit

3
2. Emfisema
Emfisema secara bertahap merusak kantung udara (alveolus) di
paru-paru sehingga membuat Anda semakin sesak napas. Rusaknya
kantung udara, akan membuat jumlah alveolus dalam paru-paru Anda
semakin sedikit.
Akibatnya, oksigen akan kesulitan untuk masuk dan karbon
dioksida juga sulit keluar. Kondisi ini juga menjadi penyebab membuang
napas menjadi lebih sulit.Selama proses pernapasan, terdapat bagian-
bagian utama paru yang ikut bekerja, yaitu saluran bronkus (cabang
tenggorok atau disebut juga saluran udara), alveolus (kantung-kantung
udara), dan trakea (batang tenggorok).Saat menarik napas, udara bergerak
dari batang tenggorok melewati bronkus untuk kemudian menuju ke
alveolus. Dari alveolus, oksigen bergerak masuk ke darah sementara
karbon dioksida keluar dari darah.Begitulah pernapasan normal
seharusnya. Namun, pada orang PPOK prosesnya tak berjalan lancar.
Gangguan yang muncul akibat penyakit ini dapat menyebabkan sesak
napas.Hal ini menyebabkan paru-paru kekurangan oksigen, begitu juga
organ tubuh lainnya. Bila ini yang terjadi, Anda harus segera mencari
bantuan medis sedini mungkin.

B. Tanda dan gejala PPOK

PPOK memengaruhi sistem pernapasan sehingga dapat menimbulkan banyak


tanda-tanda dan gejala yang menyebabkan masalah pernapasan. Beberapa gejala
dan tanda-tanda PPOK, antara lain:

 batuk kronis (berkepanjangan)


 batuk dengan dahak berwarna bening, putih, abu kekuningan atau hijau—
meskipun jarang, lendir bisa terdapat bercak darah
 sering infeksi pernapasan, seperti flu dan pilek

4
 sesak napas, terutama saat beraktivitas fisik
 perasaan sesak di dada
 mengi
 Kelelahan
 demam ringan dan panas-dingin

Pada awalnya, Anda mungkin tidak merasakan gejala apa pun. Atau,
kalaupun gejalanya muncul Anda hanya mengalami gejala ringan sehingga tidak
menyadari bahwa Anda memiliki PPOK. Oleh karena merupakan penyakit
progresif, gejalanya baru benar-benar mengganggu jika penyakit ini sudah cukup
lama bersarang dalam tubuh Anda.Saat gejala PPOK Anda telah mengalami.

C. Etiologi /Penyebab Dan Faktor Risiko Penyakit Paru

1. Obstruktif Kronis

Penyakit paru obstruktif kronis terjadi ketika saluran pernapasan dan paru-
paru rusak serta mengalami peradangan. Beberapa kondisi yang dapat
meningkatkan risiko seseorang menderita penyakit ini adalah:
Memiliki kebiasaan merokok atau sering terpapar asap rokok (perokok
pasif)Terpapar polusi udara, misalnya dari debu jalanan, asap dari kendaraan, atau
asap pabrik dan industri Menderita penyakit asma, tuberkulosis, infeksi HIV, dan
kelainan genetik yang menyebabkan kekurangan protein alpha-1-antitrypsin
(AAt)
Memiliki keluarga dengan riwayat PPOK Berusia 40 tahun ke atas
Berjenis kelamin wanita Gejala Penyakit Paru Obstruktif Kronis PPOK
berkembang secara perlahan dan tidak menunjukkan gejala khusus pada tahap
awal. Gejalanya baru muncul setelah bertahun-tahun, ketika sudah terjadi
kerusakan yang signifikan pada paru-paru.

Sejumlah gejala yang biasanya dialami oleh penderita PPOK adalah:


 Batuk tidak kunjung sembuh yang dapat disertai dahak

5
 Napas tersengal-sengal, terutama saat melakukan aktivitas fisik
 Berat badan menurun
 Nyeri dada
 Mengi
 Pembengkakan di tungkai dan kaki
 Lemas

Etiologi penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau chronic obstructive


pulmonary disease (COPD) adalah kerusakan jalan nafas atau kerusakan parenkim
paru. Kerusakan ini dapat disebabkan oleh :

a. Merokok
Merokok hingga saat ini masih menjadi penyebab utama dari
PPOK, termasuk perokok pasif. World Health Organitation (WHO)
memperkirakan pada tahun 2005, 5.4 juta orang meninggal akibat
konsumsi rokok. Kematian akibat rokok diperkirakan akan meningkat
hingga 8.3 juta kematian pertahun pada tahun 2030 [3].Merokok
merangsang makrofag melepaskan fator kemotaktik netrofil dan elastase
yang akan menyebabkan destruksi jaringan. Sebuah penelitian
menunjukkan bahwa penurunnan fungsi paru dan perubahan struktur paru
pada pasien yang merokok telah terjadi jauh sebelum gejala klinis PPOK
muncul.

b. Faktor Lingkungan
PPOK dapat muncul pada pasien yang tidak pernah merokok. Faktor
lingkungan dicurigai dapat menjadi penyebabnya namun mekanisme
belum diketahui pasti. Pada negara dengan penghasilan sedang hingga
tinggi, merokok merupakan penyebab utama PPOK, namun pada negara
dengan penghasilan rendah paparan terhadap polusi udara merupakan
penyebabnya. Faktor risiko yang berasal dari lingkungan antara lain adalah
polusi dalam ruangan, polusi luar ruangan, zat kimia dan debu pada
lingkungan kerja, serta infeksi saluran nafas bagian bawah yang berulang
pada usia anak.

6
Defisiensi enzim Alpha1-antitrypsin (AAT)

AAT merupakan enzim yang berfungsi untuk menetralisir efek elastase


neutrophil dan melindungi parenkim paru dari efek elastase. Defisiensi AAT
merupakan faktor predisposisi pada Emfisema tipe panasinar. Defisiensi AAT
yang berat akan menyebabkan emfisema prematur pada usia rata-rata 53 tahun
untuk pasien bukan perokok dan 40 tahun pada pasien perokok.Selain itu, status
nutrisi juga merupakan faktor yang berkaitan dengan kondisi pasien PPOK
(Schols et al., 2014).

Berdasarkan GOLD (2020), faktor risiko PPOK adalah status


sosioekonomi yang salah satunya adalah rendahnya asupan nutrisi (Global
Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease, 2020). Penelitian oleh Schols
(2014) menyimpulkan bahwa diet yang seimbang bermanfaat untuk pasien PPOK
karena pasien khususnya bermanfaat untuk menjaga fungsi paru(Schols et al.,
2014). Sebagian besar pasien PPOK mengalami malnutrisi.

D. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pada pasien dengan Penyakit Paru Obstruksi Kronis


adalah Perkembangan gejala-gejala yang merupakan ciri dari PPOK adalah
malfungsi kronis pada sistem pernafasan yang manifestasi awalnya ditandai
dengan batuk-batuk dan produksi dahak khususnya yang makin menjadi di saat
pagi hari. Nafas pendek sedang yang berkembang menjadi nafas pendek akut.
Batuk dan produksi dahak (pada batuk yang dialami perokok) memburuk menjadi
batuk persisten yang disertai dengan produksi dahak yang semakin banya. Reeves
(2001).

Biasanya pasien akan sering mengalami infeksi pernafasan dan kehilangan


berat badan yang cukup drastis, sehingga pada akhirnya pasien tersebut tidak akan
mampu secara maksimal melaksanakan tugas-tugas rumah tangga atau yang
menyangkut tanggung jawab pekerjaannya. Pasien mudah sekali merasa lelah dan
secara fisik banyak yang tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari. Selain itu

7
pada pasien PPOK banyak yang mengalami penurunan berat badan yang cukup
drastis, sebagai akibat dari hilangnya nafsu makan karena produksi dahak yang
makin melimpah, penurunan daya kekuatan tubuh, kehilangan selera makan
(isolasi sosial) penurunan kemampuan pencernaan sekunder karena tidak
cukupnya oksigenasi sel dalam sistem (GI) gastrointestinal. Pasien dengan PPOK
lebih membutuhkan banyak kalori karena lebih banyak mengeluarkan tenaga
dalam melakukan pernafasan.

1. Dipeneu

Dipeneu sering menjadi alasan utama pasien PPOK mencari bantuan


tenaga kesehatan. Dipsneu digambarkan sebagai usaha bernafas yang meningkat,
berat, kelaparan udara atau gasping. Sesak nafas pada PPOK bersifat persisten dan
progresif. Awaalnya sesak nafas hanya dirasakan ketika beraktifitas seperti
berjalan, berlari dan naik tangga yang dapat didhindari, tetapi ketika fungsi paru
memburuk, sesak nafas menjadi lebih progresif dan mereka tidak dapat
melakukan aktifitas sebagaimana orang lain denganusia yang sama dapat
melakukannya.

2. batuk

Batuk kronis menjadi gejala pertama dari pasien PPOK, setelah merokok
atau terpapar oleh polutan lingkungan . Pada awalnya batuk hanya sebentar
kemudian lama kelamaan hadir sepanjang hari.

3. Pink Puffers

Pink puffers adalah timbulnya dipsneu tanpa disertai batuk dan produksi
sputum yang berarti. biasanya dipeneu timbul antara usia30-40 tahun dan semakin
lama semakin berat. Pada penyakit yang sudah lanjut pasien akan kehabisan nafas
sehingga tidak lagidapat makan dan tubuhnya bertambah kurus. Selanjutnya akan
terjadi gangguan keseimbangan 'entilasi dan perfusi minimal,sehingga dengan
hiperventilasi, pasien pink puffers dapat mempertahankan gas dalam darah dalam
batas normal sampai penyakitini mencapai tahap lanjut.

8
4. Blue Blaters

Pada tahap lanjut PPOK pasien akan mengalami blue blaters yaitu kondisi
batuk produktif dan berulang kali mengalami infeksi pernapasan yang dapat
berlangsung selama bertahun -tahun sebelum tampak gangguan fungsi paru.
Awitan penyakit biasanyadimulai dari usia 20-30 tahun yang akan diikuti
munculnya dipsneu pada saat melakukan aktifitas fisik. dampak gejala
berkurangnya nafas sehingga mengalami hio'entilasi menjadi hipoksia dan
hiperkapnia. hipoksia kronis ini akan merangsangginjal untuk eritropoietin
meningkatkan produksi sel darah merah sehingga terjadi polisitemia sekunder.
Kadar Hb dapat mencapai 20g/100ml atau lebih dan sianosis mudah tampak
karena homoglobin yang terduksi mudah mencapai kadar 5g/100ml,walaupun
hanya sebagian kecil dari hemoglobin yang tereduksi.Blue blaters adalah
gambaran khas pada bronkitis kronis, dimana pasien gemuk sianosis, terdapat
oedema tungkai dan ronki basah di basal paru, sisanosis ssentral dan perifer.

5. Produksi Sputum

Pasien PPOK umumnya disertai batuk produktif.batuk kronis dan


pembentukan sputum mukoid atau muko purulen selama sedikitnya 3 bulan dalam
setahun, sekurang-kurangnya 2 tahun berturut- turut merupakan gejala klinis dari
bronkitis kronis

E. Komplikasi Ppok

Beberapa komplikasi PPOK yang mungkin muncul, antara lain:

1. Hipoksia

beda hipoksemia dan hipoksia adalah Orang dengan penyakit paru obstruktif
kronis biasanya memiliki kerusakan pada jaringan paru-parunya. Kesulitan
bernapas jadi salah satu akibat yang muncul.PPOK merupakan kondisi gangguan
paru yang terdiri atas bronkitis kronis dan emfisema. Keduanya kondisi ini juga
akan membatasi aliran udara yang masuk ke dalam tubuh.Terbatasnya aliran udara

9
yang masuk ke dalam tubuh akan membuat paru-paru mengalami kesulitan dalam
mengambil oksigen dan melepaskan karbondioksida. Akibatnya, oksigen yang
masuk ke dalam tubuh menjadi lebih sedikit. Keadaan ini dapat meningkatkan
risiko hipoksia.Hipoksia adalah kondisi kurangnya oksigen bagi sel dan jaringan
tubuh. Kondisi ini dapat menyebabkan sejumlah komplikasi serius lainnya yang
terkadang bisa mengancam nyawa. Itu sebabnya mengetahui tanda-tanda dan
gejala hipoksia sangat penting agar dapat segera mengatasinya sebelum
berkembang menjadi keadaan yang lebih membahayakan.

2. Infeksi pernapasan

Pleuropneumonia Dikutip dari Mayo Clinic, orang dengan PPOK


cenderung lebih mudah terserang pilek, flu, dan pneumonia. Infeksi pernapasan
apa pun cenderung menyebabkan sesak napas dan kerusakan pada jaringan paru-
paru yang lebih parah. Dalam sebuah penelitian yang disebutkan di International
Journal of Chronic Obstructive Pulmonary Disease, PPOK merupakan faktor
risiko penting yang dapat memperburuk keadaan orang dengan infeksi influenza.
Studi ini dilakukan pada pasien yang dirawat di rumah sakit dengan penyakit
pernapasan akut.Infeksi influenza diketahui merupakan salah satu penyebab
umum pneumonia.

Oleh karena itu, ketika pertahanan tubuh di sistem pernapasan melemah


akibat PPOK, infeksi influenza yang mungkin menyerang cenderung lebih mudah
mengakibatkan pneumonia.PPOK dan pneumonia saling berhubungan karena
kondisi PPOK menyebabkan melemahnya pertahanan sistem pernapasan.
Akibatnya, Anda lebih berisiko kena pneumonia. Orang dengan PPOK yang kena
pneumonia juga memiliki risiko lebih tinggi untuk meninggal dunia akibat lebih
lemahnya sistem imun tubuh.Pasien PPOK lebih rentan mengalami pneumonia
karena kondisi medis yang mereka miliki. Menurut jurnal Tuberculosis and
Respiratory Disease, kondisi-kondisi itu meliputi produksi lendir dan peningkatan
jumlah bakteri selama eksaserbasi (ketika gejala PPOK dirasa semakin parah).

3. Gagal jantung

10
mencegah gagal jantung Salah satu komplikasi yang paling fatal dari
PPOK adalah gagal jantung. Hal ini terjadi karena fungsi paru-paru sangat
berkaitan dengan fungsi jantung. Ketika paru-paru bermasalah, jantung juga akan
terpengaruh seiring berjalannya waktu.Dikutip dari American Thoracic Society,
gagal jantung terjadi pada 5-10% orang dengan PPOK parah. Selain itu, PPOK
juga dapat meningkatkan penyakit jantung lainnya, seperti serangan jantung.
Namun, alasan terjadinya hal tersebut belum sepenuhnya dipahami.

4. Kanker paru-paru

Kanker paruOrang dengan PPOK memiliki risiko lebih tinggi untuk


terkena kanker paru-paru. Mereka juga cenderung mendapatkan hasil buruk
setelah didiagnosis dan melalui pengobatan kanker.Hubungan antara PPOK
dengan kanker paru-paru telah dilaporkan dalam banyak penelitian. Komplikasi
PPOK yang satu ini juga tergantung pada usia dan seberapa parah kebiasaan
merokok. American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine
menyebutkan bahwa risiko kanker paru-paru pada perokok dengan PPOK adalah
dua hingga kali lipat lebih besar dibandingkan dengan perokok tanpa PPOK.
PPOK dan kanker paru sama-sama disebabkan oleh merokok dan telah banyak
bukti yang menyebutkan bahwa kedua penyakit tersebut saling berhubungan.
Kanker paru-paru biasanya merupakan kondisi yang berakibat fatal. Itu sebabnya,
penting untuk melakukan pencegahan komplikasi PPOK agar penyakit tak meluas
dan semakin merusak paru-paru. Salah satu cara utama untuk melakukan
pencegahan PPOK adalah berhenti merokok.

5. Diabetes

manfaat cek gula untuk neuropati diabetesi saat puasa Diabetes muncul
lebih sering pada orang dengan PPOK. Namun, masih diperlukan penelitian lebih
lanjut untuk memastikan hubungan keduanya. Jurnal yang dipublikasikan oleh
BioMed Central menyebutkan bahwa diabetes merupakan komplikasi yang
dialami 2-37% pasien dengan PPOK. Penderita PPOK dengan diabetes mungkin
mengeluhkan gejala dari PPOK yang cenderung lebih buruk. Ini karena diabetes

11
dapat merusak sistem kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah) yang dapat
memengaruhi fungsi paru-paru mereka. Dampak merokok terhadap orang PPOK
dapat memperburuk gejala diabetes yang dimiliki. Itu sebabnya, berhenti merokok
menjadi salah satu cara utama untuk mencegah komplikasi PPOK dan membuat
penyakitnya meluas lebih jauh lagi.

6. Edema (retensi cairan)

sindrom angioedema PPOK sering menyebabkan komplikasi berupa


edema atau pembengkakan pada kaki atau tangan. Penyebab orang dengan PPOK
dapat menahan garam dan air dalam tubuhnya tidak sepenuhnya dapat
dijelaskan.Jurnal yang dipublikasikan dalam National Center for Biotechnology
Information menyebutkan bahwa kondisi itu mungkin disebabkan oleh beberapa
kelainan pada ginjal. Umumnya, kelainan ini memburuk akibat keparahan PPOK.

7. Osteoporosis penyebab osteoporosis pada pria

Banyak orang dengan PPOK mengalami kekurangan asupan oksigen. Hal


ini kemudian dapat menyebabkan gangguan pada asupan oksigen dan nutrisi pada
sel-sel tulang. Hal ini kemudian menyebabkan menurunnya kepadatan mineral
tulang.

Studi yang disebutkan dalam International Journal of Chronic Obstructive


Pulmonary Disease menyatakan bahwa penurunan kepadatan mineral tulang dan
penurunan kualitas tulang dapat menyebabkan kerapuhan tulang, serta
mengakibatkan patah tulang pada pasien PPOK.

F. Patofisiologi

Hambatan aliran udara merupakan perubahan fisiologi utama pada PPOK


yang diakibatkan oleh adanya perubahan yang khas pada saluran nafas bagian
proksimal, perifer, parenkim dan vaskularisasi paru yang dikarenakan adanya
suatu inflamasi yang kronik dan perubahan struktural pada paru. Terjadinya
peningkatan penebalan pada saluran nafas kecil dengan peningkatan formasi

12
folikel limfoid dan deposisi kolagen dalam dinding luar saluran nafas
mengakibatkan restriksi pembukaan jalan nafas.

Lumen saluran nafas kecil berkurang akibat penebalan mukosa yang


mengandung

eksudat inflamasi, yang meningkat sesuai beratsakit. Dalam keadaan


normal radikal bebas dan antioksidan berada dalam keadaan seimbang. Apabila
terjadi gangguan keseimbangan maka akan terjadi kerusakan di paru. Radikal
bebas mempunyai peranan besar menimbulkan kerusakan sel dan menjadi dasar
dari berbagai macam penyakit paru.

Pengaruh gas polutan dapat menyebabkan stress oksidan, selanjutnya akan


menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid selanjutnya akan
menimbulkan kerusakan sel daninflamasi. Proses inflamasi akan mengaktifkan sel
makrofag alveolar, aktivasi sel tersebut akan menyebabkan dilepaskannya faktor
kemotataktik neutrofil seperti interleukin 8 dan leukotrien B4, tumuor necrosis
factor (TNF), monocyte chemotactic peptide (MCP)-1 dan reactive oxygen
species (ROS).

Faktor-faktor tersebut akan merangsang neutrofil melepaskan protease


yang akan merusak jaringan ikat parenkim paru sehingga timbul kerusakan
dinding alveolar dan hipersekresi mukus. Rangsangan sel epitel akan
menyebabkan dilepaskannya limfosit CD8, selanjutnya terjadi kerusakan seperti
proses inflamasi. Pada keadaan normal terdapat keseimbangan antara oksidan dan
antioksidan. Enzim NADPH yang ada dipermukaan makrofag dan neutrofil akan
mentransfer satu elektron ke molekul

oksigen menjadi anion super oksida dengan bantuan enzim superoksid


dismutase. Zat hidrogen peroksida (H2O2) yang toksik akan diubah menjadi OH
dengan menerima elektron dari ion feri menjadi ion fero, ion fero dengan halida
akan diubah menjadi anion hipohalida (HOCl).

Pengaruh radikal bebas yang berasal dari polusi udara dapat menginduksi
batuk kronisse hingga percabangan bronkus lebih mudah terinfeksi. Penurunan

13
fungsi paru terjadi sekunder setelah perubahan struktur saluran napas. Kerusakan
struktur berupa destruksi alveol yang menuju ke arah emfisema karena produksi
radikal bebas yang berlebihan oleh leukosit dan polusidan asap rokok.

G. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Diagnostik Penyakit Paru Obstruktif Kronis


Menurut (Muttaqin, 2008) pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada pasien
PPOK sebagai berikut:
a. Pengukuran fungsi paru

1) Kapasitas inspirasi menurun

2) Volume residu meningkat

3) Forced expiratory volume in one second (FEV1) adalah besarnya udara yang

diekspirasi dalam satu detik, nilai fev1 selalu menurun sama dengan derajat

obstruksi progesif penyakit paru obstruktif kronis.

14
4) Forced vital capacity (FVC) adalah besarnya udara yang diekspirasi dalam

satu tarikan napas, nilai fvc awalnya normal sampai menurun.

b. Pemeriksaan radiologi thoraks foto

Pemeriksaan radiologi menunjukkan adannya hiperinflasi paru, pembesaran

jantung dan bendungan area paru

c. Pemeriksaan bronkhogram

Pemeriksaan bronkhogram menunjukkan dilatasi bronkus, kolap bronkhiale

pada ekspirasi kuat

d. Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan sputum merupakan pemeriksaan gram kuman/kultur adanya infeksi

campuran. Kuman patogen yang biasa ditemukan yaitu streptococcus

pneumoniae, hemophylus influenzae, dan moraxella catarrhalis.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau chronic
obstructive pulmonary disease (COPD) yang bermanfaat diantaranya adalah
pemeriksaan fungsi paru dan pemeriksaan radiologis.

Pemeriksaan Fungsi Paru

Pemeriksaan fungsi paru sangat penting dalam menegakkan diagnosis,


menentukan tingkat keparahan PPOK dan untuk mengkaji ulang kondisi pasien
PPOK. Pemeriksaan dengan spirometri pada PPOK diutamakan untuk
menentukan nilai forced expiratory volume in 1 second (FEV1) dan the forced
vital capacity (FVC).Pada PPOK ditemukan penurunan nilai FEV1 dengan
penurunan rasio FEV1/FVC. Dapat juga dilakukan uji bronkodilator. Jika Nilai
rasio FEV1/FVC post pemberian bronkodilator <0.70, ini menunjukkan adanya
keterbatasan aliran udara yang persisten.

15
Global Initiative Lung Disease (GOLD) melakukan klasifikasi tingkat keparahan
keterbatasan aliran udara pada PPOK. Klasifikasi ini berdasarkan pemeriksaan
spirometri setelah dilakukan pemberian bronkodilator inhalasi kerja pendek untuk
meminimalisir variabilitas. Berikut klasifikasinya berdasarkan nilai FEV1 post-
bronkodilator dengan rasio FEV1/FVC <70%:

GOLD 1 (Mild) : FEV1 > 80% predicted

GOLD 2 (Moderate) : 50% < FEV1 < 80% predicted

GOLD 3 (Severe) : 30% < FEV1 < 50% predicted

GOLD 4 (Very Severe) : FEV1 < 30% predicted

Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan pada PPOK adalah foto rontgen
toraks dan CT Scan toraks.Pada foto rontgen thoraks anteroposterior-lateral, dapat
ditemukan hiperinflasi paru, hiperlusensi, diafragma tampak datar, bayangan
jantung yang sempit, dan gambaran jantung seperti pendulum (tear drop
appearance). Pada PPOK tipe bronkitis kronis dapat ditemukan pertambahan
corak vascular paru dan kardiomegali.Pemeriksaan CT scan toraks dapat
membantu dalam mendiagnosis berbagai tipe dari PPOK. CT Scan lebih spesifik
dalam mendiagnosa emfisema jika dibandingkan foto thoraks polos.

Pemeriksaan Echokardiografi

Pada pasien dengan PPOK lama, dapat menyebabkan timbulnya hipertensi


pulmonal dan gagal jantung kanan (cor pulmonale). Echocardiografi dapat
digunakan untuk menilai tekanan sistolik arteri pulmonal dan fungsi sitolik
ventrikel kanan.

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium sebetulnya tidak ada yang spesifik untuk PPOK.


Apabila dilakukan pemeriksaan laboratorium, maka akan didapatkan Pemeriksaan
Analisa Gas Darah (AGD) dapat digunakan untuk memprediksi tingkat keparahan

16
dan serangan akut dari PPOK. Secara umum. pH < 7.3 menandakan adanya
gangguan pernafasan akut. Biasanya juga ditemukan kompensasi ginjal sehingga
nilai pH mendekati normal.Pemeriksaan darah lengkap dapat digunakan untuk
melihat apakah ada infeksi sekunder pada PPOK yang ditandai dengan
leukositosis Pemeriksaan kimia darah pada pasien PPOK dapat menunjukkan
retensi natrium. Obat-obatan PPOK (agonis beta adrenergic, teofiline) memiliki
efek penurunan kadar kalium serum, sehingga harus dilakukan monitor berkala.

Pemeriksaan Sputum

Pada bronchitis kronis, biasanya sputum bersifat mukoid dan penuh dengan
makrofag. Pada PPOK eksaserbasi, sputum akan menjadi purulent dan penuh
dengan neutrofil. Perlu juga dilakukan pemeriksaan kultur mikroorganisme,
sehingga dapat diberikan antibiotik yang definitif.

Pemeriksaan Brain natriuretic peptide (BNP)

dapat membantu dalam membedakan sesak yang disebabkan oleh PPOK atau oleh
gagal jantung kongestif. Namun tetap harus memperhatikan gejala klinis pasien.

Pemeriksaan enzim alpha1-antitrypsin (AAT)

dapat ditemukan defisiensi AAT. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada pasien
yang memiliki riwayat keluarga menderita emfisema pada usia muda.

H. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang biasa ditemukan pada pasien dengan PPOK menurut NANDA
(2015) adalah sebagai berikut :

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus


berlebihan, batuk yang tidak efektif

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi-perfusi

c. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot


pernafasan, penggunaan otot bantu pernafasan

17
GG pertukaran gas

Definisi: kelebihan atau defisit pada oksigenasi dan/atau eliminasi karbon


dioksida pada membran alveolar-kapiler

Batasan karakteristik:

pH darah arteri abnormal

pH arteri abnormal

 pernapasan abnormal (mis: kecepatan,irama, kedalaman


 warna kulit abnormal (mis:pucat, kehitaman)
 konfusi
 sianosi( pada neonatus saja)
 penurunan karbon dioksida
 diaforesis
 dispnea
 sakit kepala saat bangun
 hiperkapnia
 hipoksemia
 hipoksia
 iritabilitas
 napas cuping hidung
 gelisah
 samnolen
 Takhikardi
 gangguan penglihatan

Faktor-faktor yang berhubungan:

- perubahan membran alveolar kapiler

- ventilasi-perfusi

Intervensi – pertukaran gas

18
Nic

Airway management

 buka jalan nafas, gunakan tekhnik Chin lift atau Jawa thrust bila perlu
 posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
 identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
 pasang mayo nafas buatan
 lakukan fisioterapi dada jika perle
 keluarkan sekret dengan batuk atau suction
 auskultasi suara nafas,catat adanya suara tambahan
 lakukan suction pada mayo
 berikan bronkodilator biak perlu
 berikan pelembab udara
 atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
 monitor respirasi dan status O2

Respiratory monitoring

 monitor rata-rata,kedalaman,irama,dan usaha respirasi


 catat pergerakan dada,amati kesimestrisan, penggunaan otot
tambahan,retraksi otot supraclavicular dan intercostal
 monitor suara nafas,seperti dengkur
 monitor pola nafas: bradipena,takipena,kussmaul,hiperventilasi,Cheyne
Stokes,boot
 catat lokasi trakea
 monitor kelelahan otot diafragma ( gerakan paradoksis)
 auskultasi suara nafas,catat area penurunan/tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
 tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi
pada jalan napas utama
 auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya

19
I. Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, penyusunan kriteria hasil, tindakan dan evaluasi. Perawat
menggunakan pangkajian dan penilaian klinis untuk merumuskan
hipotesis atau penjelasan tentang penyajian masalah aktual atau potensial,
risiko dan atau peluang promosi kesehatan. Semua langkah-langkah ini
membutuhkan pengetahuan tentang konsep-konsep yang mendasari ilmu
keperawatan sebelum pola diidentifikasikan sesuai data klinis atau
penetapan diagnosis yang akurat
(Herdman H, 2015).
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi : nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku, bangsa,
pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis, nomor
registrasi.
b. Keluhan utama
Biasanya pasien PPOK mengeluh sesak nafas dan batuk yang disertai
sputum.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pasien PPOK mengeluhkan sesak napas, kelemahan fisik, batuk
yang disertai dengan adanya sputum.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya ada riwayat paparan gas berbahaya seperti merokok, polusi
udara, gas hasil pembakaran dan mempunyai riwayat penyakit seperti
asma (Ikawati 2016).
e. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ditemukan ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat alergi
(asma) karna asma merupakan salah satu penyebab dari PPOK.
f. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

20
Biasanya pada penderita PPOK terjadi perubahan persepsi dan tata laksana
hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang PPOK. Biasanya
terdapat riwayat merokok karena merokok meningkatkan risiko terjadinya
PPOK 30 kali lebih besar ( Ikawati, 2016).
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Biasanya pada pasien PPOK terjadi penurunan nafsu makan.
3) Pola eliminasi
Pada pola eliminasi biasanya tidak ada keluhan atau gangguan
4) Pola istirahat dan tidur
Pola tidur dan istirahat biasanya terganggu karena karena sesak.
5) Pola aktifitas dan latihan
Pasien dengan PPOK biasanya mengalami penurunan toleransi terhadap
aktifitas. Aktifitas yang membutuhkan mengangkat lengan keatas setinggi
toraks dapat menyebabkan keletihan atau distress pernafasan (Suzanne,
2001).
6) Pola persepsi dan konsep diri
Biasa nya pasien merasa cemas dan ketakutan dengan kondisinya.
7) Pola sensori kognitif
Biasa nya tidak ditemukan gangguan pada sensori kognitif
8) Pola hubungan peran
Biasanya terjadi perubahan dalam hubungan intrapersonal maupun
interpersonal .
9) Pola penanggulangan stress
Biasanya proses penyakit membuat klien merasa tidak berdaya sehingga
menyebabkan pasien tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang
adaptif.
10) Pola reproduksi seksual
Biasanya pola reproduksi dan seksual pada pasien yang sudah menikah
akan mengalami perubahan
11) Pola tata nilai dan kepercayaan Biasanya adanya perubahan status
kesehatan dan penurunan fungsi tubuh mempengaruhi pola ibadah pasien.

21
g. Pemeriksaan fisik
1) Gambaran umum
Biasanya kesadaran pasien composmentis
2) Secara sistemik dari kepala sampai ujung kaki
a) Kepala
Biasanya rambut tidak bersih karena pasien dengan PPOK mengalami
penurunan toleransi terhadap aktifitas termasuk perawatan diri.
b) Mata
Biasanya mata simetris, sklera tidak ikterik
c) Telinga
Biasanya telinga cukup bersih,bentuk simetris dan fungsi pendengaran
normal
d) Hidung
Biasanya hidung simetris, hidung bersih
e) Leher
Biasanya tidak ditemukan benjolan.
f) Paru
1) Inspeksi
biasanya terlihat klien mempunya bentuk dada barrel chest penggunaan
otot bantu pernafasan
2) Palpasi
biasanya premitus kanan dan kiri melemah
3) Perkusi
bisanya hipersonor
4) Auskultasi
biasanya terdapat ronkhi dan wheezing sesuai tingkat keparahan obstruktif

22
g. Jantung
(1) Inspeksi
bisanya ictus cordis tidak terlihat
(2) Palpasi
biasanya ictus cordis teraba
(3) Auskultasi
Biasanya irama jantung teratur
h) abdomen
(1) inspeksi
biasanya tidak ada
asites
(2) palpasi
biasanya hepar tidak teraba
(3) perkusi
biasanya timphany
(4) Auskultasi
Biasanya bising usus normal
i) ekstremitas
biasanya didapatkan adanya jari tabuh (clubbing finger) sebagai dampak
dari hipoksemia yang berkepanjangan ( Muttaqin, 2012).
h. Pemeriksaan diagnostik
1) Pengukuran fungsi paru
a. Kapasitas inspirasi menurun dengan nilai normal 3500 ml
b. Volume residu meningkat dengan nilai normal 1200 ml
c. FEV1 (forced expired volume in one second) selalu menurun
: untuk menentukan derajat PPOK dengan nilai normal 3,2 L
d. FVC (forced vital capacity) awalnya normal kemudian
menurun dengan nilai normal 4l
e. TLC (Kapasitas Paru Total) normal sampai meningkat
sedang dengan nilai normal 6000 ml

23
2) Analisa gas darah
PaO2 menurun dengan nilai normal 75-100 mmHg, PCO2 meningkat
dengan nilai normal 35-45 mmHg dan nilai pH normal dengan nilai
normal 7,35-7,45
3) Pemeriksaan Laboratorium
a) Hemoglobin (Hb) meningkat dengan nilai normal pada wanita
12-14 gr/dl dan laki-laki 14-18 gr/dl , hematocrit (Ht)
meningkat dengan nilai normal pada wanita 37-43 % dan pada
laki-laki 40-48 %
b) Jumlah darah merah meningkat dengan nilai normal
pada wanita 4,2-5,4 jt/mm3 dan pada laki-laki 4,6-6,2
jt/mm3
c) Eosonofil meningkat dengan nilai normal 1-4 % dan total IgE
serum meningkat dengan nilai normal < 100 IU/ml
d) Pulse oksimetri , SaO2 oksigenasi meningkat dengan nilai
normal > 95 %.
e) Elektrolit menurun
4) Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan gram kuman / kultur adanya infeksi campuran. Kuman
pathogen yang biasa ditemukan adalah streptococcus pneumonia,
hemophylus influenzae.
5) Pemeriksaan radiologi Thoraks foto (AP dan lateral)
Menunjukkan adanya hiperinflasi paru, pembesaran jantung dan
bendungan area paru (Muttaqin, 2012)

24
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) didefinisikan sebagai penyakit paru


kronik berupa obstruksi saluran pernapasan yang bersifat progresif dan tidak
sepenuhnya reversible yang diasosiasikan dengan respon inflamsi abnormal paru
terhadap gas berbahaya ataupun partikel asing. Faktor resiko yang berkaitan
dengan PPOK adalah faktor herediter yaitu defisiensi alpha – 1 antitripsin,
kebiasaan merokok, riwayat terpapar polusi udara di lingkungan dan tempat kerja,
hipereaktivitas bronkus, riwayat infeksi saluran napas awah berulang.

Manifestasi klinis pasien PPOK adalah batuk kronis, berdahak kronis, dan
sesak nafas. Diagnosis pada pasien PPOK dapat ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. PPOK eksaserbasi akut
adalah bila kondisi pasien PPOK mengalami perburukan yang bersifat akut dari
kondisi sebelumnya yang stabil yang ditandai dengan sesak napas yang bertambah
berat, produksi sputum yang meningkat dan perubahan warna sputum menjadi
lebih purulent.

Tujuan penatalaksaan PPOK adalah untuk mengurangi gejala, mencegah


eksaserbasi berulang memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru dan
meningkatkan kualitas hidup penderita.

25
DAFTAR PUSTAKA

WHO. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). Global
Strategy for The Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic Obstructive
Pulmonary Disease. Geneva: WHO Press.

Ikawati, Z, 2011, Penyakit Sistem Pernafasan dan Tatalaksana Terapinya,


Jogjakarta, Bursa Ilmu. Hal 159.

Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner, C.M. 2013
Nursing Intervention Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta :
Mocomedia.

Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner, C.M. 2013
Nursing Outcome Classification (NOC) Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta :
Mocomedia.

26

Anda mungkin juga menyukai