Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami kirimkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa , karena
atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat membuat dan menyelesaikan makalah
kami yang berjudul “Terapi Okupasi dan Rehabilitasi”. Pada makalah ini kami
tampilkan hasil diskusi kami, kami juga mengambil beberapa kesimpulan dari hasil
bagi para pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses
sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR…………………………………………………….…....…. ii
BAB I : PENDAHULUAN…………………………………………………………. 1
1.3 Tujuan……………………………………………………………………. 2
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………... 27
3.2 Saran…………………………………………………………………… 27
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………… 29
iii
BAB I
PENDAHULUAN
dibutuhkan dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan. Hal yang perlu
ditekankan dalam terapi okupasi adalah bahwa pekerjaan atau kegiatan yang
dilaksanakan oleh klien bukan sekedar memberi kesibukan pada klien saja, akan
tetapi kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan dapat menyalurkan bakat dan emosi
fungsi motorik, sensorik, kognitif juga fungsi sosial yang menyebabkan individu
luang. Tujuan dari pelatihan terapi okupasi adalah untuk mengembalikan fungsi
1
atau di rumah. Rehabilitasi mencakup semua terapi psikiatri non-akut dan
terutama untuk mencegah terjadinya penyakit yang menahun. Unit psikiatri social
MRC memperlihatkan bahwa dalam rumah sakit, dimana ada kemiskinan sosial
(misalnya keadaan sekeliling yang menjemukan, staf tidak aktif, hanya memiliki
masalah,sebagai berikut :
1.3 Tujuan
2
sehingga dapat lebih dimaknai dan akan diimplementasikan pada kehidupan
3
BAB II
KAJIAN TEORI
dibutuhkan dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan. Hal yang perlu
ditekankan dalam terapi okupasi adalah bahwa pekerjaan atau kegiatan yang
dilaksanakan oleh klien bukan sekedar memberi kesibukan pada klien saja, akan
tetapi kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan dapat menyalurkan bakat dan
berarti suatu pekerjaan, therapy berarti pengobatan. Jadi, Terapi Okupasi adalah
serta mencegah kecacatan melalui kegiatan dan kesibukan kerja untuk penderita
4
tersebut mengalami hambatan dalam melakukan aktivitas perawatan diri,
aktivitas produktivitas, dan dalam aktivitas untuk mengisi waktu luang. Tujuan
dari pelatihan terapi okupasi itu sendiri adalah untuk mengembalikan fungsi
sebenarnya adalah istilah yang bemakna sama. Keduanya berarti terapi kerja
Terapi vokasional berkaitan dengan jenis pekerjaan tertentu atau kejuruan vang
membekali klien dengan suatu keterampilan tertentu atau pekerjaan yang nantinya
dapat digunakan untuk bekal hidup di masyarakat. Terapi kerja pertama kali
digunakan untuk suatu kegiatan rehabilitasi pada tahun 1920 oleh Simon. Saat ini
rumah sakit modern telah mempunyai suatu unit tersendiri dengan peralatan dan
a. Terapis
Orang yang membimbing dan melatih klien melakukan terapi kerja adalah
orang yang ahli di bidangnya dan telah mendapatkan pelatiihan dan sertifikat yang
5
disebut sebagai terapis. Mereka selalu siap membimbing klien mengembangkan
minatnya dalam suatu kegiatan yang wajar yang ada di unit tersebut. Terapis
bahwa klien adalah seorang individu yang me- miliki kebutuhan emosional.
hobi atau sebagai dasar dalam mengembangkan hobi. Hal ini dapat meningkatkan
rasa harga diri atau percaya diri, yang akhirnya akan mem- bantu klien merasa
bahwa dia sanggup hidup dan menghadapi segala tantangan yang atau mulai
b. Peran Perawat
kerja. Perawat harus mengerti tentang kesempatan yang tersedia dan pentingnya
usahanya sendiri.
punyai hobi atau minat tertentu yang dapat digunakan untuk tujuan dengan
bantuan seorang terapis. Perawat pula yang dapat membantu klien memelihara
minat lamanya, jika diketahui klien mulai kehilangan gairahnya. Perawat dan
terapis sering merupakan orang yang dapat memberi dorongan dan semangat bagi
6
itu sangat penting bagi perawat dan terapis untuk saling tukar-menukar informasi
Perawat akan lebih berperan lagi dalam terapi kerja ini, terutama bagi
klien yang dengan alasan tertentu belum boleh menirnggalkan bangsal. Bagi klien
dilakukan di mana saja termasuk di bangsal. Sebagai contoh, melukis atau hal
orang lain Termasuk di dalamnya melibatkan klien pada suatu pekerjaan yang ada
c. Psikoterapi Individu
terapis bekerja sama dan bertemu untuk tujuan memperbaiki masalah atau
kerja, sekolah atau dalam kehidupan sehari-hari, klien merupakan orientasi dari
psikoterapi individu.
2. Anger management
7
4. Masalah komunikasi
dalam proses penyesuaikan diri dengan lingkungan. Selain itu, juga untuk
pemilihan terapis disesuaikan dengan tujuan terapis itu sendiri. Jadi, bukan
hanya sekedar kegiatan untuk membuat seseorang sibuk. Tujuan utama terapi
8
menggantungkan diri pada pertolongan orang lain. Rehabilitasi adalah suatu
usaha yang terkoordinasi yang terdiri atas usaha medis, sosial, edukasional, dan
fungsional pada taraf setinggi mungkin. Sementara itu, rehabilitasi medis adalah
invaliditas atau mencegah memburuknya invaliditas yang ada (Nasir & Muhith,
Fungsi dan tujuan terapi okupasi terapi okupasi adalah terapan medis
yang terarah bagi pasien fisik maupun mental dengan menggunakan aktivitas
terapi. Pasien yang dikirimkan oleh dokter, untuk mendapatkan terapi okupasi
dan produktif
keadaannya
9
penetapan terapi lainnya
dengan maupun tanpa alat bantu, mandi yang bersih, dan lain-lain
potensi dan lainnya dari pasien dalam mengarahkannya pada pekerjaan yang
keluarga.
Program terapi okupasi adalah bagian dari pelayanan medis untuk tujuan
rehabilitasi total seorang pasien melalui kerjasama dengan petugas lain di rumah
10
sakit. Dalam pelaksanaan terapi okupasi kelihatannya akan banyak overlapping
Menurut Nasir & Muhith, 2011, hlm. 263. Aktivitas dalam terapi okupasi
aktivitas dan menilai hasil pekerjaan dapat ditentukan arah terapi dan rehabilitasi
selanjutnya dari pasien tersebut. Penting untuk diingat bahwa aktivitas dalam
terapi okupasi tidak untuk menyembuhkan, tetapi hanya sebagai media. Diskusi
yang terarah setelah penyelesaian suatu aktivitas adalah sangat penting karena
dalam kesempatan tersebut terapis dapat mengarahkan pasien dan pasien dapat
terapi maupun oleh pasien itu sendiri melalui aktivitas yang dilakukan oleh
pasien. Alat- alat atau bahan-bahan yang digunakan dalam melakukan suatu
11
tersedia, dan juga oleh kemampuan si terapis sendiri (pengetahuan,
b. Olahraga.
c. Permainan.
d. Menjahit.
e. Kerajinan Tangan.
h. Pekerjaan pre-vokasional
k. Diskusi dengan topik tertentu (berita surat kabar, majalah, televisi, radio atau
keadaan lingkungan).
aktivitas yang dapat menyibukkan seseorang secara produktif yaitu sebagai suatu
emosional maupun fisik. Oleh karena itu setiap aktivitas yang digunakan dalam
a. Setiap gerakan harus mempunyai alasan dan tujuan terapi yang jelas. Jadi
b. Mempunyai arti tertentu bagi pasien, artinya dikenal oleh atau ada
12
hubungannya dengan pasien
f. Harus dapat memberi dorongan agar si pasien mau berlatih lebih giat
Faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih aktivitas adalah sebagai berikut.
13
j. Berapa lama dapat diselesaikan
dianalisa terlebih dahulu. Hal-hal yang perlu dianalisis adalah sebagai berikut.
a. Jenis aktivitas
terapi).
- Karakteristik bahan :
1. Taktil
2. Pendengaran
3. Pembauan
4. Penglihatan
5. Perabaan
6. Gerakan sendi
14
- Warna
- Banyaknya
d. Bagian-bagian aktivitas
1. Banyaknya bagian
e. Persiapan pelaksanaan:
1. Konsentrasi
2. Ketangkasan
15
antara mereka.
j. Apakah ada kontraindikasi untuk pasien tertentu. Dalam hal ini harus
Menurut Nasir & Muhith, 2011, hlm. 266 ada beberapa indikasi pada terapi
okupasi yaitu:
psikososialnya.
16
yang mengalami kemunduran.
dari terapi kerja yang akan diberikan. Ada dua kontraindikasi yang perlu
diperhatikan berkaitan dengan tujuan dari terapi, yaitu kondisi fisik dan kondisi
1) Inflamasi
Menurut Nasir & Muhith, 2011, hlm. 266 Dokter yang mengirimkan
pasien untuk terapi okupasi akan menyertakan juga data mengenai pasien berupa
diagnosis, masalahnya, dan juga akan menyatakan apa yang perlu diperbuat
dengan pasien tersebut. Apakah untuk mendapatkan data yang lebih banyak
untuk keperluan diagnosis, terapi, atau rehabilitasi. Setelah pasien berada di unit
17
1. Koleksi Data.
Data biasa didapatkan dari kartu rujukan atau status pasien yang
disertakan ketika pertama kali pasien mengunjungi unit terapi okupasional. Jika
terapi bagi pasien. Proses ini dapat berlangsung beberapa hari sesuai dengan
kebutuhan.
tentang masalah dan atau kesulitan pasien. Hal ini dapat berupa masalah di
3. Penentuan tujuan.
Dari masalah dan latar belakang pasien, maka dapat disusun daftar
tujuan terapi sesuai dengan prioritas, baik jangka pendek maupun jangka
panjangnya.
4. Penentuan aktivitas.
mencapai tujuan terapi tersebut. Dalam proses ini pasien dapat diikutsertakan
merasa ikut bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaannya. Dalam hal ini
tetapi hanya sebagai media untuk dapat mengerti masalahnya dan mencoba
alasan mengapa dia harus mengerjakan aktivitas tersebut sehingga dia sadar dan
18
diharapkan akan mengerjakannya dengan aktif.
5. Evaluasi.
tujuan terapis. Hal ini perlu agar dapat menyesuaikan program terapi selanjutnya
sesuai dengan perkembangan pasien yang ada. Hasil evaluasi yang didapatkan
aktivitas yang akan dilakukan setelah beberapa waktu melihat bahwa tidak ada
c. Kesadaran adanya orang lain yang bekerja bersama dia dan yang
d. Kerja sama.
19
n. Orientasi tempat, waktu, situasi, dan orang lain.
q. Kerapian bekerja
2.1.8 Pelaksanaan
Menurut Nasir & Muhith, 2011, hlm. 268 ada beberapa pelaksaan dalam terapi
meliputi:
lain.
2. Pasien yang belum dapat atau mampu untuk berinteraksi dengan cukup
tersebut.
3. Pasien yang sedang menjalani latihan kerja dengan tujuan agar terapis
b. Metode kelompok dilakukan untuk pasien lama atas dasar seleksi dengan
20
masalah atau hampir bersamaan, atau dalam melakukan suatu aktivitas untuk
tersebut sehingga dia atau mereka lebih mengerti dan berusaha untuk ikut
2. Waktu. Okupasi terapi dilakukan antar 1-2 jam setiap sesi baik yang
individu maupun kelompok setiap hari, dua kali atau tiga kali seminggu
sebagainya. Sesi ini dibagi menjadi dua bagian yaitu ½-1 jam untuk
21
2.2 Terapi Rehabilitasi
2.2.1 Definisi
terutama untuk mencegah terjadinya penyakit yang menahun. Unit psikiatri social
MRC memperlihatkan bahwa dalam rumah sakit, dimana ada kemiskinan sosial
(misalnya keadaan sekeliling yang menjemukan, staf tidak aktif, hanya memiliki
klinik sangat buruk. Lebih lama mereka dalam keadaan seperti itu di rumah sakit
maka akan semakin parah gejalanya. Teori yang berperan dalam rehabilitasi salah
melepaskan diri dari kecanduan dan mengubah perilaku menjadi lebih baik adalah
sebagai berikut :
Model ini sangat umum dikenal oleh masyarakat serta biasanya dilakukan
individu. Model terapi seperti ini sangat tepat diterapkan pada lingkungan
tempat asalnya, karena model ini berjalan bersamaan dengan konsep baik dan
22
buruk yang diajarkan oleh agama. Model terapi ini men jadi landasan utama
Model ini memakai konsep dari program terapi komunitas, dimana adiksi
dari model terapi ini adalah mengarahkan perilaku menyimpang tersebut kearah
bersama-sama. Inilah yang menjadi keunikan dari model terapi ini, yaitu
menyebutkan bahwa perilaku adiksi obat adalah buah dari emosi yang tidak
bersangkutan, dimana jika emosinya dapat dikendalikan maka mereka tidak akan
mempunyai masalah lagi dengan obat-obatan. Jenis model terapi ini biasanya
Model ini menyatakan bahwa perilaku adiksi obat adalah hasil sosialisasi
seumur hidup dalam lingkungan social atau kebudayaan tertentu. Dalam hal ini
23
penyalahgunaan narkoba oleh anggota keluarga tertentu adalah hasil akumulasi
dari semua permasalahan yang terjadi dalam keluarga yang bersangkutan sehingga
model ini banyak menekankan pada proses terapi untuk kalangan anggota
kepada besarnya motivasi belajar,pola hidup sebelum dan sesudah sakit dan
Tim yang menangani rehabilitasi yaitu tim kesehatan mental yang terdiri dari
24
2.2.6 Fungsi Perawat Dalam Terapi Rehabilitas
1. Tahap persiapan
kegiatan terapi okupasional, seleksi, evaluasi, dan latihan kerja dalam berbagai
jenis pekerjaan
2. Tahap penyaluran/penempatan
keluarga,tempat kerja atau masyarakat dan instansi lain yang berfungsi sebagai
3. Tahap pengawasan
tempat kerja (job visit) dan menyelenggarakan perawatan lanjut (after care), untuk
pemecahannya.
25
Sejak tahun 1978 di Indonesia program rehabilitasi dilakukan berdasarkan
pasien mental.
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
fungsi motorik, sensorik, kognitif juga fungsi sosial yang menyebabkan individu
mungkin, dari kondisi abnormal ke normal yang dikerahkan pada kecacatan fisik
proses jangka panjang dimana memerlukan program dan sarana yang mencukupi.
belajar.
3.2 Saran
b. Dapatkan tim yang jelas tentang tujuan dan tindakan terapi dari tim medis.
27
2. Bagi perawat atau tim medis lainnya
b. Berikan informasi yang jelas kepada keluarga maupun klien tentang tujuan
pencegahan.
28
DAFTAR PUSTAKA
Direja, Ade H.S. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika
Jakarta : EGC
29