Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini masalah kesehatan yang dihadapi Indonesia tidak hanya penyakit

menular saja tetapi sudah meluas ke penyakit tidak menular ini dikarenakan

zaman yang semakin modern. Pengaruh globalisasi dan berkembangnya

teknologi adalah dua hal yang dapat menyebabkan pergeseran gaya hidup

masyarakat di Indonesia, salah satu penyakit yang bisa disebabkan karena

pergeseran gaya hidup adalah gastritis (Gustin, 2011).

Gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa

lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal. Peradangan ini

dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya

epitel mukosa superfisial yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan

saluran pencernaan. Pelepasan epitel akan merangsang timbulnya proses

inflamasi pada lambung (Sukarmin, 2013). Seperti yang diketahui, lambung

adalah organ pencernaan dalam tubuh manusia yang berfungsi untuk

menyimpan makanan, mencerna, dan kemudian mengalirkannya ke usus kecil.

Di dalam lambung terdapat enzim-enzim pencernaan, seperti pepsin, asam

lambung, dan mukus untuk melindungi dinding lambung sendiri. Bila terjadi

ketidakseimbangan diantara faktor tersebut, misalnya asam yang berlebih atau

mucus yang berkurang, dapat mengiritasi dinding lambung sehingga terjadi

proses peradangan pada lambung yang disebut gastritis (Gobel, 2012).

1
Gastritis disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, pola makan yang buruk,

stress, pemakaian obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) terutama aspirin

dalam jumlah besar, konsumsi alkohol berlebihan, banyak merokok, pemberian

obat kemoterapi antikanker, uremia, infeksi sistemik (misal, salmonelosis),

iskemia dan syok, upaya bunuh diri dengan cairan asam dan basa, trauma

mekanis (misal, intubasi nasogastrik), setelah gastrektomi distal disertai refluks

bahan yang mengandung empedu (Hartanto, Darmaniah, & Wulandari, 2013;

Wirawan, 2012; Tilong, 2014). Beberapa gejala dari gastritis yaitu, sakit pada

ulu hati, mual-mual dan muntah, perasaan penuh (anoreksia), mudah masuk

angin, kepala pusing, insomnia/sulit tidur pada pasien yang disebabkan stress,

perdarahan pada saluran cerna (Soeryoko, 2013; Sukarmin, 2013).

Hasil penelitian terdahulu tentang Beberapa Faktor Yang Berhubungan

Dengan Kejadian Gastritis Pada Pasien Yang Di Rawat Di Rsud Labuang Baji

Makassar Tahun 2013. Berdasarkan hasil uji statistik factor pola makan dengan

kejadian gastritis pada pasien didapatkan nilai p= 0,024. Hasil uji statistik

factor stresss terhadap kejadian gastritis didapatkan nilai p= 0,008 dan hasil uji

statistik factor obat-obatan dengan kejaadian gastritis didapatkan nilai p=

0,004. Sehingga dapat disimpulkan pola makan, stresss, dan obat-obatan

mempengaruhi kejadian gastritis (Megawati dkk, 2013).

Menurut data dari World Health Organization (WHO) Di dunia, insiden

gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden

terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk

setiap tahunnya. Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia

menurut World Health Organization (WHO) adalah 40,8%. Angka kejadian

2
gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi

274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk (Gustin, 2011). Menurut

data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2009, dari 10 besar penyakit

rawat inap di rumah sakit gastritis termasuk pada urutan ke 10 dengan

jumlah kasus 30,154 (4,9%) prevalensi, kasus meninggal sebanyak 235

orang, case fatality rate (CFR) 0,87 % (Profil Kesehatan Indonesia Tahun

2009). Data dari Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara tahun 2017,

persentase pola penyakit rawat jalan dan Inap semua golongan umur di RS

yang ada di Sulut. Gastritis diurutan ke tiga dari 10 penyakit terbesar di

seluruh RS yang ada di Sulawesi Utara yaitu (6,52%) proporsi (Profil

kesehatan Provinsi Sulawesi Utara tahun 2017). Dan data dari RSU Bunda

Maria Kota Manado penderita Gastritis pada bulan Februari samapai Maret

2019 berjumlah 119 pasien.

Survey awal yang dilakukan pada beberapa pasien yang ada di RSU

Bunda Maria Kota Manado yang menderita penyakit Gastritis dari beberapa

orang mengatakan perutnya terasa nyeri apabila ia terlalu banyak

mengkonsumsi makanan yang bersantan.

Dari penjelasan latar belakang di atas peneliti sangat tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian Gastritis di ruangan Dahlia dan Mawar di RSU Bunda Maria Kota

Manado”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah Faktor-faktor yang berhubungan dengan

3
kejadian Gastritis di ruangan Dahlia dan Mawar di RSU Bunda Maria Kota

Manado?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

Gastritis di ruangan Dahlia dan Mawar di RSU Bunda Maria Kota Manado

2. Tujuan Khusu

a. Untuk mengetahui hubungan pola makan dengan kejadian gastritis di

ruangan Dahlia dan Mawar di RSU Bunda Maria Kota Manado

b. Untuk mengetahui hubungan stress dengan kejadian gastritis di ruangan

Dahlia dan Mawar di RSU Bunda Maria Kota Manado

c. Untuk mengetahui hubungan penggunaan obat anti inflamasi nonstreroid

dengan kejadian gaastritis di ruangan Dahlia dan Mawar di RSU Bunda

Maria Kota Manado

d. Untuk mengetahui hubungan kejadian gastritis di ruangan Dahlia dan

Mawar di RSU Bunda Maria Kota Manado

D. Manfaat Penulisan

A. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

pengetahuan ilmiah yang bermanfaat dalam pengembangan ilmu

pengetahuan dan penelitian selanjutnya tentang penyakit Gastritis.

B. Bagi Tempat Penelitian

4
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan

memasukan mengenai penyakit gastritis diruangan Dahlia dan Mawar RSU

Bunda Maria.

C. Bagi Pasien Gastritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

wawasan mengenai kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang dapat

menimbulkan penyakit Gastritis.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Gastritis

1. Pengertian Gastritis

Maag merupakan bahasa belanda. Dalam bahasa indonesia, maag berarti

lambung. Nama maag lebih populer dibanding dengan bahasa asing lainnya

5
yaitu gaster. Namun dalam medis, gaster sangat populer dibanding maag

maupun lambung. Gastritis merupakan peradangan pada lambung. Penyakit

ini terjadi karena tingginya kadar asam lambung maupun iritasi dinding

lambung karena zat tertentu (Soeryoko, 2013).

Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung.

Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung

sampai terlepasnya epitel mukosa superfisial yang menjadi penyebab

terpenting dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel akan

merangsang timbulnya proses inflamasi pada lambung (Sukarmin, 2013).

Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung. Gambaran klinis yang

ditemukan berupa dispepsia atau indigesti. Berdasarkan pemeriksaan

endoskopi ditemukan eritema mukosa sedangkan hasil foto memperlihatkan

iregularitas mukosa (Mansjoer, et al 2011).

Gastritis didefinisikan sebagai peradangan mukosa lambung. Sejauh ini,

mayoritas kasus adalah gastritis kronis, tetapi kadang-kadang ditemukan

bentuk khas gastritis akut (Hartanto, Darmaniah, & Wulandari, 2013).

Secara sederhana gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan

submukosa lambung. Gastritis merupakan gangguan yang paling sering

dijumpai di klinik, karena diagnosanya sering hanya berdasarkan gejala

klinis bukan pemeriksaan histopaologi. Pada sebagian besar kasus inflamasi

mukosa gaster tidak berkorelasi dengan keluhan dan gejala klinis pasien.

Sebaliknya keluhan dan gejala klinis pasien berkorelasi positif dengan

komplikai gastritis (W. Sudoyo, et al 2009).

2. Klasifikasi Gastritis

6
a. Gastritis Akut

Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya

bersifat jinak dan swasirna; merupakan respons mukosa lambung

terhadap berbagai iritan lokal (Pendit, et al, 2012). Gastritis akut adalah

proses peradangan mukosa akut, biasanya bersifat transien. Peradangan

mungkin disertai perdarahan ke dalam mukosa dan, pada kasus yang

lebih parah, terlepasnya epitel mukosa superfisial (erosi). Bentuk erosif

yang parah ini merupakan penyebab penting perdarahan saluran cerna

akut (Hartanto, Darmaniah, & Wulandari, 2013).

Menurut definisi, gastritis akut adalah proses inflamasi akut yang

melibatkan lambung, dengan infiltrat neutrofilik yang dominan, dengan

atau tanpa perdarahan intramukosa atau pengelupasan mukosa superfisial

(erosi) atau keduanya. Paling sering, gastritis akut berhubungan dengan

zat beracun (aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid [NSAID], asupan

alkohol berlebih, racun uremik, penggunaan tembakau berat, atau obat

kemoterapi kanker), iskemia (stres berat, trauma, syok, sepsis, luka

bakar). , hipotermia, atau radiasi), atau infeksi (Helicobacter pylori [HP],

cytomegalovirus [CMV], gastritis phlegmonous [banyak bakteri], atau

anisakiasis).

Gastritis akut akibat infeksi Helicobacter Pylori jarang diidentifikasi.

Beberapa pasien mungkin mengalami sakit perut, mual, atau muntah.

Temuan endoskopik tidak spesifik (eritema dan erosi) atau tidak ada.

Spesimen biopsi menunjukkan infiltrasi neutrofilik mukosa di antrum,

dengan atau tanpa deskuamasi dan erosi. Sebagian besar orang yang

7
terinfeksi Helicobacter Pylori secara akut mengembangkan gastritis

kronis yang aktif.

Aspirin dan NSAID dapat menyebabkan cedera akut pada mukosa

lambung, dengan sedikit atau tidak ada ammasi (gastropati). Perubahan

hemoragik dan erosif dapat dilihat pada spesimen biopsi, dengan atau

tanpa temuan endoskopi (perdarahan atau erosi petekie) atau gejala klinis

(nyeri perut, mual, muntah, atau perdarahan saluran gastrointestinal).

Temuan serupa terjadi setelah konsumsi sejumlah besar alkohol dan zat

beracun lainnya dan setelah iskemia. Semua penghinaan ini merusak

fungsi sawar mukosa dengan mempengaruhi sintesis prostaglandin

(NSAID) atau aliran darah mukosa (alkohol atau iskemia) atau oleh

cedera langsung ke permukaan sel mukosa (NSAID, obat lain, atau

infeksi). Pengobatan untuk gastritis akut meliputi penatalaksanaan

kondisi yang mendasarinya, dengan penarikan obat atau toksin yang

menyinggung, dan terapi penekanan asam dengan inhibitor pompa proton

(Hauser, 2011).

b. Gastritis Kronik

Gastritis kronis didefinisikan sebagai peradangan mukosa kronis yang

akhirnya menyebabkan atrofi mukosa dan metaplasia epitel (Hartanto,

Darmaniah, & Wulandari, 2013).

Gastritis kronis diklasifikasi oleh Sistem Sydney sebagai nonatrofik

atau atrofi, bersama dengan bentuk khusus gastritis dan gastropati. Cidera

mukosa terjadi pada semua bentuk gastritis kronis.

8
Atrofi dalam bentuk atrofi gastritis kronis dapat bersifat autoimun

atau multifokal, dan, kemudian, metaplasia, displasia, dan karsinoma

dapat berkembang dalam beberapa kasus (Hauser, 2011).

3. Penyebab-penyebab Gastritis

a. Pola Makan

Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan

jenis makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan,

status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Pola makan

yang keliru dapat menyebabkan terjadinya banyak gangguan pada

kesehatan tubuh, terutama menurunnya sistem imun. Hal ini bisa terjadi

karena pola makan yang tidak benar dapat menyebabkan asupan yang

dibutuhkan oleh tubuh tidak terpenuhi. Sepintas, kebiasaan ini mungkin

tidak mempunyai pengaruh apa pun sebab banyak diantara kita yang

mempunyai pola makan yang buruk namun masih sehat-sehat saja.

Padahal, pengaruhnya akan dirasakan di hari kemudian.

Tidak banyak orang yang mau memperhatikan pola makannya

sehingga, tanpa disadari banyak penyakit mulai dari yang paling ringan

seperti gastritis hingga paling berbahaya seperti kanker dan penyakit

jantung, kerap datang mengintai. Kebanyakkan orang makan sesuka

hatinya. Porsinya pun sudah tidak diperhatikan lagi. Padahal, porsi

makan yang terlalu banyak itu tidak baik, begitu juga sebaliknya. Pola

makan yang buruk ini juga dapat menyebabkan tidak teraturnya jam

maka, diantara jam makan yang paling sering diabaikan adalah sarapan.

9
Melewatkan sarapan tidak hanya akan merusak berat badan kita namun

juga kesehatan kita.

Penyebab sakit gastritis ialah pola makan yang tidak teratur. Pola

makan sangat terkait dengan produksi asam di lambung. Asam ini

berfungsi mencerna makanan yang masuk ke dalam lambung dengan

jadwal yang teratur. Produksi asam lambung tertap terjadi meskipun

seseorang sedang tidur.

Pola makan erat kaitannya dengan produksi asam di lambung. Pola

makan yang tidak teratur membuat lambung sulit untuk beradaptasi. Jika

ini berlangsung dalam jangka waktu lama, produksi asam lambung akan

berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa pada lambung.

Hal inilah yang menyebabkan rasa perih dan mual. Pola makan terdiri

dari frekuensi makan, jenis makan, dan jumlah maakan atau porsi makan.

Sebagai berikut :

1) Frekuensi makan

Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik

kualitatif dan kuantitatif. Frekuensi makan adalah jumlah waktu

makan dalam sehari, meliputi makanan lengkap ( full meat) dan

makanan selingan ( snack). Frekuensi makan di suatu institusi berkisar

antar tiga hingga enam kali sehari tergantung dari biaya tenaga kerja

yang tersedia. Waktu makan terdiri dari makan pagi, selingan pagi,

makan siang, selingan, makan malam serta selingan malam. Secara


10
alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan

mulai dari mulut sampai usus halus. Lama makanan dalam lambung

tergantung sifat dan jenis makanan. Jika rata-rata, umumnya lambung

kosong antara 3-4 jam. Maka jadwal makan ini pun menyesuaikan

dengan kosongnya lambung.

Orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah terserang

penyakit gastritis. Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong,

atau ditunda pengisiannya, asam lambung akan mencerna lapisan

mukosa lambung, sehingga timbul rasa nyeri.

Secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung

setiap waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan

biasanya kadar glukosa dalam darah telah banyak terserap dan

terpakai sehingga tubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu

jumlah asam lambung terstimulasi. Bila seseorang telat makan sampai

2-3 jam, maka asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan

berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta

menimbulkan rasa nyeri di sekitar epigastrium.

Kebiasaan makan tidak teratur ini akan membuat lambung sulit

untuk beradaptasi. Jika hal itu berlangsung lama, produksi asam

lambung akan berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa

pada lambung dan dapat berlanjut menjadi tukak peptik. Hal tersebut

dapat menyebabkan rasa perih dan mual. Gejala tersebut bisa naik ke

kerongkongan yang menimbulkan rasa panas terbakar. Produksi asam

lambung diantaranya dipengaruhi oleh pengaturan sefalik, yaitu

11
pengaturan oleh otak. Adanya makanan dalam mulut secara refleks

akan merangsang sekresi asam lambung. Pada manusia, melihat dan

memikirkan makanan dapat merangsang sekresi asam lambung.

2) Jenis Makan

Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau

dimakan, dicerna, dan diserap akan menghasilkan paling sedikit

susunan menu sehat dan seimbang. Menyediakan variasi makanan

bergantung pada orangnya, makanan tertentu dapat menyebabkan

gangguan pencernaan. Gastritis dapat disebabkan dari hasil

makanan yang tidak cocok. Makanan tertentu yang dapat

menyebabkan penyakit gastritis, seperti buah yang masih mentah,

daging mentah, kari, dan makanan yang banyak mengandung krim

atau mentega. Bukan berarti makanan ini tidak dapat dicerna,

melainkan karena lambung membutuhkan waktu yang labih lama

untuk mencerna makanan tadi dan lambat meneruskannya kebagian

usus selebih-nya. Akibatnya, isi lambung dan asam lambung

tinggal di dalam lambung untuk waktu yang lama sebelum

diteruskan ke dalam duodenum dan asam yang dikeluarkan

menyebabkan rasa panas di ulu hati dan dapat mengiritasi.

Makanan dan minuman lainnya yang dapat menyebabkan

gastritis adalah sebagai berikut :

a) Makan Pedas

Makanan dan minuman yang memiliki rasa pedas adalah

makanan ditambah cabe, merica, jahe, maupun lengkuas.

12
Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan

merangsang sistem pencernaan, terutama lambung dan usus

untuk berkontraksi. Hal ini akan mengakibatkan rasa panas dan

nyeri di ulu hati yang disertai dengan mual dan muntah. Gejala

tersebut membuat penderita makin berkurang nafsu makannya.

Bila kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas lebih dari satu

kali dalam seminggu selama minimal 6 bulan dibiarkan terus-

menerus dapat menyebabkan iritasi pada lambung yang disebut

dengan gastritis.

b) Makanan Asam

Makanan dan minuman yang memiliki rasa asam misalnya

jeruk nipis, lemon, asam, cuka, belimbing wuluh. Makanan

tersebut dapat merangsang keluarnya asam lambung yang

berlebihan.

c) Kopi

Kopi berhubungan dengan hilangnya rasa mengantuk.

Namun setelah bergadang semalaman suntuk akhirnya badan

menjadi lemah dan masuk angin. Kondisi badan yang lemah

dapat memperparah kondisi gastritis.

d) Es

Es memiliki sifat mendinginkan dan melemahkan syaraf

sehingga daya tahan tubuh menurun.

e) Alkohol

13
Alkohol dapat mengikis dinding lambung. Akibatnya

lambung menjadi luka dan sangat rentan terhadap asam lambung

walaupun jumlah asam lambung dalam kondisi normal.

f) Bumbu yang memiliki rasa dan aroma menyengat

Bumbu makanan yang sangat menyengat mengundang selera

untuk makan. Namun demikian dapat pula merangsang

keluarnya asam lambung secara berlebihan

3) Jumlah/Porsi Makan

Jumlah atau porsi merupakan suatu ukuran maupun takaran

makanan yang dikonsumsi setiap kali makan. Dalam

mengkonsumsi makanan haruslah seimbang dengan kebutuhan

remaja/dewasa yang di sesuaikan dengan umur. Frekuensi yang

telah di standarkan oleh Depkes dimana anjuran makan satu hari

untuk rata-rata remaja/dewasa secara umum orang Indonesia

dengan energy 2550 kkl dan protein 60 bagi laki-laki dan bagi

perempuan energy 1900 dan proteinnya 50. Jumlah ini bagi yang

berumur 19-29 tahun.

Porsi atau jumlah merupakan suatu ukuran maupun takaran

makanan yang dikonsumsi pada tiap kali makan. Setiap orang harus

makan makanan dalam jumlah benar sebagai bahan bakar untuk

semua kebutuhan tubuh. Jika konsumsi makanan berlebihan,

kelebihannya akan disimpan di dalam tubuh dan menyebabkan

obesitas (kegemukan). Selain itu, Makanan dalam porsi besar dapat

menyebabkan refluks isi lambung, yang pada akhirnya membuat

14
kekuatan dinding lambung menurun. Kondisi seperti ini dapat

menimbulkan peradangan atau luka pada lambung. ((Depkes RI,

2009; Hidayah, 2012; Oktaviani, 2011; Soeryoko, 2013; Tilong,

2014).

b. Stress

Stress adalah kondisi kejiwaan yang tidak nyaman. Stress

merupakan reaksi yang tidak diharapkan yang muncul disebabkan

oleh tingginya tuntutan lingkungan kepada seseorang. Di mana

harmoni atau keseimbangan antara kekuatan dan kemampuannya

terganggu. Jika stress telah mengganggu fungsi dan keberadaan diri

seseorang, maka dinamakan distress. Distress kebanyakan dirasakan

orang jika situasi yang menekan berlangsung terus menerus (tugas

yang terlalu berat, atau tugas yang tidak mampu dilakukan karena

situasi yang tidak kondusif atau stress yang disebabkan oleh taruma).

Beberapa gejala dan tanda-tanda umum dari stres adalah sebagai

peringatan untuk di sadari, semakin banyak tanda dan gejala yang

terjadi pada diri, maka semakin dekat mengalami stres yang berat.

Gejala dan tanda-tanda tersebut antara lain:

a) Gejala Psikis (Kognitif dan Emosi)

Gejala Psikis yang sering timbul dalam stress adalah sebagai

berikut: masalah memori, ketidakmampuan atau kurang

konsentrasi, melihat hanya dari sisi negatif, pikiran-pikiran cemas

dan tertekan, kekhawatiran yang meningkat dan terus menerus,

murung dan gelisah, mudah marah, ketidakmampuan untuk relaks,

15
merasa kewalahan, rasa kesepian dan isolasi, depresi dan frustrasi,

mudah menyalahkan orang lain, sinis dan kasar, perasaan bersalah

yang berlebihan, kekhawatiran atas kesehatan yang berlebih,

merasa gagal, perasaan takut, keputusasaan atau ketidakberdayaan,

kritis diri atau orang lain, ketidaksabaran, keragu-raguan, hilangnya

kepercayaan, rendah diri dan kurang percaya diri, pikiran dalam

pusaran, perubahan suasana hati, berpikir pesimis, sensitif terhadap

kritik, tegang.

b) Gejala Fisik

Gejala fisik yang sering terjadi saat mengalami stress, sebagai

berikut: sakit kepala, sakit dan nyeri otot, nyeri dada, denyut

jantung cepat, kehilangan gairah seks, sering pilek/flu, sesak napas,

diare / sembelit, ulu hati sakit, mulut kering, keringat berlebih,

kelelahan, terengah-engah, gangguan pencernaan, asam lambung

tinggi, impotensi, mual, palpitasi, pre menstrual syndrome, masalah

tidur, ketegangan sakit kepala, kesemutan di tangan/kaki, tremor di

tangan/kaki, berat badan naik atau turun.

c) Gejala Perilaku

Gejala Perilaku yang sering dialami saat stress, adalah sebagai

berikut: Makan terlalu banyak atau terlalu sedikit, Tidur terlalu

banyak atau terlalu sedikit, Mengisolasi diri dari orang lain,

Menunda-nunda atau mengabaikan tanggung jawab, Menggunakan

alkohol, rokok, atau obat-obatan untuk bersantai, Kebiasaan saraf

(misalnya menggigit kuku, mondar-mandir), Agresif, Mudah sedih

16
dan menangis, Penurunan atau peningkatan seksualitas, Kesulitan

menjalin hubungan, Kegiatan dilakukan dengan terburu-buru,

Perjudian, Perilaku bermusuhan, Menghindari Kontak mata,

Kebersihan pribadi kurang, Tidak memperhatikan penampilan diri,

Manajemen waktu yang buruk, Penarikan diri dari hubungan,

Penarikan diri dari kegiatan

Stress psikologi akan meningkatkan aktivitas saraf simpatik

yang dapat merangsang peningkatan produksi asam lambung.

Peningkatan HCL dapat dirangsang oleh mediator kimia yang

dikeluarkan oleh neuron simpatik seperti epinefrin. Stress

menyebabkan sistem saraf di otak yang berhubungan dengan

lambung akan mengalami kelainan karena ketidakseimbangan.

Stress juga mengakibatkan perubahan hormonal di dalam tubuh

yang bisa merangsang produksi asam secara berlebihan, kondisi

inilah yang menyebabkan lambung terasa perih dan kembung.

Stress bisa menjadi penyebab terjadinya gastritis, Penyakit

gastritis yang disebabkan stress dapat berlangsung lama, penyakit

gastritis segera berangsur sembuh bila kondisi kejiwaan sudah

tenang dan dapat hidup secara ikhlas. Untuk itu, jauhi gaya hidup

yang dapat memicu timbulnya stress dan disertai minum obat

ataupun herbal ( Hidayah, 2012; Wirawan, 2012; Soeryoko, 2013;

Sukarmin, 2013)

c. Obat AntiInflamasi Nonsteroid

17
Dari pasien yang menerima NSAID dalam uji klinis, 25-50%

menderita gastritis dan 10-20% memiliki ulkus pada endoskopi; Namun,

gejala dispepsia yang signifikan berkembang sekitar 5%. NSAID yang

lebih selektif untuk enzim siklooksigenase (COX) -2 ("coxibs"), seperti

celecoxib, etodolac, dan meloxicam, mengurangi kejadian borok yang

terlihat secara endoskopi sekitar 75% dan komplikasi ulkus yang

signifikan hingga 50% dibandingkan dengan NSAID nonselektif

(nsNSAID) (lihat di bawah). Namun, peningkatan dua kali lipat dalam

insiden komplikasi kardiovaskular (infark miokard, infark

serebrovaskular, dan kematian) pada pasien yang menggunakan coxib

dibandingkan dengan plasebo menyebabkan penarikan dua selektif

coxibs (rofecoxib dan valdecoxib) dari pasar oleh produsen.

Hampir 20 juta orang di Amerika Serikat mengonsumsi NSAID setiap

hari, dan hingga 200.000 di antaranya akan mengalami komplikasi serius

seperti perdarahan saluran pencernaan, perforasi, atau kematian (sekitar

16.000 setiap tahun). Antara 5% dan 30% orang yang mengonsumsi

NSAID dosis penuh dalam jangka panjang memiliki ulkus yang

ditemukan pada endoskopi, seringkali tanpa gejala. NSAID dan aspirin

dapat secara langsung merusak epitel lambung setelah konsumsi oral

(efek topikal) dan secara sistemik, ketika ada dalam darah, menghambat

produksi prostaglandin oleh sel epitel gastroduodenal, sehingga

mempengaruhi mekanisme pertahanan ganda.

Pemakaian obat antiinflamasi nonsteroid seperti aspirin, asam

mefenamat, aspilet, indometasin, ibuprofen, naproksen dalam jumlah

18
besar. Obat antiinflamasi nonsteroid dapat memicu kenaikan produksi

asam lambung yang berlebihan sehingga mengiritasi mukosa lambung

karena terjadinya difusi balik ion hidrogen ke epitel lambung. Selain itu

jenis obat ini juga dapat mengakibatkan kerusakan langsung pada epitel

mukosa karena dapat bersifat iritatif dan sifatnya yang asam dapat

menambah derajat keasaman pada lambung (Hauser, 2011; Sukarmin,

2013; Papadakis, McPhee, & Rabow, 2014).

d. Konsumsi Alkohol Berlebihan

Bahan etanol merupakan salah satu bahan yang dapat merusak sawar

pada mukosa lambung. Rusaknya sawar memudahkan terjadinya iritasi

pada mukosa lambung. Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat

menyebabkan dispepsia, mual, emesis, dan hematemesis ringan — suatu

kondisi yang kadang-kadang disebut "gastritis alkohol." Namun, tidak

terbukti bahwa alkohol sendiri sebenarnya menyebabkan gastritis erosif

yang signifikan. Terapi dengan antagonis reseptor H2, inhibitor pompa

proton, atau sukralfat selama 2-4 minggu sering diresepkan secara

empiris (Sukarmin, 2013; Papadakis, McPhee, & Rabow, 2014).

e. Banyak Merokok

Asam nikotinat pada rokok dapat meningkatkan adhesi thrombus yang

berkontribusi pada penyempitan pembuluh darah sehingga suplai darah

ke lambung mengalami penurunan. Penurunan ini dapat berdampak pada

19
penurunan produksi mukus yang salah satu fungsinya untuk melindungi

lambung dari iritasi. Selain itu CO yang dihasilkan oleh rokok lebih

mudah diikat Hb daripada oksigen sehingga memungkinkan penurunan

perfusi jaringan pada lambung. Kejadian gastritis pada perokok juga

dapat dipicu oleh pengaruh asam nikotinat yang menurunkan rangsangan

pada pusat makan, perokok jadi tahan makan sehingga asam lambung

dapat langsung mencerna mukosa lambung bukan makanan karena tidak

ada makanan yang masuk (Sukarmin, 2013).

f. Pemberian Obat Kemoterapi

Obat kemoterapi mempunyai sifat dasar merusak sel yang

pertumbuhannya abnormal, perusahaan ini ternyata dapat juga mengenai

sel inang pada tubuh manusia. Pemberian kemoterapi dapat juga

mengakibatkan kerusakan langsung pada epitel mukosa lambung

(Sukarmin, 2013).

g. Uremia

Ureum pada darah dapat mempengaruhi proses metabolisme dalam

tubuh terutama saluran pencernaan (gastrointestinal uremik). Perubahan

ini dapat memicu kerusakan pada epitel mukosa lambung (Sukarmin,

2013).

h. Infeksi sistemik

Pada infeksi sistemik toksik yang dihasilkan oleh mikroba akan

merangsang peningkatan laju metabolik yang berdampak pada

peningkatan aktivitas lambung dalam mencerna makanan. Peningkatan

20
HCL lambung dalam kondisi seperti ini dapat memicu timbulnya

perlukaan pada lambung (Sukarmin, 2013).

i. Iskemia dan Syok

Kondisi iskemia dan syok hipovolemia mengancam mukosa lambung

karena penurunan perfusi jaringan lambung yang dapat mengakibatkan

nekrosis lapisan lambung (Sukarmin, 2013).

j. Konsumsi Kimia Secara Oral yang Bersifat Asam/ Basa

Konsumsi asam maupun basa yang kuat seperti etanol, thinner, obat-

obatan serangga dan hama tanaman. Jenis kimia ini dapat merusak

lapisan mukosa dengan cepat sehingga sangat berisiko terjadi perdarahan

(Sukarmin, 2013).

k. Trauma Mekanik

Trauma mekanik yang mengenai daerah abdomen seperti benturan

saat kecelakaan yang cukup kuat juga dapat menyebab gangguan

keutuhan jaringan lambung. Kadang kerusakan tidak sebatas mukosa,

tetapi juga jaringan otot dan pembuluh darah lambung sehingga pasien

dapat mengalami perdarahan hebat. Trauma juga bisa disebabkan

tertelannya benda asing yang keras dan sulit dicerna (Sukarmin, 2013).

l. Infeksi Mikroorganisme

Gastritis dapat pula disebabkan karena bakteri melalui makanan yang

terkontaminasi, koloni bakteri Helicobacter Pylori yang menghasilkan

toksik dapat merangsang pelepasan gastrin dan peningkatan sekresi asam

lambung dan dapat menyebabkan luka pada lambung seperti bakteri.

Helicobacter Pylori adalah bakteri gram-negatif, berbentuk S, tidak

21
invasif, tidak membentuk spora, dan berukuran sekitar 3,5 x 0,5 µm.

Organisme tersebut melekat pada epitel lambung dan menghancurkan

lapisan mukosa pelindung, meniggalkan daerah epitel yang gundul

(Hartanto, Darmaniah, & Wulandari, 2013; Pendit, et al 2012; Sukarmin,

2013; Soeryoko, 2013).

4. Gejala-gejala Gastritis

Mereka yang menderita gastritis biasa merasakan gejala sebagai berikut :

a. Sakit pada Ulu Hati

Nyeri pada ulu hati biasanya ringan dan tidak dapat ditunjuk dengan

tepat lokasinya. Ulu hati terletak di antara dada dan perut yang berbentuk

cekung. Tempat ini merupakan pertemuan esofagus dan lambung.

Tempat ini sering nyeri pada saat lapar maupun saat dimasukkan

makanan (Soeryoko, 2013; Sukarmin, 2013).

b. Mual-mual dan Muntah

Rasa mual sering kali menghampiri para penderita gastritis. Bahkan

bisa terjadi muntah. Pada keadaan yang berat, muntah dapat berupa

cairan berwarna kuning yang rasanya sangat pahit (Soeryoko, 2013).

c. Insomnia/Susah Tidur pada Pasien yang disebabkan Stress

Penderita gastritis yang disebabkan karena kejiwaan sulit tidur hingga

beberapa hari, minggu, bahkan berbulan-bulan (Soeryoko, 2013).

d. Mudah Masuk Angin

Penderita gastritis biasanya sangat mudah terkena masuk angin karena

dinding lambung yang tipis. Untuk menghindari masuk angin, penderita

22
maag sebaiknya tidak berada di ruangan yang ber-AC atau lingkungan

yang bersuhu dingin (Soeryoko, 2013).

e. Kepala Pusing

Seseorang yang menderita gastritis, sering mengalami rasa pusing jika

terlambat makan. Kemungkinan besar, didalam perut terjadi luka

sehingga darah dialirkan ke tempat yang sakit tersebut. Akibatnya

pasokan darah ke otak yang membawa nutrisi dan oksigen berkurang.

Kurangnya nutrisi dan oksigen ke dalam otak menyebabkan kantuk

maupun pusing (Soeryoko, 2013).

f. Anoreksia

Perasaan cepat penuh diakibatkan sekresi yang berebihan pada

lambung ketika ada makanan yang masuk. Sehingga kapasitas makanan

yang masuk menjadi menurun karena sebagian besar telah diisi oleh

mukus dan cairan hasil sekresi (Sukarmin, 2013).

g. Distress Epigastrik Yang Tidak Nyata

Distress epigastrik yang tidak nyata sering berkaitan dengan perasaan

gaster seperti penuh padahal kalau dilakukan pengecekan secara detail

lambung tidak mengalami peningkatan intralumennya. Respon ini terkait

dengan adaptasi psikologi yang berlangsung lama, jadi penderita seolah-

olah terbawa emosi lambungnya terasa penuh terus (Sukarmin, 2013).

h. Anemia Pernisiosa

23
Penururan ikatan terhadap kobalamin ada intestinum dapat

mengakibatkan anemia pernisiosa sebagai dampak penurunan faktor

intrinsik dari lambung (Sukarmin, 2013).

i. Gangguan Hemodinamik

Gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat

dingin, takikardia, sampai gangguan kesadaran (Sukarmin, 2013).

5. Pencegahan Gastritis

Menurut Murtagh (2008), Periksalah gaya hidup Anda dan apakah Anda

menyalahgunakan perut Anda dengan minum berlebihan, makan yang tidak

benar terutama 'cepat' atau makanan yang menyebalkan, merokok, hidup

cepat dan stres. Hidup akal sehat dan tidak berlebihan dalam semua faktor

akan membantu mencegah serangan. Hindari mengonsumsi obat penghilang

rasa sakit yang berlebihan atau mengonsumsi aspirin dan kafein. Sampai

kapan pun pencegahan merupakan tindakan yang lebih murah dibanding

mengobati Soeryoko (2013).

Menurut (Soeryoko, 2013; Misnadiarty, 2009) Karena itu, sebelum

menderita gastritis, kita dapat melakukan penjegahan sebagai berikut :

a. Hindari makanan dan minuman yang menyebabkan gastritis seperti

berikut :

1) Makanan yang menimbulkan gas di lambung (kol, kubis, kentang

melon, semangka, nangka dan sejenisnya)

2) Makanan berlemak tinggi yang menghambat pengosongan isi

lambung (coklat, keju, dan sejenisnya)

3) Minuman dengan kadar cafein, alkohol dan kurangi rokok

24
b. Makan secara teratur, makan dengan waktu yang teratur dapat

menurunkan risiko terjadinya penyakit gastritis.

c. Hindari obat yang mengiritasi dinding lambung.

d. Kelola stress psikologi seefisien mungkin, bagi penderita maag akibat

tekanan hidup atau kebingungan mencari jalan keluar pada permasalahan

hidup, disarankan tidak menyendiri karena bisa memunculkan pemikiran-

pemikiran negatif.

e. Olahraga teratur

f. Jangan bergadang, bergadang adalah tidak tidur pada malam hari atau

mengurangi jam tidur pada malam hari. Sekalipun bergadang kadang

kala memiliki tujun tertentu namun pada pagi hari badan akan kehilangan

daya tahan tubuh. Jika begadang terlalu sering dilakukan, maka penyakit

akan mudah datang termasuk penyakit maag.

6. Penatalaksanaan Umum

Faktor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya. Diet lambung,

dengan porsi kecil dan sering. Obat-obatan ditujukan untuk mengatur sekresi

asam lambung, berupa antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton,

antikolinergik, dan antasid. Juga ditujukan sebagai sitoprotektor, berupa

sukralfat dan prostaglandin (Mansjoer et al, 2010).

Menurut Sukarmin (2013), Orientasi utama pengobatan berpaku pada

oabt-obatan. Obat-obatan yang mengurangi jumlah asam di lambung dapat

mengurangi gejala yang mungkin menyertai gastritis dan memajukan

penyembuhan lapisan perut. Pengobatan ini meliputi :


25
a. Antasida yang berisi aluminium, magnesium, dan karbonat kalsium.

Antasida meredakan mulas ringan atau dispepsia dengan cara

menetralisasi asam di perut. Ion H+ merupakan struktur utama asam

lambung. Dengan pemberian aluminium hidroksida atau magnesium

hidroksida maka suasana asam dalam lambung dapat dikurangi. Obat-

obat ini dapat menghasilkan efek samping seperti diare atau sembelit

karena dampak penurunan H+ adalah penurunan rangsangan peristaltik

usus.

b. Histamin (H2) blocker, seperti femotidine dan ranitidin. H2 blocker

mempunyai dampak penurunan produksi asam dengan memengaruhi

langsung pada lapisan epitel lambung dengan cara menghambat

rangsangan sekresi oleh saraf otonom pada nervus vagus.

c. Inhibitor pompa proton (PPI), seperti omeprazole, lansoprazole,

pantoprazole, rabeprazole, esomeprazole, dan dexlansoprazole. Obat ini

bekerja menghambat produksi asam melalui penghambatan terhadap

elektron yang menimbulkan potensi aksi pada saraf otonom vagus. PPI

diyakini lebih efektif menurunkan produksi asam lambung daripada H2

blocker.

Tergantung penyebab dari gastritis, langkah-langkah tambahan atau

pengobatan mungkin diperlukan. Misalnya,

a. Jika gastritis disebabkan oleh penggunaan jangka panjang NSAID

(Nonsteroid Antiinflamasi Drugs) seperti aspirin, aspilet maka penderita

disarankan untuk berhenti minum NSAID, mengurangi dosis NSAID,

26
atau beralih ke kelas lain obat untuk nyeri. Walaupun PPI dapat

digunakan untuk mencegah stress gastritis saat pasien sakit kritis.

b. Apabila penyebabnya adalah Helicobacter pylori maka perlu

penggabungan obat antasida, PPI dan antibiotik seperti amoksisilin dan

klaritromisin untuk membunuh bakteri. Infeksi ini sangat berbahaya

karena dapat menyebabkan kanker atau ulkus di usus.

c. Pemberian makanan yang tidak merangsang walaupun tidak

memengaruhi langsung pada peningkatan asam lambung tetapi makanan

yang merangsang seperti pedas, kecut dapat meningkatkan suasana asam

pada lambung sehingga dapat menaikkan risiko inflamasi pada lambung.

Selain tidak merangsang makanan juga dianjurkan yang tidak

memperberat kerja lambung seperti makanan yang keras atau nasi keras.

d. Penderita juga dilatih untuk manajemen stress sebab stress dapat

mempengaruhi sekresi asam lambung melalui nervus vagus. Latihan

mengendalikan stress bisa juga diikuti dengan peningkatan spritual

sehingga penderita dapat lebih pasrah ketika menghadapi stress atau

masalah.

B. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gastritis

1. Pola Makan

Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis

makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status

nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit (Depkes RI, 2009).

Pola makan adalah gambaran mengenai macam, jumlah, dan komposisi bahan

27
makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang yang merupakan ciri khas dari

suatu kelompok masyarakat tertentu (Harna, 2009 dalam Fifilia, L, 2013).

Pola makan sangat terkait dengan produksi asam di lambung. Asam ini

berfungsi mencerna makanan yang masuk ke dalam lambung dengan jadwal

yang teratur. Produksi asam lambung tetap terjadi meskipun seseorang

sedang tidur. Pola makan yang tidak teratur sangat sulit untuk beradaptasi

dengan lambung. Jika proses ini berlangsung sangat lama, produksi pada

lambung akan berlebihan sehingga mengiritasi dinding mukosa pada

lambung, yang akhirnya menyebabkan rasa perih dan mual (Hidayah, 2012).

2. Stress

Stress merupakan reaksi yang tidak diharapkan yang muncul disebabkan

oleh tingginya tuntutan lingkungan kepada seseorang. Di mana harmoni

atau keseimbangan antara kekuatan dan kemampuannya terganggu. Jika

stress telah mengganggu fungsi dan keberadaan diri seseorang, maka

dinamakan distress. Distress kebanyakan dirasakan orang jika situasi yang

menekan berlangsung terus menerus (tugas yang terlalu berat, atau tugas

yang tidak mampu dilakukan karena situasi yang tidak kondusif atau stress

yang disebabkan oleh taruma) (Wirawan, 2012). Stress juga bisa menjadi

penyebab terjadinya gastritis. Sebab, stress menyebabkan sistem saraf di

otak yang berhubungan dengan lambung akan mengalami kelainan karena

ketidakseimbangan. Stress juga mengakibatkan perubahan hormonal di

dalam tubuh yang bisa merangsang produksi asam secara berlebihan.

28
Kondisi inilah yang menyebabkan lambung terasa perih dan kembung

(Hidayah, 2012).

3. Penggunaan Obat Antiinflamasi Nonsteroid (NSAID)

Obat Antiinflamasi Nonsteroid (NSAID) adalah suatu golongan obat

yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun panas),

dan antiinflamasi (anti radang). Istilah "non steroid" digunakan untuk

membedakan jenis obat-obatan ini dengan steroid, yang juga memiliki

khasiat serupa. NSAID bukan tergolong obat-obatan jenis narkotika.

Pemakian obat antiinflamasi nonsteroid seperti aspirin, asam mefenamat,

aspilets dalam jumlah besar. Obat antiinflamasi nonsteroid dapat memicu

kenaikan produksi asam lambung yang berlebihan sehingga mengiritasi

mukosa lambung karena terjadinya difusi balik ion hidrogen ke epitel

lambung. Selain itu jenis obat ini juga dapat mengakibatkan kerusakan

langsung pada epitel mukosa karena dapat bersifat iritatif dan sifatnya yang

asam dapat menambah derajat keasaman pada lambung (Sukarmin, 2013).

29
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFENISI OPERASIONALL

A. Kerangka Konsep

Pola Makan

Stress Kejadian Gastritis

Penggunaan Obat
antiinflamasi Nonsteroid

Gambar 3.1 Kerangka konsep Faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian Gastritis di ruangan Dahlia dan Mawar di RSU

Bunda Maria Kota Manado.

B. Hipotesis

Ha : 1. Ada hubungan pola makan dengan kejadian gastritis di ruangan Dahlia

dan Mawar di RSU Bunda Maria Kota Manado

30
2. Ada hubungan stress dengan kejadian gastritis di ruangan Dahlia dan

Mawar di RSU Bunda Maria Kota Manado

3. Ada hubungan penggunaan obat anti inflamasi nonstreroid dengan

kejadian gaastritis di ruangan Dahlia dan Mawar di RSU Bunda Maria

Kota Manado

Ho : 1. Tidak ada hubungan pola makan dengan kejadian gastritis di ruangan

Dahlia dan Mawar di RSU Bunda Maria Kota Manado

2. Tidak ada hubungan stress dengan kejadian gastritis di ruangan Dahlia

dan Mawar di RSU Bunda Maria Kota Manado

3. Tidak ada hubungan penggunaan obat anti inflamasi nonstreroid dengan

kejadian gaastritis di ruangan Dahlia dan Mawar di RSU Bunda Maria

Kota Manado

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definis Operasional Faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian Gastritis di ruangan Dahlia dan Mawar di RSU Bunda Maria Kota

Manado.

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur


1 Kejadian Suatu keadaan yang dirasakan Kuesioner Ada kejadian Ordinal
Gastritis oleh pasien seperti nyeri di ulu bila ≥ nilai
hati, rasa sesak sewaktu makan, median
keluarnya cairan asam di mulut, Tidak ada
kembung, sakit perut, mual, kejadian bila
muntah, susah tidur, sakit ≤ nilai
kepala median
2 Pola Makan Pola makan adalah cara Kuesioner Baik bila ≥ Ordinal
konsumsi seseorang setiap hari nilai median
meliputi frekuensi makan dan Kurang baik
jenis makan yang relatif tetap ≤ nilai
median
3 Stress Respon nonspesifik tubuh terhadap Kuesioner Tinggi bila ≥ Ordinal
berbagai perintah terhadapnya dari nilai
31
median
Rendah bila
≤ nilai
median
4 Penggunaan Pengakuan dari responden Kuesioner Ada bila ≥ Ordinal
Obat bahwa pernah mengkonsumsi nilai median
Antiinflamasi obat antiinflamasi seperti Tidak ada ≤
Nonsteroid aspirin, ibuprofen, ketoprofen, nilai median
(NSAID) naproksen, asam mefenamat,
piroksikam, diklofenak,
indometasin. Menimbulkan rasa
sakit seperti sakit di ulu hati,
mual, muntah, dan pendarahan
di lambung.

32
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik deskritf dengan

pendekatan cross sectional study.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penilitian akan dilakukan di ruangan Dahlia dan Mawar di RSU Bunda

Maria Kota Manado.

2. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada bulan Mei-Juni 2019.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluru pasien yang memiliki riwayat

Gastritis di RSU Bunda Maria Kota Manado. Populasi dalam penelitian ini

yaitu sebanyak 119 responden.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang dipilih dengan

cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasi (Sudigdo, 2011).

Pada penelitian ini pengambilan besar sampel ditentukan dengan proposive

sampling. Dengan menggunakan rumus Slovin (Notoatmodjo, 2010) sebagai

berikut :

33
𝑁
𝑛= 1+𝑁 (𝑑2 )

Keterangan :

N : Besar Populasi

n : Besar Sampel

d : Tingkat kepercayaan (ketepatan yang diinginkan) sebesar 90%


𝑁
𝑛= 1+𝑁 (𝑑2 )

119
𝑛= 1+100 (0,12 )

119
𝑛= 1+100 (0,01)

119
𝑛= 1+1,00

119
𝑛= = 59,5 = 60
2,00

Jadi, jumlah sampel yang digunakan berjumlah 60 orang.

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1. Kriteria Insklusi

a. Bersediah menjadi responden peneliti

b. Mampu membaca dan menulis

c. Pasien yang mempunyai riwayat gastritis

2. Kriteria Esklusi

a. Tidak bersedia menjadi responden

b. Pasien gastritis yang bukan di ruangan dahlia dan mawar

c. Tidak mampu membaca dan menulis

34
E. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat yang dilakukan terhadap variable-variabel, dari hasil

yang diperoleh dalam penelitian, pada umumnya dari hasil analisis,

menghasilkan distribusi dan presentase tiap variabel-variabel yang ada,

dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat dengan distribusi

proporsi (Sugiyono, 2009)

2. Analisa Bivariat

Analisa ini bertujuan melihat hubungan antara variable independen

dengan dependen uji yang dipakai adalah chi-square mengunakan aplikasi

SPSS

F. Instrumen Penilitian

Instrumen penelitian atau alat yang digunakan untuk pengumpulan data

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Rekam Medik Pasien Gastritis

2. Kuesioner

G. Etika Penelitian

1. Informed consent (Lembar Persetujuan)

Lembaran persetujuan ini diberikan pada responden yang akan di teliti

yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat

penelitian. Bila subjek menolak maka peneliti tidak memaksakan khendak

dan tetap menghormati hak-hak subjek.

35
2. Anonymity (Tanpa Nama)

Peneliti tidak mencamtumkan nama responden tetapi lembar tersebut di

beri kode atau inisial untuk menjaga kerahasiaan.

3. Confidential (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan hasil penelitian.

36
DAFTAR PUSTAKA

Fifilia, L. 2013. Hubungan Pola Makan Pasien dengan Kejadian Gastritis Di


Wilayah Kerja Puskesmas Wawonasa. Skripsi

Gobel, V.A.S, 2012. Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang


Penyaki Gastritis (Maag) di Kelurahan Hunggaluwa Keamatan Manado.
Di

Gustin, K.R, 2011. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Gastritis Pada
Pasien Yang Berobat Jalan Di Puskesmas Gulai Banca.

Hauser, C.S. 2011. Mayo Clinic Gastroenterologi and Hepatologi Board Review.
New York. Oxford University Press, Inc.

Hidayah, A. 2012. Kesalahan-kesalahan Pola Makan Pemicu Seabrek Penyakit


Mematikan. Jogjakarta: Buku Biru

Kristanti, H. 2013. Mencegah dan Mengobati 11 Penyakit Kronis. Yogyakarta:


Citra Pustaka

Kumar, Vinay. Cotran, Ramzi S. Robbins, Stanley L. Patologi. Jakarta: Buku


Kedoteran EGC

Mansjoer, A. Tryanti, K. Savitri, R, Wardhani, W.I, Setiowulan, W. 2001. Kapita


Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius

Megawati, A, Nosi, H, Syaipuddin. 2012. Beberapa Faktor yang Berhubungan


dengan Kejadian Gastritis Pada Pasien yang di Rawat di RSUD Labuang
http://library.stikesnh.ac.id/files/disk1/9/elibrary%20stikes%20nani%20h
asa nuddin--andimegawa-430-1-41142936-5.pdf.

Murjayanah, H. 2010. Faktor-faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian


Gastritis (studi di RSU.dr.R.Soetrasno Rembang). Skripsi

Murtagh, Jhon. 2008. Patient Edication. Australia: Cataloguing-in-Publication


data.

Notoatmodjo,Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku


Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

37
Oktaviani, W. 2011. Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada
Mahasiswa S.1 Keperawatan Program Fikes UPN Jakarta. Skripsi

Papadakis, A.M, McPhee, J.S, Rabow W.M. 2014. 2015 Current Medical
Diagnosis & Treatment. Sn Francisco. McGraw-Hill Eduction

Pendit, U.B, Hartanto, H, Wulan Sari, P Mahanani, A.D. 2012. Patofisiologi


Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Profil Kesehatan Indonesia. 2009. Sepuluh Besar Penyakit Rawat Inap Di Rumah
Sakit

Rahma, M, Ansar, J, Rismayanti. 2012. faktor Risiko Kejadian Gastritis Di


Wilayah Kerja Puskesmas Kampili Kabupaten Gowa.
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/5489

Srianti, D, Munawir. 2013. Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Gastritis Di Rsud Palagimata Kota Bau – Bau.
http://library.stikesnh.ac.id/files/disk1/12/elibrary%20stikes%20nani%20
ha sanuddin--dewisriant-592-1-46147817-1.pdf

Soeryoko, Hery. 2013. Tanaman Obat Terbaik untuk Maag, Typus dan Liver.
Yogyakarta: Rapha Publishing.

Sudoyo, W.A, Setiyohadi, B, Alwi, I, Simadibrata, K.M, Setiati, S. 2006. Buku


Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukarmin. 2013. Keperawatan pada Sitem Pencernaan. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Tilong, Adi D. 2014. Rahasia Pola Makan Sehat. Jogjakarta: Flash Books

Wirawan. 2012. Menghadapi Stress dan Depresi. Platinum

38

Anda mungkin juga menyukai