Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN DENGUE HEMORAGIC FEVER

Oleh :
Eka Megawati

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
2021/2022
A. Konsep Dasar DHF
1. Pengertian
Demam Dengue Fever ( DHF ) atauu DBD adalah pnyakit infeksi yng
dsebabkan olehvirus dngue mnifestasi klinisdemam, nyeriotot tau
nyerisendi yng dsertai leukpenia, ruam,limfadenopati, trombosit opnia
dandiathesis hmoragic. Pda DBD trjadi prembesan lasma yng dtandai
dngan hmokonsentrasi (pningkatan hematocrit) tau pnumpukan cairann
dirongga tbuh. Sindrom renjatan dengue (dengue syoksyndrome) dalah
dmam brdarah yng dtandai leh rnjatan/syokk (Sudowo et al, 2009).
DBD dalah suatuu pnyakit yng dsebabkan leh virusdengue (arbovirus)
yng msuk kdalam tbuh mlalui ggitan nyamukaedes aegepty (suriadi &
rita yuliani, 2010). Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalahpenyakit
dmam kut yng dtandai dngan empatgejala klnis utamayaitu dmam
tinggi, prdarahan, hpatomegali, dantanda keggalan srkulasi smpai tmbul
rjatan (sndrom rejatan dngue) sbagai kibat dri kbocoran plsma yng
dpat mnyebabkan kematian(Padila, 2013).
2. Anatomi Fisiologi
a. Pembuluh Darah

Gambar Anatomi Pembuluh Darah (Pearce 2006)

Pembuluh darah ada 3 yaitu :


1) Arteri

merupakan pmbuluh drah yng kluar dri jntung yng


mmbawa drah kseluruh bagian dan alattubuh.
Pmbuluh drah arteri yng pling besar yang keluar
dari ventrikel sinistra disebut aorta. Arteri ini
mempunyai dindingyang kuat dan tebal ttapi
sifatnyaelastic dan terdiri dari 3lapisan. Asuhan
Keperawatanpda arteri yng palingg bsar didalam
tbuh yaituu orta dan arteripulmonalis, gris
tengahnya kira- kira 1-3cm. Arteri inimempunyai
cabang-cabang keseluruhan tubuh yang disebut
arteriolayang akhirnya akan mnjadi pmbuluh
darah rambut(kapiler). Arteri mndapat darah dari
darah yng mngalir ddalamnya tetapi hanya untuk
tunika intima. Sedangkan umtuk lapisan lainnya
mendapat darah dari pembuluh darah yng dsebut
vasavasorum.
2) Vena

Vna (pmbuluh darah balik) mrupakan pmbuluh


d4arah yng mmbawa darah dri bgian/alat-alat tbuh
masuk kedalam jntung. Tentang bentuk ssunan dan
juga prnafasan pmbuluh drah yng mnguasai vena
sama dngan padaarteri. Katup- katup pada vena
kbanyakan terdiri dari duakelompok yang gunanya
umtuk mncegah darah agar tidakkembalilagi.
Vena-vena yng ukrannya bsar diantaranyaa vna
kavadan venapulmonalis. Venaini jga mmpunyai
cbang yng lbih kcil yng dsebut venolusyang
slanjutnya mnjadi kpiler.
3) Kapiler

Kpiler (pmbuluh darahrambut) mrupakan pmbuluh


drah yng sngat hlus. Diameternya kra-kira
0,008mm. Asuhan Keperawatan pada dndingnya
trdiri dri suatulapisan ndotel. Bgian tbuh yng tdak
trdapat kpiler yaituu: rambut,kuku, dan tlang
rwan. Pembuluhdarah rambut/kapiler pda mumnya
mliputi sel-sel jringan. Oleh Karen itudindingnya
sngat tipis maka plasma dan zat mkanan mdah
mrembes kecairan jringan antarsel

b. Darah

Gambar Anatomi Darah (Syaifudin 2011)

Darah dalah cairann didalam pmbuluh drah yng mmpunyai


fngsi sngat pnting dlam tbuh yaitufungsi trnsportasi dlam
tbuh yaitumembawa ntrisi, oksigendari sus danparu-paru
umtuk kmudian diedarkann keseluruh tbuh. Drah mmpunyai
2komponen yaitukomponen pdat dan koomponencair. Darah
brwarna mrah, wrna mrah trsebut keadaannyaa tdak ttap,
trgantung kpada bnyaknya O2danCO2 didalamnya. Apbila
kndungan O2 lbih anyak mka wrnanya kan mnjadi mrah mda.
Sdangkan Drah jga pmbawa danpenghantar hrmon. Hrmon
dri klenjar ndokrin keorgan ssarannya. Drah mngangkut
nzim, elektrolitdan brbagai zatt kmiawi umtuk ddistribusikan
keseluruh tbuh.

Peran pnting yng dilakukan darh yaitu dlam pengaturan suhu


tubuh, karena dengan cara konduksi darah membawa pnas
tubh dri pusat produksi panas (hepar dan otot) untuk
didistribusikan ke selruh tubuh dn permukaan tubuh yang ada
akhirnya ditur pelepasannya dalam upaya homeostasis suhu
(termoregulasi). Jumlah darah manusiaa bervariasi tergantung
dari berat baadan seseorang. Rata-rata jumlah darah adalah
70 cc/kgBB.

Dalm komponeen cair atau plasma ini mempunyai fungsi


sebagai media transport, berwarna kekuningan. Sedangkan
pada komponen padt terdri dari sel-sel darah eritrosit,
leukosit dan trombosit. Pada batas tertentu diatur olh teknan
osmotik dlam pembluh darah dan jaringan. Bagian-bagian
padt darah terndam dalam plama.

1) Sel-sel darah :

a. Eritrosiit

Eritrosit dibuat didlam sumsum tulang, di


dalam sumsum tulang masih berainti, inti
dilepaskan sesaat sebelum dilepaskan / keluar.
Pda proses pembentukannya diperlukan Fe,
Vit. B12, asam folat dan rantai globlin yang
merupkan senyawa protein. Selain itu untuk
proses pematangan (maturasi) diperlkan
hormon eritropooetin yang dibuat oleh ginjal,
sehingga bila kekrangan salah satu unsur
pembentkan seperti di atas (kurang gizi) ataau
ginjal mengalami keruusakan, maka terjadi
gangguaan eritroosit (anemia). Umur peredaran
eritrosit sekitar 105-120 hari. Pada kedaan
penghancran eritrosit yang berlebihan, misalny
pada hemdialisis darah, hepar kewawalahan
kewalahan menglah bilirubin yang tiba-tiba
banyak jumlahnya. Maka akan timbul juga
gejla kuning walaupun hati tidak mengalaami
kerusaakan. Eritroosit dihancurkan di organ
lien terutama pada proses penghancurannya
dilepakan zat besi dan pigmen bilirubin. Zat
besi yang diguunakan untuk proses sintesa sel
eritrosit baru, sedangkan pigmeen bilirbin di
dalam hati akan mengalami proises konjugasi
kimiawi menjadi pigmen empdu dan keluar
berama cairan empedu ke dalam usus. Jumlah
normal eritrost pada laki-laki 5,5 juta sel/mm3,
pada permpuan 4,8 juta sel/mm3. Di dalam sel
eritrosit didapat hemglobin suatu senyawa
kimiawi yang tediri dari atas molekul hem
yang mempunyai ion Fe (besi) yang terait
dengan rantai globulin (suatu senyawa protein).
Hemoglobin berpweran mengangkut O2 dan
CO2, jumlah Hb pada laki-laki 14-16 gr%, pada
perempuan 12-14 gr%.
b. Leukosit

Fungsi utama leukosit adalah sebagai perthanan


tubuh dengan cara menghncurkan antigen
(kuman, virus, toksin) yang masuk. Ada 5 jenis
leuksit yaitu neutrofil, eosinoofil, basofil,
limfosit, monosit. Jumah nomal leukosit 5.000-
9.000 /mm3. Bila jumlanya berkurang disebut
leukopenia. Jika tubuh tidak membuat lekosit
sama sekali disebut agraanulasitosis.
c. Trombosit
Trobosit bukan berupa sel, tetapi
berupa/berbentuk keping yang merupkan
bagian-bagian kecil dari sel besar yang
membuatny yaitu megakaryosit, di sumsum
tulang dan lien. Ukurannya sekitar 2-4 mikron,
dan umur peredarannya sekitar 10 hari.
Trombosit mempunyai kemampuan untuk
melakukan :
• daya aglutinasi (membeku dan
menggumpal)
• daya adhesi (melekat)
Jumlah trombosit 150.000-450.000/mm3,
fungsinya seabagai hemostasis dan pembekuan
darah. Pembekuan darah proses kimiawi yang
mempunyi pola tertentu dan berjalan dalam
waktu singkat. Bila ada kerusakan pada
dinding pembuluh darah maka trombosit akan
berkumpul dan menutup lubang yang bocor
dengan cara saling melekat, berkelompok dan
menggumpal dan kemudian dilanjutkan
dengan proses pembekuan darah
.Kemampuan trombosit seperti ini karena
trobosit mempunyai 2 zat yaitu Prostaglandin
dan Tromboxan yang segera dikeluarkan bila
ada kerusakan dinding pembuluh darah atau
kebocoran, zat ini menimbulkan

efek vassokontriksi pembuluh darah, sehingga


aliran darah berkurang dan membantu proses
pembekuan darah.

2) Plasma
Plasma merupkan bagian caair dari darah. Plasma
membntuk sektar 5% dari berat badan tubuh.
Plasma adalah sebagai media sirkulasi elmen-
elemen darah yang berbntuk (sel-sel darah merah,
sel-sel darah putih, trombosit). Plasma juga
berfungsi sebagai media transportasi bahan-bahan
organk dan anorganik dari satuu organ atau
jaringan ke organ atau jaringan lain.
Komposisi dari plasma :
• Air : 91-92%
• Protein plasma :
o Albumin (bagian besar pembentuk plasma
protein, dibentuk di hepar).
o Globulin (terbentuk di dalam hepar,
limfosit dan sel-sel retikuloendotelial).
Immunoglobulin merupakan bentuk
globulin.
o Fibrinogen
o Protrombin.
• Unsur-unsur pokok anorganik : Na, K, Cl,
Magnesium, zat besi, Iodin

• Unsur-unsur pokok organik : urea, asam urat,


kreatinin, glukose, lemak, asam amino, enzim,
hormon.

Fungsi Protein Plasma :

a) Memprtahankan tekanan osmotik plasma yang


diperlukan untuk pembentukan dan penyerapan
cairan jaringan.
b) Dngan bergabung bersama asam dan alkali
protein plasma bertndak sebagai penyngga
dalam mempertahnkan pH normal tubuh.
c) Fibringen dan protrombin adlah penting untuk
pembekuan darah.
d) Immunglobulin merupakan hal yang esensial
dalam pertahanan tuuh melawan infeksi.
3. Etiologi

Menurut Soedarto (2012), demam haemorrhagic fever (DHF)

disebabkan oleh :

1) Virus Dengue.

Virus dngue yg menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke

dalam Arbvirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari

empat tipe yaitu virs dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus

dengue tersebut terdpat di Indonesia dn dapat dibedakan satu

dari yg lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk

dalam gens flavirus ini berdiameter 40 nonometer dapat

berkembang biak dengan baaik pada berbagai macam kultur

jaringan baik

yang bersal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK (Babby

Homster Kiney) maupun sel – sel Arthrpoda misalnya sel aedes

Albopictuus.

2) Vektor.

Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui

vektor yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus,

aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor

yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotipe akan

menimbulkn antibodi seumur hidup terhadap serootipe

bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe

jeniis yang lainnya.


4. Manifestasi Klinis
Menurut Susilaningrum (2013) manifestasi klinis dari DHF adalah :
1) Demam.
Demam tinggi sampai 40 oC dan mendadak, Demam terjadi secara
mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian turun menuju
suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung
demam, gejala – gejala klinik yang tidak spesifik misalnya
anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang dan persediaan, nyeri
kepala dan rasa lemah dapat menyetainya.
2) Perdarahan.
Uji tourniquet positif h. Perdarahan, petekia, epitaksis, perdarahan
massif. Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari
demam dan umumnya terjadi pada kulit dan dapat

berupa uji torniguet yang positif mudah terjadi perdarahan pada


tempat fungsi vena, petekia ( bintik-bintik merah akibat perdarahan
intradermak / submukosa ) purpura ( perdarahan di kulit ),
epistaksis ( mimisan ), perdarahan gusi, . Perdarahan ringan hingga
sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga
menyebabkan haematemesis, dan melena ( tinja berwarna hitam
karena adanya perdarahan. Perdarahan gastrointestinal biasanya di
dahului dengan nyeri perut yang hebat.
3) Anoreksia
4) Mual muntah
5) Nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut
6) Nyeri kepala
7) Nyeri otot dan sendi
8) Trombositopenia (< 100.000/ mm3 )
9) Hepatomegali.
Pda permulaan dari demam biasaanya hati sudah teraba, meskipun
pada anak yang kurng gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan
dari hepatomgali dan hati teraba kenyal harus di perhatikan
kemuungkinan akan tejadi renjtan pada penderita.
10) Renjatan (Syok).
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya
penderita, dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu
kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki srta

sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka
biasanya menunjukan prognosis yg buruk.
5. Klasifikasi

WHO dalam buku Nurarif (2013) membagi DBD/DHF menjadi 4

derajat, yaitu sebagai berikut:

1) Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi
perdarahan(ujitourniquiet positif).
2) Derajat II
Seperti derajat I disertai perdaarahan spontan di kulit dan
perdarhan lain.
3) Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dgn adanya nadi cepat dn
lmah, tekanan darah meurun (kurang dari 20 mmHg) atau hipotnsi
disrtai kulit yang dingin dan lembab, gelisah
4) Derajat IV
Rnjatan berat dengan nadi tak terba dan tekanan darah yang tidak
dapat diukur
6. Patofisiologi dan WOC

1) Patofisiologi
Menurut Huda dan Kusuma 2015Virus dengue maasuk ke dalaam
tubuh manuusia akan menyebabkn klien mengalami viremia.
Beberpa tanda dan gejala yang muncul seeperti demam, sakit
kepla, mual nyeri otot, pegal seluruh tubuh, timbulny ruam dan
kelainan yang mungkin terjadi pada sistem vskuler. Pada
penderita DBD, terdapat kerusakan yng umum pada sistem
vaskuler yang mengakibatkan terjadinya penngkatan permeabilitas
dinding pembuluh darah. Plsma dapat menembus dinding
vaskuler selama pross perjalanan penyakit, dari mulai demam
hingga klieen mengalami renjatan berat. Volume plasma dapat
meniurun hingga 30%. Hal ini lah yang dapat mengakibatkan
seseorang mengalami kegagalan sirkulasi. Adanya kebcoran
plasma ini jika tidak segera di tangani dapat menyebabkn
hipokisia jaringan, asidosis metabolik yang pada akhirny dapat
berakibat fatal yaitu kematian. Virmia jga menimbulkan agresi
trombosit dalam darah sehingga menyebabkan trombositopeni
yang berpengaruh pada proses pembekuan 15 darah. Pubahan
fungsioner pembuluh darah akibat kebocoran plasma yng berakhir
pada perdarahan, baik pada jaringan kulit maupun saluran cerna
biasanya menimbulkn tanda seprti munculnya prpura, ptekie,
hematemesis, atapun melena
2) Pathway DHF
7. Pemeriksaan Penunjang
1) Darah
a. Trombosit menurun
b. Hb Meningkat lebih 20 %
c. Ht Meningkat Lebih 20 %
d. Leukosit menurun pada hari ke – 2 dan ke – 3
e. Protein darah rendah
f. Ureum PH bias meningkat
g. Na dan Cl rendah
2) Rontgen thorax
3) Uji tourniket ( Positif )

8. Penatalaksanaan (Nursalam, 2008)


1) Keperawatan
Masaalah pasien yg perlu diperhatikan ialah bahaya kegagalan sirkulasi
darah, resiko terjadi pendrahan, gangguan suhu tubuh, akibat infeksi virus
dengue, ganggan rasa amman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang
tua mengenai penyakit.
a. Kegagalan sirkulasi darah
Dngan adanya kebcoran plasma dari pembuluh darah ke dalam
jaringan ekstrovaskular, yang pncaknya terjadi pada saat renjatan
akan terliht pada tubh pasien mnjadi sembab (edema) dan drah
menjadi kental. Pengawasan tanda vital (nadi, TD, suhu dan
pernafasan) perlu dilakakan secara kontinu, bila perlu setiap jam.
Pemeriksan Ht, Hb dan trombosit sesuai permintaan dokter setiap 4
jam. Perhatikan apakah pasien kencing / tidak.
b. Risiko terjadi pendarahan
Adanya thrombocytopenia, menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagulasi merupakan faktor penyebab terjadinya
pendarahan utama pada traktus gastrointestinal. Pendarahan
grastointestinal didahului oleh adanya rasa sakit perut yang hebat atau
daerah retrosternal.
Bila pasien muntah bercampur darah atau semua darah perlu diukur.
Karena melihat seberapa banyak darah yang keluar perlu tindakan
secepatnya. Makan dan minum pasien perlu dihentikan. Bila pasien
sebelumnya tidak dipasang infus segera dipasang. Formulir
permintaan darah disediakan. Perawatan selanjutnya seperti pasien
yang menderita syok. Bila terjadi pendarahan (melena, hematesis)
harus dicatat banyaknya / warnanya serta waktu terjadinya
pendarahan. Pasien yang mengalami pendarahan gastrointestinal
biasanya dipasang NGT untuk membantu mengeluarkan darah dari
lambung.
c. Gangguan suhu tubuh
Gangguan suhu tubuh biasanya terjadi pada permulaan sakit atau hari
ke-2 sampai ke-7 dan tidak jarang terjadi hyperpyrexia yang dapat
menyebabkan pasien kejang. Peningkatan suhu tubuh akibat infeksi
virus dengue maka pengobatannya dengan pemberian antipiretika dan
anti konvulsan. Untuk membantu penurunan suhu dan mencegah agar
tidak meningkat dapat diberikan kompres dingin, yang perlu
diperhatikan, bila terjadi penurunan suhu yang mendadak disertai
berkeringat banyak sehingga tubuh teraba dingin dan lembab, nadi
lembut halus waspada karena gejala renjatan. Kontrol TD dan nadi
harus lebih sering dan dicatat secara baik dan memberitahu dokter.
d.Gangguan rasa aman dan nyaman
Gangguan rasa aman dan nyaman dirasakan pasien karena
penyakitnya dan akibat tindakan selama dirawat. Hanya pada pasien
DHF menderita lebih karena pemeriksaan darah Ht, trombosit, Hb
secara periodik (setiap 4 jam) dan mudah terjadi hematom, serta
ukurannya mencari vena jika sudah stadium II. Untuk megurangi
penderitaan diusahakan bekerja dengan tenang, yakinkan dahulu vena
baru ditusukan jarumnya. Jika terjadi hematom segera oleskan
trombophub gel / kompres dengan alkohol. Bila pasien datang sudah
kolaps sebaiknya dipasang venaseksi agar tidak terjadi coba-coba
mencari vena dan meninggalkan bekas hematom di beberapa tempat.
Jika sudah musim banyak pasien DHF sebaiknya selalu tersedia set
venaseksi yang telah seteril (Ngastiyah, 2005).

2) Medis
Pada dasarnya pengobatan pada DB bersifat simtomatis dan
suportif
a. DHF tanpa renjatan
Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan
pasien dehidrasi dan harus. Pada pasien ini perlu diberi banyak
minum, yaitu 1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan
teh manis, sirup, susu, dan bila mau lebih baik oralit. Cara
memberikan minum sedikit demi sedikit dan orang tua yang
menunggu dilibatkan dalam kegiatan ini. Jika anak tidak mau
minum sesuai yang dianjurkan tidak dibenarkan pemasangan
sonde karena merangsang resiko terjadi perdarahan. Keadaan
hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik dan kompres
dingin. Jika terjadi kejang diberi luminal atau anti konvulsan
lainnya. Luminal diberikan dengan dosis : anak umur kurang 1
tahun 50 mg IM, anak lebih 1 tahun 75 mg. Jika 15 menit
kejang belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3
mg/kg BB. Anak di atas 1 tahun diberi 50 mg, dan dibawah 1
tahun 30 mg, dengan memperhatikan adanya depresi fungsi
vital. Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila :
Pasien terus-menerus muntah, tidak dapat diberikan minum
sehingga mengancam terjadinya dehidrasi.
Hematokrit yang cenderung meningkat.
Hemtokrit mencerminkan kebocoran plasma dan biasanya
mendahului munculnya secara klinik perubahan fungsi vital
(hipotensi, penurunan tekanan nadi), sedangkan turunnya nilai
trombosit biasanya mendahului naiknya hematokrit. Oleh
karena itu, pada pasien yang diduga menderita DHF harus
diperiksa hemoglobin, hematokrit dan trombosit setiap hari
mlai hari ke-3 sakit sampai demam telah turun 1 sampai 2
hari. Nilai hematokrit itulah yang menentukan apabila pasien
perlu dipasang infus atau tidak.
b. DHF disertai renjatan (DSS)

Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera dipasang


infus sebagai penganti cairan yang hilang akibat kebocoran
plasma. Cairan yang diberikan bisanya Ringer Laktat. Jika
pemberian cairan tidak ada respon diberikan plasma atau
plasma ekspander, banyaknya 20 sampai 30 ml/kgBB. Pada
pasien dengan renjatan berat diberikan infus harus diguyur
dengan cara membuka klem infus. Apabila renjatan telah
teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitudo nadi besar,
tekanan sistolik 80 mmHg / lebih, kecepatan tetesan
dikurangi 10 liter/kgBB/jam. Mengingat kebocoran plasma
24 sampai 48 jam, maka pemberian infus dipertahankan
sampai 1 sampai 2 hari lagi walaupun tanda-tanda vital telah
baik. Pada pasien renjtan berat atau renjaan berulang perlu
dipasang Central Venous Pressure (CVP) untuk mengukur
tekanan vena sentral melalui vena magna atau vena jugularis,
dan biasanya pasien dirawat di ICU. Tranfusi darah diberikan
pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang berat.
Kadang-kadang perdarahan gastrointestinal berat dapat
diduga apabila nilai hemoglobin dan hematokrit menurun
sedangkan perdarahannya sedikit tidak kelihatan. Dengan
memperhatikan evaluasi klinik yang telah disebut, maka
dengan keadaan ini dianjurkan pemberian darah.
9. Komplikasi
Menuruut Widagdo (2012) komplikasi DBD adalah sebagai berikut:
1) Gagal ginjal.
2) Efusi pleura.
3) Hepatomegali.
4) Gagal jantung
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak
dengan usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat,
pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan
pekerjaan orang tua. Keluhan Utama Alasan/keluhan yang
menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah sakit adalah
panas tinggi dan anak lemah.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai
menggigil dan saat demam kesadaran composmentis. Turunnya
panas terjadi antara hari ke-3 sampai ke-7, dan anak semakin
lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk, pilek,
nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare/konstipasi, sakit
kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan
bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan
pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematesis.
3) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita pada DHF, anak bisa
mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang lain.
4) Riwayat penyakit keluarga
Penyakit apa saja yang pernah di derita sama keluarga klien
5) Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka
kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindari
6) Riwayat gizi Status gizi
anak menderita DHF dapat bervariasi.Semua anak dengan status
gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor
predisposisinya.Anak yang menderita DHF sering mengalami
keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila
kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi
yang mencukupi, maka anak akan mengalami penurunan berat
badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
7) Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan
lingkungan yang kurang bersih (seperti air yang mengenang dan
gantungan baju di kamar).
8) Pola kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pentangan, nafsu
makan berkurang, dan nafsu makan menurun.
b. Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang-kadang anak
mengalami diar/konstipasi. Sementara DHF pada Grade III-IV
bisa terjadi melena.
c. Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering
kencing, sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering
terjadi hematuria.
d. Tidur dan istirahat. Anak sering mrngalami kurang tidur karena
mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan
kuantitas tidur maupun istirahat kurang.
e. Kebersihan upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung terutama untuk membersihkan tempat
sarang nyamuk aedes aegypti.

f. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya

untuk menjaga kesehatan.

9) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan
perkusi dari ujung rambut sampai jung kaki. Pemeriksaan fisik
secara umum:
i. Grade I : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah,
tanda-tanda vital dan nadi lemah.
Grade II : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah,
ada perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga,
serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.
Grade III : Kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah,
nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
Grade IV : Kesadaran koma, tanda-tanda vital nadi tidak
teraba, tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur,
ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit.
ii. Tanda-tanda vital (TTV) Tekanan nadi lemah dan kecil
(gradeIII), nadi tidak teraba (grade IV), tekanan darah
menurun ( sistolik menurun sampai 80mmHg atau kurang),
suhu tinggi (diatas 37,5oC)
iii. Kepala : kepala bersih, ada pembengkakan atau tidak, Kepala
terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam.

iv. Mata Konjungtiva anemis


v. Hidung : Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada
gradeII,III, IV.
vi. Telinga tidak ada perdarahan pada telinga, simetris, bersih tidak
ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran.
vii. Mulut
Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi
perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokkan
hyperemia pharing.
viii. Leher : Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak
mengalami pembesaran
ix. Dada / thorak
I : Bentuk simetris, kadang-kadang tampak sesak. Pal : Biasanya
fremitus kiri dan kanan tidak sama
Per : Bunyi redup karena terdapat adanya
cairan
yang tertimbun pada paru
A : Adanya bunyi ronchi yang biasanya terdapat pada grade III, dan
IV.
x. Abdomen
I : Abdomen tampak simetris dan adanya asites.
Pal :Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati
(hepatomegali) Per : Terdengar redup
A: Adanya penurunan bising usus

xi. Sistem integument


Adanya petekia pada kulit spontan dan dengan melakukan uji
tourniquet. Turgor kuit menurun, dan muncul keringat dingin,
dan lembab. Pemeriksaan uji tourniket dilakukan dengan
terlebih dahulu menetapkan tekanan darah anak. Selanjutnya
diberikan 24 tekanan antara sistolik dan diastolic pada alat ukur
yang dipasang pada tangan. Setelah dilakukan tekanan selama 5
menit, perhatikan timbulnya petekie di bagian volarlenga bawah
(Soedarmo,2008).
xii. Genitalia Biasanya tidak ada masalah
xiii. Ekstremitas
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang. Pada
kuku sianosis/tida
xiv. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
• Hb dan PCV meningkat (> dari 20 %).
• Trobositopenia (< dari 100.000/ml).
• Leucopenia (mungkin normal atau lekositosis).
• Ig. D. dengue positif.
• Hasil pemeriksaan kimiadarah menunjukkan : hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia.
• Urium dan pH darah mungkin meningkat.
• Asidosis metabolik : pCO2< 35 – 40 mmHg dan HCO3 rendah.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan ( Hipovolemia ) berhubungan
dengan peningkatan permeabilitas kapiler ditandai dengan
mukosa bibir kering
b. Defisit Nutrisi berhubungan dengan psikologis (keengganan
untuk makan) makanan ditandai dengan berat badan
menurun
c. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi
kognitif ditandai dengan kurang informasi
d. Resiko Perdarahan berhubungan dengan gangguaan
koagulasi (penurunan trombosit) ditandai dengan
trombositopenia
e. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
ditandai dengan suhu tubuh diatas nilai normal
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
ditandai dengan mengeluh lelah
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu
pasien dalam proses penyembuhan dan perawatan serta masalah
kesehatan yang dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana
keperawatan (Nursallam, 2011).
5. Evaluasi
Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis
yaitu :
a. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana
evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai
b. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode
evaluasi ini menggunakan SOAP.
DAFTAR PUSTAKA

Adriana, D. 2013. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta :
Salemba Medika
Aini. Kasiati. Rahayu. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Balita Yang dirawat Inap Di
Rumah Sakit. Jurnal Pendidikan Kesehatan, Volume , No 2, oktober 2015.
Ambarwati, Fitri Respati dan Nita Nasution. 2012. Buku Pintar Asuhan
Keperawatan Bayi dan Balita. Yogyakarta : Cakrawala Ilmu
Charnidah. A.N. 2012. Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan Dan Perkembangan
Anak. Yogyakarta. https://journal.uny.ac.id
Fadhillah Harif, 2018. SDKI ( Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia ). Jakarta
Hidayat.A.A.A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba
Medika.
Kemenkes RI. 2011. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta:
Mauliana Y, dkk 2018. Makalah Family Center Care. Mataram.
https//id.scribe.com

Nurarif. A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Kepearawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.
Nursalam, DR., susilaningrum, R., utami S. (2008). Asuhan Keperawatan Bayi
Dan Anak Untuk Perawat Dan Bidan : Salemba Medika
Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba
Medika
Potter, P.A, Perry, A.G, 2015 Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep
Proses, dan Praktik. Edisi . Volume 2. Alin Bahasa :Renata Komalasari, dkk.
Jakarta : EGC
Rini. D.M. 2013. Hubungan Penerapan Atraumatic Care D4engan Kecemasan
anak Prasekolah Saat Proses Hospitalisasi Di RSU dr. H. Koesnadi Jember.
https//repository.unei.ac.id
Soedarto. 2012. Demam Berdarah Dengue/Dengue Haemorrhagic Fever. Jakarta:
Sagung Seto
Suriadi, Yuliani Rita. (2010). Buku Pegangan Praktis Klinik Asuhan Keperawatan
pada Anak. Edisi 2, Penerjemah Haryanto, EGC, Jakarta, hal 122.
Suriadi, dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Jakarta: CV Agung
Seto.
Susilaningrum, R. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan anak untuk Perawat dan
Bidan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Supartini, 2000. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, EGC, Jakarta
World Health Organization (WHO), 2012. Angka Kematian Bayi DAFTAR
PUSTAKA

Adriana, D. 2013. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta :
Salemba Medika
Aini. Kasiati. Rahayu. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Balita Yang dirawat Inap Di
Rumah Sakit. Jurnal Pendidikan Kesehatan, Volume , No 2, oktober 2015.
Ambarwati, Fitri Respati dan Nita Nasution. 2012. Buku Pintar Asuhan
Keperawatan Bayi dan Balita. Yogyakarta : Cakrawala Ilmu
Charnidah. A.N. 2012. Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan Dan Perkembangan
Anak. Yogyakarta. https://journal.uny.ac.id
Fadhillah Harif, 2018. SDKI ( Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia ). Jakarta
Hidayat.A.A.A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba
Medika.
Kemenkes RI. 2011. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta:
Mauliana Y, dkk 2018. Makalah Family Center Care. Mataram.
https//id.scribe.com

Nurarif. A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Kepearawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.
Nursalam, DR., susilaningrum, R., utami S. (2008). Asuhan Keperawatan Bayi
Dan Anak Untuk Perawat Dan Bidan : Salemba Medika
Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba
Medika
Potter, P.A, Perry, A.G, 2015 Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep
Proses, dan Praktik. Edisi . Volume 2. Alin Bahasa :Renata Komalasari, dkk.
Jakarta : EGC
Rini. D.M. 2013. Hubungan Penerapan Atraumatic Care D4engan Kecemasan
anak Prasekolah Saat Proses Hospitalisasi Di RSU dr. H. Koesnadi Jember.
https//repository.unei.ac.id
Soedarto. 2012. Demam Berdarah Dengue/Dengue Haemorrhagic Fever. Jakarta:
Sagung Seto
Suriadi, Yuliani Rita. (2010). Buku Pegangan Praktis Klinik Asuhan Keperawatan
pada Anak. Edisi 2, Penerjemah Haryanto, EGC, Jakarta, hal 122.
Suriadi, dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Jakarta: CV Agung
Seto.
Susilaningrum, R. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan anak untuk Perawat dan
Bidan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Supartini, 2000. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, EGC, Jakarta
World Health Organization (WHO), 2012. Angka Kematian Bayi

Anda mungkin juga menyukai

  • Null 3
    Null 3
    Dokumen40 halaman
    Null 3
    umi
    Belum ada peringkat
  • LAPORAN PNEUMONIA
    LAPORAN PNEUMONIA
    Dokumen18 halaman
    LAPORAN PNEUMONIA
    umi
    Belum ada peringkat
  • Null 30
    Null 30
    Dokumen22 halaman
    Null 30
    umi
    Belum ada peringkat
  • Null 33
    Null 33
    Dokumen18 halaman
    Null 33
    umi
    Belum ada peringkat
  • Null 29
    Null 29
    Dokumen35 halaman
    Null 29
    umi
    Belum ada peringkat
  • Null 34
    Null 34
    Dokumen28 halaman
    Null 34
    umi
    Belum ada peringkat
  • Null 34
    Null 34
    Dokumen28 halaman
    Null 34
    umi
    Belum ada peringkat
  • SEPSIS SELULITIS
    SEPSIS SELULITIS
    Dokumen13 halaman
    SEPSIS SELULITIS
    umi
    Belum ada peringkat
  • Null 31
    Null 31
    Dokumen39 halaman
    Null 31
    umi
    Belum ada peringkat
  • Null 29
    Null 29
    Dokumen35 halaman
    Null 29
    umi
    Belum ada peringkat
  • Null 32
    Null 32
    Dokumen18 halaman
    Null 32
    umi
    Belum ada peringkat
  • Null 31
    Null 31
    Dokumen39 halaman
    Null 31
    umi
    Belum ada peringkat
  • JUDUL
    JUDUL
    Dokumen42 halaman
    JUDUL
    umi
    Belum ada peringkat
  • Interpretasi DDST II
    Interpretasi DDST II
    Dokumen1 halaman
    Interpretasi DDST II
    umi
    Belum ada peringkat
  • LAPORAN DISPEPSIA
    LAPORAN DISPEPSIA
    Dokumen12 halaman
    LAPORAN DISPEPSIA
    umi
    Belum ada peringkat
  • Null 25
    Null 25
    Dokumen16 halaman
    Null 25
    umi
    Belum ada peringkat
  • Null 16
    Null 16
    Dokumen22 halaman
    Null 16
    umi
    Belum ada peringkat
  • HEPATOMA LAPORAN
    HEPATOMA LAPORAN
    Dokumen39 halaman
    HEPATOMA LAPORAN
    umi
    Belum ada peringkat
  • LAPORAN PENDAHULUAN ASFIKSIA
    LAPORAN PENDAHULUAN ASFIKSIA
    Dokumen16 halaman
    LAPORAN PENDAHULUAN ASFIKSIA
    umi
    Belum ada peringkat
  • Null 22
    Null 22
    Dokumen16 halaman
    Null 22
    umi
    Belum ada peringkat
  • LAPORAN PENDAHULUAN ASFIKSIA
    LAPORAN PENDAHULUAN ASFIKSIA
    Dokumen16 halaman
    LAPORAN PENDAHULUAN ASFIKSIA
    umi
    Belum ada peringkat
  • Null 19
    Null 19
    Dokumen23 halaman
    Null 19
    umi
    Belum ada peringkat
  • Null 22
    Null 22
    Dokumen16 halaman
    Null 22
    umi
    Belum ada peringkat
  • IMA
    IMA
    Dokumen39 halaman
    IMA
    umi
    Belum ada peringkat
  • Null 25
    Null 25
    Dokumen16 halaman
    Null 25
    umi
    Belum ada peringkat
  • Null 13
    Null 13
    Dokumen18 halaman
    Null 13
    umi
    Belum ada peringkat
  • Null 27
    Null 27
    Dokumen25 halaman
    Null 27
    umi
    Belum ada peringkat
  • TIPE INFEKSI
    TIPE INFEKSI
    Dokumen36 halaman
    TIPE INFEKSI
    umi
    Belum ada peringkat
  • Null 25
    Null 25
    Dokumen16 halaman
    Null 25
    umi
    Belum ada peringkat