OLEH
Pertama-tama marilah senantiasa kita memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah swt,
karena atas berkah limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kita masih masih diberikan
kekuatan, kesehatan, dan kesempatan untuk masih dapat bekerja demi dunia dan akhirat kita. Tak
lupa pula kita menyampaikan sholawat dan salam kepada Rasulullah Saw, beserta sahabat dan
keluarganya sekalian, yang sang Murobbi terbaik kita di dunia dan akhirat.
Dalam makalah ini, saya membahas mengenai Konsep Recovery dari Gangguan Jiwa.
Makalah ini bersumber dari berbagai referensi berupa buku, jurnal dan artikel.
Semoga makalah ini dapat memberikan pemahaman dan bermanfaat bagi pembaca
semua. Lebih dan kurangnya mohon dimaafkan.Terima kasih. Wassalamu alaikum
warohmatullahi wabarokaatuh.
Daftar Isi
Halaman Sampul…………………………............………………….……….............................
Kata Pengatar…………………………………………………...................................................
Daftar Isi…………………………………………………….………..……...……....................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………….........….………..............................
B. Rumusan Masalah………………………………………………….………...........................
C. Tujuan Penulisan……………………………………………….….………...........................
D. Manfaat Penulisan…………………………………………………..…….............................
B. Karakteristik Recovery………………………………………….……..…….........................
C. Model Recovery............................................................................................................
D. Support Environment..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA………………………………..………….……..………........................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi optimal. Kebutuhan
dan masalah klien dapat diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi, serta diselesaikan. Dengan
menggunakan proses keperawatan, perawat dapat terhindar dari tindakan keperawatan yang
bersifat rutin, intuisis, dan tidak unik bagi individu klien. Proses keperawatan mempunyai ciri
dinamis, siklik, saling bergantung, luwes, dan terbuka. Setiap tahap dapat diperbaharui jika
keadaan klien klien berubah.
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan menggunakan
diri sendiri secara terapeutik. Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah menggunakan diri
sendiri secara terapeutik dan interaksinya interpersonal dengan menyadari diri sendiri,
lingkungan, dan interaksinya dengan lingkungan. Kesadaran ini merupakan dasar untuk
perubahan. Klien bertambah sadar akan diri dan situasinya, sehingga lebih akurat
mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta memilih cara yang sehat untuk mengatasinya.
Perawat memberi stimulus yang konstruktif sehingga akhirnya klien belajar cara penanganan
masalah yang merupakan modal dasar dalam menghadapi berbagai masalah.
B. Rumusan Masalah
Agar penulisan makalah ini terarah dan lebih tertata, maka penulis perlu menuliskan sebuah
rumusan masalah. Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Konsep Recovery ?
2. Apa itu Karakteristik Recovery ?
3. Apa Model Recovery ?
4. Apa suporrtive environment ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk;
1. Untuk mengetahui Konsep Recovery
2. Untuk mengetahui Karakteristik Recovery
3. Untuk mengetahui Model Recovery
4. Untuk mengetahui Suportive environment
D. Manfaat Penulisan
1. Untuk memahami konsep recovery dari gangguan jiwa
2. Sebagai bahan referensi dalam proses pembelajaran
3. Sebagai bahan pertimbangan dalam penulisan asuhan keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Recovery
Recovery merupakan proses dimana seseorang mampu untuk hidup, bekerja, belajar dan
berpartisipasi secara penuh dalam komunitasnya. Recovery berimplikasi terhadap penurunan
atau pengurangan gejala secara keseluruhan (Ware et al, 2008 dalam Stuart 2013).
Kekuatan diri merupakan pondasi dari dukungan dan sistem recovery yang berpusat pada
diri sendiri dan motivasi diri. Aspek terpenting dari recovery didefinisikan oleh setiap individu
dengan pertolongan dari pemberi layanan kesehatan jiwa dan orang-orang yang sangat penting
dalam kehidupannya (Stuart, 2010).
Individu menerima dukungan pemulihan melalui aktivitas yang didefinisikan sebagai
rehabilitasi, yang merupakan proses menolong seseorang kembali kepada level fungsi tertinggi
yang dapat dicapai. Recovery gangguan jiwa merupakan gabungan pelayanan sosial,
edukasi,okupasi, perilaku dan kognitif yang bertujuan pada pemulihan jangka panjang
dan memaksimalkan kecukupan diri (Stuart, 2013).
Sejumlah praktik berbasis bukti mendukung dan meningkatkan pemulihan meliputi : tritmen
asertif komunitas komunitas, dukungan bekerja, manajemen dan pemulihan penyakit, tritmen
terintegrasi untuk mendampingi kejadian berulang gangguan jiwa dan penyalahgunaan zat,
psikoeduka keluarga, manajemen pengobatan. Dukungan pemulihan dalam asuhan keperawatan
jiwa meliputi bekerja dengan tim tritmen multidisiplin yang meliputi psikiater, psikolog, pekerja
sosial, konselor, terapis okupasi, pakar konsumen dan teman sejawat,manajer kasus, pengacara
keluarga, pakar pengambil kebijakan. Dukungan ini juga membutuhkan perawat untuk berfokus
pda tiga elemen yaitu : individu, keluarga dan komunitas (Stuart,2013).
Menurut National Consensus Statement on Mental Health Recovery – SAMHSA 2006, mental
health recovery adalah suatu perjalanan atau transformasi penyembuhan dari seorang yang
mengalami problem jiwa, menuju kekehidupan yang bermakna didalam komunitas sesuai
pilihannya dengan cara mengupayakannya untuk mencapai seluruh potensinya (SAMHSA,
2008). Kriteria obyektif rekoveri terutama “dapat hidup mandiri” menjadi hampir tidak mungkin
dicapai jika perumahan (housing) yang layak tidak tersedia. Housing tidak hanya menjadi
kebutuhan dasar dan fondasi dari stabilitas dalam pencapaian tujuan recovery akan tetapi juga
memungkinkan individu untuk berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat. (O’Hara, 2007;
Liberman, 2008).
B. Karakteristik Recovery
Selanjutnya muncul redefenisi tentang Recovery yang lebih humanistic yang memiliki 10
Karakteristik seperti yang dikemukakan oleh Bellack (2006) dengan ciri tertentu yaitu :
1. Self direction
2. Individualized and Person Centered
3. Empowerment
4. Holistic
5. Non linier
6. Strengths – based
7. Peer support
8. Respect
9. Responsibillty
10. Hope
C. Model Recovery
1. Psycoanalytical ( freud, erickson)
Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada seseorang apabila ego
(akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id ( kehendak nafsu atau insting). Ketidakmampuan
seseorang dalam menggunakan akalnya (ego) untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma,
agama (super ego/das uber ich), akab mendorong terjadinya peyimpangan perilaku ( deviation of
Behavioral).
Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya konflik intrapsikis
terutama pada masa kanak-kanak. Misalnya ketidakpuasan pada masa oral dimana anak tidak
mendapatkan air susu secara sempurna, tidak adaya stimulus untuk belajar berkata – kata,
dilarang dengan kekerasan untuk memasukkan benda pada mulutnya pada fase oral dan
sebagainya. Hal ini akan menyebabkan tramautic yang membekas pada masa dewasa.
Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi bebas dan analisa
mimpi, transferen untuk memperbaikki traumatic masa lalu. Misalnya Klien dibuat dalam
keadaan mengantuk yang sangat. Dalam keadaan tidak berdaya pengalaman bawah sadarnya
digali dengan pertanyaan – pertanyaan untuk menggali masa lalu. Hal ini lebih dikenal dengam
metode Hypnotic yang memerlukan keahlian dan latihan yang khusus.
6. Medica (Meyer,Kreaplin)
Menurut Konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat multifaktor yang kompleks
meliputi aspek fisik, genetik, lingkungan dan faktor sosial. Sehingga fokus penatalaksanaannya
lengkap melalui pemeriksaan diagnostik, terapi somatic, farmakologi dan teknik intrapersonal.
Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis dalam melakukan prosedur
diagnostikdan terapi jangka panjang. Therapist berperan dalam pemberian terapi, laporan
mengenai dampak terapi, menentukan diagnosa, dan menentukan jenis pendekatan terapi yang
akan digunakan.
D. SUPPORTIVE ENVIROMENT
I. Pendukung Pemulihan Jiwa
Proses pemulihan gangguan jiwa tidak bisa terjadi dalam ruang hampa. Adapun 4
dimensi yang mendukung pemulihan jiwa :
a. Kesehatan
Agar bisa pulih, penderita ganggaun jiwa harus sehat fisiknya, Mampu mengatasi
atau mengendalikan penyakit atau gejala penyakit yang di deritanya, dan mempunyai
cukup informasi sehingga bisa memilih segala sesuatu yang akan mendukung kesehatan
fisik dan jiwannya. Termasuk disini adalah terbebas dari kecanduan alkohol maupun obat
bius.
Penderita gangguan jiwa juga seperti oramng pada umumnya, mereka juga bisa terkena
penyakit fisik. Penyakit fisik penderita gangguan jiwa juga perlu dirawat dan
disembuhkan. Penderita gangguan jiwa yang mempunyai penyakit fisik berat lebih sulit
untuk bisa pulih dari sakit jiwanya.
b. Perumahan
Rumah atau tempat tinggal yang aman dan stabil sangat mendukung proses
pemulihan dari gangguan jiwa. Penderita gangguan jiwa tidak harus punya rumah
sendiritetapi adanya tempat tinggal yang aman dan stabil sangat penting bagi pemulihan
jiwa seseorang. Aman dan stabil disini berarti terbebas dari kekhawatiran dari diusir
sehingga mereka harus hidip menggelandang dijalanan. Mereka yang hidup
menggelandang dijalanan akan sangat sulit untuk bisa pulih kembali karena mereka tidak
mempunyai tempat tinggal yang aman dan stabil.
c. Tujuan
Penderita gangguan jiwa perlu mempunyai kegiatan harian yang bermakna yang
bisa berupa suatu pekerjaan, bersekolah, menjadi relawan atau melakukan pekerjaan
rumah tangga, kegiatan kreatif, mandiri, mempunyai penghasilan atau sumber daya
sehingga bisa berpartisipasdalam kehidupan sosial. Penderita gangguan jiwa yang tidak
mempunyai kegiatan yang berarti, hanya duduk melamun dengan sorotan mata yang
kosong, akan lebih sulit bisa pulih dan kembali hidup produktif di masyarakat. Tujuan
hidup atau keinginan untuk meraih sesuatu akan menjadi motor penggerak dari proses
pemulihan yang sering tidak mudah dan penuh tantangan.
d. Komunitas
Penderita gangguan jiwa perlu mempunyai jaringan kekerabatan atau pertemanan
yang mendukung dan bisa memberikan harapan, kehangatan serta persaudaraan. Mereka
yang hidupnya menyediri atau terisolasiakan lebih mudah untuk kembali kambuh
penyakitnya.
Komunitas tersebut bisa diciptakan dengan mengikuti beberapa kegiatan sosial di
masyarakat, seperti : kegiatan pengajian, olah raga, arisan, atau kegiatan yang terkait
dengan hobi.
4. Pendekatan menyeluruh
Upaya untuk membantu pemulihan gangguan jiwa perlu dilakukan dengan upaya yang
menyeluruh, yang meliputi : Pemberian pelayanan medis (pengobatan); dukungan
psikososial oleh tenaga profesional ( dokter atau psikolog), keluarga, teman, relawan jiwa
dan masyarakat; menciptakan sesuana yang mendukung pemulihan; dan penerimaan
masyarakat untuk mereka terlibat kembali dalam kegiatan sosial ekonomi di masyarakat.
Pemulihan sulit terjadi bila hanya dengan membawa penderita berobat atau konsultasi
psikologi sebulan sekali. Diantara waktu konsultasi, selama tinggal dirumah, penderita
hanya dibiarkan saja melamun tanpa kegiatan yang bermakna.
5. Dukungan spiritual
Membantu pemulihan gangguan jiwa bukan pekerjaan mudah yang bisa
diselesaikan dalam waktu 1-2 bulan saja. Pemulihan gangguan jiwa merupakan proses
panjang yang memerlukan kesabaran dan ketekunan. Agar proses pemulihan bisa
berjalan lancar , perlu adanya pertolongan dari Allah. Untuk itu, keluarga dan teman
perlu banyak berdoa, berdzikir, sholat sunat (utamannya sholat tahadjud) dan sedekah.
Kegiatan – kegiatan tersebut akan mendekatkan keluarga kepada allah dan
mempermudah terkabulnya doa.
Proses terjadinya gangguan jiwa berlangsung secara pelan – pelan dan bertahap.
Prosesnya bisa berlangsung berminggu – minggu hingga bertahun – tahun. Sering gejala
awal dimulai ketika berumur 15 tahunan dan memasuki fase akut ketika penderita
berumur 20 tahun. Oleh karena itu, pemulihan gangguan jiwa juga merupakan suatu
proses yang perlu dilakuakan selangkah demi selangkah dan diterapkan dalam kehidupan
sehari- hari.
Kegiatan – kegiatan pemulihan tersebut di kelompokkan kedalam kegiatan yang
akan mempertahankan kondisi kejiwaannya, kegiatan untukmengurangi gejala, kegiatan
untuk mencegah kambuh, kegiatan untuk meningkatkan daya tahan dan pengembangan
potensi dirinya. Dengan demikian kegiatan pemulihan gangguan jiwa di kelompokkan
kedalam :
a. Kegiatan untuk mempertahankan kondisi kejiwaan
Kegiatan yang membuat penderita merasa nyaman dan mengurangi gelisah, apabila
diterapkan dalm kondisi sehari –hsri lama kelamaan akan membuat mereka membaik
kondisi kesehatan jiwanya.
b. Kegiatan untuk menghilangkan dan mengurangi gejala
Kegiatan untuk menghilangkan dan mengurangi gejala tergantung dari gejala yang
dupunyainya, tingkat berat ringan gejalanya, jenis kegiatan yang disenanginya.
Kebanyakan penderita gangguan jiwa mengenal beberapa kegiatan tertentu yang bisa
mengurangi gejalanya. Misalnya : seseorang dengan gejala halusinasi suara bisa
berkurang gejalanya dengan mengajak seseorang mengobrol dengannya,
mendengarkan musik atau bermain gitar.
c. Kegiatan untuk mencegah kambuh
Kambuhnya penderita gangguan jiwa tidak muncul secara tiba – tiba. Kebanyakan
kambu tersebut dipicu oleh suatu kejadian yang tidak mengenakan di hati atau
perasaanya. Para penderita gangguan jiwa bipolar, maniak atauatu depresi sering
terjadi 6 bulan atau setahu sekali. Pemicu timbulnya gangguan jiwa juga bisa muncul
saat bersama orang lain , nuansa yang kacau, banyak tamu. Setiap penderita gangguan
jiwa dibantu keluarga atau teman untuk mengenali hal- hal yang menjadi faktor
pemicu. Ada 3 strategi dalam menghadapi faktor pemicu :
1. Mencegah terjadinya faktor pemicu
Beberapa pemicu bisa dihindari atau dicegah. Misalnya bila pemicunya adalah
strees karena pekerjaan kantor yang menumpuk, maka bisa dicegah dengan
mencicil pekerjaan yang dikerjakan jauh-jauh hari sebelumnya
2. Menghindari faktor pemicu
Beberapa pemicu kekambuhan juga bisa dihindari. Seperti minum minuman
keras, obat-mobat terlarang, berada di tempat keramaian dan merasa gelisah
penderita bisa menyendiri dulu.
3. Memperkuat ketahanan diri
Penderita gangguan jiwa yang mulai merasa gelisah bisa melakukan kegiatan
untuk menjadikannya lebih santai dan berkurang kegelisahannya. Misalnya
bernafas pelan, dalam dan lebih panjang, melakukan relasasi otot, melakuakan
hal-hal yang membuatnnya jauh lebih tenang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep Recovery
Recovery merupakan proses dimana seseorang mampu untuk hidup, bekerja,
belajar dan berpartisipasi secara penuh dalam komunitasnya. Recovery berimplikasi
terhadap penurunan atau pengurangan gejala secara keseluruhan (Ware et al, 2008 dalam
Stuart 2013).
Kekuatan diri merupakan pondasi dari dukungan dan sistem recovery yang
berpusat pada diri sendiri dan motivasi diri. Aspek terpenting dari recovery didefinisikan
oleh setiap individu dengan pertolongan dari pemberi layanan kesehatan jiwa dan orang-
orang yang sangat penting dalam kehidupannya (Stuart, 2010).
Karakteristik Recovery
Selanjutnya muncul redefenisi tentang Recovery yang lebih humanistic yang
memiliki 10 Karakteristik seperti yang dikemukakan oleh Bellack (2006) dengan ciri
tertentu yaitu :
1. Self direction
2. Individualized and Person Centered
3. Empowerment
4. Holistic
5. Non linier
6. Strengths – based
7. Peer support
8. Respect
9. Responsibillty
10. Hope
Model Recovery
Model recovery dalam keperawatan jiwa terdiri dari 6 model, yaitu :
- Psycoanalytical ( freud, erickson)
- Interpersonal ( Sullivaan, peplau)
- Social ( Caplan, Szasz)
- Existensial ( Ellies, Rogers)
- Supportive Therapy (Wermon, Rockland)
- Medica (Meyer,Kreaplin)
Supportive Enviroment
Lingkungan yang mendukung yang dapat membantu penyembuhan dan atau pemulihan
penderita gangguan jiwa. Proses pemulihan pada penderita gangguan jiwa tidak bisa
dilakukan dalam ruang hampa. Ada 4 dimensi yang mendukung proses pemulihan pada
penderita gangguan jiwa, yaitu
- Kesehatan
- Perumahan
- Tujuan
- Komunitas
DAFTAR PUSTAKA
O’brien,p.g, kennedy,w.z. & ballard k.a (2008). Keperawatan jiwa psikiatrik. Alih bahasa
subekti,n.b. Dkk. Jakarta : ege 12
William a. Anthony. “ recovery from mental illness: the guiding vision of the mental health
services system in the 1990s. “Psychososial rehabilitation journal 16, no. 4 (1993): 11-23.
Http://www.bu.edu/cpr/respiratory/articles/pdf/anthony1993.pdf
http://www.acdemia.edu/34603366/
LITERATUR_REVIEW_RECOVERY_PADA_PASIEN_GANGGUANJIWA