Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) diartikan sebagai bayi yang

lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. BBLR merupakan

penyebab tertinggi angka kematian bayi, terutama dalam satu bulan

pertama kehidupan (Kemenkes RI,2015). Bayi BBLR mempunyai risiko

kematian 20 kali lipat lebih besar di bandingkan dengan bayi yang lahir

dengan berat badan normal. Lebih dari 20 juta bayi di seluruh dunia lahir

dengan BBLR dan 95.6% bayi BBLR lahir di negara yang sedang

berkembang, contohnya di Indonesia. Survey Demografi dan Kesehatan

Indonesia tahun 2014-2015, angka prevalensi BBLR di Indonesia masih

tergolong tinggi yaitu 9% dengan sebaran yang cukup bervariasi pada

masing-masing provinsi.Angka terendah tercatat di Bali (5,8%) dan

tertinggi di Papua (27%),sedangkan di Provinsi Sulawesi Utara berkisar

7% (Kemenkes RI,2015).

Permasalahan BBLR apalagi pada kelahiran kurang bulan terjadi

disebabkan oleh kurang matangnya sistem organ dalam bayi itu sendiri.

Bayi dengan berat lahir rendah memiliki kecondongan ke arah peningkatan

adanya infeksi sehingga diserang komplikasi dengan mudah.

Permasalahan pada BBLR biasanya ialah gangguan di pernafasan,

neurologi, jantung, darah, lambung, ginjal, dan termoregulasi. Faktor-

1
faktor yang menyebabkan terjadinya BBLR paritas, umur ibu kurang dari

20 tahun / di atas 35 tahun, jarak kehamilan dan bersalin terlalu dekat,

penyakit menahun ibu seperti hipertensi, jantung, pembuluh darah, dan

kenaikan berat badan. Faktor kehamilan yaitu dengan hidroamnion, hamil

ganda, perdarahan antepartum, komplikasi hamil seperti preeklampsia/

eklampsia, ketuban pecah dini.Faktor janin yaitu cacat bawaan dan infeksi

dalam rahim.Faktor yang masih belum diketahui. Bayi dengan berat badan

lahir rendah umumnya mengalami proses hidup jangka panjang yang

kurang baik. Apabila tidak meninggal pada awal kelahiran, bayi BBLR

memiliki risiko tumbuh dan berkembang lebih lambat dibandingkan

dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal. Selain gangguan

tumbuh kembang, individu dengan riwayat BBLR mempunyai faktor

risiko tinggi untuk terjadinya hipertensi, penyakit jantung dan diabetes

setelah mencapai usia 40 tahun (Juaria dan Henry, 2014).

Oleh karena itu,pencegahan insiden BBLR lebih diutamakan dalam

usaha menekan Angka Kematian Bayi (Prawiroharjo,2014). Development

Goals yang ke IV yaitu menurunkan angka kematian anak terutama di

negara berkembang, perlu dilakukan upaya pencegahan kejadian BBLR di

masa mendatang, salah satunya dengan melakukan pengawasan ketat

terhadap faktor-faktor risiko yang mempengaruhi kejadian BBLR.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 13 ibu hamil

bulan September 2019 didapatkan hasil bahwa ada 10 hamil yang berusia

18 - 20 tahun dengan kehamilan lebih dari 7 bulan di dalam rumah sakit,

2
dengan usia yang masih terbilang muda mengakibatkan tingginya angka

kelahiran bayi yang mengalami BBLR.

Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian berat badan lahir

rendah di RSUP prof Dr R.D kandou manado tahun 2019

B. Rumusan Masalah

Apakah ada Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Berat Badan

Lahir Rendah Di Ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit) Rsup Prof

Dr R.D Kandou Manado Tahun 2019

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian berat

badan lahir rendah di Ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit)

RSUP prof Dr R.D kandou manado.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui usia ibu hamil di Ruang NICU (Neonatal Intensive Care

Unit) RSUP prof Dr R.D kandou manado.

b. Diketahui jarak kehamilan di Ruang NICU (Neonatal Intensive

Care Unit) RSUP prof Dr R.D kandou manado.

c. Diketahui paritas di Ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit)

RSUP prof Dr R.D kandou manado.

3
d. Diketahui hubungan usia ibu hamil dengan kejadian berat badan

lahir rendah di Ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit) RSUP

prof Dr R.D kandou manado.

e. Diketahui hubungan jarak kehamilan dengan kejadian berat badan

lahir rendah di Ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit) RSUP

prof Dr R.D kandou manado.

f. Diketahui hubungan jarak kehamilan dengan kejadian berat badan

lahir rendah di Ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit) RSUP

prof Dr R.D kandou manado.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Lokasi Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih

lanjut bagi pihak Rumah Sakit dalam meningkatkan kualitas

pelayanan.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk memperkaya

pengetahuan mahasiswa tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

kejadian berat badan lahir rendah di RSUP prof Dr R.D kandou

manado.

4
3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat menerapkan ilmu yang di dapat selama pendidikan serta

menambah pengetahuan dan pengalaman kerja dalam membuat

penelitian ilmiah dan menambah pengetahuan faktor-faktor yang

mempengaruhi kejadian berat badan lahir rendah

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Berat Bayi Lahir Rendah

1. Pengertian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang

berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram atau sampai dengan

2499 gram (Saifuddin, 2010). BBLR adalah bayi yang lahir dengan

berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan

(Proverawati, 2010). Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi

dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia

gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (<37 minggu)

atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Pudjiadi,

dkk,2010). Klasifikasi BBLR (Proverawati, 2010): Bayi Berat Lahir

Rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2400 gram, Bayi Berat Lahir

Sangat Rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-<1500 gram dan

Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang

dari 1000 gram.

6
2. Penggolongan bayi berat lahir rendah terdiri dari :

a. Prematuritas Murni

1) Bayi lahir dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu serta

berat badan bayi sesuai dengan gestasi atau yang disebut

neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB -

SMK).

2) Faktor yang menyebabkan terjadinya prematuritas murni yaitu

faktor ibu dan faktor janin. Faktor ibu terdiri atas penyakit, usia,

dan keadaan sosial-ekonomi. Serta faktor janin meliputi

hidramnion dan kehamilan ganda akan mengakibatkan bayi

berat lahir rendah (BBLR). (Hasan & Alatas, 2005).

3) Karakteristik klinis meliputi berat badan bayi < 2500 gram,

panjang badan < 45 cm, lingkaran dada<30 cm, lingkaran kepala

< 33 cm, masa gestasi < 37 minggu, kepala bayi lebih besar dari

badan bayi, kulit bayi terlihat tipis, mengkilat, licin, serta

transparan, lanugo banyak, kulit di subkutan terlihat kurang

lemak, osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun serta sutura lebar,

genitalia imatur, desensus testikulorum belum sempurna serta

labia minora belum tertutup oleh labia mayora, pembuluh darah

di kulit serta peristaltis usus tampak kelihatan, rambut tampak

tipis, halus, dan teranyam. Elastisitas daun telinga masih kurang,

bayi lebih banyak tertidur daripada bangun, suara tangisan

terdengar lemah, pernafasan belum teratur dan terdapat serangan

7
apnu. Frekuensi pernafasan berbeda-beda pada awal hari

pertama. Jika frekuensi pernafasan meningkat atau selalu di atas

60/menit, kemungkinan terjadi penyakit membran hialin

(sindrom gangguan pernafasan idiopatik). Otot bayi hipotonik,

sehingga menyebabkan kedua tungkai dalam posisi abduksi,

sendi lutut dan sendi kaki dalam fleksi serta posisi kepala

menghadap ke satu jurusan. Tonic neck reclex lemah, reflex

Moro positif, refleks mengisap, menelan, dan batuk belum

sempurna. Ketika bayi dalam keadaan lapar akan menangis,

gelisah, dan aktivitas fisik bayi bertambah. Apabila dalam kurun

waktu 3 hari tidak menunjukkan tanda bayi lapar, kemungkinan

bayi menderita infeksi atau perdarahan intrakranial. Umumnya

pada anggota gerak bayi muncul edema dalam rentang waktu

setelah 24 - 48 jam serta di kulit bayi tampak adanya pitting

edema. Edema ini dapat berubah sesuai dengan perubahan posisi

serta dipengaruhi oleh hubungan dengan perdarahan antepartum,

diabetes mellitus, dan toksemia gravidarum.

4) Penyakit yang muncul pada bayi premature yaitu sindrom

gangguan pernafasan idiopatik, pneumonia aspirasi, perdarahan

intraventrikular, fibroplasia retrolental, dan hyperbilirubinemia

(Hasan & Alatas, 2005).

8
b. Bayi Small for Gestational Age ( SGA )

Berat bayi lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan. SGA terbagi

menjadi 3 jenis yaitu :

1) Simetris (intrauterus for gestational age) Terjadi karena

gangguan nutrisi pada awal kehamilan dan dalam jangka waktu

yang lama.

2) Asimetris (intrauterus growth retardation) Terjadi akibat defisit

nutrisi pada fase akhir kehamilan.

3) Dismaturitas Kondisi dimana bayi yang lahir kurang dari berat

badan yang seharusnya untuk masa gestasi dan bayi tersebut

akan mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri serta

merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan (Mitayani, 2009).

B. Faktor Yang Mempengaruhi BBLR

1. Faktor ibu

a. Umur Ibu Hamil

Umur seorang ibu berkaitan dengan alat-alat reproduksi

wanita. Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20-35

tahun. Kehamilan diusia kurang dari 20 tahun dan di atas 35 tahun

dapat menyebabkan anemia, karenapada kehamilan kurang 20

tahun secara biologis belum optimal emosinya cenderung labil,

mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami

keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap

pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya, salah

9
satunya adalah kebutuhan zat besi yang tidak terpenuhi (Arisman,

2009).

Pada kehamilan usia muda terjadi kompetisi makanan

antar janin dan ibunya yang masih dalam pertumbuhan dan

adanya pertumbuhan hormonal yang terjadi selama kehamilan.

Sedangkan ibu hamil diatas 35 tahun cenderung mengalami

anemia, hal ini disebabkan karena pengaruh turunnya cadangan

zat besi dalam tubuh akibat masa fertilisasi (Sulistyoningsih,

2010). Menurut Sistriani (2008), umur yang baik bagi ibu hamil

adalah 20-35 tahun. Kehamilan di bawah umur 20 tahun atau

lebih 35 tahun merupakan kehamilan yang beresiko tinggi.

Kehamilan pada usia muda merupakan faktor risiko karena pada

umur <20 tahun kondisi ibu masih dalam pertumbuhan sehingga

asupan makanan lebih banyak digunakan untuk mencukupi

kebutuhan ibu. Sedangkan kehamilan lebih dari 35 tahun organ

reproduksi kurang subur serta memperbesar resiko kelahiran

dengan kelainan kongenital dan beresiko untuk mengalami

kelahiran prematur.

Manuaba (2010), menambahkan bahwa kehamilan remaja

dengan usia dibawah 20 tahun mempunyai risiko: sering

mengalami anemia, gangguan tumbuh kembang janin, keguguran,

prematuritas atau BBLR, gangguan persalinan, preeklampsi dan

perdarahan antepartum. Pada wanita yang hamil pada umur lebih

10
dari 35 tahun juga menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya

komplikasi kehamilan, terutama meningkatnya kasus melahirkan

bayi dengan BBLR. Hal ini disebabkan karena risiko munculnya

masalah kesehatan kronis. Anatomi tubuhnya mulai mengalami

degenerasi sehingga kemungkinan terjadi komplikasi pada saat

kehamilan dan persalinan, akibatnya akan terjadi kematian

perinatal (Saimin, 2008). Sedangkan menurut Departemen

Kesehatan RI (2008), wanita yang berusia 35 tahun atau lebih,

lebih rentan terhadap tekanan darah tinggi, diabetes atau fibroid

dalam rahim serta gangguan persalinan.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR

secara umum yaitu ibu hamil pada usia kurang dari 20 tahun atau

lebih dari 35 tahun. Pada usia tersebut pemenuhan nutrisi yang

kurang akan lebih cenderung melahirkan bayi dengan berat badan

lahir rendah. Usia reproduksi optimal bagi seorang wanita adalah

usia antara 20-35 tahun, di bawah dan di atas usia tersebut akan

meningkatkan risiko kehamilan maupun persalinan, karena usia

dibawah 20 tahun perkembangan organ-organ reproduksi yang

belum optimal, kematangan emosi dan kejiwaan kurang serta

fungsi fisiologi yang belum optimal, sehingga lebih sering terjadi

komplikasi yang tidak diinginkan dalam kehamilan. Sebaliknya

pada usia diatas 35 tahun telah terjadi kemunduran fungsi

fisiologis maupun reproduksi secara umum. Hal-hal tersebutlah

11
yang mengakibatkan proses perkembangan janin menjadi tidak

optimal dan menghasilkan anak yang lahir dengan berat badan

rendah (Proverawati, 2010).

b. Paritas

Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari

atau sama dengan500 gram yang pernah dilahirkan hidup maupun

mati. Bila berat badan tak diketahuimaka dipakai umur

kehamilan, yaitu 24 minggu. Pada umumnya BBLR meningkat

seiring dengan meningkatnya paritas ibu. Risiko untuk terjadinya

BBLR tinggi pada paritas pertama kemudian menurun pada

paritas kedua atau ketiga, selanjutnya meningkat kembali pada

paritas keempat (Siantury, 2007).

Paritas yang beresiko melahirkan BBLR adalah paritas 0

yaitu bila ibu pertama kali hamil dan paritas lebih dari 4 karena

dapat berpengaruh pada kehamilan. Paritas yang aman ditinjau

dari sudut kematian maternal adalah paritas 1-4 (Sistriani, 2008).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa paritas merupakan faktor

risiko yang signifikan terhadap kejadian BBLR sehingga ibu

dengan paritas lebih dari 3 anak berisiko 2,4 kali untuk

melahirkan bayi dengan BBLR. Berdasarkan hasil penelitian oleh

Arinnita (2012) di Rumah Sakit Pusat Dr. Mohammad Hoesin

Palembang menunjukkan dari 329 ibu, didapat ibu dengan paritas

tinggi 155 ibu yang melahirkan BBLR (51,4% Paritas ibu

12
diklasifikasikan menjadi primipara (ibu yang melahirkan anak

pertama), multipara (ibu yang melahirkan anak kedua dan ketiga),

dan grandemultipara (ibu yang melahirkan anak keempat atau

lebih).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suherni di RSUD

Wangaya tahun 2010, berdasarkan paritas ibu yang bersalin pada

periode Januari sampai dengan Maret 2010 terdapat 33,32% (109

ibu primipara), 65,55% (215 ibu multipara) dan 1,22% (4 ibu

grandemultipara). Ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan

kurang dari 2500 gram sebanyak 15 kasus (38,46%) pada status

ibu primipara, 22 kasus (56,41%) pada status paritas multipara,

dan 2 kasus (5,13%) pada status paritas grandemultipara.

c. Status Gizi Ibu Hamil

Status gizi adalah keadaan tingkat kecukupan dan

penggunaan nutrien atau lebih yang mempengaruhi kesehatan

seseorang. Status gizi seseorang pada hakekatnya merupakan

hasil keseimbangan antara konsumsi zat-zat makanan dengan

kebutuhan dari orang tersebut.Status gizi wanita merupakan salah

satu faktor yang harus diperhatikan. Rendahnya status gizi dapat

mengakibatkan kualitas fisik yang rendah dan berpengaruh pada

efisiensi reproduksi. Semakin tinggi status gizi seseorang,

makasemakin baik pula kondisi fisiknya, sehingga secara tidak

langsung mempengaruhi efisiensi reproduksi (Almatsier, 2011).

13
d. Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya

Penyebab kelahiran BBLR yang telah diketahui dapat

diperbaiki dengan perawatan pralahir yang sempurna,

pengurangan faktor risiko lainnya serta pembatasan kegiatan

dapat membantu mencegah hal tersebut terulang kembali. Bila

penyebab kelahiran BBLR tidak dapat dicegah atau diperbaiki

maka kelahiran BBLR dapat ditunda. Pengunduran waktu sejenak

dapat bermanfaat, dimana setiap hari tambahan nutrisi bayi yang

berada dalam uterus akan meningkatkan kesempatan untuk

selamat (Maryunani, 2013).

e. Status ekonomi rendah

Keadaan sosial ekonomi merupakan tolak ukur kualitas

rumah tangga karena keadaan tersebut erat kaitannya dengan

ketahanan pangan, keadaan gizi, pendidikan dan kesehatan rumah

tangga.

f. Penyakit

Kesehatan dan pertumbuhan janin dipengaruhi oleh

kesehatan ibu. Bila ibu mempunyai penyakit yang berlangsung

lama atau merugikan kehamilannya, maka kesehatan dan

kehidupan janin pun terancam.

14
g. Jarak Kehamilan

Jarak kehamilan ibu hamil sangat mempengaruhi berat

bayi yang dilahirkan. Seorang ibu yang jarak kehamilannya

dikatakan berisiko apabila hamil dalam jangka kurang dari dua

tahun, karena dapat menimbulkan gannguan hasil konsepsi, sering

terjadi immaturitas, prematuritas, cacat bawaan atau janin lahir

dengan BBLR. Keadaan ini disebabkan karena kurangnya suplai

darah nutrisi akan oksigen pada placenta yang akan berpengaruh

pada fungsi plasenta terhadap janin.

h. Pekerjaan

Pekerjaan terkait pada status sosial ekonomi dan aktifitas

fisik ibu hamil. Dengan keterbatasan status sosial ekonomi akan

berpengaruh terhadap keterbatasan dalam mendapatkan pelayanan

antenatal yang adekuat, pemenuhan gizi, sementara ibu hamil

yang bekerja cenderung cepat lelah sebab aktifitas fisiknya

meningkat karena memiliki pekerjaan diluar rumah.

i. Pendidikan rendah

Tingkat pendidikan ibu menggambarkan pengetahuan

kesehatan. Seseorang yang memiliki pendidikan tinggi

mempunyai kemungkinan pengetahuan tentang kesehatan juga

tinggi, karena makin mudah memperoleh informasi yang

didapatkan tentang kesehatan lebih banyak dibandingkan dengan

yang berpendidikan rendah. Tingkat pendidikan merupakan faktor

15
yang mendasari pengambilan keputusan. Semakin tinggi

pendidikan ibu akan semakin mampu mengambil keputusan

bahwa pelayanan kesehatan selama hamil dapat mencegah

gangguan sedini mungkin bagi ibu dan janinnya. Pendidikan juga

sangat erat kaitannya dengan tingkat pengetahuan ibu tentang

perawatan kehamilan dan gizi selama masa kehamilan

(Simarmata, 2010).

j. Merokok

Nikotin pada rokok menimbulkan kontriksi pembuluh

darah, akibatnya aliran darah ke janin melalui tali pusat janin akan

berkurang sehingga mengurangi kemampuan distribusi zat

makanan yan diperlukan oleh janin. Sedangkan karbon

monoksida akan mengikat hemoglobin dalam darah, akibatnya

akan mengurangi kerja hemoglobin yang mestinyan mengikat

oksigen untuk disalurkan keseluruh tubuh sehingga akan

mengganggu distribusi zat makanan serta oksigen ke janin.

k. Konsumsi alkohol/obat-obatan terlarang

Penggunaan obat-obatan terlarang dan mengkonsumsi

alkohol selama hamil merupakan risiko untuk terjadinya

gangguan pertumbuhan janin ataupum kelainan kongenital,

dengan demikian kejadian BBLR lebih besar dari pada ibu hamil

yang tidak menggunakan obat-obatan terlarang atau

mengkonsumsi alkohol.

16
l. Anemia kehamilan

Sebagian besar penyebab anemia pada ibu hamil adalah

kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan

hemoglobin. Anemia gizi besi terjadi karena tidak cukupnya zat

gizi besi yang diserap dari makanan sehari-hari guna

pembentukan sel darah merah sehingga menyebabkan

ketidakseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat besi

dalam tubuh. Hal ini dapat menyebabkan distribusi oksigen ke

jaringan akan berkurang yang akan menurunkan metabolisme

jaringan sehingga pertumbuhan janin akan terhambat dan

berakibat BBLR (Trihardiani, 2011).

2. Faktor kehamilan

a. Kehamilan ganda

Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua janin atau

lebih. Kehamilan ganda dapat memberikan risiko yang lebih

tinggi terhadap bayi dan ibu. Oleh karena itu, dalam menghadapi

kehamilan ganda harus dilakukan pengawasan yang lebih intensif.

Kebutuhan untuk pertumbuhan hamil ganda lebih besar sehingga

apabila terjadi difisiensi nutrisi seperti anemia hamil dapat

mengganggu pertumbuhan janin dalam rahim(Lubis, 2011).

Berat badan janin pada kehamilan ganda lebih ringan dari

pada janin pada kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang

sama. Sampai kehamilan 30 minggu kenaikan berat badan janin

17
kembar sama dengan janin kehamilan tunggal. Setelah itu,

kenaikan berat badan lebih kecil, karena regangan yang

berlebihan menyebabkan peredaran darah plasenta mengurang.

Berat badan satu janin pada kehamilan kembar rata-rata 1000

gram lebih ringan dari pada janin kehamilan tunggal. Berat badan

bayi yang baru lahir umumnya pada kehamilan kembar <2500 gr

(Wulandari, 2011).

b. Komplikasi kehamilan

Komplikasi kehamilan seperti perdarahan (perdarahan

antepartum: perdarahan pervaginam yang terjadi sebelum bayi

lahir sebelum kehamilan 28 minggu seringkali berhubungan

dengan aborsi atau kelainan dan perdarahan postpartum),

preeklampsia/eklampsia (kondisi ibu hamil dengan tekanan darah

meningkat, hingga terjadi spasme pembuluh darah, sehingga

terjadi gangguan fungsi plasenta, maka sirkulasi uteroplasenter

akan terganggu, pasokan nutrisi dan O2 akan terganggu sehingga

janin akan mengalami pertumbuhan yang terganggu dan bayi

akan lahir dengan BBLR (Kurniawati, 2010), serta ketuban pecah

dini (kondisi dimana air ketuban keluar sebelum waktunya dan

biasanya faktor penyebab paling sering adalah terjadinya benturan

pada kandungan).

18
c. Umur kehamilan

Umur kehamilan ibu adalah batas waktu ibu mengandung,

yang dihitung mulai dari hari pertama haid terakhir (HPHT).

Umur kehamilan ibu umumnya berlangsung 40 minggu atau 280

hari seperti kebiasaan orang awam 9 bulan 10 hari. Disebut matur

atau cukup bulan adalah rentang 37- 42 minggu, bila <37 minggu

disebut prematur atau kurang bulan, bila >42 minggu disebut post

matur atau serotinus (Albugis, 2008).

d. Faktor janin

Cacat bawaan yaitu kelainan bawaan pertumbuhan

struktur organ janin sejak pembuahan. Cacat bawaan merupakan

penyebab terjadinya persalinan prematur, BBLR, keguguran, lahir

mati, atau kematian bayi setelah persalinan pada minggu pertama.

Karena itu pada setiap kehamilan perlu pemeriksaan antenatal

untuk dapat mengetahui kemungkinan kelainan cacat bawaan

yaitu lewat pemeriksaan ultrasonografi (USG).

19
BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN, HIPOTESIS DAN DEFINISI

OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep Penelitian

Fator-faktor yang Kejadian


mempengaruhi BBLR BBLR
a. Usia Ibu
b. Jarak Kehamilan
c. Paritas

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian faktor-faktor yang


mempengaruhi kejadian berat badan lahir rendah di RSUP prof Dr R.D
Kandou Manado tahun 2019.

B. Hipotesis

1. Ho :

a. Tidak ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian berat

badan lahir rendah di RSUP prof Dr R.D Kandou Manado.

b. Tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian berat badan

lahir rendah di RSUP prof Dr R.D Kandou Manado.

c. Tidak ada hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian

berat badan lahir rendah di RSUP prof Dr R.D Kandou

Manado.

20
2. Ha :

a. Ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian berat badan

lahir rendah di RSUP prof Dr R.D Kandou Manado.

b. Ada hubungan antara paritas dengan kejadian berat badan lahir

rendah di RSUP prof Dr R.D Kandou Manado.

c. Ada hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian berat

badan lahir rendah di RSUP prof Dr R.D Kandou Manado.

21
C. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Di RSUP prof Dr R.D
Kandou Manado Tahun 2019

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional
Ukur
Usia Ibu Satuan waktu Lembar 1. < 18 tahun Nominal
hamil yang mengukur observasi 2. 18 – 25 tahun
waktu pada saat 3. > 25 tahun
hamil
Jarak Rentang waktu Lembar 1. < 1 tahun Nominal
kehamilan antara kehamilan observasi 2. 1-3 tahun
sebelumnya 3. > 3 tahun
dengan kehamilan
sekarang
Paritas Keadaan Lembar 1= Primipara Nominal
melahirkan anak observasi 2= Mulltipara
baik hidup 3= Grande
ataupun mati, multipara
tetapi bukan
aborsi tanpa
melihat jumlah
anaknya
BBLR Bayi baru lahir 1= Ya Nominal
yang berat 2= Tidak
badannya saat
lahir kurang dari
2500 gram atau
sampai dengan
2499 gram

22
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Desain pada penelitian ini adalah deskriptif analitik yang bertujuan

untuk mengetahui hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian

BBLR di RSUP prof Dr R.D kandou manado tahun 2019. Penelitian

dilakukan dengan menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu peneliti

melakukan observasi atau pengukuran variabel faktor-faktor kepatuhan

dan kepatuhan diet pada satu saat tertentu, artinya setiap subyek hanya

diobservasi satu kali dan pengukuran variabel dilakukan pada saat

pemeriksaan tersebut.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah di laksanakan di RSUP prof Dr R.D kandou

manado.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan januari – februari

2020.

23
C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah rata-rata perbulan pasien ibu

hamil selama 3 bulan terakhir di RSUP prof Dr R.D kandou manado

yaitu sebanyak 70 orang.

2. Sampel

Sampel pada penelitian menggunakan purposive sampling, yaitu

suatu teknik penetapan sampel dengan pertimbangan tertentu yang

dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi

yang sudah diketahui (Notoadmodjo 2010). Pada penelitian ini

pengambilan besar sampel ditentukan dengan total sampling dimana

jumlah pasien perbulan adalah 24 orang.

D. Instrumen Penelitian

Lembar observasi : lembar observasi yang digunakan untuk

menuliskan hasil penelitian ini yang terdiri dari nomor, umur, jenis

kelamin bayi dan fakotr-faktor yang menjadi penyebab terjadinya

BBLR.

E. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa data dilakukan terhadap semua variabel dalam penelitian

dan pada umumnya analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan

presentasi dari tiap variabel (Notoadmodjo, 2010). Analisis univariat

dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian

24
berat badan lahir rendah di RSUP prof Dr R.D kandou manado tahun

2019.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga ada hubungan atau korelasi (Notoadmodjo,

2010). Analisis bivariat ini berfungsi mengetahui hubungan video

kartun terhadap dampak hospitalisasi pada anak pra sekolah. Uji

statistika yang akan digunakan adalah uji t atau t test untuk mengetahui

ada tidaknya perbedaan antara masing – masing variable dan uji t atau

t test yang digunakan adalah paired-sampel t-test. Jika nilai

signifikansi ≥ 0,05 (nilai Alpha) berarti Ho diterima atau tidak ada

factor yang berhubungan dengan kejadian BBLR. Jika nilai

signifikansi < 0,05 (nilai Alpha) berarti Ho ditolak atau ada perbedaan

sebelum dan sesudah diberikan video kartun.

F. Etika Penelitian

1. Lembaran Persetujuan Penelitian (Informed Consent)

Lembar persetujuan diedarkan sebelum penelitian dilaksanakan

agar responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian, serta

dampak yang akan terjadi selama dalam pengumpulan data. Jika

responden bersedia diteliti mereka harus menandatangani lembar

persetujuan tersebut, jika tidak peneliti harus menghormati hak-hak

responden.

25
2. Tanpa Nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan

mencatumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data. Lembar

tersebut hanya akan diberi kode tertentu.

3. Kerahasiaan (confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subyek dijamin

kerahasiaannya. Hanya kelompok data tertentu saja yang akan

disajikan atau dilaporkan pada hasil riset.

26
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Paceda terletak di Kelurahan Madidir Unet Kecamatan

Madidir Kota Bitung. Wilayah kerja puskesmas Paceda terdiri dari 8

Kelurahan yaitu Kelurahan Kadoodan, Kelurahan Madidir Weru,

Kelurahan Madidir Ure, Kelurahan Madidir Unet, Kelurahan Paceda,

Kelurahan Wangurer Utara, Kelurahan Wangurer Timur dan Kelurahan

Wangurer Barat. Data ruangan yang ada di Puskesmas Paceda antara

lain:

a. 1 Ruang Loket

b. 1 Ruang Apotik

c. 1ruang Poli umum

d. 1 Ruang Kepala Puskesmas

e. 1 Ruang Poli KIA/KB

f. 1 Ruang Rawat Inap Bersalin

g. 1 Ruang Administrasi

h. 1 Ruang Poli Gigi

i. 1 Ruang Laboratorium/Malaria

j. 1 Ruang Tindakan (UGD)

k. 1 Ruang TB Paru/Kusta

27
l. 1 Ruang Gudang Obat

m.1 Ruang Imunisasi/Gizi

n. 3 Ruang WC Pasien

o. Perlengkapan Puskesmas

Perlengkapan yang ada di Puskesmas Paceda antara lain :

a. 2 unit mobil puskesmas keliling

b. 6 unit motor

c. 10 set computer

2. Tenaga Kesehatan terdiri dari:

a. Bidan : 13 orang

b. Perawat : 16 orang

c. Perawat gigi : 1 orang

d. Tenaga kesehatan lingkungan : 3 orang

e. Nutrisionis : 3 orang

f. Dokter umum : 4 orang

g. Dokter Gigi : 1 Orang

h. Dokter Spesialis Penyakit Dalam : 1 Orang.

i. Apoteker : 2 Orang

j. Administrasi : 4 Orang

k. Tenaga Elektro Medis : 1 Orang

28
3. Karakteristik Responden

a. Usia Ibu Pasien di Ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit)

RSUP prof Dr R.D kandou manado

Tabel 5.1 Distribusi Responden berdasarkan usia Ibu di Ruang


NICU (Neonatal Intensive Care Unit) RSUP prof Dr R.D
kandou manado.
Usia n Persetase %
<18 Tahun 7 29.2
18-25 Tahun 7 29.2
>25 Tahun 10 41.7
Total 24 100
Dari tabel 5.1 dapat diketahui bahwa usia responden yang paling

banyak adalah responden yang berumur >25 tahun berjumlah 10

responden (41,7%), selanjutnya responden berumur 18-625 tahun

berjumlah 7 responden (29,2%) dan responden berumur <18 tahun

berjumlah 7 responden (29,2%).

b. Jarak Kehamilan Ibu Pasien di Ruang NICU (Neonatal Intensive

Care Unit) RSUP prof Dr R.D kandou manado

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Kehamilan Ibu


Pasien di Ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit)
RSUP prof Dr R.D kandou manado.
Umur n Persetase %
<1 Tahun 10 41.7
1-3 Tahun 6 25.0
>3 Tahun 8 33.3
Total 24 100
Dari tabel 5.2 dapat diketahui bahwa jarak kehamilan ibu pasien

yang paling banyak adalah <10 tahun berjumlah 10 responden

(47,7%), responden 1-3 Tahun berjumlah 6 responden (25,0%) dan

responden>3 Tahun berjumlah 8 responden (33,33%).

29
c. Paritas Ibu Pasien di Ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit)

RSUP prof Dr R.D kandou manado

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Paritas Ibu Pasien di


Ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit) RSUP prof
Dr R.D kandou manado.
Jenis kelamin N Persetase %
Primipara 11 45.8
Multipara 10 41.7
Grande Multipara 3 12.5
Total 24 100
Dari tabel 5.2 dapat diketahui bahwa jarak kehamilan ibu pasien

yang paling banyak adalah <10 tahun berjumlah 10 responden

(47,7%), responden 1-3 Tahun berjumlah 6 responden (25,0%) dan

responden>3 Tahun berjumlah 8 responden (33,33%).

4. Analisis Univariat

a. Gambaran Frekuensi Responden Yang Mengalami BBLR di Ruang

NICU (Neonatal Intensive Care Unit) RSUP prof Dr R.D kandou

manado

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Yang Mengalami BBLR


di Ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit) RSUP prof Dr R.D
kandou manado.
Kejadian BBLR Frekuensi Persentase%
BBLR 14 58,3
Tidak BBLR 10 41,7
Total 24 100

Dari tabel 5.3 menunjukan bahwa frekuensi responden yang

mengalami BBLR sebanyak 14 responden (58,3%), dan responden

yang tidak mengalami BBLR sebanyak 10 responden (41,7%).

30
5. Analisis Bivariat

a. Hubungan usia ibu hamil dengan kejadian berat badan lahir rendah

di Ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit) RSUP prof Dr R.D

kandou manado

Tabel 5.4 Hubungan usia ibu hamil dengan kejadian berat badan lahir
rendah di Ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit) RSUP
prof Dr R.D kandou manado

Kejadian BBLR p-value


Usia BBLR Tidak BBLR
n F n F
<18 Tahun 3 42.9 4 57.1 0,025
18-25 Tahun 2 28.6 5 71.4
>25 Tahun 9 90.0 1 10.0
Total 14 58.3 10 41.7

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square

didapatkan hasil responden BBLR dengan usia <18 tahun sebanyak 3

responden (42.9%), respoden BBLR usia 18-25 tahun sebanyak 2

responden (28.6%), respoden BBLR usia >25 tahun sebanyak 9

responden (90.0%), sedangkan respoden Tidak BBLR usia <18 tahun

sebanyak 4 responden (57.1%), respoden Tidak BBLR usia 18-25 tahun

sebanyak 5 responden (71.4%), respoden Tidak BBLR usia >25 tahun

sebanyak 1 responden (10%). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji

chi-square di peroleh nilai ρ-value = 0,025 lebih kecil dari nilai α = 0,05

yang Berarti H0 dit0lak maka ada hubungan yang signifikan antara usia

dengan kejadian berat badan lahir rendah di Ruang NICU (Neonatal

Intensive Care Unit) RSUP prof Dr R.D kandou manado.

31
b. Hubungan jarak kehamilan dengan kejadian berat badan lahir

rendah di Ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit) RSUP prof

Dr R.D kandou manado

Tabel 5.5 Hubungan jarak kehamilan dengan kejadian berat badan lahir
rendah di Ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit) RSUP
prof Dr R.D kandou manado

Kejadian BBLR p-value


Jarak Kehamilan BBLR Tidak BBLR
n F n F
< 1Tahun Tahun 6 60.0 4 40.0 0,029
1-3 Tahun 1 16.7 5 83.3
>3 Tahun 7 87.5 1 12.5
Total 14 58.3 10 41.7

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square

didapatkan hasil responden BBLR dengan jarak Kehamilan < 1 tahun

sebanyak 6 responden (60.0%), responden BBLR 1-3 tahun sebanyak 1

responden (16.7%), responden BBLR > 3 tahun sebanyak 7 responden

(87.5%), sedangkan respoden Tidak BBLR jarak Kehamilan < 1 tahun

sebanyak 4 responden (40.0%), respoden Tidak BBLR 1-3 tahun

sebanyak 5 responden (83.3%), respoden Tidak BBLR > 3 tahun

sebanyak 1 responden (12.5%). Hasil uji statistik dengan menggunakan

uji chi-square di peroleh nilai ρ-value = 0,029 lebih kecil dari nilai α =

0,05 yang Berarti H0 dit0lak maka ada hubungan yang signifikan antara

jarak kehamilan dengan kejadian berat badan lahir rendah di Ruang NICU

(Neonatal Intensive Care Unit) RSUP prof Dr R.D kandou manado.

32
c. Hubungan usia paritas dengan kejadian berat badan lahir rendah di

Ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit) RSUP prof Dr R.D

kandou manado

Tabel 5.6 Hubungan paritas dengan kejadian berat badan lahir rendah di
Ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit) RSUP prof Dr
R.D kandou manado

Kejadian BBLR p-value


Paritas BBLR Tidak BBLR
N F n F
Primipara 6 54.5 5 45.5 0,497
Multipara 7 70.0 3 30.0
Grande Multipara 1 90.0 2 66.7
Total 14 58.3 10 41.7

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square

didapatkan hasil responden BBLR dengan Primipara sebanyak 6

responden (54.5%), respoden BBLR Multipara sebanyak 7 responden

(70.0%), respoden BBLR Grande Multipara sebanyak 1 responden

(90.0%), sedangkan respoden Tidak BBLR Primipara sebanyak 5

responden (45.5%), respoden Tidak BBLR Multipara sebanyak 3

responden (30.0%), respoden Tidak BBLR Grande Multipara sebanyak 2

responden (66.7%). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square

di peroleh nilai ρ-value = 0,497 lebih kecil dari nilai α = 0,05 yang Berarti

Ha ditolak maka Tidak ada hubungan yang signifikan antara paritas

dengan kejadian berat badan lahir rendah di Ruang NICU (Neonatal

Intensive Care Unit) RSUP prof Dr R.D kandou manado.

33
B. Pembahasan

1. Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah di

Ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit) RSUP prof Dr R.D kandou

manado

Hasil Penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara usia ibu

dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah di Ruang NICU (Neonatal

Intensive Care Unit) RSUP prof Dr R.D kandou manado.

Berdasarkan Analisa situasi dilapangan, usia reproduksi yang sehat

belum tentu menjamin Kesehatan ibu dan bayi pada saat persalinan. Ada

satu fenomena yang melatarbelakangi kejadian suatu penyakit yang secara

tidak langsung mempengaruhi kondisi bayi, salah satunya Riwayat

keturunan kembar. Selain itu ada factor yang diluar kondisi ibu saat hamil

yang kemungkinan bisa mempengaruhi kondisi bayi diantaranya beban

fisik dan masalah ekonomi. Hal tersebut berdampak buruk terhadap

asupan nutrisi yang kurang.

Rentang usia ibu antara 20-35 tahun mengalami kehamilan yang

terbaik. Pada penelitian ini masih ada subyek dengan usia berisiko pada

saat hamil. Menikah dan hamil pada usia muda merupakan hal yang biasa

terjadi pada masyarakat setempat berkaitan denga nada istiadat. Kehamilan

pada usia diatas 35 tahun tidak menjadi masalah karena persepsi

masyarakat setempat yang lebih pada kemampuan fisik wanita tersebut

dalam menentukan kelayakan untuk hamil, tanpa memperhatikan

resikonya. Wanita usia di bawah 20 tahun masih berada dakam tahap

34
pertumbuhan dan perkembangan sehingga kondisi hamil akan membuat

dirinya harus berbagi dengan janin yang sedang dikandung untuk

memenuhi kebutuhan gizinya. Sebaliknya ibu yang berusia lebih dari 35

tahun mulai menunjukan pengaruh proses penuaannya, seperti sering

muncul penyakit seperti hipertensi dan diabetes melitus yang dapat

menghambat masuknya makanan janin melalui plasenta.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Suryati (2014) yaitu hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chisquare

menyatakan ada hubungan yang bermakna antara usia ibu sewaktu hamil

dengan kejadian BBLR dengan nilai p=0,005.

2. Hubungan jarak kehamilan dengan kejadian berat badan lahir rendah di

Ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit) RSUP prof Dr R.D kandou

manado

Berdasarkan hasil penelitian tabel 5.6 dari 24 responden hamper dari

setengahnya terjadi pada jarak kehamilan terlalu jauh yaitu 7 responden

(87.5).

Dari hasil penelitian yang telah dijelaskan menurut peneliti jarak

kehamilan yang jauh dapat memberikan dampak yang tidak baik terhadap

Kesehatan maupun proses persalinan ibu. Jarak kehamilan yang jauh

merupakan factor beresiko karena pada saat seorang ibu dalam kehamilan

dan persalinan ini seolah-olah baru akan menghadapi persalinan

pertamnya, serta organ-organ reproduksinya bekerja seperti pada saat ibu

pertama melahirkan seperti bisa terjadi porsio kaku, dan disamping itu

35
perlu persiapan mental dan fisik yang baik untuk menghadapi proses

persalinanya. Jarak kehamilan dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu usia

ibu, Pendidikan, pekerjaan, dan paritas serta komplikasi pada saat hamil.

Hal ini sesuai dengan Poedji Rochjati, (2013) yang mengatakan ibu

hamil dengan persalinan terakhir > 10 tahun yang lalu. Ibu dalam

kehamilan dan persalinan ini seolah-olah menghadapi persalinan yang

pertama lagi. Ibu juga dapat mengalami komplikasi persalinan seperti,

persalinan dapat berjalan tidak lancer, perdarahan pasca persalinan,

penyakit ibu hipertensi, diabetes, dan lain-lain (Poedji Rochjati. 2013)

3. Hubungan usia paritas dengan kejadian berat badan lahir rendah di Ruang

NICU (Neonatal Intensive Care Unit) RSUP prof Dr R.D kandou manado

Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara

paritas dengan kejadian berat badan lahir rendah di Ruang NICU

(Neonatal Intensive Care Unit) RSUP prof Dr R.D kandou manado.

Paritas atau jumlah kehamilan / persalinan yang telah dialami

seseorang wanita akan mempengaruhi berat badan bayi yang dilahirkan,

hal ini terkait dengan kesuburan Rahim seorang wanita.

Menurut Hartanto (2013) kehamilan lebih dari 4 anak termasuk

kehamilan risiko tinggi yang dapat menyebabkan BBLR, nutrisi kurang,

lebih sering terkena penyakit, tumbuh kembang lebih lambat dan

pendidikan / intelegensi akademis lebih rendah. Semakin banyak paritas

ibu maka pengetahuannya akan semakin tinggi, hal ini ada kaitannya

dengan pengaruh pengalaman sendiri maupun orang lain, sama halnya

36
dengan seorang ibu hamil yang telah mempunyai paritas dia akan

mempunyai pengalaman sebelumnya jika dibandingkan dengan mereka

yang belum mempunyai paritas (Notoatmodjo, 2010).

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Yuwono (2016) yang membuktikan bahwa paritas berpengaruh terhadap

kejadian BBLR.

37
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Berat Badan

Lahir Rendah Di Ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit) Rsup Prof Dr

R.D Kandou Manado. dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian Berat Badan Lahir

Rendah Di Ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit) Rsup Prof Dr

R.D Kandou Manado dengan p-value 0,025

2. Ada Hubungan jarak kehamilan dengan kejadian Berat Badan Lahir

Rendah Di Ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit) Rsup Prof Dr R.D

Kandou Manado dengan p-value 0,029

3. Tidak ada Hubungan usia paritas dengan kejadian Berat Badan Lahir

Rendah Di Ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit) Rsup Prof Dr R.D

Kandou Manado dengan p-value 0,497

B. Saran

1. Bagi Instansi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi untuk

peneliti selanjutya dengan mengangkat topik yang sama dengan variable

yang berbeda dan dapat dikembangkan sebagai kompetensi yang harus

dikuasai oleh mahasiswa.

38
2. Bagi Ilmu Keperawatan

Intensitas pendidikan diharapkan dapat meningkatkan perkembangan ilmu

pengetahuan dan menjadikan penelitian ini sebagai evidence based

practice dalam kejadian berat badan lahir rendah bagi bayi.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengembangkan penelitian

sehubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian berat

badan lahir rendah.

39

Anda mungkin juga menyukai