OLEH :
NI KADEK SWANDEWI UTAMI
P07120017192
TINGKAT 3.5 SEMESTER V
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
PRODI D III JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI
3. Tipe Keluarga
Menurut Maclin, 1988 (dalam Achjar, 2010) pembagian tipe keluarga, yaitu :
a. Keluarga Tradisional
1) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak yang
hidup dalam rumah tangga yang sama.
2) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya dengan satu
orang yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah, atau ditinggalkan.
3) Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau tidak ada
anak yang tinggal bersama mereka.
4) Bujang dewasa yang tinggal sendiri
5) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah, istri
tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau bekerja.
6) Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau anggota
yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah geografis.
b. Keluarga non tradisional
1. Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak menikah
(biasanya terdiri dari ibu dan anaknya).
2. Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak
3. Keluarga gay/ lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama hidup
bersama sebagai pasangan yang menikah
4. Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu pasangan
monogamy dengan anak-anak, secara bersama menggunakan fasilitas, sumber
dan mempunyai pengalaman yang sama.
2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
hipertensi esensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder. (Mansjoer, Arif
dkk, 2001)
a. Hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya disebut
juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 % kasus. Banyak faktor yang
mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktifitas susunan saraf simpatis,
sistem renin angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca
interseluler, dan faktor-faktor yang risiko seperti obesitas, alkohol, merokok.
b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal, penyebab spesifiknya diketahui seperti
penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal, hipertensi
aldosteronisme primer, dan sindrom chusing, feokromositoma, koarkfasio aorta,
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain.
3. Klasifikasi
Tekanan sistolik dan diastolik dapat bervariasi pada tingkat individu. Namun
disepakati bahwa hasil pengukuran tekanan darah yang lebih besar dari 140/90
mmHg adalah hipertensi (WHO, 1999 dan JNC, 2007). Tabel pengklasifikasian
hipertensi dapat dilihat dibawah ini :
Tabel 1 Klasifikasi Hipertensi menurut WHO
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99
Sub grup : perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
Sub grup : perbatasan 140-149 < 90
5. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air
oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor
ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer,
2002).
Pathway Hipertensi
Perubahan Struktur
Vasokontriksi
Gangguan Sirkulasi
Risiko terjadinya
komplikasi hipertensi
7. Bahaya Hipertensi
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, naik secara langsung maupun
secara tidak langsung. Kerusakan organ target yang umum ditemui pada pasien hipertensi
adalah:
a. Penyakit ginjal kronis
b. Jantung
- Hipertrofi ventrikel kiri
- Angina atau infark miokardium
- Gagal jantung
c. Otak
- Stroke
- Transient Ischemic Attack (TIA)
d. Penyakit arteri perifer
e. Retinopati
Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ
tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ,
atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor
ATI angiotensin II, stress oksidatif, down regulation dari ekspresi nitric oxide
synthase, dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam
dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ
target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi
transforming growth factor-β (TGF-β) (Yogiantoro, 2006).
8. Cara Pencegahan
Pencegahan Hipertensi dapat dilakukan sendiri dengan :
a. Hindari Obesitas
b. Hindari merokok
c. Usahakan pikiran selalu tenang dan santai
d. Berolahraga secara teratur
e. Sering memakan buah-buahandansayuran
f. Kurangi minuman yang mengandung kafein (Kopi)
g. Hindari minuman beralkohol
h. Kurangi makanan yang banyak mengandung garam (Asin)
i. Rutin Kontrol ke tenaga kesehatan terdekat jika memang mempunyai riwayat
hipertensi
9. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan dilakukan dua cara yaitu :
a. Pemeriksaan yang segera seperti :
1. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko
seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
2. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi /
fungsi ginjal.
3. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
4. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
5. Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi
6. Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)
7. Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi
8. Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab)
9. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada
DM.
10. Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
11. Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
12. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi
ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan,
dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi.
13. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan
terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
b. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang
pertama) :
1. IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter.
2. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
3. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
4. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT
scan.
5. (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis
pasien
4. Perencanaan
Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan keperawatan yang
ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan
dan keperawatan yang telah diidentifikasi (Nasrul Effendi,1998 : 54 )
Rencana tindakan dari masing –masing diagnosa keperawatan khusus diet pada klien
hipertensi adalah :
a. Ketidakmampuan mengenal masalah nutrisi sebagai salah satu
penyebab terjadinya hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang cara pengaturan diet yang benar.
1) Tujuan
Keluarga mampu mengenal cara pengaturan diet bagi anggota keluarga yang
menderita penyakit hipertensi.
2) Kriteria hasil
a) Keluarga mampu menyebutkan secara sederhana batas pengaturan diet
bagi anggota kelurga yng menderita hipertensi.
b) Keluarga dapat memahami danmampu mengambil tindakan sesuai anjuran.
3) Rencana tindakan
a) Beri penjelasan kepada keluarga cara pengaturan diet yang benar bagi
penderita hipertensi.
b) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga ,bagaiman caranya
menyediakan makan-makanan rendah garam bagi penderita hipertensi.
4) Rasional
a) Dengan diberikan penjelasan diharapkan keluarga menimbulkan peresepsi
yang negatip sehingga dapat dijadikan motivasi untuk mengenal masalah
khususnya nutrisi untuk klieh hiperetensi
b) Dengan diberikan penjelasan keluarga mampu menyajikan makanan yang
rendah garam.
b. Ketidakmampuan dalam mengambil keputusan untuk mengatur diet terhadap
anggota keluarga yang menderita hipertensi berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan keluarga tentang manfaat dari pengaturan diet
1) Tujuan
Keluarga dapat memahami tentang manfaat pengaturan diet untuk klien
hipertensi
2) Kriteria hasil
a) Keluarga mampu menjelaskan tentang manfaat pengaturan diet bagi klien
hiperetensi
b) Keluarga dapat menyediakan makanan khusus untuk klien hipertensi
3) Rencana tindakan
a. Beri penjelasan kepada keluarga tentang manfaat pengaturan diet untuk
klien hipertensi.
b. Beri penjelasan kepada keluarga jenis untuk klien hipertensi.
4) Rasionalisasi
a) Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga mampu melaksanakan cara
pengaturan diet untuk klien hipertensi
b) Keluarga diharapkan mengetahui jenis makanan untuk penderita
hipertensi.
c. Ketidakmampuan keluarga untuk menyediakan diet khusus bagi penderita
hipertensi berhubungan kurangnya pengetahuan tentang cara pengolahan makanan
dalam jumlah yang benar .
1) Tujuan
Keluarga mampu menyediakan diet khusus untuk penderita hipertensi.
2) Kriteria hasil
a) Kilen dan keluarga mampu menyediakan diet khusus untuk
penderita hipertensi.
b) Keluarga mampu menyajikan makanan dalam jumlah yang
tepat bagi klien hipertensi.
3) Rencana tindakan
a) Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga cara pengolahan
makanan untuki klien hipertensi.
b) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga jumlah makanan
yang dikonsumsi oleh klien hipertensi.
c) Beri contoh sederhana kepada klien dan keluarga untuk
memnbuat makanan dengan jumlah yang tepat.
4) Rasionalisasi.
a) Dengan diberikan penjelasan diharapkanklien dan keluarga dapat cara
pengolahan makanan untuk klien hipertensi.
b)Diharapkan klien dapat mengkonsumsi makanan sesuai yang dianjurkan.
c) Dengan diberikan contoh sederhana caara membuat makanan dalam
jumlah yang tepat kilen dan keluarga mampu menjalankan
/melaksanakaannya sendiri.
d. Ketidakmampuan menyediakan makanan rendah garam bagi penderita hipertensi
berhubungan dengan kurang pengetahuan dan kebiasaan sehari-hari yang
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam.
1) Tujuan
Seluruh anggota keluarga membiasakan diri setiap hari mengkonsumsi
makanan yang rendah garam.
2) Kriteria Hasil
a) Klien dan keluarga dapat menjelaskan manfaat makanan yang rendah
garam
b) Klien dan keluarga dapat menjelaskan jenis makanan yang banyak
mengandung garam.
c) Klien dan keluarga mau berubah kebiasaan dari mengkonsumsi makanan
yang banyak mengandung garam.
3) Rencana Tindakan
a) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga tentang pengaruh garan
terhadap klien hipertensi.
b) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga jenis makana yang banyak
mengandung garam.
c) Beri motivasi kepada klien dan keluarga bahwamereka mampu untuk
merubah kebiasaan yang kurang baik tersebut yang didasari padea niat dan
keinginan untuk merubah.
4) Rasional
a) Diharapkan klien dan keluarga memahami dan mengerti tentang pengaruh
garam terhadap klien hipertensi
b) Diharapkan klien dan keluarga dapat menghindari makanan yang banyak
mengandung garam.
c) Dengan diberi motivasi diharapkan klien dan kelarga mau merubah
sikapnya dari yang tidak sehat menjadi sehat
e. Ketidakmampuan menggunakan sumber pemanfaatan tanaman obat keluarga
berhubungan dengan kurang pengetahuan guna dari tanaman obat keluarga.
1) Tujuan
Diharapkan klien dan keluarga mampu memanfaatkan sumber tanaman obat
keluarga.
2) Kriteria hasil
Klien dan keluarga dapat menyebutkan tanaman obat yang dapat membantu
untuk pengobatan hipertensi
3) Rencana tindakan
a) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga manfaat Toga.
b) Beri penjelasan kepada klien keluarga macam dan jenis
tumbuhan /tanaman yang dapat membantu menurunkan tekanan darah
c) Anjurkan kepada kepada klien dan keluarga agar berusaha
memiliki tanaman obat keluarga .
4) Rasional
a) Agar klien dan keluarga dapat memahami manfaat Toga.
b) Klien dan keluarga dapat mengetahui jenis tanaman yang dapat
menurunkan tekanan darah.
c) Dengan memiliki Toga sendiri klien dapat mengkonsumsi tanaman obat
tersebut kapan saja diperlukan.
5) Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan keperawatan pada anggota keluarga yang
menderita hipertensi sesuai rencana yang telah disusun.
Pada peleksanaan asuhan keperawatan keluarga dapat dilaksanakan antara lain:
a) Deteksi dini kasus baru.
b) Kerja sama lintas program dan lontas sektoral
c) Melakukan rujukan
d) Bimbingan dan penyuluhan.
RENCANA KEPERAWATAN
DIANGOSA
NO TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
1 Resiko penurunan curah SLKI : SIKI :
Setelah dilakukan Perawatan jantung
jantung berhubungan
asuhan keperawatan 1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan
dengan perubahan selama .....x...... jam, curah jantung (meliputi dyspnea, kelelahan,
afterload, perubahan diharapkan masalah edema, ortopnea, paeoxysmal nocturnal
frekuensi jantung, defisit nutrisi dapat
dyspnea, peningkatan CVP )
teratasi dengan
perubahan irama jantung, 2. Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan
Kriteria hasil:
perubahan kontraktilitas, curah jantung (meliputi peningkatan berat
- curah jantung
perubahan prelod. a. Kekuatan nadi badan, hepatomegali, distensi vena jugularis,
perifer meningkat palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit
(5) pucat)
b. Tekanan darah
membaik (5) 3. Monitor tekanan darah
c. Palpitasi menurun 4. Monitor intake dan output cairan
(5) 5. Monitor berat badan setiap hari pada waktu
d. Lelah menurun (5)
yang sama
e. Dispnea menurun
(5) 6. Monitor saturasi oksigen
f. Bradikardi 7. Monitor keluhan nyeri dada
menurun
8. Monitor EKG 12 sadapan
g. Takikardia
menurun (5) 9. Monitor aritmia ( kelainan irama dan
h. Gambaran EKG frekuensi)
aritma menurun
(5) 10. Monitor nilai laboratorium jantung
i. Edema menurun 11. Monitoring alat pacu jantung
(5)
12. Periksa tekanan darah dan frekuensi
j. Distensi vena
jugularis menurun jantung sebelum dan sesudah aktifitas
(5) 13. Periksa tekanan darah dan frekuensi
k. Oliguria menurun jantung sebelum pemberian obat
(5)
l. Pucat/sianosis 14. Posisikan pasien semi-fowler atau
menurun (5) fowler dengan kaki kebawah atau posisi
m. Paroxysmal nyaman
nocturnal dyspnea
15. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk
menurun (5) modifikasi gaya hidup sehat
n. Ortopnea menurun 16. Anjurkan beraktivitas fisik secara
(5)
bertahap
o. Batuk menurun (5)
17. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika
perlu
2 Intoleransi SLKI : SIKI :
aktivitas berhubungan Setelah dilakukan Manajemen energi
dengan kelemahan,
asuhan keperawatan 1. Monitor kelelahan fisik dan emosional
ketidakseimbangan
antara suplai dan selama .....x...... jam, 2. Monitor pola dan jam tidur
kebutuhan oksigen 3. Lakukan latihan rentang gerak pasif dana tau
diharapkan masalah
aktif
defisit nutrisi dapat
4. Berikan aktivitas distraksi yang
teratasi dengan
menenangkan
Kriteria hasil:
5. Anjurkan melakukan aktivitas secara
a. Keluhan lelah
bertahap
menurun (5)
6. Kolaborasi pada ahli gizi tentang cara
b. Dyspnea saat
meningkatkan asupan makanan
beraktivitas
Terapi aktivitas
menurun (5)
1. Tentukan titik akupresur sesuai dengan hasil
c. Dyspnea setelah
yang ingin dicapai
beraktivitas
2. Lakukan penekanan pada titik akupoint ST
menurun (5)
36 ( zu san li) terletak di 3 cun di bawah
d. Tekanan darah
tulang lutut, sisi luar otot tibialis anterior
membaik (5)
untuk menyembuhkan hipertensi dan pusing
Tingkat keletihan
3. Lakukan penekanan pada titik akupoint LR 2
a. Kemampuan
(xing jian) terletak dibatas distal lekukan
melakukan
antara ibu jari dan jari kedua kaki untuk
aktivitas rutin
menyembuhkan nyeri kepala, hipertensi dan
meningkat (5)
insomnia.
4. Lakukan penekanan pada titik akupoint GB
20 (feng ci) terletak 1 cun dari batas rambut
belakang dalam untuk menyembuhkan nyeri
kepala, vertigo, hipertensi dan insomnia
5. Lakukan penekanan pada titik akupoint ST 9
(ren ying) dibelakang jakun depan arteri
karotis untuk menghilangkan nyeri pada
tenggorokan dan pusing
6. Lakukan penekanan pada titik akupoint LI 4
(he gu ) terletak di pertengahan sisi radial
tulang metacarpal II dan bagian atas manus
untuk menyembuhkan sakit kepala
7. Lakukan penekanan pada titik akupoint PC 6
(nei guan) terletak 2 cun di bawah
pergelangan tangan untuk menenangkan
jantung dan pikiran, meredakan nyeri
diharapakan kecemasan
(5).
b. Perilaku gelisah
menurun (5)
c. Pola tidur
membaik (5)
DAFTAR PUSTAKA
Achjar, H.A., Komang. 2010. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Sagung Seto.
Allender & Spradley. 2005. Community Health Nursing : Concept and Practice (5th ed).
Philadelhia: Lippincott.
Aulia Sani; Harmani Kalim. 2008. Diagnosis dan Tatalaksana Hipertensi. Jakarta : Medya
Crea.
Ekasari, F.M. 2008. Keperawatan Komunitas. Jakarta : Trans Info Medika.
Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori, dan Praktik Edisi Ke-5.
Jakarta : EGC.
Setiawati & Darmawan. 2008. Proses Pembelajaran Dalam Pendidikan Kesehatan. Jakarta :
Trans Info Medika.
Smeltzer, S. C., Bare, B.G., 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 2, Edisi 8.
Jakarta : EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Yogiantoro, M. 2006. Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV.
Jakarta : EGC.