Oleh :
Eka Megawati
b. Darah
1) Sel-sel darah :
a. Eritrosiit
2) Plasma
Plasma merupkan bagian caair dari darah. Plasma
membntuk sektar 5% dari berat badan tubuh.
Plasma adalah sebagai media sirkulasi elmen-
elemen darah yang berbntuk (sel-sel darah merah,
sel-sel darah putih, trombosit). Plasma juga
berfungsi sebagai media transportasi bahan-bahan
organk dan anorganik dari satuu organ atau
jaringan ke organ atau jaringan lain.
Komposisi dari plasma :
• Air : 91-92%
• Protein plasma :
o Albumin (bagian besar pembentuk plasma
protein, dibentuk di hepar).
o Globulin (terbentuk di dalam hepar,
limfosit dan sel-sel retikuloendotelial).
Immunoglobulin merupakan bentuk
globulin.
o Fibrinogen
o Protrombin.
• Unsur-unsur pokok anorganik : Na, K, Cl,
Magnesium, zat besi, Iodin
disebabkan oleh :
1) Virus Dengue.
empat tipe yaitu virs dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus
jaringan baik
yang bersal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK (Babby
Albopictuus.
2) Vektor.
sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka
biasanya menunjukan prognosis yg buruk.
5. Klasifikasi
1) Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi
perdarahan(ujitourniquiet positif).
2) Derajat II
Seperti derajat I disertai perdaarahan spontan di kulit dan
perdarhan lain.
3) Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dgn adanya nadi cepat dn
lmah, tekanan darah meurun (kurang dari 20 mmHg) atau hipotnsi
disrtai kulit yang dingin dan lembab, gelisah
4) Derajat IV
Rnjatan berat dengan nadi tak terba dan tekanan darah yang tidak
dapat diukur
6. Patofisiologi dan WOC
1) Patofisiologi
Menurut Huda dan Kusuma 2015Virus dengue maasuk ke dalaam
tubuh manuusia akan menyebabkn klien mengalami viremia.
Beberpa tanda dan gejala yang muncul seeperti demam, sakit
kepla, mual nyeri otot, pegal seluruh tubuh, timbulny ruam dan
kelainan yang mungkin terjadi pada sistem vskuler. Pada
penderita DBD, terdapat kerusakan yng umum pada sistem
vaskuler yang mengakibatkan terjadinya penngkatan permeabilitas
dinding pembuluh darah. Plsma dapat menembus dinding
vaskuler selama pross perjalanan penyakit, dari mulai demam
hingga klieen mengalami renjatan berat. Volume plasma dapat
meniurun hingga 30%. Hal ini lah yang dapat mengakibatkan
seseorang mengalami kegagalan sirkulasi. Adanya kebcoran
plasma ini jika tidak segera di tangani dapat menyebabkn
hipokisia jaringan, asidosis metabolik yang pada akhirny dapat
berakibat fatal yaitu kematian. Virmia jga menimbulkan agresi
trombosit dalam darah sehingga menyebabkan trombositopeni
yang berpengaruh pada proses pembekuan 15 darah. Pubahan
fungsioner pembuluh darah akibat kebocoran plasma yng berakhir
pada perdarahan, baik pada jaringan kulit maupun saluran cerna
biasanya menimbulkn tanda seprti munculnya prpura, ptekie,
hematemesis, atapun melena
2) Pathway DHF
7. Pemeriksaan Penunjang
1) Darah
a. Trombosit menurun
b. Hb Meningkat lebih 20 %
c. Ht Meningkat Lebih 20 %
d. Leukosit menurun pada hari ke – 2 dan ke – 3
e. Protein darah rendah
f. Ureum PH bias meningkat
g. Na dan Cl rendah
2) Rontgen thorax
3) Uji tourniket ( Positif )
2) Medis
Pada dasarnya pengobatan pada DB bersifat simtomatis dan
suportif
a. DHF tanpa renjatan
Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan
pasien dehidrasi dan harus. Pada pasien ini perlu diberi banyak
minum, yaitu 1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan
teh manis, sirup, susu, dan bila mau lebih baik oralit. Cara
memberikan minum sedikit demi sedikit dan orang tua yang
menunggu dilibatkan dalam kegiatan ini. Jika anak tidak mau
minum sesuai yang dianjurkan tidak dibenarkan pemasangan
sonde karena merangsang resiko terjadi perdarahan. Keadaan
hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik dan kompres
dingin. Jika terjadi kejang diberi luminal atau anti konvulsan
lainnya. Luminal diberikan dengan dosis : anak umur kurang 1
tahun 50 mg IM, anak lebih 1 tahun 75 mg. Jika 15 menit
kejang belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3
mg/kg BB. Anak di atas 1 tahun diberi 50 mg, dan dibawah 1
tahun 30 mg, dengan memperhatikan adanya depresi fungsi
vital. Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila :
Pasien terus-menerus muntah, tidak dapat diberikan minum
sehingga mengancam terjadinya dehidrasi.
Hematokrit yang cenderung meningkat.
Hemtokrit mencerminkan kebocoran plasma dan biasanya
mendahului munculnya secara klinik perubahan fungsi vital
(hipotensi, penurunan tekanan nadi), sedangkan turunnya nilai
trombosit biasanya mendahului naiknya hematokrit. Oleh
karena itu, pada pasien yang diduga menderita DHF harus
diperiksa hemoglobin, hematokrit dan trombosit setiap hari
mlai hari ke-3 sakit sampai demam telah turun 1 sampai 2
hari. Nilai hematokrit itulah yang menentukan apabila pasien
perlu dipasang infus atau tidak.
b. DHF disertai renjatan (DSS)
f. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya
9) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan
perkusi dari ujung rambut sampai jung kaki. Pemeriksaan fisik
secara umum:
i. Grade I : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah,
tanda-tanda vital dan nadi lemah.
Grade II : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah,
ada perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga,
serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.
Grade III : Kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah,
nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
Grade IV : Kesadaran koma, tanda-tanda vital nadi tidak
teraba, tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur,
ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit.
ii. Tanda-tanda vital (TTV) Tekanan nadi lemah dan kecil
(gradeIII), nadi tidak teraba (grade IV), tekanan darah
menurun ( sistolik menurun sampai 80mmHg atau kurang),
suhu tinggi (diatas 37,5oC)
iii. Kepala : kepala bersih, ada pembengkakan atau tidak, Kepala
terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam.
Adriana, D. 2013. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta :
Salemba Medika
Aini. Kasiati. Rahayu. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Balita Yang dirawat Inap Di
Rumah Sakit. Jurnal Pendidikan Kesehatan, Volume , No 2, oktober 2015.
Ambarwati, Fitri Respati dan Nita Nasution. 2012. Buku Pintar Asuhan
Keperawatan Bayi dan Balita. Yogyakarta : Cakrawala Ilmu
Charnidah. A.N. 2012. Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan Dan Perkembangan
Anak. Yogyakarta. https://journal.uny.ac.id
Fadhillah Harif, 2018. SDKI ( Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia ). Jakarta
Hidayat.A.A.A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba
Medika.
Kemenkes RI. 2011. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta:
Mauliana Y, dkk 2018. Makalah Family Center Care. Mataram.
https//id.scribe.com
Supartini, 2000. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, EGC, Jakarta
World Health Organization (WHO), 2012. Angka Kematian Bayi DAFTAR
PUSTAKA
Adriana, D. 2013. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta :
Salemba Medika
Aini. Kasiati. Rahayu. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Balita Yang dirawat Inap Di
Rumah Sakit. Jurnal Pendidikan Kesehatan, Volume , No 2, oktober 2015.
Ambarwati, Fitri Respati dan Nita Nasution. 2012. Buku Pintar Asuhan
Keperawatan Bayi dan Balita. Yogyakarta : Cakrawala Ilmu
Charnidah. A.N. 2012. Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan Dan Perkembangan
Anak. Yogyakarta. https://journal.uny.ac.id
Fadhillah Harif, 2018. SDKI ( Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia ). Jakarta
Hidayat.A.A.A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba
Medika.
Kemenkes RI. 2011. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta:
Mauliana Y, dkk 2018. Makalah Family Center Care. Mataram.
https//id.scribe.com